seminar halusinasi menur (aneka)2
DESCRIPTION
Keperawatan JiwaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan di masyarakat pada umumnya dapat menyejukan dan
menyedihkan. Apabila seseorang mempunyai gangguan mental yang disebut
skizofrenia yang oleh masyarakat awam banyak disebut “gila”. Hal ini dapat
dipahami karena salah satu unsur manusia yang tergabung dalam bio, psiko,
sosial, spiritual dan kultural terganggu. Gejala ini tidak hanya di anggap sebagai
bencana bagi dirinya sendiri akan tetapi juga bagi lingkungannya mulai dari
keluarga teman-temannya masyarakat di sekelilingnya. (Majalah psikiatri “Jiwa”
tahun 1995 : 49).
Sementara itu angka gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2000
diperkirakan meningkat satu perseribu penduduk. Gangguan jiwa psikosa di
Indonesia diperkirakan 1-3 perseribu penduduk, sedangkan angka gangguan jiwa
neurosia termasuk neurosis cemas obsetif dan histeris serta gangguan jiwa
psikosomatik sebagai akibat tekanan hidup berkisar antara 20-60 per seribu
penduduk (Maramis, 1996; 98). Salah satu gangguan jiwa psikosa adalah
skizofrenia akut.
Gangguan psikotik akut skizofrenia akut merupakan suatu gangguan
psikotik akut dengan gejala-gejala psikokotik yang secara koperatif bersifat
cukup setabil dan memenuhi kreteria untuk skizofrenia tetapi hanya berlangsuyng
kurang dari satu bulan lamanya (PPDGJ III, 1993 hal 128).
B. Batasan Masalah
Penggolongan dari gangguan jiwa begitu banyaknya. Sedangkan dari
penulisan mengalami keterbatasan dalam hal waktu, kemampuan, pengetahuan,
serta biaya. Maka penulis membatasi laporan ini hanya pada asuhan keperawatan
pada klien dengan skizofernia hebefrenik berkelanjutan di rumah sakit Jiwa
Daerah Menur di Surabaya.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dan memgembangkan pola pikir
ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus medis
skizofrenia hebefrenik berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa medis skizofrenia hebefrenik berkelanjutan.
b. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien melalui tahapan
proses perawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
c. Mampu mendokumentasi hasil asuhan keperawatan.
d. Mampu membandingkan, mengidentifikasikan serta menyimpulkan dan
merumuskan kesenjangan yang ada antara konsep dasar dengan kasus
nyata dilapangan.
e. Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam taraf sederhana secara
ilmiah untuk mengembangkan asuhan keperawatan dengan kasus medis
skizofrenia hebefrenik berkelajutan bagi sama profesi.
D. Metode Pemikiran
Dalam penyusunan laporan ini, penulis memperoleh data yang diperlukan
dengan menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Metode diskriptif
Metode sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi waktu
sekarang.
2. Studi kepustakaan
Mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku yang ada
hubungannya dengan kasus skizofrenia berkelanjutan.
3. Wawancara dan observasi
Suatu proses komunikasi dan pengamatan langsung untuk memperoleh atau
mendapatkan data dan informasi yang tepat dari klien, dengan komunikasi
verbal
4. Studi dokumentasi
Suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mempelajari status klien,
catatan keperawatan, catatan medis, dan hasil dari pemeriksaan penunjang
lainnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara langsung kepada klien.
b. Observasi dengan mengamatu terhadap reaksi, sikap dan perilaku klien yang
dapat ditangkap dengan panca indera.
c. Pemeriksaan yang meliputi : pemeriksaan laboratorium yang dapat
menunjang tegaknya diagnosa dan penanganan selanjutnya, pengamatan
psikologi.
F. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dengan wawancara serta observasi dari klien.
b. Data Sekunder
1. Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, psikolog dan tenaga pekerja
sosial.
2. Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan dalam bentuk dokumentasi
medik.
3. Hasil-hasil pemeriksaan penunjang hasil-hasil laboratorium.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan studi kasus ini dibagi dalam empat bab yang disusun
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Penutup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Skizofrenia
Skizofrenia yaitu sekelompok gangguan psikosis dengan gejela
terpecahnya unsur-unsur kepribadian (proses berfikir, afek / emosi,
kemauan dan psikomotor) yang mulai timbul pada usia kurang dari 45
tahun (UPF, 94 : 37).
b. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebefrenik dimana permulaannya perlahan atau sub
akut dan sering timbuk pada masa remaja atau antara usia 15-25 tahun.
Gejala yang mencolok adalah gangguan adanya depersonalisasi,
gangguan psikomotor seperti prilaku kekanak-kanakan yang sering
terdapat pada hebefrenik (W.F. Maramis, 1995, 99).
c. Hubungan sosial dengan perilaku menarik diri
Menarik diri adalah suatu tindakan melepas diri dari alam
sekitarnya, individu tidak minat dan perhatian terhadap lingkungan sosial
secara langsung. Dengan menarik diri tersebut klien kurang berespon
terhadap orang lain maupun lingkungannya sehingga mengakibatkan
kegagalan dalam membina hubungan dengan orang lain. Dimana individu
tersebut mampu mempengaruhi, mengubah perilaku individu yang lain
dan alam sekitarnya.
2. Etiologi
a. Teori keturunan
1). Faktor keturunan
Faktor keturunan ternyata juga berpengaruh. Hal ini telah
dibuktikan melalui penelitian tentang keluarga skizofrenia dan
keturunannya. Bagi anak dengan salah satu orang tua menderita
skizofrenia kemungkinan menderita 7-16%. Bila kedua orang tua
menderita skizofrenia 40-60%. Bagi saudara kandung 7-15%. Namun
pengaruh ini dapat kuat atau lemah tergantung juga faktor
lingkungan.
2). Endokrin
Skizofrenia mungkin terjadi karena gangguan endokrin teori
muncul dengan timbulnya skizofrenia sewaktu puberitas, kehamilan,
puerperium maupun klimakterium. Tetapi hal ini belum dapat
dibuktikan.
3). Metabolisme
Teori ini muncul karena umumnya penderita skizofrenia tampak
pucat dan tidak sehat. Hipotesa ini tidak dibenarkan oleh para sarjana.
Belakangan ini teori ini mendapat perhatian lagi berhubungan dengan
afek penggunaan obat-obatan halusinogenik yang mirip dengan
gangguan skizofrenia tetapi reversibel.
4). Susunan saraf pusat
Ada yang mencari penyebab ke arah kelainan patologis ini
ditemukan sebagai akibat perubahan post mortem atau artefact
sewaktu membuat sediaan.
b. Teori psikogenik
1). Teori Adoft Mayer
Skizofrenia tidak timbul, sebagai penyakit badaniah. Namun penyakit
badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Skizofrenia
merupakan suatu reaksi yang salah atau maladaptasi. Oleh karena itu
timbul suatu disorganisasi kepribadian yang lama kelamaan individu
itu akan menjauhkan diri dari kenyataan.
2). Teori Sigmund Freud
Pada skizofrenia terdapat :
1.1 Kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab psikogenik
ataupun somatik.
1.2 Super ego dikesampingkan dan idlah yang berkuasa.
1.3 Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga dapat terapi psikonalitik tidak mungkin.
3). Eugen Bleuler
Menganjurkan penggunaan istilah skizofrenia yang lebih
menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah
belah. Adanya disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Gejala primer skizofrenia terdapat pada gangguan proses
pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan otisme. Sedangkan gejala
sekunder berupa waham, halusinasi, gangguan psikomotor utamanya
gejala katatonik.
c. Teori yang lain
1). Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang disebabkan oleh berbagai
macam sebab antara lain : keturunan, pendidikan yang salah, tekanan
jiwa.
2). Suatu gangguan psikosomatis. Gejala yang nampak pada badan hanya
sekunder, karena gangguan dasar yang psikogenik.
3. Patofisiologi
Krilin dan Bleuler mengajukan suatu hipotesa bahwa keadaan
neuropatologi tertentu merupakan penyebab dari timbulnya skizofrenia, maka
dengan datangnya kemajuaan ilmu kesehatan yang di dukung oleh
kecanggihan peralatan medis maka banyak dilakukan penelitian dengan
menggunakan CT-Scan, penelitian diawali oleh Jhon Ston (1976-1978)
dengan dilanjutkan oleh beberapa tokoh sampai sekarang dan banyak
dilakukan oleh para peneliti adanya kelainan gambaran CT-Scan kepala klien
skizofrenia dan yang paling sering dikemukakan adalah adanya pelebaran
ventrikel baik lateralis maupun vent rikel III, juga adanya atropi dari kortek
serebri terutama daerah prefromtal, juga pernah dilaporkan adanya kalianan
patologi atau vermis serebelum pada klien skizofrenia tetapi masih banyak
juga para peneliti yang tidak menemukan adanya kelainan dengan CT-Scan
pada klien skizofrenia. Tetapi walaupun dengan hasil pemeriksaan tersebut
belum bisa menerangkan dengan pasti patofisiologi dari timbulnya
skizofrenia.
4. Gejala Klinik
Gejala-gejala khas yang meliputi berbagai hal psikologis terdiri dari
beberapa aspek yaitu :
a. Isi pikiran : gangguan utama pada isi pikir ialah waham yang seringkali
majemuk, terpecah atau aneh, misalnya berupa waham kerja dan waham
yang menyangkut dirinya (delusion of reference).
b. Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai
assosiasi longgar, inkoherensi, kemiskinan pembicaraan dan lain-lain.
c. Persepsi : gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi yang
paling sering adalah halusinasi dengar.
d. Afek : sering sekali berupa afek yang datar atau tidak serasi.
e. Rasa kesadaran diri : sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas yang
parah tentang identitas dirinya dan maka eksistensinya.
f. Dorongan kehendak (volition) : gangguan dapat berupa minat atau
dorongan yang tidak adekuat.
g. Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk
menarik diri dari dunia luar, berfreokupasi pada ide atau fantasi yang ego
sentrik dan apabila keadaanya parah, maka jatuh ke dalam keadaan
autisme.
h. Tingkah laku psikomotor : gangguan tingkah laku psikomotor bisa
beraneka ragam, dapat berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas
spontan atau dapat pula berupa gerakan motorik yang berlebihan.
i. Gambaran penyerta : hampir semua gejala dapat timbul tampak
kehilangan akal, berpakaian atau berdadan eksentrik, aktivitas motorik
yang tidak wajar afek tidak menyenangkan, depersonalisasi, derealisasi
dan gangguan yang mirip wahan yang mengangkut dirinya.
Gambaran utama pada skizofrenia tipe hebefrenik adalah berupa :
1). Inkoherensi yang jelas.
2). Afek datar, tak serasi atau ketolol-tololan.
3). Sering di sertai tertawa-tawa kecil atau senyum tak wajar.
4). Waham atau halusinasi yang terpecah-pecah.
Gambaran penyerta yang sering dijumpai adalah :
1). Menyeringai, pelegakan (mannerism) berkelakar.
2). Kecenderungan untuk menarik diri secara ektrem dari hubungan
sosial.
3). Berbagai perilaku tanpa tujuan.
5. Jenis skizofrenia
a. Skizofrenia simplex
1). Timbul pertama kali pada masa puberitas.
2). Gejala utama emosi yang dangkal dan kemauan menurun.
3). Tidak pernah terdapat waham, halusinasi dan tidak menunjukkan
tanda-tanda psikotik yang jelas seperti kelompok skizofrenia.
4). Pertama kali menarik diri dari pergaulan semakin lama semakin
mundur dalam pekerjaan, akhirnya jadi pengangguran, pengemis,
penjahat atau gelandangan.
5). Oneet kronis.
6). Prognosa : paling jelek.
b. Skizofrenia hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja /
antara 15-25 tahun.
Gejala utama :
1). Gangguan bentuk pikiran.
2). Gangguan inkoherensi yang jelas.
3). Waham yang aneh.
4). Tingkah laku kekanak-kanakan.
5). Efek emosi datar, inade kuat.
Gejala tambahan :
1). Gangguan psikomotor.
2). Menyeringai, berkelakar, menarik diri.
3). Oneet penyakit : sub akut-kronis
4). Prognosa : jelek.
c. Skizofrenia katatonik
Usia 15-30 tahun. Biasanya bersifat akut, didahului dengan stres
emosional.
Macam : 1). Stupor katatonik
- Tidak ada perhatian dengan lingkungannya.
- Emosi dangkal
2). Gaduh gelisah katatonik
Terdapat hiperaktivitas motorik dan tak di sertai
emosi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya.
d. Skizofrenia paranoid
Usia lebih dari 30 tahun. Gejala yang jelas waham primer, waham
sekunder dan halusinasi. Terdapat gangguan pada proses berfikir, afek
emosi, kemauan. Sering menyerang orang berkepribadian skizoid (mudah
tersinggung suka menyendiri).
e. Episode skizofrenia acut
Timbul mendadak sebab dan klien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut sehingga dapat timbul perasaan seakan-
akan dunia luar maupun dirinya berubah.
Prognosa baik dalam beberapa minggu, dan kurang dari 6 bulan klien
sudah baik.
f. Skizofrenia residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primer Bleuler, tapi tidak jelas adanya
gejala sekunder. Keadaan ini timbul setelah beberapa kali serangan
skizofrenia.
g. Skizofrenia afektif
Disamping gejala skizofrenia yang menonjol terdapat juga gejala defresi
dan manis. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tapi mungkin juga
timbul lagi serangan.
LAPORAN PENDAHULUAN
KASUS (MASALAH UTAMA)
Halusinasi
PROSES TERJADINYA MASALAH
DEFINISI
Halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus eksternal tanpa adanya
rangsangan dari luar (W. Kusuma, 1997 : 48).
Halusinasi pendengaran (Auditif, akustik) adalah halusinasi yang mengancam
dan memberi perintah yang membicarakan atau menertawakan tanpa
bnetuk verbal atau tidak realistik (Rusdi Muslim, 2000 : 84).
Halusinasi pendengaran dapat berupa suara manusia, hewan, mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik. (Maramis, 1994 : 119).
ETIOLOGI
Halusinasi biasanya disebabkan oleh skizofrenia gangguan mental organic,
penggunaan zat halusinogenik, ketidak seimbangan endoktrin, gangguan
efektif, depresi, sindrom putus zat dan keracunan obat.
Adapun 2 teori menurut Stuart dan sundeen tentang halusinasi.
1. Teori Biokimia
Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress yang
dapat mengakibatkan lepasnya zat-zat “Halusinogenetik
neurokimia”.
2. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan mekanisme pertahanan ego untuk melawan
rangsangan dari luar yang mengancam dan muncul dalam alam
sadar.
TANDA DAN GEJALA
Data Obyektif
Apatis, ekspresi wajah sedih, efek tumpul.
Menghindar dari orang lain (menyendiri) kx tampak memisahlam diri
dari orang lain, misal pada saat makan, ngobrol, dll.
Komunikasi kurang / tidak ada, tidak tampak bercakap-cakap dengan
perawat.
Tidak ada kontak mata, kx lebih sering menunduk.
Berdiam diri di kamar / tempat terpisah, kx kurang mobilitasnya.
Menolak berhubungan dengan orang lain, kx memutuskan percakapan /
pergi jika diajak bercakap-cakap.
Tidak melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
Data Subyektif
Data subyektif sukar didapat jika klien sulit diajak berkomunikasi.
Beberapa data subyektif adalah menjawab dengan singkat, dengan kata-
kata : Tidak, Ya, Tidak Tahu.
FAKTOR PREDISPOSISI
Teori Biologi
Indikasi pada faktor genetik.
Kecacatan sejak lahir.
Peningkatan dari depomin neurotransmitter yang menghasilkan gejala
peningkatan aktifitas yang berlebihan dan pemecahan asosiasi.
Teori Sikososial
Teori sistem keluarga (Bowen, 1978) perkembangan disfungsi keluarga
saling mempengaruhi.
Teori Interpersonal (Sullivan, 1953)
Hubungan yang menghasilkan tingkat ansietas tinggi maka konsep diri
seseorang akan ambivalen.
Teori adalah hasil dari suatu ego yang lemah dipertahankan trhadap ansietas
maka terjadi suatu yang maladaptif.
PROSES TERJADINYA HALUSINASI
a. Fase pertama
Kx mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian, yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan, kx mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan cara ini dapat menolong
sementara.
b. Fase kedua
Kecemasan meningkat, menurun dan berfikir sendiri jadi dominan mulai
di rasakan ada bisikan yang tidak jelas, kx tidak ingin orang lain tahu.
c. Fase ketiga
Bisikan suara isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol kx, kx menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
d. Fase keempat
Halusinasi berubah menjadi ancaman, memerintah dan memerintah dan
memarahi kx, kx menjadi takut, tak berdaya, hilang kontrol dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi dengar
Dengar suatu pembicaraan, mengejek, menertawakan, mengancam tetapi
tidak ada sumber disekitarnya.
b. Halusinasi penglihatan
Melihat pemandangan orang, binatang dan sesuatu yang tidak ada tetapi
klien yakin ada.
c. Halusinasi penciuman
Menyatakan mencium bau bunga, kemenyan yang tidak dirasakan orang
lain dan tidak ada sumber.
d. Halusinasi pengecap
Merasa mengecap sesuatu di mulut tetapi tidak ada.
e. Halusinasi raba
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.
POHON MASALAH
Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Resiko tinggi kekerasan
DS :
Kx marah-marah dan ingin memukul siapa saja yang ada
didepannya.
Kx mengatakan tidak puas jika tidak memukul orang apabila
menghadapai masalah.
Resiko tinggi kekerasan (akibat)
Perubahan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran, penglihatan → Cp
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
DO : Ekspresi wajah tegang, muka merah, tangan meremas-remas
sewaktu menceritakan apa yang terjadi.
Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran
DS : Kx mendengar suara-suara yang ingin membunuhnya.
Kx khawatir dengan suara-suara tersebut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi prilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi pendengaran.
3. Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran berhubungan
dengan isolasi sosial menarik diri.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi prilaku kekerasan berhubungan dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi pendengaran.
1.1 Tujuan Umum
Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
1.2 Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenal halusinasinya.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
d. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
G. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Sdr A
Umur : 17 th
Informan : Klien + RM + keluarga
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Duduk Sampeyan gresik
Pendidikan : Pelajar
Tanggal Pengkajian : 03 – 05 - 2006
Tanggal Dirawat : 28 April 2006
Diagnosa Medis : Skrzofrenia Hebefrenik episode berulang
No. RM : 02 85 21
Alasan Masuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada hari sabtu kemaren dua hari yang lalu pasien dipukul,
semalam tiba-tiba pasien mengamuk da bicara tidak karuan. Kalau pasie
ingat perlakuan temanya. Pasien bicara sendiri sejak tadi malam.Pasien
makannya masih mau tapi kalau ada orang bicara pasien menghentikan
makannya.Kalau sudah ngamuk pasien bisa memukul dirinya sendiri dan
memukul tembok, pasien ingin membalas perlakuan temannya tapi tidak
bisa karena pasien sendirian, pasien sudah lama diancam temannya tapi
pasien tidak pernah bercerita pada keluarganya, pasien pernah bilang pada
keluarga kalau kiamat tinggal 5 tahun lagi,
Keluhan Utama
Kx bicara ngelantur tidak dapat diarahkan, kontak mata kurang, kx
memejamkan mata, kadang kx mulutnya komat-kamit, bicara sendiri.
Faktor Predisposisi
Sebelumnya kx pernah mengalami gangguan jiwa dan pernh masuk rumah
sakit dengan sakit yang sama selama 15 hari. Dan pengobatan berhasil.
Pengalaman sebelumnya kx pernah mengalami penganiayaan fisik yaitu pasien
pernah dikeroyok temannya. kx pernah dibentak sama ibu karena
menghilangkan STNK oleh karena itu penyakit pasien kambuh sehingga
pasien dirawat kembali
Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi kekambuhan
Dari keluarga kx tidak ada yang menderita gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. pasien pernah dikeroyok temannya
dan dibentak oleh orang tuanya
Masalah keperawatan:
Distres masa lalu
Fisik
TTV = TO : 130 /70 mmHg N : 88 x/menit S : 37 oC P : 20 x/menit.
Ukuran = TB : 163 cm BB : 55 kg.
Keluhan fisik :
Keadaan umum kx : pasien mengeluh kepalanya pusing, kurang tidur,
Masalah Keperawatan : Gangguan rasa nyaman .
Psikososial
Genogram Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Tinggal serumah
: Menikah 21 Th
Kx : Kx mundok selam 3 tahun kalau pulang kx pulang kerumahnya dan
berkumpul dengan orang tuanya.
Konsep Diri
Gambaran Diri
Pasien mengatakan dirinyan tidak cakep tapi pasien menyukai dirinya.
Identitas Diri
Kx berjenis kelamin laki-laki, kx sebagai siswa kelas 2 SMA kx anak
kelima dari 5 bersaudara dan kx belum menikah.
Peran
Kx sebagai anak terakhir dalam keluarganya, kx masih pelajar SMA
Idieal Diri
Kx ingin segera pulng dan ingin berkumpul dengan keluargnya serta
mau kembali kesekolah.
Harga Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak disukai teman- temanya, Kx
merasa malu untuk berteman
Masalah keperawatan:
Gangguan konsep diri ( harga diri rendah )
Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti.
Orang yang berarti adalah kakaknya karna kakaknya selalu
memperhatikanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat.
Kx jarang bergaul dengan tetangga, saat di RSJ pasien jarang
berkomonikasi dengan pasien yang lain.
c. Hambatan dalam berhubungan dengn orang lain.
Kx adalah orang yang pemalu
Masalah keperawatan :
Gangguan interaksi sosial.
Spiritual
1. Nilai Dari Keyakinan
Kx beragama Islam dan berkeyakinan bahwa penyakitnya cobaan dari
Allah.
2. Kegiatan Ibadah
Sebelum MRS kx sangat rajin menjalankan sholat 5 waktu, mengaji,
pada saat MRS pasien tidak pernah sholat dan mengaji.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Status Mental
Penampilan
Saat dilakukan pengkajian penampilan kx secara umum tidak rapi, rambut
kotor serta acak acakan
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri / personal hygene.
Pembicaran
Saat ditanya pasien dapat menjawab sesuai pertanyaan dengan volume
pelan, dan terkadang pasien bicara ngelantur
Masalah Keperawatan : Ganggun komunikasi non verbal.
Aktivitas Motorik
Saat dilakukan pengkajian aktivitas motorik kx terlihat malas, dan lebih
sering tidura karna pasien difiksasi.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Alam Perasaan
Kx sangat sedih terhadap apa yang dialaminya karna berpisah dengan
kakaknya
Masalah keperawatan:
Afek
Afek kx tidak menunjukanmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Masalah Keperwatan : Tidak ada masalah
Interksi Selama Wawancara
Pada saat dilakukan wawancara kx tidak kooperatif dan jika diajak bicara
tidak mau mentap.
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial (menarik diri).
Persepsi (Halusinasi)
Pada persepsi (halusinasi) kx mendengar bisikan bahwa pasien tidak boleh
mengaji, bisikan itu timbul pada saat pasien diam, dan bisikan itu serng
datang pada pagi dan siang hari, saat bisikan itu datang, pasien menolak
dengan cara memberontak dan mau melawan.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori (Halusinasi
pendengaran).
Proses Pikir
Dalam proses pikir kx tidak ada masalah kx dalam berbicara (komunikasi
non verbal tulisan) dapat merespon / pertanyaan dan jawaban sesuai.
Isi Pikir
Pasien tidak mengalami gangguan isi fikir maupun waham.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
Tingkat Kesadaran
Pada tingkat kesadaran kx dapat membedakan pagi, siang, malam dan
masih dapat mengenal tempat dan orang.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
Memori
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ada masalah daya ingat px bagus lx
masih mengenal orang tua dan saudara.
Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada tingkat konsentrasi dan berhitung kx tidak mengalami masalah kx
dapat berhitung 1-10 dan konsentrasi dengan baik.
Kemampuan Penilaian
Pada saat ditanya lebih dulu mana kaos kaki dan sepatu dipakai ? pasien
menjawab kaos yang pertama dipakai.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Daya Tilik Diri
Kx dapat mengungkapkan (dengan komunikasi non verbal) bahwa kx
sedang sakit dan dirawat di RSJ Menur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan pasien memenuhi / menyediakan kebutuhan :
Dalam hal ini kx mengalami penurunan kemampuan klien untuk memenuhi
kebutuhannya, kx tidak bisa makan sendiri ( kebutuha ADL dibantu
keluarga )
Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri
Pada perawatan diri kx masih membutuhkan bantuan sebagian
misalnya kx masih sendiri, ganti baju masih dibantu perawat /
keluarga.
Masalah Keperawatan : Defesit perawatan diri.
b. Nutrisi
Pada pola makan kx, kx tidak ada perubahan kx makan 3x/hari, kx
makan habis 1 porsi .
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
c. Tidur
Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan dirumah sakit
pasien semalam sering terbangun
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur.
d. Kemampuan kx
Kx tidak dapat mengantisipasi kebutuhan sendiri, kx tidak dapat
mengambil keputusan berdasarkan keinginan sendiri, kx bisa
mengatur penggunaan obat.
Masalah Keperawatan : mmmmmmmmmmmmmmmm
e. Sistem pendukung
Kx mendapat perhatian dari keluarga dan keluarga berharap semoga
kx cepat sembuh dan segera pulang.
f. Kegiatan yang dapat dinikmati
Saat dirumah kx sangat senang olah raga sepak bola, mengaji, wiritan
pada saat dirumah sakit kx tidak mengaji, wiritan, dan sholat sehingga
kx dikamar, kx jarang mengumpul dengan teman yang lain.
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas.
Mekanisme Koping
Pasien apabila ada masala lebih suka menyendiri hanya kadang-kadang bicara
sama kakaknya
Masalah keperawatan : Mekanisme koping mal adaptif.
Masalah Psikososial dan Lingkungan.
1. Masalah dengan dukungan kelompok.
Kx dalam tahap isolasi
2. Masalah hubungan dengan lingkungan spesifik.
Kx jarang keluar kamar karna difiksasi,
3. Masalah pendidikan.
Kx masih pelajar kelas 2 SMA .
4. Masalah dengan pekerjaan.
Kx saat ini belum bekerja.
5. Masalah dengan perumahan.
Kx tinggal dirumah bersama keluarga
6. Masalah ekonomi.
Biaya kx ditanggung bapak dan ibunya.
7. Masalah dengan kesehatan.
Apabila kx sakit kx berobat kedokter terbukti kx pernah rawat inap selama
15 hari dengan sakit yang sama.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
Pegetahuan
Kx mengerti tentang penyakitnya, Faktor presipitasi, koping dan obat yang
diminum.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Pada tanggal 17 – 05 – 2005
Faal Hati Harga normal
Bil total :0,6 mg/dl 0,2 – 1,0
SGT : 14 unit L : 11 – 49, P : 7 - 32
SGOT : 19 u/l L : 40, P : 37
SGPT : 11 u/l L : 40, P : 37
Faal Ginjal
BUN : 24 mg/d 16 – 50 mg/d
*****: 0,9 mgd L : 0,8 – 1,5 P : 0,6 – 1,2
gula darah puasa : 67 mg/dl 60 – 110 mg/d
LED : 45/75 mg/g
Diagnosa medik Skizofrenia Katatonik Stupon
Terapi medik :
- Chlor promazin (CPZ) 1 x 100 mg.
- Stelasin 2x5 mg.
- Lodomer (inj) 2x1 ampul.
- Artan 2x2 mg.
- Amoxilin 3x500 mg.
- GG (Gliser Glukonat) 3x1 tab.
- Infus DS 5 % 14 tetes.
Daftar Masalah Keperawatan
1. Gangguan konsep diri (HDR).
2. Menarik diri.
3. Koping individu tidak efektif.
4. Penurunan aktivitas motorik.
5. Distress masa lalu.
6. Intoleransi aktivitas.
7. Gangguan interaksi sosial.
8. Gangguan komunikasi verbal.
9. Gangguan afek (tumpul).
10. Gangguan persepsi (halusinasi pendengaran).
11. Gangguan isi pikir (waham agama, obsesi).
12. Orientasi waktu.
13. Defesit perawatan diri.
14. Gangguan pemenuhi kebutuhan nutrisi.
15. Kurangnya pengetahuan tentang obat.
Daftar Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori perseptual (halusinasi dengar) berhubungan dengan
menarik diri.
Analisa Data
No. Tanggal Data Etiologi Masalah TT
1. 17–05-05 S :
O :
- Lx mengatakan
bahwa ada yang
menyuruh diam.
- K/U lemah,
lemas.
- Kontak mata
kurang.
- Ekspresi wajah
sedih.
- Afek tumpul
- Kx selalu
komat-kamit dan
tidak mau bicara.
- Kx mengurung
diri didakam
kamar.
Menarik
diri
Ganguan
persepsi
sensori,
halusinasi
dengar.
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
Tgl 17 – 05 – 05
Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori (halusinasi dengat) sehubungan dengan menarik diri.
Tujuan : I
Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain, lingkungan sehingga
halusinasi dapat dicegah.
Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat.
Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya :
- Sikap terbuka dan empat.
- Terima klien apa adanya.
- Sapa kx dengna ramah.
- Tepati janji.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Pertahankan kontak mata selama interaksi.
- Penuhi klien saat itu.
Rasional
Kejujuran, kesedihan, dan penerimaan, meningkatkan keperacayaan hubungan
antara kx dan perawat.
Tujuan II
Umum : Kx dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri.
Khusus : Setelah 3x pertemuan kx dapat menyebutkan penyabab / alasan
kriteria evaluasi menarik diri pada dirinya.
Tindakan keperawatan
1. Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyabab menarik diri.
3. Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri.
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
prasaannya
Rasional
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri
sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui alasan klien menarik diri.
3. Meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama
tentang masalah klien.
4. Meningkatkan harga diri klien sehingga klien berani bergaul dengan
lingkungan.
Tujuan III
Khusus kx dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria evaluasi
Kx dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain misalnya :
- Membalas sapaan perawat.
- Menatap mata.
- Mau berinteraksi.
Tindakan Keperawatan
1. Dorong kx untuk menyebutkan cara
berhubungan dengan orang lain.
2. Dorong dan bantu kx behubungan dengan orang
lain secara bertahap antara lain.
- Klien – Perawat.
- Klien – Perawat – Perawat Lain.
- Klien – Perawat – Perawat Lain – Klien.
- Klien – Keluarga.
3. Libatkan klien dalam kegitan dalam TAK dan
ADL ruangan.
4. Reinformen positif atas keberhasilan yang telah
dicapai klien.
Rasional
1. Untuk mengetahui pemahan klien terhadap informasi yang telah
diberikan.
2. Kx mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam
berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan
dengan orang lain.
3. Membantu kx dalam mempertahankan hubungan inter personal.
4. Rein for cement positif meningkatkan harga diri.
Tujuan IV
Khusus : Kx dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi
Kx dapat menyebutkan 2 dan 3 manfaat berhubungan dengan orang lain.
- Mendapatkan teman.
- Mengungkapkan perasaan.
- Membantu memecahkan masalah.
Rencana tindakan
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan
dengan orang lain.
3. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional
1. Meningkatkan pengatahuan tentang perlunya hubungan dengan orang lain.
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien terhadap informasi yang telah
diberikan.
3. Rein for cement positif meningkatkan harga diri.
Tujuan V
Khusus : Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam berhubungan dengan
orang lain.
Kriterian Evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan kx dapat membina hubungan dengan keluarganya.
Tindakan keperewatan.
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga.
2. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarganya.
3. Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarganya seperti
makan, ibadah dan rekreasi.
Rasional
1. Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien.
2. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal kx dengan
kelarganya.
3. Membantu kx dalam meningkatkan hubungan interpersonal dengan
keluarganya.
POHON MASALAH
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi dengar
Isolasi sosial (menarik diri)
Harga diri rendah
(Akibat)
Etiologi
Tgl Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
17-05-05
jam
10.00
Jam
12.00
Gangguan persepsi
sensori
TUK I
Salam terapeutik “Selamat pagi mas,
(tersenyum, membungkuk)
- Memperkenalkan diri
- Berjabat tangan
- Duduk berhadapan
- Mengingatkan kontrak
Nama saya Siti, saya mahasiswa
Akper UM Surabaya, praktek disini
(R-Napza) selama 2 minggu setiap
hari senin sampai sabtu. Nama mas
siapa ? dan suka dipanggil apa ?
bersama perawat disini saya akan
merawat pasien lain juga mas, apakah
mas mempunyai masalah ? mungkin
saya bisa bantu
- Salam terapeutik “selamat siang
mas .... N
- Mengingatkan kontrak, topik,
waktu dan tempat.
Apakah mas masih ingat pertemuan
kita tadi pagi ?
- Apakah mas sudah makan ?
- Mengadakan kontrak berikutnya
Mas, besok kita bertemu lagi yah ?
jam 10.00 dikamar mas aja kita
akan membicarakan kenapa mas
S : kx hanya diam
O : kx diam, mulut komat
kamit membaca wirid,
kratak mata kurax,
kadang-kadang kx
memejamkan mata
A : hubungan saling
percaya perlu
ditingkatkan
P : pertemuan berikutnya
pk.12.00 dengan
topik tetap (TUK I
dipertahankan)
S : kx hanya diam
(menganggukkan
kepala)
O : kx diam, mulut komat
kamit membaca wirid,
mau makan jika
dipaksa kx tidak mau
bicara
A : hubungan saling
percaya teratasi
P : TUK I dipertahankan
18-05-05
jam
10.00
19-05-05
jam
10.00
menarik diri ? pertemuan
berikutnya besok jam 10.00
TUK I :
- Selamat pagi mas N
- Mengingatkan kontark “Apakah
mas masih ingat saya, masalah yang
akan kuta bicarakan ?
TUK II
Mas apakah anda punya masalah ?
kalau anda punya masalah ceritakan
pada saya mungkin saya bisa
membantu anda
- Mengadakan kontrak untuk
pertemuan berikutnya
“Mas, besok hari kamis, kita
bertemu lagi jam 10.00 (tetap disini
saja yach (dikamar)
TUK I
- Salam terapeutik “Selamat pagi
mas N ? gimana perasaannya
sekarang ?
- Mengingatkan kontrak
“Apakah mas masih ingat dengan
saya
TUK II
- Mas sekarang bisa bicara gak ?
“mengapa mas suka menyendiri dan
gakk mau ngumpul dengan temannya
dilanjutkan TUK II
S : kx hanya diam
(menganggukkan kepala)
O : kx diam, mulut komat
kamit membaca wirid,
kontak mata menurun
A : hubungan saling
percaya belum
teratasi
P : TUK I dipertahankan
dilanjutkan TUK II
S : kx hanya diam
O : mulut komat kamit
membaca wirid, kontak
mata menurun
A : masalah belum teratasi
P : TUK I, II dipertahankan
dilanjutkan TUK III
pertemuan berikutnya
tanggal 19-05-05
S : kx hanya diam
O : tetap
A : masalah belum teratasi
P : TUK I tetap
dipertahankan
S : -
O : kontak mata menurun,
kx hanya diam bicara
20-05-05
jam
10.00
TUK III
Membantu kx berhubungan dengan
orang lain
“Mas ayo makan bersama ngumpul
nonton TV”
TUK I
- Salam terapeutik “selamat pagi
mas N ?
- Mengingatkan kontrak
“Apakah mas masih ingat dengan
saya ?
- Bagaimana perasaan mas hari ini
TUK II
- Menayakan pada kx tentang
penyebab menarik diri
- Mas mengapa kok suka
menyendiri
sendiri tidak ada respon
A : masalah belum teratasi
P : TUK II dipertahankan di
lanjutkan TUK III
S : -
O : kx dapat berinteraksi
bila dipaksa, kx diam,
kx sedikit kooperatif
A : masalah teratasi
sebagian
P : TUK III dipertahankan
pertemuan berikutnya
tgl 20-05-05 jam 10.00
S : kx diam dan
menganggukan
kepala, kadang
menulis jawaban di
buku
O : kontak mata meningkat,
Ekspresi wajah sedih,
Mulut tetap komat-
kamit dengan membaca
wirid
A : masalah teratasi
sebagian
P : TUK I tetap
dipertahankan
S : (menggunakan kon non
verbal / gak’ papa)
O : kontak mata meningkat,
Ekspresi wajah sedih,
Mulut tetap komat-
- Apakah mas dulu pernah disakiti kamit dengan membaca
wirid
A : masalah teratasi
P : rencana tindakan
dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus didepan maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Skizofrenia merupakan terpecahnya unsur-unsur kepribadian yang
mengakibatkan terjadinya gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan
adanya dipersonalisasi.
2. Dalam melakukan suatu pengkajian terutama untuk merumuskan diagnosa
keperawatan diperlukan kecermatan ketelitian dan kepekaan dalam menggali
data teritama data subyektif sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar
valid.
3. Perencanaan tindakan keperawatan dalam kasus nyat di buat berdasarkan
urutan prioritas masalah yang mengancam jiwa, mengganggu fungsi organ
dan mengganggu kesehatan dengan menekankan pada keadaan jiwa klien.
4. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. P dengan skizofrenia
hebefrenik berkelanjutan dengan masalah perilaku menarik diri pada
prinsipnya di lakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi pada akhirnya asuhan keperawatan dengan melihat hasil respon
klien yang bertitik tolak pada kriteria hasil yang telah di buat sebelumnya.
B. Saran-saran
1. Keluarga sebaiknya memberikan informasi yang berhubungan dengan
penderita secara benar karena kekurangan informasi tersebut sangat
menunjang perawatan dan pengobatan penderita. Menumbuhkan sikap
terbuka dan menerima apa adanya keadaan penderita sehingga dapat
menimbulkan kesabaran dalam membimbing penderita bila sudah berada
dalam lingkungan penderita.
2. Perawat perlu memberikan perhatian khusus dari pada klien karena
klien dengan menarik diri dapat melakukan suatu tindakan yang
membahayakan dirinya dan klien cenderung kurang memperhatikan diri.
3. Sikap simpati, menghargai dan kesabaran sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan penderita penyakit jiwa.
4. Sebelum melakukan interaksi dengan penderita sebaiknya mengetahui seluk
beluk penderita, karena walaupun dengan diagnosa medik sama belum tentu
mempunyai masalah yang sama.
5. Jika klien sudah pulang agar tidak mengucilkannya tetapi memperlakukannya
sama seperti anggota keluarga yang lain.
6. Tepat mempertahankan tatanan yang sudah baik dan selalu meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.
7. Kerja sama antara perawat, keluarga serta klien perlu adanya peningkatan
dalam melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan
agar tujuan tercapai.
8. Dalam menerapi klien dengan menarik diri diperlukannya terapi kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya Airlangga, 1992.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Kedokteran Jiwa FK Universitas
Airlangga, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994.
Standar Asuhan Keperawatan Kehsehatan Jiwa, RSJD Menur Surabaya, 1997.
Majalah Psikiatri “Jiwa” tahun 1995 : 49.