selasa, 9 agustus 2016 u judicial review uu pilkada ahok ...gelora45.com/news/sp20160809_03.pdf ·...

1
3 Suara Pembaruan Selasa, 9 Agustus 2016 U [JAKARTA] Gubernur DKI Jakarta Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama diminta untuk menjalankan saja aturan terkait cuti kampanye. Aturan itu dibuat supaya tidak ada penyalahgunaan kekuasaan dan penyeleweng- an anggaran dari para peta- hana (incumbent). "Aturan cuti kampanye itu sudah lebih soft (ringan). Kalau dulu malah harus mundur. Jadi demi menjaga prinsip pemerintahan yang baik dan benar, Ahok seba- iknya ikuti saja aturan yang telah ada," kata Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng di Jakarta, Selasa (9/8). Sebagaimana diketahui, saat ini Ahok sedang meng- gugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kewajiban harus cuti dari para petahana selama kam- panye. Endi mengakui Ahok punya hak melakukan uji materi. Siapa pun boleh menguji kelayakan aturan tersebut. Namun aturan itu dibuat agar para incumbent tidak memanfaatkan posisi dan jabatannya untuk memo- bilisasi bawahannya agar mendukungnya pada pilka- da. Aturan itu juga dibuat supaya petahana tidak kampanye memakai uang negara. "Sangat bahaya kalau sang petahana tidak cuti. Nanti dia memakai semua fasilitas yang ada untuk tujuan dirinya. Bisa saja dia tidak mau kampanye tetapi cara-cara lain seperti silah- turami, blusukan dan seba- gainya adalah bentuk kam- panye terselubung incumbent," tuturnya. Endi pada prinsipnya mendukung Ahok dalam transparansi pembahasan APBD. Ahok boleh saja khawatir jika dirinya cuti, APBD akan dikapling-kap- ling oleh DPRD DKI Jakarta atau para kepala dinas untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Namun ketakutan itu sesungguhnya tidak perlu. Pasalnya dalam aturan ter- baru soal penetapan APBD, sudah harus selesai per 30 November. "Jika lewat dari 30 November akan dikenakan sanksi berupa pemotongan sejumlah biaya operasional bagi kepala daerah maupun DPRD. Ahok punya waktu sampai 30 November untuk menyelesaikan pembahasan APBD tanpa kuatir akan kerjain oleh DPRD. Sekarang tinggal Ahok mendorong agar sebelum 30 November, APBD DKI Jakarta sudah selesai," saran Endi. Dia juga meminta Ahok agar tidak selalu mengan- dalkan dirinya untuk meng- kawal atau menyukseskan atas apa yang dia perjuang- kan. Ahok harus punya tim atau anak buah yang meru- pakan orang kepercayaan yang disiapkan ketika Ahok berhalangan. Cara ini juga penting untuk mempersiap- kan birokrasi DKI setelah Ahok. "Emang nanti Ahok mau terus menjadi Gubernur DKI? Kan enggak mungkin. Sampai kapan dia harus jagain seper- ti sekarang? Sudah waktunya Ahok harus bisa transfer pengetahuannya kepada orang-orang yang dia perca- ya di DKI. Itu sebagai bentuk regenerasi," tutupnya. “Blunder” Terkait dengan judicial review Ahok, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago menilai, Ahok bisa dianggap menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memuluskan langkah- nya kembali menjadi guber- nur DKI bila tak mau mengikti aturan cuti saat masa kampanye. "Gubernur memakai alasan supaya bisa meman- tau jalannya pembahasan APBD, ini bisa dianggap akal-akalan gubernur," kata Pangi, Senin (8/8). Pangi bahkan menyebut langkah Ahok bisa menjadi blunder dan bunuh diri politik. Hal senada juga dikatakan pengamat politik dari Universitas Al-Azar Jakarta Rahmad Bagja. Rahmad bahkan menilai bila Ahok tidak cuti berarti ada sumber daya Pemprov DKI Jakarta yang ingin digunakan dalam berkampanye. Pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio meni- lai, bila Ahok tidak mau cuti berarti sebuah langkah blunder. Nantinya publik bisa menilai Ahok mengan- dalkan jabatannya untuk meraih suara, baik menekan bawahan hingga mengguna- kan fasilitas sebagai guber- nur. Pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro mengatakan, cuti bagi petahana yang mau maju merupakan keputusan UU. Payung hukumnya jelas dan tentunya berlaku meng- ikat untuk semua petahana. Ia menegaskan, Pasal atau ayat dalam UU pada dasarnya ditetapkan melalui perumusan dan telaah yang panjang dan serius dengan mempertimbangkan banyak faktor sehingga dampak-dam- paknya baik positif maupun negatif sudah diperhitungkan dengan matang dan menda- lam. Dengan kata lain, bila poin mundur dilawan dan dinafikan maka yang terjadi adalah efek negatif. "Karena tak tertutup kemungkinan tarik-menarik kepentingan sulit dihindari, penggunaan fasilitas pemda untuk kampanye juga sulit dideteksi. Pengalaman seja- uh ini menunjukkan bahwa terjadi perilaku yang distor- tif dari petahana yang men- jadikan birokrasi sebagai mesin pemenangannya," katanya. [H-14/R-14/153/152] [JAKARTA] Pengajuan judicial review kepada Mahkamah Konstitusi (MK) tentang cuti kampanye ini dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama karena dirinya enggan cuti mengingat masa kampanye Pilgub DKI ber- samaan dengan penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2017. Ahok merasa ia harus mengawal dan mengawasi penyusunan anggaran sesu- ai konstitusi supaya tidak terjadi adanya permainan lagi dalam sistem anggaran. Namun demikian, Ahok menyatakan legowo apapun putusan MK. "Misalnya MK putuskan bahwa (calon kepala daerah) berkampanye atau tidak kampanye tetap harus cuti, ya tidak apa-apa, saya cuti saja. Tapi setelah ada putus- an itu bisa tidak DPR ubah -ubah lagi? Tidak bisa, karena sudah ada putusan MK," katanya, Senin (8/8). Ahok mengaku belum mengetahui bagaimana per- kembangan judicial review yang diajukannya ke MK. Ahok juga meluruskan adanya anggapan yang menyatakan bahwa dirinya tidak setuju cuti petahana. Menurut Ahok ia mengajukan peninjauan kembali karena ada dua UU yang bertabrak- an yakni UU yang menye- butkan bahwa ia sebagai kepala daerah harus menyu- sun APBD sementara UU lainnya menyatakan ia sebagai kepala daerah harus atau dipaksa cuti. Ketika ada aturan bahwa petahana yang akan menca- lonkan diri menjadi Gubernur harus berhenti dari jabatan- nya pun, Basuki mengaku melakukannya, yakni saat ia menjadi Bupati Belitung Timur dan berhenti ketika maju menjadi calon Gubernur Kepulauan Pangkal Pinang. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara serta UU 9/2015 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan tugas dan kewenangan kepala daerah antara lain menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama. Sementara UU 10/2016 tentang Pilkada mengatur kepala daerah yang menca- lonkan kembali pada daerah yang sama, selama masa kampanye harus memenuhi ketentuan menjalani cuti di luar tanggungan negara dan dilarang menggunakan fasi- litas yang terkait dengan jabatannya. "Saya membaca ada tabrakan konstitusi. Nanti kan di MK mesti ada ahli-ah- li tata negara yang menje- laskan. Makanya nanti ini juga berdebat. Kalau dia putuskan ini tidak berten- tangan dengan UU 45, ber- arti saya harus cuti. Cuti hampir empat bulan. Saya kira masukannya sangat jelas kok, saya bukan menentang petahana wajib cuti kalau mau kampanye. Saya tidak pernah tentang itu," katanya di Balai Kota Jakarta. Sepakat Ahok sangat sepakat dengan pemikiran bahwa petahana tidak boleh sese- kali cuti dan sesekali mela- kukan kampanye. Cuti dan kampanye sekaligus dianggap tidak adil. Karena itu Ahok sepakat aturan UU 10/2016 tentang Pilkada bahwa cuti kampanye harus dilakukan oleh petahana baik gubernur maupun wakil gubernur selama tiga bulan lamanya. "Saya sepakat itu. Tapi kalau orang tidak mau kam- panye, jangan paksa dia cuti dong. Kan dasarnya itu. Yang saya minta pertimbangan MK menafsirkan UU Pilkada ini bukan memaksa orang cuti karena itu juga bisa melanggar konstitusi. Karena konstitusi juga menjamin (kepala daerah) untuk men- jaga anggaran," terangnya. MK, kata Ahok, meru- pakan pengadil manakala ada tafsiran UU yang tum- pang tindih. Ditambah lagi, dirinya tidak mau jika Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI selesai, nantinya dalam UU Pilkada tersebut malah keluar peraturan baru di mana ada calon yang tidak mau kampanye diperbolehkan tidak cuti. Sepanjang 2014 dan 2015, dalam APBD DKI ditemukan adanya dana siluman. Temuan ini membuat beberapa proyek seperti pengadaan UPS dan scanner di tahun 2014 ber- ubah menjadi kasus korupsi dan bergulir di meja hijau. Terutama di tahun ang- garan 2015, Pemprov DKI Jakarta harus puas menggu- nakan dana pembangunan dari APBD Perubahan tahun 2014 karena untuk APBD 2015 tidak bisa disahkan sebab berpolemik antara eksekutif dan legislatif. Penggunaan APBD Perubahan tahun 2014 dila- kukan sebab DPRD tidak mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) APBD 2015 sehingga pembiayaan seluruh pembangunan di DKI dilakukan di bawah pa- yung hukum anggaran beru- pa Peraturan Gubernur (Pergub). Tidak ingin terulang lagi, Basuki pun mengetatkan pengawaan dan mengawal penganggaran untuk APBD tahun 2016 dengan melaku- kan penyisiran kembali setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyu- sun anggaran. Hal yang sama tampaknya akan Basuki lakukan untuk penyusunan APBD 2017 sehingga hasil- nya sama seperti APBD 2016 yang berjalan lancar. [D-14] Cuti Kampanye Lebih Ringan Ketimbang Mundur dari Jabatan Judicial Review UU Pilkada Ahok Legowo Apa pun Putusan MK

Upload: ngothuan

Post on 07-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

3Sua ra Pem ba ru an Selasa, 9 Agustus 2016 U!"#"

[JAKARTA] Gubernur DKI Jakarta Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama diminta untuk menjalankan saja aturan terkait cuti kampanye. Aturan itu dibuat supaya tidak ada penyalahgunaan kekuasaan dan penyeleweng-an anggaran dari para peta- hana (incumbent).

"Aturan cuti kampanye itu sudah lebih soft (ringan). Kalau dulu malah harus mundur. Jadi demi menjaga prinsip pemerintahan yang baik dan benar, Ahok seba-iknya ikuti saja aturan yang telah ada," kata Direktur E k s e k u t i f K o m i t e Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Endi Jaweng di Jakarta, Selasa (9/8).

Sebagaimana diketahui, saat ini Ahok sedang meng-guga t ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kewajiban harus cuti dari para petahana selama kam-panye.

Endi mengakui Ahok

punya hak melakukan uji materi. Siapa pun boleh menguji kelayakan aturan tersebut. Namun aturan itu dibuat agar para incumbent tidak memanfaatkan posisi dan jabatannya untuk memo-bilisasi bawahannya agar mendukungnya pada pilka-da. Aturan itu juga dibuat supaya petahana tidak kampanye memakai uang negara.

"Sangat bahaya kalau sang petahana tidak cuti. Nanti dia memakai semua fasilitas yang ada untuk tujuan dirinya. Bisa saja dia tidak mau kampanye tetapi cara-cara lain seperti silah-turami, blusukan dan seba-gainya adalah bentuk kam-p a n y e t e r s e l u b u n g incumbent," tuturnya.

Endi pada prinsipnya mendukung Ahok dalam transparansi pembahasan APBD. Ahok boleh saja khawatir jika dirinya cuti, APBD akan dikapling-kap-ling oleh DPRD DKI Jakarta

atau para kepala dinas untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Namun ketakutan itu sesungguhnya tidak perlu. Pasalnya dalam aturan ter-baru soal penetapan APBD, sudah harus selesai per 30 November.

" J i k a l e w a t d a r i 30 November akan dikenakan sanksi berupa pemotongan sejumlah biaya operasional bagi kepala daerah maupun DPRD. Ahok punya waktu sampai 30 November untuk menyelesaikan pembahasan APBD tanpa kuatir akan kerjain oleh DPRD. Sekarang tinggal Ahok mendorong agar sebelum 30 November, APBD DKI Jakarta sudah selesai," saran Endi.

Dia juga meminta Ahok agar tidak selalu mengan-dalkan dirinya untuk meng-kawal atau menyukseskan atas apa yang dia perjuang-kan. Ahok harus punya tim atau anak buah yang meru-pakan orang kepercayaan

yang disiapkan ketika Ahok berhalangan. Cara ini juga penting untuk mempersiap-kan birokrasi DKI setelah Ahok.

"Emang nanti Ahok mau terus menjadi Gubernur DKI? Kan enggak mungkin. Sampai kapan dia harus jagain seper-ti sekarang? Sudah waktunya Ahok harus bisa transfer pengetahuannya kepada orang-orang yang dia perca-ya di DKI. Itu sebagai bentuk regenerasi," tutupnya.

“Blunder”Terkait dengan judicial

review Ahok, pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago menilai, Ahok bisa dianggap menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memuluskan langkah-nya kembali menjadi guber-nur DKI bila tak mau mengikti aturan cuti saat masa kampanye.

"Gubernur memakai alasan supaya bisa meman-

tau jalannya pembahasan APBD, ini bisa dianggap akal-akalan gubernur," kata Pangi, Senin (8/8).

Pangi bahkan menyebut langkah Ahok bisa menjadi blunder dan bunuh diri politik.

Hal senada juga dikatakan pengamat politik dari Universitas Al-Azar Jakarta Rahmad Bagja. Rahmad bahkan menilai bila Ahok tidak cuti berarti ada sumber daya Pemprov DKI Jakarta yang ingin digunakan dalam berkampanye.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio meni-lai, bila Ahok tidak mau cuti berarti sebuah langkah blunder. Nantinya publik bisa menilai Ahok mengan-dalkan jabatannya untuk meraih suara, baik menekan bawahan hingga mengguna-kan fasilitas sebagai guber-nur.

Pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro mengatakan,

cuti bagi petahana yang mau maju merupakan keputusan UU. Payung hukumnya jelas dan tentunya berlaku meng-ikat untuk semua petahana.

Ia menegaskan, Pasal atau ayat dalam UU pada dasarnya ditetapkan melalui perumusan dan telaah yang panjang dan serius dengan mempertimbangkan banyak faktor sehingga dampak-dam-paknya baik positif maupun negatif sudah diperhitungkan dengan matang dan menda-lam. Dengan kata lain, bila poin mundur dilawan dan dinafikan maka yang terjadi adalah efek negatif.

"Karena tak tertutup kemungkinan tarik-menarik kepentingan sulit dihindari, penggunaan fasilitas pemda untuk kampanye juga sulit dideteksi. Pengalaman seja-uh ini menunjukkan bahwa terjadi perilaku yang distor-tif dari petahana yang men-jadikan birokrasi sebagai mesin pemenangannya," katanya. [H-14/R-14/153/152]

[JAKARTA] Pengajuan judicial review kepada Mahkamah Konstitusi (MK) tentang cuti kampanye ini dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama karena dirinya enggan cuti mengingat masa kampanye Pilgub DKI ber-samaan dengan penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun 2017. Ahok merasa ia harus mengawal dan mengawasi penyusunan anggaran sesu-ai konstitusi supaya tidak terjadi adanya permainan lagi dalam sistem anggaran.

Namun demikian, Ahok menyatakan legowo apapun putusan MK.

"Misalnya MK putuskan bahwa (calon kepala daerah) berkampanye atau tidak kampanye tetap harus cuti, ya tidak apa-apa, saya cuti saja. Tapi setelah ada putus-an itu bisa tidak DPR ubah-ubah lagi? Tidak bisa, karena sudah ada putusan MK," katanya, Senin (8/8).

Ahok mengaku belum mengetahui bagaimana per-kembangan judicial review yang diajukannya ke MK. Ahok juga meluruskan adanya anggapan yang menyatakan bahwa dirinya tidak setuju cuti petahana. Menurut Ahok ia mengajukan peninjauan kembali karena ada dua UU yang bertabrak-an yakni UU yang menye-butkan bahwa ia sebagai kepala daerah harus menyu-sun APBD sementara UU

lainnya menyatakan ia sebagai kepala daerah harus atau dipaksa cuti.

Ketika ada aturan bahwa petahana yang akan menca-lonkan diri menjadi Gubernur harus berhenti dari jabatan-nya pun, Basuki mengaku melakukannya, yakni saat ia menjadi Bupati Belitung Timur dan berhenti ketika maju menjadi calon Gubernur Kepulauan Pangkal Pinang.

UU 17/2003 tentang Keuangan Negara serta UU 9/2015 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan tugas dan kewenangan kepala daerah antara lain menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.

Sementara UU 10/2016 tentang Pilkada mengatur kepala daerah yang menca-

lonkan kembali pada daerah yang sama, selama masa kampanye harus memenuhi ketentuan menjalani cuti di luar tanggungan negara dan dilarang menggunakan fasi-litas yang terkait dengan jabatannya.

"Saya membaca ada tabrakan konstitusi. Nanti kan di MK mesti ada ahli-ah-li tata negara yang menje-laskan. Makanya nanti ini

juga berdebat. Kalau dia putuskan ini tidak berten-tangan dengan UU 45, ber-arti saya harus cuti. Cuti hampir empat bulan. Saya kira masukannya sangat jelas kok, saya bukan menentang petahana wajib cuti kalau mau kampanye. Saya tidak pernah tentang itu," katanya di Balai Kota Jakarta.

SepakatAhok sangat sepakat

dengan pemikiran bahwa petahana tidak boleh sese-kali cuti dan sesekali mela-kukan kampanye. Cuti dan kampanye sekaligus dianggap tidak adil. Karena itu Ahok sepakat aturan UU 10/2016 tentang Pilkada bahwa cuti kampanye harus dilakukan oleh petahana baik gubernur maupun wakil gubernur selama tiga bulan lamanya.

"Saya sepakat itu. Tapi kalau orang tidak mau kam-panye, jangan paksa dia cuti dong. Kan dasarnya itu. Yang saya minta pertimbangan MK menafsirkan UU Pilkada ini bukan memaksa orang cuti karena itu juga bisa melanggar konstitusi. Karena konstitusi juga menjamin (kepala daerah) untuk men-jaga anggaran," terangnya.

MK, kata Ahok, meru-pakan pengadil manakala ada tafsiran UU yang tum-pang tindih. Ditambah lagi, dirinya tidak mau jika Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI selesai, nantinya dalam UU Pilkada tersebut malah

keluar peraturan baru di mana ada calon yang tidak mau kampanye diperbolehkan tidak cuti.

Sepanjang 2014 dan 2015, dalam APBD DKI ditemukan adanya dana siluman. Temuan ini membuat beberapa proyek seperti pengadaan UPS dan scanner di tahun 2014 ber-ubah menjadi kasus korupsi dan bergulir di meja hijau.

Terutama di tahun ang-garan 2015, Pemprov DKI Jakarta harus puas menggu-nakan dana pembangunan dari APBD Perubahan tahun 2014 karena untuk APBD 2015 tidak bisa disahkan sebab berpolemik antara eksekutif dan legislatif. P e n g g u n a a n A P B D Perubahan tahun 2014 dila-kukan sebab DPRD tidak mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) APBD 2015 sehingga pembiayaan seluruh pembangunan di DKI dilakukan di bawah pa- yung hukum anggaran beru-pa Peraturan Gubernur (Pergub).

Tidak ingin terulang lagi, Basuki pun mengetatkan pengawaan dan mengawal penganggaran untuk APBD tahun 2016 dengan melaku-kan penyisiran kembali setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyu-sun anggaran. Hal yang sama tampaknya akan Basuki lakukan untuk penyusunan APBD 2017 sehingga hasil-nya sama seperti APBD 2016 yang berjalan lancar. [D-14]

Cuti Kampanye Lebih Ringan Ketimbang Mundur dari Jabatan

Judicial Review UU Pilkada

Ahok Legowo Apa pun Putusan MK