sekuritas sosial bagi orang lanjut usia (lansia) di...

110
SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA BOTOLEMPANGAN KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Magister Pada Program Pasca Sarjana Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin Oleh : MAKMUR NIM : E042 17 1 010 PROGRAM MAGISTER ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

SEKURITAS SOSIAL

BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA BOTOLEMPANGAN

KECAMATAN BONTOA KABUPATEN MAROS

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Magister

Pada Program Pasca Sarjana Studi Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Hasanuddin

Oleh :

MAKMUR

NIM : E042 17 1 010

PROGRAM MAGISTER ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

Page 2: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan
Page 3: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

iii

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat

Allah SWT, karena atas berkat Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Sekuritas Sosial Bagi Orang

Lanjut Usia (Lansia) di Desa Botolempangan Kecamatan Bontoa

Kabupaten Maros”. Salam dan Sholawat semoga selalu tercurah kepada

Nabi Besar Muhammad SAW, manusia mulia yang insya Allah selalu

menjadi panutan dan suri tauladan hingga akhir hayat.

Mulai dari awal proses perkuliahan hingga selesai, banyak

tantangan dan hambatan yang penulis dihadapi, berkat bantuan doa dan

motivasi dari berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat selesai tepat pada

waktunya. Maka pada kesempatan yang berbahagia ini penulis dengan

tulus dan iklas menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Armin Arsyad, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar yang telah mendukung

aktivitas dan proses perkuliahan sampai selesai

2. Kepala Badan Litbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang

telah memberikan izin belajar kepada penulis sehingga dapat

melanjutkan pendidikan di Program Magister Pacasarjana Antropologi

Universitas Hasanuddin.

Page 4: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

iv

3. Dr. Muhammad Basir, MA. selaku Ketua Program Studi S2 Antropologi

Universitas Hasanuddin Makassar yang terus memberikan bimbingan

dan semangat kepada kami.

4. Prof. Dr. Mahmud Tang, MA. dan Dr. Safriadi, S.IP., M.Si, selaku

pembimbing 1 dan pembimbing 2 yang dengan penuh kesabaran telah

bersedia memberikan bimbingan, arahan, dan masukan mulai sejak

penyusunan proposal hingga penyusunan tesis.

5. Dosen penguji, bapak Prof. Dr. Pawennari Hijjang, MA., ibu Prof. Nurul

Ilmi Idrus, Ph.D., dan bapak Dr. Muhammad Basir, MA. yang telah

memberikan kritikan dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, seluruh peneliti, dan staf

yang selalu memberikan support untuk melanjutkan pendidikan di

Program Magister Pacasarjana Antropologi Universitas Hasanuddin.

7. Ayahanda tercinta H. Nurdin dan Ibunda tercinta Hj. Baji yang selalu

mendoakan anaknya agar dapat menyelesaikan pendidikan di

Program Magister Pacasarjana Antropologi Universitas Hasanuddin.

8. Buat Istriku Nurhajriani, S.Psi., dan anak-anakku tercinta Alya

Mukhbita dan Amirah Makmur yang selalu mendampingi, memberikan

doa dan menjadi penyemangat dalam hidupku.

9. Kepala desa bapak Muhammad Warif, S.Pdi, M.Pdi., seluruh

staf/perangkat desa, bapak Abd. Rahman penyuluh BKKBN, dan

seluruh informan beserta masyarakat Desa Botolempangan yang telah

memberikan izin dan membantu dalam proses penelitian.

Page 5: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

v

10. Kepada bapak Irman, S.Sos dan ibu Ira yang telah memberikan

pelayanan administrasi di Pascasarjana FISIP Unhas dengan sangat

baik.

11. Teman-teman mahasiswa S2 Antropologi Universitas Hasanuddin

angkatan 2017 dan 2018 yang selalu memberi warna dalam setiap

moment perkuliahan. Terima kasih atas persahabatan, kekompakan,

dan kekonyolan serta keseruan kalian.

12. Kepala keluarga besar yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

terima kasih atas bantuan, doa, dan motivasinya semoga Allah SWT

membalas kebaikan kita semua.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pihak

yang berkepentingan, dan semoga amal ibadah dan kebaikan

bapak/ibu/saudari (i) mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah

SWT. Amiinn.

Wassalamu Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Penulis

Makassar, Agustus 2019

Makmur

Page 6: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan
Page 7: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan
Page 8: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………. ii

PRAKATA ……………………………………………………………………… iii

ABSTRAK ……………………………………………………………………… vi

ABSTRACT …………………………………………………………………… vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii

DAFTAR TABEL ……….……………………………………………………… xi

DAFTAR GAMBAR…….……………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN .…………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1

B. Permasalahan ……………………………………………………....... 6

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 6

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 8

A. Sekuritas Sosial …………………………………………………....... 8

1. Penelitian Terdahulu Tentang Sekuritas Sosial Tradisional…. 8

2. Sejarah Sekuritas Sosial ………………………………………… 10

3. Konsep Sekuritas Sosial ……………………………………....... 14

a. Sekuritas Sosial Secara Formal (Pemerintah) ……………. 16

b. Sekuritas Sosial Secara Tradisional (Informal) …………… 17

4. Sekuritas Sosial Dalam Perspektif Fungsionalisme ………….. 18

B. Lanjut Usia (Lansia) ………………………………………………….. 19

Page 9: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

ix

1. Konsep Lanjut Usia Dalam Perspektif Budaya …………………. 19

2. Lansia Dalam Persektif Institusi Formal ……………………….. 24

3. Karakteristik Prilaku Lansia ………..……………………………. 25

4. Perubahan Pada Lansia …………………………………………. 26

C. Kerangka Pikir ………………………………………………………… 32

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………. 34

A. Jenis Penelitian ………………………………………………………. 34

B. Lokasi Penelitian …………………………………………………….. 35

C. Waktu Penelitian …………………………………………………….. 35

D. Informan ……………………………………………………………… 36

E. Sumber Data …………………………………………………………. 36

F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 36

G. Analisis Data ………………………………………………………….. 37

H. Etika Penelitian ……………………………………………………….. 38

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ……………………. 39

A. Asal Usul Nama Desa ……………………………………………….. 39

B. Sejarah Singkat Pemerintahan Desa ………………………………. 40

C. Kondisi Geografis …………………………………………………….. 45

D. Fasilitas Umum ……………………………………………………….. 46

E. Keadaan Penduduk …………………………………………….......... 46

F. Mata Pencaharian …………………………………………………….. 49

G. Sistem Kekerabatan ………………………………………………….. 51

Page 10: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

x

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………….. 53

A. Kondisi Kehidupan Sosial Budaya Orang Lanjut Usia ……………. 55

1. Peran Lansia Dalam Keluarga …………………………………... 56

2. Lansia Dalam Kehidupan Masyarakat ………………………….. 66

B. Bentuk Sekuritas Sosial ……………………………………………… 70

1. Sekuritas Sosial Tradisional (Informal) ………………………… 71

2. Sekuritas Sosial Formal …………………………………………. 79

C. Konsepsi Pelaksanaan Sekuritas Sosial …………………………... 84

BAB VI PENUTUP …………………………………………………………… 90

A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 90

B. Saran – Saran ………………………………………………………… 93

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penduduk Desa Botolempangan berdasarkan kelompok

umur dan jenis kelamin …………….……………………………………….. 44

Tabel 2. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Botolempangan…………… 47

Page 12: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir ……………………………………….…………… 33

Gambar 2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Botolempangan …... 44

Page 13: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siklus pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung

secara bertahap, mulai dari janin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga

masa tua. Proses menua berlangsung secara alamiah, terus menerus dan

berkesinambungan. Pada akhirnya akan menyebabkan perubahan

anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh sehingga

mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan

(Kemenkes RI 2012:4).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi

di dalam kehidupan manusia. Di masa usia tua seseorang mengalami

kemunduran mental dan fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,

rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,

penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan bentuk tubuh yang

tidak proporsional, sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari

lagi dengan baik (Kholifah 2016:5).

Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia

dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu, usia pertengahan atau pra

lansia (45-59 tahun), lanjut usia muda (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90

tahun), dan lanjut usia sangat tua di atas 90 tahun (WHO 2002). Di

Indonesia, defenisi tersebut dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 13

Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menetapkan bahwa

Page 14: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

2

batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Undang-

Undang 1998:3).

Populasi orang berusia di atas 60 tahun sedunia sekarang berada

disekitar 700 juta orang atau 12.3% penduduk dunia (Senjaya 2016:1;

Suratno 2016:1). Indonesia menempati urutan keempat terbanyak

penduduk lansia setelah RRC, India dan Amerika Serikat (Sutikno

2011:1), ini merupakan indikator keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan karena banyak orang berusia lanjut (lansia) menujukkan angka

Umur Harapan Hidup (UHH) semakin meningkat.

Pesatnya peningkatan lansia di Indonesia merupakan hasil dari

suatu proses dinamika kependudukan yang di mulai pada awal 1900-an

dan masih berlangsung hingga saat ini. Berdasarkan sensus penduduk

tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta

(4,5%) dari jumlah penduduk. Selanjutnya pada tahun 1980 jumlah

penduduk ini meningkat menjadi 8 juta (5,5%), tahun 1990 meningkat

menjadi 11.3 juta (6,4%), tahun 2000 meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%),

pada tahun 2010 meningkat 18,04 juta (7,59%) dan pada tahun 2017

meningkat 23,4 juta (8.97%) dari penduduk Indoensia (BPS 2017:11-13;

BPS 2010:20; Titus et al. 2013:2).

Proyeksi data World Health Organization (WHO) memperkirakan

tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang

dan akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. Data

World Health Organization (WHO) juga memperkirakan 75% populasi

lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang (Ferdian et

Page 15: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

3

al. 2015:310). Jumlah penduduk lansia di Indonesia diprediksi pada tahun

2020 sebanyak 27,08 juta, tahun 2025 sebanyak 33,69 juta, tahun 2030

menjadi 40,95 juta dan tahun 2035 terus bertambah sekitar 48,19 juta

(Kemenkes 2017:1). Fenomena tersebut tidak lepas dari era baby boom

pada tahun 1970-an yang mulai bergeser menjadi penduduk produktif, dan

nantinya akan menjadi penduduk lansia.

Peningkatan populasi lansia menunjukkan bahwa Umur Harapan

Hidup (UHH) lansia juga meningkat. Pada saat ini Umur Harapan Hidup

(UHH) di Indonesia sekitar 72 tahun, dan umumnya perempuan lebih

tinggi dari pada laki-laki (Abikusno 2013:25). Hal ini di satu sisi merupakan

indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional terutama di

bidang kesehatan, namun di sisi lain dapat menimbulkan permasalahan

jika lansia tidak mendapatkan layanan kesejahteraan dengan baik

(Kholifah 2016:1; Dehe et al. 2016:235).

Penanggulangan terhadap berbagai kesulitan yang dialami oleh

lansia, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memberi kepastian

layanan kepada lanjut usia di antaranya tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1)

Pelayanan keagamaan dan mental spiritual seperti pembangunan sarana

ibadah dengan pelayanan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2) Pelayanan

kesehatan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas

pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk

prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan

Page 16: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

4

fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan

perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4)

Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan

administrasi pemerintah (kartu tanda penduduk seumur hidup), pelayanan

kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan

keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi,

pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat duduk

khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus,

mendahulukan para lanjut usia (Kemenkes 2016:2; Suratno 2016:1).

Implementasi peraturan pemerintah tersebut diwujudkan dalam

program untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pada lansia

yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan kader usia lanjut

dibidang kesehatan, pembinaan senam bugar lansia, pembentukan

kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL), serta memperlakukan KTP seumur

hidup. Diharapkan dengan adanya pelatihan yang dilakukan oleh

pemerintah maka kualitas hidup lansia akan meningkat dan menjadi lebih

baik.

Realisasi program pemerintah seperti layanan posyandu khusus

lansia masih jauh dari harapan. Hasil penelitian yang dilakukan Metkono

et al. (2017:59:67) di posyandu Puskesmas Getasan Kota Semarang

Provinsi Jawa Tengah dan Suratno (2016:61-64) di posyandu Dusun

Krekah Desa Gilangharjo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta, memperlihatkan redahnya minat lansia untuk

memanfaatkan fasilitas layanan posyandu seperti pemeriksaan kesehatan

Page 17: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

5

dan olah raga senam untuk lansia. Pada hal olahraga dan melakukan

pekerjaan rumah secara teratur dapat meningkat status kesehatan lansia

(Abdi et al. 2017:272-280).

Sementara program Bina Keluarga Lansia (BKL) terus digalakan,

agar dukungan keluarga dapat meminimalkan kondisi perubahan fungsi

fisik lansia dan dapat membantu respon lansia kearah yang lebih adaptif.

Dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan respon

psikososial pada lansia, melalui komunikasi reguler, dukungan emosional,

dukungan interaksi sosial, dukungan melalui upaya mempertahankan

aktifitas atau kegiatan rumah tangga yang masih mampu dilakukan lansia

(Nugroho 2007:45-57; Sutikno 2011:1-46).

Secara umum, jangkauan program pemerintah masih sangat

terbatas, seperti rumah tangga lansia penerima beras sejahtera (rastra)

dalam empat bulan terakhir di tahun 2017 yaitu sebesar 42,63%. Kartu

Perlindungan Sosial (KPS) yang digantikan oleh Kartu Keluarga Sejahtera

(KKS) baru sebesar 17,38%. Jaminan sosial hanya diberikan kepada para

peserta sesuai dengan kontribusinya berupa premi atau tabungan yang

dibayarkannya seperti jaminan pensiun/veteran, jaminan hari tua, asuransi

kecelakaan kerja, asuransi kematian, dan pesangon PHK sebanyak

12.63%. Program Keluarga Harapan (PKH) selama tahun 2017 rumah

tangga lansia yang masih tercatat/menjadi penerima PKH yaitu sebesar

4,25%. Jaminan kesehatan baru menjangkau 63,24% lansia (BPS

2017:75-85).

Page 18: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

6

Mengingat kondisi fisik dan kesehatan lansia yang sangat terbatas,

serta minimnya jangkauan jaminan atau perlindungan sosial secara formal

yang diberikan oleh pemerintah, maka sangat penting untuk mencari

potensi perlindungan sosial bagi orang lanjut usia secara

tradisonal/informal. Maka fokus penelitian ini ialah melihat lansia dari

perspektif budaya khususnya pada pelaksanaan sekuritas sosial secara

tradisional bagi lansia yang dilakukan oleh masyarakat baik itu keluarga

inti, keluarga luas, kelompok keluarga, dan lembaga keagamaan untuk

mengatasi kesulitan yang dialami oleh lanjut usia, terutama dalam hal

pemenuhan kebutuhan pokoknya. Serta melihat implementasi program

pemerintah khusus bagi lansia.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka masalah

pokok yang akan diteliti ialah :

1. Bagaimana keadaan sosial budaya orang lanjut usia (lansia) di

Desa Botolempangan?

2. Bagaimana bentuk sekuritas sosial untuk warga lanjut usia di Desa

Botolepangan?

3. Konsepsi apa saja yang mendasari pelaksanaan sekuritas sosial di

Desa Botolepangan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan keadaan sosial budaya orang lanjut usia

(lansia) di Desa Botolepangan.

Page 19: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

7

2. Untuk mendeskripsikan bentuk sekuritas sosial dalam rangka

mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat lanjut usia

(lansia) di Desa Botolepangan.

3. Untuk menganalisis konsepsi-konsepsi yang mendasari

pelaksanaan sekuritas sosial di Desa Botolepangan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademiknya sebagai sumbangan dalam ilmu-ilmu sosial

khususnya mengenai masalah sekuritas sosial secara tradisional

dan tentang orang lanjut usia (lansia).

2. Manfaat dari segi praktisnya sebagai sumbangan informasi dalam

upaya mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh lanjut usia (lansia),

serta memberikan informasi kepada semua kalangan tentang

kehidupan orang lanjut usia (lansia).

Page 20: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sekuritas Sosial

1. Penelitian Terdahulu Tentang Sekuritas Sosial Tradisional

Sekuritas sosial tradisional dapat di lihat sebagai suatu pendekatan

fungsional, yaitu berbagai tindakan atau bantuan dari berbagai pihak untuk

dapat mengatasi kesulitan, khususnya kebutuhan dasar bagi anggota

masyarakat. Hal tersebut dapat di lihat dalam penelitian Amirullah (2001),

membahas berbagai bentuk sekuritas sosial dalam komunitas petani

sawah di Desa Tinggimae Kecamatan Pallanga Kabupaten Gowa. Seperti

pemberian lahan garapan bagi orang yang tidak memiliki sawah (Tesang),

saling memberi bibit yang dianggap bagus, saling bantu membantu dalam

proses penanaman padi, pemeliharaan sampai tahapan panen padi.

Implementasi pelaksanaan sekuritas sosial secara

tradisional/informal yang dilakukan oleh masyarakat, juga terlihat pada

tradisi upacara akkattere dalam komunitas adat Kajang di Bulukumba

yang dikemukan dalam penelitian Anwar (2010). Tradisi akkattere

merupakan tradisi pemotongan rambut yang menyerupai pelaksanaan

tahallul di tanah suci yang dilakukan oleh komunitas adat Kajang (ilalang

embayya). Pelaksanaan tradisi akkattere membutuhkan biaya, tenaga,

serta makanan yang banyak karena melibatkan berbagai pihak. Sikap

tolong menolong (situlung-tulung) dan saling menasihi (sipetta-petta)

Page 21: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

9

antara warga masyarakat merupakan solusi bagi pihak yang

melaksanakan tradisi upacara akkattere.

Sementara dalam penelitian Ramdani (2015) melihat, sekuritas

sosial dalam relasi kerja antara pengusaha kepiting dengan pekerja anak

perempuan di Pulau Salemo Kabupaten Pangkep. Selain manfaat

sekuritas sosial yang dirasakan oleh pekerja seperti manfaat kesehatan,

pendidikan, kesehatan, dan keselamatan kerja, sekuritas sosial juga

berfungsi menjadi penyeimbang hubungan antara pengusaha kepiting

dengan para pekerja pengupas kepiting.

Berbeda halnya yang saya ingin teliti, yaitu bagaimana sekuritas

sosial tradisional bagi orang lanjut usia, karena meningat orang lanjut usia

mengalami berbagai kesulitan karena proses penuaan secara degeneratif

yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan

seksual.

Penelitian tentang sekuritas sosial terhadap orang lanjut usia

sesugguhnya telah dilakukan oleh Mahmud Tang (1996) dalam penelitian

tentang aneka ragam pengaturan sekuritas sosial di bekas Kerajaan Berru

Sulawesi Selatan. Namun mengingat penelitian tersebut dilaksanakan

pada tahun 1996 atau sudah berlalu selama 22 tahun. Dalam kurung

waktu tersebut telah banyak mengalami perubahan sosial, sistem

pemerintahan orde baru ke orde reformasi, ekonomi, teknologi dan

perubahan demografi khususnya orang lanjut usia (lansia). Seperti contoh,

dalam penelitian Tang (1996:155) berkesimpulan bahwa pelayanan dari

Page 22: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

10

keluarga terdekat terhadap orang tua khususnya orang lanjut usia masih

sangat bagus, karena orang yang menghidari kewajiban melayani orang

tua mendapatkan tekanan sosial, sehingga semua orang masih

memelihara orang lanjut usia. Berbeda halnya hari ini, dimana kondisi

sosial sudah sangat melonggar di tengah masyarakat yang diakibatkan

oleh berbagai faktor. Maka dari itu saya tertarik melakukan penelitian

tentang sekuritas sosial tradisional bagi orang lanjut usia di tengah

masyarakat yang sudah modern.

2. Sejarah Sekuritas Sosial

Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam

The Social Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah-masalah

pengangguran, manula, orang-orang sakit dan anak-anak akibat depresi

ekonomi. Meskipun penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara

maju belakangan ini mengalami perubahan, pada dasarnya

penyelenggaraan jaminan sosial di sana hakekatnya difahami sebagai

bentuk nyata perlindungan negara terhadap rakyatnya (Mudiyono

2002:68).

Perlindungan negara terhadap rakyatnya merupakan wujud dari

Negara Kesejahteraan (Welfare State). Konsep Negara Kesejahteraan

(Welfare State) secara garis besar setidaknya mengandung 4 (empat)

makna, antara lain: (1) Sebagai kondisi sejahtera (well-being), dimana

kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya

kebutuhan material dan non-material. Kondisi sejahtera terjadi manakala

kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,

Page 23: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

11

kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi

serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko

utama yang mengancam kehidupannya; (2) Sebagai pelayanan sosial,

umumnya mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial (social security),

pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial

personal (personal social services); (3) Sebagai tunjangan sosial,

kesejahteraan sosial yang diberikan kepada orang miskin. Karena

sebagian besar penerima kesejahteraan adalah masyarakat miskin, cacat,

pengangguran yang kemudian keadaan ini menimbulkan konotasi negatif

pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan,

ketergantungan, dan lain sebagainya; (4) Sebagai proses atau usaha

terencana, sebuah proses yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-

lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan

tunjangan sosial (Rofieq 2011:4).

Upaya menghadirkan perlindungan sosial bagi rakyat Indonesia

telah di mulai sejak berdirinya negara Republik Indonesia. Pada masa

awal kemerdekaan atau era kepemimpinan Soekarno, jaminan sosial

secara terbatas diberlakukan untuk sektor perburuhan dan aparatur

negara. Jaminan sosial pada masa ini ditandai dengan karakteristik yang

top-down, ditujukan untuk menguatkan kapasitas aparatur negara dan

sebagai bentuk akomodasi atas kekuatan buruh yang memiliki peran

cukup signifikan dalam perjuangan kemerdekaan. Jaminan sosial untuk

sektor perburuhan dapat dilihat dari UU No. 33 Tahun 1947 tentang

Page 24: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

12

Keselamatan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 48 Tahun

1952 tentang Pengaturan Bantuan untuk Usaha Penyelenggaraan

Kesehatan Buruh, PMP No. 15 Tahun 1957 tentang Yayasan Sosial

Buruh, dan PMP No. 5 tahun 1964 tentang Yayasan Dana Jaminan Sosial.

Sedangkan jaminan sosial untuk perangkat negara (PNS dan militer)

diwujudkan melalui Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1956 tentang

Pembelanjaan Pensiun, PP No. 9 Tahun 1963 tentang Pembelajaan

Pegawai Negeri, dan PP No. 10 Tahun 1963 tentang Tabungan Asuransi

dan Pegawai Negeri (TASPEN).

Pada era Orde Baru, jaminan sosial tetap memiliki karakter yang

terbatas dan fragmentatif, sehingga tidak semua rakyat Indonesia

mendapatkannya. Jaminan sosial yang tersedia di antaranya adalah

Asuransi Kesehatan (ASKES) untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), Asuransi

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) untuk militer/ABRI,

Tabungan Asuransi dan Pegawai Negeri (TASPEN) sebagai tabungan

pensiun dan jaminan hari tua bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) untuk buruh yang terdaftar.

Semua badan penyelenggara jaminan sosial pada masa Orde Baru

telah mengalami privatisasi dengan bentuk Perseroan dan BUMN. Dengan

bentuk demikian, maka lembaga penyelenggara jaminan sosial juga

memiliki orientasi untuk mencari keuntungan. Privatisasi ini terkait dengan

terbukanya Indonesia terhadap kekuatan ekonomi global. Desain institusi

itu juga ditujukan untuk menopang agenda negara yang berorientasi pada

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (developmental state). Oleh

Page 25: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

13

karena itu, poros jaminan sosial banyak bertumpu pada aparatus negara,

yang diikuti dengan pendisiplinan buruh.

Kemudian, krisis ekonomi pada tahun 1997/1998 menjadi latar

belakang desain penyelengaraan jaminan sosial pasca-Soeharto di

Indonesia. Hadirnya IMF, World Bank, dan Asian Development Bank

(ADB) dalam mengatasi krisis turut membentuk perubahan institusi,

terutama dalam sektor ekonomi dan politik di Indonesia melalui skema

Structural Adjustment Programme (SAP), dalam hal ini termasuk pada

institusi jaminan sosial. Melalui skema tersebut, penyelenggaraan

perlindungan sosial tidak semata-mata untuk melindungi rakyat dari

segala kerentanan sosial, tetapi lebih ditempatkan dalam kerangka

penyelamatan ekonomi, terkhusus pada sektor finansial.

Pasca reformasi, rancangan program jaminan sosial dituangkan

dalam UndangUndang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) No. 40

Tahun 2004. Kemudian, sebagai turunan dari UndangUndang SJSN,

dibuatlah UndangUndang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial No. 24

tahun 2011 yang menempatkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) sebagai badan khusus yang mengelola dana jaminan sosial

secara terintegrasi. BPJS Kesehatan sebagai badan resmi jaminan sosial

di Indonesia pun mulai dijalankan sejak 1 Januari 2014, sementara BPJS

Ketenagakerjaan akan berjalan mulai 1 Juli 2015. Implikasinya, berbagai

badan yang sebelumnya mengelola dana jaminan sosial seperti PT

ASKES untuk PNS, PT TASPEN untuk Pensiunan, PT ASABRI untuk

anggota TNI dan POLRI, serta PT JAMSOSTEK untuk para buruh, akan

Page 26: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

14

dilebur dan digabungkan ke dalam BPJS. Hanya saja, PT TASPEN dan

PT ASABRI masih dalam proses peralihan hingga tenggat waktu

peleburannya pada tahun 2029 (Dwiananta 2016).

3. Konsep Sekuritas Sosial

Industrialisasi di Eropa pada akhir abad ke-19 telah menghadirkan

pusat-pusat industri yang menjadi magnet bagi masyarakat desa untuk

berpindah ke kota (urbanisasi) untuk menjadi tenaga buruh pabrik.

Persoalan paling sering terjadi dalan dunia industri yakni kecelakan kerja.

Menurut Assiba‟I (dalam Tang 1996:8) Jerman merupakan negara yang

pertama kali memberikan perhatian terhadap masalah sekuritas sosial

pada tahun 1883. Kemudian tahun 1889 memberi jaminan kesehatan,

jaminan pensiun bagi pekerja pabrik. Pada tahun 1911 keluar lagi undang-

undang untuk seluruh pegawai negeri, dan tahun 1923 sudah mencakup

pekerja di pertambangan. Pelaksanaan undang-undang tentang sekuritas

sosial pada tahun 1923 telah diimplementasikan di 62 negara karena

dirasakan manfaatnya.

Depresi ekonomi yang terjadi pada tahun 1930-an mengakibatkan

meluasnya kemiskinan di Eropa. Untuk menghambat meluasnya

kemisikinan maka Amerika Serikat lebih melengkapi istilah sekuritas sosial

(social security) berdasarkan atas Social Security Act 1935. Pada

perkembangan berikutnya organisasi buruh dunia yakni International

Labour Organisation (ILO) selangkah lebih jauh dengan secara sistimatis

mengabadikan prinsip-prinsip sekuritas sosial modem ini ke dalam hukum

(Schmidt 1992:18-19).

Page 27: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

15

Konsep jaminan sosial yang lazim dipakai adalah dari International

Labour Office (ILO):

“The protection which society provides for its members, though a series of public measures, against the economic and social distress that otherwise would be caused by the stoppage or substantial reduction of earnings resulting from sickness, maternity, employment injury, unemployment, old age and death; the provision of medical care; and the provision of subsidies for families with children”. (artinya : Perlindungan yang diberikan masyarakat terhadap anggota-anggotanya melalui seperangkat usaha publik terhadap kesulitan ekonomi dan sosial yang disebabkan oleh pemberhentian atau pengurangan secara substansial terhadap penghasilan sebagai akibat dari penyakit, kehamilan/melahirkan, kecelakaan kerja, pengangguran, usia tua dan kematian; penyediaan perawatan medis; dan penyediaan sumbangan untuk keluarga dengan anak-anak).

Sekuritas sosial yang digunakan oleh ILO hanya melihat bantuan

yang disediakan oleh pemerintah untuk mengatasi situasi yang sulit.

Defenisi tersebut tidak memperhitungkan bantuan dan interaksi dari pihak

lain seperti keluarga, tetangga, oraganisasi-organisasi kemasyarakatan,

sehingga konsepsi ILO tentang sekuritas sosial tidak dapat memberikan

gambaran yang lengkap (Benda-Beckman 1984:268 dan Burgess & Stern

1991:44).

Penegertian yang bersumber dari ILO di atas dirasakan sangat

terbatas, maka pemerintah Indonesia meredefenisi mengenai sekuritas

sosial dengan suatu batasan yang lebih luas, yaitu seluruh sistem

perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga negara

diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat guna memelihara

taraf kesejahteraan sosial di Indonesia merupakan tanggung jawab

Page 28: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

16

bersama antara pemerintah dan masyarakat bersama-sama atas dasar

kekeluargaan (Tang et al. 2005).

Dalam pengertian luas sekuritas sosial dapat dirujukkan kepada

berbagai usaha individu, kelompok, keluarga, swasta dan institusi

pemerintahan untuk mengatasi berbagai kebutuhan hidup pokok dari

anggota masyarakat seperti bahan makanan yang memadai, perumahan,

pendidikan, pelayanan kesehatan, air bersih, dan sebagainya (Sulastomo

2008). Selain itu, jaminan pada saat ada peristiwa atau keadaan tertentu

yang menimpa mereka, seperti sakit, cacat, kehilangan pekerjaan, lanjut

usia, dan kematian. Tujuannya untuk memenuhi standar hidup yang

sesuai dengan norma-norma masyarakat (Soetomo 2013). Sedangkan

pemberian kepada seseorang atau pihak lain yang tidak mengalami

kesulitan merupakan pemberian biasa saja bukan sekuritas sosial.

a. Sekuritas Sosial Secara Formal (Pemerintah)

Sekuritas sosial yang terdapat pada rencana pembangunan

nasional diartikan sebagai suatu langkah kebijakan yang dilakukan untuk

memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin,

terutama kelompok masyarakat yang paling miskin (the poorest) dan

kelompok masyarakat miskin (the poor). Menurut Undang-Undang No. 11

Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, perlindungan sosial adalah

semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari

guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok,

Page 29: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

17

dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai

dengan kebutuhan dasar minimal (BPS 2017:75).

Jenis sekuritas sosial yang diberikan oleh pemerintah adalah :

Bantuan beras sejahtera (rastra)

Kartu Perlindungan Sosial (KPS)/Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

Jaminan sosial

Program Keluarga Harapan (PKH)

Bantuan kredit usaha

Program jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan

b. Sekuritas Sosial Secara Tradisional (Informal)

Sekuritas sosial tradisional (informal) adalah pemberian yang

sumbernya dari luar institusi pemerintah, secara turun temurun diberikan

atau diterima dari adanya hubungan sosial seperti kerabat, tetangga,

orang sekampung, teman, patron-klien, dan sebagainya. Pemberian

tersebut bertujuan untuk mengatasi kesulitan yang diamali oleh orang lain

(Tang et al. 2005).

Pada masyarakat Bugis dan Makassar, nilai-nilai lokal seperti rasa

harga diri (siriq) dan rasa solidaritas yang tinggi atau rasa kasihan

(pesse/pacce) merupakan roh yang melandasi terwujudnya sekuritas

sosial secara tradisional (Tang 1996:158).

Page 30: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

18

4. Sekuritas Dalam Persektif Fungsionalisme

Untuk melihat sekuritas sosial bagi orang lanjut usia, penulis

menggunakan paradigma fungsionalisme, yaitu sebuah sudut pandang

luas yang berupaya menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam

hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya, terutama norma, adat,

tradisi, dan institusi. Fungsionalisme bertumpu pada analogi organisme,

yang membawa kita memikirkan sistem sosial-budaya sebagai semacam

organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan

melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan

kelestarian hidup organisme itu.

Bronislaw Malinowski (1884-1942), merupakan tokoh

yang mengembangkan teori fungsional tentang kebudayaan, atau a

functional theory of culture (Koentjaraningrat 2014:162). Inti dari teori

Malinowski menjelaskan bahwa segala aktivitas kebudayaan itu

sebenarnya memuaskan suatu rangkaian kebutuhan naluri makhluk

manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Kebutuhan itu meliputi

kebutuhan primer/biologis maupun kebutuhan sekunder/psikologis,

kebutuhan mendasar yang muncul dari kebudayaan itu sendiri.

Malinowski berpendapat bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia

sama, baik itu kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat

psikologis dan kebudayaan pada pokoknya memenuhi kebutuhan

tersebut. Menurut pendapatnya, ada tiga tingkatan yang harus terekayasa

dalam kebudayaan, yaitu:

Page 31: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

19

Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti

kebutuhan akan pangan dan prokreasi

Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti

kebutuhan akan hukum dan pendidikan.

Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama

dan kesenian.

Sekuritas sosial yang akan saya bahas dalam tulisan ini adalah

suatu konsep analitis yang berkenaan dengan pendekatan fungsional,

yaitu berbagai tindakan atau bantuan dari berbagai pihak untuk dapat

mengatasi kesulitan, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar, baik

itu kebutuhan materil maupun non-materil bagi orang yang sudah lanjut

usia (lansia).

B. Lanjut Usia (Lansia)

1. Lansia Dalam Persektif Budaya

Penuaan merupakan perubahan kumulatif dari kemunduran fisik

dan mental pada manusia, proses tersebut sesungguhnya merupakan

fenomena biologis dan psikologis. Akan tetapi berbeda halnya pada

persektif budaya, dimana budaya memiliki peran dominan dalam

mengkonstruksi peran, status, dan fungsi lansia dalam keluarga dan

masyarakat. Seperti dikemukakan oleh P. Gulliver (dalam Haviland

1985:131), bahwa unsur utama dalam menentukan status sosial

seseorang ialah umur.

Page 32: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

20

Peran dan fungsi sosial orang yang sudah lanjut usia (lansia) di

berbagai budaya memiliki pandangan dan nilai-nilai yang sangat beragam.

Namun demikian secara universal, ditengah masyarakat orang lansia

dianggap mempunyai berbagai pengalaman serta keahlian tertentu

sehingga prilaku lansia di tengah masyarakat maupun dalam keluarga

lebih bijaksana dan arif (Swasono 1989). Pengalaman dan keahlian yang

dimiliki oleh lansia dijadikan oleh generasi berikutnya sebagai sistem

pengetahuan dan pedoman dalam bertingkah laku, serta diintegrasikan

kedalam aturan-aturan, norma, dan nilai dalam masyarakat

(Koentjaaningrat 2011:72-76).

Pada masyarakat suku Bugis menurut Mattulada (1985), orang tua

memilki peran sangat penting dalam pewarisan nilai-nilai dalam keluarga

dan masyarakat. Seperti dalam naskah lontarak Bugis, terdapat kumpulan

amanat orang-orang tua bijaksana yang dinyatakan dalam bentuk paseng

(pesan), hal ini diamanatkan secara turun temurun. Dalam naskah

lontarak itu pula terdapat pappangaja yakni kumpulan nasehat orang tua

yang dapat menjadi pedoman hidup bagi generasi muda.

Senada dengan Mattulada, hasil penelitian Hijjang (2014:658-668),

mendapatkan temuan bahwa (1) Dalam keluarga atau komunitas masih

ada lansia yang berfungsi untuk mewariskan pengetahuan kepada

generasi berikutnya; (2) Masih ada peran-peran tradisional lansia dalam

keluarga dan komunitas yang secara konsisten masih dilakukan; (3) Masih

ada nilai-nilai budaya yang mendukung pelibatan lansia mengatasi resiko

psikososiobudaya.

Page 33: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

21

Bagi orang Bugis menurut Tang (1996:122), terdapat nilai-nilai

moral dan kepercayaan bahwa memperlakukan orang tua dengan buruk

atau membiarkan hidup terlantar bisa mengakibatkan berbagai bentuk

kecelakaan. Salah satu bentuk kecelakaan yang paling ditakuti oleh

seorang anak yaitu penyakit yang mempunyai gejala "perut

membengkak", penyakit tersebut dapat berakibat kematian. Penyakit

seperti itu dianggap sebagai balasan dari perbuatan buruk kepada orang

tua (mabusung).

Selain takut mabusung, masyarakat Bugis juga takut tidak

mendapatkan kebaikan dunia maupun di akhirat, seperti adanya

anggapan bahwa “narekko madorakai ri tomaiowanna. Pura deq naitai

parempaja ri lino kuwaetopa ri akheraq matti”. Artinya jika seseorang

durhaka terhadap orang tuanya, maka ia tidak mendapatkan kebaikan,

baik dunia maupun di akhirat nanti. Padangan tersebut sangat

mempengaruhi prilaku keseharian orang bugis sehingga menjadi sebuah

nilai “penghargaan dan penghormatan” yang dikemas dalam siriq na

pesse. Siriq merupakan unsur pangadereng (adat istiadat) yang

mendorong timbulnya kesadaran mendalam akan harga diri dan

kehormatan. Siapapun yang menyia-nyiakan orang tuanya akan menjadi

terhina, tidak memiliki harga diri, dan tidak patut diberi penghormatan.

Siriq ini pula yang menjadi sumber panggilan pesse yang memungkinkan

terjadinya prilaku yang begitu menghargai orang tua (Sani 2016:94).

Kewajiban anak terhadap orang tuanya dalam masyarakat Bugis,

ada kepercayaan bahwa tanggungjawab anak tidak hanya terbatas saat

Page 34: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

22

orang tuanya hidup, akan tetapi terus berlanjut setelah orang tuanya

meninggal. Kewajiban itu antara lain membacakan doa yang disertai

dengan persembahan makanan yang lebih istimewa dari pada makanan

yang dimakan sehari-hari. Karena itu, tradisi membaca doa (mabbaca

doang) kepada orang tua yang telah meninggal dunia masih dilaksanakan

hingga saat ini (Tang 1996:122).

Hasil penelitian Laiya (1983:54-55) pada suku bangsa Nias,

menemukan bahwa disaat usia tua fungsi utama dalam keluarga dan

komunitas yakni menjadi penasehat, sehingga mereka sangat dihormati.

Di Nias usia tua (bawa lewato) dianggap sebagai pintu gerbang menuju

kematian, sehingga sanak keluarga selalu melayani dengan baik dalam

bentuk memberikan makanan, pakaian, serta mematuhi segala

perintahnya.

Pada suku bangsa Jawa, orang tua yang memiliki pengetahuan

tinggi baik itu ilmu kebatinan atau praktis, meraka mendapatkan

perlakukan yang terhormat. Tetapi berbeda halnya bagi yang sudah jompo

dan pikun sudah kurang mendapatkan penghormatan (Geertz 1985:149).

Prilaku hormat kepada orang tua dapat terlihat saat berbicara dengan

menggunakan bahasa yang halus (krama). Bahkan dalam keluarga priyayi

tradisional sebelum berbicara harus menyembah terlebih dahulu

(Koentjaraningrat 1994:273).

Hasil penelitian Navis (1984) dan Indrizal (2005) pada suku bangsa

Minangkabau yang menganut sistem kekerabatan matrilineal yaitu garis

keturunan dari pihak ibu, memandang orang tua dalam keluarga luas

Page 35: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

23

sebagai orang yang patut dihormati. Orang tua selalu memberikan

nasehat terutama yang berkaitan dengan adat. Sebagaimana dinyatakan

dalam ungkapan kok pai tampek batanyo, kok pulang tampek babarito,

artinya jika pergi tempat bertanya, jika pulang tempat mengadu.

Hubungan struktur keluarga, ikatan solidaritas sosial, dan tradisi

merantau, kesemuanya itu menjadi sangat fungsional sebagai jaminan

sosial bagi orang lansia pada masyarakat Minangkabau sehingga orang

lansia tidak boleh hidup tersia-sia di hari tuanya, maka hal itu dapat

menjadi aib malu anak, kemenakan, keluarga, kerabat atau bahkan orang

sekampung (Indrizal 2005).

Dari berbagi hasil penelitian tersebut, maka dalam tulisan ini

konsep lansia dalan persektif budaya yaitu orang tua yang tidak hanya

terbatas kepada ayah dan ibu kandung saja, tetapi juga mencakup kakek,

nenek, paman dan bibi dari ke dua belah pihak orang tua. Peranan dan

fungsi sosial lansia dalam keluarga dan masyarakat sangat penting,

karena merupakan pewarisan nilai-nilai, tradisi dan pengetahuannya

kepada generasi berikutnya. Sehingga lansia harus diperlakukan dengan

baik, serta memberikan perhatian penuh kasih sayang, menyuguhkan

makanan yang layak, pakaian bagus, dan mematuhi perintah mereka

serta melayani mereka dengan hormat. Jika ada lansia yang

diterlantarkan, maka hal itu dapat menjadi aib bagi keluarga serta dapat

mengakibatkan berbagai bentuk keburukan dunia dan akhirat.

Page 36: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

24

2. Lansia Dalam Persektif Institusi Formal

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan

proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan

dari dalam dan luar tubuh (Kholifah 2016:3). Di dalam Undang-Undang

No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan

pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah

menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia

harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin

bertambah.

Banyak di antara lanjut usia yang masih produktif dan mampu

berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada

hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya

bangsa. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi

dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses

alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu

anak, dewasa dan tua (Nugroho 2000).

Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia

dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu, usia pertengahan atau pra

Page 37: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

25

lansia (45-59 tahun), lanjut usia muda (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90

tahun), dan lanjut usia sangat tua diatas 90 tahun (WHO 2002). Di

Indonesia, defenisi tersebut dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 13

Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menetapkan bahwa

batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Undang-

Undang 1998:3). Menurut Kementerian Kesehatan RI, lanjut usia

dikelompokkan menjadi Pra lanjut usia (45-59 tahun), Lanjut usia (60-69

tahun), dan Lanjut usia risiko tinggi (> 70 tahun atau usia, > 60 tahun

dengan masalah kesehatan) (Kemenkes 2012:4).

3. Karakteristik Prilaku Lansia

Menurut Kholifah (2016) terdapat ciri-ciri prilaku orang lanjut usia, yaitu :

a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia

sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.

Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam

melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran

fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,

maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai

akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia

dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia

yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap

sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang

Page 38: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

26

mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial

masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut

dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam

segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas

dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai

Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia

sebagai ketua RW karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk

terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan

konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk

perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat

penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang

tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan

keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang

menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat

tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

4. Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan

pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,

perasaan, sosial dan sexual (Azizah 2011).

Page 39: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

27

Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi

tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,

termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas

fungsional. Menurut Kholifah (2016) perubahan yang terjadi pada orang

lanjut usia adalah :

a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem Intergumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering

dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi

tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula

sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna

coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan

penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan

sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,

kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi

bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada

Page 40: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

28

persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga

permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung

kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan

menjadi rentan terhadap gesekan. Berkurangnya kepadatan

tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,

sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut

akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Perubahan

struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah

dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan

jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Pada

lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia mengalami penuaan elastisitas.

4) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah

massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi

sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi

karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh

penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan

konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,

kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru

bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara

Page 41: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

29

yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,

kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan

terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti

penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata

karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar

menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin

mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan

berkurangnya aliran darah.

7) Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.

Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju

filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi

yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan

aktifitas sehari-hari.

9) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan

menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada

laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

Page 42: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

30

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

2) IQ (Intellegent Quotient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi

c. Perubahan Mental

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

2) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

3) Kesehatan umum

4) Tingkat pendidikan

5) Keturunan (hereditas)

6) Lingkungan

7) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

8) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

9) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan

dengan teman dan famili.

10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

Page 43: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

31

d. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal

ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan Psikososial

1) Kesepian terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat

meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan

kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan

mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

2) Duka cita (bereavement), meninggalnya pasangan hidup,

teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat

meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal

tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan

kesehatan.

3) Depresi duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan

kosong, lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang

berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat

disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya

kemampuan adaptasi.

4) Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan: fobia,

panik, gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma

dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut

merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan

Page 44: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

32

dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping

obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

5) Parafrenia suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai

dengan waham (curiga), lansia sering merasa tetangganya

mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.

Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau

menarik diri dari kegiatan sosial.

6) Sindroma diogenes, suatu kelainan dimana lansia menunjukkan

penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah atau kamar

kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan

urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.

Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang

kembali.

C. Kerangka Pikir

Menua merupakan bagian dari siklus kehidupan manusia yang

terjadi secara alamiah. Di masa usia tua seseorang sudah tidak maksimal

lagi menjalankan tugas kesehariannya seperti disaat usia muda. Akibat

dari proses tersebut, maka orang yang sudah lanjut usia (lansia) paling

rentang mengalami berbagai kesulitan karena secara fisik, mental, dan

psikologis telah menurun secara drastis.

Sekuritas sosial bagi orang lanjut usia dapat di lihat sebagai suatu

pendekatan fungsional, yaitu berbagai tindakan atau bantuan dari

berbagai pihak untuk dapat berfungsi mengatasi kesulitan yang dialami

Page 45: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

33

oleh lansia. Untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh lansia

maka ada dua sumber utama yakni sekuritas sosial formal dan tradisional

(informal).

Sekuritas sosial format bagi lansia bersumber dari negara yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Hal tersebut dilakukan oleh negara

karena negara bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya sebagai wujud

dari negara kesejahteraan (welfare state). Sedangkan sekuritas sosial

tradisional merupakan pemberian yang sumbernya dari keluarga inti,

kerabat, tetangga, orang sekampung, teman, dan patron-klien.

Penyelanggaraan sekuritas sosial formal dan tradisional merupakan

jaminan sosial dapat membantu orang yang sudah lanjut usia dalam

aspek pemenuhan kebutuhan pokoknya sehingga lansia dapat hidup

dengan layak.

Kondisi Kehidupan

Orang Lanjut Usia

(Lansia)

Sekuritas Sosial

Pemerintah (Formal) Tradisional (Informal)

Kondisi Keterjaminan Sosial

Orang Lanjut Usia (Lansia)

Gambar 1. Kerangka Pikir

Page 46: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian sekuritas sosial

bagi orang lanjut usia (lansia) adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan

menggunakan metode etnografi berorientasi pada topik, yaitu

mendeskripsikan kehidupan orang lanjut usia (lansia) dan segala bentuk

bantuan yang diterimanya dari sudut pandang lansia dan pihak yang

memberikan bantuan.

Penggunaan pendekatan kualitatif karena penelitian kualitatif

merupakan suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah yang

dialami oleh lansia. Kondisi kehidupan lansia digambarkan secara holistik

yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara

terperinci, dan disusun dalam sebuah latar alamiah (Creswell 2002).

Sehingga penelitian deskriptif ini akan menghasilkan data berupa kata-

kata tertulis, lisan, dan perilaku yang dapat diamati dari lansia serta semua

pihak yang memberikan bantuannya (Moleong 2009).

Dalam penelitian kualitatif ini, saya selaku peneliti akan

memposisikan diri saya sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan

dan menganalisa data, serta menempatkan diri saya sebagai orang dalam

(insider) dan bukan sebagai orang luar (outsider). Hal tersebut saya

lakukan sebab menurut Spradley (2006:3-4), bahwa penelitian etnografi

melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang lain untuk belajar

Page 47: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

35

melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang

berbeda, untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang

penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski

(1922) bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang

penduduk asli untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan pada Desa Botolempangan Kecamatan

Bontoa Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ini

dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu dengan beberapa

pertimbangan, yaitu :

1. Berdasarkan data BPS Kabupaten Maros Tahun 2018, Desa

Botolempangan Kecamatan Bontoa merupakan daerah yang

memiliki keluarga pra sejahtera terbanyak yaitu 393 keluarga (BPS

Kecamatan Bontoa Dalam Angka 2018:39).

2. Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana (DPPKB) Kabupaten Maros perbandingan jumlah orang

lanjut usia (lansia) dengan jumlah jiwa penduduk, di Kecamatan

Bontoa yang paling banyak ialah Desa Botolempangan yang

berjumlah 10.66% dari jumlah penduduk, melebihi jumlah rata-rata

lansia nasional yaitu 8.97% (DPPKB 2017).

C. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan ini direncanakan selama enam bulan, yaitu

dimulai pada bulan Januari hingga Juni 2019. Adapun pelaksanaannya

akan dilakukan setelah seminar proposal penelitian.

Page 48: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

36

D. Informan

Penentuan Informan kami tentukan secara sengaja (purposive)

yaitu orang lanjut usia (lansia), keluarga inti lansia, kerabat lansia,

tetangga lansia, pemerintah, dan tokoh masyarakat yang terkait dan

terlibat langsung dalam kehidupan lansia.

E. Sumber Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi

penelitian yaitu orang lanjut usia (lansia), keluarga inti lansia,

kerabat lansia, tetangga lansia, pemerintah, tokoh masyarakat serta

pihak yang memberikan bantuan kepada lansia melalui observasi

dan wawancara.

2. Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari buku,

desertasi, tesis, skripsi, artikel, dan berita yang terkait dengan

lansia..

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Melakukan studi pustaka untuk mencari informasi tentang orang

lanjut usia (lansia) melalui buku, desertasi, tesis, skripsi, artikel, dan

berita.

2. Pengamatan (observation) pada masyarakat yang teliti selama

melakukan penelitian dengan cara mengikuti kegiatan lansia sehari-

hari dan pengamatan terhadap peranan-peranan sosial individu,

kerabat, tentangga, organisasi kelompok yang memberikan

perlindungan sosial terhadap kehidupan orang lanjut usia (lansia).

Page 49: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

37

3. Wawancara mendalam (indepth intervieuw) terhadap informan dari

orang lanjut usia (lansia), keluarga inti, kerabat, tetanga, pemuka

masyarakat, pejabat pemerintah dan kelompok masyarakat.

G. Analisis Data

Data yang terkumpul berupa hasil pengamatan terhadap keseharian

lansia dan wawancara, diolah dengan cara mengklasifikasi data,

mensistematiskan data dan menafsirkan data sehingga menghasilkan

kesimpulan deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan pada

penelitian ini menggunakan 5 langkah seperti yang dikemukakan oleh

Creswell (2012), yaitu :

1. Mengelolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis berupa

catatan lapangan dan rekaman wawancara terhadap lansia dan

pihak-pihak yang memberi bantuan. Langkah ini mendengarkan

kembali seluruh rekaman wawancara, men-scanning materi,

mengetik data lapangan, serta menyusun data.

2. Membaca keseluruhan catatan lapangan dan mendengarkan

rekaman wawancara untuk membangun general sense atau

informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara

keseluruhan.

3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding

merupakan proses pengelolaan data lapangan.

4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-

orang lanjut usia dan pihak-pihak yang memberikan bantuan, serta

Page 50: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

38

menemukan kategori-kategori dan tema-tema budaya yang terkait

dengan pelaksanaan sekuritas sosial bagi lansia.

5. Mendeskripsikan tema-tema yang akan disajikan ke dalam bentuk

narasi/laporan kualitatif.

H. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini mencakup: penjelasan kepada informan

mengenai tujuan dari penelitian ini, meminta kesediaan informan untuk

terlibat dengan penelitian ini kemudian meminta kesediaan waktu bagi

informan untuk dilakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara,

maka saya terlebih dahulu meminta persetujuan informan untuk

menggunakan alat perekam. Informasi yang terkait dengan identitas

informan disamarkan dengan menggunakan nama samaran (pseudonym)

untuk menjaga kerahasiaan identitas informan. Wawancara akan di

lakukan di tempat-tempat yang disepakati di mana mereka merasa

nyaman untuk diwawancarai.

Page 51: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

39

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Asal Usul Nama Desa

Botolempangan terdiri dari dua pengalan kata, yaitu Boto dan

Lempangan. Kata Boto merupakan sebuah nama gelar yang diberikan

kepada orang-orang tertentu pada masa lampau. Menurut masyarakat

setempat, pada masa lampau pernah ada sosok manusia yang pernah

tinggal di Botolempangan, orang tersebut memiliki kesaktian yang luar

biasa yaitu dapat mengetahui hal-hal yang akan terjadi sebelumnya dan

hal tersebut mendapatkan pengakuan oleh Raja Gowa setelah teruji

kebenarannya. Pada masa pemerintahan Kerajaan Gowa kesaktian yang

dimiliki orang tersebut dinamakan ahli nujung, dalam bahasa makassar

dinamakan Tau Tarrusu juga di gelar Tunipakammayya Kananna. Karena

kesakitiannya orang tersebut diberikan gelar Boto. Sedangkan kata

Lempangan adalah nama kampung yang berasal dari bahasa Bugis

disebut Leppangen, mengadung arti tempat singgah atau persinggahan,

tetapi penduduk setempat berbahasa makassar sehingga terucap

Lempangan.

Di kampung ini pula mempunyai tanda yaitu sebuah batu nisan

yang ada di pekuburan Islam Lempangan, bentuknya lonjong dari jenis

batu asah (batu gosok), batu nisan tersebut diyakini oleh masyarakat

merupakan pusaran orang yang bergelar Boto tersebut. Batu nisan

tersebut oleh masyarakat dijadikan penanda bahwa kampung ini telah

Page 52: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

40

disinggahi dan di huni oleh sosok manusia yang bergelar Boto, yang

sampai saat ini dipelihara dan sering di kunjungi oleh orang dari luar

daerah maupun masyarakat dalam desa sendiri. Dari perpaduan kata Boto

dan Lempangan maka dalam musyawarah pembentukan desa pada

Tahun 1965 disepakati Botolempangan sebagai nama desa.

B. Sejarah Singkat Pemerintahan Desa

Desa Botolempangan pada masa silam disebut koordinator

dibawah wilayah kekuasaan distrik Bontoa, kemudian pada tahun 1965

sebelum pemberontakan G.30S/PKI, desa Botolempangan terbentuk

melalui musyawarah yang dipimpin oleh Ismail (dikenal Galla Samaila)

mantan pejabat koordinator.

Desa Botolempangan yang pertama kalinya dipimpin oleh Bapak

Basrah Dg. Masiga (dikenal Galla Salenrang) berkedudukan di kampung

Lempangan dibawah wilayah pemerintahan Kecamatan Bantimurung.

Pada Tahun 1992 Desa Botolempangan dimekarkan menjadi dua desa,

yaitu Desa Salenrang. Setelah terbentuknya pemerintahan Kecamatan

Maros Utara, selanjutnya Desa Botolempangan beralih kembali pada

wilayah Pemerintahan Kecamatan Maros Utara yang berkedudukan di

Panjallingan yang sekarang disebut Kecamatan Bontoa. Pada tahun 2001

Kecamatan Maros Utara berganti nama menjadi Kecamatan Bontoa.

Adapun pelaksanaan pemerintahan Desa Botolempangan sejak

awal terbentuknya sampai saat ini adalah :

Page 53: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

41

1. Basrah Dg. Masigah Tahun 1965 s/d 1968

2. H. Sattar Dg. Emba Tahun 1968 s/d 1978

3. Batollah Dg. Gasssing Tahun 1978 s/d 1982

4. Ambo Dg. Beta Tahun 1982 s/d 1986

5. H. Yakka Dg. Naba Tahun 1986 s/d 1997

6. H. Maing, S.Ip Tahun 1997 s/d 2012

7. Abd. Azis Tahun 2012 s/d 2017

8. Muhammad Idris (PLT) Tahun 2017 s/d 2018

9. Muhammad Warif, S.Pdi, M.Pdi Tahun 2019 - Sekarang

Wilayah Desa Botolempangan sejak terbentuknya pada tahun 1965

dibawah naungan wilayah Kecamatan Bantimurung memiliki kampung /

dusun sebagai berikut :

1. Kampung Lempangan

2. Kampung Salenrang

3. Kampung Pannambungan

4. Kampung Ujung Bulu

5. Kampung Mangemba

6. Kampung Tangaparang

Setalah Desa Botolempangan dimekarkan menjadi dua desa yaitu Desa

Salenrang berdiri sendiri dibawah pemerintahan Kecamatan Maros Utara

pada Tahun 1992, maka kampung atau dusun Desa Botolempangan

tinggal 5 (lima) dusun yaitu :

1. Dusun Lempangan

2. Dusun Ujung Bulu

Page 54: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

42

3. Dusun Mangemba

4. Dusun Tangaparang

5. Dusun Tamangesang

Pada masa lalu ke lima kampung/dusun tersebut dipimpin oleh berbagai

istilah pemimpin yaitu Gallarang, Matoa, RK dan Kepala Dusun.

1. Kampung Lempangan dipimpin oleh :

a. Gallarang Muhammad

b. Gallarang Lewa

c. Gallarang Borra

d. Gallarang Mangngasi

e. Gallarang Samaila

f. Gallarang Kolleng

g. RK Mansyur

h. Kepala Dusun H. Ambo Upa

i. Kepala Dusun Rahmani

2. Kampung Ujung Bulu dipimpin oleh :

a. Matoa Janggo

b. Matoa Makkasau

c. Matoa H.M. Nur

d. RK Taji Dg. Sikki

e. Kepala Dusun M. Alwi Dg. Nanrang

f. Kepala Dusun H. Amri Turu

g. Kepala Dusun Abdul Gaffar

Page 55: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

43

3. Kampung Mangemba dipimpin oleh :

a. Matoa Kambara

b. Matoa Tani

c. Matoa Hamzah

d. Kepala Dusun H. Muh. Arsyad

4. Kampung Tangaparang dipimpin oleh :

a. Matoa Taru

b. Matoa Dg. Manyare

c. Matoa Dongi

d. Matoa Bampe

e. Matoa Nape

f. Matoa Nakku

g. Matoa Sunre

h. Kepala Dusun H. Yakka Dg. Naba

i. Kepala Dusun H. Hamri

j. Kepala Dusun H. Madeamin

k. Kepala Dusun Abd. Azis

5. Pada Tahun 2000 Dusun Tangaparang dimekarkan menjadi dua

dusun, maka terbentuklah Dusun Tamangesang, yang awalnya

dipimpin oleh :

a. Kepala Dusun Sakka

b. Kepala Dusun Lewanuddin

Page 56: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

44

Dalam menjalankan pemerintahan, kepala Desa Botolempangan

Muhammad Warif, S.Pdi, M.Pdi dibantu oleh staf perangkat desa, berikut

ini struktur pemerintahan Desa Botolempangan :

Gambar 2. Struktur Oraganisasi Pemerintahan Desa Botolempangan

Kepala Desa Muhammad Warif, S.Pdi, M.Pdi

Badan Permusyawaratan Desa

(BPD)

H. Suardi Isma, S.Kep (Ketua)

Umar Abba

Muh. Agus

Rahmawati

Sitti Ratna

Kasma

H. Haeruddin

H. Muh. Daud

Abd. Rahman

Kaharuddin

Muh. Anwar `

Sekertaris Rabanong, S.Ip

Seksi Pemerintahan Pirman Firdaus

Seksi Kesejahteraan dan Pemerintahan Srywahyuni Amra

Urusan Umum dan Perencanaan Abdul Kadir

Urusan Keuangan Kasma

Dusun Lempangan Abdul Malik Thaba, SP

Dusun Ujung Bulu H. Mutsng

Dusun Tangaparang Samsul Bahri

Dusun Mangemba Darwis

Dusun Tamangesang M. Safri

Page 57: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

45

C. Kondisi Geografis

Desa Botolempangan terletak di sebelah utara Kabupaten Maros, di

lintasi oleh jalan poros propinsi Sulawesi Selatan dan berbatasan

langsung Kabupaten Maros dengan Kabupaten Pangkep. Secara

administrasi Desa Botolempangan berbatasan dengan :

Sebelah utara : Desa Bontolangkasa Kab. Pangkep

Sebelah Selatan : Desa Salenrang Kab. Maros

Sebelah Timur : Kelurahan Majannang Kab. Pangkep

Sebelah barat : Desa Minasa Upa Kab. Maros

Kondisi alam Desa Botolempangan merupakan wilayah,

pengunungan, dataran pertaninan, dan pesisir pantai. Di sebelah timur

Desa Botolempangan merupakan kawasan pengunungan karts Maros-

Pangkep, gugusan karts yang terbesar dan terindah kedua dari Cina.

Sebelah timur terdapat garis pantai yang terbentang menghadap ke Selat

Makassar. Di antara pengunungan dan pantai terdapat dataran yang

diperuntukan untuk area tambak dan lahan pertanian, dataran yang subur

mampu menopang kehidupan masyarakat Desa Botolempangan sejak

dulu.

Luas wilayah Desa Botolempangan adalah 17.42 Km², meliputi

lahan pertaninan sawah 372, 74 hektar, lahan tambak 190,68 hektar,

lahan perusahaan 6,7 hektar, pemukiman 50 hektar, hutan / pegunungan

700 hektar dan jalan, sungai dll sebanyak 415,33 hektar.

Desa Botolempangan memiliki iklim curah hujan diatas 200

mm/bulan dengan bulan basah 5 hingga 6 bulan dan bulan kering dengan

Page 58: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

46

curah hujan 100 mm/bulan selama 2 sampai 4 bulan, curah hujan tertinggi

antara bulan Desember sampai Maret dan curah hujan terendah terjadi

antara Juli – September setiap tahun.

D. Fasilitas Umum

Sarana Jalan Desa Botolempangan yang menyambungkan antara

satu dusun dengan dusun yang lain sudah terbuat dari jalan beton yang

panjang jalan desa sekitar 8 km. Sarana Pendidikan terdiri dari TK 5 unit,

SD 3 unit, Madrasah Stawaniyah 1 unit, Madrasah Aliyah 1 unit. Untuk

sarana kesehatan masyarakat ada Puskesmas Pembantu (Pustu) 1 unit,

poskesdes 1 unit, posyandu 5 unit, dan bidan desa 1 orang. Dalam

menyalankan keagamaan masyarakat disediakan sarana peribadatan

beruapa 5 bangunan masjid.

E. Keadaan Penduduk

Desa Botolempangan merupakan daerah pertemuan dua suku

besar yang menghuni Sulawesi Selatan yaitu suku Makassar dan Bugis,

sehingga dalam keseharian masyarakat Desa Botolempangan

menggunakan dua bahasa (bilingual). Kedua pengguna bahasa tersebut

hanya dip isah oleh sungai yang melintas di tengah Desa Botolempangan.

Penutur bahasa Bugis berada di sisi timur yang meliputi tiga dusun yaitu

Dusun Mengemba, Dusun Tangaparang, dan Dusun Tamangesang.

Sedangkan Masyarakat yang menggunakan bahasa Makassar berada di

bagian barat, mencakup Dusun Lempangan dan Dusun Ujung Bulu.

Page 59: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

47

Penduduk Desa Botolempangan sejak dulu secara turun temurun

sudah bermukim di desa ini. Populasi penduduk Desa Botolempangan

saat ini sudah mencapai 3.553 jiwa yang terdiri dari 1.736 berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan sebanyak 1.817 jiwa. Sedangkan postur

penduduk Desa Botolempangan berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin sebagai berikut :

Tabel 1. Penduduk Desa Botolempangan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah Penduduk

Laki – Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 0 - 4 185 169 354

2 5 - 9 174 165 339

3 10 - 14 181 170 351

4 15 - 19 192 184 376

5 20 - 24 182 162 344

6 25 - 29 129 139 268

7 30 - 34 113 132 245

8 35 -39 105 126 231

9 40 - 44 111 134 245

10 45 - 50 103 109 212

11 50 - 54 76 99 175

12 55 - 59 67 69 136

13 60 - 64 44 56 100

14 65 + 74 103 177

Sumber : PBS Maros, Kecamatan Bontoa Dalam Angka 2018

Dari data tersebut memperlihatkan bahwa postur penduduk Desa

Botolempangan ialah kelompok usia yang paling banyak usia anak-anak

Page 60: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

48

dan remaja (usia 0 sampai 24 tahun), kemudian disusul oleh kelompok

usia 25 sampai 60 tahun, sedangkan orang yang sudah berusia lanjut

lebih sedikit dari populasi penduduk.

Masyarakat Desa Botolempangan pada umumnya mendirikan

rumah di sepanjang jalan desa. Secara umum, kondisi rumah mayarakat

berbentuk rumah panggung, pada bagian bawahnya dimanfaatkan

sebagai kandang ayam atau kandang sapi, apa pula masyarakat yang

pada bagian bawah rumahnya diperuntukan untuk hunian bagi keluarga

baru. Selain rumah panggung, sebagian juga masyarakat mendirikan

bangunan rumah tapak yang permanen atau rumah batu. Masyarakat

berasalan, rumah batu lebih kuat dan kokoh, sedangkan dari aspek biaya

mendirikan rumah panggung/rumah kayu dan rumah batu biaya yang

dikeluarkan relatif hampir sama.

Keyakinan keagamaan masyarakat yang berdomisili di Desa

Botolempangan semuanya menganut agama Islam. Untuk menunjang

kegiatan keagamaan di setiap dusun memiliki masjid sebagai sarana

melaksanakan ibadah. Pada saat saya melaksanakan sholat lima waktu di

masjid-masjid yang ada di Desa Botolempangan, partisipasi masyarakat

dalam melaksanakan ibadah lima waktu di masjid pada umumnya hanya

terisi setangah sampai satu shaf, itupun sebagian hanya orang-orang

sudah berusia tua, sebab orang-orang yang masih mudah lebih sibuk

dalam aktifitas berkerja dan sekolah. Tetapi pada saat pelaksanaan sholat

jumat, masjid dipenuhi oleh jemaah karena sholat jumat harus dikerjakan

secara bersama-sama dan tidak bisa dikerjakan secara individual.

Page 61: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

49

F. Mata Pencaharian

Kegiatan ekonomi masyarakat Desa Botolempangan masih

didominiasi pada sektor pertanian, mengingat desa ini merupakan daerah

hamparan persawahan, khususnya masyarakat Dusun Lempangan, Ujung

Bulu, Mangemba dan Tanggaparang. Jenis persawahan di Desa

Botolempangan merupakan sawah tadah hujan. Meskipun sawah tadah

hujan tetapi saat ini masyarakat sudah dapat menikmati dua kali panen

dalam setahun, sebab saat musim hujan masyarakat mulai menanam

pada bulan November dan panen di bulan April, dan setelah panen

langsung dilanjutkan untuk masa tanam musim kemarau karena antara

bulan Mei dan Juli Desa Botolempangan masih mendapatkan hujan.

Khusus untuk masyarakat Dusun Tamangesang yang merupakan

daerah perbukitan gunung kapur, masyarakatnya masyoaritas

mengadalkan sektor tambang galian C yaitu tambang batu kapur untuk

batu pondasi bangunan. Berbagai kegiatan ekonomi di sektor tambang

galian C, ada yang bergerak di sektor pengangkutan (penyewaan truk)

dan adapula di sektor tambang batu, masyarakat setempat menamakan

profesi pemukul batu dengan istilah “Pakebung Batu”. Batu-batu hasil

tambang batu kapur dari Dusun Tamangesang lebih banyak di ]pasarkan

di wilayah Makassar.

Selain pertaninan dan tambang batu kapur, sumber penghasilan

masyarakat Botolempangan berasal dari petambak, nelayan, beternak

sapi, kambing, dan ayam. Profesi masyarakat pada sektor jasa berupa

Page 62: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

50

tukang batu, tukang kayu, penjahit, pedagang, buruh tani, karyawan

swasta dan sebagian kecil menjadi PNS.

Populasi penduduk Desa Botolempangan dari tahun ketahun terus

bertambah, sementara pada sisi lain, sumber ekonomi utama desa yaitu

sektor pertanian dan tambang batu kapur hanya bisa memenuhi

kebutuhan pokok masyarakat. Hal tersebut tergambar dalam perbicangan

saya dengan bapak AL di teras rumahnya, beliau mengatakan :

“… saat ini sawah hanya untuk makan saja, sudah tidak bisa dijual lagi hasilnya karena luasnya kecil, berbeda pada saat sawah dimiliki oleh orang tua saya, cukup luas, tetapi saya bersaudara tiga orang, jadi sawahnya dibagi tiga”. Postur ekonomi masyarakat secara umum, dari 786 keluarga

terdapat 50% berada di bawah garis kemiskinan (prasejahtera),

sedangkan yang rentang miskin terdapat 30.41% keluarga, berikut ini data

lengkapnya :

Tabel 2. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Botolempangan

No Tahap Sejahtera Jumlah

Keluarga Persentase

1 Prasejahtera 393 50 %

2 Sejahtera I 239 30.41 %

3 Sejahtera II 81 10.31 %

4 Sejahtera III 50 6.36 %

5 Sejahtera III Plus 23 2.93 %

Jumlah 786 100 %

Sumber : BPS Maros, Kecamatan Bontoa Dalam Angka 2018

Page 63: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

51

G. Sistem Kekerabatan

Masyarakat desa Botolempangan terdiri dari dua rumpung

keluarga, karena desa ini merupakan perjumpaan dua suku yakni Bugis

dan Makassar. Muhammad Warif merupakan kepala Desa

Botolempangan mengatakan, “antara dusun Lempangan dan Ujung Bulu

tidak bisa dipisahkan karena merupakan satu rumpung keluarga, tidak ada

orang lain tapi Bija Pammanakang semua, dalam kesehariannya

menggunakan bahasa Makassar, sedangkan yang di sebelah sungai ada

tiga dusun yaitu Mangemba, Tangaparang, dan Tamangesang mereka

juga satu rumpung keluarga (Asseajingeng) yang dalam kesehariannya

menggunakan bahasa Bugis”.

Meskipun dalam keseharian masyarakat Desa Botolempangan

menggunakan dua bahasa (bilingual) akan tetapi sistem kekerabatannya

sama yaitu bilateral. Sistem kekerabatan seperti ini mengikuti lingkungan

pergaulan hidup dari ayah maupun dari pihak ibu atau garis keturunan

berdasarkan kedua orang tua. Hubungan kekerabatan ini menjadi sangat

luas disebabkan karena, selain ia menjadi anggota keluarga ibu, ia juga

menjadi anggota keluarga dari pihak ayah.

Sistem kekerabatan bilateral memberikan pemahaman bahwa

kedudukan suami istri dalam keluarga dekat adalah sama. Dengan

demikian bagi setiap individu dalam masyarakat, sesama kaum kerabat

ibu maupun ayah masuk dalam batas hubungan kerabatnya. Jalinan

kekerabatan di antara mereka memegang peranan penting dalam

membangun semangat kebersamaan untuk saling tolong menolong, baik

Page 64: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

52

itu dalam hal kegiatan daur hidup seperti lahiran, sunatan, pesta

pernikahan, kematian, maupun dalam pemenuhan kebutuhan pokok bagi

orang lanjut usia (sekuritas sosial tradisional).

Hubungan kekeluargaan pada masyarakat Desa Botolempangan

mereka menyebut dalam bahasa Bugis: Asseajingeng, Makassar: Bija

Pammanakang yang terbentuk melalui pertaliaan darah maupun melalui

pernikahan (sialle). Sistem kekerabatan masyarakat Desa Botolempangan

melalui dua jalur, yaitu hubungan kerabat sedarah (consanguinity) yang

disebut Bugis: seajing Makassar: bija ma’reppese, dan hubungan kerabat

karena perkawinan (affinal) yang disebut Bugis: siteppa-teppa Makassar:

bija bella. Kerabat sedarah amat besar peranannya dalam kehidupan

sehari-hari, selain berkewajiban mengurus masalah perkawinan dan

kekerabatan. Anggota keluarga dekat inilah yang menjadi orang yang

malu (siriq) bila ada orang yang sudah lanjut usia (lansia) hidup terlantar

karena tidak memilki harta benda. Sementara keluarga jauh baru berperan

banyak apabila keluarga luas tersebut mengadakan upacara-upacara

seputar daur hidup, seperti upacara perkawinan, kelahiran, kematian,

mendirikan rumah baru, dan sebagainya.

Page 65: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

53

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian lapangan untuk

penyelesaian studi program magister saya. Rasa khawatir sudah tentu

ada, terutama soal kemampuan untuk beradaptasi, agar dapat berbaur

dengan orang yang sudah lanjut usia (lansia) dan masyarakat setempat,

yaitu masyarakat Desa Botolempangan Kecamatan Bontoa Kabupaten

Maros, Sulawesi Selatan. Rasa khawatir menjadi sedikit berkurang karena

lokasi penelitian terletak di Kabupaten Maros yang merupakan tempat

kelahiranku, meskipun lahir di Maros tetapi sesungguhnya saya tidak

pernah menginjakan kaki di Desa Botolempangan dan sudah berhijrah

dari Maros ke Makassar sekitar 20 tahun yang lalu karena alasan

pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan.

Di kala matahari mulai menyapa bumi dengan kehangatan sinarnya

di pagi 04 Maret 2019, saya bergegas meninggalkan rumah untuk menuju

lokasi penelitian dengan berbekal satu tas ransel berisi beberapa lembar

pakaian, alat tulis, buku, alat perekam, laptop, handphone, dan obat-

obatan. Perjalanan menuju Desa Botolempangan saya tempuh sekitar dua

jam perjalanan dengan kendaraan sepeda motor dari tempat tinggal saya

di BTP Makassar.

Saat tiba di kantor Desa Botolempangan, saya harus menunggu

karena kepala desa belum ada, seorang staf kantor desa mempersilahkan

Page 66: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

54

saya untuk duduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu, dengan rasa

canggung dan malu-malu saya pun duduk bersama dua orang yang

bernasib sama menunggu kepala desa. Sorotan mata para staf desa

menujuh kearahku dengan tajam, tatapan tersebut semakin meempertebal

kegalauan pikiran dan perasaanku, ya rasa khawatir kembali bergejolak

mengingat saya adalah “orang asing” bagi masyarakat yang didatangi.

Salah satu staf desa datang menghampiriku dan bertanya “dari mana

pak?” jawabku, “mahasiswa dari Unhas”, ketika saya ingin menjelaskan

lebih lanjut maksud dan tujuan saya, justru staf tersebut beranjak pergi

menuju teman kerjanya sambil menyapaikan tentang asalku dan

pandangan mereka sedikit mulai teduh dan ramah.

Kesibukan mulai mengeliat, ketika kepala desa memasuki kantor,

orang disamping saya langsung bangkit dari tempat duduknya menuju

ruangan pelayanan masyarakat. Tiba giliran saya untuk dilayani, oleh

kepala desa diarahkan masuk keruangannya, bukan di ruang pelayanan

masyarakat. Mendapatkan perlakukan khusus, sedikit mampu meretas

rasa kekhawatiranku. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

yang saya akan lakukan, dengan penuh antusias kepala desa merespon

positif, bahkan sebelum bermohon tinggal, beliau lebih duhulu

menawarkan rumahnya untuk saya tempati dan jadikan base camp, tampa

berpikir panjang langsung saya setujui dan berterima kasih. Hari pertama

di lokasi penelitian merupakan hari keberuntungan bagi saya sebab,

setelah bertemu dengan Kepala Desa Botolempangan di kantornya,

Page 67: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

55

kekhawatiran tentang berbagai kesulitan yang saya pikirkan nampaknya

mulai tidak terbukti dengan kemudahan yang saya dapatkan.

A. Kondisi Kehidupan Sosial Budaya Orang Lanjut Usia

Proses menjadi tua merupakan fenomena alami, akan tetapi dalam

menentukan pola kegiatan, sikap, larangan, kewajiban, kedudukan, dan

peranan orang lansia dalam keluarga dan masyarakat sangat ditentukan

oleh sistem sosial budaya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat

tersebut. Karena sistem sosial budaya merupakan suatu keseluruhan dari

unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling

berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secara mandiri serta

bersama-sama satu sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan

hidup manusia dalam masyarakat.

Menjadi lansia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

manusia, tua bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan

dan akan dialami oleh setiap mahluk hidup termasuk manusia. Pada tahap

ini manusia mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun

mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan

yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses

penuaan normal, seperti rambut mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di

wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya

tahan tubuh, semua itu merupakan acaman bagi integritas orang usia

lanjut. Belum lagi saat di masa lanjut usia harus berhadapan dengan

kehilangan berbagai peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan

dengan orang-orang yang dicintai. Dari berbagai akumulasi problem

Page 68: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

56

dialami oleh lansia sehingga muncul stigma secara umum bahwa lansia itu

lemah dan tidak berdaya, stigma tersebut tidak sepenuhnya benar karena

di tengah masyarakat Botolempangan masih ada lansia yang tangguh.

1. Peran Lansia Dalam Keluarga

TA seorang lansia yang berusia sekitar 70 tahun bersama istrinya

SA berumur 65 tahun tinggal berdua-duan di rumah panggung yang

berukuran 4x6 meter di Dusun Tamangesang. Di rumah itu TA dan SA

telah mengarungi bahtera kehidupan rumahtangganya sudah melewati

setengah abad, usia pernikahan emas mereka berdua sudah raih karena

anak tertuanya saat ini berumur 51 tahun. Di dalam rumah yang selama ini

menaungi mereka berdua terasa sesak, karena depan pintu masuk ada

tumpukan padi sebagai stok pangan untuk satu tahun, pada bagian kiri

terdapat ranjang besi dilengkapi kasur tipis dan sprei yang sudah lusuh,

disamping tempat tidur terlihat lemari pakaian. Di area dapur terdapat

tungku api yang di atasnya ada rak penyimpanan kayu bakar, tempat

mencuci piring dan tempat untuk makan. Sedangkan untuk area kolom

rumah, mereka berdua memanfaatkan untuk beternak ayam dan bebek.

Pekerjaan pokok TA saat ini adalah bertani, pekerjaan ini sudah dia

tekuni sejak berhenti menjadi penambang batu kapur sekitar 10 tahun lalu.

Sebagian sawah yang dia kerjakan merupakan miliknya sendiri, sawah

tersebut dia peroleh dari hasil kerja kerasnya menambang batu kapur

sejak usia muda. Selain sawah miliknya, TA juga makatenning galung

(memegang gadai sawah) orang lain. Tipologi persawahan yang

dikerjakan oleh TA merupakan sawah tadah hujan, hanya bisa dikelola

Page 69: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

57

sekali dalam setahun karena lokasinya berada di dataran tinggi antara

area perbukitan batu kapur.

Selain bertani, TA bersama istrinya menanfaatkan area padang

rumput yang tumbuh subur di sekitar rumahnya dengan cara mamppi sapi

(beternak sapi), jumlah sapi yang digembalakan saat ini mencapai

sembilang ekor, sapi-sapi tersebut dia kandangkan di depan rumahnya.

Menurut TA, sapi-sapi tersebut merupakan tabungannya yang bisa dia jual

kapan saja dia membutuhkan uang.

Di usia yang sudah lansia mereka berdua sering dilanda penyakit,

TA menderita penyakit masemmeng (panas dingin) yang dia derita sejak

muda, sedangkan istrinya menderita sakit malipunu (pusing kepala), tetapi

penyakit tersebut bukan penghalang baginya untuk bertani dan beternak

sapi. Hasil yang dia peroleh dari bertani, sebagian padinya diberikan

kepada anak-anaknya, begitu pula ketika dia menjual sapi sebagian

uangnya diperuntukan ketiga anak dan ketujuh cucu-cucunya yang tinggal

disamping rumahnya.

Meskipun TA memberikan jaminan beras dan terkadang juga uang

kepada anak dan cucunya, pada saat yang sama TA juga membutuhkan

perhatian dan kasih sayang seperti anak bungsunya tadinya tinggal diluar

kampung kemudian ikhlas menjual rumahnya dan pindah kedekat rumah

orang tuanya, sehingga saat ini kesemua anaknya sudah tinggal dekat

rumahnya. TA merasa “makesingi ko cede’ bolaki anak-anakta na saba

eso-esonaki si’ita (bagus kalau dekat rumah dengan anak karena setiap

hari ketemu)”. Kemandirian TA bersama istri bukan berarti tidak ada

Page 70: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

58

kesulitan, anaknya masih memberi beberapa bantuan misalnya, bantuan

sambungan listrik gratis, ketika sakit anaknya membawah ke Pustu

(Puskesmas Pembantu) untuk berobat dan keponakannya juga

memberikan bantuan pengobatan secara tradisional.

Kepedulian TA tidak terbatas hanya terhadap keluarga intinya,

tetapi juga perhatian terhadap kerabat yang tidak mampu. Solidaritas TA

diwujudkan dalam bentuk saat panen padinya tidak diberikan kepada jasa

pemotongan padi dengan mobil (doros), karena TA memandang orang-

orang tersebut tau masogi (orang kaya) karena bisa beli mobil pemotong

padi yang harganya ratusan juta. Jadi TA lebih memilih padinya dipotong

oleh keluarganya yang miskin karena dia menganggap “di are’ na sitinaja,

apalagi elo toni na karesoi” (diberikan saja itu wajar apalagi dia ingin

kerjakan). Hal tersebut memperlihatkan bahwa TA masih sangat menjaga

sistem kekerabatan dalam keluarganya.

Usaha keras TA dalam bekerja mulai usia muda hingga lanjut usia

disebabkan, “makonami bawang idi’ tau ma towae na diberusahaki, na

jako macoaki eloki manre depa ni mate, na de nauleki na areng ana-anae

na deto aga-aga sehingga berusahaki mel’li tana ko engka doita, na ia tu

dijaga tau pedalamange” (bahwa kami ini orang tua berusaha sebab

jangan sampai pada saat tua nanti kami mau makan karena belum

meninggal sementara anak-anak tidak bisa memberi makan karena

mereka juga tidak punya apa-apa, sehingga kalau ada uang berusaha beli

sawah, sebab itulah yang dijaga sebagai orang kampung).

Page 71: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

59

Peran pewarisan nilai-nilai dan tradisi keluarga masih sangat dijaga

dan terus dilestarikan oleh TA. Seperti kegiatan tradisi mabbaca nanre

doang (membaca doa makanan persembahan) untuk orang tua yang

sudah meninggal dunia. TA mengaggap mabbaca nanre doang sebagai

bentuk tanggungjawab dan kewajibannya saat masih hidup. Kegiatan

tradisi mabbaca nanre doang biasanya dilaksanakan sebelum memasuki

bulan suci ramadhan, saat hari lebaran (idhul fitri), dan saat lebaran haji

(idhul adha). Tempat penyelenggaran mabbaca nanre doang dipusatkan

pada rumah TA dan semua anak dan cucu-cucunya (keluarga inti) wajib

untuk datang untuk memasak dan berdoa bersama-sama.

Di usia yang tidak muda lagi, keberadaan TA dalam keluarganya

sangat penting karena mengajarkan nilai-nilai dan tradisi serta merupakan

perekat (pemersatu) keluarga, kebanggaan, dan panutan (rool model) bagi

anak dan cucu-cucunya. NS (49 tahun) merupakan anak kedua TA, saat

saya bertemu dengannya, dia mengatakan :

“Saya sangat bangga pada orang tuaku karena memiliki berbagai kelebihan seperti pekerja keras untuk menghidupi keluarganya, keahlian mabaca-baca doang, kalau ada masalah orang tuaku bisa selalu memberikan nasehat dan pengalamannya juga banyak”.

Selain TA, PS juga merupakan sosok perekat dan penjaga tradisi

dalam keluarganya. Meskipun anak-anaknya sudah memiliki rumah

masing-masing, sehingga PS harus tinggal seorang sendiri dirumahnya di

Dusun Tangaparang dan tidak bisa lagi menjadi sumber nafkah bagi anak-

anaknya, tetapi diusia 80 tahun dia masih diandalkan oleh anak-anaknya

untuk memutuskan hal-hal yang penting dalam keluarga seperti dalam hal

Page 72: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

60

diterima atau tidaknya lamaran pernikahan dalam keluarganya masih

ditentukan oleh PS.

Di dusun yang sama, SK juga merupakan lansia yang memiliki

peran penting bagi keluarganya. SK anak ketiga dari lima bersaudara,

saat ini dia berusia sekitar 65 tahun, suami yang dia sayangi sudah

berpulang kerahmatullah sembilang tahun yang lalu. Dari hasil

perkawainannya, SK dikaruniai dua orang putra. Melalui anak tertuanya,

SK telah memiliki enam appo (cucu) dan dua appo uttu (cicik).

SK tinggal di rumah panggung sederhana yang terletak di tengah

area persawahan Dusun Tangaparang. Sepeninggal suaminya SK

menjadi single parent (orang tua tunggal) untuk membesarkan anak-

anaknya. Saat saya berkunjung kerumahnya, dia hanya ditemani oleh

anak bungsunya KR (30 tahun) yang masih membujang hingga saat ini.

Sementara anak tertuanya yakni SM, pergi merantau bersama istrinya.

Keikhlasan SM untuk memberikan anaknya kepada ibunya (SK) untuk

dibesarkan, sangat membuat SK merasa sangat senang karena bisa

tinggal bersama dengan cucu yang sangat dia dambakan. Hasil kerja

keras SK untuk merawat dan mendidik cucunya sudah membuahkan hasil,

saat ini keduanya sudah bekerja dan mamupu menghasilkan uang sendiri.

Ketika saya berbincang-bincang dengan SK di teras rumah

panggungnya, dengan wajah yang sudah mulai keriput tapi masih nampak

berseri, sesekali dia mengusap matanya karena mengeluarkan air mata,

dia begitu bangga mengatakan :

Page 73: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

61

“Syukuruna kasi, na saba ma’jamani dua appoku di jupandang, ya ro se’dia ma’jamai ri galonge’, ya to se’dia ma’jamai ri ayam potong.” Artinya : Saya sudah begitu bersyukur, sebab kedua cucuku sudah bekerja di Ujung Pandang (kini Makassar), yang satu berkerja di depo air minum, sedangkan yang satu bekerja di usaha ayam potong.

Sebagai seorang single parent yang sudah lansia, SK memperoleh

nafkah untuk membesarkan anak dan cucunya dari keahliannya sebagai

sanro pammana (dukung beranak) dan sanro pa’bura (dukung penyakit)

khususnya penyakit tipes (panas dingin), sarampa (cacar), dan kerasukan

setan. Keahlian tersebut dia peroleh dengan belajar sejak kecil dari

ayahnya.

SK saat ini tidak selincah seperti dulu lagi sebagai seorang sanro,

sebab dua tahun lalu kaki kanannya terkilir dan sampai saat ini tidak

kunjung sembuh. Untuk mengobati penyakitnya, SK mengobati diri sendiri

dengan menggunakan minyak urut, dia tidak pernah terpikir untuk

menggunakan jasa dokter karena seumur hidupnya tidak pernah makan

obat dokter dan masih yakin bisa sembuh dengan minyak urut.

Profesi sanro masih punya tempat istimewa dibanyak masyarakat

Desa Botolempangan, khususnya sanro pammana. Meskipun sudah ada

bidan desa, ibu hamil masih mempercayakan penanganan kehamilannya

kepada sanro pammana, mulai tujuh bulanan, pendampingan saat

persalinan serta perawatan bayi baru lahir secara spiritual. Secara turun

temurun, keluarga SK sudah dikenal sebagai sanro, sehingga dia sudah

memiliki pasien tetap yang sudah ada sejak dulu hingga saat ini. SK juga

bekerjasama dengan praktek persalinan bidan, jadi masyarakat yang ingin

Page 74: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

62

didampingi oleh sanro pammana dalam proses melahirkan, bidan tersebut

menggunakan jasanya.

Profesi serupa yakni sanro pammana juga digeluti oleh TJ. TJ

sebenarnya jauh lebih senior dari SK, karena usianya saat ini sudah di

atas 80 tahun. Secara fisik, tubuhnya sudah membungkuk tetapi masih

lincah bergerak untuk mengambilkan saya kursi plastik untuk duduk saat

berkunjung kerumahnya, semua rambutnya sudah memutih, gigi sudah

ompong, kulitnya keriput tetapi nampak bersih dan putih, saat saya

berbicara dengannya harus lebih dekat dengan suara keras karena

pendengaran sudah kurang jelas, penglihatan masih baik namun mata di

sebelah kanan mengalami kerusakan dua tahun lalu, disebabkan saat

hendak memasak menggunakan kayu bakar, saat itu dia mengkira minyak

tanah pada hal itu bensin, sehingga membuat apinya langsung membesar

dan menyambar bagian matanya.

Diusianya yang sudah sangat tua sehingga secara degeneratif

berdampak pada perubahan fisik TJ, tetapi hal tersebut bukan penghalang

baginya untuk menjadi sanro pammana. AL yang menemani saya saat

bertemu dengan TJ mengatakan, “Ma TJ masih sehat karena masih bisa

berjalan dan menjalankan kegiatan sehari-hari, banyak orang muda dia

kalahkan karena sudah tua tapi masih bisa dapat uang”.

Setiap orang yang menggunakan jasanya sebagai sanro pammana,

dia mendapatkan uang dan jajakan (persembahan yang berisi beras

empat liter, gula, dan kepala masing-masing satu biji). Penghasilan yang

diperoleh dia berikan kepada kedua cucunya yang tinggal di samping kiri

Page 75: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

63

dan kanan rumahnya. Meskipun TJ memberikan bantuan kepada cucunya

tetapi sesunggunhnya dengan kesediaan cucunya menerima bantuan dari

neneknya membuat TJ merasa senang karena masih bermanfaat,

dibandingkan pemberian cucunya jauh lebih besar karena setiap hari

memberi bantuan makanan siap saji kepada TJ.

Saat ini, TJ lebih memilih tinggal sendiri dari pada tinggal di rumah

anak semata wayangnya karena pertimbangan banyak kenangan indah

bersama suami tercinta ketika masih hidup. Selain faktor kenangan,

pertimbangan yang lain menurut dia ialah di rumahnya sendiri lebih

tenang, bebas, tidak merepotkan. Dalam psikologi disebut kepribadian

Schizoid, yaitu suatu sifat kepribadian pemalu, perasa, pendiam, suka

menyendiri, menghindari kontak sosial dengan orang lain. Ciri utamanya

adalah cara menyesuaikan diri dan mempertahankan diri ditempuh

dengan menarik diri, mengasingkan diri, dan juga sering berperilaku aneh

(ekstrinsik). Pemikiran autistik selalu ingin hidup dalam dunianya sendiri,

melamun berlebihan, dan ketidamampuan menyatakan rasa permusuhan.

Sekitar 200 meter dari rumah TJ, terdapat lansia yang tak kalah

tangguhnya dalam memainkan perannya sebagai kepala rumah tangga.

Sosok tersebut ialah MR, menjadi inspirasi bagi warga sekitar rumahnya.

NR tetangga MR, mengenal bahwa “MR matinulu ma’jama (rajin bekerja)”.

MR merupakan janda yang sudah lansia, usianya saat ini sudah sekiter 65

tahun. Meskipun usianya sudah sepuh, berbagai kegiatan dia harus

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Page 76: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

64

Keahilian utama MR sejak muda hanya sebagai buruh sawah, hasil

yang diperoleh dari memotong padi sudah tidak banyak lagi. Selain faktor

tenaga, yang menjadi penyebabnya ialah moderenisasi pertanian. Dengan

nada kesal dan muka yang pasrah, dia mengatakan “ma susani ma’kokoe,

na saba engkani oto doros (saat ini sudah susah karena sudah ada mobil

pemotong padi)”. Keberadaan mobil pemotong padi memang membuat

profesi buruh sawah mengalami kehilangan lapangan pekerjaan. Di antara

pemilik sawah masih ada yang berbaik hati untuk tidak menggunakan

mobil pemotong padi karena pertimbangan kemanusiaan. LT memiliki

beberapa petak sawah, satu petak sawah yang ukurannya kecil diberikan

khusus ke MR untuk dipotong padinya. Jika dia berhasil memotong padi

lima belle (ember) maka mendapatkan satu belle, terkandang juga

mendapatkan bonus satu belle.

Usaha kerja keras MR memotong padi diusia yang sudah lansia

bukan tanpa sebab, karena dia memandang “iyaro berre’e panting, ko

engkani di bolae dena susa (beras itu penting, kalau sudah ada di rumah

sudah tidak susah lagi)”. Pilihan MR untuk bekerja keras memotong padi

merupakan tindakan rasional (rational choice), sebab beras merupakan

makanan pokok baginya.

Kegiatan usaha yang lain untuk menambah pendapatannya, MR

beternak ayam kampung, dia bisa menjual sekitar dua ekor setiap tiga

bulan. Saat banyak bekerja, badannya terasa pegel-pegel dan sakit pada

bagian ulu hati, tetapi sakit tersebut harus dia tahan demi untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya. Bahkan setiap hari, demi untuk memenuhi

Page 77: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

65

kebutuhan serat dia pergi memetik sayur-sayuran yang ada disekitar

rumahnya.

Dari berbagai usaha dan kerja keras yang dia lakukan baik saat ini

maupun waktu suaminya masih hidup delapan tahun yang lalu, tidak

membuat keluarga MR menjadi sejahtera. Harta benda satu-satunya yang

dia miliki saat ini adalah rumah yang berukuran 3x5 meter. Rumah

tersebut terbuat dari atap dan dinding seng, sedangkan lantainya dari

plaster semen tipis yang atasnya dilapisi terpal plastik. Ketika hendak

masuk kerumah, saya harus permisi terlebih dahulu kepada seorang

wanita paruh baya yang lagi membuat minyak goreng dari santan kepala

di depan pintu. Saat ada di dalam rumah, saya dipersilahkan untuk duduk

di atas ranjang besi yang sudah tua lengkap dengan kelambu dan sprei

berwarna putih yang lusuh dan sudah berubah warna menjadi sedikit

kecoklatan. Karena merasa sangat tidak sopan duduk di atas tempat tidur

maka saya lebih memilih duduk bersilah di bawah lantai jalan masuk

kebagian belakang. Pada bagian belakang sebelah kiri terlihat ada lemari

pakaian dari kayu yang sudah miring kekanan, di samping lemari ada

ember berisi beras, baskom, panci, rak kecil untuk menyimpan piring dan

bagian belakang sebelah kanan difungsikan untuk memasak dengan

menggunakan kayu bakar.

Di rumah yang berukuran 3x5 meter yang terletak di atas bukit batu

gamping, dia tinggal bersama dengan anak bungsunya yaitu NA (wanita

paruh baya yang lagi membuat minyak goreng dari santan kepala di

depan pintu). Anak bungsunya saat ini sudah menjanda dua kali karena

Page 78: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

66

kedua sumainya meninggal dunia. Sedangkan kesembilang anak MR

yang lain sudah tinggal sendiri-sendiri, hanya ada dua anaknya yang

tinggal berdekatan rumah, yang lain tinggal di luar daerah, bahkan ada

yang tinggal di Kendari dan Kalimatan. Kesepuluh anak MR belum ada

yang mapan secara ekonomi sehingga dimasa usianya yang tua belum

bisa bersantai-santai menikmati hasil jerih payah anak-anaknya, tetapi

masih harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

2. Lansia Dalam Kehidupan Masyarakat

Kehidupan keseharian masyarakat Desa Botolempangan

didominiasi pada sektor pertanian, mengingat desa ini merupakan daerah

hamparan persawahan, khususnya masyarakat Dusun Lempangan, Ujung

Bulu, Mangemba dan Tanggaparang. Sedangankan masyarakat Dusun

Tamangesang yang merupakan daerah perbukitan gunung kapur,

masyarakatnya mayoritas mengadalkan sektor tambang galian C yaitu

tambang batu kapur untuk batu pondasi bangunan. Berbagai kegiatan

ekonomi disektor tambang galian C, ada yang bergerak disektor

pengangkutan (penyewaan truk) dan adapula di sektor pemukul batu,

masyarakat setempat menamakan profesi pemukul batu dengan istilah

“pakebung batu”.

Kegiatan bertani dan pakebung batu (pemukul batu) merupakan

profesi yang memerlukan tenaga ekstra kuat sehingga pada saat usia

lanjut kegiatan tersebut sudah banyak ditinggalkan. PS merupakan lansia

tinggal di Dusun Tangaparang memiliki beberapa petak sawah, “pura

maneni uareng galuku ri anakku na saba dena ullei resoi (semua sawahku

Page 79: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

67

sudah kuserahkan ke anak saya karena sudah tidak bisa mengerjakan

lagi)”. TM merupakan warga Dusun Tamangesang, sejak muda berprofesi

sebagai pakebung batu (pemukul batu), “macoani denagaga tenaga ma

kebung batu (sudah tua tenaga tidak ada lagi untuk memukul batu)”.

Akibat dari penurunan gerak fisik, pendengaran, penglihatan secara

drastis, banyak lansia di Desa Botolempangan lebih memilih berdiam diri

dalam rumah. Karena di era modern ini selalu mengadalkan kekuatan,

kecepatan, dan penggunakan teknologi canggih, sehingga membuat

orang yang lanjut usia sangat kesulitan untuk beradaptasi, dimana dia

dituntut untuk mampu hidup dalam perubahan zaman. Kebudayaan masa

lalu yang telah membentuk kepribadiannya jauh dari penggunaan

teknologi canggih dan kini lansia dituntut beradaptasi dengan zaman

modern membuat banyak lansia mengalami sulit.

Selain penerapan teknologi canggih dalam kehidupan manusia,

berbagai peraturan pemerintah membuat lansia di pedesaan sulit untuk

berperan dalam kehidupan sosial khususnya di bidang pemerintahan,

perannya sudah banyak dibatasi oleh berbagai aturan. Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2017 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2015

Tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Perangkat Desa, dalam

aturan tersebut telah membatasi usia perangkat desa (sekertaris, staf, dan

kepala dusun). Untuk pengakatan perangkat desa yang baru usianya

minimal 20 tahun sampai 42 tahun dan berpendidikan paling rendah

Page 80: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

68

Sekolah Menengah Umum (SMU), sedangkan yang sementara menjabat

jika usianya sudah 60 tahun harus diberhentikan.

LA merupakan mantan perangkat desa yang juga sudah lansia

menganggap “saat ini sudah susah, tidak bisa bersaing sama anak muda

karena cuma tamatan SD dan sekarang serba komputer”. Senada dengan

LA, NH mengatakan “dulu, kepala dusun harus orang tua supaya disegani

dan dihormati, sekarang sudah tidak bia lagi harus yang muda”.

Meskipun peran lansia dalam pemerintahan desa sudah dibatasi

oleh peraturan pemerintah, lansia masih dapat berfungsi dengan baik di

tengah masyarakat dalam hal keagamaan dan tradisi. RH merupakan

lansia yang sudah berusia sekitar 65 tahun, masih dipercaya oleh

masyarakat untuk menjadi imam dusun sekaligus imam masjid. ST juga

merupakan lansia yang sudah berumur 60 tahun masih aktif dan setia

mengajari anak-anak di sekitar rumahnya untuk membaca al-quran, dari

profesi tersebut ST memperoleh reski dan menjadikan sebagai sumber

penghasilan.

Masyarakat Desa Botolempangan semuanya memeluk agama

Islam dan sebagian besar mengikuti ajaran Nahdatul Ulama (NU) yang

mengabungan antara ajaran agama Islam dengan tradisi-tradisi

masyarakat yang tidak bertentangan dengan akidah dan syariat Islam.

Pembacaan barazanji (kisah kehidupan Nabi Muhammad SAW), sudah

merupakan bagian yang tidak dapat di pisah dari upacara adat seperti

perkawinan, menre aji (naik haji), umroh, oto baru (mobil baru), akikah,

dan tradisi lainnya. Aktor-aktor yang membacakan barazanji pada

Page 81: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

69

umumnya penduduk yang sudah tua dan lansia. Dari kegiatan membaca

barazanji para lansia memperoleh imbalan berupa hidangan makan serta

bingkisan yang di bawah pulang berupa pisang, sokko, kue, dan uang

saku yang jumlahnya sangat variatif antara 20 ribu sampai 50 ribu rupiah.

TA lansia berumur 70 tahun tinggal di Dusun Tamangesang,

memiliki peran penting bagi hidupan masyarakat sekitar. Tradisi ma’tama

bola (masuk rumah), ma’patetong bola (mendirikan rumah), majappi tau

ma’lasa (mengobati orang sakit), dan mabbaca nanre doang (membaca

doa makanan persembahan) merupakan layanan yang diberikan dia

kepada masyarakat disekitarnya. Pada saat yang sama TA memperoleh

imbalan berupa hidangan makan, pisang, sokko, kue, dan uang saku serta

penghormatan dari masyarakat sekitarnya.

Di bidang kesehatan, khususnya kesuburan, kehamilan, kelahiran,

sampai pada proses perayaan keselamatan anak. SK dan TJ sebagai

seorang sanro pammana memiliki peran penting dalam kehidupan

masyarakat Botolempangan dan sekitarnya. RS sudah memiliki tiga anak,

kesemuanya proses kelahirannya selain menggunakan jasa bidan, dia

juga didampingi oleh sanro pammana. “kalau sudah tujuh bulan pergi ke

sanro pammana dan melaksanakan appassili untuk menghilangkan sial

agar ibu dan bayi selamat dalam proses persalinan, kalau mau melahirkan

didampingi oleh sanro pammana untuk memeriksa posisi bayi dalam

kandungan serta meniupkan doa kedalam air untuk diminum dan

diusapkan pada bagian perut, setelah bayi lahir maka ibu diurut selama

tiga hari berturut-turut agar darah dan sisa air ketubang dalam kandung

Page 82: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

70

keluar semua, setelah tujuh hari maka bayi di panoi cemme (acara

selamatan) yang dipimpin oleh sanro pammana”.

Struktur kehidupan masyarakat modern memang sulit memberikan

peran fungsional pada warga usia lanjut karena selalu mengadalkan

penerapan teknologi yang canggih. Di antara modernisasi yang membawa

berbagai konsekuensi pergeseran budaya, masih ada tradisi yang dapat

eksis di tengah masyarakat. Kesemua tradisi tersebut hampir semuanya

diperankan oleh lansia, peran tersebut sekaligus merupakan sumber

pendapatan bagi lansia.

B. Bentuk Sekuritas Sosial

Sekuritas sosial dapat dilihat sebagai suatu pendekatan fungsional,

yaitu berbagai tindakan atau bantuan dari berbagai pihak untuk dapat

berfungsi mengatasi kesulitan yang dialami oleh seseorang, khususnya

kebutuhan dasar bagi anggota masyarakat. Lansia merupakan kelompok

masyarakat yang paling rentang mengalami berbagai kesulitan karena

secara fisik, mental, dan psikologis telah menurun secara drastis.

Untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh lansia maka

ada dua sumber utama yakni sekuritas sosial tradisional (informal) adalah

pemberian yang sumbernya dari keluarga inti, kerabat, tetangga, orang

sekampung, teman, dan patron-klien. Sedangkan sekuritas sosial formal

yakni pemberian bersumber dari institusi pemerintah dan organisasi

formal.

Page 83: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

71

1. Sekuritas Sosial Tradisional (Informal)

Kondisi kehidupan sosial ekonomi antara satu lansia dengan lansia

yang lain di Desa Botolempangan sangat bervariasi. TA merupakan

contoh keluarga lansia masih baik karena diusianya yang sudah 70 tahun

masih bisa mandiri secara ekonomi dan telah mengarungi bahtera

kehidupan mahligai rumahtangga selama setengah abad bersama istri

tercinta. Di samping rumahnya terdapat tiga rumah anaknya, dia merasa

“makesingi ko cede’ bolaki anak-anakta na saba eso-esonaki si’ita (bagus

kalau dekat rumah dengan anak karena setiap hari ketemu)”. Kemandirian

TA bersama istri bukan berarti tidak ada kesulitan, anaknya masih

memberi beberapa bantuan misalnya, bantuan sambungan listrik gratis,

ketika sakit anaknya membawah ke Pustu (Puskesmas Pembantu) untuk

berobat dan keponakannya juga memberikan bantuan pengobatan secara

tradisional.

Lansia lainya yang secara ekonomi masih mandiri ialah TJ, diusia

yang sudah di atas 80 tahun masih aktif menjalankan profesinya sebagai

sanro pammana. Setiap orang yang menggunakan jasanya, dia

mendapatkan uang 350 ribu dan jajakan (persembahan yang berisi beras

empat liter, gula, dan kelapa masing-masing satu biji). Untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya, sejak dua tahun terakhir TJ sudah dilarang untuk

memasak sendiri karena dikhawatirkan terjadi kebakaran, sehingga dia

mendapatkan jaminan makanan siap saji dari kedua cucunya yang

berdampingan rumah. FT bertugas menyiapkan makan siang sedangkan

Page 84: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

72

BT untuk makan malam. Layanan sambungan listrik dan WC diperoleh

dari rumah FT secara gratis.

MR tidak seberuntung TJ yang profesinya sebagai sanro

pammana, masih mendapatkan ruang dalam masyarakat dan tidak

tergusur dengan kehadiran bidan bahkan cenderung bekerja sama.

Keahlian satu-satunya MR yang ditekuni sejak usia muda sampai di usia

lansia ialah memotong padi, kehadiran mobil pemotong padi membuatnya

harus gigit jari karena efisiensi dan efektifitas penggunakan mobil

pemotong padi dirasakan oleh pemilik sawah sehingga beralih

menggunakan teknologi mesin pemotong padi.

Untuk memenuhi kebutuhan pokok khususnya beras, jasa MR

sebagai pemotong padi masih mendapatkan layanan kerjasama dari LT

untuk dipotongkan padinya dan sumber beras lainnya berasal dari imam

kampung (zakat fitra) dan sedekah dari tetangganya ketika habis panen

padi. AL merupakan tetangganya “ko purani ma sangki, engka tona berre’

cede’ diwarengngi MR (kalau sudah potong padi, sudah ada beras sedikit

dikasi MR)”.

Di samping rumah MR, terdapat rumah anaknya yakni SG. SG

memberi bantuan sambungan penerangan listrik secara gratis dan

sesekali memberikan lauk pauk kepada ibunya. Para tetangga sesekali

membawahkan kue, kopi dan gula. Untuk bantuan tenaga MR

bendapatkan dari tetangga seperti ketika dia memperbaiki rumah

dikerjakan oleh AL dan saat habis panen mendapatkan bantuan

pengangkutan gabah ke rumahnya secara cuma-cuma.

Page 85: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

73

Serupa dengan MR, SN merupakan lansia yang juga kesulitan

dalam pemenuhan kebutuhan dasar khususnya beras. Orang tua SN

dahulu memiliki sawah tetapi semua sudah dijual “labusuki na’balukang

barangna tau toaya, tujuka asaribatang nampa lima burane, labusuki

na’balukang na’pabaineang (habis dijual harta (sawah) orang tua, saya

tujuh bersaudara ada lima laki-laki, semua habis dijual untuk

mengawinkan anak-anaknya)”. Jadi saat ini SN harus beli beras, jika tidak

ada uang maka berharap bantuan dari keluarga, “puna tenamo doi

dipaballi berasa’ na dieromi angganre mae mamaki appala-pala ri

kamanakanga (jika sudah tidak ada uang dibelikan beras dan sudah ingin

makan maka terpaksa pergi mengemis di keponakan)”.

Kesulitan tersebut sering dialami oleh SN, karena dia hanya

berkerja sebagai nelayan pesisir. Untuk mendapatkan uang 100 ribu dia

harus pergi berlayar menelusuri bibir pantai hingga ke wilayah Segeri

Pangkep untuk menangkap kepiting bakau. Perjalanan dia tempuh selama

tiga hari tiga malam dan tidur diatas perahu. Profesi tersebut sudah dia

tekuni sejak enam tahun terakhir. Sebelum menjadi nelayan, SN

sebenarnya memiliki profesi yang dia sangat senangi yakni sopir truk, tapi

naas, profesi yang sudah membesarkan selama 25 tahun, membuat dia

harus kehilangan pendengaran akibat mobil yang dia kemudikan jatuh

terguling-guling ke sungai terjal di daerah Barru.

Di usia yang sudah menginjak 65 tahun, SN kini hidup berdua

menjalin mahligai rumahtangga dengan istri ketiganya bernama AT yang

juga sudah lansia. AT hanya memiliki keahlian di dapur, itupun

Page 86: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

74

keahliannya hanya masakan-masakan yang tidak terlalu rumit. Para

tetangga dan keluarga sering menggunakan jasa AT ketika ada hajatan

untuk memasak dan membersihkan. Sepulang dari acara AT biasanya

membawa uang, beras, gula dan makanan jadi.

Dari hasil perkawinan pertamanya, SN dikarunai dua orang putri

yakni SG dan BL. Kedua anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah

masing-masing, SG tinggal di daerah Maros dan BL menjadi TKI di

Malaysia. Karena keduanya sudah berkeluarga dan juga belum mapan

secara ekonomi jadi SN hanya sesekali diberikan uang dengan jumlah

yang tidak banyak.

Di Desa Botolempangan ada pula lansia yang secara total hanya

tinggal di dalam rumah dan mendapatkan pelayanan penuh dari keluarga.

SG seorang lansia perempuan sudah berusia di atas 80 tahun, dia hanya

tinggal di dalam rumah semi permanen yang berukuran 6x8 meter. Rumah

tersebut diperoleh dari hasil gotong royong anak-anaknya karena rumah

peninggalan suami habis dilalap api. SG sedikit beruntung sebab dari

kelima anaknya, ada dua berdekatan rumah sedang yang lain tinggal di

luar daerah.

Paska kejadian yang memilukan itu, SG mendapatkan pelayanan

dan fasilitas dari anaknya yakni RB untuk tinggal bersama di rumah batu

berlantai dua nampak paling mewah di antara rumah yang lain. SG hidup

nyaman bertahun-tahun di rumah RB karena mulai dari kebutuhan

makanan, kesehatan, dan kasih sayang semuanya terlayani dengan

sangat baik. Di tahun 2017, SG kembali mengalami cobaan berat, dia

Page 87: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

75

terjatuh dari tangga sehingga membuatnya harus masuk rumah sakit dan

mengalami patah tulang pada bagian tangan kanan. Kejadian itu pula

membuat trauma tinggal di rumah RB dan memaksa untuk kembali tinggal

di rumahnya sendiri.

Meskipun tinggal sendiri, SG tetap mendapatkan sekuritas penuh,

RB tetap melayani orang tuanya sama ketika tinggal bersama, khususnya

pada masa perawatan saat sakit, “sebelum pergi kerja, saya kesana dulu

kasi mandi, ganti popoknya, kasi minum obat, dan kasi makan. Kalau saya

pulang kerja hanya buka jilbab dan langsung ke sana”. Untuk bantuan

penerangan listrik, sambungan air bersih, dan makanan sehari-hari SG

memperoleh dari bantuan dari RF yang juga merupakan anaknya.

Anaknya yang berada di luar daerah sesekali datang membesuk dan

memberinya uang.

Menurut RB yang selama ini merawat orang tuanya, “pemeliharaan

orang tua tidak hanya sekedar memberi uang dan makanan, tetapi orang

tua lebih butuh teman bicara, canda, tawa, dan kasih sayang”.

Pengetahuan tersebut dia peroleh ketika ibunya mengeluh “iyanu,

sangging na’sare tonja doena, tapi tiyai anjo kusaring kukeroki, tapi eroku

nakke ammempo-mempo tongko anjo naung accarita-carita tongki,

ammakkala-makkala, ampuru’-purusuka (dia seseorang, sering juga dia

memberi saya uang, tapi bukan itu yang saya mau, mau saya dia duduk-

duduk dahulu, sambil kita bercerita, ketawa-ketawa, dan mengelus-

gelusku)”.

Page 88: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

76

Bentuk pelayanan tersebut merupakan kearifan lokal yang dapat

dipahami sebagai gagasan yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, dan

bernilai baik bagi lansia karena pemberian tidak hanya terbatas pada

aspek materil, tetapi aspek non-materil berupa perhatian dan kasih

sayang.

Senanda apa yang disampaikan oleh ibu RB, pengalaman SB

ketika merawat PS orang tuanya yang sudah berusia diatas 80 tahun.

“Pernah dulu, dia (PS) gemetar sambil menangis, pada hal disediakan

makanan tapi tidak mau makan, saya telepon semua saudara karena

tambah loyoh takutnya dia meninggal, itu malam semua saudara datang.

Saat semua anaknya datang penyakitnya langsung terobati. Jadi menurut

pengalaman saya, yang paling dibutuhkan adalah kasih sayang, kalau

semua anak-anaknya datang perasaanya enak, kalau anak-anaknya

sudah pergi semua dan sendiri di rumah kerjanya tidur saja, tapi kalau ada

yang datang langsung dia bangun pakai baju dan semangat bercerita

serta mukanya cerah, sehingga saya beranggapan ini orang tua (PS) mau

dihibur terus”.

Meskipun SG dan PS sudah tidak bisa menghidupi diri sendiri, tapi

mereka sangat beruntung karena diusia 80 tahun, secara materil

(dukungan ekonomi) dan non-materil (dukungan psikologis) dapat

terlayani dengan baik oleh anak-anak mereka. Nasib jauh berbeda dengan

yang dialami RK, seorang lansia laki-laki berusia 70 tahun harus tinggal

sendiri dilanda rindu (ma’dani) yang amat dalam ke anak satu-satunya

karena tak kunjung datang, sejak kecil harus terpisah karena pergi

Page 89: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

77

merantau untuk mencari penghidupan ekonomi yang lebih baik. Anak

semata wayangnya yakni RH terakhir mengunjunginya di tahun 2009 dan

tidak pernah lagi datang sampai saat ini. SH menganggap, “RH

merupakan anak yang berdosa dan sangat tega kepada orang tuanya”.

Kurangnya kepedulian RH terhadap orang tuanya tidak terlepas

dari peristiwa masa lampau. SH (keponakan) mengaku bahwa RK

terkadang bercerita padanya “mungkin saya kasi begini (tidak dirawat)

oleh anak karena sejak kecil saya juga tidak merawatnya”. RH sejak balita

dibesarkan oleh neneknya karena ibunya meninggal dunia karena ditabrak

mobil. Sepeninggal ibunya, bapaknya (RK) pergi merantau dan beristri lagi

sebanyak dua kali di perantauan. Di saat usia tua, RK kembali ke

kampung tetapi tidak menjumpai lagi anaknya karena RH sejak dewasa

juga pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari kehidupan

ekonomi yang lebih baik. Terpaksa RK harus tinggal sendiri dan

menumpang lahan orang lain untuk mendirikan pondok bambu.

Untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, air bersih, serta aliran

listrik, RK mendapatkan sekuritas dari keponakan (JM) yang ada di

samping rumah. Sebelum tinggal di rumah sekarang, RK tinggal di gubuk

bambu beratap rumbia, tetapi karena kebaikan SH (keponakan)

menguruskan pembangunan rumah panggung beratap seng serta lantai

dan dindingnya dari kayu papan sehingga memperoleh rumah layak huni.

Di dalam rumah hanya tampak satu kopor, gabus styrofoam berisi

beberapa lembar pakaian, kasur tipis tanpa sprei yang dilengkapi bantal

dan guling tak bersarung. Dalam menjalani hari-hari RK hanya berdiam

Page 90: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

78

diri di dalam rumah, saat saya berbincang-bincang tentang kegiatan

kesehariannya, tiba-tiba mata sayunya beralih menatap kedinding dengan

tatapan kosong dan berkata dengan suara pelan terbata-bata

“ma’dodongni nyawaku (saya sudah tidak kuat lagi)”.

Nasib malang juga dialami ST, diusia sekitar 60 tahun dengan

kondisi fisik yang sering sakit-sakitan harus menjalani hidup seorang diri di

gubuk reyot tanpa ada aliran listrik, yang diakuinya gubuk tersebut

dibangunkan tiga tahun yang lalu oleh kedua sepupunya yakni HS dan

PD. Kondisi gubuk berukuran 3x3 meter yang ditempati oleh ST jauh dari

kata layak sebagai tempat tinggal. Selain tidak memiliki aliran listrik, atap

dan dindingnya berbahan seng tua juga sudah bocor, untuk menutupi

bocor kiri kanan hanya dilapisi baliho usang, sedangkan lantainya dari

tanah yang becek saat musim hujan. Di dalam rumah tidak terlihat satu

pun barang berharga, hanya tampak tumpukan baju diatas bale-bale

bambu kecil yang biasa dia tempati tidur. Di belakang pintu masuk d iatas

lantai tanah yang becek ada kompor satu mata, panci, piring kotor yang

masih dalam baskom berisi air.

Sejak empat tahun lalu, ST mengaku harus berhenti beraktifitas

menjadi pembantu rumah tangga dan hanya berdiam diri dalam rumah

lantaran pingul dan kaki kanannya sakit. “ruang tauma lebbaka na lappo

motor (dua tahun yang lalu saya ditabrak motor)”. Celakanya dia

merupakan korban tabrak lari dan sampai saat ini belum ditemukan siapa

pelakunya.

Page 91: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

79

Lantaran tidak dapat lagi bekerja seperti biasa, untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, ST sebagai janda tua dan hidup sebatang kara

sangat menggantukan hidupnya pada bantuan orang lain. “tena apa-

apangku, panggamaseang mami ri parangta rupa tau (tidak punya apa-

apa lagi, hanya berharap rasa kasihan sesama orang)”. ST mendapatkan

bantuan beras, telur, dan uang dari ML yang merupakan keponakannya

dan bantuan sambungan listrik dari tetangganya yakni DS yang juga

merupakan kerabat dekat.

2. Sekuritas Sosial Formal

Sekuritas sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai

suatu langkah kebijakan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman

bagi masyarakat miskin (the poor), terutama kelompok masyarakat yang

paling miskin (the poorest). Perlindungan sosial diarahkan untuk

mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial

seseorang, keluarga, kelompok dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar.

Kelompok masyarakat yang berusia lanjut merupakan masyarakat

yang sangat rentan mengalami kesulitan karena faktor usia. Negera

merupakan penyelenggara pemerintahan memiliki kewajiban untuk

melindungi rakyatnya, maka melalui Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut

usia, yang antara lain meliputi pelayanan keagamaan, pelayanan

kesehatan, pelayanan untuk prasarana umum, dan kemudahan dalam

penggunaan fasilitas umum.

Page 92: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

80

Implementasi peraturan pemerintah tersebut diwujudkan dalam

program untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pada lansia

yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan kader usia lanjut

dibidang kesehatan, pembinaan senam bugar lansia, pembentukan

kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL), serta memperlakukan KTP seumur

hidup. Sementara jaminan seperti Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) untuk

bantuan beras, Program Keluarga Harapan (PKH) untuk bantuan uang

tunai, Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk jaminan kesehatan merupakan

program pemerintah yang sifatnya umum untuk semua masyarakat miskin

bukan khusus untuk orang lanjut usia. Realisasi program pemerintah yang

dapat dirasakan oleh orang lanjut usia di Desa Botolempangan seperti :

a. Bantuan beras sejahtera (rastra), berupa beras dan telur senilai Rp.

110.00. Pelaksanaan program rastra mengalami berbagai kendala

khususnya untuk orang lansia. ST merupakan lansia yang hidup

sebatang kara tidak mendapatkan bantuan beras sejahtera karena

tidak memiliki administrasi kependudukan. RK juga lansia yang

hidup seorang diri tapi tidak mendapatkan bantuan beras “dua

tahun yang lalu saya masih dapat tapi sekarang katanya nama

saya tidak ada lagi”. SK seorang lansia yang pernah mendapatkan

bantuan beras “waktu keponakan saya jadi kepala desa saya

mendapatkan bantuan tapi sekarang sudah tidak jadi kepala desa

tidak dapat maki juga bantuan”. Sama dengan SK, orang tua RB

yang juga sudah lansia “waktu adik saya jadi kepala dusun, orang

tua saya dapat bantuan beras, tapi saat adik saya sudah tidak

Page 93: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

81

menjabat nama orang tua saya juga sudah hilang dalam daftar

penerima bantuan”. Nasib serupa juga dialami oleh SN seorang

lansia miskin dan tidak memiliki sawah “ruang tauma tena

kunggappa berasa’, mudah-mudahan ane anggapma ka

kamanakangmi anjari kepala desa (sudah dua tahun saya tidak

dapat beras, semoga nanti sudah dapat beras karena keponakan

jadi kepala desa)”. Sebaliknya justru ada beberapa yang menurut

masyarakat sudah mampu tapi masih ada dalam daftar penerima

bantuan beras sejahtera. Salah satu petugas yang enggan disebut

namanya mengatakan “disini ada beberapa nama penerima

bantuan beras yang sudah mampu contohnya ada beberapa orang

memiliki empang luas sawah luas motornya tiga dan ada juga PNS

dapat bantuan beras, sedangkan yang layak mendapatkan bantuan

justru namanya dicoret atau tidak ada dalam daftar penerima

bantuan.

b. Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah

program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga

Penerima Manfaat (KPM) yang telah ditetapkan. Jenis bantuan

yang diterima oleh Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang

sifatnya tetap ialah :

Satu keluarga penerima PKH reguler sebesar Rp 550.000

per tahun.

Sementara untuk PKH Akses atau khusus keluarga yang

sulit terjangkau sebesar Rp 1 juta pertahun.

Page 94: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

82

Selain bantuan bersifat tetap, setiap keluarga juga akan menerima

tambahan dana bantuan yang berbeda-beda tergantung dari

komponen yang dimiliki keluarga tersebut. Ada tujuh komponen

yang telah ditetapkan pemerintah untuk mendapat dana tambahan,

tetapi setiap keluarga dibatasi bisa mendapatkan dana untuk

maksimal empat komponen, yaitu :

Ibu hamil Rp 2,4 juta per tahun

Balita Rp 2,4 juta per tahun

Anak SD Rp 900 ribu per tahun

Anak SMP Rp 1,5 juta per tahun

Anak SMA Rp 2 juta per tahun

Lansia diatas 60 tahun Rp 2,4 Juta per tahun

Penyandang Disabilitas Rp 2,4 Juta per tahun

Bantuan PKH khususnya untuk lansia di Desa Botolempangan

masih ada dinamikan yang dalam masyarakat, seperti keluarga

lansia RK, ST, SN, SK, PS, SG, TJ merupakan lansia yang memiliki

rumah tangga sendiri dan miskin tetapi tidak menerima bantuan

PKH untuk lansia.

c. Pelayanan kesehatan lansia di Indonesia dilaksanakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan

dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan

upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia yang menyebutkan

bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan

Page 95: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

83

meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia,

upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga.

Posyandu lansia merupakan program puskesmas dengan

sasarannya adalah lansia (60 tahun keatas), selain itu ditujukan

juga untuk pra-lansia (45-59 tahun) dengan tujuan agar siap

menghadapi usia lanjut dengan mandiri dan sehat. Pelayanan di

posyandu lansia meliputi pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-

hari, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,

pengukuran tekanan darah, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan

laboratorium sederhana (kadar gula darah, asam urat, kolesterol),

pemeriksaan status mental dan emosional, pengobatan sederhana

dan upaya rujukan bila diperlukan. Penyelenggaran layanan

kesehatan untuk lansia di Desa Botolempangan dilakukan oleh

Puskesmas Kecamatan Bontoa setiap dua minggu sekali. Jika

dilihat dari partisipasi lansia yang datang memeriksa kesehatanya

belum maksimal karena ada kepercayaan masyarakat tentang

pengobatan tradisional. “TJ merupakan lansia yang mengalami

sakit mata lebih memilih mengobati dirinya sendiri dengan obat

daun tammate”. Sama juga “SK yang mengalami sakit pada bagian

kaki lebih memilih mengurut sendiri kakinya dengan minyak”.

Sedangkan program senam kebugaran lansia hanya diikuti oleh

peserta pra-lansia (45-59 tahun), KM merupakan kader lansia

mengatakan “tidak ada lansia yang mau datang senam karena

malu-maluki joget-joget”.

Page 96: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

84

d. Sedangakan program pemerintah tentang Panti Werdha atau Panti

Jompo, dalam diskusi dengan para kader lansia mengatakan

bahwa “kami di Desa Botolempangan masih menjunjung tinggi

adat, jadi apapun kondisi lansia tidak akan kami masukan ke panti

jompo karena panti jompo itu sama dengan tempat pembuangan

orang tua, jadi kalau orang tua tidak memiliki anak biasanya

saudara atau keponakan yang pelihara”.

C. Konsepsi Pelaksanaan Sekuritas Sosial

Usia harapan hidup di Desa Botolempangan cukup tinggi, sehingga

populasi lansia cukup banyak karena itu dalam satu keluarga inti biasanya

terdapat satu sampai dua lansia baik itu orang tua, paman, tante dari

pihak suami maupun dari pihak istri. Secara umum, sekuritas sosial

secara tradisional terhadap orang lanjut usia dilakukan oleh anak sendiri

atau keponakan.

Pemeliharan terhadap orang tua yang dilakukan anak atau

keponakan sudah merupakan ketentuan adat istiadat bagi orang Bugis

Makassar. Memperlakukan lansia dengan layak merupakan nilai budaya

yang tumbuh dan terjaga dalam masyarakat. Jika ada orang tua yang

tidak terurus dengan baik, maka merupakan aib bagi keluarga, sehingga

nilai budaya tersebut tersebut berfungsi sebagai pengatur kelakukan bagi

pemeliharan lansia.

“RB seorang pegawai pemerintahan dan suaminya pedagang

sukses memiliki ibu (SG) yang sudah berusia diatas 80 tahun. RB

Page 97: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

85

berusaha keras untuk membujuk orang tuanya untuk tinggal bersama

karena merasa malu (siriq) sama orang sekampung kalau dia dianggap

menelantarkan orang tuanya karena membiarkan tinggal sendiri

sementara dia memiliki rumah batu bagus berlantai dua. Nilai-nilai budaya

seperti siriq (rasa malu) yang hidup di dalam masyarakat sangat

fungsional untuk melindungi kehidupan lansia.

RB juga merasa kasihan (pacce) melihat kondisi ibunya yang sudah

tua dan tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya lagi, sehingga RB

selalu memberikan makanan, uang, dan perhatian kepada ibunya”.

Pacce merupakan kecerdasan emosional untuk turut merasakan

kepedihan atau kesusahan orang lain, dalam psikologi disebut rasa

empati. Nilai budaya ini memberi dampak terhadap perilaku masyarakat

dalam hal menjaga dan memenuhi kebutuhan pokok bagi lansia.

“SH memiliki paman (RK) yang tinggal di gubuk bambu sendirian

dengan kondisi kesehatan yang sudah sakit-sakitan. SH merasa kasihan

(pesse) melihat kondisi pamannya karena ditinggal sendiri serta tidak

diurus oleh anaknya yakni RH. SH menganggap, “RH merupakan anak

yang berdosa dan sangat tega kepada orang tuanya”. Sehingga SH

mengajak RK untuk tinggal bersama, tetapi pamannya menolak karena

merasa sudah tua dan cara hidupnya sudah kotor (ma’rantasana kasina).

SH berusaha menguruskan bantuan bedah rumah dari pemerintah

(bantuan bahan) sedangkan pengerjaan pembangunan rumah dilakukan

oleh SH bersama ketiga saudaranya. Untuk memenuhi kebutuhan makan

Page 98: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

86

sehari-hari RK mendapatkan pelayanan dari JL karena kasihan (pesse)

tidak bisa lagi bekerja”.

“ML merupakan keluarga jauh dari ST seorang lansia yang hidup

sebatang kara di gubuk yang sudah reyot. ML merasa kasihan (pacce)

melihat kondisi kehidupan SP sehingga berupaya menganggapnya

sebagai orang tua agar selalu termotivasi untuk memberikan selalu

sekuritas berupa beras, telur dan uang serta perhatian”.

Dalam kasus di atas, kita dapat melihat bagaimana pelaksanaan

sekuritas tradisional dilandasi oleh rasa harga diri (siriq) dan rasa kasihan

(Makassar: pacce, Bugis: pesse) mendorong seseorang untuk

memberikan sekuritas kepada orang tua ataupun kerabat. Selain dari

kesadaran akan kewajiban melayani orang tua atau kerabat yang sudah

lanjut usia yang didorong oleh nilai-nilai budaya, norma agama khususnya

ajaran syariat Islam yang dianut oleh masyarakat Desa Botolempangan

juga berkonstribusi positif untuk memberikan sekuritas sosial terhadap

orang yang mengalami kesulitan.

“ML berkeyakinan berdasarkan pandangan keagamannya bahwa

kalau ada orang yang tidak bisa memasak lantaran tidak memiliki beras,

maka 40 rumah ke depan, ke belakang, ke samping kanan, dan ke

samping kiri dari rumah orang itu akan mendapatkan dosa (doraka).

Padangan tersebut didasari hadist Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

Wasallam, yaitu :

Page 99: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

87

Artinya : Dari Anas bin Malik radhiyallahu „anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, „Tidaklah beriman kepadaku, seseorang yang tidur dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangganya tidur dalam keadaan lapar, dan dia mengetahui hal tersebut‟” (H.R.Thabrani dan Baihaqi)

Sedangkan konsep bertetangga bersumber dari :

Artinya : Dari Aisyah, batasan tetangga adalah 40 rumah dari segala penjuru, demikian pula pendapat dari Al-Auza‟i.

Dalam norma agama Islam, jika membiarkan orang lain kelaparan

akan mendapatkan dosa (doraka), sehinggan norman tersebut sangat

fungsional dalam menjaga kelangsungan hidup dan kohesi sosial dalam

masyarakat khususnya pemberian sekuritas sosial bagi lansia. Selain

takut berdosa, ML juga menggap bahwa reski yang dia peroleh tidak akan

berberkah (baraka’) jika tidak di keluarkan zakatnya. Dari reski yang dia

peroleh di keluarkan zakatnya kemudian selalu diberikan kepada ST yang

merupakan lansia hidup sebatang kara”.

Aspek ekonomi atau harta-benda yang dimiliki orang tua

merupakan daya tarik sendiri bagi anak atau sanak keluarga untuk

memelihara dan menemaninya tinggal bersama disaat berusia lanjut.

“Sepulang dari Malaysia MD lebih memilih tinggal bersama neneknya (SG)

dari pada orang tuanya karena SG memiliki rumah sendiri dan ada

kepercayaan, barang siapapun yang tinggal bersama maka rumah

tersebut akan diberikan kepadanya”. “Prilaku serupa juga dilakukan oleh

SB, yang membiarkan dan membiasakan anaknya yang masih kecil untuk

tinggal bersama neneknya (PS) yang tinggal sendiri”. “Meskipun JL bukan

Page 100: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

88

anak kandung RK, tetapi RK sudah berwasiat bahwa rumahnya akan dia

berikan kepada JL karena dimasa tuanya dirawat oleh JL”.

Dalam masyarakat Desa Botolempangan ada kebiasaan, rumah

dijadikan harta ampikale yakni harta benda yang akan diberikan kepada

anak, cucu, atau kerabat yang tinggal bersama dan memiliki

tanggungjawab lebih dalam mengurusnya sampai akhir hayat. Orang tua

yang masih memegang otoritas terhadap harta kekayaan seperti sawah,

rumah, ternak sapi masih sangat dihargai oleh anak-anaknya

dibandingkan orang tua yang sudah melepas atau sudah mewariskan

hartanya, apalagi orang tua yang sama sekali tidak memiliki harta

kekayaan cenderung tidak terlayani dengan baik oleh anak-anak mererka.

“TA merupakan contoh lansia yang masih memegang otoritas

terhadap sawah dan ternak sapi, masih mendapatkan layanan perhatian

lebih dari anak-anaknya. Dibandingkan dengan PS yang sudah

mewariskan seluruh sawahnya kepada anak-anaknya sehingga PS hanya

mendapatkan sedikit pembagian. Apa lagi dibandingkan dengan MR

seorang lansia yang tidak memiliki harta benda sama sekali, dari

keterangan tetangganya bahwa MR kerap mendapatkan perlakuan yang

tidak layak dari anaknya”.

Daya tarik selain harta benda yang dimiliki oleh orang tua ialah,

pengetahuan atau keahlian tertentu, seperti keahlian dibidang

keagamaan, keahlian mengenai tatacara pelaksanaan upacara-upacara

menyangkut lingkaran hidup, keahlian memilih hari-hari yang baik untuk

pelaksanaan upacara, keahlian seorang dukun beranak (sanro pammana),

Page 101: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

89

dan dukun yang dapat mengobati orang sakit. Dengan peranan-peranan

seperti itu orang yang sudah lanjut usia menempati posisi yang penting di

dalam kelompok keluarga dan masyarakat serta mendapatkan imbalan

dari keahlian yang dimiliki.

Sementara pelaksanaan sekuritas sosial formal yang bersumber

dari pemerintah seperti beras sejahtera (rastra), Program Keluarga

Harapan (PKH), dan program-prorgam lainya, masyarakat berpandangan

bahwa pengaturan-pengaturan tentang siapa yang berhak dan tidak

berhak menerima lebih dominan faktor hubungan kekerabatan.

Page 102: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

90

BAB VI

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang sekuritas sosial bagi orang

lanjut usia (lansia) di Desa Botolempangan Kecamatan Bontoa Kabupaten

Maros dengan menggunakan metode etnografi berorientasi pada topik,

yaitu mendeskripsikan kehidupan orang lanjut usia dan segala bentuk

bantuan yang diterimanya dari sudut pandang orang lanjut usia dan pihak

yang memberikan bantuan. Maka berdasarkan permasalahan penelitian

dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Keadaan sosial budaya orang yang sudah lanjut usia (lansia) yaitu :

a. Masih ada lansia berstatus sebagai kepala rumah tangga dan

menjadi sumber ekonomi bagi keluarganya. Mereka para lansia

mencari nafkah disektor pertanian, peternakan, sanro pammana

(dukun melahirkan), sanro pabura (dukun penyakit), sanro bola

(dukun rumah) dan kegiatan keagamaan. Kegiatan tersebut

merupakan sumber penghasilan sekaligus menjadi sekuritas

bagi lansia;

b. Adapula lansia yang hanya dilayani oleh anak-anak mereka

karena seluruh sumber-sumber penghasilan seperti sawah dan

ternak sapi telah diwariskan;

c. Ada juga lansia yang kondisinya sangat memprihatinkan seperti

tidak memiliki sumber penghasilan, anak-anak mereka lebih

Page 103: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

91

memilih berpisah dengan orang tua untuk membentuk keluarga

kecil, anak-anak mereka pergi marantau, dan ada pula lansia

hidup sebatang kara sehingga hanya berharap belas kasih

sanak keluarga;

d. Dalam kehidupan keluarga dan publik, lansia lebih banyak

berperan dalam pewarisan dan pelestarian nilai-nilai tradisi,

seperti tradisi keagamaan berupa pembacaan barazanji (kisah

kehidupan Nabi Muhammad SAW), sudah merupakan bagian

yang tidak dapat dipisah dari upacara adat seperti perkawinan,

menre aji (naik haji), umroh, oto baru (mobil baru), akikah. Dan

tradisi lokal seperti ma’tama bola (masuk rumah), ma’patetong

bola (mendirikan rumah), majappi tau ma’lasa (mengobati orang

sakit), dan mabbaca nanre doang (membaca doa makanan

persembahan). Kesemua tradisi tersebut lebih banyak

diperankan oleh orang yang sudah lanjut usia.

2. Bentuk-bentuk sekuritas sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu :

a. Sekuritas tradisional (informal) terhadap lansia di Desa

Botolempangan merupakan bantuan dari berbagai pihak berupa

bantuan materil seperti uang, beras, lauk pauk, gula, kopi, dan

kue. Sedangkan bentuk layanan berupa bantuan tenaga,

penerangan listrik, air bersih, dan kerjasama pemotongan padi.

Di atas sekuritas materil, masih ada sekuritas yang lebih

dibutuhkan oleh lansia yakni sekuritas non-materil (dukungan

Page 104: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

92

psikologis) berupa perhatian, kasih sayang, canda tawa, dan

teman ngobrol;

b. Sekuritas formal yang bersumber dari institusi pemerintah

seperti beras sejahtera (rastra), Program Keluarga Harapan

(PKH), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan program senam

kebugaran lansia/senam lansia.

3. Konsepsi yang melandasi pelaksanaan sekuritas sosial bagi lansia

yaitu :

a. Nilai budaya dan moral yang masih terjaga di tengah

masyarakat seperti siriq (rasa harga diri) dan pacce atau pesse

(rasa empati);

b. Norma agama khususnya ajaran syariat Islam yang dianut oleh

masyarakat seperti kaidah tentang zakat fitra, zakat harta, dan

sedekah;

c. Aspek ekonomi atau harta-benda yang dimiliki orang tua seperti

harta ampikale yakni harta benda yang akan diberikan kepada

orang yang mengurusnya sampai akhir hayat didasari oleh

prinsip resiprositas;

d. Daya tarik yang lain ialah, pengetahuan atau keahlian tertentu,

seperti keahlian di bidang keagamaan dan keahlian pada tradisi-

tradisi lokal karena akan menempati posisi yang penting di

dalam keluarga dan masyarakat didasari oleh penghargaan

pada keahlian yang ditekuni oleh lansia;

Page 105: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

93

e. Sementara pelaksanaan sekuritas sosial formal yang bersumber

dari pemerintah seperti beras sejahtera (rastra), Program

Keluarga Harapan (PKH), dan program-prorgam lainya,

merupakan tanggungjawab negara dalam mensejahterakan

rakyatnya sebagai wujud dari negara kesejahteraan (welfare

state) yang diatur oleh undang-undang kesejahteraan sosial.

B. Saran – Saran

Sebagai sumbangan informasi dalam upaya mengatasi kesulitan

yang dihadapi oleh lanjut usia (lansia), serta memberikan informasi

kepada semua kalangan tentang kehidupan orang lanjut usia, maka kami

sarankan :

1. Mengingat kondisi lansia yang mengalami berbagai keterbatasan,

maka dalam rangka memenuhi kebutuhan pokoknya maka

pelaksanaan sekuritas sosial tradisional sangat dibutuhkan;

2. Bagi semua pihak yang memiliki lansia, selain memberikan bantuan

materil juga memberikan bantuan non-meteril (dukungan

psikologis) seperti perhatian, kasih sayang, canda tawa, dan

bersedia menjadi teman berbicara. Pertemuan antara pihak yang

memberikan layanan sekuritas sosial tradisional non-materil tidak

hanya pada qaulity time (kualitas pertemuan) tetapi juga quantity

time (jumlah pertemuan) yang lebih banyak;

3. Pelestarian nilai dan tradisi baik itu tradisi keagamaan maupun

tradisi lokal yang masih baik dalam masyarakat agar dapat terus

Page 106: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

94

dijaga keberlangsungannya karena menjadi salah satu sumber

pendapat bagi lansia;

4. Bagi semua pihak yang akan mengalami usia lanjut agar memiliki

harta ampikale yang akan dia berikan kepada orang yang

melayaninya disaat lansia;

5. Bagi semua kalangan yang memiliki harta benda yang menjadi

sumber penghasilan agar tidak mewariskannya sebelum meninggal

dunia karena akan berdampak kurangnya perhatian yang diperoleh

di masa lansia;

6. Bagi penyelenggara pemerintahan agar dapat memproritaskan

lansia dalam memberikan bantuan mengingat kondisi lansia yang

mengalami berbagai kekurangan dan sekulitan;

7. Bagi para akademisi dan peneliti agar dapat terus mengkaji lebih

dalam tentang konsep-konsep sekuritas sosial tidak hanya terbatas

pada pemberian bantuan kebutuhan pokok yang sifatnya materil

seperti bahan makanan, makanan siap saji, uang, pakaian, dan lain

sebagainya. Tetapi kebutuhan non-materil (dukungan psikologis)

seperti perhatian, kasih sayang, memotifasi, membangun

kepercayaan diri dan menghargai sangat dibutuhkan bagi orang

yang mengalami sesulitan khususnya orang lanjut usia (lansia).

Page 107: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

DAFTAR PUSTAKA

Abikusuno, Nugroho. 2013. “Kelanjutusian Sehat Menuju Masyarakat Sehat Untuk Segala Usia”. Buletin dan Jendala Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Inonesia

Abdi, Arahaf. Hariyanto, Tanto. Ardiyani, Vita Maryah. 2017. “Aktivitas Lansia Berhubungan Dengan Status Kesehatan Lansia Di Posyandu Permadi Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang”. Jurnal Nursing News Volume 2 (3) : 272-280.

Amirullah. 2001. “Sekuritas Sosial Dalam Komunitas Petani Sawah di Desa Tinggimae Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa (Suatu Tinjauan Antropologi Hukum)”. Makassar: Program Studi Antropologi Pasca Sarjana (S2) Universitas Hasanuddin Makassar.

Anwar, Ahsani Amalia. 2010. “Sekuritas Sosial Pada Upacara Akkattere Dalam Komunitas Adat Kajang Di Kabupaten Bulukumba”. Makassar: Program Studi Antropologi Pasca Sarjana (S2) Universitas Hasanuddin Makassar.

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Benda-Beckmann, F. von 1984. The Broken Stairways to Consensus: village justice and state courts in Minangkabau. Dordrecht: Foris Publications.

Burgess, R. and N.Stern 1991. "Social security in Developing Countries: What, Why, Who, and How?", in E. Ahmad and J.Dreze (eds.) Social Security in Developing Countries. Oxford: Clarendon Press.

BPS. 2010. “Statistik Penduduk Lansia Tahun 2010”. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

------. 2017. “Statistik Penduduk Lansia Tahun 2017”. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

------. 2018. “Kecamatan Bontoa Dalam Angka 2018”. Maros: Badan Pusat Statistik.

Cresswell, John W. 2002. Research Design: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (terj). Jakarta: KIK Press.

Dehe, Stela Involata. Rumayar, Adisti A. Kolibu, Febi K. 2016. “Hubungan Antara Peran Keluarga Dengan Pemenuhan Aktivitas Fisik Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Tomahalu Halmahera Utara Tahun 2015”. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 (4): 234-242.

DPPKB, Maros 2017. Data Lansia Yang Ada Di Kabupaten Maros Tahun 2017. Maros: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

Page 108: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

Dwiananta, Dicky. 2016. “Perlindungan Sosial di Indonesia: Problem Saat Ini dan Tawaran ke Depan”. diunduh dari: https://ddananta.wordpress.com/2016/08/18/perlindungan-sosial-di-indonesia-problem-saat-ini-dan-tawaran-ke-depan/ diakses pada tanggal 9 Oktober 2017 Pukul :10.50 Wita.

Ferdian, Surya. Rihiantoro, Tori. Handayani, Ririn Sri. 2015. “Pengaruh Madu Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia”. Jurnal Keperawatan, Volume XI (2): 310-317.

Geertz, Hilded. 1985. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti pers. Haviland, A William. 1985. Antropologi Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Hijjang, Pawennari. 2014. “Revitalisasi Peran Tradisional Penduduk Lansia Dalam Keluarga Dan komunitas Di Daerah Rawan Bencana”. Prosiding Seminar Nasional Ke-1. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang.

Indrizal, Edi. 2005. “Problematika Orang Lansia tanpa Anak di dalam Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat”. Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA. Volume: 29. Nomor: 1.

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Inonesia

-------------------. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Inonesia

-------------------. 2017. Analisis Lansia di Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Inonesia

Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Inonesia.

Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I. Jakarta: Rineka Cipta.

---------------------. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Laiya, Bambowo.1983. Solidaritas Kekeluargaan dalam Salah Satu Masyarakat Desa di Nias-Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Malinowski, Bronislaw. 1922. Aronauts of the Westerm Pacific. London: Routledge.

Mattulada. 1984. Beletin Penelitian Unhas. Nomor 15 Edisi III Mei – Sepetmber.

Page 109: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

Metkono, Yoktan Samb. Nusawakan, Arwyn W. Sujana, Treesia. 2017. “Strategi Intervensi Kesehatan Lansia Di Posyandu”. Jurnal IKESMA Volume 13 (1): 59-67.

Moleong, Lexy. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudiyono. 2002. “Jaminan Sosial Di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal”. Jurnal Ilmu Sosial dan llmu Politik Volume 6 (1): 67-78.

Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Pers.

Nugroho, Heryanto Adi. 2007. “Perubahan Fungsi Fisik Dan Dukungan Keluarga Dengan Respon Psikososiat Pada Lansia Di Keturahan Kembangarum Semarang”. Jurnal Keperawatan FIKKES Volume 1 (1): 45-57.

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ramdani, Fauziah. 2015. “Sekuritas Sosial Dalam Relasi Kerja Antara Pengusaha Kepiting dan Pekerja Anak Perempuan Di Pulau Salemo Kabupaten Pangkep”. Makassar: Program Studi Antropologi Pasca Sarjana (S2) Universitas Hasanuddin Makassar.

Rofieq, Ainur. 2011. “Pelayanan Publik dan Walfare State”. Jurnal

Governance, Volume 2 (1) : 99-111.

Sani, Muhammad Yami. 2016. Dinamika Kependudukan dan Pengembangan Sosial. Makassar: Masagena Press.

Schmidt, S. 1992. Social security in developing countries: basic tenets and fields of state intervention, in LP. Getubig and Schmidt (eds.), Rethinking social security: reaching out to the poor. Kuala Lumpur/Eschborn: APDC and GTZ: pp. 18-40.

Senjaya, Asep Arifin. 2016. “Gigi Lansia”. Jurnal Skala Husada Volume 13 (1) : 72–80.

Soetomo. 2013. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Spradley. James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sulastomo. 2008. Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Rajawali Press.

Suratno. 2016. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Dusun Krekah Gilangharjo Pandak Bantul”. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Page 110: SEKURITAS SOSIAL BAGI ORANG LANJUT USIA (LANSIA) DI …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2019-12-11 · yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia, pelatihan

Sutikno, Ekawati. 2011. “Hubungan Fungsi Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia”. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Swasono, Meutia Farida Hatta. 1989. “Proses Menua di Barat dan Timur: Suatu Tinjauan Antropologis”. Makalah diajukan pada Seminar Sehari Tentang Usia Lanjut oleh Pusat Pengembangan Psikiatri dan Kesehatan Jiwa. Jakarta 14 Januari 1989.

Tang, Mahmud. 1996. Aneka Ragam Pengaturan Sekuritas Sosial di Bekas Kerajaan Berru, Sulawesi Selatan, Indonesia. Grafisch Service Centrum Van Gils B.V., Wageningen. The Netherlands: University of Wageningen.

---------------------. dkk. 2005. Kajian Sekuritas Sosial Bagi Keluarga

Nelayan Miskin Di Kota Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan, Kota Baru-Bau Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Depsos RI.

Titus, Irto. Rachman, Watief A. Rahman, Arsyad. 2013. “Gambaran Perilaku Lansia Terhadap Kecemasan Di Panti Sosial Tresna Werdha Theodora Makassar”. Makassar: Universitas Hasanuddin. Diunduh di http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4601 Pada Tanggal 10 Oktober 2018 Pukul 2:23 Wita.

WHO. 2002. “Proposed working definition of an older person in Africa for the MDS Project”. Diundu dari: http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ Pada Tanggal 9 Oktober 2018 Pukul 2:03 Wita.

Peraturan Pemerintah :

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia. Jakarta: Presiden Republik Indonesia