semarang, 11 desember 2018 - jamkrida-jateng.co.id · sejak 2011-sekarang, perkembangan kredit...
TRANSCRIPT
PERAN OJK DALAM MENDORONG PENINGKATAN EKSPOR DAN PEREKONOMIAN JAWA TENGAH
Semarang, 11 Desember 2018
UU No. 21 Th 2011 Tentang OJK disahkan tanggal 21 November 2011 menandai pengalihan pengawasan
lembaga Keuangan dari BI (perbankan) dan Kementrian Keuangan (Pasar Modal dan IKNB) ke OJK….
Dasar Pendirian OJK, a.l. :
Konglomerasi Bisnis Keuangan
Globalisasi & Perkembangan IT
Permasalahan koordinasi antar sektor/lembaga keuangan
Semakin kompleksnya transaksi keuangan
Regulatory arbitrage
Mandate of BI Law (1999)
Perlunya
Pengawasan
Terintegrasi
Reformasi
Kelembagaan
dalam Pengaturan
dan Pengawasan
Sektor Keuangan
OJK memiliki 3 tujuan :
1Mewujudkan sektor jasa keuangan yang adil, transparan dan akuntabel.
2Menciptakan sektor jasa keuangan yang tumbuh, berkelanjutan dan stabil
3Melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat
Pendirian Otoritas Jasa Keungan UU No. 21 Th 2011 Tentang OJK
Tugas OJK : adalah melaksanakan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektor Perbankan, Pasar Modal dan Industri Keuangan
Non Bank (Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya).
Fungsi OJK:
Menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
OJK Mengawasi SistemKeuangan dg Total Asetlebih dari Rp16.921 T
Fungsi EPK
Edukasi
PelayananPengaduan
PembelaanHukum
Market Cap Rp6.737 T(September 2018)
Bank Umum101 bank, 29.876 ktr
TA. Rp 7.463 T
Bank Syariah14 BUS, 20 UUS, 1.862 ktr
TA. Rp306 T
Perbankan IKNB
Asuransi151 – TA Rp1.217 T
Dana Pensiun233 – TA Rp267 T
Lembaga Pembiayaan190 – TA Rp582 T
Lembaga Jasa Penunjang & Jasa Keu. Khusus
(pegadaian, penjaminan, LPEI, Multigriya dll)
321 – TA Rp233 T
Otoritas Jasa Keuangan
BPR1.598 BPR, 6.242 ktr
TA. Rp 132 T
Total AsetRp7.900 T
(September 2018)
Emiten – 600
Pengelola Investasi (MI, APERD, WAPERD & WMI) – 29.301
Perusahaan EfekJumlah 124, Ktr 620
Wakil Perantara Pdgng Efek & Wakal Penjamin Emisi Efek
11.896
Profesi Penunjang2.865
Lembaga Penunjang(Lembaga Penilai, Ahli Syariah PM, Penilai
Pemerintah)
331
Pasar Modal
Total AsetRp 2.311 T(September 2018)
Modal Ventura66 – TA Rp11 T
Lembaga Jasa Penunjang:
Pegadaian: 51,93 T
LPEI : 117,65 T
SMF: 18,34 T
Penjaminan: 18,45 T
Fintech
73 Perush P2PL Rp13,83 T
Sumber: OJK, Posisi September 2018
Komoditas Unggulan Provinsi Jawa Tengah
HOLTIKULTURAPemalang adalah kabupaten penghasil nanas terbesardi Jawa Tengah. Pada tahun 2017 produksi nanasPemalang mencapai 859.381 kuintal
Sumber: Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2018
Produksi kayu jati Jateng rata-rata 175.000 meter kubik per tahun.Kayu jati, mahoni, dan kayu rimba lainnya sekitar 80.000 meterkubik. Selain itu hasil hutan nonkayu seperti getah pinus dan damarsekitar 40.000 ton per tahun
Sumber: BPS, No.80/11/33/Th.XII, 15 November 2018
“Perkembangan Ekspor – Impor Jawa Tengah Oktober”
Secara year on year (dibanding Oktober 2017) nilai
ekspor Jawa Tengah Oktober 2018 mengalami
peningkatan sebesar 9,51 persen atau sebesar US$
50,35 juta. Secara kumulatif, ekspor periode Januari-
Oktober 2018 mencapai US$ 5.503,31 juta naik 11,29
persen dari ekspor kumulatif Januari-Oktober 2017
(US$ 4.945,14 juta)
39,66%
14,59%17,34%
28,41%
Produk mineral(Migas)Tekstil dan barangtekstilMesin dan pesawatmekanikLainnya
43,06%
15,65%10,85%
4,49%3,13%
22,82%
Tekstil dan barang tekstil
Kayu dan barang dari kayu
Bermacam-macam barang hasilpabrikAlas kaki, tutup kepala, payung
Minyak dan lemak hewani
Lainnya
Komposisi Ekspor Jawa Tengah Komposisi Impor Jawa Tengah
Ekspor1,18%
Impor0,26%
Lainnya98,56%
3.222
5,49%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kredit Ekspor (Rp M) Rasio NPL
20,28%
-50,00%
0,00%
50,00%
100,00%
150,00%
200,00%
250,00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018(Okt)
Industri Pakaian Jadi
Industri Pakaian Jadi menjadi yang terbesar mencapai Rp813 M.
Sampai Okt’18 tumbuh baik 20,28%
Share14,96%
Pertumbuhan kredit yoy
Industri Tekstil
Industri Pakaian Jadi menjadi yang terbesar mencapai Rp783 M.
Sampai Okt’18 tumbuh baik 23,69%
Share14,41%
Pertumbuhan kredit yoy
23,69%
-100,00%
-50,00%
0,00%
50,00%
100,00%
150,00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018(Okt)
Industri Alas Kaki
Industri Pakaian Jadi menjadi yang terbesar mencapai Rp687 M.
Sampai Okt’18 tumbuh baik 41,13%
Share12,64%
Pertumbuhan kredit yoy
41,13%
0,00%
50,00%
100,00%
150,00%
200,00%
250,00%
300,00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018(Okt)
Industri Kayu Lapis
Industri Pakaian Jadi menjadi yang terbesar mencapai Rp244 M.
Sampai Okt’18 tumbuh baik 42,41%
Share4,50%
Pertumbuhan kredit yoy
42,41%
-100,00%
-50,00%
0,00%
50,00%
100,00%
150,00%
200,00%
250,00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018(Okt)
Jika dilihat per sektornya, 4 sektor terbesar yaitu industri pakaian jadi, tekstil, alas kaki dan kayu lapis menjadi sektor yangterbesar dan sampai 2018 mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik.
Kredit Ekspor Perbankan dan Rasio NPL
Komposisi per OrientasiPenggunaanKredit Perbankan
Sejak 2011-sekarang, perkembangan Kredit berorientasi Ekspor di Jawa Tengah meningkat sejak tahun 2017. Sampai Oktober 2018, kredit ekspormencapai Rp3.222 miliar (2,5% thd kredit ekspor nasional), komposisi kredit ekspor baru 1,18% (Nasional 2,53%).
Kota Semarang
Kota Semarang menjadi ibukotaJawa Tengah juga menjadi pusatkawasan Industri Jawa Tengah
Share19,03%
3,19%yoy
Kota Salatiga
Kota Salatiga terdapat Industri Alas kaki yang berorientasi Ekspor
Share13,16%
37,38%yoy
Kab. Sukoharjo
Kab. Sukoharjo merupakankawasan Industri Tekstil terbesar di
Jawa Tengah
Share9,23%
34,06%yoy
Kab. Cilacap
Kabupaten ini terdapat IndustriPengolahan Ikan dan Kayu Lapis
berorientasi Ekspor
Share5,25%
15,07%yoy
Kab. Kendal
Kawasan Industri Kendal (KIK) berdiri sejak tahun 2016 menjadi
magnet investasi industriberorientasi ekspor
Share2,30%
38,04%yoy
Jika dilihat per kabupaten, 5 Kota/Kabupaten di Jawa Tengah mendorong kredit berorientasi ekspor. Sampai 2018 mencatatkanpertumbuhan yang cukup baik.
2.41875,03%
63019,54%
1474,57%
280,87%
Nilai: Kredit Ekspor (Rp M); %
BUMN
BANK SWASTA
BANK CAMPURAN
BANK ASING
Bank BUMN mendominasi penyaluran kredit eksporsebesar 2.418 miliar dengan share 75,03%
Komposisi Penyalur Kredit Ekspor
Isu Strategis dan Tantangan
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu lumbung pangan nasional sehingga pangsa komoditas bahan makanan dalam ekspor antardaerah cukup signifikan.
Negara-negara di dunia pada umumnya melakukan proteksi pada sektor pertanian yang lebih besar daripada di sektor manufaktur
Sumber:Berita Resmi Statistik BPS, KajianEkonomi Moneter dan Perbankan,Buletin Ekonomi Moneter danPerbankan, Kemndag
Persaingan yang semakin ketat dengannegara pesaing yang memilikikapasitas produksi masal sepertiVietnam dan Tiongkok.
Kedua negara tersebut mampumenawarkan produk dengan hargayang lebih murah, karena memperolehdukungan pemerintah di negaranya, seperti dalam aspek UMK, energi, regulasi, bahan baku, maupunpembiayaan. Lebih lanjut, industri inijuga mengalami tantangan dalampemenuhan bahan baku, tenaga kerjaterampil, serta sertifikasi SistemVerifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang dinilai belum efektif.
Terbatasnya kapasitas produksi
existing sehingga belum mampu
memenuhi semua permintaan, di
samping karena faktor daya saing
terutama di pasar Eropa.
Kompetisi pasar yang semakin
ketat, terutama dengan Vietnam,
masih menjadi tantangan utama
dalam kegiatan ekspor TPT.
Di sisi hulu, daya saing industri
tekstil hulu (benang dan kain)
sangat tergantung pada teknologi
permesinan yang digunakan atau
lebih bersifat padat modal, sehingga
restrukturisasi/modernisasi
teknologi mesin menjadi faktor
utama penentu daya saing ekspor.
Sementara di sisi hilir, industri
garmen/pakaian jadi merupakan
industri yang bersifat padat karya
sehingga biaya produksi dan harga
jual lebih bergantung pada upah
tenaga kerja.
Memberikan insentif bagi lembaga jasa keuangan untuk
menyalurkan pembiayaan ke industri yang berorientasi
ekspor, industri penghasil barang substitusi impor dan
industri pariwisata, di antaranya melalui penyesuaian
ketentuan prudensial, seperti: ATMR, BMPK, Penyediaan
Modal Inti dan Kualitas Aktiva.
Merevitalisasi peran Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia (LPEI) melalui refocusing peran LPEI untuk lebih
fokus pada pembiayaan industri berorientasi ekspor,
meningkatkan peran LPEI dalam penyedia instrumen
hedging untuk transaksi ekspor dan penyedia reasuransi
untuk asuransi terkait ekspor.
Menfasilitasi penyediaan sumber pembiayaan dari pasar
modal untuk pengembangan 10 Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional selain Bali.
Kebijakan OJK dalam mendorong ekspor dan industri penghasil devisa
Menfasilitasi KUR Klaster untuk pengembangan
UMKM di sektor pariwisata bekerja sama dengan
Kemenko Perekonomian.