sekolah pascasarjana - perpustakaan...
TRANSCRIPT
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2006
kepada
17281/PS/MEP/05
diajukao oleh :
Reta Kumalasari
' •.
Program Studi Magister Ekonomika Pembaogunan Bidang Ilmu-ilmu Sosial
untuk memenuhi sebagiao persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
Tes.is
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUID PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 1970-2003
(Kajian dari Sisi Fiskal)
Pengelola
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Pembimbing Pendamping II Lincolin Arsyad, Ph.D
P.rof. lswardono S. Permono. Ph.D
Anggota Dewan Penguji Lain
Susunan Dewan Penguji
pada tanggal 15 Agustus 2006
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
RETA KUMALASARI 17281/PSIMEP/05
dipersiapkan dan disusun oleh
FAKTOR~FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 1970~2003 (KAJIAN DARI SISI FISKAL)
Tes is
iii
Y ogyekarta, Agustus 2006
nasksh ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
ditulis atau ditcrhitkaa oleh oeang lain. kecuali yang secara tenulis diacu dalam
scpanjang pengetahuan saya juga tidak terdepat karya al3.IJ pendapat yang pemah
diajukan untuk memperoleh gclar kesarjaoaan di suatu Perguruan Tinggi dan
Dengan i.ni saya menyatakan bahwa dalam tesis ini iidak ierdapat karya yang pemah
PE.RNYATAAN
IV
Puji syukur Alhamdulillah, pcnulis pan.iaikan kehadirat Allah SWT alas segala
iahmal dan karunie-Nya sehingga peoulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
dengan judul Faktor-faktor yang Mcmpeogaruhi Pertumbuban Ekonomi
Indonesia, 1970 - 2003 (Kajian dari Sm Yiakal). Penulisan tesis ini merupakan
salsh satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjaoaan strata 2 (dua) dari Universitas
uadjah Mada Y ogyakarta,
Melalui prakata ini, penulis ingin rnenghaturkao terima kasih kepada ;
I. Bapak Walikota Magelang dan Bapak ICcpaJa .8agi311 Perekonomian Setda Kota
Magelang, yang telah bcrkenan dan membaiW! kesempatan kepada penulis
untuk tugas belajar di Program Magistcr Ekenomika Pembangunan, Universitas
Gadjah Mada;
2. Direktur Program Magister Ekonomika Pembengunan-Univeesitas \.adjah Mada,
yang telah memberikan kesempatan kepsda penulis untuk menirnba ilmu di
Program Magistcr Ekonomika Pembangwlan. Universit:as Gadjah Mada;
3. Bapak/Ibu Dosen l'rogrmn Magistcr Ekonomika Pembangunan Universitas
Gadjah Mada, yang dengan sabar, tulus dan ikhla.s telah berkenan memberikan
ilmu kepada penulis:
4. Bapak Samsubar Saleh, Ph.D~ yang dmgan sabar telah memberikan bimbingan
kepeda penulis dalarn meayusun iesis ini. Penulis menghaiurkan terima kasih
dan penghargaan yang dalain atas waktu dan kesediaannya memberi bimbingan
dan motivasi di sela kesibukan bcliau yang padat;
5. Rapak Prof. Jswardono S. Permono. Ph. 0. selaku ketua tim peng~ji, bapak
Lincolin Arsyad, Ph. n. dan bapak Akhmad Makhfatih. Ph. U.selaku anggota tim
PRAKATA
v
Penuli~
Yogyalutna. Agustus 2006
penguji. Penulis menghaturkan terima kasih stas saran dan masukan untuk
perbaikan tesis ini;
6. BAPPENAS, yang tclah berupaya deogan sepenuh hati membantu menda.nai
penulis dari awal hingga selesainya studi;
7. Suamiku {Widodo) clan putriku (Echa) <t!flMlyang atas segala pengorbanen dan
dllkunganya selama mama mengikuti smdl di Yogyakarta;
8. Sahabat-sahabatku : Mbak Lesta, Mas Suharno, terima kasih atas dukungan data
dan masukan serta kritik dalam analisis <fan pembenmkan model dalam tesis ini;
9. Teman-temanku Angkatan [I Program 11 b11l1111 l\APJ>ENAS, ~oga
persahabatan ini terus tumbuh subor di bati saoubari kita semua;
I 0. lbu Lies Jan Pak Sariadi yang dengan saber d3" tulus ilchl:is relah benyak
membantu pcnulis mencari rcfercnsi di pcrpustaknan;
11. Seluruh staf Win k11ryawau Magis~ Eko11omika Pembangunen, penulis
rnengucapkan banyak terima kasill atas bantuan dan pe~ yang baik
selarna ini:
Akhir kata. semoga apa yang pcnulis sajikan dalam tesis ioi ada manfaatnya bagi
pengembangsn keilmwm. bagi Pemerint.ah Indonesia daD hagi pcnulis.
YI
2. l Tinjauan Pustaka ······-·-···· .. --.................................... 16 2.1. l Kebijakan Iiskal 16 2.1.2 Pertumbuhan ekonorrn _ . ., .. _.......................................... 20
2.2 Landasan Teori 24 2.2. l Pendekatan Keynesi1111 ··--·--....................................... 24 2.2.2 Pengaruh utaeg pemcrintah
terhadap perekonornian ··--······-·- ··· 29 2.2.2.1 Pandangan tradisional/ldasik 29 2. 2. 2 .2 Pandangan Ricardian . .. . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1
2.3 Hipotesis ··············-···-····-·· .. -- .. --········································· 31 2.4 Alat Analisis ... ·-·---·--..................................... 32
2.4.1 Formulasi model dan data 32 2.~.2 Mctode estimasi __ 33 2.4.J Uji validitas basil estirna.9 .. 34 2.4.4 Uji kausalitas _ ·-·--···················.................. 37
16 ...................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALA T ANA LIS IS
DAB f PENCANTAR . . . . . .. . . . .. . . .. .. . . . . . . . . . .. . . .. . . . .. .. .. 1 I. I Latar Belakang . .. . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 1 1.2 Kcaslian Penelitian . . . . .. . .......•........ .. .. . . . . .. . . 9 1.J Tujuan dan Manfaat Penelitian . . • . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . 14
l.3.1 Tujuan peneluian ··········-· .. -·-····-···································· 14 1.3.2 Manfaat penelitian ·--····················································· 15
1.4 Sistematika Pcnulisan ··-··--·····................................................... 15
ABSTRACT . . . . . . . .. . . . . . . . .. .. . . •. .....•...... .. .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . .. xii
DAFT AR TABEL ····-··· viii DAFT AR GAMBAR . .. . . . . . . . .. . . .. . . .•.. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. .. .. ix
DAFT AR LAMPIRAN . . . . .. .. . . .. . •............ .. . . . . . .. .. .. . . . . . x INTISA RJ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .• . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
............. ,. . iv ...................................................................... l'l<AKATA
DAFTARISI
ffALAMAN l'ENGESAHAN u
PERNV AT AAN . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . .. .•. . . . .. . . . . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. iii
................................... ·~ . HALAMAN .JUDUL
Halama a
DAFfARISI
70
73
DAYl'AH. rus·rAKA
LAMPI RAN
(J1 67 68
4.1 Kcsimpulan 4.2 Saran
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
47
41 42
39 3.1 Cara Penelitian . 3.1.1 Dcfinisi operasional -........................................ 39 3.1.2 Data dan sum her data _............................ 4 l
3.2 Deskripsi Vanabel Pctlditi.an ··-·-··· .. 3 .2. I Kondisi hutang luar negeri .
Pcmcrintah 3.2.2 Perkcrobangan pengehwan
pemerintah 3.2.3 Perkemoangan penerimaan pajak 51 3.2.4 Perkembangan pengehiaran
konsumsi rumah tanggii/SWSSla .. .. .. .. . 54 3.3 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 57
3 .3. l Basil estimasi persamaan .. .. .. .. .. 5 7 3.3.2 Ha.-;il ~ji kausalitas Granger 63
BAB III ANl\LISIS DATA .- _.......................................... 39
viii
TabdJ.10 Ilasil Uji t-statistik 61
Tabel .J.11 HHSil Pcngujian Kausalitas 64
T•bel J.6 Hasil Pcngujian Nonnalitas 58
Tabel J.7 llasil Pengu]ian Multikolinieritas. 58
Tabel J.8 Hasil Pengujian Heieroskedasiisaas 59
Tahd 3.9 Hasll Pengujian Autokorela.si 59
Tabet 3.5 Pcrtumbuhan Pcngeluara» Konsumsi Rumall Tanggll!Swasta di Indonesia 1970-2003 56
Tabel 3.3 Perkembangan Volume Pengcluuan Total Pemerintsh Indonesia. 1970-2003 ············-····················································.50
T1bel J.4 Pertumbuhan f'enerimaan Pajak di Jndonesia, 1970-200'.L .............................•............................•..........•............ .52
'fahcl 3.2 Cicilan Hutang Luar Negeri dan J\ngia Debt Service Ratto (DSR) Pemerintah Indonesia, 1970-2003 ..............................................•......... 46
·ra1ie13.1 Perturnbuhan Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia, 1970-2003 ............................................•........................................ #
Tabel 1.2 I ,ajll Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Berkernbang dan Negara ASEAN .................................•...•...........••........•........ S
Tabel 1.1 Beberapa lndikator Ekonorni Makro Indonesia, l 970-1996 dan 1997 -2003 5
Halamao
DAFTAR TABEL
IX
Gambar 2.4 Pengurangan Pajak dalam Perpotongan Keynesian................................................................................... 28
28 Gambar 2.3 Ke11aikan Belanja Pemuilllab dalam Perpotongan
K . eynessan .
Gamhar 22 Penyesuaian Mcouju E!(uilihrium dalam Pcrpotongan Keynesian Ketika Perckonomian Mcrniliki GDP yang Lebih Rendah dari Ek.uilibrium.................................................. 26
Gambar 2.1 Penyesuaian Menuju Ekuilibrium dalam Perpotongan Keynesian Ketika Perekonomian Memiliki GOP yang Lebih Tinggi dari Ekuilibriwu................................ 26
Halaman
DAFT AR GAMBAR
x
Lampiran 3 Uj i Kau.'lfilitas 83
I .ampiran 2 Hasil Esdmasi Persemaan, Uji Aswnsi Klasik dan 76 Uji Statistik
La.inpinD 1 Data Variahel Dalam Analisis - 73
Habman
l>AIT AR LAMPIRAN
xi
Kata Kunci : Kebij akan Fiskal, Penwnbuban Elcooomi, Kausaliias Granger
Penelitian ini bertujuan untuk meogkaji faktor-fakror yang mempengaruhi pcrtwnbuhan ekonomi Indonesia selama periode I 970-2003 dari si si fiskal. Dam yang digunakan merupakan data time series t:thunan dari tahua l 970-2003 atau 34 pengamatan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dibatasi, araara Jain PDB riil, cicilan buiang dan bunga pinjarnan luar ncgeri pcmerintah riil, pcngelll3Can konsumsi rumah tanggll/swasta riil, pc:nerimaan pajak rill dan pengcluaran pembangunan pemerintah riil selama periode 1970-2003. Alai analisis yang dipergunakan adalah regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan uji kausalitas Granger.
Sejumlah temuan cmpiris atas faktor-f.aktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1970-2003 ( dikaj i dari sisi fiskal) mengungkepkan bahwa cicilan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan kenaikan POR. Hal ini mel!lpcckuat dugaan bahwa pengelolaan hlltallg luar negeri olch pemerin1ah tidak efisien, Deagan demikian, sebalknya hutang luar negeri pemerintah perlahan-lahan dikurangi. sebingga dapat menguni.ngi beban APBN dan kemudian dihentikan.
Perubahan k.enaikan peneeimaan pajak sebesar Rpl ,· asumsi ceteris paribus; akan menyebabkan perubahan kenaikan PDB sebesar Rp2,32 Milyar. Hasil yang signifikan menjelaskan bahwa pajak sehagai sumber pembiayaan dalarn negeri masih dapat diandalkan untuk ~lkan pawmbuhan ekonomi Indonesia. sehingga dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan nasional yang berasal dari hutang luar negeri, Begicu pula hubungan antara perubahan kenaikan pengel uaran pembangunan pemerintah dengan perubahan kenaikan Pl)~ adalah positif signifikan. Hubungan positif ini mUiwtjukkao bahwa pembiayaan investasi oleh pernerintab adalah salah satu mcsin peoggerak ekonorni.
Hasil penelitian dengan uji kausalitas Granger menunjukkan terjadi hubungan kausalitas dua arah amara pertumbuhan ekonomi dengan perubahan penerimaan pajak (DTX) dan perubahan pengehman pembangunan (DGP); perubahan pengeluaran pembangunan (DGP) dcngan cicilan hutsng dan bunga pinjamsn iuar ncgcri pcmerintah (CH) sorta pcrubahan pennimaan pajak (DTX). Di lain pillak. tidak terj a.di hubungan kausal i tas anWll pelUbahan pc:ngeluaran konswnsi rumah tangga/swasta (DCR) dengan pertwnbuhan ekonomi, serta perubahan penerimaan pajak (DTX) dengan perubahan pcngeluamn koasumsi rumah tanggalswasta (OCR). Diduga bahwa masyarakat Indonesia semakin nalar dalam mengantisipasi kebiialcan angganm yang diambil pemerintah saai ini,
Dalam upaya untuk rneningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. pemerintah dapat menggunakan insUumen kebijakan u:;kal teruiama mclalui kebijakan P"fllajak.an maupun k.cbijakan peageluaran pembangunan. lni adalah kebijakan yang efektif untuk mencapai targ<t penumbuhan ekonomi yang diharapkan
INTISARI
Xll
Keywords : Fiscal Policy, Economic Growth, Granger Causaitty
This research is aiming at analyzing factorS influencing Indonesian economic growth (a fiscal analytiC<ll study 1970-2003). Data used in this research arc 1970- 2003 111111ual time series data or 34 observations. Variables used in this research are limited to roil GDP. government foreign debt payment and its real interest, real household consumption expenditure, real tax revenue and real government development expenditure during the 1970-2003 period. J\nalysis based on the regression estimation by using ordinary least squareJOLS and the Granger causallty test.
From the empirical test, we can see that the government foreign debt payment and its real interest didn 't significantly infioona: the changes of GDP increasing. This insignificance indicates that government foreign debt management is not efficient. Therefore, it is for the best of the Indonesian government to reduce the number of government foreign debt and then stop.
The Rp I i ncreasing tax revenue changes. ceteris pari bus, will cause the changes of PDB increasing Rp2.32 Dillion. This significant result indicates that tax as a domestic budgeting source is certifiable to increase economic growth of Indonesia. so that it can reduce the financing dcpendttlCe on foreign. The correlation between government development expenditure changes and GUP changes is positively significant, indicating that govemmeot budgeting investment is one of the economic activator machine.
On one hand, by using Granger cmisality test, the result shows that there is a two-ways causality between economic growth and the changes of tax revenue. between economic growth and government development expenditure changes, Moreover, the result also proves that there is a two-ways correlation between government development expenditure changes and government foreign debt payment and its real interest and also the c.hangc o(tax reveeue. On the other hand. there is no causality between household consumption expenditure changes and economic growth; the Lax revenue and housebold ronswnption expenditure changes. This indicates that Indonesian community is getting more progressively reasonable in anticipating the fiscal policy taken by the government now.
The attempt to increase the ladonesian economic growth oould be done through the fiscal instrument policy espe.cially through caution and development expenditure policy. This is the only effective policy to reach the expected economics growth.
ABSTRACT
l
I.I Latar Belakang
Peranan pcmerintah sangat penting dalam mempengaruhi aktivitas ekouomi
secara kescluruhan. Dalam hal mi peran pemerintah bertujuan untuk : meningkatkan
efisiensi ekonomi (yaitu meningketken output dan pcrtumbuhan). menguraogi
lcc:>enjangan ekoromi (yaitu melalui peningkatan pemerataan pembangunaa],
menstabilkan ekonomi mclalui kcbijakan ekonomi makro (yaitu memu)uskan naik
dan turuunya siklus bisnis, agar dapat menghindari baik pcngangguran berskala besar
pada dasar siklus rnaupun iofla.si yang tinggi pada puncak siklus) dan melaksaaakan
kebijakan ekonomi intemasional (yaitu dcngan meningkatkan keseimbangan
bubungan dengan luar negeri) (Samuelson & Nordhaus, 2003: 384).
Kebijakan fiskal (kebijakan APBN) merupakan salah saui piranti atau alat
kebijakan ekonomi yang dapat dipergUl'lakan oleh pemerintah unwk mempeegaruhi
perekonomian dengsn cara mengubah elemen kebijakan fiskal pemermtan yailu
tingkat pengeluarao pemcrintah dan pajak. Ada banyak swnber pembieyaan
pcmerintah, diantaranya adalah melalui pajak, tahnngan domestik, pinjaman luar
negeri, pinjoman dalam negeri, hibah dan pencetakan uang lehih banyak. Ma~ing
masing kebijakan ckonomi tersebut akan memberikan dampak yang berbeda-beda,
Meningkamya laju peetumbuhan ck.ooomi suatu negara memang tidak bisa
lepas dari interakst ant.lml penerimaan negara dari pajak. pengeluaran pemerintah
maupun bantuan IWIC negeri. Studi empiris mcmperlihatkan bahwa kebijalcon dalam
pengeluaran pemerintah dapat ll\CIIU!CU pemunbuhan ekonomi yang tinggi serta
DAB f
PENGANTAR
dapat pula membawa dampak yang scbaliknya terhadap pertwnbuhan ekonomi.
Kontroversi tentang perlu tidaknya hurang luar ncgeri guna memacu pertumbuhan
ekonomi. sampai sekaeang masih menjadi perdcbatan pwa ckonom,
Banyak penelitian yang mempenanyakan efektivitas pembiayaan pengeluaran
pemerintah yang berasal dari pajak maupun pinjaman luar negeri, Beberapa
penclitian cmpiris yang telah dilakukan antara lain : Aivazian, dkk (2003)
mempcrlihatkan bahwa hutang luar negeri pemerintah tidak sigmfikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Rusia.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Brautigam dan Knack (2004).
menya••Aan bahwa ada bcbcrspa ala.san mengapa lata k.elola yang buruk terjadi di
Sub-Sahara Afiika. Salah satu diantaranya adalah hutang yang tidak terkendali.
Ketidakscimbangan pernbiayaan pengeluaran pcmcrintah ini, dapat menyebabkan
ketidakslabilan kontlisi ckonomi makro yang dituJljllkk.an dengan beberapa i.Ddikator
sepcrti : oenurunan pernnnbuhan ekonomi, melemahnya nila.i mata uang, inflasi yang
tinggi serta l::etidakmampuan membayar cicilan hutang dan bunga pinjaman.
Hasil yang sama diperlihatkan oleh Papanel: (1972) yang mcnyalakan bahwa
pembiayaan anggaran negara melalui hutang luar negeri tidak beedampak posirif
dalarn meningkafkan pertumbohan ekonomi pada negara-negara berkernbang, Hal
yang berbeda dikcmukakao oleh Dowling dan Hiemenz (1983), menyalakan bahwa
bantuan luar negeri, investasi asing sena tabungan domes1ik berdampak positif dalam
meningkatkan laju pcrtwnbuhan ekonomi di negara-negara Asia (lihat Saleh,
2000:22).
Seperti halnya juga di11lomi olch negara-negara scdang berkembang lainnya,
Indonesia juga mengalami masalah dalam ha! manajemen pengelu.uan pemerintah.
2
Wahyuni (2004) dalam penelitiannya di negara-negara Asia dan Pasiflk
mcmpcdihatkan bahwa komponen kon.wmsi mendominasi pengeluaran anggaran
pemerintah. Pengeluaran yang bcsar untldc konsumsi ini tentunya berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ckonomi. Namun demikian, efek multipliemya masih
lebih kccil dibandingkan mvestasi dan knrang mcmberikan nilai tambah .
.l(onsep penyusUllan aaggaran yang salah dalarn pcnyusunan anggaran negara.
dibuktikan oleh basil penelitian Widarjono (2002) yang meneliti hubungan kauselitas
antara penerimaan dan pengeluaran pcmerintah Indonesia selama periode 1970-1997.
Dari hasil uji kausalitas ini menunjukbn bahwa tidak ada lcausalitas antara
pengeluamn dan penerimaan pemeriotah. Disimpulkan bahwa penyusunan ~
negara tidak didasarkan pada peodekatan penerimasn (reven11e approach), tetapi
didasarlcan plK111 pendekatan pengelunmn (cxpcnditJJre approach). Arti.oyll, besarnya
anggacan dltentubn berdasarkan kebutllhao pengeluaran lebih dahulu selama ~
tahun dan kekurangan peaerimaan kcmudian ditutup dengan hutang luar aegeri.
Secara teoritis, jika pengeluaran p;lOleriptah sama dcngao penerimaan
pendapatan pemerintah maka pemerintah memlliki anggaran yang berimbang. Jika
pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan peadapatan, pemerintah mengalam.i
defisit anggaraa dan jika pengeluaran pemerintah kurang dari peeerimaan
pendapitan. maka pemerintah mengalatnj surplus anggarsn, yang bisa digunskan
untuk melunasi hutang-huta.ognya (Mankiw. 2003:54).
Defisi t anggaran ti dak selalu berkonotasi negatif. Menjad.i masalah adalah
bagaimana defisit anggt1ran terscbut abn ditutup? Penyelesaian defisit anwran
dengan melak.ukan pinjaman luar negeri yang berlebihan akan dapat menyebabkan
terjadinya krisis hutang, yang nantinya akan menjadi be ban nasional bagi gencrasi
3
sekarang maupun generasi yang akan datang, resiko ekan timbulnya inflasi, turunnya
investasi dan tcrjadinya defisit ueraca pembayaran inicmasional.
Sementara penyelesaian defisit dengan melakukan pinjaman dalam ncgeri yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya crowding out investasi sektor swssta,
Padahal investasi sektor swasta ini adalah merupakan kompouen utama dalam
meningkatkan pertumbuhan dan kesempatan kerja. Dengan demikian diperlukan
kebijakan fiskal yang lebih kondusif yairu antara pengelolaan pengeluaran
pemerintah dengan penerimaan pemerintah, haik dari pajak maupun pinjaman serta
bagaimana pengaruhnya dengan sektor swasta,
Pcrckonomian Indonesia yang menunjukkan tanda-taoda positif berupa
peningkatan pertumbuhan ekonomi, sejauh ioi masih didominasi oleh ketergantungan
pada konswnsi swasta dan publik. Kenailum GDP riil di beberapa tahun terakhir ini,
banyak dlpengaruhi oleh ke.naikan ting!<at kousumsi yong mencapai 60"-1> atau lebih
(dua pertiga dari GDP), konsumsi JnCDingkat lcbih besar daripeda investasi,
pengeluaran pemerintah dan ekspor netto, sehingga konsumsi mendorong ke alas
tingkat pendapa•an nasional riil (Hill, 2000:63).
Beberapa indikator ekononu makro Indonesia selama 34 tanun tcrakhir lalnpllk
dalam T.abel I.I. Data tersebut merupakaa gambaran wnum mengenai kondisi
peeekonomia» Indonesia secara makro, memuat infonnasi tentang ~raimana kinerja
ekonomi yang telah dihasil.ltan selama 34 (tiga puluh empat] tahun dan sinyal yang
beeupa gejala serta resiko apa saja yang kemungkinan akan tel)adi dimasa
mcndatang. Jndikator-indikator tersebut pada dasamya snclah mampu memberilcan
sinyal bagi pemerintah umuk lebih bcrbati-hati dalam mcnentnlam arah kcbijaku
fiskal yang tclah diterapkannya sebelwn krisis tahun 1997 terjadi.
sesaor Ulama seperti industri, pcrdagmg&n dan investasi tidak beri(embang d3n
belum rnampu rnencapai sassran untuk lllCllurunkan tingkat pcnggangguran seesra
signifikan, 2) keseDlpatmt kerja makin tecbaW akib111 tiogknt pertumbuhan ekonomi
Rachhini {2006: b) DleDY atakan bahwa koodisi ini dil8ndni dengao I) kondisi sekior-
(lima tahllll rcformasi berjalan), belum juga mampu keluar dari situssi serba ktisis.
bangsa Indonesia terperosok ke dalam krisis yang begitu dalam. Hingga 1al11m 2003
Banyak pihak berpendapat bahwa JD!tS!!lah hulanglah yang menyel>abkan
S,,,,,bu: Dep.K<IL Rf, N1Jta K.<"411f:OI' .& APBN 1969-2663(CD R<>1Jm), 2003; BPS, 1997-
200$; IFS, b<bertlpa penutHl1111, dld4 dloltllL
Rll ta-rata laj ll
lndilultor pertu 111bultan (%)
1970-19'6 1997-2003
tiDP Riil (harga konsian 2000) 6,89 1,2)
Pengeluaran Konsumsi R'T/Swasm Riil S.6& 2,74
Pengeiuaran Total Pcm~rinlah Riil 9,00 0,46
lnflasi 12,20 1,79
Hutang Luar Negeri Pemeeinrah tJ:rhadap GDP R.iil 32,86 47.32
Deb: Service 11.aJiofDS R (Rasio cicilan hutang I oar 21,23 63,68 negeri pemcrintah rii\ terbadap nilai ckspot riil)
S tok hutang luar negeri pcmerintah rill 5.73 21,84
Cicilan hutang dan bung<i!APBN riil 20,08 (5,88)
Peneri moan Pajak ri it 9,35 9,06
Tabungaa Pemerintan riil 19.74 (3,41)
Tabdl.1 Bcbenpa lndibtor EkePGJPi Makro lndoonia,
1970-19'6 dall 1997-2003
5
dan sektoral tidak memadai.
PeSlllll)' a pembangunan terutama di era Orde Baru ( setelah tahun I 960-an ),
membuat bangsa Indonesia dipakss wttuk selalu meraih pertumbuhan elconomi
iinggi. Dengaa kemampuan terbatas, mau tidak mau keinginan untuk meraih
pettumbuhan ekonomi yang tinggi harus ditopang dengan pendanaan IWU' negeri,
Sekarang bangsa Indonesia menuai resiko yang diakibatkan oleh pendanaan luar
negert.
Jndi.ka10r-indlk~1or makro yang ada selama tahun 1970-1996 menunjukkan
adanya kemapanan dalam penwnbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata dapal
tumbuh sebesar 6,~/o per tahun dan laju int1asi yang bersda di bawah dua digit.
T euipi kemudian krisis ekonomi y:ing menimpa baogsa Indonesia seja.k lerjadinya
dcpresiasi rupiah yang sangat tajam di pertengaban tahun J 997, mengakibetkar,
menurunnya aktivitaS produksi secara drastis yang ditunjullan olcli rcta-rata laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia periode I m-2003 yaitu baaya scbesar J .23%.
Indikator strategis yang lain seperti rasio Ulang I uar negeri pemeri ruah l.t:Chsdap
GDP rill (barga konstan 2000) ielab mencapai angka yang memberatkan, pada rabun
2003 rasio itu meocapei 43,89%. Sementara itn, rasio utang negara (baik utang
domcstik maupun luar negeri panerinlah} menurut Sudibyo (2003), pada tahun 2002
rasio iw telah mencapai lebih dari 80%. Rasio cicilan hutang terbadap nilai ekspor
{OSR) menunn Praseriaotono (1997) pad.a tahtm 1986 mencapai 30-40"/o dan
mcncapai angka tertinggi pada tahun 1991! sebesar 1(3,08% {Dep.Ke11. R!, data
diolah),
Sebagaimana diketahui bahwa batas aman rasio DSR adalah 20%. sehingga
kini muncul persoal en-persoalan ekonomi yang akan dihadapai bersama, Besamya
6
angka DSR ini, dalam jangka pendek ak.m mcmbuat rapuhnya ncraca perdagangan
dan dalamjangka panjang al(an semakin membcbani APBN. Dengan kata lain, pada
masa-masa mendatang, kewajiban membayar cicilan hutang dan bunga pinjaman Iuar
negcri akan terns bertambah besar, karena sernakin banyaknya uiang-uiang yang
jaruh sempo. 11~1 ini memberikan indikasi bahwa pcmbiayaan pengeluaran
pemerintah perlu dicermati kembali.
Dari data tersebut terlihat juga bahwa trend kebijalcan fislcal yang telah
ditcrapkan o!eh pemcrintah sebelum krisis sebenamya telah mulai menimbulkan
benib-benih inflasi yang cukup ting&i, schingga menyebabkan turwmya daya bcli
rnasyarakat yang ililunjuilau da:ngau menucunnya nita-lllta laju perrombuban
konsWllsi rumah ~a/swuta dan membengkaknya hutang hw negeri. Di lain
pihak sumber utama pembisyaan APBN yang berasel dari penerimaan pa)ak. rata
rata laju penumbuhannya scmakin meollTUll.. sehingga zabungan pcmerintah
lllCngalami defisit yang herakih& peda mcnwunnya rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi. Kekhawatiran lain alas naiknya pengeluaran pemerimah yang dibiayai dari
berbagai pinjamaa luar negeri adalah menunjulc.bn sinyal l>ligi pclaku ekonomi non
pcmerintab bahwa di kemudian bari pemcrintah akan mcnaikkan pajok dan
menggenjot ekspoc dengan roengabaikan standar keselamatan dan kcmanusiaea guon
menurep pembayaran cicilan bulaRg dan bunga luar negeri yang IJlUUS dibayar
pemedntan,
Dibandingkan dengan beberapa negara Asia, seperti : India, Korea, Malaysia,
Singapu.ra dan Thailand. laju pertumbuh.m ekonomi Indonesia tertinggal terutama
setclah krisis yaitu tahun 1999 & 2000. Laiu pertwnhuhan ekonomi di negam
berkemoang dan negarn ASEAN. Tahuo 1W7-2003 dapat di!ihat pads Tahel 1.2.
7
l 997. laju pettumbuhan ekoaomi Indonesia tertinggal dibandingkan dengan beberapa
dik~ii dalam penditian ini sdaleh \cllwa ~ krisis ekonomi di pertengahan Juli
Berdasarkan latat helakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan
luas bagi perekonornian dalam negeri.
maupun pinjaman luar negeri secara langsung akao membawa pengarllh yang sarrgat
internasional. K.ebijakan pemerintah di bidang perpajakan, pengeiuerau pemerintah
dan investasi senor swasta serta menjaga kesin.iunbungan kinerja neraca pembayaran
pendek dan jangka panjll!lg, yaitu antara pc:mbiayaan pengeluaran scktor pcmerintah
Tujuan utarna k.c:bijakan fiskal ad•lah untuk mcnjaga keseimbangan jangka
berpengaruh dalaru perekonorniaa sccara keseluruhan,
tabungan domestik, Keberhasi Ian pemcrintah dalatn kel>ij akan perpejakan sang at
pengcluaran pem bangunan selalu melebilii penerirnaan dari sektor ~jak, ekspor dan
berkembang lainnya, kondisi tersebut tidak memuogk.i.rilcan karena kebutuhan akan
tabungan domestik dan ekspor. T etapi kenyataanya, seperti juga negara-negara
Idealnya, pengeluaran pcmerimah barus Cllkup dibiayai dari peoerimaan pajak,
Kelompok N~ara 1997 1998 1999 1000 2001 2002 2003
I. India 4.80 6,51 6,06 4,37 5,7.11 3,98 8.22
2. Korea 4,65 (6,8S) 9,49 8,49 3.84 6,97 3JO
3. Malaysi1< 7,}2 (7,36} 6,14 8,86 0,32 4,15 5,3 l
4. Singapura 8,So (0,76) 6.83 9,64 (1,95) 3,! 7 l.36
5. Thailand (1,3 7) (10,51) 4,45 4,75 2,17 5,33 6.87
6. Indonesia 4.70 (13,13) 0,79 4,92 3,45 3,61 4,51
7. Fi lipina 5.19 (0,58) 3,4 4,01 3,40 5,54 4,92
Tabel 1.2 Laju Pertumbubaa Ekonomi Bebenipa Negana Serkembang dan
Ne~ra ASEAN, Tahun 1997-2003 (dala111 persentase)
1.2 Keaslian Peaelitian
Peuelitian yang mengkaji tentang falctor-faktor yang mempengaruhi
pcrtumbuhan ekonomi, telah dilab1bm oleh bcberapa peneliti sebelwnnya.
Kesamaan dcngan penelitian yang dilokukan banys terletak pada topik, sedangkan
variabel yang di teli ti, remang waktu pengamatan, daerah yang di re Ii ti serta alat
analisis yang digunakan berbeda. Beberapa basil pene!itian yang telah dilakukan
penel iti sebelumnya antara lain :
I. Aivazian. dkk (2003} menggumkan cnodel persamaen simultan dan
autoregression mode! untuk meaeliti kela'gantungan kinerja makroekonomi
Rusia pada harga minyak duaia, pembayarall huwig luar negeri Rusia dan
transfer sosial Pemerintah Rusia. Uata yang digunakan adalah data kuartalan dari
tahun 1994 kuartal ke4 si<f 2{1(12 kuartal ke-I. Model yang digunakan untuk
pcrtumbuhan yaitu : Y ~ f (I. E, on. Dummy),
ncgara berkcmbang maupun negara-ncgara ASEAN. Hal ini diduga berkaitan
dengan pelaksanaan pc~ kebijakan fiskal di Indonesia yang sering
mengalami kegagalan dan kurang akurat, aotaJa lai11: pengelolaan hutang yang tanpa
strategi dan rcndahnya pencrimaan dari sektor pajak. Resarnya alokasi dan
bagaimana pengcluaran pernerintah dibi.ayui roerupakan salah saru syarat
diperolehnya perrumbuhan ekonorni yq bakesinarobungan.
Va.riabcl-va.riabel yang akan digunakan dalarn pcnelitian dibatasi, antara Jain
?DB riil, lndeks Barga Konswnen (hafgll konstan 1990), cicilan hutang dan bungs
pinjaman luar negeri pemerintah riil, pengcluaran konswnsi rumah 1anggalswasra riil,
pencrirnaan pajak riil dan pengcluaran pembangunan pemeriotah riil selarna periode
1970-2003.
9
3. Bmutigam dan Knack (2004) meneJiti tenlang bantuan asing. institusi dan l3ta
kelola di Sub-Saharan Afrika, Data yang digunakan adalah data cross section
Y =GDP riil
l = I nvestasi (fixed assets j
1: = Exchange rare
GO = Hu tang I uar negeri pemerinlJlh
Dummy = Dummy vuriflhi!l (angka <H<.uartal 3 tahun 1998 & angka 1 =
kuartal 4 tahun 1998)
Hasil penclitian menyimpulkan bahwa hutang luar negeri pemerintah tidal:
slgnifikan mempengaruhi GDP dan hutmg pemerintah mengindilcasikan bahwa
petayanan hutang pciuerintah tidak bcnar-bennr mempengaruhi penumbuhan
ekonomi Rusia sekarnng. Begitu pula dengan investasi dan dummy juga tidak
bcrpeni:aruh secara signi1ikan ierhadap GDP, lwiya variabcl exchane« rare youg
berpengaruh terhadap GDP. Adapun model persamaan strukiural yang lain
meliputi : model ekspor, impor. konsumsi, CPI dan income;
2. Saxton (1995) melalcuke.o studi empirik tentang pembelanjaan pctnerin!/lh dan
pertwnbuhan ekonomi. Hasil penelitian menyatakan bahwa sekatang ini, bclanja
pemerintah Amcrika Scrikar da.n kebanyakan ncG8IR berkcmbang lainnya adalah
berlebihan yang {11an8. menurunkon pcrtumbuhan ekoaomi. Selain itu,
pemcrintah juga menyelcweogkan sumbcr dayn terl:tlu jauh, sehingga
produktivitas pengusaha swasta, peke1ja dan pcoanam modal menunm yang
menyebabkan melambemya ekoromi. Dalam peneliliwuLya, juga disebutkan
bahwa ekooomi tidak dapal nunbuh tanpa peningkatan investasi swasta dan
konsumsi swasta;
10
dari Jl negara di sub-Saharan Afrika untuk pcriode 1982-1990 dan 1990-1997.
Alat analisis yang digunakan adalah metode OLS dan TSLS (Two Stage Leost
SquaTe). Hasil pcnelitia.n menunjukkan bahwa : I) terdapat hubungan statistik
yang sempurna antara tingkat bantuan asing yang unggi di Afrika dan tatn kclola
yang buruk, 2) terdapat hubungan yang kuat antara tingkat bantuan asing yang
tmggi dan menunmnya bsgian pajak dari GDP, 3) mcningkatnya GDP per kapita
dihubungkan dengan peningkatan tata kelola:
4. Wahyuni (2004) meneliti tentang peran pemerintah dalam pcrtumbuhan
ekonomi; bukti dari ncgara-negara asia dan pasifik. Penelitian tersebut bertujuan
unruk raenganalisis peran pcn1erintah dalam pertumbuhan ekonomi janglca
~jang di scbagian besar negara asia pasifik yang mempunyai kesarnasn latar
belakang ckonomi. Penelitian menggunakan data selama periode 1980-?.000,
dengan alat analisis unbal11nced panel method. Pcncliuan menyimpulan bahwa
koeflsien pangsa pcngeluaran pemerintah terhadap GDP edalah negative
sign/ficatll dalam mempcngaruhi pertwnbuhan ekonomi di kawasan ini.
Hubungan negatif ini menunjukkan bahwa sebagain besar ncgara-ncgoro di
kawasaa ini menemui masalah dalam manajemen pengeluaran pemerioteh,
Nmnun demikian koefisien penerimaan pajak menunjukkan tanda poslnf Hasil
yang .iignificunl menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara penerimaan
pajak dan pcrtumbuhan ekonomi jangka panjang;
S- Sulistyo dan Mansocr ( 1998) melakukan studi empiris Wlluk ek.onomi makro di
lndonesia tahun 1978-1994 (data yang dipakai adalah data kuartalan) dengan
pcndekalfil1 i:kollomctri yang lcbih berfokus pada konsep Ncraca Pembayaran
Internasional yang meliputi tujuh persamean suuktural yaitu ! model ekspor,
11
irnpor, konsurnsi, investasi, permintaan uang. model outpia (GDP/pcrtumbuhan)
clan model harga, Hasil penelirian menunjukhn bahwa pcngaruh perrnintaan
uang terhadap neraca pernbayaran, pengaruh pendaJ)81an terhadap permintaaa
uang adalah inelastis positif Pengaruh perubahan krcdit domestik terhadap
neraca pembayacan adalah incla•ris negarif. Hasi! empiris lain juga menunjukkan
bahwa elastisiras impak multiplier pengeluaran pcmerintah adalah inelastis positif
don bennnkna secara statistik terhadap koosumsi, mvestasi, tingkat harga dan
GDP riil, seruentara impak multiplier pcngcluaran pcmcrintah terhadap impor,
saklo riil cash balance dan cadangan devisa adalah tidak bcrmakna :!CC8nll
stailstik;
6. Widarjono (2002) meneliti tentang kausaliw peoc:rlmaan dan pengcluaran
pemerinlllh : peudckatan koiotegrasi dan ~CM. Hasil aji menunjukkan bahwa
tid11k ada iransalitaq anwa penerimaan dan pengelu.aran pcmerintab.
Disimpulkan bahwa penyusunaa aoggaran negara tidak didasarkan ,pMa
pendekatan penerimaan (revt1111e approach). telapi didasarlcan pada pendekalan
pcngeluaran (expenditure appTQQdi);
7. Handayani (1997), mcmbahas tcnlallg pcran pcmcrintah: pcran dan implikasinya
terhadap perturnbuhan dan stabi Ii sasi ekooomi hllloucsi11. selama perobangunan
jangka panjang pertama (1969/l970-1993n994). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perubahan pengeluaran pemcrintal! menyebabkan pcrubahan pertumbuhan
ekonom i rum tingkat intlasi. Terdapal bubungan positif antara perubahan
pcngeluaran pemerintah dengan peruhahan pertnmbuhan ekonomi clan ltubungan
negatif antara perubahan peegeluaran pemerintah dengan perubahan tinglcal
inflasi;
12
8. Deller & Liedo (2002), meuehti tentang pencriman pejek pemerintah lokal,
pembelaniaan dan perrumbuhan ekonom.i : bukti bani untuk Wisconsin. Dab
adalah t.ahunan untuk negara bagian Wisconsin, kom dan desa selsma periodc
1990-1998. Terdapat 560 observasi. Estimasi dengan menggunakltn .S teknikdata
panel yang berbeda. yanu : pooled OLS. one-way (county} dan IW<l-ll'(J)' (counJy
and time), pengaruh fixed (dengan OLS) dan pengaruh random (dengan OLS).
Variabel yang dipcrgunalcin adalah pertumbuhan peni:IApatan per kapita,
penerimawt pajak clan pengcluaron pemerintah. Hasil penelitian menunjulc.kan.
bshwa kebijakan fiskal pemerimah lokal bcrpeogarub t.crhadap pertumbuhao
regional secara non IWer. Nou linier lni menunjukkan terbatasnys kategori
fiskal spes.ifik kcduanya yaitu peoeril1\Mll pajak dan peogeluaran pemcrintab
pade sisi pemhiayaan;
9. l)owlins dan Hiemen» (l<lll'.I), melakukan penelitiaa terhsdap fakll!r-faktor yang
sangat berpengaruh dalarn meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara
Asia. Pada prinsipnya, model pcttwnbuhan ekonomi ini, menielaskan bahwa
bantuan luar ncgcri, tabungan domestik, investasi asing, ekspor. jwnlah wuig
beredar dan penerimaan dari pajak berpemnan sangat penting <la.lam
rneningkatksn laju peruenbuhan ekonomi. Hasil studi yang telsh dilakukan
membenkan indikasi bahwa bautuan luar negeri, investasi asing serta tabungao
domestik berdampak posilif dalarn meningkatbn laju pcrtumbuhan cko110111i
(lihat Saleh, 2000:22);
10. Papaoelc (1972) melakukan penelitian terhadap pertwnbuhan ekooomi nt:gara
negara berkembang di Asia dengan menggunaken tiga variabel bebas yaitu rasio
hutang luar negeri terbadap GDP, rasio besarnya investasi asing terhlldap GDP
13
1.3.2 Manfaat pe11elitian
Dari penelitian ini diharapkan dapa1 memberikan manfaat!mnsukan bagi :
I. Pemerintab. penclitian ini dihardpkan dapat 1nenjadi bahan masukan
pemerintah dalam upaya meningk.atkan output clan pertumbuhan melalui
kebijakan pembllllgunan ekonomi khususnya dalam rangka merumusk.an
kebijakan fiskal;
2. llmu peagehhuaa, sehagai tambahan rcfercnsi kalangan abdemis maupun
L'\ Tujuan dan Manfaat Pcnclitiao
1.3.1 Tujuan peoelitian
Pcnclitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang mempeogaruh.i
pertumbuhan ckonomi Indonesia selama periodc 1970-2003 dari sisi fiskal. Adapun
variabel-variabel fiskal yang akan dikaj i antara lain :
1. pengiuuh cicilan hutang dan bunga pijaman luar negeri pemerintah rerhadap
perubahan GDP riil;
2. pcngarah perubahan pencrenaan pajak tcth.adap perubahsn GDP riil;
3. pcngaruh perubahao pengeluaran l.onswn~i rumeh t.angga/swasta terhadap
perubahan GDP riil;
4. pengaruh perubahan pengelaaran pembangurum pemerintah tcrlwlap perubahan
GDP riiL
serta besarnya rasio tabungsn domestik terhadap GOP. Hasil pcnelitian
111emperlihalluu1 bahwa pembiayaan anggaran negara melalui hutang luar ncgcri
tidak bcrdampak posltif dalam meningkatkan pertwnbuhan cko11omi pada
ncgara-oegara bcrkembang iersebut.
14
1.4 Sistematika PeouliHo
Penulisan rests ini tcrdiri aras 4 (empat) bab yang tersusun secara sistematik
dan sating tcrkair 511lu sama lain. Bab l merupakan pengantar yang berisikan uraian
mengenai latar belakang masalah, kea.~lian penelitian. tujuan penelitian, manfaat
penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisikaa uraian mengenai tinjauan
pustaka, yang mencakup uraian mengenai studi empiris sebelumnya ataupun yang
sedang dilakukan. yang memiliki hubnogan deogan penelitian yang akan dilakukan
serta kepustakaan yang berkaitan dengan topik penelitian, Iandasan teori yang
mcnjadi dasar penulisan hasil pcnelitian, hipotesis yang merupakan kesimpulan
sementara terhadap masalah yang dihadapi scrta alat analisis, Bab Ill yang
merupakan analisis data. membahas cant pcnelitian. gambaran umum variabel
penehtian, basil analisis dan pemOOffilsannya. Bab N merupakan bngfon akbir
penelitian yang berisikan kcsimpulan dari analisis data yang diltt.k.ukan serta saran
berdasarkan kcsimpulan tersebut,
peneliti lainnya yang akan meneliti kehijakan fiskal dan pcrtumbuhao dmnomi;
3. Peouli~. sebagai wahana untuk. bcrlnrih dan lebih mamahami konscp teori dan
implemcmasi kebijakan perekonornian yang berhubungan dengan kehijakan
fiskal.
15
16
2.1. l Kcbijakan rnkal
Kebijakan fiskal adalah kcbijokan yang dilaksanakan Iewat APBN. A PBN
mempunyai dua sisi yaitu sisi yang rnencarat pcngcluaran dan sisi yang meucatat
penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang
memerlukan uang untuk peleksanaannya Dalam praktek, macam pos-pos yang
tercantum di sisi ini sangat berancka ragam dan mencerminken apa yang ingin
dilaksanaken pemerintah dalam programnya. Sisi penerimaan mcnunjukkan
darirnana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada beberapa sumber
penerimllan yang dnpat diperoleh yaitu antara lain melalui : pajak (berbagai macam],
pinjaman dnri bank sentral, piujaman dnri masyamkat dalam negeri dan pinjaman
dari luar negen (Boedion», 1998 : 11 O}.
Keseimbangan peugelwu:an pemcrintab dengan penerimaan pendapatan
pemerintah uu sangat pennng. Selaia dibutuhkan penggalian tenteng dnriroana
surnber-sumber penerimaan pemerintah akan diperoleh, manajemen pengeluaran
pcmerintah juga tirlalc. kalah pentingnya. Pengeluaran pemerintah dapat dibe<lakan
menjadi dua komponen yaitu komponen bidang pengeluanm rutin dan komponen
bidang pengeluaran pcmbangunan.
Dalam Nota Keuangan dan APBN (2003) disebinkan babwa dalam bidang
pengeluaran rutin, k.ebijak.sanaan diarahkan untuk menunjang lelancaran
penyelenggaraan rods pemerintahan dan pembangunan. Pengeluaran rutin digwwkan
2.1 Ti11,jauan Pustaka
BA811
TIN.fAUAN PUST AKA DAN ALAT ANALISIS
untuk mendukung kcperluan belanja pegswai, belanja barang, subsidi kepada
daerah otonoru, pemooyaran bunga dan cicilan huiang, serta helanja rutin lainnya.
Kebijaksanaan anggaran bdanja pembangunan mcliputi : pcmbiayaan rupiah dan
hantuan proyek, diarahkan untuk u1enunjang pemcrotnrui pcmbangunan dan basil
hasilny11 yang makin adil dan meluas, meningk..111.kan laju pertumbuhBn yang cukup
ringgi serta menjaga stsbilitas nasiona1 yang sehat dan dinaaus.
Bcrkaitan dengan pentingnya manajemen pengeluaran pc111e1'intah, Mitchell
(2005) meneliti t.entaltg "The Impact of Government Spending on Economic
GrQw1H'. Berdasarkan penelirian tentang pembelanjaan dan anggaran pemerintah
federal AS, bahwa belanja pemerintah yang berlebihan di beberapa tahun t.erakhir ini
lwus segera dikuro.ngi. Keba.11yak1111 bclaoja tersebut dipergunakan untuk kegiatan
yang. tidal< produkdf yang tidak dapat menghasilknn suatu tinQkat pengeinba.lian
yang tinggi. Hal ini akan berdampak negatif ternadep pertwnbuhan ekonomi AS.
Pengekangan budgeter harus dipandang sebagai suatu lcesempatan untuk membuat
ekonomi menjadi lebih baik. Banyak bulcti yang menyatakaa bahwa belaaja
pemerintab terlalu tinggi dBD bahwa ekonomi Amerika bisa twnbuh lebih cepat jjka
beban pemerinteh dikurangi. Kebijakan fiskal perlu memusatkan Wltuk mengunmgi
belanja pemerintah terhadap program yang rnempunyai mantaat rendah dan
memerlukan biaya yang tinggi.
Pengaruh k.ebijak1tn fisk.al terhadap pereko110mia.n, bisa dianalisis dalam dua
ta.hap yang berurutan yllitu :
I. bagaimana suatu k.ebijakan fiskaJ wterjemahkan menjadi auatu APBN;
2. bagairnana Al'BN IC"!::but mempengarohi perekooomian..
Dari basil penelitian T .andau (200 I) yang menyat.akan bahwa hubuogan antara pengsa
17
pengeluaran pemerintah terbad.ap GDP dan tingkat pertumbuhan GDP per kapita
untuk 104 negara (cros.•-cow11ry) yang diteliti, menuojukkan bahwa : I) penambahan
ukuran pemerintah yang diukur dengan pangsa pengeluaran pcmerintah terhadap
GOP adalalt menurunkan tiogkat pettumbuhan ekonomi, 2) Tingbt pertwnbuhan
GDP per kapita adalah berhubungan positif dengan total investasi dalam pendidikan.
Dari hasil regresi yang didapat, diduga bahwa Iarnbatnya perlllmbuhan
ekonomi di negaee-oegara yang memiliki tine)<a1 pendapatan per kapita reodab
disebabkan karena peugeluaren lconsumsi pemerintah yang lebih tinggi dan Investasi
di bidang pendidilutn yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa k.omponen
konsumsi mendorninasi pengeluaran anggaran pemerintah. Dengan demiltian
disanmkan bahwa untuk memperoleh tingkat perrumbuhan ekonomi yang tinggi.
maka kehijabn tiskal harus dapat nieeyodiakan d11k.ungo.al yq kuat uatuk modal
manusia (peningkatan kualitas sumber dayll uianusia).
Dampalc. kchijakan tiskal yang melibatkm bantuan asing dalarn pernbiayaa.n
penge!uaran pemeriotah juga tclah dilalcukan beberapa pencliti dianlaranya adalah :
Papaaek (1972), Dowling dan Hiemenz (1983) (lihln Saleh, 2000:22), Liu (2000),
Pattillo. dkk (2002), Aivazian. dlclc (2003) serta Brautigam dan Knack (2004). Liu
(2000) mclalrukan srudi emprris terhadap krisis keuangan di asia dengan
perbandingan kapasitas hutang. Kctilca asia timur terkeoa krisis keuangan <li 1al\un
1997, China .W.lah satu-ssrunya negara yang tidalc terpengaruh di kawasan ini.
Bagaimaoapun, 10 cahun yang lalu, China mengalami sehuah krisiS lceuangan yang
sangat sertus, lcetika negara-negara asia yang lain mempunyai tinglau pertumbuhan
yang tinggi. Falctor pcniing yang rnenyeb&bkan krisis kewmgsn adalah hutang
jangka pcndek tertad.ap rasio buwig rota!.
13
Pelajaran yang dapat diambil dari studi ini antara lain : I) globalisasi pasar
keuaogan membuat dana mengalir sangat mullah dan cepat daripada sebelumnya,
terutama modal asing termasuk pinjaman luar negeri, ke negara China dan negara
asia timur. Dagaimallllpun, modal asing clan pinjaman jaagka pendek swasta akan
mcmperlemal1 stabilitftS bangsa untuk berhubungsn dengan goneangan ekonomi. 2)
pentingnya melakukan sistem monitoring ekonomi, terutama sistem untuk
memonitor mnang jangka pcndek. 3) negara berkembang harus membangun a
safeguard system dan resiliency ke dalam ekonomi mereka. Jika ncgara-negara asia
timur dapat mengambil keuntlDlgan dari tingkat tabuagan yang linggi dari
masyarakat mereka dan signifikan memperbaiki pasar keuangan dan sistem,
substitusi hutang luar negeri dengan dana yang dihasilkan dari dalam negeri a&lah
tidak hanya Jayak tetapi juga menguntungkan,
~rkaitan dengan hutang luar negeri dan pertwnbuhan ekonomi, Pattillo, dkk
(2002) juga melak.ukan penditian terhadap 93 negara berkembang, periode 1969-
1998. llasil penclition yang berjudul "External deb! and Growth". menl.llljuklcan
bahwa hubungan antara hutaag IWU' negeri terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
non tinier. Bagi ncgara dengan rata-rata kcwajiban hutang dan ratio hutangnya
meningkat, akan menurunk111.1 penumbuhan per kapita tahunan berkisar antara 0,5%
hingga l 00"/o.
Lebih lanjut. hasil penelitian juga menyatakan bahwa rata-rata huiang
bes:pengaruh ncgatif lcrhadap batattg ekspor sekitar 160-170% atau terlwiap GDI:'
sebesar 15-40%. Dampak marginal hutang mulai negatif pada selr.itar separuh roilai
ini. Hutang yang tinggi nampaknya mengurangi pertUmbuhan ekunomi, terutarrui
dcngan penurunan efisiensi dari investasi dibandingkan volumenya.
19
2.1.2 Pertu11Dbubao ekooomi
Tingkat kesejehteraan suaru negara diukur dengan permmbuha» ekonomi.
Pertumbuhan ek.onomi adalah proses kenaikan ootput per kapita dalarn jangka
panjang (Boediono, 1999: I). Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya
"kecenderungan bagi outptu per kapita saja tidaklah cukup". Mereka membcrikan
persyaratan yang lebih ketat kepada pengertian "Pertumbuhan Ekonomi" yairu
apabila ada kecenderungan (output per kapita untnk nai.k) yang bersumber dari
proses intern perekonomian rersebut. Proses per1Umbuhan llantq hersifat self
generating, artinya bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasiikan kekuatan
atau momentum bagi timbulny1t kelanjutnn pertmnbub.tm tersehut dalrun periode
pcriode selanjulnya.
Definisi pertumbuhan ekonomi banyak dituhs oleh para ekonom, diantaranya
adalah l'aridn dan Bede (1992:53) menyatakan : Economic gruwth is an the rare
change of real GNP from one year to next year." Semcntara Mankiw (1994:76)
menyatakan : To measure economic growth. economist use data on grosi; domestic
product, which measures the total inmme nf everyone i11 the eco11omy serta
Samuelson dan Nordhaus (I 995:750) menyatakan ; economic growth is an increase
in the total output of a nation 's over time. that measured as the annual rule of
increase in a nation's real GDr or real potentian GDP.
Banyak faktor yang mempengarebi pertumbuhan ekonomi. Komponen
pertumbuhan ekonomi dari sisi pcngeluaran meliputi : Pengeluaran konsurnsi rumah
tangga/swasta, investasi, pengcluaran pemerintah dan ekspor neto dan lazim
dituliskan : Y = C + 1 + G ~ (X·M)
Y = output total nasional, I = investasi. (; = pengeluuan konsumsi rurnab tangga dan
20
C : konsumsi, C: konstasue/Co (autonofllous consumption}, Yrpcndapatan disposabet,
c: keeenderungan rnengkonsumsi marginal.
Dari fungsi konscmsi di atas, dapatlah diuraikan lwakteristik fungsi Keynes sebagai
beri.kut (Ackley. 1973 :287- 30 I).
I. Bahwa besamya pengeluaran konsumsi (C) dipengaruhi secara positif atau searah
oleh besarnya pendaparan (Y).
2. Fungsi kon.sumsi merupakan fungsi koesemsi jangka pendek, ditandai dengan
0 <c< J. Keynes yaitu : C = /{Y} = C + cY, C > 0,
(Mankiw, 2003: 425).
l. Keynes mcnduga bahwn ke¢endcrung1Yt mengkoosumsi marjinal (margmal
pmp<!11Sity to c:vnsume) yaitu jwnlah ~ dikonsumsi dari sctinp tambahan
dollar pendapatan adalah antara ool clan satu.
2. Rasio konsumsi terhadap pelldapatan, yang disebut kecenderuagsn
mengkonsumsi rata-rata taverage propensity to consume), turun k.ecika
pcndJl{lalan nai k.
3. Pendapatan merupak.an deeerminan konswnsi yang pen ting dan tingkat btmga
tidak memiliki peraa penting.
Berdasarkan tiga dug:ian tersebut, maka ditW"llllkanlah dalam fungsi konsumsi
SW'<L~ta, G - pcngeluaran pemerintah, X = elci;por, M = impor,
Besar kccilnya pengeluaran dari sektor konsum.si rumah tangga/swasta (C),
dipengaruhi secara positif clan scarab o!eb besamya pendapatan nasional (¥).
Banyak taktor yang menentukan besar kecilnya konsumsi masyarakat, namun yang
paling penting ll<faf~h besar kecilnya pendapatao disposabcl. Ada beberapa dugaan
dari Keynes tentang fungsi koosum.~i berdasarkan imrospeksi dan observasi .kausal
21
pendapatan ( Y);
a. Besamya APC tidak konstan, tetapi mengecil dengan semakin besamya
= c+C ,Artinya: y
berikut : APC = C v
5. Average propensiry 10 consume (APC) atau Keeenderungan rata-rata untuk
betkonsumsi adalah rasio antara Konsumsi dan Pendapatan. dimmu•an sebagai
a. sctiap ada perwnbahan pendapatan, maka akan menambah pengeluaran
konsumsl ( c>O);
b, besarnya tambahan pcngeluaran konsumsi kurang dari pertambahan
pendapatan (c< I).
4. Pendapatan disposabel (Y) adalah pendapaian nasional yang siap dibelanjalcan.
Jika dalam perekonomian ada sektor pemerintah, maka yang digunakan adalah
Yd idisposabel itu:ome), Vd = Y -T (pajak) + S (subsidi).
Fundame11tal Psycological Law maka :
AY dY
0 < c < I. artinya MPC bemiloi positif don kumng dari satu. Berdasarkan
pengeluaran konsumsi setiap ada perubahan pendapataa dan dirumuskan scbagai
berikut : e =AC = dC
(MPC)lkccenderungan marginal untuk. berkonsumsi adalah mengukur perubahan
3. Mar;:inai propensity IQ consume atau kecenderungan meugkonsemsi marginal
adanya aatonamous consumption (Co) aiau konsumsl otonomi yaitu: a. pcngcluaran konsumsi pada pendapatan nol. Artinya orang akan tetap
berkonsumsi meskipun tidak mempunyai pendapatan. Hal ini hanya terjadi
pada [angka pendek;
b. pcngcluaran konsumsi yang tidak dlpengaruhi oleh pendapatan.
22
b. Datamjangka pendek APC > MPC:
c. APC' (pada suatu ti ngkat pendapatan) ada I ab slope garis yang dibuat dari ritik
origin ke suat.u titik peda kurva konswnsi (pada tingkat pendapatan rersebut),
Fungsi konsurnsi jangka paniang, ditandai dengan tidak adanya tuaonomou«
consumption (Co) atau konsumsi otoeomi, sehingga fungsinya adalah : CL ~ kY.
MPC j;mgka panjang = tJ.CI t;. Y = dC/dY = k dan APC jangka p;:injang=C/Y=kY/Y=k.
Jadi datem jangka panjang MPC=APC. Fundamental Psycnological law yang
mendasari besamya MPC, juga berlaku dalam jangka panjang. Jadi : 0 < k < l dan
MPC jangka panjang (k) lebih besar dari MP(; jangka pendek (c).
Peran pemerintah dalam perekonomiaa sangat penting karena dapal.
mempengaruhi pennintaan agregai, bail: melalui variahel pengeluaran pemerintah
(G), variabel pajak (T) maupun variabel subsidi (S). Fungsi pengeloarsn pemerintah
adalah G = Go yang berarti aut011!)fR,(}US (usogen), artinya pemerintah bebas
menentukan bes.arnya G yang dik.eluadcan pada satu periode waktu tertentu, tetapi
karena besamya pengeluaraa tergantuag pada ada atau tidaknya dana unnil:
mcmbiayai pengcluaran G tcrsebut, derajat cksogeaitas dari G dipcngaruhi oleh
sumber dana dari G. Sumber dana G ada!ab : pajak (I), Open Market Operation,
hulang luar negeri dan mencetak uaag,
Dalarn sisiem perckonomian yang memberlakukan sistem pajak yang butl! Jn
flexible, maka besarnya pajak akan sangai tergantung pada besarnya pendaparan
nasional yang diformulasikan sebagai bcrilrut: T = To + tY. To adalah pajak
autonomous dan t Y adalah bagian yang induced; artinya pajak mulai dikenakan pada
waktu wajib pajak tidak mcmpunyai pendapatan dan pajak tersebot semakin besar
dengen meningkatnya pendapatan (Parkin&: Bade, 1992: 117 ).
23
2.2.1 Pendekatan Keynaiao
Mnnkiw (2003:253) mcnyatakan bahwa dalam The General Theory, Keynes
menyatakan bahwa pendapatan total peeeknnomian, dslam jangka pendek, sangat
ditcntukan o!ch kcinginan rumah tangga, perusahaan dan pemi:rintah untuk
membelanjakan pendapatannya. Semakm banyak orang yang mengeluarkan
pendapawmya, maka semakin banyak pula barang dan jasa ynng bisa dijual oleh
pcrusahaan, sehingga semakm banyak output yang akan mcreka produlsi dan
.semakin banyak pckerja yang akan dikaryakan.
Pcrpotongan Keynesian adalah sebuah upaya unruk membuat model ini. Model
ini berasumsi bahwa I) perekooomian berada dalam kondisi equilibrium kdika
pengelnaran aktual sama denga.n pengeluaran yang di~. Kondisi
<?quilibrium dapat ditulis sebagai berikut : Y = E. Peogeluaran aknlJll (actual
exJNndih1re) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga,. perusahaaD dan
pernerintah atas barang dan jasa, yang sama dengan GOP. Pengeluaran yang
Studi rnengenai penumbuhan ek.onomi telah banyak dilak.ukan oleh peneliti
sebelumnya, diantaranya adalah : Sulistyo dan MwJSOer (1998:30-49) yang mcnulis
suata pern!ekatan ekonometri rerhadap ekonomi makro indoncsia ( 1978-1994). llasil
penelitian menunjukkan bahwa jika pengefuaran pemerintah dinaikkan sebesar 10%,
maka pengeluaran konsumsi akan meningkat sebesar I, 75%, pengeluaran investasi
meningkat seeesar 2.16%, tingkat harga domesti.k meningkat sebesar 0,65% dan
GDP riil meningkat sebesar 1,93%. Pada sisi yang lain, pengeluaran pemerintab
bcdampak negatif terhadap penerimaan ekspor yaitu inelastis negatif sebesar-e, 126%
atau pcncrimaan ckspor akan menurun sebesar l ,26%.
l.l Landuan Teori
24
direl!l'..anRkan adalah (pumned expenditure) adalah jumlah wmg yang akan
dikeluarkan oleh mmah tangga, perusahaan dan pemcrintah atas barang dan ja..a.
Aswnsi 2) pengduaran yang dircncanakan sebagai fungsi dari 1ingkat pendapatan,
tingkat investasi yang direocanakan sena vanabel kebijakan tiskal G dan pajak T,
<iapat ditulis sebagai bcrilrut :
E=c(Y T)+l+U
Asumsi bahwa pengeluaran aktual selalu bcrbeda dengan pengeluaran yang
direncanakan adalah bahwa perasahaan mungkin tcrlibet dalam invcstasi persediaan
yang tidal direncanakan karena penjualannya tidak memenuhi harapan. Dalam hal
ini pel'llediaan memainkan peran penting dalarn proses penyesuaian.
Bagaimana perekoaomien mencapai el:uilibrium? Ketika perekonomian tidali.
berada peda korulisi ekuilibri urn, maka perusahaan. rumah tangaa a tau swasta dan
pemerintah aJcan mengalami perubahan-perubahan Yan& tid11k direncanakan dalaro
persediaan dan ini akan mengubah tinglmt produksi. Perubahan produksi sebaJiknya
mempengaru.hi pendaplllan dan pcngeluaran total yang menggerakkan perekonomisn
ke arah ekuilibrium (Mankiw, 2003: 255). Ilustrasi dapat dilihat pada giambar 2.J
dan gambar 2.2.
Jika suatu perekonomian memiliki GDP yang lebih tinggi dibwldingkan kondisi
elruilibriwn (Titik A). maka pengeluaran yang direncanakan e, lebih keeil dari
produlcsi Y,, sehingga perusahasn, rumah tangga atau swasta dan pemerintah
menjual lcbih kecil dari yang mereka produksi. Perusahaan, ruinab tangga ablu
swssta dan pemcriptnh menambah banutg-barang yang 1idat lalcu ke dalam stok
persediaan mereka. Kenaikan pcrsediaan ini ekan mendorong perusahaan akan
menghentikan pekerja, serta mengurangi produksi (Gamber 2.1).
25
26
Penyesuaian Menuju Ekuilibrium dalam Perpotongan Keynesian Ketika Perekonomian Memiliki GDP yang Lebih Rendah dari Ekuilibrium (Mankiw, 2003 :256)
Gambar2.2
Y (pendapatan/output) Y2 E=Y
45~
Pengeluara.n yang direncanak:an
Pengeluaran Aktual (Y=E)
E (pengeluaran yang direncanakan)
Penyesuaian Menuju Ekuilibriom dalam Perpotongan Keynesian Ketika Perekonomian Memiliki GDP yang Lebih Tinggi dari Ekuilibrium (Mankiw, 2003:256)
Gambar2.1
Y (pendapatan/output)
I I
: (pendapatan ekuilibrium) I I
I
A Pengeluaran yang direncanakan
Pengeluaran Aktual (Y=E)
Yr
E (pengeluaran yang direncanakan)
Sebaliknya, jika suatu perekonomian memi!iki UDP yang lebih rendah
dibandingkan kondisi ckuilibrium (Titik B), makll pengeluaran yang direocanakan E2
lebi h besar dari produksi Y 2, sehi ngga perusabaan, rumah iangga aiau swasta clan
pemerintah mencapai pcniualan yang tinggi dengan mengurangi psrsediaan yang
rnereka produksi, Tetspi kerika pcrusabaaD melihat persediaan mcnyusut, maka
rncreka mempekerjakan lebih banyak karyawan dan meningkatkan produksi
(Gambar :Z.:Z}.
Penerapan model untuk mengetahui bagaimana perubWian-pcrubahan dalam
belanja pemerintah mempeogaruhi perekonomian diperliharkan dalam gambar 23
dan pmbar 2.4. Garnbar 2.3 menunjukkan, bahwa jika belanja pemerintah nail:
sebesar t>G, maka kurva pengeluaran 7-ang direncanakan bergeser ke kiri atas sebesar
AG. Elruilibrium perekonomfan bergerak dari titik A ke titik B. Grafik ini
menunjukkan bahwa kenaikan dalam belanja pemcrintah mendorong adanya
kenaikan dalam pendapatan yang lebih besar (A Y> AG).
Kebijakan fisl;.aJ memiliki dampak pengganda (multiplier effect), karena
menurut funglil konsumsi c = c (Y - T), pendapatan yans lebih tinggi menyebabkan
konsumsi yang lebih tinggi, Ketika kenaikan belanja pemcrinlah meningkatkan
pendapatan, itu juga meningkatkan konsumsi, yang sclanjutnya meningkatkan
pendapatan, kemudian meningkalkan koosmnsi dan seterusnya, Oleh karena itu,
kenaikan belanja pernenntah menyebabkan kemrikilD pendapaten yang lcbih bcsar,
Rasio l:i. YltiG disebut penggaoda belanja pemerintah (J:uvernmenJ-purchase~
multiplier), besarnya a&lah l:i. '{/AG = lf(l-MPC). Rasio ini menya!ak.an seberapa
besar pendapatan meningkat dalam menanggapi kenaikan SI dalam belanja
pemerintah. I mp! i ka~i nya bahwa penggaooa belanja pemerintah lebih besar dari 1.
27
Penguraogan Pajak dalam Perpotongan Keynesian (Mankiw, 2003:259)
Gambar2.4
!). y
Y (pendapatanloutput) 1= I 2= 2 ·-------· 45 °
f\. (pendapatan ekuilibrium) I
-T\llPC-X tJ. T Pengeluaran yang direncanakan
' I AY;
I .. E1=Y1
Pengeluaran aktual (Y = E) E (pengeluaran yang direncanakan)
Keoaikao Bclanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian (Mankiw, 2003 :257)
Gambar2.3
!). y
Y (pendapatanloutput)
45 °
' • - - I
E1=Y1 ::-"" - - - - - - - - - -, A (pendapatan ekuilibrium) I I
Pengeluaran yg direncanakan 8 - -------------------
Pengeluaran aktual (Y = E) E (pengeluaran yang direncanakan)
28
Pemotongan pajak dimaksudkan untuk mendorong pengcluaran (konsumsi dan
investasi), sekoligus mendorong tmgkat pcndapatan clan kesempeta» lcerja yang
tinggi. Dengan demikian pcmotongan pajak mendorong penawaran agregat dcngan
meningkatkan insentif kepada pckerja dan memperbesar permiataan agregat dcngan
menaikkan disposahel income rumah lallgga.
Gambar 2.4 menunjukkan bah\llll penurunan pajak. sebesar AT secara
Jangsung akan menaikkan di.tpo1abel income Y - T sebesar ~T. sebagaimana
dituitjukkan dengan bergesemya kurva permmtaan kiri kc atas dan dengan demikian
menailcbn l:onsumsi sebesar MPC X AT. Ekuilibriwn perekonomian bergerak dari
titik A ke titik B.
Seperti halnya k~mU!can belanja pemerintah yang memiliki dampak
pengganda tcrhadap pendapatan, hegitu pula dengan kebijakan pengurangan pajak.
Dampak keselueuban terhadap pendapatan dari perubahan pajak tersebut dapst
ditulis sebagai berikul : AY/AT ~ - MPC/(1-MPC). Pcngg111tda pajok (tax
multiplier) mcnunjukkan jumlah pcmbahan pcndapal.an yang disebabkan oleh
pcrubaba.u sebesar S I dalam pajalc
2.2.2 l'eogamb utang eemeriatah terli•dap oenkonomiau
2.2.2. l Pandpgan traduional/klasik, atas utang pemerintah untuk
mcmbiayai defisit anggaran adalah akan meningkatkan pertwnbuhan ekonomi,
.karcna pi.njaman tersebut mcrupakan kenailcan kekayaan. Pemotongan pajak yang
didanai oleh utang mendorong pengeloanm k.onswncn dan mengurangi tabungan
nasional. Kenaikan dalam pengeluaran konsumen ini menyebabkan permintaan
agregat yang lebih besar dan pendapaian yang lebih tiaggi dalam janglca pendelc.
Tetapi hal ini juga alcan menyebabkan peesediaan modal yang lcbih kecil dan
29
pendapatan yang lebin rendah dalam jangka panjang (Mankiw, 2003:420).
Rerdasarkan pendekatan model IS-LM. bahwa kebijakan defisit anggaran yang
diterapkan oleh pemerintah haik dengan cara pcmotongan pajak ataupun peningkatan
pengeluaran total pemeriatah, yang didi1n11i oleh pinjaman/utang pemerintan akan
memiliki banyak dampak terhadap perekonornian. Dampak langsungnya adalah
mcndorong pengeluaran konsumen. Pengeluaran konsurnen yang tinggi akan
mernpeugaruhi perekonomian baik dalam jangkn pendek maupun dalam jangka
panjang.
Dalam jangka pendek, pengeluaran konsumen yang lebih tinggi akan
meningkaikan perrnintaan ternadap bar.mg ilim jasa, dan dengan demikian
meningkatkan output serta kesempatan kerja. Namun demikian, tingkat bunga juga
akan naik ketika investor bersaing IDllul arus tabongan yang lebih k:ecil. Tingkal
bunga yang Lertinggi akan menahan investasi dan mcndorong aliran masuk modal
dari luar negeri, sehingga akan menycbabkan apresiasi nilai tukar negara tersebut,
Hal ini menyebabkan tidak komper:itifoya negara tersebut di pasar internasional yang
ditandai dengaa ~nwunnya tinglcat ekspor.
Dalam jangka panjong, mengecilnya rabungan nasional yang disel::obkan olch
pemotongan pajak 1tl311 peningkatan pengcluaran total pemerintah, menyebabkan
persediaan modal yang lebih kccil dan utang luar negeri yw1g lebih besar, Karena
itu, output negara al:au lebih kecil, sedangkan bagian yang lebih besar dari outpul
Win dimiliki pibak asing. lui berarti hahwa generasi sekarang akan menikmati
output yang tinggi dengan kesempetan keqa yang ti.11ggi, sememara generasi yang
akan datang akan menanggung beban dari defisil ang~ dan pcrscdiaan modal
yang Jebih kecil dcngan hutang luar negeri yang lebih besar.
30
2.3 Hiootesu
Hipotesis yang diajuhn d<t.lam penclitian ini antara lain.
I. Uiduga bahwa cicllan hutang dan bunga pinj111uan luar negeri pemerint.ah (CH)
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Hal ini karcna
akwnula~i hUtllng dalam .iangka panjang akan membuat semakm beratnya beban
anggaran yang harus dipikul oleh generasi mendatang, sena resiko akan
timbulnya inflas], turunnya ivestasi dan defisit neraca petdagangan intemasionai.
2.2.2.2 Paod:lngan Rieardian. atas utang pemerintalt mengaswnsikan bahwa
konsumen melihat kc depaa dan karena it11 menda"3J'kan pengeluaran mcrcxa tidak
hanya pnda pendaparan sekarang, te1api juga pada pendapatan masa depan yang
mereka harapkon. Artinya masyerakat bersikap rasional ketika mengambil
keputusan, seperti memilih berapa banyal dari pendapatan merelca yang rlikonsumsi
dan berapa hanyak yang dltabung.
Mcnurut pandangan Rieardlan, pemotongan pajak atau pemngkatan
pengeluaran total pcmerintah yang dibiayai dari pinjaman luar negeri abn
meningkatkan pendapatan sekarang, tetapi tidak menguOOh pengeluaran konswnsi
seumur hidup seseorang (konsumsi agregat tidak berubah). Prinsip umwn
elcuivalcnsi RicardiRll (Ricardian equivalence) adalah bahwa utang pemerintah
ekuivalen dengan pajak masa depan. Jika konswnen cukup melihat ke depan, pajak
masa depan akan ekuivalen dengan pajalc masa kini.
Jadi, mcndanai pemerintah dengan urang adalah elcuivalen bila mendanainya
dcngan pajak (Monk.iw, 2003 : 4-08). Artinya, masyarakat memandang kebijakan ini
sehagai kebijakan substitusi pajak sekarang wituk pajak lahun mendatsng dengan
nilai sekarang yaug sama.
31
1.4 Nat An.alim
2.4.1 Fonnulu! piodel dan data
Dowling dan Hiemenz (198.l), pada prinsipoya menjelaskan bahwa bantuan
luar negeri, tabungan domcstik, investasi asieg, ekspor, jwnlah uang beredar dan
penerimaan pajak merupakaa faktor-faktor yang sangat beepengaruh da1acn
meningkatkan pertumbuhan ekooomi (lihat Saleh, 2000:22). Farmulasi model yang
dikembangkan dalam penelitian ini merupakan model persarnaan tunggal Jan.I!
merupakan modifikasi dari model yang telah dlbuat oleh Dowling dan Hiemenz,
Oalam penditian ini, model lebib difotusbn psda beberapa fiiktor-faltor
ckonomi kebijakan fiskal yang dianggap saogat mernpengaruhi pertwnbuhall
ekonomi Indonesia selama periode 1970-2003. Variabel-variabel tersebut antara
lain: pembayaran cicilan hutang dan bunga p\n.jaman luar negeri (CI!). pengel\11111111
konsumsi rumah Lansga/swasla (CR). pcnerimaan pajak (fX) dan pengcluara11
pembangunan peenerintah ( G P), F ormulasi dari model persamaan tunggal tcrsebut
2. Diduga bahwa pengeluaran lcoosumsi rumah tangga dan masyarakat (CR).
berpeagaruh positiftcrhadap pcrtumbuhan ekonomi Indonesia.
3. Did uga bah wa penerimaan paj ale (TI(), bcrpcngaruh positif tcrhadap
pcmunbuhan ekonum.i I ndonesia, Potensi pcncrimaan dnri sektor ini perlu
dioptimalkan, sebagai ahematif pembia)'ll'lfl pengeluaran pcmcrintah untuk
mengurangi ketergantungan kita teriladap utang luar negeri.
4. Diduga bahwa pengeluaran pembangunan pcmerintah (GP), berpengaruh ncgatif
terhadap pcrtumbuhan eknnnmi. Hal ini disebabkan olch karena pembiayaan
pengeluaran pemerintah sebagien besar dibiayai dari akumuiasi hurang yarie
semakin beser,
32
adatah sebagai berikut :
l>GDP,~ao+a1CH,+.a2 DCR,+aJDTX,+a., DGP,+ tu
GVP = Pendapatan nasional harga konstan 1990 (dalam first difference).
CH = C:ici Ian dan bunga hutang luar negeri pemerintah hacga konstan 1990 ( dalam
first di.ffer~nce).
CR = Pcngcluaran konsumsi rumah tangga/swasata harga konstan 1990 (dalam
firs! diffcrcttcc).
TX = Peoerimaan pejak barga konstan 1990 (dalam first difference).
GP Pengeluaran pembangunan pcmcrinlah lwga konstan 1990 (dalam firsr
difference).
2.4.2 Metode estimasi
Me!OOe estimasi yang dipcrgunakan di dalam penelaian ini adalal1 dengan
menggunakan regresi linear metode lruadrat terkecil (Ordinary Least SquarelOLS).
Inti dari metode OLS adalah .mengestirnasi suatu garis regresi dengan jalan
meminimalkan jumlah dari "ltuadrat kesalahan scliap observasi ternadap garis
tersebm.
Metode ku.adrat terkecil (OLS) mempunyai ciri-ciri pcnak.'liT yang sangat kuat
yang terkenal dengan nama Teorema Gauss-Markov. Teorema ini menya1aka11
bahwa apabi\a semua asumsi linear klasik dipenuhi, maka akan ditemukan model
peneksir yang tidak bias (tcnllamn dolom regres] dengan menggunakan sampel besar,
scningga penaksir parameter yang dipcrolch dari sempel besar kira-ki.ra lebih
mcndekati nilai parameter yang sebcnannya). tinier (ho dan b1 adalah fungsi linier
dari varillhcl acak Y di dalam model regresi) dan merupakan penaksir terbaik,
karcna mempunyai varian yang mioimwn (best linear unbiased estimator/ BLUE)
:n
t(jujarati, 2003: 158).
I .ebih lanjut dikemukakan hahwa sclidaknya ada JO asumsi regresi linier
klasik, yaitu :
l. Model regresi adalah linier, dalam bal ini model regesi tinier dalarn parameter;
2. Nilai X adalah letup (nnn stochastk} di daJmn sampel ynng dilakukan secara
berulang-ulang.
J. Nilai ra!a-rata dari cmsur pengganggu adalab sama dengao 0 atau µ, ~ 0;
4. Hornuskcdastisitas atau varian µ, ad<ilab tetap unruk semua pengamatan;
S. Tidak ada aurukorelasi an tar unsur pengganggu;
6. Nitai kovarian antara µ, d.an X. adalah sama dengan O;
7. J wnlah observasi atau pengamatan n banis lebih besar dari jumlah parameter
yang dio bservasi:
8. Nilai X adalah dapat bervariasi (variability). Artinya, nilai X umok ssmpel
tertentu tidak hsrus sama dengan atau semua sampel;
9. Spesifikasi model regresi harus benar;
10. Tidak ads multikolinieritas sempurna.
2.4.3 U ji validitas hll.,il cstimasi
Regresi yang telah diperoleh akan diuji melalui uji statistik clan uji aswnsi
klasik.
I. U ji statistik
Uji statistik bertujuan untuk mengetohui opakah basil regresi yang diperolch
sudah sesuai dengan metode-metode stati'llik yang ada. Uji ini mcliputi;
a. koefisien dcterminasi (R2), untult mclihat seberapa besar persemase varians
dalam variabel independen dapat mcaje!aslcan variasi dalam variabel
34
depcndcnnya. Nilai R2 bcrkisar antua 0 sampai dcngan 1;
b. uji F digunakan untuk menguji apakah parameter dari variabel-variabel
independeru secara serentak dan bersama-sama mampu mempengaruhi
variabel dependent dengan sigifikan secara statistik, Pengujian dilakukan
dengan ssurnsi: Ho = cx1 = cx2 = 0 yaitu variabel indepcndcn sccara sercntak
dan bersama-sama ridak berpcngarub signifckan secara scatistik terhadap
variabel dependent; Ha: a1 = «2 t 0. variabel independent secara seremak
dan bcrsarna-sama signifikan secara statiscik berpengaruh terhadap variabel
dependent, Tingkat kepercayaan sd:iesai 95% atau a.= 5%. Jika P statis1ik >
F tabel, maka Ho ditolak dan jika F statistik < F tabel, maka Ho diterima.
c. uji t, untuk mengetnhui signifikansi masing-masing variabel independent
secara individual. Uji ini dilakukan dengan membandinglcan nilai t-statistik
dengan nilai Mabel. Bila nilai t-statistik lebih beS<JT daripada nilai t-tabel,
artinya variabel independent mempunyai pengaruh signifikan secara sratistik
terhadap vwbcl dependet«. Sebaliknya, bila nilai t-statistik lebih kecil
daripada nilai Habel, artin ya variabel independent tidak mcrnpunyai
pengaruh signifikan secara statistilc k:rbadap variabel dependent.
2. lJ j i asumsi klasik, mcliputi:
a. uj i normal has, hertujuan untu k menguji apalcah residua! yang didapatkan
mcmpunyai distribusi normal atau tidak.. Saleh satn cara untuk
mendeteksi.nya adalah dengan uji Jacque-Bera (J-B), yaitu dengan
membandinglcan antara X2 tabe1 denpn X2 hitung;
b. uji multtkotinieritas, bertujuan ootuk mengetahui bubungan antara satu atau
lebih variabel independem secara nyata, Adanya multikolinieritas berarti
35
adanya hubungan tinier yang pasti aniara bcberapa variabel independent.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah
adanya R' model yang sangat tinggi, tetapi berdasarkan uji-1 sangat scdikit
variabel i ndependent yang si gni fikao sccara statistik;
c. uji heteroskedasitas, bcrtujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pcnyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik yang mensyaratkan adanya
homoskedasitas. Hereroskedasitas terjaili bila ada varians residual yang
bcrbeda (tidak konstan) yang dapat membiaskan basil yang telah dihitung,
sehingga model regresl meoaksir terlalu rendah daripada varians
sesungguhnya. Apabila varians onsur gangguan model regresi linier tidak
konstan, berarti terdapat peoyimpangan tcthadap asumsi bomoskedasitas,
atau dengan kaia lain terjadi he!eroskedasitas. Salah satu cara unluk
rnendeteksi beieroskedasitas ada1ah dengan uji Arch.Ls». IJji ini digunakan,
karena diasumsikan selama periode 1970.2003 rerjadi perubahan struktur
ekonomi yaitu segala sesuatu kejadian }'llllg menyebabkan adanya perbedaan
perilaku ekonomi:
d. uj i autokorclasi. hen uj uan uatuk mcngctahui apakah ada hubungan/korelasi
antarresidual satu o bservasi deogan obscrvasi lain. Autokorelasi biasanya
terjadi pada data time series ataU derct waktu yaitu data yang hauyll.
rnempunyai satu observasi untuk setiap variabel peda setiap saruan walcru.
Auiokorclasi dapat muncul dari adanya tread dan siklus dalam variabel
ekonomi, dari tidak dimasukkannya variabel yang penting daiaJn regresi atau
karena data yang non J inear. Komekuensi adanya autokorelasi adalah selang
keyakinan menjadi lebih besar, serta varians dan standar kesalahan yang
]6
penerimaan pajak dan lag penerimaan pajak serta pengeluaran pembangunan
lag cicilan hutang dan bunga, konsurnsi RT/swasta dan lag konsumsi RIrswasta,
pel1llmbuhan ekonomi dan lag perrwnbuball el:onomi, cicilall hutang dan bunga dan
001\ GOP,.,. CH,. CH1.;, CR., CRH TX., TX..., OPt. OP,., masing-rnasing adalah
n .,
GI', =I: a,GP,.,+L. 1;GD1',1+v, 1=1 j=I
n m 4. GDPt =I a, GDP,~+ I: B, GP,~+ n1
r=l J=l
n m TX, =I: u, TX1.;+l: y, GOPH + v,
,,, J~l
n m 3. GUPt = l: a, GDP, .• + l: a. 1x,, + n,
P=l Fl
• m CR,= I o, CR.~+!: 1'• GDP,, + v,
,-1 J I ..
" m 2. (il)f>t = 1: o, GDP,.,+ I: JJ, CR1-j ~ n, r=I J-1
• m CH, = ~ a; CTI...,+ E 1· GDP1.; + v,
1~1 Fl
I. GDPt = l: a, GDP1~+I: 8, CH,,+ Dt 1<r r1
m •
l:'onnulasi tes kausalitas Granger dapat ditufis sebagai berikut :
GOP sebagai variabel tcrikat dengan CH, CR. TX dan GP sebagai variabel bebas.
Uji ini digunakan untuk mengetahui arah lmbungan kausalitas yang rerjadi antara
variabei yang diamaii, maka dalam penelitian irri dilakukan uji kausalitas Granger.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubuogan sebab akibat di antara variabcl-
2.4.4 Uji kausaliw
War.fan.
dizaksir mcnjadi ter!alu rendah. Autokorelasi diuji dengan uji Durbin
37
pemerintah dan lag pengcluaran pembanguaan pcmerintah.
Dari hesil estimasi regresi 1ersebut akan diperoleb empat kasus arnh
kausalitas ytmg berbeda,
l. Kausatitas satu arah dari X ke Y terjadi. jika koefisien GDP,., & Cl r..,. GDP,., &
CK.~. GI )1'1•1 & TX..,. GDP,., & GP,., dalam persamaan adalah signifiki111 secara
statisnk atsu Ell, f- O. sedangkan nilai koefisien CH1•1& GDP,.,, CR. . .& ODP..,.
TX,.,& GDP,,. GP,.,& GOP,., tidak signifikan secara statistik at.au y, = O;
2. Kausalitas satu arah dari Y Ice X terjadi. jika kcefisien CH,.,&. GDP,.,, <;!{,.,&.
GDP,.;. TX,.,&. GDP,1, GP,.j& ODP,1 dalam persamaan adalah signifikan sec1ra
8tatistik atau y, :F 0, sedangkan nilai kocfisien GDP,. & CH,.J, GDP,., & C~
0DP1.1& TX1.;. ODP,.1& OP,1 tidak signifibn !1CC8nl suitistik atau tB, -e 0;
.l. Kausalitas dua arah antara X dan Y, terjudi jika koefisien ODP,.,& CH1-J. GDP,~
& CR..,. ODP,., & TX,.J. vDI\.,& GP,.1 dan koefisien CH,.,& GOP,.1, CR,.,& <JDP1.;.
TX,.,& OOP~,. GPM&.GDP,.1 pada persasnaan yang diestimas] adalah signifikan
socara smtistik atau nilai !:l\; -=& y,- Q;
4. Tid.ak ada kausalitas antara X dan Y. u:rjadi jika koefisien GOP.,, & CH,.1, GDP.
& CR,.1. GDP,.i & TX1.1. GDP,., & GP1.; dan koefisien CH,.,& Of>V,.,, CR,.,& ODP11.
TX,.,&GDP1.,. GP1.,&GDP,., pada persamaan yang diestimesi adalah tidak
signitikan secara statistik atau nilai I:ll, ;6& "f • :/- 0.
JS
39
Variabel-variabcl yang dipergunakan dalam penciitian ini adaiah sebagai
berikut.
I. Produl< Domcstik l:lruto (Gross Domestic Prodi«t) adalah nJ!ai pa'l&I" total
semua barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh seluruh input (faktor pnxluklli)
da!am perekonomien, baik fliktor pru<lul(si tersebet milik wlitga negara (bangsa)
Indonesia maupua milik orang asing yang dipekctjakan di dalam negeri, seluna
k\lrun wa.ktu tenentu, bias<1.'lya satu tahuo dan dinilm dalem harga paser. GOP
dibed.ol(an olnS GDP nominal (n11miMI GDP) y3ilu nilai barang dan jasa yang
Jiukur dcngan harga berlaku, dan GDP riil (real GDP) yait.u nilai barang dan jasa
yang diukur dengan mengguaakan harga koastan. GDP riil mcrupal:an uku.ran
kemakmuran ekonomi yang lehih baik dibandingl::an deogan GDP nominal,
karena menghitung ouJpul biirang dJln jasa perd<onomian dan tidak dipengaruhi
olen perubahan barga.
2. Ucil•n ffutaag d111 8u11p J>iJl.jama11 Lv:•r Negeri Pemeriutab adalah bagian
dari pcngeluaran rutin pernerintah )"311g dipergwialuut wiculc pembayaran kembali
hutang-hutung l uar negeri pemerintah.
3. Pengcluarao Koosumsi R11uiah Taogp/Swasla adalah pe:ngeluaran oleh
rumah tangga untuk konsumsi barang dan jasa. Konswnsi dil>4gi mcnjadi tiga
subkelompok : barang tidak tahan 1311:18 (11.nndurable gc>Ods), barang tahan lama
(durab/l! i:ood~) dan jasa,
3.1.1 Ddin isi • perasional
3.1 C1n Peatlkillln
BABlll
ANA.I.ISIS DATA
4. Peoerimaan P•jak adalah penerirnaan dalam negeri pemerintah (bersumber dari
kekuatan sendiri) yang berasal dari sektor perpajakan yang melipuli ; pajak
peughasilan (l'Ph), pojn.k pertambchen nilai (PPn), bea masuk, cukai, pajalc
ekspor, pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak Jainnya.
5. PengeluaJ"Bn Pembangunan Pelllcrincah adalah pembiayaan mvestasi di sektor
pemcrintah yang meliputi : pembiayaan rupiah dan banruan proyck, diarahlum
untuk menuniang pemerataan pembangunan dan hasiJ-hasilnya yang makin adil
dan meluas, mcningJ<.atkan laju l)Crtumbuban yang cukup nnggi serta menjilgll
stabilitas nasional yang ~ehat dsn dinamis. Kebijal<sanaan pengeluaran
pcmbangu.nan diarahkan pada kegia.tan-kegiatan yang ridak dapat dilaksanakan
d.an dibiuyaj scndiri oleh masyarabt den dunia usaha. K.egiatlln-lccgiatan
dimaksud rneliputi: pcnyedillan sarano den pmsarana dasar sttategis,
pcngembangan sumoer dllya manusia dan penanggulan8fU! kerniskinan sena
pemerataan pembangunav. Pengeluaran pcmbatigullllll juga ditujukan WltUk
mcndukung kcgiata.n pcmbangunsn di sektor-selctor proJuktif, mcndorong
pcrneratru111 serta menciptak.an. lapangan ketja di sektor mdustri, pertaniao d.an
berbagai sektor jesa.
6. lndeb Darga Konsumeo (IHK) adalah iodeks yang mengukur rata-rata
pcrubahan h:uga antarwaktu dari satu paket jenis harang di.Ill jasa yl.lllg
dikonsumsi oleh pendudul< atau rumah tangga di suatu kota dengan dasar suaru
periode tertentu. lndeks harga konsomen (comumer price index) dihitung
dengan mctode agregat tertimbang J'VlllUS Laspeyres. Karena rumus ini
mengb'llllllkan timbangan yang tctap, rnaka indcks barga konsumen banya
menunjukkan pcrubshan harga.
40
3.2 Deskripsi Variabel PeMlitian
Dalam suhbab ini akan dipaparkan secara uroum mengenai keadaan maupun
kinerja perekonomian Indonesia selar:na 34 t:abun melalui beberapa indikator
ekooomi makro yang cukup penting. Gambaran wnum ini akan memberikan
informnsi mengenai kondisi pcrekonomian Indonesia secera rnakro, memuat
informasi tentang !Ja%aimana kinerja ekonomi yang telah dlhasilkan seJama 34 Uhun
dan sinyal yang berupa g~ala serta resiko apa !laja. yang kemungldnaa akan terjadi di
masa mendatang. lndik<ltor ekooorni makro yang dianggap cukup penting antara lain
adalah kondisi hutang luar negeri pemerimah, perkembangan pengeluataJt
~.1.2 Data dan sumber data
Metn<le pengumpulan data yang mgunal;an dalam penelitian ini seluruhnya
dilakukan dengan menggunakan dm seboder. Data ini diperoleh dari studi
litcraturlkepusta.kaao. Studi kepustakaan dilakukan dcngan cara aiempelajari bulru
buku, hasil-Nlsil penelitian sceclumnya (tesis], jurnal ilmiah maupun publikasi
lamnya baik di perpustak3an maupun internel yang berhubungan dengan l()pik
penelitian. Melalui studi kepustaka3n ioi pula, ditelusuri, dipelajari dao dikumpulkan
data sekunder yang bersumber dari CD Room Nola K.euangan dan APBN 1%9-
2003, Biro Pusat Staiistik (BPS), lnterna1ional Monetary Funds (Ifl..lF) Statistic
beberapa penerbitan, serta Ditjend. Perbend•hiua.ui. Dcpmtemen Keuangan RI.
Data-data yang dipergunakan dalaln penelitian jni meliputi: GDP, Jndeks
Harga Konsumen (atas dasar herga lc01N3Jl 1990), cicilan hutang clan bunga
pinjamm luar negeri pemerintah, pengeluaran koesumst rumah tanggs/swasta,
penerimaan pajak. pengeluaran pcmbangunan pemeriruah selama periode 1970
ningga 2003.
41
pemerintah, perkembangan peneri RU\81) r11jak dan perkembangsn pengeluaran
konsumsi rumah tangga/swasta.
3.2.l Kuudisi butAng luar ncgcri pemerintah
Selama dasawarsa 1970-wt :wnpai I 980-1111 pcrckonomian Indonesia tumbuh
dengan cepas. Melalui rekaya:;11 pemulihen ekonomi yang luar biasa (mclalui eara
pinjaman Iuar negeri yang diistilahkan ul'end11paUUI Pembangunan"), inflasi turun
dengan tajam sehingga kondisi rupiah cukup sWiil dan pertumbuhan ckonomi
meningkat. Kesuksesan perekonomian ini membawa bangsa fndonesla dielu-elukan
sebagai contoh sukses dari Asia.
PiJ'\iMWI luar negeri memegang peranan penting pada tahun-tabun awal rezim
Onie Hruu. Kebijakan ini diambil uemk mcredam gejolak infla.~i y1111g mencarrW
puncaknya hi.11gga :!: 650% di akhir tnhun pemerintahao Onie Lwu dan uoruk
mcnUll.lP dcflsit anggaran y11nl! seroakin leber, Sampai tohun 2003, Indonesia masih
belum bisa terlepes dari kctugantungan bancuan luar negeri. Hal ini terlihat dari
besarnya defisit transaksi berjaJan yang terjlldl hampir :ietiap tahun anggiuan dan
besamya aliran modal masuk ke dalam Indonesia
Dalam rentang widctu tahun 1970 sampai dengan 2003. neraca uansaksi
bcrjalan Indonesia mengalami dcfisit, kecuali di tahun 197911980 dan tahtm
1980/1981. Hill (1996:104) menyatakan bahwa surplus transaksi betjalan di dua
tahun tersebut, discbabken oleh tiga fald<1r yaitu : I) kenaikan harga minyak secara
tiba-uba pada tahun 1979, 2) devaluasi pada okhir tahun 1978 dan 3) li:ehati-hatian
fiskal sejak terjadinya krisis l'crtamina tahun 1975-1976. Pada dua t.llhun tersebut,
lnduncsia mampu membiayai pengcluiu:att pembangunannyll dengan menggunakan
tabungan yang diperoleh dari ekspor. Harga minyak di pasar internasional. mencopW.
4?.
puncaknya pada rahun 1981 yaitu sebesar 31 dollar AS per barel (oil boom)_
Namun kondisi terscbut tidak berlangsung lama. l)efisit transaksi heljalan
mulai terjadi lag], kctika Indonesia memasuki periode 1980-an. Karena pada periode
i1ti, harga minyak bumi pcrlahen-lahan mengalruni pcnurunan dan rnencapai titik
reredah pada bulan Agu.st11s 1986 scbesar 9,83 dollar AS per barell, sehingga
pemerintab Indonesia tidak bisa menyandarkan pengeluaran pcmbiayean
pembangunannya dari tabungan yang diperoleh dari ekspor. Fl~i harga minyak
di pasar lntcrnasional terscbut rnembawa dampak ncgauf ternadap penerimaan
pcmcrintah, pengeluaran pemerintah dan akhirnya meni:ait k.e pemunbuhan
ekonomi. Mulai i;.aat itulah, defisit anggaran pemeriruah selalu dltutup dengan
hutang luar ncgeri.
Menurut Hill (1996 : 104), utrutg Indonesia ~udah cukup banyak. pada puneak
lxinm minyak, yaitu 21 u1illiar dolar AS ataa 28 % dari ?DB. Nam.WI tkht service
ratio (DSR) pada masa itu tidak tinggi, yaitu sckitar 14% kareoa bcban pelJ)baynran
utang luar negeri yang tinggi tersebut diimbangl dengan tingginya ekspoc.
Akumulas! huumg luar negeri terjadi dengan cepat setelah terjadi penurunan hsrga
minyak pada paruh pertama tahun 1980-an.
Baik total hutang maupun proporsinya terhadap !'DB menjadi berlipal dua
antara tahun 1980 dan 1986. Bahk.an angka debt service ratin (T>SR) berlipat lebih
tinggi yaitu hacnpir berlipat tiga. Hal menarik adalah bahwa cicilan h11t<111g yang
ham:; dib1Syai: lcbih tinggi deri komitmen utang beru. Sampai dengan tahun 2003,
total hU18118 luar negeri pemerintah Indonesia tclah inencapai Rp598.412.-.
Pertutnbuhan hutang luar negeri pemcrintah Indonesia sejak tahun 1970 - 200) dapat
dilihat pada Tabel 3.J.
43
S_be,: IMF, lnJ~naliuna/ Finandal St11141k 2QqJ(CD ROt>m) cl 2<>95 (data diolab dalam la/11111 kalender)
Tabun Hurang l.uar Negeri Pertnmbuban H11tang LN
Pcmerintab (\tilyar Rp) Pemerintah (%) !970 1.674.0U . 1971 1.765,00 5,44 1972 1.864,50 ),64 1973 2.100,00 12,63 1974 2-311,00 10,05 1975 2.592,75 12.19 1976 3.155,50 21.70 1977 3.702,50 17,33 1978 6.315,75 70,58 1979 7.330,00 16,06 \9KO S.006.25 9,23 1981 9.149,25 14,28 1982 15.306,00 67,29 1983 20.077,00 31,17 1984 22.483,50 11.99 1985 28.803,25 za,n 1986 46.910,25 62,86 1987 60.547,25 29,07 1988 73.SOU,75 21,39 1989 75.3.38,25 2,SO 1990 83.122,50 10,33 1991 87.049.00 4,72 1992 101.018.25 16,05 1993 l lS.484,25 14,32 1994 133.830,00 l S,89 1995 137.296,00 2,59 19% 129.688,25 (5,54) 1997 369.998,50 185,30 1998 498.323.00 34,68 1999 496.547.25 (0.36) 2000 735.870,25 48,20 200! 621.446,00 (15,55) 2002 582.631,00 (6,25) 2003 598.412,00 2,71
Tabel 3.1 Penumhuhan Hutang Luar Negeri Pemeriutab Indonesia
1970-200~
44
Bcrdasarkan Tabel 3.J, permmbuhan .lml~ng paling ringgi terjadi pada l.ahnn
1997 yaitu sebcsar Rp369.998.50 Milyar atau naik sebesar 185,30% dari tahUJ'I
sebelumnya. Pertumbuhan hutang luar negeei pemerincah yang paling rcooah
dialami Indonesia pada tahun 200 I yaitu sebesar Rp62 l.446,00 Milyar atau turun
sebesar 15,55% dari tahun scbclumnya.
Perkembangan jumlah hutang luar negeri Indonesia lebih banyak dipcngaruhi
olch perkembangan nilai cu.kar rupiah terhadap valuta asing. Peningkatan butang luar
negeri pcmerincah Indonesia yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
mengakibatkan tingginya beban pembayaran cicilan hutang dan bunga luar negeri
pemerintah, sehingga hal ini menjadi beban APBN. l:!esamya cicilan hutang luar
negeri dan angka debt service rauo (DSR) Indonesia dapat dilihat Tabel 3.2.
Berdasarkan Tabel 3.2. terlihar bahwa besarnya bebau APBN ditunjukkan
dengan meningkamya cicilan hutang dao bunga luar negeri pemerintah dan besamya
angles debt service ratio (DSR) Indonesia. DSR merupakan salah sate ukuran untuk.
mclihat seberapa beser kemampuan Indonesia mem\:>ayar hutang luar negerinya yaitu
rasio antara jumlah pcmbayaran cicilan hutang (smortisasi) dan bunganya setshun
dengan nilai ekspor setahWJ. Berdasaikan tabel tersebut, angka DSR Indonesia
tertinggi terja.li pada l.ilbun l 998 yaitu sebesar 113,08%, akibat terjadinya krisis
ekonomi dipertengaban bulan Juli 1997, sehingga rupiah terdepresias]. Sampai
dengan tahun 2003, angka DSR Indonesia masih lergolong nnggi yairu sebesar
43,89"/o. Padahal batas aman rasio DSR adalah 20%, .sebingga dalam jangka pcndck
alcan mcmbuat rapuhnya neraca perdagangan dan dalam jllllgka pa11jang akan
semakin membcbani APBN. Hal ini memberikan indikasi bahwa pembiayaan
pengeluaran pemerintah perlu dicermati kembali.
45
Sumber; Dqrl.eu RI, CD Room Not• JI.ewmgan & AP&"I 196~ 2003 (data diolall dalsun tolrun ktdend~r)
Cicilan Hutang & Bung• DSR Tabwi Luar 'Jegeri Pemerilltab Nominal (Citilan Hutaog dan
(Milyiu:_Rp) Bunga/Eksoor) ... ·- - ..
1970 24,33 2,20
1971 41.93 3,40
1972 46.40 2,61
1973 67.38 2,10
1974 70,43 0.95 197S 72,10 l,02 1976 157,93 1,85
\971 214,70 1,98
1978 446,95 3,84 1979 688.23 4.41
1980 782,83 3,57 1981 896,83 ~.56 1982 1.150.03 S.15
IY83 1.881,18 8,90 1984 2.606,90 11.91
1985 3. {86,25 17,14
1986 3.968, 18 26,80
19&7 6.119,85 . 35,71 1988 9.647,35 50,20
1989 11.483,70 51,82
1990 12.376,73 48,20
1991 12.S9'2,78 43.21 1992 13.835,88 40,73 1993 16.343,8.5 44,38
1994 17.984,38 44,90
1995 19.941,35 43,91
1996 22.298,75 44,76
1997 26.768,48 50,09
1998 55.236,SS 113,08 1999 49.397,18 101,SO
2000 29.907,70 48,14
2001 28.900,00 51,20
2002 25.400,00 45,00
2003 26.800,00 43,89
Cicilan Hu tang I .uar Negcri dsn Angka Debt Service Rlllio (DSR) Pemerint..h Iadonesia 1970 -1003
Tabel3.2
46
J.2.2 Perkcmbaogao peogeluarao remeriotah
Selams pemerintahan orde baru, perekonomisn Indonesia <umb<lh dengan
cepat. Hal ini tampak dari pendapatan pemerintah dsn pcngcluarannya yang
mcncapa.i dua kali lebih banyak sepanjang dekade 1975. Perkembangan volume
pengeluaran total pernerintah Indonesia 1970 - 2003 dapa1 dilihar pada Tabel l.J.
Kecenderungan yan11, terjadi dalam hemafl,ai pengeluaran mencenninkan bahwa
penerimaan merupakan hal penting. Pcngeluaran pemerintah naik sangat tajam pada
tah11n 1970-an, sebagai reaksi lang.~ung tcrhadap pcnerirnaan rninyak dan
mengalirnya bantuan luar negeri, Pemerintah dengan cepat mengalokasiken
kannikan proporsi anggarannya untuk pengeluaran pembangunan, sumbangan
terakhir meningk.at dari 20% pada tahun 1968 mcnjadi 56% dalo.m kcad.wl boom
minyak tahun 1976. Kcnaikan proporsi dana yang dibclaajakan untuk proyck-pmyek
pembangunan selama periode lnl berhubungan dcngao penwunan tepentingan
bantuan luar neged :rebagai sumber pengeluaran pemban.gunan (Hill 1996:76).
J.>cngeluaran pemerin!Sh dapat dibedakan menjadi dua komponen yaitu
komponen hidang pcngeluaran rutin dan komponen bidang pengeluaran
pembangunan. Komponcn-komponen dalam pengeluaran rntin pemerintalt melipuri :
helanja pegawai, belanja barang, subsidi kepada daerah otonom, pembayaran bunga
dan cicilan hut:ang, serta bclooja rutin lo.innyo..
Komponen pengcluaran pcmbangunan pemcriatah mcliputi: pembiayaan rupiah
dan bantuan proyek. Kcbijaksanaan peugeloaran pembangunan diarahkan pada
kegiatan-kegiaten yang tidak dapat dilaksarn1.kan dan dibiayw sendiri oleh
masyarakat dan dunia usaha seperti: pcnyediaan sarana dan prasarana dasar strategis.
pengembangan stm1ber daya manusia., penanggulangan kem.iskinan serta pemerataan
47
pembangunan, mcndukuag kegiatan pembangunan di sektor-sektor produktif,
mendorong pemerataan scrta meneiptakan lapangan kerj a di sektor induslri,
perunian dan berbagai sckior jesa,
Dalarn komponen anggaran rutin, pengcluaran untuk bclanja pcgawai
mendorninasi keadaan ini, besarnya pada tahun-uhun pertama Orde Baro hampir
seoaruh dari kescluruhan anggaran rutm, Tetapi kcmudian pengeluaran belaoja
pegawai berangsar-angsur turun hingga 25% nya. Komponen pengeluaran rut.in
yang menyerap artS£MAn (>:lling besar adalah pernbayaran bungs utang' bait dalam
negeri maupun Juar oegeri. P1njaman luar negeri mendomina'li pengeluaran
angguran rutin sclama periode 1970-1999. Tetapi semcnjak tahun anggaran 2000-
2003, hutang dalarn negeri pemerintoh juga sama bes.unya deogan hutang Juar negeri
pemerintah, bahkal1 ceoderuog lebih besar.
Menurul data dari Ditjernl.Pcrlxmdahanian, Depertemen Keuangan R1 (2005),
total nutang pemcrintab selama pcriode tahun 2000- 2003 berturul-turut adalah
scbcsar US~ 130.084 juta (hutang LN:USS 60. 796 juta, huiang DN:USS 69.288 juta;
US$ 121.970 juta (butang LN:USS SS.814 juta, hutang DN:USS 63.158 juta); USS
137.4'.12 juta (butang LN:USS 63.789 juts, hntang ON:USS 73.643 juta); USS
145.738 ju.ta (hutang LN:USS 68.9'.19 jll(a, hutang DN:USS 76.799 jllta).
PengeJuaran pemerintah wuu.k subsidi daenlh otonom juga menyerap sebagian
bcsar sisa anggaran rutin, Dalacn nmgka mcncapai cfisicnsi perekooomien. maka
pengeudalian pengeluaran rutin diupsyakan melalui penyempurnaan pots
pengeluaran rutin yang terarah Win daflal meacapai sasarau. Selanjutoya, agar tidak
menirnbulkan inefisiensi dalam alokasi sumber-somber ekonomi, pemberian subsilli
secara bertahap d ikurangi. terutarna bagi subsidi yang lidalc diprioritasbn.
48
Anggaran pembaagunan meningkat secara cepar selama periode boom rninyak,
lima belas kali lipat secara nominal tabun 1973-1981. Tetapt kemudian mengalami
penurunan tajam pertengahan tahun 1980-an, deog;an porsi untuk gaji dan utang
mcnempati lebih dari tiga perempat anggR1'311 rutin dalam beberapa tahen,
fleksibilitas pemerintah sangat kurang dan begitu sedikit pilihan yang di!lliliki.
sehingga berkonsentrasi psda pengetatao anggaran pembangunan (Hi l 1. 1 996 :81 ).
Pclaksanaan anggaran pcndapatnn dan belanja negara mempunyai kaitaa erat
dengan besaran makm yang merupakan basil dari upaya pcmbenguuaa, yaitu Prociuk
Domestik Brute (PDB). Apabila dilihat perba.odingan terbadap PDB non migas,
maka volume APFlN telah meningkal deng;m pesat selama pembangunan jangka
1)8Iljang pertama (P JP I). Kalau dalam tabUJI pertama Repelita I, vo lwne AP SN baru
merupakan 12.7% dari l'DB non migas, maka pada akhir PJP I, volume APBN
tersebut telah rneningkat rnenjadi 21.5% dari !'OB non taigas. SelanjuUtya dalam
tahun pertama pelaksanaan Repelita [V. voillllle APBN telah mencapai 20,9% dari
PDB non migas (Nota Keuengan APBN, 2003:28).
Dari Tabel 3.3, tampak bahwa penumbvhan volwnc pengeluaran total
pemerintah tertinggi dicapai pada tahun 1974 yaitu sebesar 73,21%. Sebagaimsna
diketahui pada tahun 1974 pemcrintah sebagai anggota OPEC sud.ah diuntllllgkan
dengan adanya perang Arab-Israel. OPEC memberfakukan embargo penjualan
min yak bumi ti i sel uruh dunia, S(;hingga batga min yak bumi me lam bung di pasar
dunla hlngga mencapai 25 dollac AS per barell, Krisis minyak kembali ierjodi tahun
1979, seh.ingga pemerintah kembali ~1 windfall profit dengan naiknya
harga minyak di paser Imemasional menjadi 30 dollar AS per barrel. Anggaran
pemerintah berperan penting dalam mendorong pertwnbuhan ekonomi Indonesia.
49
Swnber : lkpkeu RI, CD R- N'11a Ke~ & APBN 1969- ZOIJJ(t/.tdtl tGol.lr Jillt1m tall 1111 Aaiender)
Pengeluaran Pengdu.ran l'eagelua ran Tabull Ru tin Pembangunaa Total Pemerintah Pe rtu tn bu ban
(MilyarRp) (MilyarRp) • arRn\ {%)
1970 270,28 13-0, 75 40t.03 - 1971 333,88 157.40 491,28 22,50
1972 415,85 238,23 654,08 33,14 1973 644,50 370,48 l.014,98 55,1 g 197'1 917,60 840,48 1.758,08 73,21 197.S I. J 75,90 l.323,60 2.499,50 42,17 1976 1.513,65 1.537,50 3.051,15 22,07 1977 1.961,13 1.5#,25 3.509,38 15,02 1978 2.524,48 1.lW4,50 4.368,98 24,49 1979 3.667,58 3.096,23 6.763,80 54,81
1980 5.161,93 4.957,38 10.119,80 49,62
1981 6.594.63 6.482,23 13.076,85 29,22
1982 6.961,23 7~83 14.248,05 8,96
1983 9.403,23 8.277,85 17.681,08 24,09 1984 9.608,23 8.420,35 18.028,58 1,97
1985 11.356,28 10.R98.78 22.255,05 23,44 1986 13.289,13 9.753,43 23.042,55 3,54 1987 16.434,63 9.60(),2.1 26.034,85 12,99 1988 20.036,33 11.680,38 31.716,70 21,82
1989 23.485,13 14.624,73 38.109,RS 20,16 1990 27.924,63 17.536,58 45.461,20 19,29
1991 29.070,03 21.868,58 50.938,60 12,05 1992 32.467,30 25.94&,.15 5R.415,65 14,(lg 19\13 38.618,78 28.047,65 66.666,43 14,12 1994 43.124,23 30.125,80 73.250,03 9,88 1995 48.843,50 29.258,45 78.101,95 6,62 1996 58.784.75 34.159.03 92.943,73 19,00 1997 62.010,50 44.191,68 106202,18 14,26 1998 143.943,33 8l.246,g) 225.190,IS 112,04
!999 160.401,28 42.445,75 202.847,03 (9,92)
:.!.000 201.700,00 32.325,00 234.025,00 15.37 2001 218.900,00 41.600,00 260.500,00 11,31 2002 189.300,00 40.300.00 229.600,00 (\ J ,S6) 2003 188.600,00 65.100,00 253.700,00 10,50
Tabcl 3.3 Pcrkembangan Volum~ Pengdul'lln Tollll Pemeriolab l•donesia
1970-2003
50
3.2.3 Pcrkcmbangan pencrim111u1 papk
Salah saru sumber penerimaan pembiayaan pemerintah adalah penerimaan
da\am n"!ltti yang meliputi : pencrimaan minyak bumi dan gas alam (migas),
penerimaan perpajakau dan penerimaan negara bukan pajak. Jika dalam Repelita I,
Repclita !I clan Repelita 111, dominasi penerimaan migas dan peneriman
pcmbangunan sangat bcsar dalam peneriman negara, maka dorninasi terscbut
berangsur-angsur mulai digantikan olch penerimaan yang becsumber dari kdruatan
scndiri, yakni penerimaan non-migas, kh1!!:11snya penerim.aan dati sektor perpajakan.
Berdasarkan kenyatsan bahwa perkernbangan rencrimaan rnigas kurang
mcnggernbirakan, pcncrimaan perpajaknn cb.fam struktur pcnerimaan dalam negeri
sejak tahun a.oggaran 1986/1987 terus diupayakan untuk mcnlngkat dengan cepat.
Upaya peningkatan penerimaan dari pcrpaj4k.an dilakukan dcngan melo.kukan
perubanan rnendasar dari sistcm pcrpajakan periin&galan kc.Ionia! melalui Undang
undang perpajakan tahun 1934.
Reformasi yang diperkeoalkan pada lab.WI 1984· I 985, merupakan usaha
serius pertama kali dalaro sejarah kemerdekaan Indonesia untuk rnembuat sista:n
pcrpajakan lebih efisien, ringan dan bersih, Pembahan yang mendasar pada sistem
perpajakan dalam tahun 1984 antara lain pada sistem pemungutan pajak yang lelah
diubah dari "official assessment", besarnya pajal.c. ditentubn oleh aparatur pajak,
menjadi "self u.'sessmenr". wajib pajak dipercayakan untuk menghitung dan
rnembayar sendiri hutang pajaknya (Not.a Keuangan APBN, 2003:29). Dalam
perj at.anan pelak.sana.annya se Lama I 0 tabun. terbuk.li bah wa Sistcrn Perpajakan
N a.qional 19ll4 tersebut tel ah dapat meni.ogkatkan pe:nerimaan negara (lihat T abel
3.4).
51
Sumbu: l>t:plleu RI, CIJ Room Nqto Keuanga11 & APBN /'169--20()] (dlll8 tfiof.alt da/11111
talr111t Juile,,Jer)
Tabuo p.,nerim .. an Pajak Per1ambuban Penentase (.\1ilyar Ro) (Ofo) Terhadao l'OR
1970 208.8& - 6,25
1971 249.53 19,46 6,80
1972 319,10 27,88 6,99 1973 494,')S 55,\\ 7,33 1974 689,93 39,39 6,44
1975 8&3,33 2R,03 6,99 1976 1.()96,00 24,0S 7,09
1977 1.354,48 23,58 7,12
19i8 1.657,90 22,40 7).9
1979 2.147.03 29,50 6,70 1980 2.75·1,75 28,31 6,06
1981 3. 129.28 13.60 .5,38 1982 3.628,33 15,95 5,81
1983 4.320,85 19,09 5,57 1984 4.721,35 9,27 5,25 1985 S.945,55 25,93 6,04 1986 7.944,10 33,61 7.18
1987 9.56K,4S 20,45 7.44
1988 11 ."/41,0ll 22,71 7.86
1989 15.149,23 29,03 8,43
1990 20.529.20 35.S I 9,74
1991 24.192.20 17,34 9.68
1992 28.798,45 19.04 10,20
1993 35.021.70 21,61 10.62
1994 42.497,85 21,3.5 I 1, 12 1995 47.625,25 12,07 10,48 19':16 55.176,50 15,86 10,36
1997 6?..'lR4,7U 13,06 9,94
1998 70.714,68 13,35 7,40
1999 112.657,70 59.,31 I 0,?.4
2000 147.175,UO 30.82 11,65 2001 185.500,00 25,87 12,80
2002 210.955,50 13,72 13,10
2003 254.140,20 20,47 14,22
Tabel 3.4 J>ertuo1buban Penerimaan Pajak di lodoucsla
1970-2003
52
Selaniutnya, untuk lebih meningkatk.an peranan penerimaan negara dari
sekxor pajak dalam jangka mcnengah dan dalam jangka panjang serta dalam rangka
menghadapi perkembarigan perekonomien yang semakin pesat serta era globalisasi,
maka dilakukan reformasi di bidang perpajakan pada tahun 1994, 1997 dan 2001.
Ref()Til}aSi pada tahun \ 994 meliputi perubahsn pada 4 undang-nndang : undang
undang tentang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pe-.rtambahan Nilai (PPn), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBD) serta Kctentuan Umwn dan Tata Cara Perpajalcan.
Reformasi paj~ pada tahtJn I 997 mdiputi : undang-undnng Penagihan Pajak dcogan
Surat Paksa clan widang-undang telllang Badan Pcnyclcsaian Sengketa P1!iak
(BaWIJ.7.ier & Kadir, 2004: 190).
Pada tahun 200 I, DirekU>rat Jcndnil Pajalc menggullikan Rcfomwi
Administrusi f>"'1"pajakan Jangka Mencngah (3-5 tahun) yang bcrtujuan unrul : I)
mcningkatkan kepatuhan pcrpajalcan. 2) mcningka!Xan Jcepcrcayaan terhadap
adm.inistrasi pcrpajakan dan 3) mcninglcatlcu produktifita.• aparat perpajakan. Di
btdang perpajakao, telah dilakukan intensifikasi pemuni.ruu.n di!n ekstmsilikasi
jwnlah ~jib pajak. filtCIL•ilikasi pcmungutm> pajak dilalrukan melalui peegelolsan
potensi pajak yang tclah dapal dibina daig;ll) tertib dan berkesinambungan, serta
upaya mcningkatkan kepatunan wajib pajak rnelalui vcrifikasi lspangan clan
pemeriksaan tehadap wajib pajak yang belum melaku.kan kewajibannya sesuai
deogan pernturan yang berlaku Ekstensili.kasi jumlah wajib pajak dilakukan deagan
upaya mcningkmkan jumlah wajib pajak dsri r.elctor-seklor tertentu yang belum dapat
dijangkau.
Berdasarkan Tabd 3.4, maiuqjukkan bahwa pertumhuhan pencrimaan pajak
tertinggi terjadi pad a tahun 199? yaitu sebesar 59 ,31 %. Persentase terhadap PDB
53
mengalami peaingkatan yang cukup besar selama periode 1992-2[)0] yaitu antara 10-
14%, lcecunli di mhun 1997 dan 1998. Persen1ase penerimaan pGjak. terhadap PPB
tertiuggi terjadi tahun 2003 yaitu scbcsar 14.22%. Peningkatan balk pertumbuhan
penerimaau pajak rnaupun persentase penerimaan pajak lerlmdap PDB terjadi setelah
dilakukannya reformasi pajak di tahun 1984, 1994, \997 dan 2()01.
Terdapat beberapa langkah yang periu dilakukan untuk meningkatkan
persentase penerimaan pajak 1erluldap POl::I anwa Jain : J) penegakan hokum secara
tega.q atas pelanggaren pcrawan peTpajahn bai.k ba&i wajib pajak maupun aparat
pajak.. 2) menaikkan standar akuntansi dan audit yang setaraf dengan standar
internasiona! dolrun ha! administrasi dan ~wasan fungsi pengumpulan
penerimMn negara tersebut, 3) reorganisasi institusi pengurDpUI penerimaan negara,
agar dapat Jebih bcrkonsentrasi pada bidangnya (tidak dibcbani logos - tugns seperri :
penemuan keringanan pajak. i.uif dan belbagai kebijabn yang lain).
3.2.4 Perkembanpp kousu111si ramall taJ!rp/mata
Terdapat dua komponen pc:ngeluaran total agregatif suatu perekonomian
diantaranya adalah pengelua.ran konsumsi rurnah tanggalswastl dan pengeluaran
pcmcrimah, Dari dua k.omponcn rerscbet, komponen pcngehwan agregatif terbesar
dan terpenting adalah pengeluaran konswnsi rumah 1l!ngg11 dan sektor swasta yang
mencapai 60% ato.u lebih (dua pertiga dari GDP), konsumsi meningket lebib besar
dar:ipada irrvestasi, pcngeluaran pemerintab dan ekspor naw (Hill, 2000: 63 ).
Kenaikan GDP riil di beberapa lllhun terakhit ini lerutaroa tahun 2003, banyak
dipeogarubi oleh keoaik.an tiDgkat koClS\.llJJSi, konsumsi meningkat lebi h besar
daripada investasi, pengcluaran pemcrintah dan ekspor nelln, sehiagga konssresi
mendorong ke atas tingkat pendapatan nasioaal riil, Pertwnbuhan pen gel uaran
54
konsumsi rurnah tangga/swasta di lndonesis dsri tahun 1970 sampai dengan tahWI
2003 dapat dilihat dalam 'fabel 3.S.
Keputusan konsurnsi rumah tangga sangat mempengaruhi keseluruhso perilalru
perekonomian baik da\am jangka pcndek rnnnpun dalsm jangi.a panjang. Dalam
jangka pendck keputusan pengeluaran konsurnsi berpcran dalam menentukan
permintaan agrcgat (a11:regaf demand). Karena pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan sektor swa.<11a mcndominasi total pcrekonomian, mska fluktuasilperubahan
konsumsi dalam rumah tangJla/Swasta merupakan elemen pentiog dari booming' dao
resesi ekonomi, sedangkan dalam jangka panjang, keputusan koosumsl nunah tangga
bcrpcran dalam penumbuhan elconomi (Mankiw. 2003:424).
Ada banyak fakta~ yong mcmpengarohi pell8cluaran konsumsi rum.ah
tanggll/swasta, tctap! data statistik ernpiris menunjukkan bahwa tingkat pendapatan,
khususnya pendapatan di.~[111.~uhle (pendapatan siap konswnsi) adslah faktor utama
dan terpenting yang mempengaruhl pengeluaran konswnsi. Adapun ioktor-foktor
lain yang mempengaruhi yaitu banyaknya aktivalkckayaan yang dimiliki, ekspelctasi
di masa depan teatang harge-harga, pendapatan, uang dall tersedianya barang-barang;
utang-utsng dan kredit-kredit; sikaplperilaku hemat serta pajak.
Terdapat hubungan antara konsumsi dengan pendapatan disposabel yaitu,
semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Dari
hubungan ini, diduga bahwa rumah tangga mcmbelanjakan bagian yang lebih besar
dari pendapatannya pada lingkat pcndapaten dispooable (pendapatan siap-konsumsi)
yang lebih rendllh dl1ripada pendapatall siap konswnsi yang lebih tinggi. Dengan
kata lain besamya tambahan pengcluaran kon:ium~i lebih rendah deri pcrtambahan
pendapatan (Mankiw, 2003:52).
.55
56
S~I': IMIF, J111en1.r;,,,.al FlnallCilzl .~ lOOJ(CD Room\ & 2005
Tahuo Pengcluaran Konsumsi RT!Swasta re£tumb11han (Milvar ruoiah) (%\
1970 2.692.!!0 5,19
1971 2.832,60 20,09
1972 3.401,60 40.84
1973 4.790,70 51.51
1974 7.258,60 20,47
1975 8.744,50 19,66
1976 10.463,80 19,06 1977 12.4511,40 1 LJ7
1978 13.850.00 40,89 1979 I 9 • .Sl3,70 40,?4
1980 27 . .S02,90 17,42
19&1 32.293,00 17,44
1982 37.923,70 24,JO 1983 47.063,00 14,88
1984 54.066,50 7.).5
1985 57.985,00 18,(}5
1986 68.453,00 8,46
1987 74.246.00 14,91 . 1988 85.318,00 ll,83
1989 95.414,00 20,21
1990 114.693,00 19.86
1991 137.469,0U 7,45 19()2 147.709,00 30,63
1993 192.958,00 18,22
1994 228.119,00 22,69
1995 279.876,00 is.es 1996 332.094.00 16,58
1997 387.171,00 67,32 1998 647.824,00 25,53
1999 813.183,00 4.63 2000 850.819,00 14,68
2001 975.731,00 14,80
2002 1.120.160,00 10,60 2003 1.23&.890,00 5,19
Tabel 3.5 fertumbuhan Pengeluano Koosum:.i Rumah Taog~Swasta di Indonesia
1979-2003
Berdasarkan Tabel 3.5, mcnunjulckan bahwa pengeluaran konsumsi runtah
tanggQ/swaqta di Indonesia selama periode 1970 - 2003 selalu meng,alarni
pcningkatan. Pertumbuhan konsumsi tertinggi tcrjadi pads tahun 1997 yaitu sebesar
6 7 ,3 2%. Pada tahun anggaran I 99711998 perkernhangan nasional bcrk.embang
sccara dinamis clan mamap. setelah 11<l11Dya pembenahan aspck struk:tur ekonomi.
Hal ini dilakukan dcngan rnengurangi dan menghapuskan berbagai distorsi yang
menghambat proses produksi clan distribusi barang clan [asa serta pengelolaan sektor
finansial secara lehih akomodatif dan hati-hati. l'ada tahun ini kegiatan investasi
dalam negeri juga meningkst, sehingga keburuhan impor harang modal clan bahan
bakuip¢nolong juga semakin meningkat. Pertumbuh.an k.onsurnsi terendah t~rjadi
setelah adanya k.risis ckonomi di pertcngohan Juli I ~7 yang menyebabkan &ya beli
musyarakar menurun yaitu peda tahun 1999 sebesar 4,63%.
3.3 1!1!1111 Am1llsll D11j,!i dan Pen1babaHo
3.3.l Ha.sj! est!masi oers1maan
Sebagaimana diketahui bahwa untuk mendapatkan ha~il estimasi yang linier
dan ti.:W: ™"~ dengan varian yang minimum (Be31 linear Unbiased &timator -
BL.UE). maka terlebih dah\1lu dilakuks» pengujian terhadap : I) masalah adanya
hubungan antara variabcl independen di dalam regresi berganda (multi.kolinieritas),
2) adanyu varian residual yang tidak konstan (hereroskedastisitas), dan 3) adanya
hubungan residual antara satu obecrvasi dcngan observasi yang lain ( aurokorelasi]
(Wi<lw:y11110, 2005:129). Meskipun menurut lnsukindro, dkk (2001:64) bo.hwu
asumsi bomoskedastisnas, tidak ada autokerelasi Jar. model regresi yang linier dalam
analisis dengan menggunakan data runtun waktu (time series) merupakan ~ylll111
perlu (necessary condition), sedangkan asumsi lainnya seperti halnya tidak ada
57
.. Ri ~
··- U j i A&umsi KJMik Haail Vii Multikolinearitm 0,56 • r1' = 0,40 Nott Multikolinieritas
' rl =0,40 r32 = 0,01 41 =0,01 ri = 0,0\ rl = 0,01 r,2 = 0 00
2 ' rs -0,DO ~1=000 9 z • ••• =0,00 •112 = 0,2{) rrl= 0,20 .. ... . ....
Tabd 3.7 Hasil Peng .. jiaa Multilr.olioieritas
Artinya, residual basil regresi pend.apalml uasional mempunylli dislribusi normal
Rertlaw-kan uji st.al.istik JB, nilai statistiioya sebesar U,0042 dengan
probabilitasnya yaitu 0,979. JiJca dibandingkan deogan X2 tsbel dengan df 5 pada
tingkat kriti~ 5% = 11,07, 'x! hitung (0.0042) < X1 label (11,07). oleh karena iru kill!
tidak bisa menolak hipotesis oul bahwa residual didistribusikan secara uor:mal.
Uji Asumsi Kluik JB-cnt x- lllbel lfasil Uji (df•S. a=S%)
Normalitas 0,0042 11,07 Distribusi normal
-
Tabel 3.6 Haeil Peagujiall Norma.lifts
nnrmalitas, dapat dilibat pada Tabet 3.6.
dan Durbin - Watson untuk hipotesis 110!1 lllltokorelasi. Hasil pcngujian asemsi
hipotesis non multikolinieritas, Arch-LM tut untulc hipotesis non hetcroskedesnsites
turut adalah uji Jarque -Bera (JB) llfltuk. hil)Olests normalitas, korelasi parsial untuk
Pengujian terhadap masing-masillg hipotesis dllakukan dengan eara berturut-
ini diuji pula aswnsi non multikolinieritas dan oormalit:as.
multikolinieritas dan data berdistribusi normal, bisa diabaikan, tetapi dalarn analisis
58
Uji Asumsi I 0-W st8ti!tik D-Wi-w D-Wupper Basil Uji '
.. Kl8!!1ik Co=33, K=ll ·-· Auiokorelasi 2,09 1,19 1,73 Non Autokorelasi
Tabel3.9 Hasil Pengiajian Autok.orclui
disimpulkan bahwa model empirik bebes dari masalah heteroskedastisitas.
Obs•R-sequared} dengan df sebesar I (lags to include: I) adalah sebesar 2,82. Nilai
ini bila dibandingkan dengan nllai X2 lllbe! dengan df I dan dengan (1 = 5% (K label
~ 'l.ll4), maka didapat bahwa X2 hitung = 2,82 < X2 tabel = 3,84, sehingga
lJji ARCH LM Test ini digunakao umuk mcnguji masalah beteroskedastisitas,
karena ada perubahan struktural yaitu pclUbahari struktur ckonomi. Dari basil uji
/\RCH LM Test pada Tabel 3.8, lt:rlibat bahwa besamya nilai X2 bitung (nilei
--· U j i All wnsi X' bituni: (nilai x~tahcl Hasil Uji Klasik Obs*R· (df= I. u=5o/o)
'- .,,,, uared), df= 1
Heteroskedastisitas 2,82 3,84 Non Heteroskedestisitas ' '
Tabd3.8 Ha!!lil Peogajiao Heten>skedutiritu
rnulukolinieritas.
disimpulkan bahwa dalam model empifilc tersebul, tidak ditemukan adanya masalah
0,00; r102 sebesar 0,00; r112 sebcsar 0,20; r1z2 sebesur 0,20. Dengan demikian dapat
0,01: rs2 sebesar 0,01; rb2 sebcsar0,01; rl sebesar 0,00; rg' sebesar 0,00; r92 sebesar
korelasi parsial. Hasil pengujian multikolinieritas, dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Dari penguj ian korelasi parsial di dapat bahwa R2 sebcsar 0 ,S6 Jebih tinggi bi\a
dibandingkan dengan r12 sebesae 0.4(); rl sebesar (),40; r/ sebesar 0,01, r.2 sebesar
Hipotesis non multikolinieritas dilakuksn dengan menggunakan pendekatan
59
sebesar 0,56. Koefisien dctcrminasi menunjuJ:lran ket.epatan garis regresi dan
bertujuan untuk tnenguji kekuatan variabel penjelas secara keselurehen dari regresi,
Dengan demikian koefisien detenninasi sebesar 0,56 mengandung arti bahwa variasi
proporsi variabel-variabel independen sccara serentak dan bersama-sama mampu
menjelaskan variabel dependen: scbesar Jrurang lebih 56o/o, selebihoya dijelaskan
oteh variabel lain. Nilai F statistik sebcsar 8.85, dim bila dibandingkaa dengsn I'
tabel df (n-u-n) ~ df (l<J, 41 pada taraf kritis 5% sebesar 2,71, maka nilai F stetistik
(8,85) Jebih besar bila dibandingkan dcnglll! nilai F label, sehingga Ho diwlal,
artinya variabel-voriabel independetu secara serentak dan bersema-sama berpengaruh
signifiken secara statistik terhadap variabel ~nde11t.
(4,44) (4,60) (l,94) t- hitung (0,74) (0,l5)
R2~ 0,56;
F-statistik = 8, 85
Dan basil persamaan tersebut, terlWt bahwa ni lai koefisien d esermiaasi (R2)
PGDP=l 7,96 + O,OSCH1+ 0,56DCR,+ .2,32D'fXt+ 1,92DGP1 (3.J)
dapat dilibat pada penamaan 3.1. Berdasarbn basil regresi persamaan empirik
DGDP, = ao+ a1CH1 + a2DCR.,+a.iDTXt+a..OOP1+tt1. hasil estimasi pcrsamaan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Ilasil estimasi regresi persamaaa dengan mctodc Ordinary least SqUat'clOLS,
basil estimasi dari pcrsarnaan tidak terkeoa autokorelasi.
not Reject HO or Ilo or both), sehingsa dengsn demikian dapat disiropulkan bahwa
1.73. Karena D-W statistik basil estimasi berada di zone ridak ad.a. autokorelasi (Do
33. K= 4 adalah sebesar 2.09, sernentara nilai D-W1.o- = 1,19 dan nilai D-Wtft>r" =
Autokorelasi Durbin Wa!son. rliketahui bahwa nilai D-W statistik basil estimasi n =
Hasi] pcngujian sutokorelasi, dapat dilihat pada Tabel 3.9. Dengan pengujian
60
pemerintah terhadap variabel GDP, mengindika.'likan bahwa kebijakan hlllBng luar
Tidak signifikannya variabel cicilan hulang dan bunga pinjaman luar negeri
Rp0,56 Milyar (asumsi ceteris parihus).
(OCR) yang menyatakan bahwa pcrubahan keiiaikan peageluaran konsumsi rumah
tanggalswasta sebesar Rpl,- akan menyebabkao perubahan kenaikan GOP sebesar
ditunjukkan oleh vaciabel perubahan peogeluaran konsumsi rumah tangga/swasta
Milyar. Pengaruh tidak langsung dari sisi fiskaJ terliadap pertwnbuhan ekooomi
ceteris paribus, akan menyebabkan perubahan keeaikan ODP sebasar Rpl.92
dan perubah;m kenaikan peugeiuaran pemhmiguoan pcmerintah sebesar Rp l ,- oswnsi
ceteris purilms. akan menjebabkan perubahao kcnaibn GDP sebesar Rp2,32 Milyar
mengungkapkan bahwa perubahan kcnaikan penerimaan pajak sebesar Rpl.- asumsi
ekonomi Indoncsie selsma periode 1970-2003 (dikaji dari sisi fiskal)
Sejwnlah temuan empiris atas faktor-falctor yang mernpengaruhi pertumbuban
ncgeri pemerintah tidak berpengaruh signifikim temadap variabel pen1bah.an GDP_
dan perubahaJI pengeluaran pernbangunan pemcrintab berpengaruh posinf signifikao
terhadap variabel perubahan GDP_ Adaptm variabel cicilan hutang dan bunga luar
pembahan pengeluaran konsumsi rumah 1anggatswas1a, perubahan penerirnaan pajak
Berdasarkan uj i t-stati stik pada Tabd 3-1 (), di.ketahui bahwa variabel
Variabel t-Statistik A t-Tabel Kesimpulaa
CH 0,152560 5% 1.701 Tidak Signifikan -····
OCR 1,944128 5% 1.701 Signifikan - .. -
DTX 4,595112 I 5% 1.701 Signifikan
- ! -
DGP ~.4~ \S25 5% 1.701 Signifikan
TabelJ.10 Hasil Uji t-statistik
61
negeri pemerintah tidak dapar lagi diandalkan untuk mernbiayai defisit anggaran
pernerintah. Hal ini disebahkan karena efisiensi pcmanfaatan hutang yang rcndah
oleh peroerinu.h, artinya hutang luar negeri yang seharusnya diharapkan dapat
mcmbiayoi pembangUDaD nasional seringkali tidak dapat dipergunakan sesuai
dengan keinginan pcmcrintah. Negara donor lebih punya pengaruh signifikan lBltuk
rnencmuka» cetak biru pembiayaan pembangunan di Indonesia, akihatnya APBN
terbebanl behan bunga yang tidalc terpakai, schmgga banyak mengurangi
ketcrscdiaan anggara.n unmk membiayai pembangunan nasional.
Pada dasarnya hutang dapat mcmbantu pembiayaan pengeluaran perocrintah.
Persoalaa yang muncul ketika Ulang tidak diaplikasikan untul:: proyck pembanguaan
yang benar. Komitmc11 UW\g dibiarkan rnenggantung, sehingga negara harus
mcmbayar commitmP.nt fee, sementara pembaagunannya sendiri tidak dirasakan
manfaatnya oleb rnasyarakat. Hal ini terbuk.ti dengan tidak signifikanaya pengarun
cicilan hutang terhad.ap pertumbuhan ekonomi Indonesia,
Perulxlhan kenaikan GDP yilllg sigi1ifilcan akibat perubalum keoaikan
penerirnaan pajak mengindikasikan bahwa pajak sebagai sumber pembiayaan dalam
negeri masih dapat diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia Peniugludan penerimaan pajak dari tahun ke tahun diharapkan dapat
mengurangi ketergaanmgan pembiayaan pembangwan nasional yang berasal dari
hutang luar negeri. Meskipwi piiliit dan terasa herat, sudah saamya k.ita sebegai
bangsa Indonesia untuk mandiri, berdiri di atas kemampuan sendiri.
Untuk. memperbesar penerimaan pajak (meningka.tkan perseutase penerimaan
pajak riil terhadap GDP), terdapat beberapa nsaha yang dapaI dilakukan antar.t lain :
1) perluasan wajib pajak, 2) perluasan jenis dan besarnya penghasilan yang
62
dikenakan pajak., baik pajak aias pendapatan, pajak konsumsi atau pajak kekayaan, 3)
peayempurnaan tari f paj ak, 4) penyempumaan administrasi pungutan pajak, 5)
penegakan hukum secara tegas atas pelanggaran peraturan perpajakan bail. bagi
wajib pajak rnaupun aparat pajak, 6) menaikkan standar almntansi dan audit yang
setaraf dengan standar intemasional dalam hal administrasi clan pengawasan fungsi
p.:ngumpulan pencrimaan ncgara terseoet, 7) reorganisasi imtitusi pengumpu\
penerimaan negara, agar dapar !ebib berkoeseanas! peda bidangriya (tidal.'. dibebani
tugas-tugas scperti: pencnruan keringamw pajak, tanf dan berbagai kcbij akan Jain).
Kebjjaksanaan pengeluaran pemtiangunan yiillg diarahkan pada kegiatan
kegiatan yang tidak d.ap.at dilalcsanakan dan dibiayai sendiri oleh masyarakat clan
dunia usaha, seperti penyediakan infrastruktuI (investasi) bagi masyarakat, akan
mengundang daya tarik investasi. &hagajmana diketahui bahwa investasi adalah
mesin penggerak utama ekonom i. Selain itu pengel uaran pem bangunan pemerintah
sebagian besar merupakan proyek padat kMya. sehingga banyak menyerap teoaga
kerja, Dengan banyaknya masyarakat yang bekerja, artinya meningkatkan disposabe!
income masyarakat, seaingga mendoroog konsumsi agregat, yane rada akhirnya
meniugkatkan pertumbuhan ekonomi.
J.3.2 HllSit uji kausaJiU.s G ra•ger
Penguiian kausaluas antara variabcl-variahel kebijakan fiskal dimaksudkan
untuk mengetahui bagaimana bubungan dua arah antar variabcl, Karena dalarn
kenyataannya, perilaku variabei elcooomi tUhk mempunyai hubungan satu arah,
tetapi teroyata menunjukkan adanya hubungan dua ;mlh ( saling mempcngaruhi).
Uj i kausalitas Granger yang dilakukan dalam penelitia11 ini, dilakukan dengan
rnengesti rnasi model persarnaan tunggaL Dalam model persarnaan ini, penentuan
63
1 Berwama hitam menandakan hubungan searah 2 Berwama merah menandakan hubungan tidak signifikan 3 Berwarna biru menandakan hubungan dua arah
(DGDP) mernpengaruhi perubahan penerimaan pajak (DD() begitu pula sebaliknya,
dengan CH serta DGP dengan DTX Artinya pada kelambanan satu, perubahan GDP
dua arah terjadi diantara variabel-variabel: DGDP dengan DTX clan DGP; DGP
probabilitasnya. Dari Tabel 3.11 hasil pengujian kausalitas terlihat bahwa kausalitas
Keputusan ada tidaknya kausalitas dengan uji F bisa dilihat dari nilai
Hipotesis Nol F-statistik Probability DGDP
______ ..,. CH1 25,1976 2,4E-05
OCR ______ .,. DGDP2 1,79723 0.19046 DGDP ______ ..,. DCR 1.68827 0.20406 lX1DP - - - - - _..,. D I X' 9.36274 0.00473
DIX ______ ..,.
DGDP I 0.0089 0,00364 D(IP ______ ..,. DGDP 13.3337 0.00102 DCiDP --- - - _..,. UGP 12.0997 0.00161
CH ______ ..,.OCR 5,06745 0,03213
CH ______ .,. DTX 3,11279 0,08821
DGP - - - -- _.,. C II 7.71673 0.()0949
CH ______ ..,. DCiP 3,37348 0.07652
LX.iP ______ ..,.
DTX 13.2618 0.00105 o rx ______ ..,.
DGP I 6.1825 0.00038 DTX
______ ..,. OCR 0,04735 0,82926 OCR
______ ..,. DTX 0,10116 0.75272 DGP
______ ..,. OCR 1.82626 0.18702
OCR ______ ..,.
DCR 0,06512 0.80039
Tabel 3.11 Basil Pengujian Kausalitas
kausalitas model persamaan dapat dilihat dalam Tabel 3.1 J.
persamaan tunggal dalam penelitian ini mempunyai time lag satu. Hasil uji
stationer. Dari hasil trial and error, didapat bahwa kondisi stationer untuk model
panjangnya lag ditentukan berdasarkan trial and error saat model mencapai kondisi
64
perubahan pencrimaan pajak ( OTX) mempengaruhi perubahan UDI:' (DGlJP) pada a
scbesar 5%. Selanjutnya, perubahan pengeluaran pembangxman (GP) mempengaruhi
perubahan GDP (DGDP) bcgitu juga sebalilcnya, perubahan GDP (DGDP)
mempcngaruhi perubahan pengeluaran pcmbangunan (GPi pada ll sebesar I%.
Perubahan pengeluaran pembangunan (OP) rnempengaruhi cicilan hutang dan
bunga pinjaman luar negcri pemerimah (CH) pada 11 sebesar I%, sedangkaa cicilan
hutang dan bunga pinjaman tuar negeri pemerinUlh ccm mempengarult.i perubahan
pengeluaran pembengunan (OGP) pada a sebesar 10%. Ha.I ini me:ng:indikasiken
bllhwa hubungan antara perubahan pengeluaran pembangunan (DGt') dengan cicilan
hutang clan bunga piajaman lusr negeri pemerintah (Ci'!) lebih kuat dihaodingkan
hubungan cicilan bulMg dan bunga pinjaman hw eegeri pemcrinUlb (CH) t.crhadap
perubaban pengcluaian pcmbangunaa pemeriatah, Perubahan pengeluaran
pembangunan (GP) mempengaruhi perubahan penerilllMll pajak (DTX) bcgitu jugo
sebaliknya, perubahan pencdmsan pejak (DTX) mempelll.'8nlhi perubahan
pengeluaran pembangunan pada a sebesar 1 %.
Kausalitas S3lu arah terjadi di antara variabel-variabel: DOOP dengan CH;
CH dengan OCR, CH dengan OTX. Artinya, pHda kelambanan r, perubahan GDP
(DGDP) mempengaruhi cicilan hutang dan bunga pinjaman luar negeri pemerintah
(CH) pada 11 sebesar 1 %, c\cilao l\utang dan bunga pinjaman luar negeii pemerintah
(Cl I) mempengaruhi perubahao pcngcluaran koosumsi nimah tangga/swasta pada a
sebesar 5% dan cicilan hutang dan bunga pinjaman luar negeri pemerintah (CH)
mempengaruhi perubahan peuerimaan pajak (DTX) pada a scbesar I 0%.
Variabel perubahan pcogcluaran kOl!S1llll:ii ruwah tanggafswasta (DCR) dan
variabel perubaban GDP (OODP) tidak rnanpunyai hubl.lllgllll searab maupun dua
65
azah (tidnk ada huhllflgan kausalitas). Kemungkinan hal ini disehabka11 kareoa
edaoya asumsi bahwa pengeluarsn konsumsi rumah langga didasarkan pada
pendapatan masa depan yang mereka harapkan (oojofan dengan pandangan
Rlcardianl,
Selanjutnya, tidak tcrj~di hubungan searah maupun tlua arah antara variabcl
perubahan pc11crima.an pajak (OTX) dengan variabel ptmibahan pengeluacan
konsumsi rumah tangga/swasta (DCR). Berhubungan dengan kondisi variabel
sebelumny3 hahwa adanya pcm:lapatan masa depan yaag dihalapkan oleh konscmen,
maka kemungkinan konsumen melihat bahwa pajalc masa depen menjadi ekuivalen
dengan pajak ma..'111 k.ini.
Variabe! pc:rubahan pcngcltW111.l poro.bnngwtan (DOP) dan variabel
perubahan pengduaran konswnsi rumllh tangga/swasta (OCR) juga tidak mempunyai
hubwigan searah maupuo dua atah. Hal i.11.i disebabkan karcoa kemW1gk.ioan
perubahan pengeluaran pembangunan Jebih kepada kebijakan pcmerintah, sedangkan
perubahan pengeluaran konsumsi tergantung pada perilaku koasumeenya
66
4.1 Keslmpulan
Persamaan tunggal yang dib~ untuk mengkaji fuk.lor-faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pcriode 1970 - 2003,
diperoleh ha.qi( sebagai t.>;,rikut.
I. St;jumlah temuan empiris atas falctor-faklor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama periode 1970-2003 (dikaji dari sisi tiskal)
mengungkapkan bahwa pcrubahan kenai.k.an penerimaan pajak sehesar Rp 1,
asumsi ceteris paribus, ale.an mC11yebabkan pcrubahen kenaikan GDP sebesar
Rp2,J2 Milyar dan perubahan kcmlik.im pengeluaran pembangunan pemeril\Wh
sebesar Kp I,- asumsi ceteris pat/bus, abll menyebabkan perubahan kenaibn
GDP sebasar Rp 1.92 Milyar. Pcni,r.aruh tidak langsung <lari sisi flskal terhadap
pcrrumbuha» ekonomi dituajullan okh variabel perubahan pengelu&lllll
konsumsi rwnah tanggalswasta (OCR) yang m<myatakan bahwa pclllbahan
kenaik1111 pengeluaraa konsumsi rum.ah tanggs/swasta sebesar Rpl.- akan
menyebabkan perubahsn kenaikan (;DP sebesar Rp0,56 Milyar (osvmst ceteris
purlbus ).
2. Tidak signifi.kannya variabcl cicilan hutao.g dau bwt? piojanmn luar negeri
pemerintah 1erhadap variabel GDP, mengindikasi.kan bshwa kcbijakan humng
luar negen pemerintah tidak dapat lagi di.andalkan uotuk metubiayai defisit
anggaran pemerintah. Hal ini disebabkan karena efisiensi pemanfaatan hut.aog
yang rel\dah oleh pemerimah
3. Hubungan kausalifaq dua arah terjadi antara variabel perubahan GDP (OGDP)
67
BABIV KESIMl'ULAN DAN SARAN
Dari hasil-basil empiris yang telah dikemukan. ads beberapa saran yang dapat
dikemukakan da lam pene I itian mi,
I . Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah
dapat menggunakan insnurnen kcbiiakan fiskal terutama rnelalui kebijakan
perpajak.an maupun kebijakan pengeluaran pernbangunan untuk meneapai targel
pertombuhan ekonomi yan~ dibarapkan.
2. Sudah saatnya pcmerintah mengurangi pinjaman luill' negeri pemerintah untuk
membiayai pengeluaran pembangwwi pcmerintah dan sdanjutnya dihcntikan,
Beoerapa usulan dari masyarakat wrtuk keluar dari jcbakan hutang sebaiknya
juga direspon positif oleh pemerintah, misalnya adalah pemberlakuan balaS
maksimum bagi pem bayaran huuing publilc. terutama hutang luar oegeri melalui
UU. Hal ini dimilksudkan agar pemerintah bisa menggunakannya sebegai dasar
dengan perubahan penerimaan pajak (DlX) dan perubahan pengeluaraa
pembangunan {DGP), perubahan pengeiuaran pcmbangunan (DGP) dengan
cicilan hutang dan buaga pinjaman laar ncgcri pemerintah (CH) serta antara
perubeban pengcluaran pcmbangunan (OOP} dengsn perubahan penerimaan
pajak. (l>TX).
4. Tidak terjadi hubungan searah maupuo dua arah di antara variabcl pcrubahan
pengcluaran konsurnsi rumah tanggafsWllSla (OCR) dengan perubahan GDP
{l)(jOP). variate! pcrubahan peoerimaan pajak (DTI() dengan variabel
pcrubahan pengeluaran konsumsi rumah tangga/swa~ta (OCR), dan variabel
peruoahan pengeluaran vembangunan OXTP) dan variabel perubahan
pengeluaran konsumsi rumab tangg81swasta (OCR).
4.2 Sann
bukum sekal igus alat negosiasi, sena pengaturan tent:ang pem batasan jumlah
uteng baru.
3. Kebijakan penerimaan dari sektor po.ink masih sangat dapat diandalkan sebagai
sumber pembiayaan pengcluaran pcmbangun:in perneriDtah.. karena tax ratio di
Indonesia masih rendah (± 14,22%).
4. Selama ini, perhatian hanya tertuju pada masalah bcsarnya hutang luar negeri
pemeriniah. Sejak tahun 2000, pe:rrn:rinlah beralib mengatesi masalah defisit
anggaran dengan melakukan pinjaman l:epada masyarakat, hutang domestik ioi
juga tidak kalah besarnya dcngan butang luar negeri pemerinlah. Sehingga
untuk penelitisn lebih lanjut petlu puJa mengukur bagaim.ana pengaruh hutaDg
dornestik pernerintah terhadap pertumbuban ekonomi Indonesia,
70
Handayani, Dwi P,, 1997, "Pcngclueran Pcmcrintah : Peran dan lmplikasinya tcthadap Pertumbuhan dan Stabilitas E.konomi Indonesia Selama Pembangun>1n
Hill, I Jal. 1994, Macroeconomic, Second Edition, Worth Publisher. New York
____ , 1996, Tronsformasi Elconomi Indonesia; Sejalc 1966. Sebuah Slum Krills don Komprehensij. Tiara Wacana, Yogya.
___ • 2000, Ekonomi Indonesia, Edisi Kedua. Alih bahasa : Tri Wibowo Budi Santoso & Hadi .Susi lo, PT. Rajagrafmdo Persada, Jakarta.
Gujarati. Damodar N., 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition, Mc Graw Hill. New York.
Departemen Keuangan RI, Diljend.Perb<?ndaharaan IU.(www.pcrbendaharaan.go.id)
Deller, Steven C & Victor Liedo, 2002. "Local Government Taxing, Spend.illg and Economic Growth: New Evidence for Wisconsin", Agricultural & Applied Economics. No.447, llniversi\y of Wisconsin-Medisoo/Eirtcosion.
Bawazier Fuad & M. Ali Kadir, 2004, Kebija'"4n Fiskal. Pemikiran. Konsep don lmplememasi". Ouku Kompss, Jakarta.
1999, Teori Pertumbuhan Ekonoml. Seri Sinapsis, Bdisi Pertama, Cetaksn K~cn11J11, BPFE, Yogyakarta.
Brllutigwn. Deborah A & Stephen Knack, 2004, "Foreign Aid, lnstitutioo. nnd Oovcrnancc in Sub-Sharan Africa", i::conomi(; Developmeru and Cult11ra/ Change. p.255-285.
Boediono, 1998, Ekunomi Mokro. Seri Sinapsis, Edei Kccmpat, Cctalcart kedelapan belas, BPFE, Yogyakarta.
Biro Pusat Sta1istik, 2005, Stati~•ik Indonesia,
Biro Pusai Staristik, 1997. Statistik Dalam 50 Tahun Indonesia Merdeka,
Ackley, Gardner, 1973, Teori Ekonomi Mab-11, A.lih Bahasa : Drs.Paul Sitohang. disempurnakan oleh : Dr S.B. Joedono, Ul-Press Jakarta.
Badan Analisa Fiskal, 2003, Nora Keuangsn APBN 1969-2003 (Cn-ROOM), Departemen Keuangan RJ.
Aivazian, S.A.: S.V. Borisova; E.A. Lakaliu and V.L. Makarov, 2()03. "Econometric Modelling of the Russian Economy", Acta .4.ppliandae Maihematicac, No. 78. 1-J.
DAFTAR PUSTAKA
Pattillo, Chaterine; Helene Peirson and I .uca Ricci. 2002. ~ External Debt and Growth", tmemationot Mo11etury Fund Working Paper, WP/02169:1-47.
Rachbini, Diuik J., 2006, "Kebingungan Kcbijakan", Art&/ Kompas 19 Juni 2006.
Republik Indonesia. l003. Nola Kcuangan Indonesia don Angguran Pendapatan dan JJe/a1rja Negara Ta/nm A11ggaran ZOOJ. Depanemen Keuangan, Jakarta,
Papanek, Gurtav F.. 1972,. 'The Effecl of Aid and Other Regional Transfers on Saving and Growth in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No. 327: 934-950.
Prasetiantono, A. Toni. 1997, AJ(enda Ekonomi Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Umwn, Jakarta.
Mitchell, Daniel J.. 2005. "The Impact of Govemmenc Spending on F..cooomic Oruwtl1", 7he Heritage Foundation, http://www.heritage foundation
Parkin, Michael and Robin Bade, 1992, Macroeconomic, Second Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey,
Maddala, G.S., 2001, lntroductfon to Econometrics, Third Edition., Prentice-Hell, Inc.
Mankiw, Gregory N., 2003. Teori Muuoekonomi, Edisi Kelima, Alih Bahasa : Imam Nurmawan, SE., Erlangga, Jakarta.
Landau, D., 2001. ·'Government (:}l(penditure and Economic Growth : A Cross Count:y Study", Sou/hem Economic Journal, 49. 783-792.
Liu, Weiping, 2000. ·' An Empirical Study of Asian Financial Crisis by Debt Service Capacity Compansou", Ma11ageriaf Finance. Vol.26, No. 4:16-27.
Mankiw. Gregory N.. 1994, Macrot:conomic, Second Edition, Wonh Publisher, New York.
Jangka l'anjang 1•enama (l 969/1970 - 1993/1994)'', Tesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mnda, udak dipublikasikan.
Insukindro; Maryatmo dan Aliman, 200 I, "Ekonometrilca Dasar dan Penyusunan Indikator Unggulan Ekonomi ", Modul Teori Pe/atihan Efamometrlka.
lnteraational Monetary Fund (llli'), International financial Statistics (IFS), beberapa pcncrbitan.
International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics (lt'S). (www.im{Srali$lics.org).
71
• 2005. t,"k)T1Qmerrlka: Teori dan Aplikasi WI/Uk Elamomi dan Binis, Edisi'Pertama, Ekonsia, Yog_vttlana.
Widarjono, Agus, 2002, "Kausalitas Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah : Pendekatan Koinregrasi dan ECMr, Empirlka; Vol. I 1, No. I, 36-48.
Wabyuni, Heoi, 2004, "The Role of Government in Economic Growth : evidence From Asia and Pacific Countries", Jurnal .Ebromt dan Btsnts tndonesiu; Vol.19. No. 1, 71 81.
Saxton, Jim, 1995, "Government Spending and Ekonomic Gmwili", http://www.h9usc.govliec/fisca1Jbudgctlspending(spending .htm,
Suiistyo, Arb <lllll Pwi<l Wijaya Mansoer, 1998, "Su111u Pendekatan ckonomc::tri terhedap Ekonomi Makro Indonesia (1978-1994)", Jum"1 Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.13, No.4, 30-49.
Todarn, Michael P.. 2003, /'embangiman Ekonomt di Dunto Kell~a. Jllld 1, Edisi Kcdelapan, Alih Bahasa : Ors. Haris Mwaandar, MA., Erlangga. Jakarta.
-----------------• 2003, llmu Mikroekonomi, Edisi Tujuh Belas, Alih bahasa: Nur Rosyidah, Arma Elly & Bosco Carvallo, PT. Media Global Edukasi, Jakarta.
Samuelson, Paul A. and William D. Nordhaus. 1995, Economics, Fiffieen Bdition, McGraw-Hill International Editions United Sute of Amerika,
Saleh, Samsubar, 2000, "Darnpak Kcbijaluin Fiskal tcrhadap Penurnbuhan Ekonomi Indonesia", Kertas Kerja. fialcultas Ekonomi Univcrsitas Gadjah Mada, tidak dipubl i kasikan,
Sudibyo, Bambang, 2003, "Kerniskinan : Sebab Struktural dan Resep Teknokratis untuk: Menghapuskannya", Junia/ E>:onomi dan Bisnis Indonesia, Vol. I 8, No. l, 37-47.
72
7J
Sumbtt: lnteniatfonul Financial S1a1istik (IFS), beberapa penetbitan
GJ>P Pengeluaran 1'ahun IHK Nominal Konsumsi RTISwasta
199CFIOO (MilyarRp) Nominal (Milvu Ru)
197() 9.10 3,340.20 2,692.80 1971 9.50 3,672.00 2,832.60 1972. 10.10 4,564.00 .l,401.60 1973 13.30 6.753.40 4.790.70 1974 18.70 10,708.00 7,258.60 1975 22.20 12.642.50 8,744.~(I 1976 26.70 15,466.70 10,46).80 1977 28.19 19,0I0.70 12,15&.4-0 1978 30.48 22,746.00 13,850.00 1979 37.17 32,025.40 19.513.70 1980 44.04 45,445.70 27,502.90 1981 49.41 SR,127.20 32,293.00 1982 .~4.12 62,475.70 37,92.~.70 1983 60.SI 77,623.00 47,063.00 1984 66.81 89,885.00 54.066.50 198S 69.98 98,406.00 57,985.00 1986 74,()7 11 (),697.00 68,453.00 1987 77.30 128,630.00 74,246.00 1988 83.SO 149,395.00 85,318.00 1989 88.90 179,601!.00 95,414.00 1990 100.00 210,866.00 114.693.00 1991 109.40 249,969.00 137,469.00 1992 . 117.70 282,395.00 147,709.00 1993 129.00 329,776.00 192,958.0fl 1994 140.00 382,220.00 228.119.00 1995 153.20 454,514.00 279,&76.00 1996 16550 .532,.568.00 332,094.00 1997 175.80 627,695.00 387, 171.00 1998 278.36 9.55, 753.00 647,1124.00 1999 334.90 1,099.730.00 8l3,18J.OO 2000 - 350.06 1.264,920.00 &.~0.819.00 2001 392.04 1,449,400.00 975,731.00 2002 436.93 1,610,560.00 l, 120.160.00 2003 46S.48 1,1S6, 700.00 1,238,890.00
Data Vanabel yaog Dlpe.rguoakan Dalam Aualisis
74
Sumber : Nota Keuangan dan APBN 1969-2003 (CD Room)
Cicilan Jfntme clan Penmimaan PengelW113n T>lhun Honga Pinjaman L1' Pajak Pembangunan
Pernerintah Nominal Nominal Pcmerintah Nominal (MilyarRp) (MilyarRp) (MilyarRp)
(CH) (TX) (OP) 1969119"/U 14.SO 173.10 11)9.)1) 197011971 27.60 220.80 137.90 197111972 46.70 259.10 163.90 1972/1973 46.30 339.10 263.00 1973/1974 74.40 .546.90 406.30 1974/1975 69.10 737.60 9115.20 1975/1976 73.10 931.90 1.436 40 1976/1977 186.20 1.150.70 1.571.20 1977/1978 224.20 1,422.40 1,540.60 19/8/J97Y )21.20 1,736.40 1,945.lS!l 1979/1980 743.90 2,283.90 3.479.70 1980/1981 795.80 2,911.70 5.450.60 !981/1982 930.50 3,201.80 6,826.IO 1982/19SJ 1.223.20 1,7711.50 7,44-0.40 1983/1984 2,100.50 4,504.30 8,5.57.00 19&4/1985 2.77S.70 4,793.70 8.374.80 19S~/1986 3,323.10 6,329.50 11.740.10 19R6/1987 4,183.20 8,482.30 9.091.20 ]987/1988 6.765.40 9.93050 Y.769.90 1988/1939 10.608.00 12,344.60 12,317.20 198911990 11.775.60 16,084.10 15,393.90 1990/1991 12.577.10 22,mo.90 18,250.&0 1991/1992 12,598.00 24,919.30 23.074.50 1992/1993 14.248 . .SO 30,091..SO 26.906.30 l991/l'Xl4 17.042.30 36,665.10 28,428.10 19941199.5 1 ll,298.40 44.442.10 30,691.70 1995/1996 20.489.00 48,636.30 28.7&0.70 1996/1997 22,':102.00 57,339.90 35,951.80 1997/1998 211,057.30 64,066.30 46,938.J() 1998/1999 64,296.JO 72,930.80 92,683.00 199912000 44,430.80 )25,900.00 25,700.00
2000 U,300.00 115,900.00 25.900.00 2001 2H,900.00 185,.500.00 41,600.00 ?.110?. 25,400.00 2I0.9SS.SO 40,JOO.OO 2()03 26,SOO.OO 254.140.20 6!UOO.OO ---·-· - .. ... -----..
Dala Variabel yang Diper,iuoakaa Dalam Aoalisis
15
Sumber : Nota Keuangan dan t\PBN 1969-2003 (CD Room) Ketc!ra11gan : l>a!a di adjusted dengan Rumu.~ : }fl 2 x tabun t-1 + <J{J 2 x tahun t+ I
Khusus tahun 2000. Rumus : data tahun 2000 + 3/12 x tahun t-l
Cicilan llu...,1g dan Penaimaan Pengeluaran Tahun Rnnga Pinjiunan LN Pajak Pembangunan
Pemerintah Nominal Nomioal Pemcrintah Nominal (MilyarRp) (MilyarRp) (Milyar Rp)
(CU) (TXI (OP) 1970 2~.33 208.88 130.75 1971 41.93 249.53 157.40 1972 46.40 319.10 238.2} 197] 67.JS 494.95 370.4! 1974 70.43 689.93 340.48 1975 !
72.10 883.33 1,323.60 1976 151.93 1,096.00 l.~J7.50 1977 214.70 l,JS4.48 1,S48.25 19711 446.95 1,657.90 1,844.SO 1979 688.23 2,147.03 3,096.23 1980 782.83 2.754.75 4.957.88 1981 396.83 3,129.28 6,482.23 1982 1,150.03 .J,6'2&.33 7,286.SJ 1983 l,881.18 4,320.85 8,277.85 1984 2,606.90 4.721.35 8,420.35 1985 3,186.25 S,945.55 10,898.78 1986 3,968.13 7,944.10 9,753.43 1987 6,119.85 11,™.45 9,600.23 1988 9,647.35 I 1,741.08 11.680.38 1989 11,483.70 15,149.23 14.624 7J 1990 12,376.73 20,529.20 17,536.58 1991 12.592.78 24,192.20 21,868.58 1992 13,83.5.88 28,798.45 25,948.35 1993 l6,l4J.K'.'i 35,021.70 28,047.65 1994 17.984.38 42,497.8.5 Jo.1:n.su 1995 19,941.35 47,625.25 29,258.45 1996 22,298.?S 55,176.~U 34.159.03 1997 26,763.48 62,384.70 44,191.68 1998 SS,236.SS 70,714.6ll 81.246.83 1999 49,397.18 112,657.70 42.44.5.75 2000 .29.907.70 147.:n;.oo 32,325.00 2001 28,900.00 18.5,500.00 41.600.00 2002 2~.400.no 210,9SS . .50 40,300.00 2003 26,800.00 2~,140.20 6~,100.00
l>aia Ta•un Amggana yang Telab Dirubab ktclalam Tahu• Kalende,-
76
-1.12E- 3.
-~ 7l6B1731
'
50 100 150 200 ·151) -100 .so 0 0
..llQ.e8ea Pdllll:ility
2
tMll Midorl '*<imJn Mrimm sa Del. Sk Kul<sis
4
Seies: RE111!Uls SlJ11]1e 1971200! QboerWiaw 33
6 ,,
~ -
'
I :..
~ ~~~~ ~ ' '
. .
6
VJ! NORMMITAS
105.1924 .~.6819 11.61781 11.91456 &.8Sl71S 0.000094
0.4631 0.8798 0.0620 0.0001 0.0001
0.743898 0.15256-0 1.944123 4595112 4.441525
c 17.95757 24.13983 CH 0."48355 0.316956 OCR 0.555971 0.285974 DTX 2.31%27 0.504803 DGP 1.917880 0.431807
R-54uared 0.558463 Mean dependent var Adjusted R-sqwued 0.495386 S.D. tlerendent var S.E. of regression 77.91384 Akaike Info criterion Sum squared resid 169975.9 Schwarz criterion Log likelihood -187.8489 F-statistic Dllrbin-Wal1'ln ~ 2.090929 Prob{F-$talisticl
Prob. I-Statistic Variable Coefficient Sid. ErTnr
Dependent VHriablc: OOOP Method: Least Squares Dato: 08ffl7i06 Time: 17:0? San1ple(adjustcd): I ?71 2003 Included observations: 33 after adjusting endroint<
PERSAMAAN PENDAPATAN NASIONAL
77
68.71563 ~6.8Sl49 11.00314 11.09384 0.221333 0.641320
Mean dopendent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-.tatislic Prob(F-statistic)
0.007089 -0.024940 57.58644 1021!02.l
-179.5519 0.172158
R-squared Adjusted R-squared S.E.of~ion Sum sqtw'Cd resid J.og likelih.ood Durbin- W •Ison stat
0.0000 0.6413
5.843539 0.470460
C 66.'.Z2803 11 J3355 DTX 0. I 56955 0.333620
Prob. 1-Statislic Variable Coefticienl Sid. Em>r
71.68S46 62.55350 10.68448 10.77518 20.97840 0.000071
Dependent Variable: CH Meth-Od: Least Square:; Date: 08/07/06 Time: 18:03 Samplc(adjusted}: 1971 2003 Included observations: JJ alter adjusting endpoints
Moan dependent var S.O. dependent var Auike info criteriOP S-Ohwar.c criterion F~tisric Prob(l'-st:atistic)
0.403593 0.384360 49. llM73 74749.52
-174-.29J9 1.829180
R-S<Juucd Adjusted R-squarcd S .E. of regressioo Sum sqlUll'ed resid Log likelihood Durbin· Watson >1'11
0.0903 0.0001
1.748433 4.S8021ll
c 23.65474 13.52911 CH 0.698978 O. I 5260ll
Prob. 1-Sca1is1ic Variable Coefficient Std. Ermr
68.71563 56.88149 10.49342 10.58411 20.97840 0.000071
Dcpendem Variable: OCR Method: I.east Squares Date: 08107/06 Time: 18:05 S&ml)le(adjumd): l<J71 2003 Included obsc.vations: 33 aJler adjusting endpoints
MC811 dependen< var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwan criterion F-rutislic Prob(F-•IAti.iic)
0.403598 0.381366 44.63078 61749.10
-171.1414 0.850309
R-squared Adju~!ed R-sqt.lllr~-d S. C. of regression Sum squaeed resid Log litelihood Durbin· Wa(.$(ln stat
0.0288 0.0001
2.292G97 4.580218
c 27.32358 J 1.91766 OCR 0.577412 0.126066
Prob. I-Statistic Variable Coefficient Sid. Error
Dependent Variable: CH Method: Least Square~ Dale: Oll/07/06 Time: 18:03 Samplc(adjUSl.od): 1971 2003 Included observations: 33 after adjw;tillj!, endp<>ints
UJI MUL TIKOLr'ITEARIT AS (PENDEKATAN KORELASI P ARSIALl
78
3.$02652 35.34557 10.07326 10.16396 0.421177 0.521130
0.3832 0.5211
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwan: criterion F-!illl.tistic Pmb(F-sw~ric)
0.013404 -0.01~21 36.17422 4()565.81
_, G4..wa3 1.911324
R-squaced Adjusted R-squattd S.t:. of regression Sum squared rcsid Log likelihood Durbin- Watson stat
0.884574 -0.648982
c 1.116155 9.966556 CH --0.072960 0.112423
Pmh. I-Statistic Variable Coeffa:iall Std. Em>r
68.11563 56.31149 10.99676 '.-1.017% 0.421171 0.521130
0.0000 0.5211
Dependent Vari.able: l)GI' Method: Least Squares Date: 031{)7/06 Time: 18: 12 Sample( a4i ustcd): 1971 2003 Included observations: 33 after adjusting en<!points
Mtan depcnc!ont , . .., S.0.dependentvar i\Jaike info criterion Sc:hwarL cri\Crion F -statistic Prob(F-SUltisric)
0.013404 -0.018421 57.-4-0301 l02145J
-179.4466 G.1 ss5og
.R.-~u.ated Adjusted R-~quared s.e. of regression Sum squared resid Log likelihood Ouroi n-W atSOn stat
6.906616 -0.648932
I0.05040 0.283090
69.4141S --0.18.lnO
c OOP
Prob. t-Sta1i111ic V11ti4ble Coellkient Std. En-or
Oepcmdcnt Variable: CH Method: Least Squares Date: 08i07/06 Time: I 3:09 Sample(aclju>tedJ: 1971 200) Included observations: JJ after adjusting e11dpoints
15.&4911 30.513.59 9.757547 9.848245 0.221333 0.641320
Ahike info criterioti Schwan aiterion F-Jtat istic Proli(F-statistic)
J0.89175 2958331
-151.999S l.9427n4
0.007089 Mean depondent Y8l'
-0.024'>40 SJ). dependent var R -sq uarcd Adjusted R-squared S.E of regressioa Sum squared reswl l.ng likelihood Durbin- W atson stat
0.1444 G.64!3
!.49!499 0.470460
C 12.74S44 8.Sll lS3 en 0.04516 i 0.096006
Prob. t-Statistic Variable Coefficienl Std. Error
Dependent variable: DTX Method: Least Sq\lUCS Date: 08/07/06 Time: l 8:()7 Sample(e.djustal): 1971 2003 Included observ11tion.: 11 after adjusti11g endpoints
79
71.68546 62.58350 11.20118 11.29187 0.004464 D.9471.57
R·squared 0.000144 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.032109 S.D. dependent var S.F.. of regre~~lnn 63.58032 Auile info criterion Sum squan:tl resid 125316.2 ScllwaIL &;ri1orion L(lg lilc.elihoo<I -182.R194 F..smtistic Durbin· Watson stat 1.090721 J>rob(F-siatistic)
0.0000 0.9472
6.446769 ..0.066816
c 71.76512 11.13195 OOP -0.020950 0.3135)4
t-Statistic Prob. V ariablc Coefficient Std. Error
Oependent V ariahle: OCR Method: Least Squares Date: 08107/06 Time: I 8: 17 Sample(adjusted): 1971 2003 Included obscrvatioo.~: 33 after adjusting endpoints
15.84911 :JU.SI 3S9 9.7MS51 9.8SS2.49 0.003419 0.953746
0.0709 0.9537
1.8702&9 0.058475
c 15.48206 8.277895 OCR 0.005120 O.OS7S6.5
R-squared 0.0001 JO Mean dependent var Adjusted R-squared -0.032144 S.D. dependent var S.E. of regression 31.00013 Akaike info criterion Sum squared resid 29791.24 Scltwat7. criterion Log likelihood -159.1151 F-statistic l)uri)in-Watson sw 1.886447 Prob( F-statistic)
Prob. t-Statistic Variable Coefficient Std. Error
Dependent Variable: UTX Method: Least Squares Dare: 08107/06 Tione: 18:16 Sample(adjusted}: 1971 2003 Included obsetvanons: 33 after adjusting endgoints
71.63546 62.58350 I 1.20121 11.29191 0.003419 0.953746
5.701409 0.058475
Mean dependent var S.D dependent var Akaike info criterion Schwan. criterion f·Slatistic Prob(F-statistic}
0.000110 --0.0321·H GJ . .5&139 \25320.4
-182.8200 1.094771
R-squared Adjusted R-squared S.K of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson ~ta!
0.0000 0.9537
12.51341 0.368351
71.34408 0.021539
c DTX
Prob . . . t-Statistic V31iab\e Coefficient Std. E1TOr
Dependent V31iablo: OCR Method: Least Squares Date: 08107(06 Time: is.u Samplc{adjusted}: 1971 200J Included observations: 3J after adjusting endooiots
80
3.802652 35.84557 9.864925 9.955623 7.699219 0.009276
R-squared 0.19895() Mean dependent var Adjusted Rssquared 0.173110 S.D. dependent var S.E. ofregn;ssion 32.59563 Akail<e info criterion Sum squared resid 32936.72 Schwan crit.-rion Log likelihood -160.7713 F-sllltistic Durbin-Watson stat 1.152975 Proh(F-statistic)
0.06S5 0.0093
c 12.10726 6.415124 1.387300 DTX -0.523980 0. 188839 -2. 774747
Proh. Varial:>le Coefficient Std. Error I-Statistic
15.34911 )0.513.59 9.542829 9.633527 7.()99219 0.0()')276
M<lall dependent var S.D. dependont var Al<aike iBfQ criterion Schwan criterion F-stati~ic Prol>(F-stati~tic)
3.559616 ·2.774747
Dependent Vartable: DGI' Method: Least Sqtu1re• Date: 08/07/(16 Time: 18:2() Sample(adjusted): 1971 2003 Included obs..nations: 33 aftu adjusting endpoints
0.198950 0.173110 27.74707 23S6<i.90
-155.4567 l.76770.5
R-'J<luarcd Aqjusrod R-1quared S.R of reuc"i<>" Su111 ~q•..,~.d resid Log 111\elih()()(I Oort.in-Watson stat
0.0012 0.0093
4.858093 0.136838
17.29294 -0.379691
c O(W
Prob. t-Statistio Vl!Ciahle Caetficiant. Std. furot
Dependent Variable: DTX Meth<1d: Least Squares Da14:: 08/07/06 Time: 18:21 Sample(aciju~): 1971 200) l11cluded observations: 33 after Adjusting endpoints
3.802652 35 34557 10.08961 10.17731 0.004464 0.9471$7
Mean dependent var S.D. dependenl var AkQikc info criterion Schwarz criterion F-statistic Prol>{F-staristic)
0.441716 -0.066816
0.000144 -0.032109 36.41651 41111.03
-16'1.4291 1.867666
R-.squarcd Adjusled R·squnred S. E. of regres.inu Sum squared resid Log likelihood Durbm-Watson stat
0.661& 0.9472
9.724221 0.102864
4.295345 -0.006873
c DCK
Prob. I-Statistic Variat-le C:O..fficie111 Std. Error
Dependent Varial:>le: 001' Method: Lenst Squares Dare: 08/07/06 Time: 18: 19 Sample(adjusted): 1971 2003 Included obs..-o.uions·. 33 afu:r adj115ting endpGinl&
81
4 4-d1, 2.807
4- du 2.27
2 du 1.730
di. l.193
0
evidence of decision positi f auto- corelation
Do not Reject HO or Ho or both
2,!tYt ~~~~~~~~~~~~~~-~~~~~~~~~~~~~d
woe m Reject HO decision evidence of
negati f auto coreletion
zone in Reject HO
UJI ALJIOKORELASI (METODE DURBIN WATSON)
Variable . COc!fficicnt Std. Errt>r t-Statisdc l'rob.
c 3774.569 1570.434 2.40)520 0.0226 RESID"2(-l) 0.340224 0.199620 1.704353 0.0987
R·.tquared 0.088210 MC411 d~dcnt vor 5307.352 Adjusted R-squarcd 0.057889 S.D. dependeflt var 7503. 195 S.E. of regre~on ng2.110 Akaike info criterion 20.68487 Sum squared resid 1.59809 Scilwan. cri rerion 20.77648 1.og I ikelinood -323.95&0 F -statistic 2.9()483'1 Durbin-Watson slat 1.893075 Prob(r-siati$1ic) 0.098652
Test Equation: Dependent Variable: R F.Slll"2 Method: Least Squares Dote: 08f07AA> Time: I R:OO Sample(adjusted): 1972 2003 Included obscevaiions: 32 after adjusting endpoints
0.09&652 0.0921!09
Probability Probability
2-904837 2824958
F-sta1istic Obs• R-sq oared
ARCH Test:
UJI HETEROSKEDASTISIT AS ( METODE ARC">
82
. F-81atistik u F-Tabel Kesimpulan
-- 8.853715 5% 2.71 Signifikan
PERBANDINGAN SILAI F-STATISTIKOAN F-TABEL
- Variabel I t-Staristik 0 t-Tabel Kesi01pulao
Tidak CH I 0.1.52560 5% 1.701 Signifikan
·- ---·-·· ... .,.
DCR ; 1.944128 5% l.701 !Signifikan l
DTX I 4.595112 5% l.701 Signifikan
-·--· VGP 4.441525 5% 1.701 Signifikan
-···· ...
PERBANDINGAN NILAI t-STATfSTIK DAN t-TABEL
RJ
PF.RSAMAAN PENDAPATAN NASIONAL
DGDP,= llo+a1CH,+a1l>CR,+AJDTX,i""*4DGP,+ t11
Pairwise Granger Causality Tests Date: 08107/06 Time: 21:21 Sample: 1970 7.00'.l Lags: I
NuJI Hypothesis: Ohs F-Statistic Probability
CH does not Granger Cause DGDr 32 I .00!120 0.32364
DGDP docs not Granger Cause CH 25.1976 2.4E-05
DCK does not Granger Cause DGDP 32 1.79723 0.19046
l)Gl)t' does oot Granger Cause OCR 1.68827 0.20406
DTX does not Granger Cause DOOP 32 9.36274 0.00473
DGDP does not Gronger Cause DTX 10.0089 0..00364
OGP does not 01'111lger Cause UUUI' 32 13.3337 0.00102
OODP does oot OraJ\ger Cause 001' 12.0997 0.00161
OCR JQ<.':! oot Granger Cause Cl I 32 2.32352 0.13826
Cli does not Granger C11u:;c: OCR 5.06745 0.03213
DTX does nOt Granger Cause CH 32 0.06546 0.79988
CH does not Granger Ca1L~e OTX 3.11279 0.08321
DGP does not Granger Cause CH 32 7.71673 0.0~49 CH does not Granger Cause IXil' 3.37348 0.07652
DTX does not Granger Cause DCR 32 0.04735 0.82926 DCR does not Granger Cause DlX 0.10116 0.75272
OGP does not Granger Cause OCR 32 1.82626 0.18702
OCK does not Granger Cause OGP 0.06512 0.80039
DGP does not Granger Cause DTX 32 13.2618 0.60105
OD{ does not Granger Cause DGP 16.1825 0.00038