selain karena rotavirus
DESCRIPTION
lTRANSCRIPT
Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.Gejala DiareKhas berak-berak air (watery), berbusa, tidak ada darah atau lendir, dan berbau asam. Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :• Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
• Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
• Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
• Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.• Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air
besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
Akibat DiareRisiko terbesar diare adalah dehidrasi. Jika kita diare, kita dapat hilang lima liter air setiap hari. Bersama dengan air ini, kita juga menghilangkan zat mineral (‘elektrolit’) yang penting untuk fungsi tubuh normal. Elektrolit utama adalah natrium dan kalium.Dehidrasi parah dapat menyebabkan tubuh menjadi syok (kejut) dan dapat mematikan. Dehidrasi adalah lebih berat untuk balita dan anak dibandingkan orang dewasa.Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar
Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin.Diare juga dapat merupakan gejala dari penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera, atau botulisme dan dapat juga merupakan tanda dari sindrom kronis seperti penyakit Crohn
b. Patofisiologi Semua segmen dari usus halus mulai dari duodenum sampai bagian distal usus besar mempunyai mekanisme untuk absorbsi air dan elektrolit.
Menurut patofisiologi diare secara garis besar dibagi menjadi :
1. diare osmotik (absorptive)
2. diare sekretorik
Sebenarnya pembagian ini tidak begitu tegas karena sering mikroorganisme yang menyebabkan diare osmotik/absorptive, juga dapat menyebabkan diare sekretorik sehingga terjadi diare campuran/kombinasi antara osmotik/absorptive dengan sekretorik.
Diare osmotik terjadi jika makanan sulit atau tidak dapat diabsorpsi di usus maka akan terjadi osmotik di usus menjadi meningkat sehingga air akan ditarik ke dalam usus yang mengakibatkan terjadinya kelebihan cairan dalam usus sehingga dikeluarkan dari usus dalam bentuk cair.
Contoh klasik diare osmotik adalah intoleransi laktosa yang disebabkan kekurangan enzim laktase, dimana laktosa tidak dapat diabsorbsi oleh usus halus dan mencapai usus besar dalam bentuk utuh. Bakteri dalam usus besar akan memfermentasi laktosa yang tidak diabsorbsi tersebut menjadi asam organik berantai pendek, yang menghasilkan beban osmotik yang menyebabkan air disekresi ke dalam lumen usus.
Selain itu Diare osmotik terjadi karena: (Unimus)
a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium.
b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus.
c) Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau malasorbsi glukosa-galaktosa.
Pada diare sekretorik, terjadipeningkatan sekresi klorida secara aktif dari sel kripta akibat mediator intraseluler seperti cAMP,cGMP, dan Ca2+.Mediator tersebut juga mencegah terjadinya perangkaian antara Na+ dan Cl pada sel vili usus. Hal ini berakibat cairan tidak dapat terserap dan terjadi pengeluaran cairan secara masif ke lumen usus.
Diare sekretorik murni ditandai dengan :
a) Jumlah cairan kotoran banyak ( dapat melebihi 1 liter per-jam pada orang dewasa yang hidrasi baik)
b) Tidak dijumpai sel darah merah dan sel darah putih dalam tinja
c) Tidak dijumpai adanya demam atau gejala sistemik lain (kecuali akibat dehidrasi)
d) Diare terus berlanjut walaupun dipuasakan (akan tetapivolume mungkin berkurang)
e) Kekurangan kelebihan osmotik gap dalam elektrolit tinja.
Contoh klasik diare sekretorik yaitu yang diinduksi oleh enterotoksin kolera dan eschericha coli
(USU)
5. Apa saja komplikasi dari diare?
Diare dapat menyebabkan : (BKGAI, 2007)
1. Dehidrasi, akibat kehilangan air (output) lebih banyak dibanding masukan air (input).
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis) karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Ketosis kelaparan
c. Penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria / anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular
3. Hipoglikemia, terjadi pada 2-3 % anak yang menderita diare. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40mg% yang berupa lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan nutrisi akibat penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini dapat disebabkan oleh :
a. Makanan sering dihentikan orangtua karena takut diare/muntah akan bertambah hebat.
b. Susu diberikan dengan pengenceran dan dalam waktu yang lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan
diabsorpsi dengan baik, karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi berupa renjatan (syok hipovolemik).
Patogenesis diare yang disebabkan oleh bakteri adalah :
Bakteri masuk melalui makanan atau minumanà ke lambungà sebagian ada yang mati karena asam lambung dan sebagian lolosà bakteri yang lolos masuk ke duodenumà bakteri berkembang biak (di duodenum)à memproduksi enzim mucinase sehingga berhasil mencairkan lapisan lendir dengan menutupi permukaan sel epitel ususà bakteri masuk ke dalam membrane à bakteri mengeluarkan toksinà mengeluarkan CAMP (meningkatkannya), yang berfungsi untuk merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi & menghambat cairan usus dibagian apikal villià terjadi rangsangan cairan yang berlebihan, volume cairan didalam lumen usus meningkatà dinding usus berkontraksià terjadi hiperperistaltikà cairan keluar (diare).
Untuk diare akut, patogenesis diare yang disebabkan oleh bakteri dibedakan menjadi dua: bakteri non invasif, yaitu bakteri yang memproduksi toksin yang nantinya toksin tersebut hanya melekat pada mukosa usus halus & tidak merusak mukosa. Bakteri non invasif, memberikan keluhan diare seperti air cucian beras dan disebabkan oleh bakteri enteroinvasif, yaitu diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, secara klinis berupa diare bercampur lendir dan darah.
Patogenesis diare yang disebabkan oleh virus adalah :
Virus masuk melalui makanan & minuman ke tubuhà masuk ke sel epitel usus halusà terjadi infeksià sel-sel epitel yang rusak digantikan oleh enterosit (tapi belum matang sehingga belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik)à villi mengalami atrofi & tidak dapat mengabsorbsi cairan & makanan dengan baikà meningkatkan tekanan koloid osmotik ususà hiperperistaltik ususà cairan& makanan yang tidak terserap terdorong keluar. Manifestasi klinis diare yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah : diare akut, demam, nyeri perut, dehidrasi (Setiawan, 2007; Hiswani, 2003)