seminar jantung
DESCRIPTION
kesehatanTRANSCRIPT
Anatomi jantung
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang
terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel.
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas
memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah ke
seluruh tubuh manusia. Atrium dan ventrikel masing-masing akan dipisahkan oleh
sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah
sekat yang dinamakan dengan septum. Katup jantung berfungsi terutama agar
darah yang telah terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya menyerupai
otot polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).
Kerja Fungsi jantung
Mengatur distribusi darah ke seluruh bagian tubuh. Bentuk jantung
menyerupai jantung pisang, besarnya kurang lebih sebesar kepalan tangan
pemiliknya. Bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis
kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung
di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat
di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae.
Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis.
Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-
kira250-300gram.
Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun
secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus. Lapisan jantung
itu sendiri terdiri dari Perikardium, Miokardium, dan Endokardium. Berikut ini
penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu
Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini adalah suatu
membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung. Terdiri dari dua lapisan:
1. Perikarduim fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang membatasi
pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu
dengan pembuluh darah besar merekat pada sternum melalui ligamentum
sternoperikardial.
2. Perikarduim serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian, yaitu Perikardium
parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering disebut epikardium, dan
Perikarduim fiseral yang mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai
pelumas untuk mempermudah pergerakan jantung.
Miokardium
Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung,
membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara
spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang akan menerima darah dari
arteri koroner.
Endokardium
Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium, suatu jaringan epitel
unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi peredaran darah
Ruang jantung
Berbicara mengenai anatomi jantung maka organ jantung terdiri atas 4
ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut dengan atrium (serambi), dan 2
ruang yang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (bilik). Atrium dan
ventrikel jantung ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup,
sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang
dinamakan dengan septum. Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot
kontinue yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung.
Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima dan
juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah sedangkan sisi jantung
sebelah kiri adalah berfungsi untuk memompa darah yang mengandung oksigen
tinggi.Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang
masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium kanan
kiri,serta ventrikel kiri dan kanan.
Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung tersebut yaitu :Atrium
kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang rendah oksigen dari
seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava
inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah
dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima
darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan tubuh bagian
atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih rendah). Simpul sinoatrial
mengirimkan impuls yang menyebabkan jaringan otot jantung dari atrium
berkontraksi dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang. Katup trikuspid
yang memisahkan atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk
membiarkan darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel
kanan
1. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah
vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui aorta.
2. Atrium kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru.
Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui atrium, darah
melewati katup mitral ke ventrikel kiri
Ventrikel
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu :
1. Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-
paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-oksigen
sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju ke arteri paru tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel penuh,
mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan
katup paru terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari dukungan
ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah mengalir ke
arteri pulmonalis menuju paru-paru.
2. Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke seluruh
tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang mengandung oksigen
sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri.
Katup aorta menuju aorta tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel
dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak
ventrikel kiri, menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup
mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup
aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke seluruh tubuh.
Sistem konduksi jantung
Jantung mempunyai keistimewaan dibandingkan organ – organ lain dalam
aktivitasnya, hal ini disebabkan karena didalam otot jantung terdapat pacemaker
(gardu listrik) sehingga jantung mempunyai 4 sifat istimewa, yaitu :
a. Automaticity.
Sifat spontanitas jantung yang dapat berdenyut secara teratur (Rhytm) dan
independent tanpa harus menunggu komando dari otak, dengan kata lain apabila
jantung sehat kita pisahkan dengan tubuh, maka jantung masih bisa berdenyut hal
ini dikarenakan sel-sel pacemaker alami yang secara automatis mengeluarkan
impuls secara teratur.
b. Excitability.
Apabila terjadi ketidakseimbangan pada unsur-unsur yang berperan dalam
proses elektrofisiologi sel jantung, maka sel-sel jantung akan berespon secara
fisiologis untuk mempertahankan hemostastis.
c. Conductivity.
Adanya jaringan neuromuskular yang membentuk lintasan atau jalan khusus
sebagai kawat penghantar bioelektrik secara normal dimulai dari SA node à AV
node a Bundle of his (berkas his) à Furkinje fiber (serabut purkinje) yang
selanjutnya akan diteruskan ke sel-sel otot jantung sehingga menimbulkan
kontraktilitas jantung.
d. Contractility.
Secara fisiologis mampu merespon impuls yang masuk ke sel-sel otot jantung
dengan berkontraksi dan berelaksasi.
Kinerja jantung sangat dipengaruhi oleh 3 unsur utama yaitu sel-sel
pacemaker, sel-sel konduksi dan sel-sel otot jantung.
Terdapat 3 posko pacer maker pada otot jantung, yaitu :
a. SA Node (Sino Atrial Nodus).
Merupakan kepingan otot khusus tipis dan berbentuk elip dengan lebar kira-
kira 3 mm, panjang 15 mm dan tebalnya 1 mm, SA Node terletak dalam dinding
lateral superior dari atrium kanan tepat disebelah bawah dan sedikit lateral dari
lubang vena cava superior.
SA Node diilustrasikan sebagai posko 1 dari rute hantaran listrik jantung pada
keadaan normal dalam 1 menit mampu menghasilkan impuls kecepatan otomatis
yang tercepat yaitu sebayak 60 – 100 kali.
Untuk meneruskan impuls dari SA Node ke AV Node keduanya dihubungkan
oleh katalisator yang disebut Traktus Internodus. Ujung serat SA Node bersatu
dengan serat-serat otot atrium disekelilingnya, impuls yang berasal dari SA Node
akan menjalar keluar dan masuk kedalam permulaan serat Traktus Internodus ini
dan dibagi menjadi 3 Track, Yaitu :
1. Anterior internodal track (Bachman)
Meninggalkan SA Node secara langsung kearah depan dan melingkar sekitar
Vena Cava Superior dan dinding bagian depan dari Atrium Kanan. Terdiri dari 2
berkas fiber, satu masuk ke Atrium kiri dan satu lagi masuk ke bagian anterior
dari septum interatrium dan turun menyilang disamping pangkal aorta masuk ke
anterior superior sisi AV node.
2. Middle Internodal track (bagian tengah)
Meninggalkan SA Node di bagian posterior mengitari bagian posterior dari
Vena Cava Superior dan sepanjang posterior dari septum inter atrium dan masuk
ke bagian posterior dari sisi AV Node.
3. Posterior Internodal Track (bagian belakang)
Meninggalkan SA node di bagian posterior menyelusuri atau maengitari
bagian crista terminalis dan area eustachman dan masuk ke bagian posterior sisi
AV node.
Melalui ketiga track diatas potensial aksi menyebar keseluruh otot atrium
sehingga atrium akan mengadakan depolarisasi yang menyebabkan atrium
berkontraksi dan akhirnya bermuara pada AV Node setelah seluruh otot atrium
terpolarisasi.
b. AV Node (Atrio Ventrikular Nodus).
AV Node merupakan posko ke 2 letaknya didam dinding septum (sekat)
atrium sebelah kanan, tepat diatas katup trikuspid dekat muara sinus koronaris.
AV Node mempunyai beberapa fungsi yang penting, yaitu :
1. Impuls jantung ditahan disini selama 0,08 – 0,12 detik untuk memungkinkan
pengisian ventrikel selama atrium berkontraksi.
2. Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel.
3. AV Node dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40 – 60 kali permenit.
Seperti halnya SA Node, AV Node juga mempuyai katalisator untuk
meneruskan impulsnya sampai pada Furkinje fiber yaitu Bundle of His yang
mempunyai diameter 2 mm dan panjang 10 mm, kemudian dilanjutkan ke sistem
Bundle Branch yang bercabang menjadi 2 yaitu : Right bundle branch ( RBB) dan
Left bundle branch (LBB). LBB sendiri bercabang lagi menjadi 3 yaitu : Left
Anterior fesikuler, Left Posterior fesikuler dan Left Septal fesikuler.
c. Furkinje fiber (serabut purkinje).
Merupakan bagian ujung dari bundle branch bertugas menghantarkan impuls
menuju lapisan subendokard pada ke dua ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi
yang diikuti kontraksi ventrikel . sel – sel pacemaker di subendokard ventrikel
dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 20 – 40 kali permenit. Pemacu –
pemacu cadangan ini mempunyai fungsi sangat penting untuk mencegah
berhentinya jantung saat fungsi SA Node sebagai pacemaker utama terganggu
dengan cara mengambil alih fungsi pacemaker.
Untuk lebih menggambarkah bahasan di atas mari kita perhatikan beberap
gambar berikut :
TOTAL AV BLOCK
1. Definisi
Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan
transmisi gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block merupakan
komplikasi infark miokardium yang sering terjadi (Boswick, 1988).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system
konduksi AV yang menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan
ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA.
2. Klasifikasi
1. AV block derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi
semua impuls akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan
mendahului tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi
durasi melebihi di atas batas 0,2 detik.
2. AV block derajat kedua Mobitz I (Wenckebach)
Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara
progresif pada masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel diblok
secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan sendirinya. Pada gambaran
EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam sebuah pola
siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap denyut sampai
kompleks QRS tidak dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai bentuk yang sama
seperti irama dasar. Interval antara kompleks QRS berturut-turut memendek
sampai terjadi penurunan denyut.
3. AV block derajat kedua Mobitz II
AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV
sebelum perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika
konduksi AV ada dan gelombang P tidak dikondusikan saat blok terjadi. Blok ini
dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau
bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP teratur.
Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang
menyertai sehingga QRS akan melebar
4. AV block derajat ketiga (komplit)
Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara
normal, tetapi tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang
dari sel-sel pacu jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60
denyut/menit) atau pada ventrikel (frekuensi 20-40 denyut/menit) tergantung pada
tingkat AV blok. Pada gambaran EKG gelombang P dan kompleks QRS ada
tetapi tidak ada hubungan antara keduanya. Interval PP dan RR akan teratur tetapi
interval RR bervariasi. Jika pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS akan
mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS yang
lebar.
3. Etiologi
1. AV blok derajat I
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang
memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti
digitalis, ß blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner,
berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
2. AV blok derajat II
2.1 AV blok derajat II Mobitz I (Wenckebach)
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga
beberapa obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti
digitalis atau infark dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan AV blok
tipe ini.
2.2 AV blok derajat II Mobitz II
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada
infark dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
2.3 AV blok derajat III (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang
lebih kecil. Blok jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA.
Dalam irama utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan ventrikel.
Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit, maka
sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti
hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.
4. Manifestasi klinis
a. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA.
b. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan
kematian mendadak
c. AV blok derajat I
- Sulit dideteksi secara klinis
- Bunyi jantung pertama bisa lemah
- Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
d. AV blok derajat II
- Denyut jantung < 40x/menit
- Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS
menghilang.
- Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering
menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering
menderita gejala penurunan curah jantung dan akan memerlukan atropine dalam
dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
e. AV blok derajat III (komplit)
- Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang kontraksi saat
katup tricuspid sedang menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah
terdorong kembali ke vena leher, sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP)
nampak jelas seperti gelombang “meriam (cannon)”
- Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi
serebrum yang buruk.
f. Cara membaca gelombang EKG :
NO GELOMBANG GAMBARAN NORMAL
1 Gelombang P Depolarisasi atrium < 0.12 s dan , 0.3 mV
2 QRS kompleks Waktu depolarisasi
ventrikel
0.06 – 0.12 s
Gel. Q = < 0.04 s &
<1/3R
3 Gelombang T Repolarisasi ventrikel
4 Segmen ST Akhir depolarisasi Isoelektris
ventrikel – awal
repolarisasi ventrikel
5 PR Interval Awal depolarisasi atrium
– awal depolarisasi
ventrikel
0.12 – 0.20 s
6 QT Interval Awal depolarisasi
ventrikel – akhir
repolarisasi ventrikel
0.38 – 0.42 s
Menghitung HR :
Metode Cara menghitung
KOTAK BESAR 300 /KOTAK BESAR R – R
KOTAK KECIL 1500 /KOTAK KECIL R – R
IRAMA IREGULER QRS X 10 selama 6 detik
5. Patofisiologi (terlampir)
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara
atrium dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus,
mengikuti jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik
(interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama
QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin
progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan melalui
sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung derajat dua,
sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya
dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach (mobitz
I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang memanjang
progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua
(mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran AV
yang tetap dan impuls yang lain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke
ventrikel, terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel
ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah
terputusnya hantaran berkas cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi
hingga lebih dari 0,10 detik.
6. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya
b. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel dan katup
c. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan
disritmia.
7. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan sesuai derajat AV blok.
a. Obat antiaritmia
Reseptor Klas Obat Cara kerja obat
Saluran Na+,
K+
1 A Procainamide,
Quinidine,
Amiodarone
Mencegah masuknya
Na ke dalam sel
Menghambat konduksi,
memperlambat masa
pemulihan (recovery) dan
mengurangi kecepatan otot
jantung untuk discharge
secara spontan
Class 1A
memperpanjang aksi
potensial
Saluran Na+ 1 B Lidocaine, Phenitoin
ß-adrenergik 2 Esmolol, Metoprolol,
Propanolol, Sotalol*,
Amiodarone
Anti simpatetik,
mencegah efek
katekolamin pada aksi
potensial
Termasuk golongan ß-
adrenergik antagonis
Saluran K+ 3 Sotalol*, Bretylium,
Ibutilide, Dofetilide
Memperpanjang waktu aksi
potensial
Saluran Ca+ 4 Verapamil, Diltiazem,
Amiodarone
Mencegah masuknya Ca
ke dalam sel otot jantung
Mengurangi waktu
plateau aksi potensial,
efektif memperlambat
konduksi di jaringan nodal.
b. AV blok derajat I
- Tidak ada tindakan yang diindikasikan.
- Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut,
- Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
c. AV blok derajat II Molitz I
- Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini
merupakan agen pengganggu
- Monitor klien terhadap berlanjutnya blok.
- Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang
dengan akibat gejala klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila ada
gejala ini maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine IV
sampai total 2,0 mg.
d. AV blok derajat II Molitz II
- Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
- Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi IMA
akut pada dinding anterior.
e. AV blok derajat III (komplit)
- Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan
isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan
kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok jantung derajat tiga
memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk menjamin curah jantung yang
mencukupi (Boswick, 1988).
- Pacu jantung diperlukan permanen atau sementara
f. Implantasi pacu jantung (pace maker)
Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung
permanen adalah suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular
untuk mendepolarisasi jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan
jantung melalui system vena.
Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau
atrium kanan. Pacu jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel
melalui dua electrode dan bisa menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel
setelah tiap gelombang P yang terjadi di atrium. Sehingga timbul impuls yang
mendekati depolarisasi fisiologis pada jantung, dan memungkinkan jantung
berdenyut sesuai dengan nodus sinus.
Nomenklatur pacu jantung :
- huruf pertama -- rongga yang dipacu (V : ventrikel, A : atrium, D : keduanya)
- huruf kedua – rongga yang dituju (V, A, atau 0 bila tidak ada)
- huruf ketiga – pacu jantung merespon terhadap deteksi aktivitas listrik jaunting
(I : diinhibisi, T : dipicu, D : keduanya)
- huruf keempat – menunjukkan apakah pacu jantung menstimulasi lebih cepat
saat aktivitas fisik yang disimbolkan dengan huruf R, artinya denyut responsive
(misal VVI-R) (Davey, 2005).
Komplikasi
1. Sinkop
2. Tromboemboli bila disertai tachikardia
3. Gagal jantung
4. Kematian
Prognosis
Tergantung penyebab , berat gejala dan respon terapi.
PACEMAKER
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Alat ini memulai
dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak
mampu lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien
mengaami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang
mengakibatkan kegagalan curah jantung. Pacemaker bias bersifat permanen atau
temporer. Pacemaker permanen biasanya digunakan pada penyekat jantung
komplet ireversibel, sedang pacemaker temporer digunakan sebagai terapi
tambahan untuk menyokong pasien yang mengalami penyekat jantung akibat
infark miokard atau setelah pembedahan jantung terbuka. Pada beberapa kasus,
pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol takikardi disritmia yang tidak
berespons terhadap terapi pengobatan.
RANCANGAN PACEMAKER.
Pacemaker tersusun atas dua komponen:
1. Pembangkit pulsa listrik, yang mengandung sirkuit dan baterai yang
membangkitkan stimulus listrik.
2. Elektroda pacemaker juga disebut lead atau kabel, yang menghantarkan
impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari pacemaker berjalan melalui
elektroda kateter elastic yang dimasukan langsung melalui tusukan ke dinding
dada. Pembangkit pulse biasanya ditanam di kantung bawah kulit di daerah
pectoral atau aksiler; kadang-kadang juga dipilih daerah abdomen.
Pembangkit pacemaker diisolasi untuk melindungi dari kelembapan dan
panas tubuh. Pembangkit pulsa (atau pacemaker) mempunyai suplai tenaganya
sendiri, yang disediakan oleh sel baterai. Sumber tenaga utama yang sering
digunakan akhir-akhir ini adalah baterai merkuri-seng (bertahan selama 3 sampai
4 tahun), unit sel litium (bertahan samoai 10 tahun) dan pacemaker bertenaga
nuklir (sumber plutonium) yang bertahan 20 tahun sampai seumur hidup. Ada
juga pacemaker yang dapat diisi diluar. Karena pacemaker bergantung pada
baterai, maka kehabisan baterai tak dapat dihindari (kecuali yang bertenaga muklir
danyang dapat diisi ulang). Dengan demikian, pembangkit yang mengandung
baterai harus diganti secara berkala.
JENIS-JENIS PACEMAKER
Pacemaker yang sering digunakan adalah pacemaker demand (sinkronus,
nonkompetitif) yang diatur pada frekuensi tertentu dan menstimulasi jantung saat
tidak terjadi repolarisasi jantung normal. Jenis ini hanya berfungsi bila frekuensi
alami jantung berjalan di bawah ambang tertentu. Pacemaker fixed rate
(asinkronus, ompetitif) menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan yang sudah
diatur sebelumnya, dan tidak tergantung irama pasien. Jenis ini jarang dipakai,
biasanya pada paien dengan penyekat jantung komplet atau stabil.
1. Sistem Pacemaker Sementara.
Cetusan sementara biasanya merupakan prosedur gawat darurat dan
memungkinkan kita mengobservasi efek cetusan terhadap fungsi jantung
sehingga kecepatan cetusan optimum pasien dapat dipilih sebelum pacemaker
permanen dipasang. Jenis ini digunakan pada asien yang mengalami infark
miokard dengan komplikasi penyekat jantung, pada pasien dengan henti
jantung dengan bradikardia dan asistole, atau pada pasien pasca operasi
pembedahan jantung tertentu. Cetusan sementara dapat digunakan selama
berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu dan diteruskan sampai
kondisi pasien baik atau sampai pacemaker permanen dipasang.
Cetusan sementara dapat dilakukan dengan pendekatan endokardial
(transvena) atau dengan pendekatan transtorakal ke miokardium. Elektroda
transvena dipasang dibawah pengawasan fluoroskopi melalui berbagai vena
perifer (antekubital, brachial, jugular, subklavia, femoral), dan ujung kateter
diletakkan di apeks ventrikel kanan. Komplikasi yang paling sering terjadi selama
pemasangan pacemaker adalah disritmia ventrikel. Jarang terjadi perforasi jantung
Defibrilator harus selalu tersedia
2. Sisem pacemaker permanen.
Untuk cetusan permanen, lead endokardial dimasukkan secara transvena
kedalam ventrikel kanan, dan pembangkit pulsa dipasang didalam tubuh di bawah
kulit di daerah pectoral kiri atau kanan atau di bawah klavikula. Hal ini disebut
implant endokardial atau transvena. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan
anastesia local. Metoda lain cetusan permanen adalah memasang pembangkit
pulsa ke dinding abdomen. Elektroda dimasukkan secara transtorakal ke
miokardium, dan dijahit. Untuk metoda ini, yang dinamakan epikardial atau
implant miokardial, diperlukan torakotomi untuk mencapai jantung.
Pacemaker Atrioventrikel (cetusan Fisiologis).
Teknologi pacameker, malelui perkembangan pacemaker AV, telah
membantu perkembangan terapi pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai
masalah jantung yang kompleks. Pacemaker AV dianggap yang paling disukai
karena dapat diprogram agar menyerupai fungsi intrinsic jantung pasien itu
sendiri, sehingga dinamakan pacemaker fisiologis.
Karena kerja pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk suatu
kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai fungsinya.
Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena sangsinya dijalankan
oleh Inter Society Comission For Heart Disease. Kode yang komplet terdiri atas
lima pernyataan, tapi hanya tiga yang digunakan dalam praktek sehari-hari.
Pernyataan pertama, selalu menyebutkan ruang yang akan dicetuskan,
yaitu ruang yang diisi electrode cetusan. Karakter huruf yang mungkin pada kode
ini adalah A (atrium), V (ventrikel), dan D (dual, artinya A dan V).
Pernyataan kedua, menjelaskan ruang yang diindera oleh pembangkit
pacemaker, informasi yang diindera dihubungkan ke pembangkit untuk
diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang mungkin di isi adalah A
(atrium) V (ventrikel) dan D (dual).
Peryataan ketiga selalu menjelaskan tipe respons yang ditunjukan oleh
pacemaker. Adalima huruf untuk menerangkan respons tersebut, tetapi dari kelima
itu hanya dua yang biasa digunnakan: I (inhibitory) dan T (Triggered). Respons
penghambat (ihibitory) berarti respons pacemaker dikontrol oleh aktivitas jantung
pasien itu sendiri; artinya pacemaker tidak kan berfungsi bila jantung pasien
berdenyut. Sebaliknya respons triggered berarti pacemaker akan mencetuskan
respons yang berdasarkan pada aktivitas jantung intrinsic.
Pacemaker Respons aktivitas. Adalah pacemaker yang akan mengubah
frekuensi jantung sesuai respons terhadap perubahan aktivitas yang diselidiki.
Rancang awalnya tergantung pada parameter seperti aktivitas fisik, perubahan
asam-basa, dan saurasi oksigen, dan bukan tergantung pada fungsi nodus sinus.
Pacemaker ini mampu memperbaiki curah jantung pasien selama latihan.
KOMPLIKASI.
Komplikasi pacemaker berhubungan dengan
1. Keberadaan dalam tubuh
2. Fungsinya yang tidak sesuai.
Komplikasi berikut dapat timbul akibat adanya pacemaker:
1. Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi di tempat
pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker di bawah kulit.
2. Disritmia – aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi dinding
ventrikel oleh elektroda
3. Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.
4. Cetusan hilang secara mendadak akibat tngginya ambang ventrikel.
5. Bengkak, memar, atau perdarahan pada lokasi generator, terutama apabila
sedang mengkonsumsi pengencer darah
6. Kerusakan pada pembuluh darah atau saraf yang berada di dekat alat pacu
jantung.
7. Kolaps paru
8. Tusukan pada otot jantung, yang dapat menjadi sumber perdarahan dalam
selaput jantung dan mungkin dapat membutuhkan penanganan segera.
Malfungsi pacemaker dapat terjadi akibat kegagalan satu atau beberapa
komponen system cetusan. Kebanyakan kegagalan pembangkit pulse adalah
akibat habisnya baterai sumber tenaga (mis, kegagalan baterai). Pasien harus
diberitahu bahwa baterai disegel dalam pembangkit pulse. Bila saatnya tiba untuk
mengganti baterai, irisan baru akan dibuat pada irisan lama. Pembangkit lama
pulsa diangkat, dan unit baru dipasang serta disambungkan ke lead yang sama
kemudian dipasang di kantong yang sudah tersedia. Biasanya dilakukan di bawah
anastesia local. Komplikasi lain meliputi fraktur (pecah) atau dislokasi elektroda
atau kegagalan elektronika.
Malfungsi pacemaker dapat juga terjadi bila ada pajanan terhadap medan
peralatan teknologi seperti oven microwave, peralatan MRI dan detector logam
pada pos pemeriksaan keamanan seperti di bandara atau di gedung pemerintah.
Pasien harus diingatkan untuk menghindari situasi yang melibatkan pajanan
medan elektromagnetis. Pasien dianjurkan untuk memakai pengenal yang akan
mengingatkan personel tenaga kesehatan gawat darurat mengenai adanya
pacemaker.
Perubahan frekuensi dan irama jantung secara mendadak menunjukan
adanya komplikasi. Keparahan gejala yang timbul terhantung pada tingkat
ketergantungan pasien pada pacemaker. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan
melalui analisa EKG. Manipulasi elektroda atau mengganti pembangkit
pacemaker mungkin diperlukan
Idikasi pemasangan alat pacu jantung
Pemasangan alat pacu jantung adalah untuk membantu mengontrol irama
(denyut) jantung pasien. Alat ini dapat dipasang untuk sementara untuk
memperbaiki denyut jantung lambat akibat serangan jantung, operasi, atau
keracunan obat. Alat pacu jantung juga dapat dipasang secara permanen untuk
mengoreksi denyut jantung yang lambat (bradikardia), atau dalam beberapa kasus,
untuk membantu mengobati gagal jantung. Untuk memahami bagaimana suatu
alat pacu jantung bekerja, akan sangat membantu apabila pasien mengetahui
bagaimana jantungnya berdetak.
Cara kerja jantung
Jantung adalah organ tubuh yang berukuran sebesar kepalan tangan,
memiliki otot-otot, dan memompa dengan 4 ruang yaitu 2 di kiri dan 2 di kanan.
Ruang atas adalah atrium kiri dan kanan, sedangkan yang dibawah adalah
ventrikel kiri dan kanan.
Agar jantung dapat berfungsi sempurna, ruang jantung harus bekerja
secara terkoordinasi. Jantung harus berdetak dengan kecepatan yang sesuai,
normalnya pada dewasa adalah 60-100 kali per menit saat istirahat. Apabila
jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat, maka aliran darah yang beredar
dalam tubuh Anda menjadi tidak cukup sehingga akan merasa kelelahan, pingsan,
napas pendek, kebingungan (disorientasi), dan tanda dan gejala lainnya.
Sistem listrik jantung mengontrol aksi pompa ruang jantung. Detak
jantung normal dimulai dari atrium kanan , yaitu pada sinus node. Kumpulan sel-
sel ini, yang merupakan pacu jantung alamiah, bekerja seperti percikan listrik
yang mengeluarkan impuls listrik regular yang berjalan melalui serat-serat otot
khusus.
Saat impuls listrik ini mencapai atrium kanan dan kiri, mereka
berkontraksi dan memeras darah untuk masuk ke dalam ventrikel. Setelah delay
sepersekian detik, dan ventrikel mulai terisi, maka impuls akan mencapai
ventrikel dan membuatnya berkontraksi sehingga aliran darah dapat berjalan ke
seluruh tubuh.
Cara kerja pacemaker
Alat pacu jantung memantau denyut jantung, dan apabila terlalu lambat,
alat pacu jantung akan mempercepat pengiriman sinyal listrik ke jantung. Sebagai
tambahan, sebagian besar alat pacu jantung memiliki sensor yang dapat
mendeteksi gerakan tubuh atau laju napas, yang memberikan sinyal pada alat pacu
jantung untuk meningkatkan denyut jantung selama berolahraga untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan darah dan oksigen.
Pacu Jantung Biventrikular
Selain alat pacu jantung tradisional, alat pacu jantung biventrikular
merupakan terapi pilihan bagi penderita gagal jantung dengan kerusakan sistem
listrik jantung. Berbeda dengan alat pacu jantung biasa, alat pacu jantung
biventrikular memacu kedua ruang bawah jantung (serambi kiri dan kanan) untuk
membuat jantung berdetak lebih efisien. Alat pacu jantung biventrikular memacu
kedua serambi sehingga semua atau sebagian besar otot serambi memompa secara
bersamaan. Hal ini membantu jantung Anda untuk memompa secara efektif.
Karena terapi ini mengatur ulang mekanisme pompa, seringkali disebut juga
sebagai terapi resinkronisasi jantung atau cardiac resynchronization therapy
(CRT).
Persiapan Pasien
Sebelum Dokter memutuskan apakah klien membutuhkan sebuah alat pacu
jantung, klien akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk menentukan
penyebab irama jantung klien yang tidak teratur. Pemeriksaan ini meliputi:
1. Elektrokardiogram (EKG). Pada pemeriksaan sederhana ini, alas sensor yang
terhubung dengan kabel, yang dinamakan elektroda, akan ditempelkan pada
dada klien dan terkadang pergelangan kaki dan tangan Anda untuk menilai
hantaran listrik jantung klien. Gambaran pola jantung klien dapat memberi
petunjuk pada Dokter mengenai jenis irama jantung yang tidak teratur.
Selengkapnya dapat dilihat disini.
2. Holter monitoring. Juga dikenal sebagai monitor EKG berjalan, suatu monitor
Holter akan merekam irama jantung selama 24 jam penuh. Kabel dari elektroda
di dada akan bekerja dengan tenaga baterai sebagai alat perekam yang dapat
kantongi atau dibawa kemana-mana dengan ikat pinggang atau tali pengikat di
bahu.Selama memakai monitor, klien akan menyimpan buku catatan (diary)
mengenai aktivitas dan gejala yang klien alami. Dokter akan membandingkan
buku catatan klien dengan rekaman untuk mencari penyebab dari keluhan
klien.
3. Echocardiogram. Pemeriksaan non-invasif ini menggunakan gelombang suara
yang tidak berbahaya sehingga Dokter dapat melihat jantung tanpa perlu
membuat sayatan. Selama tindakan ini berlangsung, sebuah alat kecil terbuat
dari plastik yang dinamakan transducer ditempatkan di dada klien. Alat
tersebut akan mengumpulkan bayangan dari gelombang suara yang
direfleksikan (echoes) dari jantung dan mentransmisikannya ke mesin yang
kemudian menampilkan gambar jantung klien yang sedang berdetak di layar.
Gambar ini akan menunjukkan seberapa bagus fungsi pompa jantung klien,dan
juga merekam gambar sehingga Dokter dapat mengukur ketebalan dari dinding
otot jantung klien.
4. Stress test. Beberapa masalah jantung hanya terjadi saat berolahraga. Pada
stress test, jantung akan diperiksa terlebih dahulu dengan echocardiogram atau
EKG sebelum dan segera sesudah berjalan diatas treadmill atau bersepeda
statis. Tipe treadmill exercise test lainnya juga dapat dilakukan untuk
mengevaluasi jantung, termasuk pemeriksaan konsumsi oksigen untuk
mengukur berapa banyak oksigen yang tubuh butuhkan.
Proses Keperawatan pasien dengan Pacemaker
Pengkajian.
Setelah pemasangan pacemaker sementara atau permanen, frekuensi dan
irama jantung pasien harus dipantau dengan EKG. Pengaturan pacemaker harus
dicatat; frekuensi jantung pasien dapat bervariasi sampai lima denyut di atas atau
di bawah frekuensi yang telah diatur pada pacemaker. Bila timbul atau terjadi
peningkatan frekuensi disritmia, maka gejala ini harus diamati dan dilaporkan
pada dokter.
Periksa adanya perdarahan, pembentukan hematoma atau infeksi pada luka insisi
tempat pembangkit pulsa dipasang (atau tempat masuk elektroda cetusan bila
pacemaker bersifat sementara). Infeksi adalah ancaman utama bagi pasien yang
dipasang pacemaker. Tempat pemasangan diperiksa terhadap adanya
pembengkakan, nyeri tekan, dan peningkatan panas. Pasien mungkin mengeluh
rasa berdenyut yang terus menerus atau nyeri. Setiap adanya rabas yang keluar
harus dilaporkan pada dokter.
Semua peralatan listrik yang digunakan di dekat pasien harus dihubungkan
dengan ground. Peralatan yang tidak duhubungkan dengan ground dapat
menyebabkan kebcoran arus yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.
Perawat harus memeriksa akan adanya potensial bahaya dri sumber listrik.
Tidak boleh ada bagian terminal atau kabel pacemaker yang muncul keluar.
Semua logam telanjang harus ditutup rapat dengan bahan non konduktif untuk
mencegah kecelakaan fibrilasi ventrikel dari arus luar. Insinyur biomedis, tukang
listrik, atau orang yang ahli dibidang tersebut harus memastikan bahwa pasien
berada dalam lingkungan yang bebas listrik.
Komplikasi
Pada jam-jam awal setelah pacemaker sementara atau permanen
dipasangm komplikasi yang paling sering adalah berpindahnya lokasi elektroda
cetusan. Komplikasi ini dapat dilihat dengan memeriksa pola EKG; hubungan
antara spike cetusan P serta QRS pasien menjadi tidak sinkron.
Perawat dapat membantu mencegah komplikasi ini dengan meminimalkan
aktivitas pasien. Apabila yang dipasanga adalah elektroda sementara, maka
ekstremitas tempat kateter dimasukkan harus diimobilisasi. EKG dipantau dengan
sangat teliti untuk melihat adanya spike cetusan. Karena pentingnya pemantauan
tersebut, idealnya pasien harus berada di unit khusus.
Data berikut harus dicatat pada catatan pasien; model pacemaker, tanggal dan
jam pemasangan, lokasi pembangkit pulsa, ambang stimulasi, dan frekuensi
pencetus. Informasi inisangat penting untuk mengatasi setiap masalah disritmia
yang tidak wajar.
b. Diagnosa.
Diagnosa Keperawatan.
Berdasar pada data pengkajian, diagnose keperawatn utama pada pasien
mencakup yang berikut;
ü Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter atau pembangkit.
ü Kurang pengetahuan mengenai program perawatan diri.
Masalah Kolaborasi
Kompikasi Potensial.
Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial yang mungkin terjadi
mencakup;
ü Malfungsi pacemaker yang berakibat turunnya curh jantung.
c. Perencanaan dan Implementasi.
Tujuan. Tujuan utama mencakup tidak adanya infeksi, kepatuhan terhadap
program perawatan diri, dan pemeliharaan fungsi pacemaker.
d. Intervensi Keperawatan
Pencegahan infeksi. Tempat luka harus diperiksa secara teratur akan adanya
kemerahan, edema, nyeri, atau perdarahan tak normal. Dokter melakukan
penggantian balutan pertama dan perawat memeriksa dan mengganti balutan tiap
hari setelahnya. Setiap perubahan pada luka harus dilaporkan pada dokter.
Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Akibat kebutuhan
pacemaker, kebanyakan pasien biasanya patuh dengan program perawatan
kesehatan di rumah. Pasien mengikuti program pengkajian dan pencatatan
frekuensi nadi.
e. Evaluasi.
Hasil yang diharapkan:
1. Bebas infeksi.
a. Suhu normal
b. Nilai leukosit dalam batas normal (5.000 sampai 10.000/mm3)
c. Tidak memperlihatkan kemerahan atau pembengkakan pada tempat
pemasangan pacemaker.
2. Mematuhi program perawatan diri.
a. Menjawab dengan benar bila ditanya mengenai tanda dan gejala infeksi.
b. Mengetahui kapan harus mencari pertolongan medis (seperti yang terlihat
pada respons tanda dan gejala)
3. Memelihara fungsi pacemaker.
a. Mengukur dan mencatat frekuensi nadi dalam interval regular.
b. Tidak mengalami perubahan frekuensi atau irama secara mendadak.
Penyuluhan Pasien: Pasien dengan Pacemaker
1. Melapor pada dokter/klinik pacemaker secara berkala sesuai ketentuan,
sehingga frekuensi pacemaker dan fungsinya dapat dipantau, khususnya selama
bulan pertama setelah pemasangan.
a. Mematuhi jadual pemantauan mingguan selama bulan pertama setelah
pemasangan.
b. Periksa denyut nadi tiap hari. Laporkan segera bila terjadi percepatan atau
perlambatan mendadak denyut nadi. Hal tersebut menunjukan malfungsi
pacemaker.
c. Lakukan pemantauan per minggu saat baterai diperkirakan hampir habis.
(waktu pemasangan kembali tergantung pada tipe baterai yang digunakan)
2. Gunakan pakaian yang lonnggar di daerah pacemaker.
a. Mampu menjelaskan adanya sedikit penonjolan pada daerah pemasangan
implant.
b. Beritahukan dokter bila di daerah tersebut mengalami kemerahan atau nyeri.
c. Hindari cedera pada daerah pembangkit pacemaker.
3. Pelajari petunjuk dari pabrik.
4. Mengetahui bahwa biasanya aktivitas fisik tidak perlu dikuragi kecuali
olahrahga kontak.
5. Memakai kartu/gelang identitas yang menunjukan nama dokter, nomor tipe
dan model pacemaker, nama pabrik, frekuensi pacemaker, dan rumah sakit
dimana pacemaker dipasang.
6. Hindari paparan jarak dekat terhadap microwave, MRI, dan segala sumber
medan magnet.
7. Tunjukkan kartu identitas dan minta scanning genggam bila melewati
gerbang pengamanan, mis di bandara, gedung pemerintah.
8. Selalu ingat bahwa perawatan di rumah sakit secara berkala diperlukan
untuk mengganti baterai/mengangkat unit pacemaker.
DAFTAR PUSTAKA
http://biomed.brown.edu/Courses/BI108/BI108_2008_Groups/group10/
pacemaker.html
http://kardioipdrscm.com/portfolio/pemasangan-alat-pacu-jantung/
Suzanne C Smeltzer & Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, ed 8 Vol 2,
2005, Penerbit Buku Kedokteran EGC: jakartas