seminar medikal fixxxx bangetttttt-2
TRANSCRIPT
SEMINAR AKHIR DEPARTEMEN MEDIKAL
SKRINING DIABETIC FOOT PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS
Disusun oleh:
Anang Budi P (0810720011)
Chika Juni R. (0810720018)
Elyza Rahma S. A. (0810723021)
Intan Dyah Ayuningtyas (0810720039)
Noorasani Manda M. (0810720002)
Rika Novita Wardhani (0810720060)
Rozaqo Annisaa’ (0810723023)
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan seminar kami yang berjudul “Skrining Diabetic Foot
pada Pasien Diabetes Melitus”
Dengan selesainya seminar ini, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada pembimbing lahan dan pembimbing akademik yang telah membantu kami
menyelesaikan seminar ini.
Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga
seminar ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Malang, 25 Juli 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... iKata Pengantar.................................................................................................................. iiDaftar Isi............................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 11.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 21.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan umum..................................................................................................... 21.3.2 Tujuan khusus................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Diabetes Mellitus ....................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi............................................................................................................... 32.1.2 Tanda dan Gejala ............................................................................................. 32.1.3 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................... 42.1.4 Penatalaksanaan............................................................................................... 4
2.2 Gangren Kaki Diabetik ................................................................................................ 42.2.1 Definisi............................................................................................................... 42.2.2 Proses Terjadinya.............................................................................................. 5
2.3 Skrining Kaki Diabetik................................................................................................. 62.3.1 Definisi............................................................................................................... 62.3.2 Indikasi............................................................................................................... 62.3.3 Kontraindikasi.................................................................................................... 62.3.4 Prosedur............................................................................................................ 62.3.5 Algoritma Skrining Diabetic Foot....................................................................... 11
BAB 3 PEMBAHASAN3.1 Hubungan Intepretasi Skor dengan Waktu Pemeriksaan........................................... 123.2 Implikasi Keperawatan pada Skrining Kaki Diabetik .................................................. 12
BAB 4 PENUTUP4.1 Kesimpulan................................................................................................................. 144.2 Saran........................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit metabolik kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi
fungsi insulin dapat disebabkan oleh defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (WHO, 1999). Penyakit diabetes sering dijumpai di masyarakat dan
terus meningkat dengan pesat, baik di Indonesia maupun dunia. Berdasarkan data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pasien diabetes mellitus tipe 2
(kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta tahun 2010.
International Diabetes Federation juga memperkirakan pada 2030 jumlah penderita
diabetes di seluruh dunia mencapai 450 juta orang.
Peningkatan angka pasien diabetes berdampak signifikan bagi kesehatan
secara keseluruhan dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis pada berbagai
organ vital yang terkait dengan penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi),
hiperkoagulasi (pembekuan darah pada seluruh pembuluh darah), dislipidemia
(gangguan pada jumlah lipid pada darah) dan disfungsi renal (disfungsi ginjal).
Komplikasi penyakit DM menyebabkan kelainan pada makrovaskuler, mikrovaskuler,
gastrointestinal, system musculoskeletal, infeksi dan katarak. Komplikasi yang paling
sering terjadi pada masyarakat adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota
gerak (Irwanasharai, 2008). Salah satu perubahan patologis yang terjadi pada anggota
gerak adalah timbulnya luka. Luka yang tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan
ulkus gangren (Suyono, 2004).
Beberapa pnelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus
gangrene berkisar antara 17-32%, sedangkan laju amputasi berkisar 15-30%. 15%
penderita DM akan mengalami ulkus pada kaki, 14-24% diantaranya memerlukan
amputasi dan tingkat keberhasilan pengelolaan ulkus DM 57-70% tergantung derajat
ulkus (Hardjalukita, 2004).
Penderita diabetes mellitus menyadari bahwa pada suatu saat kemungkinan
mengalami gangren kaki dibandingkan dengan non diabetes, namun pada faktanya
mereka tida pernah memeriksakan adanya kemungkinan kaki diabetic tersebut.
Apalagi, jika tidak dilakukan pengendalian kadar gula darah dengan ketat. Karena itu,
diabetisi perlu melakukan deteksi dini terhadap kelainan-kelainan pada kaki sebelum
1
terjadi luka. Deteksi dini tersebut dinamakan skrining diabetes yang berupa chek list
daftar pertanyaan terkait diabetes. Dengan adanya chek list ini penderita bisa masuk
dalam kategori mana dan seberapa besar gangren bisa terjadi. Oleh karena itu peneliti
tertarik mengambil tema seminar tentang skrining kaki diabetes untuk penderita
diabetes mellitus.
1.2 Rumusan Masalah
Seberapa pentingkah skrining kaki diabetes untuk penderita diabetes?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pentingnya skrining kaki diabetes untuk penderita diabetes
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui pentingnya skrining kaki diabetes untuk penderita diabetes
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat praktis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan ilmu keperawatan
khususnya perawat Ruang IRNA 1 tentang penerapan skrining kaki diabetes
untuk penerita diabetes melitus
1.4.2 Manfaat teori
Meningkatkan pemahaman bagi mahasiswa keperawatan dan perawat tentang
penerapan skrining kaki diabetes
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002). Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
dapat memproduksi insulin yang cukup, atau sebaliknya, ketika tubuh tidak mampu
secara efektif menggunakan insulin yang telah di produksi tersebut (WHO, 2006).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.
Karakteristik yang menyertai penyakit ini adalah adanya hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus ini
merupakan gangguan kronik metabolisme karbohidrat yang tidak dapat disembuhkan
yang melibatkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan insulin dan merupakan
yang tersering dari seluruh kondisi endokrin yang ada (Price dan Wilson, 2005;
American Diabetes Association, 2005 dalam Soegondo, 2007; Olefsky, 2001 dalam
Falvo, 2005).
2.1.2 Tanda dan Gejala
Menurut Smeltzer & Bare, 2002 seseorang yang menderita DM tipe II biasanya
mengalami:
Peningkatan frekuensi buang air (poliuri) : merupakan simtoma medis berupa
kelainan frekuensi diuresis sebagai akibat meningkatnya diuresis osmosis
Rasa lapar (polifagia) : kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme
menjadi glukosa dalam darah tidak sepenuhnya dapat dimanfaatkan sehingga
penderita selalu merasa lapar.
Rasa haus (polidipsi) : rasa haus yang sering dialami oleh penderita sebagai
kompensasi banyaknya cairan yang keluar melalui urin.
Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan yang
berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit berkepanjangan,
biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun, tetapi prevalensinya kini semakin
tinggi pada golongan anak-anak dan remaja. Gejala-gejala tersebut sering
terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja.
3
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/d)
2.1.4 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
2.2 Gangren Kaki Diabetik
2.2.1 Definisi
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001). Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada
4
kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di
pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. (Askandar, 2001).
Kaki diabetic memiliki resiko potensial dari konsekuensi patologik seperti
infeksi, ulserasi dan atau kerusakan jaringan dalam berhubungan dengan
abnormalitas neurologic, derajat penyakit vaskular perifer dan atau komplikasi
metabolic dari diabetes pada otot bawah (WHO dalam Frykberg et al, 2000).
2.2.2 Proses Terjadinya
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi
pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro
maupun mikro vaskular
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya
KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan
merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi
gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri
kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
5
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen
(zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993).
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran
darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
2.3 Skrining kaki diabetik
2.3.1 Definisi
Skrining didefinisikan sebagai identifikasi presumtif dari penyakit yang belum
terdeteksi atau defek oleh aplikasi dari tes, pemeriksaan, atau prosedur lain yang dapat
dilakukan secara cepat (CCI, 1951).
Skrining diabetic foot adalah suatu alat atau metode yang didesain untuk
mengkaji orang dengan diabetes untuk mencegah atau ancaman diabetes-yang
berhubungan dengan ulser pada kaki dan/atau ancaman komplikasi pada anggota
badan yang lain (Canadian Association of Wound Care, 2011).
2.3.2 Indikasi
Pada semua pasien yang terdiagnosis dengan Diabetes Mellitus tipe II.
2.3.3 Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk skrining diabetic foot adalah pasien yang telah memiliki
masalah dengan kakinya seperti ulser, riwayat amputasi pada ekstremitas bawah.
2.3.4 Prosedur
a. Persiapan alat
Monofilamen 5.07 G
Kursi
Penyangga kaki
b. Persiapan pasien
Dudukkan pasien pada kursi
Jelaskan pada pasien tujuan dan prosedur dilakukannya skrining pada kakinya
6
Minta pasien untuk melepas sepatu dan kaos kaki
c. Prosedur tindakan
Lakukan sesuai dengan urutan parameter
1) Kulit
Kaji kulit kaki pasien: atas, bawah dan samping termasuk antara jari kaki.
2) Kuku
Kaji kuku jari kaki untuk menentukan seberapa baik perawatan pada jari
kakinya.
3) Deformitas
Cari adanya perubahan bentuk pada tulang yang dapat menjadi risiko, seperti
trauma pada metatarsal.
4) Alas kaki
Lihat pada sepatu yang digunakan pasien dan diskusikan apakah yang
digunakan itu secara normal.
5) Temperatur Dingin
Kaji apakah kaki merasa lebih dingin daripada kaki yang lain atau lebih dingin
dari lingkungan.
6) Temperatur Panas
Kaji apakah kaki merasa lebih hangat daripada kaki yang lain atau lebih hangat
dari lingkungan.
7) Range Of Motion (ROM)
Gerakkan kaki dorsofleksi dan plantarfleksi secara bergantian pada kaki yang
lain.
8) Sensasi tes Monofilamen
Sentuh pada area-area yang telah ditentukan dengan benang filamen 5.07 G.
Jangan lakukan pada daerah yang berkalus.
9) Sensasi pertanyaan
Tanyakan pada pasien ke empat pertanyaan berikut:
Apakah kaki Anda pernah merasa mati rasa?
Apakah kaki Anda pernah merasa kesemutan?
Apakah kaki Anda pernah merasa terbakar?
7
Apakah kaki Anda pernah merasa seperti ada serangga yang merayap?
10) Nadi kaki
Palpasi nadi dorsalis pedis pada bagian punggung kaki. Jika tidak teraba,
palpasi pada nadi tibia posterior.
11) Rubor
Gerakkan kaki ke atas dan ke bawah. Lihat adanya kemerahan jika kaki
diturunkan dan lihat adanya pucat pada kaki di tinggikan.
12) Eritema
Lihat adanya kemerahan yang tidak berubah ketika kaki ditinggikan.
8
SKRINING KAKI DIABETIK
NAMA PASIEN: NOMOR REGISTER :
LIHATSKOR
KAKI KIRI KAKI KANAN1. KULIT0 = utuh dan sehat1 = kering dengan jamur atau kalus ringan2 = kalus yang bertambah berat3 = luka terbuka atau riwayat luka terdahulu2. KUKU0 = Baik1 = tidak terpelihara dan kasar2 = tebal, rusak atau terdapat infeksi 3. DEFORMITAS0 = tidak ada deformitas1 = deformitas ringan2 = deformitas berat
4. PELINDUNG KAKI0 = tepat1 = tidak tepat2 = menyebabkan trauma
SENTUH SKOR
KAKI KIRI KAKI KANAN
5. SUHU – DINGIN0 = kaki hangat1 = kaki dingin
6. SUHU – HANGAT0 = kaki hangat1 = kaki dingin
7. ROM (BATAS GERAKAN)0 = ibu jari dapat bergerak bebas1 = gerakan ibu jari terbatas2 = gerakan ibu jari kaku3 = ibu jari diamputasi
KAJISKOR
KAKI KIRI KAKI KANAN8. SENSASI – TES MONOFILAMEN0 = 10 titik terdeteksi1 = 7-9 titik terdeteksi4 = 0-6 titik terdeteksi9. SENSASI – TANYAKAN DENGAN “4 A”
a. Apakah kaki anda pernah terasa mati rasa?b. Apakah terasa geli?c. Apakah terasa seperti terbakar?d. Apakah terasa seperti ada serangga merayap di kaki anda?
0 = jawaban tidak untuk semu pertanyaan2 = ya untuk beberapa pertanyaan10. PULSASI PEDAL
9
0 = ada1 = tidak ada11. RUBOR0 = ya1 = tidak12. ERITEMA0 = ya1 = tidak
TOTAL SKOR
KETERANGAN:SKOR 0-6
rekomendasi periksa 1 tahun sekaliSKOR 7 -21
rekomendasi periksa 6 bulan sekaliSKOR 13 – 19
rekomendasi periksa 3 bulan sekaliSKOR 20 -25
rekomendasi periksa tiap 1 – 3 bulan
Parameter Indikasi1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Parameter perawatan diri :Skor tertinggi pada parameter 1, 2 dan 4 indikasi perawatan diriParameter kulit :Skor moderate pada parameter 4 dan 7 indikasi pembentukan kalusSkor tertinggi pada parameter 1,6 dan 12 indikasi infeksi ulcerSkor tertinggi pada 2,6 dan 12 indikasi infeksi pada kukuParameter aliran arteri :Skor tertinggi pada 5, 10 dan 11 indikasi penyakit periferParameter sensasi : Skor tertinggi pada parameter 8 dan 9 indikasi kehilangan sensasi atau neuropatiParameter perubahan tulang :Skor tertinggi pada parameter 3, 8 dan 9 indikasi perubahan Charcot
10
DIABETES MELLITUS
11
Keterangan : : Area yang
memerlukan skrining
2.3.5 ALGORITMA SKRINING DIABETIC FOOT
MotorikAtropiDeformitasTekanan
berlebihan pada plan tar
- Kallus
Sensorik Kehilangan
sense siEktremitasTrauma tidak
terasa
Otonom :kulit keringtimbul fisurapenurunan
saraf simpatetik
Neuropati
YATIDAK
YATIDAK YATIDAK YA TIDAK
Berkurangnya nutrisi pd aliran darah
GANGRENGANGREN
Penurunan System Imunitas Vaskuler
TIDAK YA
Makro vaskuler Mikro vaskuler
penyumbatan pemb darah besar
TIDAK YA
Aterosklerosis
Iskemia
↓ penipisan -struktur dinding
membrane kapiler darah
Pe aliran darah
Edema
Kemampuan leukosit untuk menghancurkan bakteri
↑ terjadi infeksi
Ulserasi kaki diabetikum
12
BAB III
PEMBAHASAN
Saat ini skrining untuk mencegah kaki diabetic masih jarang dilakukan di Indonesia.
Padahal hal ini penting untuk mencegah terjadinya kaki diabetic ulser sebagai salah satu
komplikasi dari diabetes mellitus. Salah satu alasan utama kurang dilakukannya skrining
kaki diabetic adalah tidak adanya manajemen kebijakan dalam pengelolaan pencegahan
diabetic foot ulcer (DFU). Oleh karena itu, perlu penegasan kembali pentingnya
pengawasan jangka panjang secara reguler untuk komplikasi diabetes termasuk kaki
diabetik. Pada pembahasan ini akan dipaparkan mengenai algoritma skrining kaki diabetes,
pentingnya pemeriksaan skrining dan implikasi keperawatan pada skrining kaki diabetic.
3.1 Hubungan Intepretasi Skor dengan Waktu Pemeriksaan
Skor Kategori
resiko
Deskripsi Kategori management
0-6 0 Diabetes, tetapi belum
kehilangan sensasi di kaki
Direkomendasikan screening
setiap tahun
7-12 1 Diabetes, kehilangan sensasi
di kaki
Direkomendasikan screening
setiap 6 bulan
13-19 2 Diabetes, kehilangan sensasi
dan telah terjadi deformitas
dan kekurangan sirkulasi
Direkomendasikan screening
setiap 3 bulan
20-25 3 Diabetes, dengan riwayat ulcer
plantar atau neuropati
Direkomendasikan screening
setiap 1 bulan
3.2 Implikasi Keperawatan Perawat pada Skiring Kaki Diabetic
Dengan mengetahui pentingnya skrining pada kaki diabetes, perawat dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut:
Perawat sebagai edukator, memberikan pengetahuan kepada sesama perawat
agar dapat menerapkan skrining ini dalam praktek klinik secara berkelanjutan
sehingga pada penderita Diabetes Mellitus dapat terhindar dari terjadinya gangren.
Selain itu, pengetahuan dapat diberikan kepada pasien untuk meningkatkan
kesadaran agar pasien dapat secara rutin dilakukan skrining secara mandiri di
rumah ataupun di luar instansi pelayanan kesehatan.
13
Perawat sebagai pelaksana, memberikan pelayanan keperawatan secara
profesional pada pasien Diabetes Mellitus untuk melakukan prosedur Screening
Diabetic Foot sebagai instrumen wajib di dalam pengkajian keperawatan.
Perawat sebagai supervisor, memberikan pengawasan kepada perawat pelaksana
agar penerapan prosedur Screening Diabetic Foot dapat dilakukan sebagaimana
mestinya. Selain itu perawat disini juga sebagai agen pembaharu dalam
pencegahan adanya diabetic foot karena prosedur belum diterapkan sebelumnya di
Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang.
Peran perawat dalam skrining diabetic foot adalah sebagai pelaku yang
melakukan skrining pada pasien diabetes untuk mencegah terjadinya ulkus diabetic.
Kemudian setelah melakukan skrining perawat mengintepretasikan hasil yang
diperoleh dengan mengelompokkan ke dalam kategori-kategori resiko rendah, resiko
sedang, resiko tinggi dan resiko krisis. Setelah mengetahui pasien berada pada
kategori apa, maka peran perawat selanjutnya adalah memberikan edukasi mengenai
penanganan lebih lanjut berdasarkan kategori-kategori tersebut. Penanganan yang
bisa diberikan adalah memberikan edukasi tentang perawatan kaki dasar pada pasien
diabetes antara lain senam kaki diabetes, penggunaan alas kaki yang tepat,
pemakaian lotion pada bagian ekstremitas dan segera memeriksaan diri ke dokter bila
terdapat luka pada kaki..
14
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak dapat
memproduksi insulin yang cukup, atau sebaliknya, ketika tubuh tidak mampu secara
efektif menggunakan insulin yang telah di produksi tersebut.
2. Tanda dan gejala khas yang biasa terjadi pada pasien DM adalah polidipsi, polifagi,
dan poliuri.
3. Komplikasi DM yng cukup sering terjadi adalah salah satunya adalah gangren atau
diabetic foot yaitu luka pada daerah kaki yang berwarna merah kehitaman dan
berbau yang terjadi akibat sumbatan pada pembuluh darah di tungkai bawah.
4. Untuk mencegah ulser pada diabetic foot perlu dilakukannya skrining pada kaki
diabetesi yaitu dengan Diabetic Foot Screen. Kelebihan dari skrining ini adalah
cepat, relatif murah, dan tidak menimbulkan efek nyeri pada pasien.
1.2 Saran
Diharapkan para perawat dapat meingingkatkan pengetahuan da ketrampilan
mengenai pelaksanaan skrining. Selain itu diharapkan juga setiap pelayanan
kesehatan atau rumah sakit menyediakan sarana dan prasarana untuk dapat
melakukan skrining kaki diabetes. Sehingga dapat mencegah terjadinya gangrene
pada kaki atau diabetic foot.
15
DAFTAR PUSTAKA
Price & Wilson. 2005. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Falvo, Donna. 2005. Medical & Psycosocial Aspects of Chronic Ilness and Diasability 3rd
edition. Sudbury: Jones and Barlett Publisher.
Sidartawan S, Pradana S dan Imam S. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terapu.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
American Diabetes Asociation. 2005. Complete Guide 2 Diabetes 4th Edition. Alexandria:
American Diabetes Asociation.
Wilson, J. 1968. Principles and practice of screening for disease. Geneva : WHO. (
http://whqlibdoc.who.int/php/WHO_PHP_34.pdf, Diakses pada tanggal 22 Juli 2012
pukul 12.53)
Malgrange, D. 2003. Screening diabetic patients at risk for foot Ulceration. A multi-centre
hospital-based study in France Perancis. Dapat diakses di
http://www.alfediam.org/alfediam/structures/malgrange.pdf, diakses pada tanggal 22 juli
2012 pukul 12.57)
CAWC. 2011. Inlow 60-second Diabetic Foot Screen. Dapat diakses di
http://cawc.net/images/uploads/store/inlow_Tool.pdff_.pdf, Diakses pada tanggal 22
Juli 2012 pukul 13.00)
Aggarwal, Sona. Diabetic Foot Exam SEED Year 2 Learning Session 1. Dapat diakses di
http://www.safetynetinstitute.org/content/Upload/AssetMgmt/Site/resources/seed/
footexam.pdf, Diakses pada tanggal 22 Juli 2012 pukul 13.00
16