sekolah pascasarjana - perpustakaan...

99

Upload: nguyentram

Post on 13-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2006

kepada

17281/PS/MEP/05

diajukao oleh :

Reta Kumalasari

' •.

Program Studi Magister Ekonomika Pembaogunan Bidang Ilmu-ilmu Sosial

untuk memenuhi sebagiao persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Tes.is

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUID PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 1970-2003

(Kajian dari Sisi Fiskal)

Pengelola

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

Pembimbing Pendamping II Lincolin Arsyad, Ph.D

P.rof. lswardono S. Permono. Ph.D

Anggota Dewan Penguji Lain

Susunan Dewan Penguji

pada tanggal 15 Agustus 2006

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

RETA KUMALASARI 17281/PSIMEP/05

dipersiapkan dan disusun oleh

FAKTOR~FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 1970~2003 (KAJIAN DARI SISI FISKAL)

Tes is

iii

Y ogyekarta, Agustus 2006

nasksh ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

ditulis atau ditcrhitkaa oleh oeang lain. kecuali yang secara tenulis diacu dalam

scpanjang pengetahuan saya juga tidak terdepat karya al3.IJ pendapat yang pemah

diajukan untuk memperoleh gclar kesarjaoaan di suatu Perguruan Tinggi dan

Dengan i.ni saya menyatakan bahwa dalam tesis ini iidak ierdapat karya yang pemah

PE.RNYATAAN

IV

Puji syukur Alhamdulillah, pcnulis pan.iaikan kehadirat Allah SWT alas segala

iahmal dan karunie-Nya sehingga peoulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

dengan judul Faktor-faktor yang Mcmpeogaruhi Pertumbuban Ekonomi

Indonesia, 1970 - 2003 (Kajian dari Sm Yiakal). Penulisan tesis ini merupakan

salsh satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjaoaan strata 2 (dua) dari Universitas

uadjah Mada Y ogyakarta,

Melalui prakata ini, penulis ingin rnenghaturkao terima kasih kepada ;

I. Bapak Walikota Magelang dan Bapak ICcpaJa .8agi311 Perekonomian Setda Kota

Magelang, yang telah bcrkenan dan membaiW! kesempatan kepada penulis

untuk tugas belajar di Program Magistcr Ekenomika Pembangunan, Universitas

Gadjah Mada;

2. Direktur Program Magister Ekonomika Pembengunan-Univeesitas \.adjah Mada,

yang telah memberikan kesempatan kepsda penulis untuk menirnba ilmu di

Program Magistcr Ekonomika Pembangwlan. Universit:as Gadjah Mada;

3. Bapak/Ibu Dosen l'rogrmn Magistcr Ekonomika Pembangunan Universitas

Gadjah Mada, yang dengan sabar, tulus dan ikhla.s telah berkenan memberikan

ilmu kepada penulis:

4. Bapak Samsubar Saleh, Ph.D~ yang dmgan sabar telah memberikan bimbingan

kepeda penulis dalarn meayusun iesis ini. Penulis menghaiurkan terima kasih

dan penghargaan yang dalain atas waktu dan kesediaannya memberi bimbingan

dan motivasi di sela kesibukan bcliau yang padat;

5. Rapak Prof. Jswardono S. Permono. Ph. 0. selaku ketua tim peng~ji, bapak

Lincolin Arsyad, Ph. n. dan bapak Akhmad Makhfatih. Ph. U.selaku anggota tim

PRAKATA

v

Penuli~

Yogyalutna. Agustus 2006

penguji. Penulis menghaturkan terima kasih stas saran dan masukan untuk

perbaikan tesis ini;

6. BAPPENAS, yang tclah berupaya deogan sepenuh hati membantu menda.nai

penulis dari awal hingga selesainya studi;

7. Suamiku {Widodo) clan putriku (Echa) <t!flMlyang atas segala pengorbanen dan

dllkunganya selama mama mengikuti smdl di Yogyakarta;

8. Sahabat-sahabatku : Mbak Lesta, Mas Suharno, terima kasih atas dukungan data

dan masukan serta kritik dalam analisis <fan pembenmkan model dalam tesis ini;

9. Teman-temanku Angkatan [I Program 11 b11l1111 l\APJ>ENAS, ~oga

persahabatan ini terus tumbuh subor di bati saoubari kita semua;

I 0. lbu Lies Jan Pak Sariadi yang dengan saber d3" tulus ilchl:is relah benyak

membantu pcnulis mencari rcfercnsi di pcrpustaknan;

11. Seluruh staf Win k11ryawau Magis~ Eko11omika Pembangunen, penulis

rnengucapkan banyak terima kasill atas bantuan dan pe~ yang baik

selarna ini:

Akhir kata. semoga apa yang pcnulis sajikan dalam tesis ioi ada manfaatnya bagi

pengembangsn keilmwm. bagi Pemerint.ah Indonesia daD hagi pcnulis.

YI

2. l Tinjauan Pustaka ······-·-···· .. --.................................... 16 2.1. l Kebijakan Iiskal 16 2.1.2 Pertumbuhan ekonorrn _ . ., .. _.......................................... 20

2.2 Landasan Teori 24 2.2. l Pendekatan Keynesi1111 ··--·--....................................... 24 2.2.2 Pengaruh utaeg pemcrintah

terhadap perekonornian ··--······-·- ··· 29 2.2.2.1 Pandangan tradisional/ldasik 29 2. 2. 2 .2 Pandangan Ricardian . .. . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1

2.3 Hipotesis ··············-···-····-·· .. -- .. --········································· 31 2.4 Alat Analisis ... ·-·---·--..................................... 32

2.4.1 Formulasi model dan data 32 2.~.2 Mctode estimasi __ 33 2.4.J Uji validitas basil estirna.9 .. 34 2.4.4 Uji kausalitas _ ·-·--···················.................. 37

16 ...................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALA T ANA LIS IS

DAB f PENCANTAR . . . . . .. . . . .. . . .. .. . . . . . . . . . .. . . .. . . . .. .. .. 1 I. I Latar Belakang . .. . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. 1 1.2 Kcaslian Penelitian . . . . .. . .......•........ .. .. . . . . .. . . 9 1.J Tujuan dan Manfaat Penelitian . . • . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . 14

l.3.1 Tujuan peneluian ··········-· .. -·-····-···································· 14 1.3.2 Manfaat penelitian ·--····················································· 15

1.4 Sistematika Pcnulisan ··-··--·····................................................... 15

ABSTRACT . . . . . . . .. . . . . . . . .. .. . . •. .....•...... .. .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . .. xii

DAFT AR TABEL ····-··· viii DAFT AR GAMBAR . .. . . . . . . . .. . . .. . . .•.. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. .. .. ix

DAFT AR LAMPIRAN . . . . .. .. . . .. . •............ .. . . . . . .. .. .. . . . . . x INTISA RJ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .• . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi

............. ,. . iv ...................................................................... l'l<AKATA

DAFTARISI

ffALAMAN l'ENGESAHAN u

PERNV AT AAN . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . .. .•. . . . .. . . . . . .. .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. iii

................................... ·~ . HALAMAN .JUDUL

Halama a

DAFfARISI

70

73

DAYl'AH. rus·rAKA

LAMPI RAN

(J1 67 68

4.1 Kcsimpulan 4.2 Saran

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

47

41 42

39 3.1 Cara Penelitian . 3.1.1 Dcfinisi operasional -........................................ 39 3.1.2 Data dan sum her data _............................ 4 l

3.2 Deskripsi Vanabel Pctlditi.an ··-·-··· .. 3 .2. I Kondisi hutang luar negeri .

Pcmcrintah 3.2.2 Perkcrobangan pengehwan

pemerintah 3.2.3 Perkemoangan penerimaan pajak 51 3.2.4 Perkembangan pengehiaran

konsumsi rumah tanggii/SWSSla .. .. .. .. . 54 3.3 Hasil Analisis Data dan Pembahasan 57

3 .3. l Basil estimasi persamaan .. .. .. .. .. 5 7 3.3.2 Ha.-;il ~ji kausalitas Granger 63

BAB III ANl\LISIS DATA .- _.......................................... 39

viii

TabdJ.10 Ilasil Uji t-statistik 61

Tabel .J.11 HHSil Pcngujian Kausalitas 64

T•bel J.6 Hasil Pcngujian Nonnalitas 58

Tabel J.7 llasil Pengu]ian Multikolinieritas. 58

Tabel J.8 Hasil Pengujian Heieroskedasiisaas 59

Tahd 3.9 Hasll Pengujian Autokorela.si 59

Tabet 3.5 Pcrtumbuhan Pcngeluara» Konsumsi Rumall Tanggll!Swasta di Indonesia 1970-2003 56

Tabel 3.3 Perkembangan Volume Pengcluuan Total Pemerintsh Indonesia. 1970-2003 ············-····················································.50

T1bel J.4 Pertumbuhan f'enerimaan Pajak di Jndonesia, 1970-200'.L .............................•............................•..........•............ .52

'fahcl 3.2 Cicilan Hutang Luar Negeri dan J\ngia Debt Service Ratto (DSR) Pemerintah Indonesia, 1970-2003 ..............................................•......... 46

·ra1ie13.1 Perturnbuhan Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia, 1970-2003 ............................................•........................................ #

Tabel 1.2 I ,ajll Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Berkernbang dan Negara ASEAN .................................•...•...........••........•........ S

Tabel 1.1 Beberapa lndikator Ekonorni Makro Indonesia, l 970-1996 dan 1997 -2003 5

Halamao

DAFTAR TABEL

IX

Gambar 2.4 Pengurangan Pajak dalam Perpotongan Keynesian................................................................................... 28

28 Gambar 2.3 Ke11aikan Belanja Pemuilllab dalam Perpotongan

K . eynessan .

Gamhar 22 Penyesuaian Mcouju E!(uilihrium dalam Pcrpotongan Keynesian Ketika Perckonomian Mcrniliki GDP yang Lebih Rendah dari Ek.uilibrium.................................................. 26

Gambar 2.1 Penyesuaian Menuju Ekuilibrium dalam Perpotongan Keynesian Ketika Perekonomian Memiliki GOP yang Lebih Tinggi dari Ekuilibriwu................................ 26

Halaman

DAFT AR GAMBAR

x

Lampiran 3 Uj i Kau.'lfilitas 83

I .ampiran 2 Hasil Esdmasi Persemaan, Uji Aswnsi Klasik dan 76 Uji Statistik

La.inpinD 1 Data Variahel Dalam Analisis - 73

Habman

l>AIT AR LAMPIRAN

xi

Kata Kunci : Kebij akan Fiskal, Penwnbuban Elcooomi, Kausaliias Granger

Penelitian ini bertujuan untuk meogkaji faktor-fakror yang mempengaruhi pcrtwnbuhan ekonomi Indonesia selama periode I 970-2003 dari si si fiskal. Dam yang digunakan merupakan data time series t:thunan dari tahua l 970-2003 atau 34 pengamatan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dibatasi, araara Jain PDB riil, cicilan buiang dan bunga pinjarnan luar ncgeri pcmerintah riil, pcngelll3Can konsumsi rumah tanggll/swasta riil, pc:nerimaan pajak rill dan pengcluaran pembangunan pemerintah riil selama periode 1970-2003. Alai analisis yang dipergunakan adalah regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan uji kausalitas Granger.

Sejumlah temuan cmpiris atas faktor-f.aktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1970-2003 ( dikaj i dari sisi fiskal) mengungkepkan bahwa cicilan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan kenaikan POR. Hal ini mel!lpcckuat dugaan bahwa pengelolaan hlltallg luar negeri olch pemerin1ah tidak efisien, Deagan demikian, sebalknya hutang luar negeri pemerintah perlahan-lahan dikurangi. sebingga dapat menguni.ngi beban APBN dan kemudian dihentikan.

Perubahan k.enaikan peneeimaan pajak sebesar Rpl ,· asumsi ceteris paribus; akan menyebabkan perubahan kenaikan PDB sebesar Rp2,32 Milyar. Hasil yang signifikan menjelaskan bahwa pajak sehagai sumber pembiayaan dalarn negeri masih dapat diandalkan untuk ~lkan pawmbuhan ekonomi Indonesia. sehingga dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan nasional yang berasal dari hutang luar negeri, Begicu pula hubungan antara perubahan kenaikan pengel uaran pembangunan pemerintah dengan perubahan kenaikan Pl)~ adalah positif signifikan. Hubungan positif ini mUiwtjukkao bahwa pembiayaan investasi oleh pernerintab adalah salah satu mcsin peoggerak ekonorni.

Hasil penelitian dengan uji kausalitas Granger menunjukkan terjadi hubungan kausalitas dua arah amara pertumbuhan ekonomi dengan perubahan penerimaan pajak (DTX) dan perubahan pengehman pembangunan (DGP); perubahan pengeluaran pembangunan (DGP) dcngan cicilan hutsng dan bunga pinjamsn iuar ncgcri pcmerintah (CH) sorta pcrubahan pennimaan pajak (DTX). Di lain pillak. tidak terj a.di hubungan kausal i tas anWll pelUbahan pc:ngeluaran konswnsi rumah tangga/swasta (DCR) dengan pertwnbuhan ekonomi, serta perubahan penerimaan pajak (DTX) dengan perubahan pcngeluamn koasumsi rumah tanggalswasta (OCR). Diduga bahwa masyarakat Indonesia semakin nalar dalam mengantisipasi kebiialcan angganm yang diambil pemerintah saai ini,

Dalam upaya untuk rneningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. pemerintah dapat menggunakan insUumen kebijakan u:;kal teruiama mclalui kebijakan P"fllajak.an maupun k.cbijakan peageluaran pembangunan. lni adalah kebijakan yang efektif untuk mencapai targ<t penumbuhan ekonomi yang diharapkan

INTISARI

Xll

Keywords : Fiscal Policy, Economic Growth, Granger Causaitty

This research is aiming at analyzing factorS influencing Indonesian economic growth (a fiscal analytiC<ll study 1970-2003). Data used in this research arc 1970- 2003 111111ual time series data or 34 observations. Variables used in this research are limited to roil GDP. government foreign debt payment and its real interest, real household consumption expenditure, real tax revenue and real government development expenditure during the 1970-2003 period. J\nalysis based on the regression estimation by using ordinary least squareJOLS and the Granger causallty test.

From the empirical test, we can see that the government foreign debt payment and its real interest didn 't significantly infioona: the changes of GDP increasing. This insignificance indicates that government foreign debt management is not efficient. Therefore, it is for the best of the Indonesian government to reduce the number of government foreign debt and then stop.

The Rp I i ncreasing tax revenue changes. ceteris pari bus, will cause the changes of PDB increasing Rp2.32 Dillion. This significant result indicates that tax as a domestic budgeting source is certifiable to increase economic growth of Indonesia. so that it can reduce the financing dcpendttlCe on foreign. The correlation between government development expenditure changes and GUP changes is positively significant, indicating that govemmeot budgeting investment is one of the economic activator machine.

On one hand, by using Granger cmisality test, the result shows that there is a two-ways causality between economic growth and the changes of tax revenue. between economic growth and government development expenditure changes, Moreover, the result also proves that there is a two-ways correlation between government development expenditure changes and government foreign debt payment and its real interest and also the c.hangc o(tax reveeue. On the other hand. there is no causality between household consumption expenditure changes and economic growth; the Lax revenue and housebold ronswnption expenditure changes. This indicates that Indonesian community is getting more progressively reasonable in anticipating the fiscal policy taken by the government now.

The attempt to increase the ladonesian economic growth oould be done through the fiscal instrument policy espe.cially through caution and development expenditure policy. This is the only effective policy to reach the expected economics growth.

ABSTRACT

l

I.I Latar Belakang

Peranan pcmerintah sangat penting dalam mempengaruhi aktivitas ekouomi

secara kescluruhan. Dalam hal mi peran pemerintah bertujuan untuk : meningkatkan

efisiensi ekonomi (yaitu meningketken output dan pcrtumbuhan). menguraogi

lcc:>enjangan ekoromi (yaitu melalui peningkatan pemerataan pembangunaa],

menstabilkan ekonomi mclalui kcbijakan ekonomi makro (yaitu memu)uskan naik

dan turuunya siklus bisnis, agar dapat menghindari baik pcngangguran berskala besar

pada dasar siklus rnaupun iofla.si yang tinggi pada puncak siklus) dan melaksaaakan

kebijakan ekonomi intemasional (yaitu dcngan meningkatkan keseimbangan

bubungan dengan luar negeri) (Samuelson & Nordhaus, 2003: 384).

Kebijakan fiskal (kebijakan APBN) merupakan salah saui piranti atau alat

kebijakan ekonomi yang dapat dipergUl'lakan oleh pemerintah unwk mempeegaruhi

perekonomian dengsn cara mengubah elemen kebijakan fiskal pemermtan yailu

tingkat pengeluarao pemcrintah dan pajak. Ada banyak swnber pembieyaan

pcmerintah, diantaranya adalah melalui pajak, tahnngan domestik, pinjaman luar

negeri, pinjoman dalam negeri, hibah dan pencetakan uang lehih banyak. Ma~ing­

masing kebijakan ckonomi tersebut akan memberikan dampak yang berbeda-beda,

Meningkamya laju peetumbuhan ck.ooomi suatu negara memang tidak bisa

lepas dari interakst ant.lml penerimaan negara dari pajak. pengeluaran pemerintah

maupun bantuan IWIC negeri. Studi empiris mcmperlihatkan bahwa kebijalcon dalam

pengeluaran pemerintah dapat ll\CIIU!CU pemunbuhan ekonomi yang tinggi serta

DAB f

PENGANTAR

dapat pula membawa dampak yang scbaliknya terhadap pertwnbuhan ekonomi.

Kontroversi tentang perlu tidaknya hurang luar ncgeri guna memacu pertumbuhan

ekonomi. sampai sekaeang masih menjadi perdcbatan pwa ckonom,

Banyak penelitian yang mempenanyakan efektivitas pembiayaan pengeluaran

pemerintah yang berasal dari pajak maupun pinjaman luar negeri, Beberapa

penclitian cmpiris yang telah dilakukan antara lain : Aivazian, dkk (2003)

mempcrlihatkan bahwa hutang luar negeri pemerintah tidak sigmfikan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Rusia.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Brautigam dan Knack (2004).

menya••Aan bahwa ada bcbcrspa ala.san mengapa lata k.elola yang buruk terjadi di

Sub-Sahara Afiika. Salah satu diantaranya adalah hutang yang tidak terkendali.

Ketidakscimbangan pernbiayaan pengeluaran pcmcrintah ini, dapat menyebabkan

ketidakslabilan kontlisi ckonomi makro yang dituJljllkk.an dengan beberapa i.Ddikator

sepcrti : oenurunan pernnnbuhan ekonomi, melemahnya nila.i mata uang, inflasi yang

tinggi serta l::etidakmampuan membayar cicilan hutang dan bunga pinjaman.

Hasil yang sama diperlihatkan oleh Papanel: (1972) yang mcnyalakan bahwa

pembiayaan anggaran negara melalui hutang luar negeri tidak beedampak posirif

dalarn meningkafkan pertumbohan ekonomi pada negara-negara berkernbang, Hal

yang berbeda dikcmukakao oleh Dowling dan Hiemenz (1983), menyalakan bahwa

bantuan luar negeri, investasi asing sena tabungan domes1ik berdampak positif dalam

meningkatkan laju pcrtwnbuhan ekonomi di negara-negara Asia (lihat Saleh,

2000:22).

Seperti halnya juga di11lomi olch negara-negara scdang berkembang lainnya,

Indonesia juga mengalami masalah dalam ha! manajemen pengelu.uan pemerintah.

2

Wahyuni (2004) dalam penelitiannya di negara-negara Asia dan Pasiflk

mcmpcdihatkan bahwa komponen kon.wmsi mendominasi pengeluaran anggaran

pemerintah. Pengeluaran yang bcsar untldc konsumsi ini tentunya berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ckonomi. Namun demikian, efek multipliemya masih

lebih kccil dibandingkan mvestasi dan knrang mcmberikan nilai tambah .

.l(onsep penyusUllan aaggaran yang salah dalarn pcnyusunan anggaran negara.

dibuktikan oleh basil penelitian Widarjono (2002) yang meneliti hubungan kauselitas

antara penerimaan dan pengeluaran pcmerintah Indonesia selama periode 1970-1997.

Dari hasil uji kausalitas ini menunjukbn bahwa tidak ada lcausalitas antara

pengeluamn dan penerimaan pemeriotah. Disimpulkan bahwa penyusunan ~

negara tidak didasarkan pada peodekatan penerimasn (reven11e approach), tetapi

didasarlcan plK111 pendekatan pengelunmn (cxpcnditJJre approach). Arti.oyll, besarnya

anggacan dltentubn berdasarkan kebutllhao pengeluaran lebih dahulu selama ~

tahun dan kekurangan peaerimaan kcmudian ditutup dengan hutang luar aegeri.

Secara teoritis, jika pengeluaran p;lOleriptah sama dcngao penerimaan

pendapatan pemerintah maka pemerintah memlliki anggaran yang berimbang. Jika

pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan peadapatan, pemerintah mengalam.i

defisit anggaraa dan jika pengeluaran pemerintah kurang dari peeerimaan

pendapitan. maka pemerintah mengalatnj surplus anggarsn, yang bisa digunskan

untuk melunasi hutang-huta.ognya (Mankiw. 2003:54).

Defisi t anggaran ti dak selalu berkonotasi negatif. Menjad.i masalah adalah

bagaimana defisit anggt1ran terscbut abn ditutup? Penyelesaian defisit anwran

dengan melak.ukan pinjaman luar negeri yang berlebihan akan dapat menyebabkan

terjadinya krisis hutang, yang nantinya akan menjadi be ban nasional bagi gencrasi

3

sekarang maupun generasi yang akan datang, resiko ekan timbulnya inflasi, turunnya

investasi dan tcrjadinya defisit ueraca pembayaran inicmasional.

Sementara penyelesaian defisit dengan melakukan pinjaman dalam ncgeri yang

berlebihan akan menyebabkan terjadinya crowding out investasi sektor swssta,

Padahal investasi sektor swasta ini adalah merupakan kompouen utama dalam

meningkatkan pertumbuhan dan kesempatan kerja. Dengan demikian diperlukan

kebijakan fiskal yang lebih kondusif yairu antara pengelolaan pengeluaran

pemerintah dengan penerimaan pemerintah, haik dari pajak maupun pinjaman serta

bagaimana pengaruhnya dengan sektor swasta,

Pcrckonomian Indonesia yang menunjukkan tanda-taoda positif berupa

peningkatan pertumbuhan ekonomi, sejauh ioi masih didominasi oleh ketergantungan

pada konswnsi swasta dan publik. Kenailum GDP riil di beberapa tahun terakhir ini,

banyak dlpengaruhi oleh ke.naikan ting!<at kousumsi yong mencapai 60"-1> atau lebih

(dua pertiga dari GDP), konsumsi JnCDingkat lcbih besar daripeda investasi,

pengeluaran pemerintah dan ekspor netto, sehingga konsumsi mendorong ke alas

tingkat pendapa•an nasional riil (Hill, 2000:63).

Beberapa indikator ekononu makro Indonesia selama 34 tanun tcrakhir lalnpllk

dalam T.abel I.I. Data tersebut merupakaa gambaran wnum mengenai kondisi

peeekonomia» Indonesia secara makro, memuat infonnasi tentang ~raimana kinerja

ekonomi yang telah dihasil.ltan selama 34 (tiga puluh empat] tahun dan sinyal yang

beeupa gejala serta resiko apa saja yang kemungkinan akan tel)adi dimasa

mcndatang. Jndikator-indikator tersebut pada dasamya snclah mampu memberilcan

sinyal bagi pemerintah umuk lebih bcrbati-hati dalam mcnentnlam arah kcbijaku

fiskal yang tclah diterapkannya sebelwn krisis tahun 1997 terjadi.

sesaor Ulama seperti industri, pcrdagmg&n dan investasi tidak beri(embang d3n

belum rnampu rnencapai sassran untuk lllCllurunkan tingkat pcnggangguran seesra

signifikan, 2) keseDlpatmt kerja makin tecbaW akib111 tiogknt pertumbuhan ekonomi

Rachhini {2006: b) DleDY atakan bahwa koodisi ini dil8ndni dengao I) kondisi sekior-

(lima tahllll rcformasi berjalan), belum juga mampu keluar dari situssi serba ktisis.

bangsa Indonesia terperosok ke dalam krisis yang begitu dalam. Hingga 1al11m 2003

Banyak pihak berpendapat bahwa JD!tS!!lah hulanglah yang menyel>abkan

S,,,,,bu: Dep.K<IL Rf, N1Jta K.<"411f:OI' .& APBN 1969-2663(CD R<>1Jm), 2003; BPS, 1997-

200$; IFS, b<bertlpa penutHl1111, dld4 dloltllL

Rll ta-rata laj ll

lndilultor pertu 111bultan (%)

1970-19'6 1997-2003

tiDP Riil (harga konsian 2000) 6,89 1,2)

Pengeluaran Konsumsi R'T/Swasm Riil S.6& 2,74

Pengeiuaran Total Pcm~rinlah Riil 9,00 0,46

lnflasi 12,20 1,79

Hutang Luar Negeri Pemeeinrah tJ:rhadap GDP R.iil 32,86 47.32

Deb: Service 11.aJiofDS R (Rasio cicilan hutang I oar 21,23 63,68 negeri pemcrintah rii\ terbadap nilai ckspot riil)

S tok hutang luar negeri pcmerintah rill 5.73 21,84

Cicilan hutang dan bung<i!APBN riil 20,08 (5,88)

Peneri moan Pajak ri it 9,35 9,06

Tabungaa Pemerintan riil 19.74 (3,41)

Tabdl.1 Bcbenpa lndibtor EkePGJPi Makro lndoonia,

1970-19'6 dall 1997-2003

5

dan sektoral tidak memadai.

PeSlllll)' a pembangunan terutama di era Orde Baru ( setelah tahun I 960-an ),

membuat bangsa Indonesia dipakss wttuk selalu meraih pertumbuhan elconomi

iinggi. Dengaa kemampuan terbatas, mau tidak mau keinginan untuk meraih

pettumbuhan ekonomi yang tinggi harus ditopang dengan pendanaan IWU' negeri,

Sekarang bangsa Indonesia menuai resiko yang diakibatkan oleh pendanaan luar

negert.

Jndi.ka10r-indlk~1or makro yang ada selama tahun 1970-1996 menunjukkan

adanya kemapanan dalam penwnbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata dapal

tumbuh sebesar 6,~/o per tahun dan laju int1asi yang bersda di bawah dua digit.

T euipi kemudian krisis ekonomi y:ing menimpa baogsa Indonesia seja.k lerjadinya

dcpresiasi rupiah yang sangat tajam di pertengaban tahun J 997, mengakibetkar,

menurunnya aktivitaS produksi secara drastis yang ditunjullan olcli rcta-rata laju

pertumbuhan ekonomi Indonesia periode I m-2003 yaitu baaya scbesar J .23%.

Indikator strategis yang lain seperti rasio Ulang I uar negeri pemeri ruah l.t:Chsdap

GDP rill (barga konstan 2000) ielab mencapai angka yang memberatkan, pada rabun

2003 rasio itu meocapei 43,89%. Sementara itn, rasio utang negara (baik utang

domcstik maupun luar negeri panerinlah} menurut Sudibyo (2003), pada tahun 2002

rasio iw telah mencapai lebih dari 80%. Rasio cicilan hutang terbadap nilai ekspor

{OSR) menunn Praseriaotono (1997) pad.a tahtm 1986 mencapai 30-40"/o dan

mcncapai angka tertinggi pada tahun 1991! sebesar 1(3,08% {Dep.Ke11. R!, data

diolah),

Sebagaimana diketahui bahwa batas aman rasio DSR adalah 20%. sehingga

kini muncul persoal en-persoalan ekonomi yang akan dihadapai bersama, Besamya

6

angka DSR ini, dalam jangka pendek ak.m mcmbuat rapuhnya ncraca perdagangan

dan dalamjangka panjang al(an semakin membcbani APBN. Dengan kata lain, pada

masa-masa mendatang, kewajiban membayar cicilan hutang dan bunga pinjaman Iuar

negcri akan terns bertambah besar, karena sernakin banyaknya uiang-uiang yang

jaruh sempo. 11~1 ini memberikan indikasi bahwa pcmbiayaan pengeluaran

pemerintah perlu dicermati kembali.

Dari data tersebut terlihat juga bahwa trend kebijalcan fislcal yang telah

ditcrapkan o!eh pemcrintah sebelum krisis sebenamya telah mulai menimbulkan

benib-benih inflasi yang cukup ting&i, schingga menyebabkan turwmya daya bcli

rnasyarakat yang ililunjuilau da:ngau menucunnya nita-lllta laju perrombuban

konsWllsi rumah ~a/swuta dan membengkaknya hutang hw negeri. Di lain

pihak sumber utama pembisyaan APBN yang berasel dari penerimaan pa)ak. rata­

rata laju penumbuhannya scmakin meollTUll.. sehingga zabungan pcmerintah

lllCngalami defisit yang herakih& peda mcnwunnya rata-rata laju pertumbuhan

ekonomi. Kekhawatiran lain alas naiknya pengeluaran pemerimah yang dibiayai dari

berbagai pinjamaa luar negeri adalah menunjulc.bn sinyal l>ligi pclaku ekonomi non

pcmerintab bahwa di kemudian bari pemcrintah akan mcnaikkan pajok dan

menggenjot ekspoc dengan roengabaikan standar keselamatan dan kcmanusiaea guon

menurep pembayaran cicilan bulaRg dan bunga luar negeri yang IJlUUS dibayar

pemedntan,

Dibandingkan dengan beberapa negara Asia, seperti : India, Korea, Malaysia,

Singapu.ra dan Thailand. laju pertumbuh.m ekonomi Indonesia tertinggal terutama

setclah krisis yaitu tahun 1999 & 2000. Laiu pertwnhuhan ekonomi di negam

berkemoang dan negarn ASEAN. Tahuo 1W7-2003 dapat di!ihat pads Tahel 1.2.

7

l 997. laju pettumbuhan ekoaomi Indonesia tertinggal dibandingkan dengan beberapa

dik~ii dalam penditian ini sdaleh \cllwa ~ krisis ekonomi di pertengahan Juli

Berdasarkan latat helakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan

luas bagi perekonornian dalam negeri.

maupun pinjaman luar negeri secara langsung akao membawa pengarllh yang sarrgat

internasional. K.ebijakan pemerintah di bidang perpajakan, pengeiuerau pemerintah

dan investasi senor swasta serta menjaga kesin.iunbungan kinerja neraca pembayaran

pendek dan jangka panjll!lg, yaitu antara pc:mbiayaan pengeluaran scktor pcmerintah

Tujuan utarna k.c:bijakan fiskal ad•lah untuk mcnjaga keseimbangan jangka

berpengaruh dalaru perekonorniaa sccara keseluruhan,

tabungan domestik, Keberhasi Ian pemcrintah dalatn kel>ij akan perpejakan sang at

pengcluaran pem bangunan selalu melebilii penerirnaan dari sektor ~jak, ekspor dan

berkembang lainnya, kondisi tersebut tidak memuogk.i.rilcan karena kebutuhan akan

tabungan domestik dan ekspor. T etapi kenyataanya, seperti juga negara-negara

Idealnya, pengeluaran pcmerimah barus Cllkup dibiayai dari peoerimaan pajak,

Kelompok N~ara 1997 1998 1999 1000 2001 2002 2003

I. India 4.80 6,51 6,06 4,37 5,7.11 3,98 8.22

2. Korea 4,65 (6,8S) 9,49 8,49 3.84 6,97 3JO

3. Malaysi1< 7,}2 (7,36} 6,14 8,86 0,32 4,15 5,3 l

4. Singapura 8,So (0,76) 6.83 9,64 (1,95) 3,! 7 l.36

5. Thailand (1,3 7) (10,51) 4,45 4,75 2,17 5,33 6.87

6. Indonesia 4.70 (13,13) 0,79 4,92 3,45 3,61 4,51

7. Fi lipina 5.19 (0,58) 3,4 4,01 3,40 5,54 4,92

Tabel 1.2 Laju Pertumbubaa Ekonomi Bebenipa Negana Serkembang dan

Ne~ra ASEAN, Tahun 1997-2003 (dala111 persentase)

1.2 Keaslian Peaelitian

Peuelitian yang mengkaji tentang falctor-faktor yang mempengaruhi

pcrtumbuhan ekonomi, telah dilab1bm oleh bcberapa peneliti sebelwnnya.

Kesamaan dcngan penelitian yang dilokukan banys terletak pada topik, sedangkan

variabel yang di teli ti, remang waktu pengamatan, daerah yang di re Ii ti serta alat

analisis yang digunakan berbeda. Beberapa basil pene!itian yang telah dilakukan

penel iti sebelumnya antara lain :

I. Aivazian. dkk (2003} menggumkan cnodel persamaen simultan dan

autoregression mode! untuk meaeliti kela'gantungan kinerja makroekonomi

Rusia pada harga minyak duaia, pembayarall huwig luar negeri Rusia dan

transfer sosial Pemerintah Rusia. Uata yang digunakan adalah data kuartalan dari

tahun 1994 kuartal ke4 si<f 2{1(12 kuartal ke-I. Model yang digunakan untuk

pcrtumbuhan yaitu : Y ~ f (I. E, on. Dummy),

ncgara berkcmbang maupun negara-ncgara ASEAN. Hal ini diduga berkaitan

dengan pelaksanaan pc~ kebijakan fiskal di Indonesia yang sering

mengalami kegagalan dan kurang akurat, aotaJa lai11: pengelolaan hutang yang tanpa

strategi dan rcndahnya pencrimaan dari sektor pajak. Resarnya alokasi dan

bagaimana pengcluaran pernerintah dibi.ayui roerupakan salah saru syarat

diperolehnya perrumbuhan ekonorni yq bakesinarobungan.

Va.riabcl-va.riabel yang akan digunakan dalarn pcnelitian dibatasi, antara Jain

?DB riil, lndeks Barga Konswnen (hafgll konstan 1990), cicilan hutang dan bungs

pinjaman luar negeri pemerintah riil, pengcluaran konswnsi rumah 1anggalswasra riil,

pencrirnaan pajak riil dan pengcluaran pembangunan pemeriotah riil selarna periode

1970-2003.

9

3. Bmutigam dan Knack (2004) meneJiti tenlang bantuan asing. institusi dan l3ta

kelola di Sub-Saharan Afrika, Data yang digunakan adalah data cross section

Y =GDP riil

l = I nvestasi (fixed assets j

1: = Exchange rare

GO = Hu tang I uar negeri pemerinlJlh

Dummy = Dummy vuriflhi!l (angka <H<.uartal 3 tahun 1998 & angka 1 =

kuartal 4 tahun 1998)

Hasil penclitian menyimpulkan bahwa hutang luar negeri pemerintah tidal:

slgnifikan mempengaruhi GDP dan hutmg pemerintah mengindilcasikan bahwa

petayanan hutang pciuerintah tidak bcnar-bennr mempengaruhi penumbuhan

ekonomi Rusia sekarnng. Begitu pula dengan investasi dan dummy juga tidak

bcrpeni:aruh secara signi1ikan ierhadap GDP, lwiya variabcl exchane« rare youg

berpengaruh terhadap GDP. Adapun model persamaan strukiural yang lain

meliputi : model ekspor, impor. konsumsi, CPI dan income;

2. Saxton (1995) melalcuke.o studi empirik tentang pembelanjaan pctnerin!/lh dan

pertwnbuhan ekonomi. Hasil penelitian menyatakan bahwa sekatang ini, bclanja

pemerintah Amcrika Scrikar da.n kebanyakan ncG8IR berkcmbang lainnya adalah

berlebihan yang {11an8. menurunkon pcrtumbuhan ekoaomi. Selain itu,

pemcrintah juga menyelcweogkan sumbcr dayn terl:tlu jauh, sehingga

produktivitas pengusaha swasta, peke1ja dan pcoanam modal menunm yang

menyebabkan melambemya ekoromi. Dalam peneliliwuLya, juga disebutkan

bahwa ekooomi tidak dapal nunbuh tanpa peningkatan investasi swasta dan

konsumsi swasta;

10

dari Jl negara di sub-Saharan Afrika untuk pcriode 1982-1990 dan 1990-1997.

Alat analisis yang digunakan adalah metode OLS dan TSLS (Two Stage Leost

SquaTe). Hasil pcnelitia.n menunjukkan bahwa : I) terdapat hubungan statistik

yang sempurna antara tingkat bantuan asing yang unggi di Afrika dan tatn kclola

yang buruk, 2) terdapat hubungan yang kuat antara tingkat bantuan asing yang

tmggi dan menunmnya bsgian pajak dari GDP, 3) mcningkatnya GDP per kapita

dihubungkan dengan peningkatan tata kelola:

4. Wahyuni (2004) meneliti tentang peran pemerintah dalam pcrtumbuhan

ekonomi; bukti dari ncgara-negara asia dan pasifik. Penelitian tersebut bertujuan

unruk raenganalisis peran pcn1erintah dalam pertumbuhan ekonomi janglca

~jang di scbagian besar negara asia pasifik yang mempunyai kesarnasn latar

belakang ckonomi. Penelitian menggunakan data selama periode 1980-?.000,

dengan alat analisis unbal11nced panel method. Pcncliuan menyimpulan bahwa

koeflsien pangsa pcngeluaran pemerintah terhadap GDP edalah negative

sign/ficatll dalam mempcngaruhi pertwnbuhan ekonomi di kawasan ini.

Hubungan negatif ini menunjukkan bahwa sebagain besar ncgara-ncgoro di

kawasaa ini menemui masalah dalam manajemen pengeluaran pemerioteh,

Nmnun demikian koefisien penerimaan pajak menunjukkan tanda poslnf Hasil

yang .iignificunl menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara penerimaan

pajak dan pcrtumbuhan ekonomi jangka panjang;

S- Sulistyo dan Mansocr ( 1998) melakukan studi empiris Wlluk ek.onomi makro di

lndonesia tahun 1978-1994 (data yang dipakai adalah data kuartalan) dengan

pcndekalfil1 i:kollomctri yang lcbih berfokus pada konsep Ncraca Pembayaran

Internasional yang meliputi tujuh persamean suuktural yaitu ! model ekspor,

11

irnpor, konsurnsi, investasi, permintaan uang. model outpia (GDP/pcrtumbuhan)

clan model harga, Hasil penelirian menunjukhn bahwa pcngaruh perrnintaan

uang terhadap neraca pernbayaran, pengaruh pendaJ)81an terhadap permintaaa

uang adalah inelastis positif Pengaruh perubahan krcdit domestik terhadap

neraca pembayacan adalah incla•ris negarif. Hasi! empiris lain juga menunjukkan

bahwa elastisiras impak multiplier pengeluaran pcmerintah adalah inelastis positif

don bennnkna secara statistik terhadap koosumsi, mvestasi, tingkat harga dan

GDP riil, seruentara impak multiplier pcngcluaran pcmcrintah terhadap impor,

saklo riil cash balance dan cadangan devisa adalah tidak bcrmakna :!CC8nll

stailstik;

6. Widarjono (2002) meneliti tentang kausaliw peoc:rlmaan dan pengcluaran

pemerinlllh : peudckatan koiotegrasi dan ~CM. Hasil aji menunjukkan bahwa

tid11k ada iransalitaq anwa penerimaan dan pengelu.aran pcmerintab.

Disimpulkan bahwa penyusunaa aoggaran negara tidak didasarkan ,pMa

pendekatan penerimaan (revt1111e approach). telapi didasarlcan pada pendekalan

pcngeluaran (expenditure appTQQdi);

7. Handayani (1997), mcmbahas tcnlallg pcran pcmcrintah: pcran dan implikasinya

terhadap perturnbuhan dan stabi Ii sasi ekooomi hllloucsi11. selama perobangunan

jangka panjang pertama (1969/l970-1993n994). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perubahan pengeluaran pemcrintal! menyebabkan pcrubahan pertumbuhan

ekonom i rum tingkat intlasi. Terdapal bubungan positif antara perubahan

pcngeluaran pemerintah dengan peruhahan pertnmbuhan ekonomi clan ltubungan

negatif antara perubahan peegeluaran pemerintah dengan perubahan tinglcal

inflasi;

12

8. Deller & Liedo (2002), meuehti tentang pencriman pejek pemerintah lokal,

pembelaniaan dan perrumbuhan ekonom.i : bukti bani untuk Wisconsin. Dab

adalah t.ahunan untuk negara bagian Wisconsin, kom dan desa selsma periodc

1990-1998. Terdapat 560 observasi. Estimasi dengan menggunakltn .S teknikdata

panel yang berbeda. yanu : pooled OLS. one-way (county} dan IW<l-ll'(J)' (counJy

and time), pengaruh fixed (dengan OLS) dan pengaruh random (dengan OLS).

Variabel yang dipcrgunalcin adalah pertumbuhan peni:IApatan per kapita,

penerimawt pajak clan pengcluaron pemerintah. Hasil penelitian menunjulc.kan.

bshwa kebijakan fiskal pemerimah lokal bcrpeogarub t.crhadap pertumbuhao

regional secara non IWer. Nou linier lni menunjukkan terbatasnys kategori

fiskal spes.ifik kcduanya yaitu peoeril1\Mll pajak dan peogeluaran pemcrintab

pade sisi pemhiayaan;

9. l)owlins dan Hiemen» (l<lll'.I), melakukan penelitiaa terhsdap fakll!r-faktor yang

sangat berpengaruh dalarn meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara

Asia. Pada prinsipnya, model pcttwnbuhan ekonomi ini, menielaskan bahwa

bantuan luar ncgcri, tabungan domestik, investasi asing, ekspor. jwnlah wuig

beredar dan penerimaan dari pajak berpemnan sangat penting <la.lam

rneningkatksn laju peruenbuhan ekonomi. Hasil studi yang telsh dilakukan

membenkan indikasi bahwa bautuan luar negeri, investasi asing serta tabungao

domestik berdampak posilif dalarn meningkatbn laju pcrtumbuhan cko110111i

(lihat Saleh, 2000:22);

10. Papaoelc (1972) melakukan penelitian terhadap pertwnbuhan ekooomi nt:gara

negara berkembang di Asia dengan menggunaken tiga variabel bebas yaitu rasio

hutang luar negeri terbadap GDP, rasio besarnya investasi asing terhlldap GDP

13

1.3.2 Manfaat pe11elitian

Dari penelitian ini diharapkan dapa1 memberikan manfaat!mnsukan bagi :

I. Pemerintab. penclitian ini dihardpkan dapat 1nenjadi bahan masukan

pemerintah dalam upaya meningk.atkan output clan pertumbuhan melalui

kebijakan pembllllgunan ekonomi khususnya dalam rangka merumusk.an

kebijakan fiskal;

2. llmu peagehhuaa, sehagai tambahan rcfercnsi kalangan abdemis maupun

L'\ Tujuan dan Manfaat Pcnclitiao

1.3.1 Tujuan peoelitian

Pcnclitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang mempeogaruh.i

pertumbuhan ckonomi Indonesia selama periodc 1970-2003 dari sisi fiskal. Adapun

variabel-variabel fiskal yang akan dikaj i antara lain :

1. pengiuuh cicilan hutang dan bunga pijaman luar negeri pemerintah rerhadap

perubahan GDP riil;

2. pcngarah perubahan pencrenaan pajak tcth.adap perubahsn GDP riil;

3. pcngaruh perubahao pengeluaran l.onswn~i rumeh t.angga/swasta terhadap

perubahan GDP riil;

4. pengaruh perubahan pengelaaran pembangurum pemerintah tcrlwlap perubahan

GDP riiL

serta besarnya rasio tabungsn domestik terhadap GOP. Hasil pcnelitian

111emperlihalluu1 bahwa pembiayaan anggaran negara melalui hutang luar ncgcri

tidak bcrdampak posltif dalam meningkatkan pertwnbuhan cko11omi pada

ncgara-oegara bcrkembang iersebut.

14

1.4 Sistematika PeouliHo

Penulisan rests ini tcrdiri aras 4 (empat) bab yang tersusun secara sistematik

dan sating tcrkair 511lu sama lain. Bab l merupakan pengantar yang berisikan uraian

mengenai latar belakang masalah, kea.~lian penelitian. tujuan penelitian, manfaat

penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisikaa uraian mengenai tinjauan

pustaka, yang mencakup uraian mengenai studi empiris sebelumnya ataupun yang

sedang dilakukan. yang memiliki hubnogan deogan penelitian yang akan dilakukan

serta kepustakaan yang berkaitan dengan topik penelitian, Iandasan teori yang

mcnjadi dasar penulisan hasil pcnelitian, hipotesis yang merupakan kesimpulan

sementara terhadap masalah yang dihadapi scrta alat analisis, Bab Ill yang

merupakan analisis data. membahas cant pcnelitian. gambaran umum variabel

penehtian, basil analisis dan pemOOffilsannya. Bab N merupakan bngfon akbir

penelitian yang berisikan kcsimpulan dari analisis data yang diltt.k.ukan serta saran

berdasarkan kcsimpulan tersebut,

peneliti lainnya yang akan meneliti kehijakan fiskal dan pcrtumbuhao dmnomi;

3. Peouli~. sebagai wahana untuk. bcrlnrih dan lebih mamahami konscp teori dan

implemcmasi kebijakan perekonornian yang berhubungan dengan kehijakan

fiskal.

15

16

2.1. l Kcbijakan rnkal

Kebijakan fiskal adalah kcbijokan yang dilaksanakan Iewat APBN. A PBN

mempunyai dua sisi yaitu sisi yang rnencarat pcngcluaran dan sisi yang meucatat

penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang

memerlukan uang untuk peleksanaannya Dalam praktek, macam pos-pos yang

tercantum di sisi ini sangat berancka ragam dan mencerminken apa yang ingin

dilaksanaken pemerintah dalam programnya. Sisi penerimaan mcnunjukkan

darirnana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada beberapa sumber

penerimllan yang dnpat diperoleh yaitu antara lain melalui : pajak (berbagai macam],

pinjaman dnri bank sentral, piujaman dnri masyamkat dalam negeri dan pinjaman

dari luar negen (Boedion», 1998 : 11 O}.

Keseimbangan peugelwu:an pemcrintab dengan penerimaan pendapatan

pemerintah uu sangat pennng. Selaia dibutuhkan penggalian tenteng dnriroana

surnber-sumber penerimaan pemerintah akan diperoleh, manajemen pengeluaran

pcmerintah juga tirlalc. kalah pentingnya. Pengeluaran pemerintah dapat dibe<lakan

menjadi dua komponen yaitu komponen bidang pengeluanm rutin dan komponen

bidang pengeluaran pcmbangunan.

Dalam Nota Keuangan dan APBN (2003) disebinkan babwa dalam bidang

pengeluaran rutin, k.ebijak.sanaan diarahkan untuk menunjang lelancaran

penyelenggaraan rods pemerintahan dan pembangunan. Pengeluaran rutin digwwkan

2.1 Ti11,jauan Pustaka

BA811

TIN.fAUAN PUST AKA DAN ALAT ANALISIS

untuk mendukung kcperluan belanja pegswai, belanja barang, subsidi kepada

daerah otonoru, pemooyaran bunga dan cicilan huiang, serta helanja rutin lainnya.

Kebijaksanaan anggaran bdanja pembangunan mcliputi : pcmbiayaan rupiah dan

hantuan proyek, diarahkan untuk u1enunjang pemcrotnrui pcmbangunan dan basil­

hasilny11 yang makin adil dan meluas, meningk..111.kan laju pertumbuhBn yang cukup

ringgi serta menjaga stsbilitas nasiona1 yang sehat dan dinaaus.

Bcrkaitan dengan pentingnya manajemen pengeluaran pc111e1'intah, Mitchell

(2005) meneliti t.entaltg "The Impact of Government Spending on Economic

GrQw1H'. Berdasarkan penelirian tentang pembelanjaan dan anggaran pemerintah

federal AS, bahwa belanja pemerintah yang berlebihan di beberapa tahun t.erakhir ini

lwus segera dikuro.ngi. Keba.11yak1111 bclaoja tersebut dipergunakan untuk kegiatan

yang. tidal< produkdf yang tidak dapat menghasilknn suatu tinQkat pengeinba.lian

yang tinggi. Hal ini akan berdampak negatif ternadep pertwnbuhan ekonomi AS.

Pengekangan budgeter harus dipandang sebagai suatu lcesempatan untuk membuat

ekonomi menjadi lebih baik. Banyak bulcti yang menyatakaa bahwa belaaja

pemerintab terlalu tinggi dBD bahwa ekonomi Amerika bisa twnbuh lebih cepat jjka

beban pemerinteh dikurangi. Kebijakan fiskal perlu memusatkan Wltuk mengunmgi

belanja pemerintah terhadap program yang rnempunyai mantaat rendah dan

memerlukan biaya yang tinggi.

Pengaruh k.ebijak1tn fisk.al terhadap pereko110mia.n, bisa dianalisis dalam dua

ta.hap yang berurutan yllitu :

I. bagaimana suatu k.ebijakan fiskaJ wterjemahkan menjadi auatu APBN;

2. bagairnana Al'BN IC"!::but mempengarohi perekooomian..

Dari basil penelitian T .andau (200 I) yang menyat.akan bahwa hubuogan antara pengsa

17

pengeluaran pemerintah terbad.ap GDP dan tingkat pertumbuhan GDP per kapita

untuk 104 negara (cros.•-cow11ry) yang diteliti, menuojukkan bahwa : I) penambahan

ukuran pemerintah yang diukur dengan pangsa pengeluaran pcmerintah terhadap

GOP adalalt menurunkan tiogkat pettumbuhan ekonomi, 2) Tingbt pertwnbuhan

GDP per kapita adalah berhubungan positif dengan total investasi dalam pendidikan.

Dari hasil regresi yang didapat, diduga bahwa Iarnbatnya perlllmbuhan

ekonomi di negaee-oegara yang memiliki tine)<a1 pendapatan per kapita reodab

disebabkan karena peugeluaren lconsumsi pemerintah yang lebih tinggi dan Investasi

di bidang pendidilutn yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa k.omponen

konsumsi mendorninasi pengeluaran anggaran pemerintah. Dengan demiltian

disanmkan bahwa untuk memperoleh tingkat perrumbuhan ekonomi yang tinggi.

maka kehijabn tiskal harus dapat nieeyodiakan d11k.ungo.al yq kuat uatuk modal

manusia (peningkatan kualitas sumber dayll uianusia).

Dampalc. kchijakan tiskal yang melibatkm bantuan asing dalarn pernbiayaa.n

penge!uaran pemeriotah juga tclah dilalcukan beberapa pencliti dianlaranya adalah :

Papaaek (1972), Dowling dan Hiemenz (1983) (lihln Saleh, 2000:22), Liu (2000),

Pattillo. dkk (2002), Aivazian. dlclc (2003) serta Brautigam dan Knack (2004). Liu

(2000) mclalrukan srudi emprris terhadap krisis keuangan di asia dengan

perbandingan kapasitas hutang. Kctilca asia timur terkeoa krisis keuangan <li 1al\un

1997, China .W.lah satu-ssrunya negara yang tidalc terpengaruh di kawasan ini.

Bagaimaoapun, 10 cahun yang lalu, China mengalami sehuah krisiS lceuangan yang

sangat sertus, lcetika negara-negara asia yang lain mempunyai tinglau pertumbuhan

yang tinggi. Falctor pcniing yang rnenyeb&bkan krisis kewmgsn adalah hutang

jangka pcndek tertad.ap rasio buwig rota!.

13

Pelajaran yang dapat diambil dari studi ini antara lain : I) globalisasi pasar

keuaogan membuat dana mengalir sangat mullah dan cepat daripada sebelumnya,

terutama modal asing termasuk pinjaman luar negeri, ke negara China dan negara

asia timur. Dagaimallllpun, modal asing clan pinjaman jaagka pendek swasta akan

mcmperlemal1 stabilitftS bangsa untuk berhubungsn dengan goneangan ekonomi. 2)

pentingnya melakukan sistem monitoring ekonomi, terutama sistem untuk

memonitor mnang jangka pcndek. 3) negara berkembang harus membangun a

safeguard system dan resiliency ke dalam ekonomi mereka. Jika ncgara-negara asia

timur dapat mengambil keuntlDlgan dari tingkat tabuagan yang linggi dari

masyarakat mereka dan signifikan memperbaiki pasar keuangan dan sistem,

substitusi hutang luar negeri dengan dana yang dihasilkan dari dalam negeri a&lah

tidak hanya Jayak tetapi juga menguntungkan,

~rkaitan dengan hutang luar negeri dan pertwnbuhan ekonomi, Pattillo, dkk

(2002) juga melak.ukan penditian terhadap 93 negara berkembang, periode 1969-

1998. llasil penclition yang berjudul "External deb! and Growth". menl.llljuklcan

bahwa hubungan antara hutaag IWU' negeri terhadap pertumbuhan ekonomi adalah

non tinier. Bagi ncgara dengan rata-rata kcwajiban hutang dan ratio hutangnya

meningkat, akan menurunk111.1 penumbuhan per kapita tahunan berkisar antara 0,5%

hingga l 00"/o.

Lebih lanjut. hasil penelitian juga menyatakan bahwa rata-rata huiang

bes:pengaruh ncgatif lcrhadap batattg ekspor sekitar 160-170% atau terlwiap GDI:'

sebesar 15-40%. Dampak marginal hutang mulai negatif pada selr.itar separuh roilai

ini. Hutang yang tinggi nampaknya mengurangi pertUmbuhan ekunomi, terutarrui

dcngan penurunan efisiensi dari investasi dibandingkan volumenya.

19

2.1.2 Pertu11Dbubao ekooomi

Tingkat kesejehteraan suaru negara diukur dengan permmbuha» ekonomi.

Pertumbuhan ek.onomi adalah proses kenaikan ootput per kapita dalarn jangka

panjang (Boediono, 1999: I). Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya

"kecenderungan bagi outptu per kapita saja tidaklah cukup". Mereka membcrikan

persyaratan yang lebih ketat kepada pengertian "Pertumbuhan Ekonomi" yairu

apabila ada kecenderungan (output per kapita untnk nai.k) yang bersumber dari

proses intern perekonomian rersebut. Proses per1Umbuhan llantq hersifat self­

generating, artinya bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasiikan kekuatan

atau momentum bagi timbulny1t kelanjutnn pertmnbub.tm tersehut dalrun periode­

pcriode selanjulnya.

Definisi pertumbuhan ekonomi banyak dituhs oleh para ekonom, diantaranya

adalah l'aridn dan Bede (1992:53) menyatakan : Economic gruwth is an the rare

change of real GNP from one year to next year." Semcntara Mankiw (1994:76)

menyatakan : To measure economic growth. economist use data on grosi; domestic

product, which measures the total inmme nf everyone i11 the eco11omy serta

Samuelson dan Nordhaus (I 995:750) menyatakan ; economic growth is an increase

in the total output of a nation 's over time. that measured as the annual rule of

increase in a nation's real GDr or real potentian GDP.

Banyak faktor yang mempengarebi pertumbuhan ekonomi. Komponen

pertumbuhan ekonomi dari sisi pcngeluaran meliputi : Pengeluaran konsurnsi rumah

tangga/swasta, investasi, pengcluaran pemerintah dan ekspor neto dan lazim

dituliskan : Y = C + 1 + G ~ (X·M)

Y = output total nasional, I = investasi. (; = pengeluuan konsumsi rurnab tangga dan

20

C : konsumsi, C: konstasue/Co (autonofllous consumption}, Yrpcndapatan disposabet,

c: keeenderungan rnengkonsumsi marginal.

Dari fungsi konscmsi di atas, dapatlah diuraikan lwakteristik fungsi Keynes sebagai

beri.kut (Ackley. 1973 :287- 30 I).

I. Bahwa besamya pengeluaran konsumsi (C) dipengaruhi secara positif atau searah

oleh besarnya pendaparan (Y).

2. Fungsi kon.sumsi merupakan fungsi koesemsi jangka pendek, ditandai dengan

0 <c< J. Keynes yaitu : C = /{Y} = C + cY, C > 0,

(Mankiw, 2003: 425).

l. Keynes mcnduga bahwn ke¢endcrung1Yt mengkoosumsi marjinal (margmal

pmp<!11Sity to c:vnsume) yaitu jwnlah ~ dikonsumsi dari sctinp tambahan

dollar pendapatan adalah antara ool clan satu.

2. Rasio konsumsi terhadap pelldapatan, yang disebut kecenderuagsn

mengkonsumsi rata-rata taverage propensity to consume), turun k.ecika

pcndJl{lalan nai k.

3. Pendapatan merupak.an deeerminan konswnsi yang pen ting dan tingkat btmga

tidak memiliki peraa penting.

Berdasarkan tiga dug:ian tersebut, maka ditW"llllkanlah dalam fungsi konsumsi

SW'<L~ta, G - pcngeluaran pemerintah, X = elci;por, M = impor,

Besar kccilnya pengeluaran dari sektor konsum.si rumah tangga/swasta (C),

dipengaruhi secara positif clan scarab o!eb besamya pendapatan nasional (¥).

Banyak taktor yang menentukan besar kecilnya konsumsi masyarakat, namun yang

paling penting ll<faf~h besar kecilnya pendapatao disposabcl. Ada beberapa dugaan

dari Keynes tentang fungsi koosum.~i berdasarkan imrospeksi dan observasi .kausal

21

pendapatan ( Y);

a. Besamya APC tidak konstan, tetapi mengecil dengan semakin besamya

= c+C ,Artinya: y

berikut : APC = C v

5. Average propensiry 10 consume (APC) atau Keeenderungan rata-rata untuk

betkonsumsi adalah rasio antara Konsumsi dan Pendapatan. dimmu•an sebagai

a. sctiap ada perwnbahan pendapatan, maka akan menambah pengeluaran

konsumsl ( c>O);

b, besarnya tambahan pcngeluaran konsumsi kurang dari pertambahan

pendapatan (c< I).

4. Pendapatan disposabel (Y) adalah pendapaian nasional yang siap dibelanjalcan.

Jika dalam perekonomian ada sektor pemerintah, maka yang digunakan adalah

Yd idisposabel itu:ome), Vd = Y -T (pajak) + S (subsidi).

Fundame11tal Psycological Law maka :

AY dY

0 < c < I. artinya MPC bemiloi positif don kumng dari satu. Berdasarkan

pengeluaran konsumsi setiap ada perubahan pendapataa dan dirumuskan scbagai

berikut : e =AC = dC

(MPC)lkccenderungan marginal untuk. berkonsumsi adalah mengukur perubahan

3. Mar;:inai propensity IQ consume atau kecenderungan meugkonsemsi marginal

adanya aatonamous consumption (Co) aiau konsumsl otonomi yaitu: a. pcngcluaran konsumsi pada pendapatan nol. Artinya orang akan tetap

berkonsumsi meskipun tidak mempunyai pendapatan. Hal ini hanya terjadi

pada [angka pendek;

b. pcngcluaran konsumsi yang tidak dlpengaruhi oleh pendapatan.

22

b. Datamjangka pendek APC > MPC:

c. APC' (pada suatu ti ngkat pendapatan) ada I ab slope garis yang dibuat dari ritik

origin ke suat.u titik peda kurva konswnsi (pada tingkat pendapatan rersebut),

Fungsi konsurnsi jangka paniang, ditandai dengan tidak adanya tuaonomou«

consumption (Co) atau konsumsi otoeomi, sehingga fungsinya adalah : CL ~ kY.

MPC j;mgka panjang = tJ.CI t;. Y = dC/dY = k dan APC jangka p;:injang=C/Y=kY/Y=k.

Jadi datem jangka panjang MPC=APC. Fundamental Psycnological law yang

mendasari besamya MPC, juga berlaku dalam jangka panjang. Jadi : 0 < k < l dan

MPC jangka panjang (k) lebih besar dari MP(; jangka pendek (c).

Peran pemerintah dalam perekonomiaa sangat penting karena dapal.

mempengaruhi pennintaan agregai, bail: melalui variahel pengeluaran pemerintah

(G), variabel pajak (T) maupun variabel subsidi (S). Fungsi pengeloarsn pemerintah

adalah G = Go yang berarti aut011!)fR,(}US (usogen), artinya pemerintah bebas

menentukan bes.arnya G yang dik.eluadcan pada satu periode waktu tertentu, tetapi

karena besamya pengeluaraa tergantuag pada ada atau tidaknya dana unnil:

mcmbiayai pengcluaran G tcrsebut, derajat cksogeaitas dari G dipcngaruhi oleh

sumber dana dari G. Sumber dana G ada!ab : pajak (I), Open Market Operation,

hulang luar negeri dan mencetak uaag,

Dalarn sisiem perckonomian yang memberlakukan sistem pajak yang butl! Jn

flexible, maka besarnya pajak akan sangai tergantung pada besarnya pendaparan

nasional yang diformulasikan sebagai bcrilrut: T = To + tY. To adalah pajak

autonomous dan t Y adalah bagian yang induced; artinya pajak mulai dikenakan pada

waktu wajib pajak tidak mcmpunyai pendapatan dan pajak tersebot semakin besar

dengen meningkatnya pendapatan (Parkin&: Bade, 1992: 117 ).

23

2.2.1 Pendekatan Keynaiao

Mnnkiw (2003:253) mcnyatakan bahwa dalam The General Theory, Keynes

menyatakan bahwa pendapatan total peeeknnomian, dslam jangka pendek, sangat

ditcntukan o!ch kcinginan rumah tangga, perusahaan dan pemi:rintah untuk

membelanjakan pendapatannya. Semakm banyak orang yang mengeluarkan

pendapawmya, maka semakin banyak pula barang dan jasa ynng bisa dijual oleh

pcrusahaan, sehingga semakm banyak output yang akan mcreka produlsi dan

.semakin banyak pckerja yang akan dikaryakan.

Pcrpotongan Keynesian adalah sebuah upaya unruk membuat model ini. Model

ini berasumsi bahwa I) perekooomian berada dalam kondisi equilibrium kdika

pengelnaran aktual sama denga.n pengeluaran yang di~. Kondisi

<?quilibrium dapat ditulis sebagai berikut : Y = E. Peogeluaran aknlJll (actual

exJNndih1re) adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga,. perusahaaD dan

pernerintah atas barang dan jasa, yang sama dengan GOP. Pengeluaran yang

Studi rnengenai penumbuhan ek.onomi telah banyak dilak.ukan oleh peneliti

sebelumnya, diantaranya adalah : Sulistyo dan MwJSOer (1998:30-49) yang mcnulis

suata pern!ekatan ekonometri rerhadap ekonomi makro indoncsia ( 1978-1994). llasil

penelitian menunjukkan bahwa jika pengefuaran pemerintah dinaikkan sebesar 10%,

maka pengeluaran konsumsi akan meningkat sebesar I, 75%, pengeluaran investasi

meningkat seeesar 2.16%, tingkat harga domesti.k meningkat sebesar 0,65% dan

GDP riil meningkat sebesar 1,93%. Pada sisi yang lain, pengeluaran pemerintab

bcdampak negatif terhadap penerimaan ekspor yaitu inelastis negatif sebesar-e, 126%

atau pcncrimaan ckspor akan menurun sebesar l ,26%.

l.l Landuan Teori

24

direl!l'..anRkan adalah (pumned expenditure) adalah jumlah wmg yang akan

dikeluarkan oleh mmah tangga, perusahaan dan pemcrintah atas barang dan ja..a.

Aswnsi 2) pengduaran yang dircncanakan sebagai fungsi dari 1ingkat pendapatan,

tingkat investasi yang direocanakan sena vanabel kebijakan tiskal G dan pajak T,

<iapat ditulis sebagai bcrilrut :

E=c(Y T)+l+U

Asumsi bahwa pengeluaran aktual selalu bcrbeda dengan pengeluaran yang

direncanakan adalah bahwa perasahaan mungkin tcrlibet dalam invcstasi persediaan

yang tidal direncanakan karena penjualannya tidak memenuhi harapan. Dalam hal

ini pel'llediaan memainkan peran penting dalarn proses penyesuaian.

Bagaimana perekoaomien mencapai el:uilibrium? Ketika perekonomian tidali.

berada peda korulisi ekuilibri urn, maka perusahaan. rumah tangaa a tau swasta dan

pemerintah aJcan mengalami perubahan-perubahan Yan& tid11k direncanakan dalaro

persediaan dan ini akan mengubah tinglmt produksi. Perubahan produksi sebaJiknya

mempengaru.hi pendaplllan dan pcngeluaran total yang menggerakkan perekonomisn

ke arah ekuilibrium (Mankiw, 2003: 255). Ilustrasi dapat dilihat pada giambar 2.J

dan gambar 2.2.

Jika suatu perekonomian memiliki GDP yang lebih tinggi dibwldingkan kondisi

elruilibriwn (Titik A). maka pengeluaran yang direncanakan e, lebih keeil dari

produlcsi Y,, sehingga perusahasn, rumah tangga atau swasta dan pemerintah

menjual lcbih kecil dari yang mereka produksi. Perusahaan, ruinab tangga ablu

swssta dan pemcriptnh menambah banutg-barang yang 1idat lalcu ke dalam stok

persediaan mereka. Kenaikan pcrsediaan ini ekan mendorong perusahaan akan

menghentikan pekerja, serta mengurangi produksi (Gamber 2.1).

25

26

Penyesuaian Menuju Ekuilibrium dalam Perpotongan Keynesian Ketika Perekonomian Memiliki GDP yang Lebih Rendah dari Ekuilibrium (Mankiw, 2003 :256)

Gambar2.2

Y (pendapatan/output) Y2 E=Y

45~

Pengeluara.n yang direncanak:an

Pengeluaran Aktual (Y=E)

E (pengeluaran yang direncanakan)

Penyesuaian Menuju Ekuilibriom dalam Perpotongan Keynesian Ketika Perekonomian Memiliki GDP yang Lebih Tinggi dari Ekuilibrium (Mankiw, 2003:256)

Gambar2.1

Y (pendapatan/output)

I I

: (pendapatan ekuilibrium) I I

I

A Pengeluaran yang direncanakan

Pengeluaran Aktual (Y=E)

Yr

E (pengeluaran yang direncanakan)

Sebaliknya, jika suatu perekonomian memi!iki UDP yang lebih rendah

dibandingkan kondisi ckuilibrium (Titik B), makll pengeluaran yang direocanakan E2

lebi h besar dari produksi Y 2, sehi ngga perusabaan, rumah iangga aiau swasta clan

pemerintah mencapai pcniualan yang tinggi dengan mengurangi psrsediaan yang

rnereka produksi, Tetspi kerika pcrusabaaD melihat persediaan mcnyusut, maka

rncreka mempekerjakan lebih banyak karyawan dan meningkatkan produksi

(Gambar :Z.:Z}.

Penerapan model untuk mengetahui bagaimana perubWian-pcrubahan dalam

belanja pemerintah mempeogaruhi perekonomian diperliharkan dalam gambar 23

dan pmbar 2.4. Garnbar 2.3 menunjukkan, bahwa jika belanja pemerintah nail:

sebesar t>G, maka kurva pengeluaran 7-ang direncanakan bergeser ke kiri atas sebesar

AG. Elruilibrium perekonomfan bergerak dari titik A ke titik B. Grafik ini

menunjukkan bahwa kenaikan dalam belanja pemcrintah mendorong adanya

kenaikan dalam pendapatan yang lebih besar (A Y> AG).

Kebijakan fisl;.aJ memiliki dampak pengganda (multiplier effect), karena

menurut funglil konsumsi c = c (Y - T), pendapatan yans lebih tinggi menyebabkan

konsumsi yang lebih tinggi, Ketika kenaikan belanja pemcrinlah meningkatkan

pendapatan, itu juga meningkatkan konsumsi, yang sclanjutnya meningkatkan

pendapatan, kemudian meningkalkan koosmnsi dan seterusnya, Oleh karena itu,

kenaikan belanja pernenntah menyebabkan kemrikilD pendapaten yang lcbih bcsar,

Rasio l:i. YltiG disebut penggaoda belanja pemerintah (J:uvernmenJ-purchase~

multiplier), besarnya a&lah l:i. '{/AG = lf(l-MPC). Rasio ini menya!ak.an seberapa

besar pendapatan meningkat dalam menanggapi kenaikan SI dalam belanja

pemerintah. I mp! i ka~i nya bahwa penggaooa belanja pemerintah lebih besar dari 1.

27

Penguraogan Pajak dalam Perpotongan Keynesian (Mankiw, 2003:259)

Gambar2.4

!). y

Y (pendapatanloutput) 1= I 2= 2 ·-------· 45 °

f\. (pendapatan ekuilibrium) I

-T\llPC-X tJ. T Pengeluaran yang direncanakan

' I AY;

I .. E1=Y1

Pengeluaran aktual (Y = E) E (pengeluaran yang direncanakan)

Keoaikao Bclanja Pemerintah dalam Perpotongan Keynesian (Mankiw, 2003 :257)

Gambar2.3

!). y

Y (pendapatanloutput)

45 °

' • - - I

E1=Y1 ::-"" - - - - - - - - - -, A (pendapatan ekuilibrium) I I

Pengeluaran yg direncanakan 8 - -------------------

Pengeluaran aktual (Y = E) E (pengeluaran yang direncanakan)

28

Pemotongan pajak dimaksudkan untuk mendorong pengcluaran (konsumsi dan

investasi), sekoligus mendorong tmgkat pcndapatan clan kesempeta» lcerja yang

tinggi. Dengan demikian pcmotongan pajak mendorong penawaran agregat dcngan

meningkatkan insentif kepada pckerja dan memperbesar permiataan agregat dcngan

menaikkan disposahel income rumah lallgga.

Gambar 2.4 menunjukkan bah\llll penurunan pajak. sebesar AT secara

Jangsung akan menaikkan di.tpo1abel income Y - T sebesar ~T. sebagaimana

dituitjukkan dengan bergesemya kurva permmtaan kiri kc atas dan dengan demikian

menailcbn l:onsumsi sebesar MPC X AT. Ekuilibriwn perekonomian bergerak dari

titik A ke titik B.

Seperti halnya k~mU!can belanja pemerintah yang memiliki dampak

pengganda tcrhadap pendapatan, hegitu pula dengan kebijakan pengurangan pajak.

Dampak keselueuban terhadap pendapatan dari perubahan pajak tersebut dapst

ditulis sebagai berikul : AY/AT ~ - MPC/(1-MPC). Pcngg111tda pajok (tax

multiplier) mcnunjukkan jumlah pcmbahan pcndapal.an yang disebabkan oleh

pcrubaba.u sebesar S I dalam pajalc

2.2.2 l'eogamb utang eemeriatah terli•dap oenkonomiau

2.2.2. l Pandpgan traduional/klasik, atas utang pemerintah untuk

mcmbiayai defisit anggaran adalah akan meningkatkan pertwnbuhan ekonomi,

.karcna pi.njaman tersebut mcrupakan kenailcan kekayaan. Pemotongan pajak yang

didanai oleh utang mendorong pengeloanm k.onswncn dan mengurangi tabungan

nasional. Kenaikan dalam pengeluaran konsumen ini menyebabkan permintaan

agregat yang lebih besar dan pendapaian yang lebih tiaggi dalam janglca pendelc.

Tetapi hal ini juga alcan menyebabkan peesediaan modal yang lcbih kecil dan

29

pendapatan yang lebin rendah dalam jangka panjang (Mankiw, 2003:420).

Rerdasarkan pendekatan model IS-LM. bahwa kebijakan defisit anggaran yang

diterapkan oleh pemerintah haik dengan cara pcmotongan pajak ataupun peningkatan

pengeluaran total pemeriatah, yang didi1n11i oleh pinjaman/utang pemerintan akan

memiliki banyak dampak terhadap perekonornian. Dampak langsungnya adalah

mcndorong pengeluaran konsumen. Pengeluaran konsurnen yang tinggi akan

mernpeugaruhi perekonomian baik dalam jangkn pendek maupun dalam jangka

panjang.

Dalam jangka pendek, pengeluaran konsumen yang lebih tinggi akan

meningkaikan perrnintaan ternadap bar.mg ilim jasa, dan dengan demikian

meningkatkan output serta kesempatan kerja. Namun demikian, tingkat bunga juga

akan naik ketika investor bersaing IDllul arus tabongan yang lebih k:ecil. Tingkal

bunga yang Lertinggi akan menahan investasi dan mcndorong aliran masuk modal

dari luar negeri, sehingga akan menycbabkan apresiasi nilai tukar negara tersebut,

Hal ini menyebabkan tidak komper:itifoya negara tersebut di pasar internasional yang

ditandai dengaa ~nwunnya tinglcat ekspor.

Dalam jangka panjong, mengecilnya rabungan nasional yang disel::obkan olch

pemotongan pajak 1tl311 peningkatan pengcluaran total pemerintah, menyebabkan

persediaan modal yang lebih kccil dan utang luar negeri yw1g lebih besar, Karena

itu, output negara al:au lebih kecil, sedangkan bagian yang lebih besar dari outpul

Win dimiliki pibak asing. lui berarti hahwa generasi sekarang akan menikmati

output yang tinggi dengan kesempetan keqa yang ti.11ggi, sememara generasi yang

akan datang akan menanggung beban dari defisil ang~ dan pcrscdiaan modal

yang Jebih kecil dcngan hutang luar negeri yang lebih besar.

30

2.3 Hiootesu

Hipotesis yang diajuhn d<t.lam penclitian ini antara lain.

I. Uiduga bahwa cicllan hutang dan bunga pinj111uan luar negeri pemerint.ah (CH)

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Hal ini karcna

akwnula~i hUtllng dalam .iangka panjang akan membuat semakm beratnya beban

anggaran yang harus dipikul oleh generasi mendatang, sena resiko akan

timbulnya inflas], turunnya ivestasi dan defisit neraca petdagangan intemasionai.

2.2.2.2 Paod:lngan Rieardian. atas utang pemerintalt mengaswnsikan bahwa

konsumen melihat kc depaa dan karena it11 menda"3J'kan pengeluaran mcrcxa tidak

hanya pnda pendaparan sekarang, te1api juga pada pendapatan masa depan yang

mereka harapkon. Artinya masyerakat bersikap rasional ketika mengambil

keputusan, seperti memilih berapa banyal dari pendapatan merelca yang rlikonsumsi

dan berapa hanyak yang dltabung.

Mcnurut pandangan Rieardlan, pemotongan pajak atau pemngkatan

pengeluaran total pcmerintah yang dibiayai dari pinjaman luar negeri abn

meningkatkan pendapatan sekarang, tetapi tidak menguOOh pengeluaran konswnsi

seumur hidup seseorang (konsumsi agregat tidak berubah). Prinsip umwn

elcuivalcnsi RicardiRll (Ricardian equivalence) adalah bahwa utang pemerintah

ekuivalen dengan pajak masa depan. Jika konswnen cukup melihat ke depan, pajak

masa depan akan ekuivalen dengan pajalc masa kini.

Jadi, mcndanai pemerintah dengan urang adalah elcuivalen bila mendanainya

dcngan pajak (Monk.iw, 2003 : 4-08). Artinya, masyarakat memandang kebijakan ini

sehagai kebijakan substitusi pajak sekarang wituk pajak lahun mendatsng dengan

nilai sekarang yaug sama.

31

1.4 Nat An.alim

2.4.1 Fonnulu! piodel dan data

Dowling dan Hiemenz (198.l), pada prinsipoya menjelaskan bahwa bantuan

luar negeri, tabungan domcstik, investasi asieg, ekspor, jwnlah uang beredar dan

penerimaan pajak merupakaa faktor-faktor yang sangat beepengaruh da1acn

meningkatkan pertumbuhan ekooomi (lihat Saleh, 2000:22). Farmulasi model yang

dikembangkan dalam penelitian ini merupakan model persarnaan tunggal Jan.I!

merupakan modifikasi dari model yang telah dlbuat oleh Dowling dan Hiemenz,

Oalam penditian ini, model lebib difotusbn psda beberapa fiiktor-faltor

ckonomi kebijakan fiskal yang dianggap saogat mernpengaruhi pertwnbuhall

ekonomi Indonesia selama periode 1970-2003. Variabel-variabel tersebut antara

lain: pembayaran cicilan hutang dan bunga p\n.jaman luar negeri (CI!). pengel\11111111

konsumsi rumah Lansga/swasla (CR). pcnerimaan pajak (fX) dan pengcluara11

pembangunan peenerintah ( G P), F ormulasi dari model persamaan tunggal tcrsebut

2. Diduga bahwa pengeluaran lcoosumsi rumah tangga dan masyarakat (CR).

berpeagaruh positiftcrhadap pcrtumbuhan ekonomi Indonesia.

3. Did uga bah wa penerimaan paj ale (TI(), bcrpcngaruh positif tcrhadap

pcmunbuhan ekonum.i I ndonesia, Potensi pcncrimaan dnri sektor ini perlu

dioptimalkan, sebagai ahematif pembia)'ll'lfl pengeluaran pcmcrintah untuk

mengurangi ketergantungan kita teriladap utang luar negeri.

4. Diduga bahwa pengeluaran pembangunan pcmerintah (GP), berpengaruh ncgatif

terhadap pcrtumbuhan eknnnmi. Hal ini disebabkan olch karena pembiayaan

pengeluaran pemerintah sebagien besar dibiayai dari akumuiasi hurang yarie

semakin beser,

32

adatah sebagai berikut :

l>GDP,~ao+a1CH,+.a2 DCR,+aJDTX,+a., DGP,+ tu

GVP = Pendapatan nasional harga konstan 1990 (dalam first difference).

CH = C:ici Ian dan bunga hutang luar negeri pemerintah hacga konstan 1990 ( dalam

first di.ffer~nce).

CR = Pcngcluaran konsumsi rumah tangga/swasata harga konstan 1990 (dalam

firs! diffcrcttcc).

TX = Peoerimaan pejak barga konstan 1990 (dalam first difference).

GP Pengeluaran pembangunan pcmcrinlah lwga konstan 1990 (dalam firsr

difference).

2.4.2 Metode estimasi

Me!OOe estimasi yang dipcrgunakan di dalam penelaian ini adalal1 dengan

menggunakan regresi linear metode lruadrat terkecil (Ordinary Least SquarelOLS).

Inti dari metode OLS adalah .mengestirnasi suatu garis regresi dengan jalan

meminimalkan jumlah dari "ltuadrat kesalahan scliap observasi ternadap garis

tersebm.

Metode ku.adrat terkecil (OLS) mempunyai ciri-ciri pcnak.'liT yang sangat kuat

yang terkenal dengan nama Teorema Gauss-Markov. Teorema ini menya1aka11

bahwa apabi\a semua asumsi linear klasik dipenuhi, maka akan ditemukan model

peneksir yang tidak bias (tcnllamn dolom regres] dengan menggunakan sampel besar,

scningga penaksir parameter yang dipcrolch dari sempel besar kira-ki.ra lebih

mcndekati nilai parameter yang sebcnannya). tinier (ho dan b1 adalah fungsi linier

dari varillhcl acak Y di dalam model regresi) dan merupakan penaksir terbaik,

karcna mempunyai varian yang mioimwn (best linear unbiased estimator/ BLUE)

:n

t(jujarati, 2003: 158).

I .ebih lanjut dikemukakan hahwa sclidaknya ada JO asumsi regresi linier

klasik, yaitu :

l. Model regresi adalah linier, dalam bal ini model regesi tinier dalarn parameter;

2. Nilai X adalah letup (nnn stochastk} di daJmn sampel ynng dilakukan secara

berulang-ulang.

J. Nilai ra!a-rata dari cmsur pengganggu adalab sama dengao 0 atau µ, ~ 0;

4. Hornuskcdastisitas atau varian µ, ad<ilab tetap unruk semua pengamatan;

S. Tidak ada aurukorelasi an tar unsur pengganggu;

6. Nitai kovarian antara µ, d.an X. adalah sama dengan O;

7. J wnlah observasi atau pengamatan n banis lebih besar dari jumlah parameter

yang dio bservasi:

8. Nilai X adalah dapat bervariasi (variability). Artinya, nilai X umok ssmpel

tertentu tidak hsrus sama dengan atau semua sampel;

9. Spesifikasi model regresi harus benar;

10. Tidak ads multikolinieritas sempurna.

2.4.3 U ji validitas hll.,il cstimasi

Regresi yang telah diperoleh akan diuji melalui uji statistik clan uji aswnsi

klasik.

I. U ji statistik

Uji statistik bertujuan untuk mengetohui opakah basil regresi yang diperolch

sudah sesuai dengan metode-metode stati'llik yang ada. Uji ini mcliputi;

a. koefisien dcterminasi (R2), untult mclihat seberapa besar persemase varians

dalam variabel independen dapat mcaje!aslcan variasi dalam variabel

34

depcndcnnya. Nilai R2 bcrkisar antua 0 sampai dcngan 1;

b. uji F digunakan untuk menguji apakah parameter dari variabel-variabel

independeru secara serentak dan bersama-sama mampu mempengaruhi

variabel dependent dengan sigifikan secara statistik, Pengujian dilakukan

dengan ssurnsi: Ho = cx1 = cx2 = 0 yaitu variabel indepcndcn sccara sercntak

dan bersama-sama ridak berpcngarub signifckan secara scatistik terhadap

variabel dependent; Ha: a1 = «2 t 0. variabel independent secara seremak

dan bcrsarna-sama signifikan secara statiscik berpengaruh terhadap variabel

dependent, Tingkat kepercayaan sd:iesai 95% atau a.= 5%. Jika P statis1ik >

F tabel, maka Ho ditolak dan jika F statistik < F tabel, maka Ho diterima.

c. uji t, untuk mengetnhui signifikansi masing-masing variabel independent

secara individual. Uji ini dilakukan dengan membandinglcan nilai t-statistik

dengan nilai Mabel. Bila nilai t-statistik lebih beS<JT daripada nilai t-tabel,

artinya variabel independent mempunyai pengaruh signifikan secara sratistik

terhadap vwbcl dependet«. Sebaliknya, bila nilai t-statistik lebih kecil

daripada nilai Habel, artin ya variabel independent tidak mcrnpunyai

pengaruh signifikan secara statistilc k:rbadap variabel dependent.

2. lJ j i asumsi klasik, mcliputi:

a. uj i normal has, hertujuan untu k menguji apalcah residua! yang didapatkan

mcmpunyai distribusi normal atau tidak.. Saleh satn cara untuk

mendeteksi.nya adalah dengan uji Jacque-Bera (J-B), yaitu dengan

membandinglcan antara X2 tabe1 denpn X2 hitung;

b. uji multtkotinieritas, bertujuan ootuk mengetahui bubungan antara satu atau

lebih variabel independem secara nyata, Adanya multikolinieritas berarti

35

adanya hubungan tinier yang pasti aniara bcberapa variabel independent.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah

adanya R' model yang sangat tinggi, tetapi berdasarkan uji-1 sangat scdikit

variabel i ndependent yang si gni fikao sccara statistik;

c. uji heteroskedasitas, bcrtujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pcnyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik yang mensyaratkan adanya

homoskedasitas. Hereroskedasitas terjaili bila ada varians residual yang

bcrbeda (tidak konstan) yang dapat membiaskan basil yang telah dihitung,

sehingga model regresl meoaksir terlalu rendah daripada varians

sesungguhnya. Apabila varians onsur gangguan model regresi linier tidak

konstan, berarti terdapat peoyimpangan tcthadap asumsi bomoskedasitas,

atau dengan kaia lain terjadi he!eroskedasitas. Salah satu cara unluk

rnendeteksi beieroskedasitas ada1ah dengan uji Arch.Ls». IJji ini digunakan,

karena diasumsikan selama periode 1970.2003 rerjadi perubahan struktur

ekonomi yaitu segala sesuatu kejadian }'llllg menyebabkan adanya perbedaan

perilaku ekonomi:

d. uj i autokorclasi. hen uj uan uatuk mcngctahui apakah ada hubungan/korelasi

antarresidual satu o bservasi deogan obscrvasi lain. Autokorelasi biasanya

terjadi pada data time series ataU derct waktu yaitu data yang hauyll.

rnempunyai satu observasi untuk setiap variabel peda setiap saruan walcru.

Auiokorclasi dapat muncul dari adanya tread dan siklus dalam variabel

ekonomi, dari tidak dimasukkannya variabel yang penting daiaJn regresi atau

karena data yang non J inear. Komekuensi adanya autokorelasi adalah selang

keyakinan menjadi lebih besar, serta varians dan standar kesalahan yang

]6

penerimaan pajak dan lag penerimaan pajak serta pengeluaran pembangunan

lag cicilan hutang dan bunga, konsurnsi RT/swasta dan lag konsumsi RIrswasta,

pel1llmbuhan ekonomi dan lag perrwnbuball el:onomi, cicilall hutang dan bunga dan

001\ GOP,.,. CH,. CH1.;, CR., CRH TX., TX..., OPt. OP,., masing-rnasing adalah

n .,

GI', =I: a,GP,.,+L. 1;GD1',1+v, 1=1 j=I

n m 4. GDPt =I a, GDP,~+ I: B, GP,~+ n1

r=l J=l

n m TX, =I: u, TX1.;+l: y, GOPH + v,

,,, J~l

n m 3. GUPt = l: a, GDP, .• + l: a. 1x,, + n,

P=l Fl

• m CR,= I o, CR.~+!: 1'• GDP,, + v,

,-1 J I ..

" m 2. (il)f>t = 1: o, GDP,.,+ I: JJ, CR1-j ~ n, r=I J-1

• m CH, = ~ a; CTI...,+ E 1· GDP1.; + v,

1~1 Fl

I. GDPt = l: a, GDP1~+I: 8, CH,,+ Dt 1<r r1

m •

l:'onnulasi tes kausalitas Granger dapat ditufis sebagai berikut :

GOP sebagai variabel tcrikat dengan CH, CR. TX dan GP sebagai variabel bebas.

Uji ini digunakan untuk mengetahui arah lmbungan kausalitas yang rerjadi antara

variabei yang diamaii, maka dalam penelitian irri dilakukan uji kausalitas Granger.

Untuk mengetahui ada tidaknya hubuogan sebab akibat di antara variabcl-

2.4.4 Uji kausaliw

War.fan.

dizaksir mcnjadi ter!alu rendah. Autokorelasi diuji dengan uji Durbin

37

pemerintah dan lag pengcluaran pembanguaan pcmerintah.

Dari hesil estimasi regresi 1ersebut akan diperoleb empat kasus arnh

kausalitas ytmg berbeda,

l. Kausatitas satu arah dari X ke Y terjadi. jika koefisien GDP,., & Cl r..,. GDP,., &

CK.~. GI )1'1•1 & TX..,. GDP,., & GP,., dalam persamaan adalah signifiki111 secara

statisnk atsu Ell, f- O. sedangkan nilai koefisien CH1•1& GDP,.,, CR. . .& ODP..,.

TX,.,& GDP,,. GP,.,& GOP,., tidak signifikan secara statistik at.au y, = O;

2. Kausalitas satu arah dari Y Ice X terjadi. jika kcefisien CH,.,&. GDP,.,, <;!{,.,&.

GDP,.;. TX,.,&. GDP,1, GP,.j& ODP,1 dalam persamaan adalah signifikan sec1ra

8tatistik atau y, :F 0, sedangkan nilai kocfisien GDP,. & CH,.J, GDP,., & C~

0DP1.1& TX1.;. ODP,.1& OP,1 tidak signifibn !1CC8nl suitistik atau tB, -e 0;

.l. Kausalitas dua arah antara X dan Y, terjudi jika koefisien ODP,.,& CH1-J. GDP,~

& CR..,. ODP,., & TX,.J. vDI\.,& GP,.1 dan koefisien CH,.,& GOP,.1, CR,.,& <JDP1.;.

TX,.,& OOP~,. GPM&.GDP,.1 pada persasnaan yang diestimas] adalah signifikan

socara smtistik atau nilai !:l\; -=& y,- Q;

4. Tid.ak ada kausalitas antara X dan Y. u:rjadi jika koefisien GOP.,, & CH,.1, GDP.­

& CR,.1. GDP,.i & TX1.1. GDP,., & GP1.; dan koefisien CH,.,& Of>V,.,, CR,.,& ODP11.

TX,.,&GDP1.,. GP1.,&GDP,., pada persamaan yang diestimesi adalah tidak

signitikan secara statistik atau nilai I:ll, ;6& "f • :/- 0.

JS

39

Variabel-variabcl yang dipergunakan dalam penciitian ini adaiah sebagai

berikut.

I. Produl< Domcstik l:lruto (Gross Domestic Prodi«t) adalah nJ!ai pa'l&I" total

semua barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh seluruh input (faktor pnxluklli)

da!am perekonomien, baik fliktor pru<lul(si tersebet milik wlitga negara (bangsa)

Indonesia maupua milik orang asing yang dipekctjakan di dalam negeri, seluna

k\lrun wa.ktu tenentu, bias<1.'lya satu tahuo dan dinilm dalem harga paser. GOP

dibed.ol(an olnS GDP nominal (n11miMI GDP) y3ilu nilai barang dan jasa yang

Jiukur dcngan harga berlaku, dan GDP riil (real GDP) yait.u nilai barang dan jasa

yang diukur dengan mengguaakan harga koastan. GDP riil mcrupal:an uku.ran

kemakmuran ekonomi yang lehih baik dibandingl::an deogan GDP nominal,

karena menghitung ouJpul biirang dJln jasa perd<onomian dan tidak dipengaruhi

olen perubahan barga.

2. Ucil•n ffutaag d111 8u11p J>iJl.jama11 Lv:•r Negeri Pemeriutab adalah bagian

dari pcngeluaran rutin pernerintah )"311g dipergwialuut wiculc pembayaran kembali

hutang-hutung l uar negeri pemerintah.

3. Pengcluarao Koosumsi R11uiah Taogp/Swasla adalah pe:ngeluaran oleh

rumah tangga untuk konsumsi barang dan jasa. Konswnsi dil>4gi mcnjadi tiga

subkelompok : barang tidak tahan 1311:18 (11.nndurable gc>Ods), barang tahan lama

(durab/l! i:ood~) dan jasa,

3.1.1 Ddin isi • perasional

3.1 C1n Peatlkillln

BABlll

ANA.I.ISIS DATA

4. Peoerimaan P•jak adalah penerirnaan dalam negeri pemerintah (bersumber dari

kekuatan sendiri) yang berasal dari sektor perpajakan yang melipuli ; pajak

peughasilan (l'Ph), pojn.k pertambchen nilai (PPn), bea masuk, cukai, pajalc

ekspor, pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak Jainnya.

5. PengeluaJ"Bn Pembangunan Pelllcrincah adalah pembiayaan mvestasi di sektor

pemcrintah yang meliputi : pembiayaan rupiah dan banruan proyck, diarahlum

untuk menuniang pemerataan pembangunan dan hasiJ-hasilnya yang makin adil

dan meluas, mcningJ<.atkan laju l)Crtumbuban yang cukup nnggi serta menjilgll

stabilitas nasional yang ~ehat dsn dinamis. Kebijal<sanaan pengeluaran

pcmbangu.nan diarahkan pada kegia.tan-kegiatan yang ridak dapat dilaksanakan

d.an dibiuyaj scndiri oleh masyarabt den dunia usaha. K.egiatlln-lccgiatan

dimaksud rneliputi: pcnyedillan sarano den pmsarana dasar sttategis,

pcngembangan sumoer dllya manusia dan penanggulan8fU! kerniskinan sena

pemerataan pembangunav. Pengeluaran pcmbatigullllll juga ditujukan WltUk

mcndukung kcgiata.n pcmbangunsn di sektor-selctor proJuktif, mcndorong

pcrneratru111 serta menciptak.an. lapangan ketja di sektor mdustri, pertaniao d.an

berbagai sektor jesa.

6. lndeb Darga Konsumeo (IHK) adalah iodeks yang mengukur rata-rata

pcrubahan h:uga antarwaktu dari satu paket jenis harang di.Ill jasa yl.lllg

dikonsumsi oleh pendudul< atau rumah tangga di suatu kota dengan dasar suaru

periode tertentu. lndeks harga konsomen (comumer price index) dihitung

dengan mctode agregat tertimbang J'VlllUS Laspeyres. Karena rumus ini

mengb'llllllkan timbangan yang tctap, rnaka indcks barga konsumen banya

menunjukkan pcrubshan harga.

40

3.2 Deskripsi Variabel PeMlitian

Dalam suhbab ini akan dipaparkan secara uroum mengenai keadaan maupun

kinerja perekonomian Indonesia selar:na 34 t:abun melalui beberapa indikator

ekooomi makro yang cukup penting. Gambaran wnum ini akan memberikan

informnsi mengenai kondisi pcrekonomian Indonesia secera rnakro, memuat

informasi tentang !Ja%aimana kinerja ekonomi yang telah dlhasilkan seJama 34 Uhun

dan sinyal yang berupa g~ala serta resiko apa !laja. yang kemungldnaa akan terjadi di

masa mendatang. lndik<ltor ekooorni makro yang dianggap cukup penting antara lain

adalah kondisi hutang luar negeri pemerimah, perkembangan pengeluataJt

~.1.2 Data dan sumber data

Metn<le pengumpulan data yang mgunal;an dalam penelitian ini seluruhnya

dilakukan dengan menggunakan dm seboder. Data ini diperoleh dari studi

litcraturlkepusta.kaao. Studi kepustakaan dilakukan dcngan cara aiempelajari bulru­

buku, hasil-Nlsil penelitian sceclumnya (tesis], jurnal ilmiah maupun publikasi

lamnya baik di perpustak3an maupun internel yang berhubungan dengan l()pik

penelitian. Melalui studi kepustaka3n ioi pula, ditelusuri, dipelajari dao dikumpulkan

data sekunder yang bersumber dari CD Room Nola K.euangan dan APBN 1%9-

2003, Biro Pusat Staiistik (BPS), lnterna1ional Monetary Funds (Ifl..lF) Statistic

beberapa penerbitan, serta Ditjend. Perbend•hiua.ui. Dcpmtemen Keuangan RI.

Data-data yang dipergunakan dalaln penelitian jni meliputi: GDP, Jndeks

Harga Konsumen (atas dasar herga lc01N3Jl 1990), cicilan hutang clan bunga

pinjamm luar negeri pemerintah, pengeluaran koesumst rumah tanggs/swasta,

penerimaan pajak. pengeluaran pcmbangunan pemeriruah selama periode 1970

ningga 2003.

41

pemerintah, perkembangan peneri RU\81) r11jak dan perkembangsn pengeluaran

konsumsi rumah tangga/swasta.

3.2.l Kuudisi butAng luar ncgcri pemerintah

Selama dasawarsa 1970-wt :wnpai I 980-1111 pcrckonomian Indonesia tumbuh

dengan cepas. Melalui rekaya:;11 pemulihen ekonomi yang luar biasa (mclalui eara

pinjaman Iuar negeri yang diistilahkan ul'end11paUUI Pembangunan"), inflasi turun

dengan tajam sehingga kondisi rupiah cukup sWiil dan pertumbuhan ckonomi

meningkat. Kesuksesan perekonomian ini membawa bangsa fndonesla dielu-elukan

sebagai contoh sukses dari Asia.

PiJ'\iMWI luar negeri memegang peranan penting pada tahun-tabun awal rezim

Onie Hruu. Kebijakan ini diambil uemk mcredam gejolak infla.~i y1111g mencarrW

puncaknya hi.11gga :!: 650% di akhir tnhun pemerintahao Onie Lwu dan uoruk

mcnUll.lP dcflsit anggaran y11nl! seroakin leber, Sampai tohun 2003, Indonesia masih

belum bisa terlepes dari kctugantungan bancuan luar negeri. Hal ini terlihat dari

besarnya defisit transaksi berjaJan yang terjlldl hampir :ietiap tahun anggiuan dan

besamya aliran modal masuk ke dalam Indonesia

Dalam rentang widctu tahun 1970 sampai dengan 2003. neraca uansaksi

bcrjalan Indonesia mengalami dcfisit, kecuali di tahun 197911980 dan tahtm

1980/1981. Hill (1996:104) menyatakan bahwa surplus transaksi betjalan di dua

tahun tersebut, discbabken oleh tiga fald<1r yaitu : I) kenaikan harga minyak secara

tiba-uba pada tahun 1979, 2) devaluasi pada okhir tahun 1978 dan 3) li:ehati-hatian

fiskal sejak terjadinya krisis l'crtamina tahun 1975-1976. Pada dua t.llhun tersebut,

lnduncsia mampu membiayai pengcluiu:att pembangunannyll dengan menggunakan

tabungan yang diperoleh dari ekspor. Harga minyak di pasar internasional. mencopW.

4?.

puncaknya pada rahun 1981 yaitu sebesar 31 dollar AS per barel (oil boom)_

Namun kondisi terscbut tidak berlangsung lama. l)efisit transaksi heljalan

mulai terjadi lag], kctika Indonesia memasuki periode 1980-an. Karena pada periode

i1ti, harga minyak bumi pcrlahen-lahan mengalruni pcnurunan dan rnencapai titik

reredah pada bulan Agu.st11s 1986 scbesar 9,83 dollar AS per barell, sehingga

pemerintab Indonesia tidak bisa menyandarkan pengeluaran pcmbiayean

pembangunannya dari tabungan yang diperoleh dari ekspor. Fl~i harga minyak

di pasar lntcrnasional terscbut rnembawa dampak ncgauf ternadap penerimaan

pcmcrintah, pengeluaran pemerintah dan akhirnya meni:ait k.e pemunbuhan

ekonomi. Mulai i;.aat itulah, defisit anggaran pemeriruah selalu dltutup dengan

hutang luar ncgeri.

Menurut Hill (1996 : 104), utrutg Indonesia ~udah cukup banyak. pada puneak

lxinm minyak, yaitu 21 u1illiar dolar AS ataa 28 % dari ?DB. Nam.WI tkht service

ratio (DSR) pada masa itu tidak tinggi, yaitu sckitar 14% kareoa bcban pelJ)baynran

utang luar negeri yang tinggi tersebut diimbangl dengan tingginya ekspoc.

Akumulas! huumg luar negeri terjadi dengan cepat setelah terjadi penurunan hsrga

minyak pada paruh pertama tahun 1980-an.

Baik total hutang maupun proporsinya terhadap !'DB menjadi berlipal dua

antara tahun 1980 dan 1986. Bahk.an angka debt service ratin (T>SR) berlipat lebih

tinggi yaitu hacnpir berlipat tiga. Hal menarik adalah bahwa cicilan h11t<111g yang

ham:; dib1Syai: lcbih tinggi deri komitmen utang beru. Sampai dengan tahun 2003,

total hU18118 luar negeri pemerintah Indonesia tclah inencapai Rp598.412.-.

Pertutnbuhan hutang luar negeri pemcrintah Indonesia sejak tahun 1970 - 200) dapat

dilihat pada Tabel 3.J.

43

S_be,: IMF, lnJ~naliuna/ Finandal St11141k 2QqJ(CD ROt>m) cl 2<>95 (data diolab dalam la/11111 kalender)

Tabun Hurang l.uar Negeri Pertnmbuban H11tang LN

Pcmerintab (\tilyar Rp) Pemerintah (%) !970 1.674.0U . 1971 1.765,00 5,44 1972 1.864,50 ),64 1973 2.100,00 12,63 1974 2-311,00 10,05 1975 2.592,75 12.19 1976 3.155,50 21.70 1977 3.702,50 17,33 1978 6.315,75 70,58 1979 7.330,00 16,06 \9KO S.006.25 9,23 1981 9.149,25 14,28 1982 15.306,00 67,29 1983 20.077,00 31,17 1984 22.483,50 11.99 1985 28.803,25 za,n 1986 46.910,25 62,86 1987 60.547,25 29,07 1988 73.SOU,75 21,39 1989 75.3.38,25 2,SO 1990 83.122,50 10,33 1991 87.049.00 4,72 1992 101.018.25 16,05 1993 l lS.484,25 14,32 1994 133.830,00 l S,89 1995 137.296,00 2,59 19% 129.688,25 (5,54) 1997 369.998,50 185,30 1998 498.323.00 34,68 1999 496.547.25 (0.36) 2000 735.870,25 48,20 200! 621.446,00 (15,55) 2002 582.631,00 (6,25) 2003 598.412,00 2,71

Tabel 3.1 Penumhuhan Hutang Luar Negeri Pemeriutab Indonesia

1970-200~

44

Bcrdasarkan Tabel 3.J, permmbuhan .lml~ng paling ringgi terjadi pada l.ahnn

1997 yaitu sebcsar Rp369.998.50 Milyar atau naik sebesar 185,30% dari tahUJ'I

sebelumnya. Pertumbuhan hutang luar negeei pemerincah yang paling rcooah

dialami Indonesia pada tahun 200 I yaitu sebesar Rp62 l.446,00 Milyar atau turun

sebesar 15,55% dari tahun scbclumnya.

Perkembangan jumlah hutang luar negeri Indonesia lebih banyak dipcngaruhi

olch perkembangan nilai cu.kar rupiah terhadap valuta asing. Peningkatan butang luar

negeri pcmerincah Indonesia yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

mengakibatkan tingginya beban pembayaran cicilan hutang dan bunga luar negeri

pemerintah, sehingga hal ini menjadi beban APBN. l:!esamya cicilan hutang luar

negeri dan angka debt service rauo (DSR) Indonesia dapat dilihat Tabel 3.2.

Berdasarkan Tabel 3.2. terlihar bahwa besarnya bebau APBN ditunjukkan

dengan meningkamya cicilan hutang dao bunga luar negeri pemerintah dan besamya

angles debt service ratio (DSR) Indonesia. DSR merupakan salah sate ukuran untuk.

mclihat seberapa beser kemampuan Indonesia mem\:>ayar hutang luar negerinya yaitu

rasio antara jumlah pcmbayaran cicilan hutang (smortisasi) dan bunganya setshun

dengan nilai ekspor setahWJ. Berdasaikan tabel tersebut, angka DSR Indonesia

tertinggi terja.li pada l.ilbun l 998 yaitu sebesar 113,08%, akibat terjadinya krisis

ekonomi dipertengaban bulan Juli 1997, sehingga rupiah terdepresias]. Sampai

dengan tahun 2003, angka DSR Indonesia masih lergolong nnggi yairu sebesar

43,89"/o. Padahal batas aman rasio DSR adalah 20%, .sebingga dalam jangka pcndck

alcan mcmbuat rapuhnya neraca perdagangan dan dalam jllllgka pa11jang akan

semakin membcbani APBN. Hal ini memberikan indikasi bahwa pembiayaan

pengeluaran pemerintah perlu dicermati kembali.

45

Sumber; Dqrl.eu RI, CD Room Not• JI.ewmgan & AP&"I 196~ 2003 (data diolall dalsun tolrun ktdend~r)

Cicilan Hutang & Bung• DSR Tabwi Luar 'Jegeri Pemerilltab Nominal (Citilan Hutaog dan

(Milyiu:_Rp) Bunga/Eksoor) ... ·- - ..

1970 24,33 2,20

1971 41.93 3,40

1972 46.40 2,61

1973 67.38 2,10

1974 70,43 0.95 197S 72,10 l,02 1976 157,93 1,85

\971 214,70 1,98

1978 446,95 3,84 1979 688.23 4.41

1980 782,83 3,57 1981 896,83 ~.56 1982 1.150.03 S.15

IY83 1.881,18 8,90 1984 2.606,90 11.91

1985 3. {86,25 17,14

1986 3.968, 18 26,80

19&7 6.119,85 . 35,71 1988 9.647,35 50,20

1989 11.483,70 51,82

1990 12.376,73 48,20

1991 12.S9'2,78 43.21 1992 13.835,88 40,73 1993 16.343,8.5 44,38

1994 17.984,38 44,90

1995 19.941,35 43,91

1996 22.298,75 44,76

1997 26.768,48 50,09

1998 55.236,SS 113,08 1999 49.397,18 101,SO

2000 29.907,70 48,14

2001 28.900,00 51,20

2002 25.400,00 45,00

2003 26.800,00 43,89

Cicilan Hu tang I .uar Negcri dsn Angka Debt Service Rlllio (DSR) Pemerint..h Iadonesia 1970 -1003

Tabel3.2

46

J.2.2 Perkcmbaogao peogeluarao remeriotah

Selams pemerintahan orde baru, perekonomisn Indonesia <umb<lh dengan

cepat. Hal ini tampak dari pendapatan pemerintah dsn pcngcluarannya yang

mcncapa.i dua kali lebih banyak sepanjang dekade 1975. Perkembangan volume

pengeluaran total pernerintah Indonesia 1970 - 2003 dapa1 dilihar pada Tabel l.J.

Kecenderungan yan11, terjadi dalam hemafl,ai pengeluaran mencenninkan bahwa

penerimaan merupakan hal penting. Pcngeluaran pemerintah naik sangat tajam pada

tah11n 1970-an, sebagai reaksi lang.~ung tcrhadap pcnerirnaan rninyak dan

mengalirnya bantuan luar negeri, Pemerintah dengan cepat mengalokasiken

kannikan proporsi anggarannya untuk pengeluaran pembangunan, sumbangan

terakhir meningk.at dari 20% pada tahun 1968 mcnjadi 56% dalo.m kcad.wl boom

minyak tahun 1976. Kcnaikan proporsi dana yang dibclaajakan untuk proyck-pmyek

pembangunan selama periode lnl berhubungan dcngao penwunan tepentingan

bantuan luar neged :rebagai sumber pengeluaran pemban.gunan (Hill 1996:76).

J.>cngeluaran pemerin!Sh dapat dibedakan menjadi dua komponen yaitu

komponen hidang pcngeluaran rutin dan komponen bidang pengeluaran

pembangunan. Komponcn-komponen dalam pengeluaran rntin pemerintalt melipuri :

helanja pegawai, belanja barang, subsidi kepada daerah otonom, pembayaran bunga

dan cicilan hut:ang, serta bclooja rutin lo.innyo..

Komponen pengcluaran pcmbangunan pemcriatah mcliputi: pembiayaan rupiah

dan bantuan proyek. Kcbijaksanaan peugeloaran pembangunan diarahkan pada

kegiatan-kegiaten yang tidak dapat dilaksarn1.kan dan dibiayw sendiri oleh

masyarakat dan dunia usaha seperti: pcnyediaan sarana dan prasarana dasar strategis.

pengembangan stm1ber daya manusia., penanggulangan kem.iskinan serta pemerataan

47

pembangunan, mcndukuag kegiatan pembangunan di sektor-sektor produktif,

mendorong pemerataan scrta meneiptakan lapangan kerj a di sektor induslri,

perunian dan berbagai sckior jesa,

Dalarn komponen anggaran rutin, pengcluaran untuk bclanja pcgawai

mendorninasi keadaan ini, besarnya pada tahun-uhun pertama Orde Baro hampir

seoaruh dari kescluruhan anggaran rutm, Tetapi kcmudian pengeluaran belaoja

pegawai berangsar-angsur turun hingga 25% nya. Komponen pengeluaran rut.in

yang menyerap artS£MAn (>:lling besar adalah pernbayaran bungs utang' bait dalam

negeri maupun Juar oegeri. P1njaman luar negeri mendomina'li pengeluaran

angguran rutin sclama periode 1970-1999. Tetapi semcnjak tahun anggaran 2000-

2003, hutang dalarn negeri pemerintoh juga sama bes.unya deogan hutang Juar negeri

pemerintah, bahkal1 ceoderuog lebih besar.

Menurul data dari Ditjernl.Pcrlxmdahanian, Depertemen Keuangan R1 (2005),

total nutang pemcrintab selama pcriode tahun 2000- 2003 berturul-turut adalah

scbcsar US~ 130.084 juta (hutang LN:USS 60. 796 juta, huiang DN:USS 69.288 juta;

US$ 121.970 juta (butang LN:USS SS.814 juta, hutang DN:USS 63.158 juta); USS

137.4'.12 juta (butang LN:USS 63.789 juts, hntang ON:USS 73.643 juta); USS

145.738 ju.ta (hutang LN:USS 68.9'.19 jll(a, hutang DN:USS 76.799 jllta).

PengeJuaran pemerintah wuu.k subsidi daenlh otonom juga menyerap sebagian

bcsar sisa anggaran rutin, Dalacn nmgka mcncapai cfisicnsi perekooomien. maka

pengeudalian pengeluaran rutin diupsyakan melalui penyempurnaan pots

pengeluaran rutin yang terarah Win daflal meacapai sasarau. Selanjutoya, agar tidak

menirnbulkan inefisiensi dalam alokasi sumber-somber ekonomi, pemberian subsilli

secara bertahap d ikurangi. terutarna bagi subsidi yang lidalc diprioritasbn.

48

Anggaran pembaagunan meningkat secara cepar selama periode boom rninyak,

lima belas kali lipat secara nominal tabun 1973-1981. Tetapt kemudian mengalami

penurunan tajam pertengahan tahun 1980-an, deog;an porsi untuk gaji dan utang

mcnempati lebih dari tiga perempat anggR1'311 rutin dalam beberapa tahen,

fleksibilitas pemerintah sangat kurang dan begitu sedikit pilihan yang di!lliliki.

sehingga berkonsentrasi psda pengetatao anggaran pembangunan (Hi l 1. 1 996 :81 ).

Pclaksanaan anggaran pcndapatnn dan belanja negara mempunyai kaitaa erat

dengan besaran makm yang merupakan basil dari upaya pcmbenguuaa, yaitu Prociuk

Domestik Brute (PDB). Apabila dilihat perba.odingan terbadap PDB non migas,

maka volume APFlN telah meningkal deng;m pesat selama pembangunan jangka

1)8Iljang pertama (P JP I). Kalau dalam tabUJI pertama Repelita I, vo lwne AP SN baru

merupakan 12.7% dari l'DB non migas, maka pada akhir PJP I, volume APBN

tersebut telah rneningkat rnenjadi 21.5% dari !'OB non taigas. SelanjuUtya dalam

tahun pertama pelaksanaan Repelita [V. voillllle APBN telah mencapai 20,9% dari

PDB non migas (Nota Keuengan APBN, 2003:28).

Dari Tabel 3.3, tampak bahwa penumbvhan volwnc pengeluaran total

pemerintah tertinggi dicapai pada tahun 1974 yaitu sebesar 73,21%. Sebagaimsna

diketahui pada tahun 1974 pemcrintah sebagai anggota OPEC sud.ah diuntllllgkan

dengan adanya perang Arab-Israel. OPEC memberfakukan embargo penjualan

min yak bumi ti i sel uruh dunia, S(;hingga batga min yak bumi me lam bung di pasar

dunla hlngga mencapai 25 dollac AS per barell, Krisis minyak kembali ierjodi tahun

1979, seh.ingga pemerintah kembali ~1 windfall profit dengan naiknya

harga minyak di paser Imemasional menjadi 30 dollar AS per barrel. Anggaran

pemerintah berperan penting dalam mendorong pertwnbuhan ekonomi Indonesia.

49

Swnber : lkpkeu RI, CD R- N'11a Ke~ & APBN 1969- ZOIJJ(t/.tdtl tGol.lr Jillt1m tall 1111 Aaiender)

Pengeluaran Pengdu.ran l'eagelua ran Tabull Ru tin Pembangunaa Total Pemerintah Pe rtu tn bu ban

(MilyarRp) (MilyarRp) • arRn\ {%)

1970 270,28 13-0, 75 40t.03 - 1971 333,88 157.40 491,28 22,50

1972 415,85 238,23 654,08 33,14 1973 644,50 370,48 l.014,98 55,1 g 197'1 917,60 840,48 1.758,08 73,21 197.S I. J 75,90 l.323,60 2.499,50 42,17 1976 1.513,65 1.537,50 3.051,15 22,07 1977 1.961,13 1.5#,25 3.509,38 15,02 1978 2.524,48 1.lW4,50 4.368,98 24,49 1979 3.667,58 3.096,23 6.763,80 54,81

1980 5.161,93 4.957,38 10.119,80 49,62

1981 6.594.63 6.482,23 13.076,85 29,22

1982 6.961,23 7~83 14.248,05 8,96

1983 9.403,23 8.277,85 17.681,08 24,09 1984 9.608,23 8.420,35 18.028,58 1,97

1985 11.356,28 10.R98.78 22.255,05 23,44 1986 13.289,13 9.753,43 23.042,55 3,54 1987 16.434,63 9.60(),2.1 26.034,85 12,99 1988 20.036,33 11.680,38 31.716,70 21,82

1989 23.485,13 14.624,73 38.109,RS 20,16 1990 27.924,63 17.536,58 45.461,20 19,29

1991 29.070,03 21.868,58 50.938,60 12,05 1992 32.467,30 25.94&,.15 5R.415,65 14,(lg 19\13 38.618,78 28.047,65 66.666,43 14,12 1994 43.124,23 30.125,80 73.250,03 9,88 1995 48.843,50 29.258,45 78.101,95 6,62 1996 58.784.75 34.159.03 92.943,73 19,00 1997 62.010,50 44.191,68 106202,18 14,26 1998 143.943,33 8l.246,g) 225.190,IS 112,04

!999 160.401,28 42.445,75 202.847,03 (9,92)

:.!.000 201.700,00 32.325,00 234.025,00 15.37 2001 218.900,00 41.600,00 260.500,00 11,31 2002 189.300,00 40.300.00 229.600,00 (\ J ,S6) 2003 188.600,00 65.100,00 253.700,00 10,50

Tabcl 3.3 Pcrkembangan Volum~ Pengdul'lln Tollll Pemeriolab l•donesia

1970-2003

50

3.2.3 Pcrkcmbangan pencrim111u1 papk

Salah saru sumber penerimaan pembiayaan pemerintah adalah penerimaan

da\am n"!ltti yang meliputi : pencrimaan minyak bumi dan gas alam (migas),

penerimaan perpajakau dan penerimaan negara bukan pajak. Jika dalam Repelita I,

Repclita !I clan Repelita 111, dominasi penerimaan migas dan peneriman

pcmbangunan sangat bcsar dalam peneriman negara, maka dorninasi terscbut

berangsur-angsur mulai digantikan olch penerimaan yang becsumber dari kdruatan

scndiri, yakni penerimaan non-migas, kh1!!:11snya penerim.aan dati sektor perpajakan.

Berdasarkan kenyatsan bahwa perkernbangan rencrimaan rnigas kurang

mcnggernbirakan, pcncrimaan perpajaknn cb.fam struktur pcnerimaan dalam negeri

sejak tahun a.oggaran 1986/1987 terus diupayakan untuk mcnlngkat dengan cepat.

Upaya peningkatan penerimaan dari pcrpaj4k.an dilakukan dcngan melo.kukan

perubanan rnendasar dari sistcm pcrpajakan periin&galan kc.Ionia! melalui Undang­

undang perpajakan tahun 1934.

Reformasi yang diperkeoalkan pada lab.WI 1984· I 985, merupakan usaha

serius pertama kali dalaro sejarah kemerdekaan Indonesia untuk rnembuat sista:n

pcrpajakan lebih efisien, ringan dan bersih, Pembahan yang mendasar pada sistem

perpajakan dalam tahun 1984 antara lain pada sistem pemungutan pajak yang lelah

diubah dari "official assessment", besarnya pajal.c. ditentubn oleh aparatur pajak,

menjadi "self u.'sessmenr". wajib pajak dipercayakan untuk menghitung dan

rnembayar sendiri hutang pajaknya (Not.a Keuangan APBN, 2003:29). Dalam

perj at.anan pelak.sana.annya se Lama I 0 tabun. terbuk.li bah wa Sistcrn Perpajakan

N a.qional 19ll4 tersebut tel ah dapat meni.ogkatkan pe:nerimaan negara (lihat T abel

3.4).

51

Sumbu: l>t:plleu RI, CIJ Room Nqto Keuanga11 & APBN /'169--20()] (dlll8 tfiof.alt da/11111

talr111t Juile,,Jer)

Tabuo p.,nerim .. an Pajak Per1ambuban Penentase (.\1ilyar Ro) (Ofo) Terhadao l'OR

1970 208.8& - 6,25

1971 249.53 19,46 6,80

1972 319,10 27,88 6,99 1973 494,')S 55,\\ 7,33 1974 689,93 39,39 6,44

1975 8&3,33 2R,03 6,99 1976 1.()96,00 24,0S 7,09

1977 1.354,48 23,58 7,12

19i8 1.657,90 22,40 7).9

1979 2.147.03 29,50 6,70 1980 2.75·1,75 28,31 6,06

1981 3. 129.28 13.60 .5,38 1982 3.628,33 15,95 5,81

1983 4.320,85 19,09 5,57 1984 4.721,35 9,27 5,25 1985 S.945,55 25,93 6,04 1986 7.944,10 33,61 7.18

1987 9.56K,4S 20,45 7.44

1988 11 ."/41,0ll 22,71 7.86

1989 15.149,23 29,03 8,43

1990 20.529.20 35.S I 9,74

1991 24.192.20 17,34 9.68

1992 28.798,45 19.04 10,20

1993 35.021.70 21,61 10.62

1994 42.497,85 21,3.5 I 1, 12 1995 47.625,25 12,07 10,48 19':16 55.176,50 15,86 10,36

1997 6?..'lR4,7U 13,06 9,94

1998 70.714,68 13,35 7,40

1999 112.657,70 59.,31 I 0,?.4

2000 147.175,UO 30.82 11,65 2001 185.500,00 25,87 12,80

2002 210.955,50 13,72 13,10

2003 254.140,20 20,47 14,22

Tabel 3.4 J>ertuo1buban Penerimaan Pajak di lodoucsla

1970-2003

52

Selaniutnya, untuk lebih meningkatk.an peranan penerimaan negara dari

sekxor pajak dalam jangka mcnengah dan dalam jangka panjang serta dalam rangka

menghadapi perkembarigan perekonomien yang semakin pesat serta era globalisasi,

maka dilakukan reformasi di bidang perpajakan pada tahun 1994, 1997 dan 2001.

Ref()Til}aSi pada tahun \ 994 meliputi perubahsn pada 4 undang-nndang : undang­

undang tentang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pe-.rtambahan Nilai (PPn), Pajak

Bumi dan Bangunan (PBD) serta Kctentuan Umwn dan Tata Cara Perpajalcan.

Reformasi paj~ pada tahtJn I 997 mdiputi : undang-undnng Penagihan Pajak dcogan

Surat Paksa clan widang-undang telllang Badan Pcnyclcsaian Sengketa P1!iak

(BaWIJ.7.ier & Kadir, 2004: 190).

Pada tahun 200 I, DirekU>rat Jcndnil Pajalc menggullikan Rcfomwi

Administrusi f>"'1"pajakan Jangka Mencngah (3-5 tahun) yang bcrtujuan unrul : I)

mcningkatkan kepatuhan pcrpajalcan. 2) mcningka!Xan Jcepcrcayaan terhadap

adm.inistrasi pcrpajakan dan 3) mcninglcatlcu produktifita.• aparat perpajakan. Di

btdang perpajakao, telah dilakukan intensifikasi pemuni.ruu.n di!n ekstmsilikasi

jwnlah ~jib pajak. filtCIL•ilikasi pcmungutm> pajak dilalrukan melalui peegelolsan

potensi pajak yang tclah dapal dibina daig;ll) tertib dan berkesinambungan, serta

upaya mcningkatkan kepatunan wajib pajak rnelalui vcrifikasi lspangan clan

pemeriksaan tehadap wajib pajak yang belum melaku.kan kewajibannya sesuai

deogan pernturan yang berlaku Ekstensili.kasi jumlah wajib pajak dilakukan deagan

upaya mcningkmkan jumlah wajib pajak dsri r.elctor-seklor tertentu yang belum dapat

dijangkau.

Berdasarkan Tabd 3.4, maiuqjukkan bahwa pertumhuhan pencrimaan pajak

tertinggi terjadi pad a tahun 199? yaitu sebesar 59 ,31 %. Persentase terhadap PDB

53

mengalami peaingkatan yang cukup besar selama periode 1992-2[)0] yaitu antara 10-

14%, lcecunli di mhun 1997 dan 1998. Persen1ase penerimaan pGjak. terhadap PPB

tertiuggi terjadi tahun 2003 yaitu scbcsar 14.22%. Peningkatan balk pertumbuhan

penerimaau pajak rnaupun persentase penerimaan pajak lerlmdap PDB terjadi setelah

dilakukannya reformasi pajak di tahun 1984, 1994, \997 dan 2()01.

Terdapat beberapa langkah yang periu dilakukan untuk meningkatkan

persentase penerimaan pajak 1erluldap POl::I anwa Jain : J) penegakan hokum secara

tega.q atas pelanggaren pcrawan peTpajahn bai.k ba&i wajib pajak maupun aparat

pajak.. 2) menaikkan standar akuntansi dan audit yang setaraf dengan standar

internasiona! dolrun ha! administrasi dan ~wasan fungsi pengumpulan

penerimMn negara tersebut, 3) reorganisasi institusi pengurDpUI penerimaan negara,

agar dapat Jebih bcrkonsentrasi pada bidangnya (tidak dibcbani logos - tugns seperri :

penemuan keringanan pajak. i.uif dan belbagai kebijabn yang lain).

3.2.4 Perkembanpp kousu111si ramall taJ!rp/mata

Terdapat dua komponen pc:ngeluaran total agregatif suatu perekonomian

diantaranya adalah pengelua.ran konsumsi rurnah tanggalswastl dan pengeluaran

pcmcrimah, Dari dua k.omponcn rerscbet, komponen pcngehwan agregatif terbesar

dan terpenting adalah pengeluaran konswnsi rumah 1l!ngg11 dan sektor swasta yang

mencapai 60% ato.u lebih (dua pertiga dari GDP), konsumsi meningket lebib besar

dar:ipada irrvestasi, pcngeluaran pemerintab dan ekspor naw (Hill, 2000: 63 ).

Kenaikan GDP riil di beberapa lllhun terakhit ini lerutaroa tahun 2003, banyak

dipeogarubi oleh keoaik.an tiDgkat koClS\.llJJSi, konsumsi meningkat lebi h besar

daripada investasi, pengcluaran pemcrintah dan ekspor nelln, sehiagga konssresi

mendorong ke atas tingkat pendapatan nasioaal riil, Pertwnbuhan pen gel uaran

54

konsumsi rurnah tangga/swasta di lndonesis dsri tahun 1970 sampai dengan tahWI

2003 dapat dilihat dalam 'fabel 3.S.

Keputusan konsurnsi rumah tangga sangat mempengaruhi keseluruhso perilalru

perekonomian baik da\am jangka pcndek rnnnpun dalsm jangi.a panjang. Dalam

jangka pendck keputusan pengeluaran konsurnsi berpcran dalam menentukan

permintaan agrcgat (a11:regaf demand). Karena pengeluaran konsumsi rumah tangga

dan sektor swa.<11a mcndominasi total pcrekonomian, mska fluktuasilperubahan

konsumsi dalam rumah tangJla/Swasta merupakan elemen pentiog dari booming' dao

resesi ekonomi, sedangkan dalam jangka panjang, keputusan koosumsl nunah tangga

bcrpcran dalam penumbuhan elconomi (Mankiw. 2003:424).

Ada banyak fakta~ yong mcmpengarohi pell8cluaran konsumsi rum.ah

tanggll/swasta, tctap! data statistik ernpiris menunjukkan bahwa tingkat pendapatan,

khususnya pendapatan di.~[111.~uhle (pendapatan siap konswnsi) adslah faktor utama

dan terpenting yang mempengaruhl pengeluaran konswnsi. Adapun ioktor-foktor

lain yang mempengaruhi yaitu banyaknya aktivalkckayaan yang dimiliki, ekspelctasi

di masa depan teatang harge-harga, pendapatan, uang dall tersedianya barang-barang;

utang-utsng dan kredit-kredit; sikaplperilaku hemat serta pajak.

Terdapat hubungan antara konsumsi dengan pendapatan disposabel yaitu,

semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Dari

hubungan ini, diduga bahwa rumah tangga mcmbelanjakan bagian yang lebih besar

dari pendapatannya pada lingkat pcndapaten dispooable (pendapatan siap-konsumsi)

yang lebih rendllh dl1ripada pendapatall siap konswnsi yang lebih tinggi. Dengan

kata lain besamya tambahan pengcluaran kon:ium~i lebih rendah deri pcrtambahan

pendapatan (Mankiw, 2003:52).

.55

56

S~I': IMIF, J111en1.r;,,,.al FlnallCilzl .~ lOOJ(CD Room\ & 2005

Tahuo Pengcluaran Konsumsi RT!Swasta re£tumb11han (Milvar ruoiah) (%\

1970 2.692.!!0 5,19

1971 2.832,60 20,09

1972 3.401,60 40.84

1973 4.790,70 51.51

1974 7.258,60 20,47

1975 8.744,50 19,66

1976 10.463,80 19,06 1977 12.4511,40 1 LJ7

1978 13.850.00 40,89 1979 I 9 • .Sl3,70 40,?4

1980 27 . .S02,90 17,42

19&1 32.293,00 17,44

1982 37.923,70 24,JO 1983 47.063,00 14,88

1984 54.066,50 7.).5

1985 57.985,00 18,(}5

1986 68.453,00 8,46

1987 74.246.00 14,91 . 1988 85.318,00 ll,83

1989 95.414,00 20,21

1990 114.693,00 19.86

1991 137.469,0U 7,45 19()2 147.709,00 30,63

1993 192.958,00 18,22

1994 228.119,00 22,69

1995 279.876,00 is.es 1996 332.094.00 16,58

1997 387.171,00 67,32 1998 647.824,00 25,53

1999 813.183,00 4.63 2000 850.819,00 14,68

2001 975.731,00 14,80

2002 1.120.160,00 10,60 2003 1.23&.890,00 5,19

Tabel 3.5 fertumbuhan Pengeluano Koosum:.i Rumah Taog~Swasta di Indonesia

1979-2003

Berdasarkan Tabel 3.5, mcnunjulckan bahwa pengeluaran konsumsi runtah

tanggQ/swaqta di Indonesia selama periode 1970 - 2003 selalu meng,alarni

pcningkatan. Pertumbuhan konsumsi tertinggi tcrjadi pads tahun 1997 yaitu sebesar

6 7 ,3 2%. Pada tahun anggaran I 99711998 perkernhangan nasional bcrk.embang

sccara dinamis clan mamap. setelah 11<l11Dya pembenahan aspck struk:tur ekonomi.

Hal ini dilakukan dcngan rnengurangi dan menghapuskan berbagai distorsi yang

menghambat proses produksi clan distribusi barang clan [asa serta pengelolaan sektor

finansial secara lehih akomodatif dan hati-hati. l'ada tahun ini kegiatan investasi

dalam negeri juga meningkst, sehingga keburuhan impor harang modal clan bahan

bakuip¢nolong juga semakin meningkat. Pertumbuh.an k.onsurnsi terendah t~rjadi

setelah adanya k.risis ckonomi di pertcngohan Juli I ~7 yang menyebabkan &ya beli

musyarakar menurun yaitu peda tahun 1999 sebesar 4,63%.

3.3 1!1!1111 Am1llsll D11j,!i dan Pen1babaHo

3.3.l Ha.sj! est!masi oers1maan

Sebagaimana diketahui bahwa untuk mendapatkan ha~il estimasi yang linier

dan ti.:W: ™"~ dengan varian yang minimum (Be31 linear Unbiased &timator -

BL.UE). maka terlebih dah\1lu dilakuks» pengujian terhadap : I) masalah adanya

hubungan antara variabcl independen di dalam regresi berganda (multi.kolinieritas),

2) adanyu varian residual yang tidak konstan (hereroskedastisitas), dan 3) adanya

hubungan residual antara satu obecrvasi dcngan observasi yang lain ( aurokorelasi]

(Wi<lw:y11110, 2005:129). Meskipun menurut lnsukindro, dkk (2001:64) bo.hwu

asumsi bomoskedastisnas, tidak ada autokerelasi Jar. model regresi yang linier dalam

analisis dengan menggunakan data runtun waktu (time series) merupakan ~ylll111

perlu (necessary condition), sedangkan asumsi lainnya seperti halnya tidak ada

57

.. Ri ~

··- U j i A&umsi KJMik Haail Vii Multikolinearitm 0,56 • r1' = 0,40 Nott Multikolinieritas

' rl =0,40 r32 = 0,01 41 =0,01 ri = 0,0\ rl = 0,01 r,2 = 0 00

2 ' rs -0,DO ~1=000 9 z • ••• =0,00 •112 = 0,2{) rrl= 0,20 .. ... . ....

Tabd 3.7 Hasil Peng .. jiaa Multilr.olioieritas

Artinya, residual basil regresi pend.apalml uasional mempunylli dislribusi normal

Rertlaw-kan uji st.al.istik JB, nilai statistiioya sebesar U,0042 dengan

probabilitasnya yaitu 0,979. JiJca dibandingkan deogan X2 tsbel dengan df 5 pada

tingkat kriti~ 5% = 11,07, 'x! hitung (0.0042) < X1 label (11,07). oleh karena iru kill!

tidak bisa menolak hipotesis oul bahwa residual didistribusikan secara uor:mal.

Uji Asumsi Kluik JB-cnt x- lllbel lfasil Uji (df•S. a=S%)

Normalitas 0,0042 11,07 Distribusi normal

-

Tabel 3.6 Haeil Peagujiall Norma.lifts

nnrmalitas, dapat dilibat pada Tabet 3.6.

dan Durbin - Watson untuk hipotesis 110!1 lllltokorelasi. Hasil pcngujian asemsi

hipotesis non multikolinieritas, Arch-LM tut untulc hipotesis non hetcroskedesnsites

turut adalah uji Jarque -Bera (JB) llfltuk. hil)Olests normalitas, korelasi parsial untuk

Pengujian terhadap masing-masillg hipotesis dllakukan dengan eara berturut-

ini diuji pula aswnsi non multikolinieritas dan oormalit:as.

multikolinieritas dan data berdistribusi normal, bisa diabaikan, tetapi dalarn analisis

58

Uji Asumsi I 0-W st8ti!tik D-Wi-w D-Wupper Basil Uji '

.. Kl8!!1ik Co=33, K=ll ·-· Auiokorelasi 2,09 1,19 1,73 Non Autokorelasi

Tabel3.9 Hasil Pengiajian Autok.orclui

disimpulkan bahwa model empirik bebes dari masalah heteroskedastisitas.

Obs•R-sequared} dengan df sebesar I (lags to include: I) adalah sebesar 2,82. Nilai

ini bila dibandingkan dengan nllai X2 lllbe! dengan df I dan dengan (1 = 5% (K label

~ 'l.ll4), maka didapat bahwa X2 hitung = 2,82 < X2 tabel = 3,84, sehingga

lJji ARCH LM Test ini digunakao umuk mcnguji masalah beteroskedastisitas,

karena ada perubahan struktural yaitu pclUbahari struktur ckonomi. Dari basil uji

/\RCH LM Test pada Tabel 3.8, lt:rlibat bahwa besamya nilai X2 bitung (nilei

--· U j i All wnsi X' bituni: (nilai x~tahcl Hasil Uji Klasik Obs*R· (df= I. u=5o/o)

'- .,,,, uared), df= 1

Heteroskedastisitas 2,82 3,84 Non Heteroskedestisitas ' '

Tabd3.8 Ha!!lil Peogajiao Heten>skedutiritu

rnulukolinieritas.

disimpulkan bahwa dalam model empifilc tersebul, tidak ditemukan adanya masalah

0,00; r102 sebesar 0,00; r112 sebcsar 0,20; r1z2 sebesur 0,20. Dengan demikian dapat

0,01: rs2 sebesar 0,01; rb2 sebcsar0,01; rl sebesar 0,00; rg' sebesar 0,00; r92 sebesar

korelasi parsial. Hasil pengujian multikolinieritas, dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Dari penguj ian korelasi parsial di dapat bahwa R2 sebcsar 0 ,S6 Jebih tinggi bi\a

dibandingkan dengan r12 sebesae 0.4(); rl sebesar (),40; r/ sebesar 0,01, r.2 sebesar

Hipotesis non multikolinieritas dilakuksn dengan menggunakan pendekatan

59

sebesar 0,56. Koefisien dctcrminasi menunjuJ:lran ket.epatan garis regresi dan

bertujuan untuk tnenguji kekuatan variabel penjelas secara keselurehen dari regresi,

Dengan demikian koefisien detenninasi sebesar 0,56 mengandung arti bahwa variasi

proporsi variabel-variabel independen sccara serentak dan bersama-sama mampu

menjelaskan variabel dependen: scbesar Jrurang lebih 56o/o, selebihoya dijelaskan

oteh variabel lain. Nilai F statistik sebcsar 8.85, dim bila dibandingkaa dengsn I'

tabel df (n-u-n) ~ df (l<J, 41 pada taraf kritis 5% sebesar 2,71, maka nilai F stetistik

(8,85) Jebih besar bila dibandingkan dcnglll! nilai F label, sehingga Ho diwlal,

artinya variabel-voriabel independetu secara serentak dan bersema-sama berpengaruh

signifiken secara statistik terhadap variabel ~nde11t.

(4,44) (4,60) (l,94) t- hitung (0,74) (0,l5)

R2~ 0,56;

F-statistik = 8, 85

Dan basil persamaan tersebut, terlWt bahwa ni lai koefisien d esermiaasi (R2)

PGDP=l 7,96 + O,OSCH1+ 0,56DCR,+ .2,32D'fXt+ 1,92DGP1 (3.J)

dapat dilibat pada penamaan 3.1. Berdasarbn basil regresi persamaan empirik

DGDP, = ao+ a1CH1 + a2DCR.,+a.iDTXt+a..OOP1+tt1. hasil estimasi pcrsamaan dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Ilasil estimasi regresi persamaaa dengan mctodc Ordinary least SqUat'clOLS,

basil estimasi dari pcrsarnaan tidak terkeoa autokorelasi.

not Reject HO or Ilo or both), sehingsa dengsn demikian dapat disiropulkan bahwa

1.73. Karena D-W statistik basil estimasi berada di zone ridak ad.a. autokorelasi (Do

33. K= 4 adalah sebesar 2.09, sernentara nilai D-W1.o- = 1,19 dan nilai D-Wtft>r" =

Autokorelasi Durbin Wa!son. rliketahui bahwa nilai D-W statistik basil estimasi n =

Hasi] pcngujian sutokorelasi, dapat dilihat pada Tabel 3.9. Dengan pengujian

60

pemerintah terhadap variabel GDP, mengindika.'likan bahwa kebijakan hlllBng luar

Tidak signifikannya variabel cicilan hulang dan bunga pinjaman luar negeri

Rp0,56 Milyar (asumsi ceteris parihus).

(OCR) yang menyatakan bahwa pcrubahan keiiaikan peageluaran konsumsi rumah

tanggalswasta sebesar Rpl,- akan menyebabkao perubahan kenaikan GOP sebesar

ditunjukkan oleh vaciabel perubahan peogeluaran konsumsi rumah tangga/swasta

Milyar. Pengaruh tidak langsung dari sisi fiskaJ terliadap pertwnbuhan ekooomi

ceteris paribus, akan menyebabkan perubahan keeaikan ODP sebasar Rpl.92

dan perubah;m kenaikan peugeiuaran pemhmiguoan pcmerintah sebesar Rp l ,- oswnsi

ceteris purilms. akan menjebabkan perubahao kcnaibn GDP sebesar Rp2,32 Milyar

mengungkapkan bahwa perubahan kcnaikan penerimaan pajak sebesar Rpl.- asumsi

ekonomi Indoncsie selsma periode 1970-2003 (dikaji dari sisi fiskal)

Sejwnlah temuan empiris atas faktor-falctor yang mernpengaruhi pertumbuban

ncgeri pemerintah tidak berpengaruh signifikim temadap variabel pen1bah.an GDP_

dan perubahaJI pengeluaran pernbangunan pemcrintab berpengaruh posinf signifikao

terhadap variabel perubahan GDP_ Adaptm variabel cicilan hutang dan bunga luar

pembahan pengeluaran konsumsi rumah 1anggatswas1a, perubahan penerirnaan pajak

Berdasarkan uj i t-stati stik pada Tabd 3-1 (), di.ketahui bahwa variabel

Variabel t-Statistik A t-Tabel Kesimpulaa

CH 0,152560 5% 1.701 Tidak Signifikan -····

OCR 1,944128 5% 1.701 Signifikan - .. -

DTX 4,595112 I 5% 1.701 Signifikan

- ! -

DGP ~.4~ \S25 5% 1.701 Signifikan

TabelJ.10 Hasil Uji t-statistik

61

negeri pemerintah tidak dapar lagi diandalkan untuk mernbiayai defisit anggaran

pernerintah. Hal ini disebahkan karena efisiensi pcmanfaatan hutang yang rcndah

oleh peroerinu.h, artinya hutang luar negeri yang seharusnya diharapkan dapat

mcmbiayoi pembangUDaD nasional seringkali tidak dapat dipergunakan sesuai

dengan keinginan pcmcrintah. Negara donor lebih punya pengaruh signifikan lBltuk

rnencmuka» cetak biru pembiayaan pembangunan di Indonesia, akihatnya APBN

terbebanl behan bunga yang tidalc terpakai, schmgga banyak mengurangi

ketcrscdiaan anggara.n unmk membiayai pembangunan nasional.

Pada dasarnya hutang dapat mcmbantu pembiayaan pengeluaran perocrintah.

Persoalaa yang muncul ketika Ulang tidak diaplikasikan untul:: proyck pembanguaan

yang benar. Komitmc11 UW\g dibiarkan rnenggantung, sehingga negara harus

mcmbayar commitmP.nt fee, sementara pembaagunannya sendiri tidak dirasakan

manfaatnya oleb rnasyarakat. Hal ini terbuk.ti dengan tidak signifikanaya pengarun

cicilan hutang terhad.ap pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Perulxlhan kenaikan GDP yilllg sigi1ifilcan akibat perubalum keoaikan

penerirnaan pajak mengindikasikan bahwa pajak sebagai sumber pembiayaan dalam

negeri masih dapat diandalkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Indonesia Peniugludan penerimaan pajak dari tahun ke tahun diharapkan dapat

mengurangi ketergaanmgan pembiayaan pembangwan nasional yang berasal dari

hutang luar negeri. Meskipwi piiliit dan terasa herat, sudah saamya k.ita sebegai

bangsa Indonesia untuk mandiri, berdiri di atas kemampuan sendiri.

Untuk. memperbesar penerimaan pajak (meningka.tkan perseutase penerimaan

pajak riil terhadap GDP), terdapat beberapa nsaha yang dapaI dilakukan antar.t lain :

1) perluasan wajib pajak, 2) perluasan jenis dan besarnya penghasilan yang

62

dikenakan pajak., baik pajak aias pendapatan, pajak konsumsi atau pajak kekayaan, 3)

peayempurnaan tari f paj ak, 4) penyempumaan administrasi pungutan pajak, 5)

penegakan hukum secara tegas atas pelanggaran peraturan perpajakan bail. bagi

wajib pajak rnaupun aparat pajak, 6) menaikkan standar almntansi dan audit yang

setaraf dengan standar intemasional dalam hal administrasi clan pengawasan fungsi

p.:ngumpulan pencrimaan ncgara terseoet, 7) reorganisasi imtitusi pengumpu\

penerimaan negara, agar dapar !ebib berkoeseanas! peda bidangriya (tidal.'. dibebani

tugas-tugas scperti: pencnruan keringamw pajak, tanf dan berbagai kcbij akan Jain).

Kebjjaksanaan pengeluaran pemtiangunan yiillg diarahkan pada kegiatan­

kegiatan yang tidak d.ap.at dilalcsanakan dan dibiayai sendiri oleh masyarakat clan

dunia usaha, seperti penyediakan infrastruktuI (investasi) bagi masyarakat, akan

mengundang daya tarik investasi. &hagajmana diketahui bahwa investasi adalah

mesin penggerak utama ekonom i. Selain itu pengel uaran pem bangunan pemerintah

sebagian besar merupakan proyek padat kMya. sehingga banyak menyerap teoaga

kerja, Dengan banyaknya masyarakat yang bekerja, artinya meningkatkan disposabe!

income masyarakat, seaingga mendoroog konsumsi agregat, yane rada akhirnya

meniugkatkan pertumbuhan ekonomi.

J.3.2 HllSit uji kausaJiU.s G ra•ger

Penguiian kausaluas antara variabcl-variahel kebijakan fiskal dimaksudkan

untuk mengetahui bagaimana bubungan dua arah antar variabcl, Karena dalarn

kenyataannya, perilaku variabei elcooomi tUhk mempunyai hubungan satu arah,

tetapi teroyata menunjukkan adanya hubungan dua ;mlh ( saling mempcngaruhi).

Uj i kausalitas Granger yang dilakukan dalam penelitia11 ini, dilakukan dengan

rnengesti rnasi model persarnaan tunggaL Dalam model persarnaan ini, penentuan

63

1 Berwama hitam menandakan hubungan searah 2 Berwama merah menandakan hubungan tidak signifikan 3 Berwarna biru menandakan hubungan dua arah

(DGDP) mernpengaruhi perubahan penerimaan pajak (DD() begitu pula sebaliknya,

dengan CH serta DGP dengan DTX Artinya pada kelambanan satu, perubahan GDP

dua arah terjadi diantara variabel-variabel: DGDP dengan DTX clan DGP; DGP

probabilitasnya. Dari Tabel 3.11 hasil pengujian kausalitas terlihat bahwa kausalitas

Keputusan ada tidaknya kausalitas dengan uji F bisa dilihat dari nilai

Hipotesis Nol F-statistik Probability DGDP

______ ..,. CH1 25,1976 2,4E-05

OCR ______ .,. DGDP2 1,79723 0.19046 DGDP ______ ..,. DCR 1.68827 0.20406 lX1DP - - - - - _..,. D I X' 9.36274 0.00473

DIX ______ ..,.

DGDP I 0.0089 0,00364 D(IP ______ ..,. DGDP 13.3337 0.00102 DCiDP --- - - _..,. UGP 12.0997 0.00161

CH ______ ..,.OCR 5,06745 0,03213

CH ______ .,. DTX 3,11279 0,08821

DGP - - - -- _.,. C II 7.71673 0.()0949

CH ______ ..,. DCiP 3,37348 0.07652

LX.iP ______ ..,.

DTX 13.2618 0.00105 o rx ______ ..,.

DGP I 6.1825 0.00038 DTX

______ ..,. OCR 0,04735 0,82926 OCR

______ ..,. DTX 0,10116 0.75272 DGP

______ ..,. OCR 1.82626 0.18702

OCR ______ ..,.

DCR 0,06512 0.80039

Tabel 3.11 Basil Pengujian Kausalitas

kausalitas model persamaan dapat dilihat dalam Tabel 3.1 J.

persamaan tunggal dalam penelitian ini mempunyai time lag satu. Hasil uji

stationer. Dari hasil trial and error, didapat bahwa kondisi stationer untuk model

panjangnya lag ditentukan berdasarkan trial and error saat model mencapai kondisi

64

perubahan pencrimaan pajak ( OTX) mempengaruhi perubahan UDI:' (DGlJP) pada a

scbesar 5%. Selanjutnya, perubahan pengeluaran pembangxman (GP) mempengaruhi

perubahan GDP (DGDP) bcgitu juga sebalilcnya, perubahan GDP (DGDP)

mempcngaruhi perubahan pengeluaran pcmbangunan (GPi pada ll sebesar I%.

Perubahan pengeluaran pembangunan (OP) rnempengaruhi cicilan hutang dan

bunga pinjaman luar negcri pemerimah (CH) pada 11 sebesar I%, sedangkaa cicilan

hutang dan bunga pinjaman tuar negeri pemerinUlh ccm mempengarult.i perubahan

pengeluaran pembengunan (OGP) pada a sebesar 10%. Ha.I ini me:ng:indikasiken

bllhwa hubungan antara perubahan pengeluaran pembangunan (DGt') dengan cicilan

hutang clan bunga piajaman lusr negeri pemerintah (Ci'!) lebih kuat dihaodingkan

hubungan cicilan bulMg dan bunga pinjaman hw eegeri pemcrinUlb (CH) t.crhadap

perubaban pengcluaian pcmbangunaa pemeriatah, Perubahan pengeluaran

pembangunan (GP) mempengaruhi perubahan penerilllMll pajak (DTX) bcgitu jugo

sebaliknya, perubahan pencdmsan pejak (DTX) mempelll.'8nlhi perubahan

pengeluaran pembangunan pada a sebesar 1 %.

Kausalitas S3lu arah terjadi di antara variabel-variabel: DOOP dengan CH;

CH dengan OCR, CH dengan OTX. Artinya, pHda kelambanan r, perubahan GDP

(DGDP) mempengaruhi cicilan hutang dan bunga pinjaman luar negeri pemerintah

(CH) pada 11 sebesar 1 %, c\cilao l\utang dan bunga pinjaman luar negeii pemerintah

(Cl I) mempengaruhi perubahao pcngcluaran koosumsi nimah tangga/swasta pada a

sebesar 5% dan cicilan hutang dan bunga pinjaman luar negeri pemerintah (CH)

mempengaruhi perubahan peuerimaan pajak (DTX) pada a scbesar I 0%.

Variabel perubahan pcogcluaran kOl!S1llll:ii ruwah tanggafswasta (DCR) dan

variabel perubaban GDP (OODP) tidak rnanpunyai hubl.lllgllll searab maupun dua

65

azah (tidnk ada huhllflgan kausalitas). Kemungkinan hal ini disehabka11 kareoa

edaoya asumsi bahwa pengeluarsn konsumsi rumah langga didasarkan pada

pendapatan masa depan yang mereka harapkan (oojofan dengan pandangan

Rlcardianl,

Selanjutnya, tidak tcrj~di hubungan searah maupun tlua arah antara variabcl

perubahan pc11crima.an pajak (OTX) dengan variabel ptmibahan pengeluacan

konsumsi rumah tangga/swasta (DCR). Berhubungan dengan kondisi variabel

sebelumny3 hahwa adanya pcm:lapatan masa depan yaag dihalapkan oleh konscmen,

maka kemungkinan konsumen melihat bahwa pajalc masa depen menjadi ekuivalen

dengan pajak ma..'111 k.ini.

Variabe! pc:rubahan pcngcltW111.l poro.bnngwtan (DOP) dan variabel

perubahan pengduaran konswnsi rumllh tangga/swasta (OCR) juga tidak mempunyai

hubwigan searah maupuo dua atah. Hal i.11.i disebabkan karcoa kemW1gk.ioan

perubahan pengeluaran pembangunan Jebih kepada kebijakan pcmerintah, sedangkan

perubahan pengeluaran konsumsi tergantung pada perilaku koasumeenya

66

4.1 Keslmpulan

Persamaan tunggal yang dib~ untuk mengkaji fuk.lor-faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pcriode 1970 - 2003,

diperoleh ha.qi( sebagai t.>;,rikut.

I. St;jumlah temuan empiris atas falctor-faklor yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi Indonesia selama periode 1970-2003 (dikaji dari sisi tiskal)

mengungkapkan bahwa pcrubahan kenai.k.an penerimaan pajak sehesar Rp 1,­

asumsi ceteris paribus, ale.an mC11yebabkan pcrubahen kenaikan GDP sebesar

Rp2,J2 Milyar dan perubahan kcmlik.im pengeluaran pembangunan pemeril\Wh

sebesar Kp I,- asumsi ceteris pat/bus, abll menyebabkan perubahan kenaibn

GDP sebasar Rp 1.92 Milyar. Pcni,r.aruh tidak langsung <lari sisi flskal terhadap

pcrrumbuha» ekonomi dituajullan okh variabel perubahan pengelu&lllll

konsumsi rwnah tanggalswasta (OCR) yang m<myatakan bahwa pclllbahan

kenaik1111 pengeluaraa konsumsi rum.ah tanggs/swasta sebesar Rpl.- akan

menyebabkan perubahsn kenaikan (;DP sebesar Rp0,56 Milyar (osvmst ceteris

purlbus ).

2. Tidak signifi.kannya variabcl cicilan hutao.g dau bwt? piojanmn luar negeri

pemerintah 1erhadap variabel GDP, mengindikasi.kan bshwa kcbijakan humng

luar negen pemerintah tidak dapat lagi di.andalkan uotuk metubiayai defisit

anggaran pemerintah. Hal ini disebabkan karena efisiensi pemanfaatan hut.aog

yang rel\dah oleh pemerimah

3. Hubungan kausalifaq dua arah terjadi antara variabel perubahan GDP (OGDP)

67

BABIV KESIMl'ULAN DAN SARAN

Dari hasil-basil empiris yang telah dikemukan. ads beberapa saran yang dapat

dikemukakan da lam pene I itian mi,

I . Dalam upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah

dapat menggunakan insnurnen kcbiiakan fiskal terutama rnelalui kebijakan

perpajak.an maupun kebijakan pengeluaran pernbangunan untuk meneapai targel

pertombuhan ekonomi yan~ dibarapkan.

2. Sudah saatnya pcmerintah mengurangi pinjaman luill' negeri pemerintah untuk

membiayai pengeluaran pembangwwi pcmerintah dan sdanjutnya dihcntikan,

Beoerapa usulan dari masyarakat wrtuk keluar dari jcbakan hutang sebaiknya

juga direspon positif oleh pemerintah, misalnya adalah pemberlakuan balaS

maksimum bagi pem bayaran huuing publilc. terutama hutang luar oegeri melalui

UU. Hal ini dimilksudkan agar pemerintah bisa menggunakannya sebegai dasar

dengan perubahan penerimaan pajak (DlX) dan perubahan pengeluaraa

pembangunan {DGP), perubahan pengeiuaran pcmbangunan (DGP) dengan

cicilan hutang dan buaga pinjaman laar ncgcri pemerintah (CH) serta antara

perubeban pengcluaran pcmbangunan (OOP} dengsn perubahan penerimaan

pajak. (l>TX).

4. Tidak terjadi hubungan searah maupuo dua arah di antara variabcl pcrubahan

pengcluaran konsurnsi rumah tanggafsWllSla (OCR) dengan perubahan GDP

{l)(jOP). variate! pcrubahan peoerimaan pajak (DTI() dengan variabel

pcrubahan pengeluaran konsumsi rumah tangga/swa~ta (OCR), dan variabel

peruoahan pengeluaran vembangunan OXTP) dan variabel perubahan

pengeluaran konsumsi rumab tangg81swasta (OCR).

4.2 Sann

bukum sekal igus alat negosiasi, sena pengaturan tent:ang pem batasan jumlah

uteng baru.

3. Kebijakan penerimaan dari sektor po.ink masih sangat dapat diandalkan sebagai

sumber pembiayaan pengcluaran pcmbangun:in perneriDtah.. karena tax ratio di

Indonesia masih rendah (± 14,22%).

4. Selama ini, perhatian hanya tertuju pada masalah bcsarnya hutang luar negeri

pemeriniah. Sejak tahun 2000, pe:rrn:rinlah beralib mengatesi masalah defisit

anggaran dengan melakukan pinjaman l:epada masyarakat, hutang domestik ioi

juga tidak kalah besarnya dcngan butang luar negeri pemerinlah. Sehingga

untuk penelitisn lebih lanjut petlu puJa mengukur bagaim.ana pengaruh hutaDg

dornestik pernerintah terhadap pertumbuban ekonomi Indonesia,

70

Handayani, Dwi P,, 1997, "Pcngclueran Pcmcrintah : Peran dan lmplikasinya tcthadap Pertumbuhan dan Stabilitas E.konomi Indonesia Selama Pembangun>1n

Hill, I Jal. 1994, Macroeconomic, Second Edition, Worth Publisher. New York

____ , 1996, Tronsformasi Elconomi Indonesia; Sejalc 1966. Sebuah Slum Krills don Komprehensij. Tiara Wacana, Yogya.

___ • 2000, Ekonomi Indonesia, Edisi Kedua. Alih bahasa : Tri Wibowo Budi Santoso & Hadi .Susi lo, PT. Rajagrafmdo Persada, Jakarta.

Gujarati. Damodar N., 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition, Mc Graw Hill. New York.

Departemen Keuangan RI, Diljend.Perb<?ndaharaan IU.(www.pcrbendaharaan.go.id)

Deller, Steven C & Victor Liedo, 2002. "Local Government Taxing, Spend.illg and Economic Growth: New Evidence for Wisconsin", Agricultural & Applied Economics. No.447, llniversi\y of Wisconsin-Medisoo/Eirtcosion.

Bawazier Fuad & M. Ali Kadir, 2004, Kebija'"4n Fiskal. Pemikiran. Konsep don lmplememasi". Ouku Kompss, Jakarta.

1999, Teori Pertumbuhan Ekonoml. Seri Sinapsis, Bdisi Pertama, Cetaksn K~cn11J11, BPFE, Yogyakarta.

Brllutigwn. Deborah A & Stephen Knack, 2004, "Foreign Aid, lnstitutioo. nnd Oovcrnancc in Sub-Sharan Africa", i::conomi(; Developmeru and Cult11ra/ Change. p.255-285.

Boediono, 1998, Ekunomi Mokro. Seri Sinapsis, Edei Kccmpat, Cctalcart kedelapan belas, BPFE, Yogyakarta.

Biro Pusat Sta1istik, 2005, Stati~•ik Indonesia,

Biro Pusai Staristik, 1997. Statistik Dalam 50 Tahun Indonesia Merdeka,

Ackley, Gardner, 1973, Teori Ekonomi Mab-11, A.lih Bahasa : Drs.Paul Sitohang. disempurnakan oleh : Dr S.B. Joedono, Ul-Press Jakarta.

Badan Analisa Fiskal, 2003, Nora Keuangsn APBN 1969-2003 (Cn-ROOM), Departemen Keuangan RJ.

Aivazian, S.A.: S.V. Borisova; E.A. Lakaliu and V.L. Makarov, 2()03. "Econometric Modelling of the Russian Economy", Acta .4.ppliandae Maihematicac, No. 78. 1-J.

DAFTAR PUSTAKA

Pattillo, Chaterine; Helene Peirson and I .uca Ricci. 2002. ~ External Debt and Growth", tmemationot Mo11etury Fund Working Paper, WP/02169:1-47.

Rachbini, Diuik J., 2006, "Kebingungan Kcbijakan", Art&/ Kompas 19 Juni 2006.

Republik Indonesia. l003. Nola Kcuangan Indonesia don Angguran Pendapatan dan JJe/a1rja Negara Ta/nm A11ggaran ZOOJ. Depanemen Keuangan, Jakarta,

Papanek, Gurtav F.. 1972,. 'The Effecl of Aid and Other Regional Transfers on Saving and Growth in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No. 327: 934-950.

Prasetiantono, A. Toni. 1997, AJ(enda Ekonomi Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Umwn, Jakarta.

Mitchell, Daniel J.. 2005. "The Impact of Govemmenc Spending on F..cooomic Oruwtl1", 7he Heritage Foundation, http://www.heritage foundation

Parkin, Michael and Robin Bade, 1992, Macroeconomic, Second Edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey,

Maddala, G.S., 2001, lntroductfon to Econometrics, Third Edition., Prentice-Hell, Inc.

Mankiw, Gregory N., 2003. Teori Muuoekonomi, Edisi Kelima, Alih Bahasa : Imam Nurmawan, SE., Erlangga, Jakarta.

Landau, D., 2001. ·'Government (:}l(penditure and Economic Growth : A Cross­ Count:y Study", Sou/hem Economic Journal, 49. 783-792.

Liu, Weiping, 2000. ·' An Empirical Study of Asian Financial Crisis by Debt Service Capacity Compansou", Ma11ageriaf Finance. Vol.26, No. 4:16-27.

Mankiw. Gregory N.. 1994, Macrot:conomic, Second Edition, Wonh Publisher, New York.

Jangka l'anjang 1•enama (l 969/1970 - 1993/1994)'', Tesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mnda, udak dipublikasikan.

Insukindro; Maryatmo dan Aliman, 200 I, "Ekonometrilca Dasar dan Penyusunan Indikator Unggulan Ekonomi ", Modul Teori Pe/atihan Efamometrlka.

lnteraational Monetary Fund (llli'), International financial Statistics (IFS), beberapa pcncrbitan.

International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics (lt'S). (www.im{Srali$lics.org).

71

• 2005. t,"k)T1Qmerrlka: Teori dan Aplikasi WI/Uk Elamomi dan Binis, Edisi'Pertama, Ekonsia, Yog_vttlana.

Widarjono, Agus, 2002, "Kausalitas Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah : Pendekatan Koinregrasi dan ECMr, Empirlka; Vol. I 1, No. I, 36-48.

Wabyuni, Heoi, 2004, "The Role of Government in Economic Growth : evidence From Asia and Pacific Countries", Jurnal .Ebromt dan Btsnts tndonesiu; Vol.19. No. 1, 71 81.

Saxton, Jim, 1995, "Government Spending and Ekonomic Gmwili", http://www.h9usc.govliec/fisca1Jbudgctlspending(spending .htm,

Suiistyo, Arb <lllll Pwi<l Wijaya Mansoer, 1998, "Su111u Pendekatan ckonomc::tri terhedap Ekonomi Makro Indonesia (1978-1994)", Jum"1 Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.13, No.4, 30-49.

Todarn, Michael P.. 2003, /'embangiman Ekonomt di Dunto Kell~a. Jllld 1, Edisi Kcdelapan, Alih Bahasa : Ors. Haris Mwaandar, MA., Erlangga. Jakarta.

-----------------• 2003, llmu Mikroekonomi, Edisi Tujuh Belas, Alih bahasa: Nur Rosyidah, Arma Elly & Bosco Carvallo, PT. Media Global Edukasi, Jakarta.

Samuelson, Paul A. and William D. Nordhaus. 1995, Economics, Fiffieen Bdition, McGraw-Hill International Editions United Sute of Amerika,

Saleh, Samsubar, 2000, "Darnpak Kcbijaluin Fiskal tcrhadap Penurnbuhan Ekonomi Indonesia", Kertas Kerja. fialcultas Ekonomi Univcrsitas Gadjah Mada, tidak dipubl i kasikan,

Sudibyo, Bambang, 2003, "Kerniskinan : Sebab Struktural dan Resep Teknokratis untuk: Menghapuskannya", Junia/ E>:onomi dan Bisnis Indonesia, Vol. I 8, No. l, 37-47.

72

LAMPIRANI

DATA VARIABEL DALAM ANALISIS

7J

Sumbtt: lnteniatfonul Financial S1a1istik (IFS), beberapa penetbitan

GJ>P Pengeluaran 1'ahun IHK Nominal Konsumsi RTISwasta

199CFIOO (MilyarRp) Nominal (Milvu Ru)

197() 9.10 3,340.20 2,692.80 1971 9.50 3,672.00 2,832.60 1972. 10.10 4,564.00 .l,401.60 1973 13.30 6.753.40 4.790.70 1974 18.70 10,708.00 7,258.60 1975 22.20 12.642.50 8,744.~(I 1976 26.70 15,466.70 10,46).80 1977 28.19 19,0I0.70 12,15&.4-0 1978 30.48 22,746.00 13,850.00 1979 37.17 32,025.40 19.513.70 1980 44.04 45,445.70 27,502.90 1981 49.41 SR,127.20 32,293.00 1982 .~4.12 62,475.70 37,92.~.70 1983 60.SI 77,623.00 47,063.00 1984 66.81 89,885.00 54.066.50 198S 69.98 98,406.00 57,985.00 1986 74,()7 11 (),697.00 68,453.00 1987 77.30 128,630.00 74,246.00 1988 83.SO 149,395.00 85,318.00 1989 88.90 179,601!.00 95,414.00 1990 100.00 210,866.00 114.693.00 1991 109.40 249,969.00 137,469.00 1992 . 117.70 282,395.00 147,709.00 1993 129.00 329,776.00 192,958.0fl 1994 140.00 382,220.00 228.119.00 1995 153.20 454,514.00 279,&76.00 1996 16550 .532,.568.00 332,094.00 1997 175.80 627,695.00 387, 171.00 1998 278.36 9.55, 753.00 647,1124.00 1999 334.90 1,099.730.00 8l3,18J.OO 2000 - 350.06 1.264,920.00 &.~0.819.00 2001 392.04 1,449,400.00 975,731.00 2002 436.93 1,610,560.00 l, 120.160.00 2003 46S.48 1,1S6, 700.00 1,238,890.00

Data Vanabel yaog Dlpe.rguoakan Dalam Aualisis

74

Sumber : Nota Keuangan dan APBN 1969-2003 (CD Room)

Cicilan Jfntme clan Penmimaan PengelW113n T>lhun Honga Pinjaman L1' Pajak Pembangunan

Pernerintah Nominal Nominal Pcmerintah Nominal (MilyarRp) (MilyarRp) (MilyarRp)

(CH) (TX) (OP) 1969119"/U 14.SO 173.10 11)9.)1) 197011971 27.60 220.80 137.90 197111972 46.70 259.10 163.90 1972/1973 46.30 339.10 263.00 1973/1974 74.40 .546.90 406.30 1974/1975 69.10 737.60 9115.20 1975/1976 73.10 931.90 1.436 40 1976/1977 186.20 1.150.70 1.571.20 1977/1978 224.20 1,422.40 1,540.60 19/8/J97Y )21.20 1,736.40 1,945.lS!l 1979/1980 743.90 2,283.90 3.479.70 1980/1981 795.80 2,911.70 5.450.60 !981/1982 930.50 3,201.80 6,826.IO 1982/19SJ 1.223.20 1,7711.50 7,44-0.40 1983/1984 2,100.50 4,504.30 8,5.57.00 19&4/1985 2.77S.70 4,793.70 8.374.80 19S~/1986 3,323.10 6,329.50 11.740.10 19R6/1987 4,183.20 8,482.30 9.091.20 ]987/1988 6.765.40 9.93050 Y.769.90 1988/1939 10.608.00 12,344.60 12,317.20 198911990 11.775.60 16,084.10 15,393.90 1990/1991 12.577.10 22,mo.90 18,250.&0 1991/1992 12,598.00 24,919.30 23.074.50 1992/1993 14.248 . .SO 30,091..SO 26.906.30 l991/l'Xl4 17.042.30 36,665.10 28,428.10 19941199.5 1 ll,298.40 44.442.10 30,691.70 1995/1996 20.489.00 48,636.30 28.7&0.70 1996/1997 22,':102.00 57,339.90 35,951.80 1997/1998 211,057.30 64,066.30 46,938.J() 1998/1999 64,296.JO 72,930.80 92,683.00 199912000 44,430.80 )25,900.00 25,700.00

2000 U,300.00 115,900.00 25.900.00 2001 2H,900.00 185,.500.00 41,600.00 ?.110?. 25,400.00 2I0.9SS.SO 40,JOO.OO 2()03 26,SOO.OO 254.140.20 6!UOO.OO ---·-· - .. ... -----..

Dala Variabel yang Diper,iuoakaa Dalam Aoalisis

15

Sumber : Nota Keuangan dan t\PBN 1969-2003 (CD Room) Ketc!ra11gan : l>a!a di adjusted dengan Rumu.~ : }fl 2 x tabun t-1 + <J{J 2 x tahun t+ I

Khusus tahun 2000. Rumus : data tahun 2000 + 3/12 x tahun t-l

Cicilan llu...,1g dan Penaimaan Pengeluaran Tahun Rnnga Pinjiunan LN Pajak Pembangunan

Pemerintah Nominal Nomioal Pemcrintah Nominal (MilyarRp) (MilyarRp) (Milyar Rp)

(CU) (TXI (OP) 1970 2~.33 208.88 130.75 1971 41.93 249.53 157.40 1972 46.40 319.10 238.2} 197] 67.JS 494.95 370.4! 1974 70.43 689.93 340.48 1975 !

72.10 883.33 1,323.60 1976 151.93 1,096.00 l.~J7.50 1977 214.70 l,JS4.48 1,S48.25 19711 446.95 1,657.90 1,844.SO 1979 688.23 2,147.03 3,096.23 1980 782.83 2.754.75 4.957.88 1981 396.83 3,129.28 6,482.23 1982 1,150.03 .J,6'2&.33 7,286.SJ 1983 l,881.18 4,320.85 8,277.85 1984 2,606.90 4.721.35 8,420.35 1985 3,186.25 S,945.55 10,898.78 1986 3,968.13 7,944.10 9,753.43 1987 6,119.85 11,™.45 9,600.23 1988 9,647.35 I 1,741.08 11.680.38 1989 11,483.70 15,149.23 14.624 7J 1990 12,376.73 20,529.20 17,536.58 1991 12.592.78 24,192.20 21,868.58 1992 13,83.5.88 28,798.45 25,948.35 1993 l6,l4J.K'.'i 35,021.70 28,047.65 1994 17.984.38 42,497.8.5 Jo.1:n.su 1995 19,941.35 47,625.25 29,258.45 1996 22,298.?S 55,176.~U 34.159.03 1997 26,763.48 62,384.70 44,191.68 1998 SS,236.SS 70,714.6ll 81.246.83 1999 49,397.18 112,657.70 42.44.5.75 2000 .29.907.70 147.:n;.oo 32,325.00 2001 28,900.00 18.5,500.00 41.600.00 2002 2~.400.no 210,9SS . .50 40,300.00 2003 26,800.00 2~,140.20 6~,100.00

l>aia Ta•un Amggana yang Telab Dirubab ktclalam Tahu• Kalende,-

LAMPIRAN2

HASIL ESTIMASI PERSAMAAN

un ASUMSI KLASIK

un STASTISTIK

76

-1.12E- 3.

-~ 7l6B1731

'

50 100 150 200 ·151) -100 .so 0 0

..llQ.e8ea Pdllll:ility

2

tMll Midorl '*<imJn Mrimm sa Del. Sk­ Kul<sis

4

Seies: RE111!Uls SlJ11]1e 1971200! QboerWiaw 33

6 ,,

~ -

'

I :..

~ ~~~~ ~ ' '

. .

6

VJ! NORMMITAS

105.1924 .~.6819 11.61781 11.91456 &.8Sl71S 0.000094

0.4631 0.8798 0.0620 0.0001 0.0001

0.743898 0.15256-0 1.944123 4595112 4.441525

c 17.95757 24.13983 CH 0."48355 0.316956 OCR 0.555971 0.285974 DTX 2.31%27 0.504803 DGP 1.917880 0.431807

R-54uared 0.558463 Mean dependent var Adjusted R-sqwued 0.495386 S.D. tlerendent var S.E. of regression 77.91384 Akaike Info criterion Sum squared resid 169975.9 Schwarz criterion Log likelihood -187.8489 F-statistic Dllrbin-Wal1'ln ~ 2.090929 Prob{F-$talisticl

Prob. I-Statistic Variable Coefficient Sid. ErTnr

Dependent VHriablc: OOOP Method: Least Squares Dato: 08ffl7i06 Time: 17:0? San1ple(adjustcd): I ?71 2003 Included observations: 33 after adjusting endroint<

PERSAMAAN PENDAPATAN NASIONAL

77

68.71563 ~6.8Sl49 11.00314 11.09384 0.221333 0.641320

Mean dopendent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-.tatislic Prob(F-statistic)

0.007089 -0.024940 57.58644 1021!02.l

-179.5519 0.172158

R-squared Adjusted R-squared S.E.of~ion Sum sqtw'Cd resid J.og likelih.ood Durbin- W •Ison stat

0.0000 0.6413

5.843539 0.470460

C 66.'.Z2803 11 J3355 DTX 0. I 56955 0.333620

Prob. 1-Statislic Variable Coefticienl Sid. Em>r

71.68S46 62.55350 10.68448 10.77518 20.97840 0.000071

Dependent Variable: CH Meth-Od: Least Square:; Date: 08/07/06 Time: 18:03 Samplc(adjusted}: 1971 2003 Included observations: JJ alter adjusting endpoints

Moan dependent var S.O. dependent var Auike info criteriOP S-Ohwar.c criterion F~tisric Prob(l'-st:atistic)

0.403593 0.384360 49. llM73 74749.52

-174-.29J9 1.829180

R-S<Juucd Adjusted R-squarcd S .E. of regressioo Sum sqlUll'ed resid Log likelihood Durbin· Watson >1'11

0.0903 0.0001

1.748433 4.S8021ll

c 23.65474 13.52911 CH 0.698978 O. I 5260ll

Prob. 1-Sca1is1ic Variable Coefficient Std. Ermr

68.71563 56.88149 10.49342 10.58411 20.97840 0.000071

Dcpendem Variable: OCR Method: I.east Squares Date: 08107/06 Time: 18:05 S&ml)le(adjumd): l<J71 2003 Included obsc.vations: 33 aJler adjusting endpoints

MC811 dependen< var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwan criterion F-rutislic Prob(F-•IAti.iic)

0.403598 0.381366 44.63078 61749.10

-171.1414 0.850309

R-squared Adju~!ed R-sqt.lllr~-d S. C. of regression Sum squaeed resid Log litelihood Durbin· Wa(.$(ln stat

0.0288 0.0001

2.292G97 4.580218

c 27.32358 J 1.91766 OCR 0.577412 0.126066

Prob. I-Statistic Variable Coefficient Sid. Error

Dependent Variable: CH Method: Least Square~ Dale: Oll/07/06 Time: 18:03 Samplc(adjUSl.od): 1971 2003 Included observations: 33 after adjw;tillj!, endp<>ints

UJI MUL TIKOLr'ITEARIT AS (PENDEKATAN KORELASI P ARSIALl

78

3.$02652 35.34557 10.07326 10.16396 0.421177 0.521130

0.3832 0.5211

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwan: criterion F-!illl.tistic Pmb(F-sw~ric)

0.013404 -0.01~21 36.17422 4()565.81

_, G4..wa3 1.911324

R-squaced Adjusted R-squattd S.t:. of regression Sum squared rcsid Log likelihood Durbin- Watson stat

0.884574 -0.648982

c 1.116155 9.966556 CH --0.072960 0.112423

Pmh. I-Statistic Variable Coeffa:iall Std. Em>r

68.11563 56.31149 10.99676 '.-1.017% 0.421171 0.521130

0.0000 0.5211

Dependent Vari.able: l)GI' Method: Least Squares Date: 031{)7/06 Time: 18: 12 Sample( a4i ustcd): 1971 2003 Included observations: 33 after adjusting en<!points

Mtan depcnc!ont , . .., S.0.dependentvar i\Jaike info criterion Sc:hwarL cri\Crion F -statistic Prob(F-SUltisric)

0.013404 -0.018421 57.-4-0301 l02145J

-179.4466 G.1 ss5og

.R.-~u.ated Adjusted R-~quared s.e. of regression Sum squared resid Log likelihood Ouroi n-W atSOn stat

6.906616 -0.648932

I0.05040 0.283090

69.4141S --0.18.lnO

c OOP

Prob. t-Sta1i111ic V11ti4ble Coellkient Std. En-or

Oepcmdcnt Variable: CH Method: Least Squares Date: 08i07/06 Time: I 3:09 Sample(aclju>tedJ: 1971 200) Included observations: JJ after adjusting e11dpoints

15.&4911 30.513.59 9.757547 9.848245 0.221333 0.641320

Ahike info criterioti Schwan aiterion F-Jtat istic Proli(F-statistic)

J0.89175 2958331

-151.999S l.9427n4

0.007089 Mean depondent Y8l'

-0.024'>40 SJ). dependent var R -sq uarcd Adjusted R-squared S.E of regressioa Sum squared reswl l.ng likelihood Durbin- W atson stat

0.1444 G.64!3

!.49!499 0.470460

C 12.74S44 8.Sll lS3 en 0.04516 i 0.096006

Prob. t-Statistic Variable Coefficienl Std. Error

Dependent variable: DTX Method: Least Sq\lUCS Date: 08/07/06 Time: l 8:()7 Sample(e.djustal): 1971 2003 Included observ11tion.: 11 after adjusti11g endpoints

79

71.68546 62.58350 11.20118 11.29187 0.004464 D.9471.57

R·squared 0.000144 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.032109 S.D. dependent var S.F.. of regre~~lnn 63.58032 Auile info criterion Sum squan:tl resid 125316.2 ScllwaIL &;ri1orion L(lg lilc.elihoo<I -182.R194 F..smtistic Durbin· Watson stat 1.090721 J>rob(F-siatistic)

0.0000 0.9472

6.446769 ..0.066816

c 71.76512 11.13195 OOP -0.020950 0.3135)4

t-Statistic Prob. V ariablc Coefficient Std. Error

Oependent V ariahle: OCR Method: Least Squares Date: 08107/06 Time: I 8: 17 Sample(adjusted): 1971 2003 Included obscrvatioo.~: 33 after adjusting endpoints

15.84911 :JU.SI 3S9 9.7MS51 9.8SS2.49 0.003419 0.953746

0.0709 0.9537

1.8702&9 0.058475

c 15.48206 8.277895 OCR 0.005120 O.OS7S6.5

R-squared 0.0001 JO Mean dependent var Adjusted R-squared -0.032144 S.D. dependent var S.E. of regression 31.00013 Akaike info criterion Sum squared resid 29791.24 Scltwat7. criterion Log likelihood -159.1151 F-statistic l)uri)in-Watson sw 1.886447 Prob( F-statistic)

Prob. t-Statistic Variable Coefficient Std. Error

Dependent Variable: UTX Method: Least Squares Dare: 08107/06 Tione: 18:16 Sample(adjusted}: 1971 2003 Included obsetvanons: 33 after adjusting endgoints

71.63546 62.58350 I 1.20121 11.29191 0.003419 0.953746

5.701409 0.058475

Mean dependent var S.D dependent var Akaike info criterion Schwan. criterion f·Slatistic Prob(F-statistic}

0.000110 --0.0321·H GJ . .5&139 \25320.4

-182.8200 1.094771

R-squared Adjusted R-squared S.K of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson ~ta!

0.0000 0.9537

12.51341 0.368351

71.34408 0.021539

c DTX

Prob . . . t-Statistic V31iab\e Coefficient Std. E1TOr

Dependent V31iablo: OCR Method: Least Squares Date: 08107(06 Time: is.u Samplc{adjusted}: 1971 200J Included observations: 3J after adjusting endooiots

80

3.802652 35.84557 9.864925 9.955623 7.699219 0.009276

R-squared 0.19895() Mean dependent var Adjusted Rssquared 0.173110 S.D. dependent var S.E. ofregn;ssion 32.59563 Akail<e info criterion Sum squared resid 32936.72 Schwan crit.-rion Log likelihood -160.7713 F-sllltistic Durbin-Watson stat 1.152975 Proh(F-statistic)

0.06S5 0.0093

c 12.10726 6.415124 1.387300 DTX -0.523980 0. 188839 -2. 774747

Proh. Varial:>le Coefficient Std. Error I-Statistic

15.34911 )0.513.59 9.542829 9.633527 7.()99219 0.0()')276

M<lall dependent var S.D. dependont var Al<aike iBfQ criterion Schwan criterion F-stati~ic Prol>(F-stati~tic)

3.559616 ·2.774747

Dependent Vartable: DGI' Method: Least Sqtu1re• Date: 08/07/(16 Time: 18:2() Sample(adjusted): 1971 2003 Included obs..nations: 33 aftu adjusting endpoints

0.198950 0.173110 27.74707 23S6<i.90

-155.4567 l.76770.5

R-'J<luarcd Aqjusrod R-1quared S.R of reuc"i<>" Su111 ~q•..,~.d resid Log 111\elih()()(I Oort.in-Watson stat

0.0012 0.0093

4.858093 0.136838

17.29294 -0.379691

c O(W

Prob. t-Statistio Vl!Ciahle Caetficiant. Std. furot

Dependent Variable: DTX Meth<1d: Least Squares Da14:: 08/07/06 Time: 18:21 Sample(aciju~): 1971 200) l11cluded observations: 33 after Adjusting endpoints

3.802652 35 34557 10.08961 10.17731 0.004464 0.9471$7

Mean dependent var S.D. dependenl var AkQikc info criterion Schwarz criterion F-statistic Prol>{F-staristic)

0.441716 -0.066816

0.000144 -0.032109 36.41651 41111.03

-16'1.4291 1.867666

R-.squarcd Adjusled R·squnred S. E. of regres.inu Sum squared resid Log likelihood Durbm-Watson stat

0.661& 0.9472

9.724221 0.102864

4.295345 -0.006873

c DCK

Prob. I-Statistic Variat-le C:O..fficie111 Std. Error

Dependent Varial:>le: 001' Method: Lenst Squares Dare: 08/07/06 Time: 18: 19 Sample(adjusted): 1971 2003 Included obs..-o.uions·. 33 afu:r adj115ting endpGinl&

81

4 4-d1, 2.807

4- du 2.27

2 du 1.730

di. l.193

0

evidence of decision positi f auto- corelation

Do not Reject HO or Ho or both

2,!tYt ~~~~~~~~~~~~~~-~~~~~~~~~~~~~d

woe m Reject HO decision evidence of

negati f auto­ coreletion

zone in Reject HO

UJI ALJIOKORELASI (METODE DURBIN WATSON)

Variable . COc!fficicnt Std. Errt>r t-Statisdc l'rob.

c 3774.569 1570.434 2.40)520 0.0226 RESID"2(-l) 0.340224 0.199620 1.704353 0.0987

R·.tquared 0.088210 MC411 d~dcnt vor 5307.352 Adjusted R-squarcd 0.057889 S.D. dependeflt var 7503. 195 S.E. of regre~on ng2.110 Akaike info criterion 20.68487 Sum squared resid 1.59809 Scilwan. cri rerion 20.77648 1.og I ikelinood -323.95&0 F -statistic 2.9()483'1 Durbin-Watson slat 1.893075 Prob(r-siati$1ic) 0.098652

Test Equation: Dependent Variable: R F.Slll"2 Method: Least Squares Dote: 08f07AA> Time: I R:OO Sample(adjusted): 1972 2003 Included obscevaiions: 32 after adjusting endpoints

0.09&652 0.0921!09

Probability Probability

2-904837 2824958

F-sta1istic Obs• R-sq oared

ARCH Test:

UJI HETEROSKEDASTISIT AS ( METODE ARC">

82

. F-81atistik u F-Tabel Kesimpulan

-- 8.853715 5% 2.71 Signifikan

PERBANDINGAN SILAI F-STATISTIKOAN F-TABEL

- Variabel I t-Staristik 0 t-Tabel Kesi01pulao

Tidak CH I 0.1.52560 5% 1.701 Signifikan

·- ---·-·· ... .,.

DCR ; 1.944128 5% l.701 !Signifikan l

DTX I 4.595112 5% l.701 Signifikan

-·--· VGP 4.441525 5% 1.701 Signifikan

-···· ...

PERBANDINGAN NILAI t-STATfSTIK DAN t-TABEL

LAMPIRAN 3

UJI KAUSALITAS

RJ

PF.RSAMAAN PENDAPATAN NASIONAL

DGDP,= llo+a1CH,+a1l>CR,+AJDTX,i""*4DGP,+ t11

Pairwise Granger Causality Tests Date: 08107/06 Time: 21:21 Sample: 1970 7.00'.l Lags: I

NuJI Hypothesis: Ohs F-Statistic Probability

CH does not Granger Cause DGDr 32 I .00!120 0.32364

DGDP docs not Granger Cause CH 25.1976 2.4E-05

DCK does not Granger Cause DGDP 32 1.79723 0.19046

l)Gl)t' does oot Granger Cause OCR 1.68827 0.20406

DTX does not Granger Cause DOOP 32 9.36274 0.00473

DGDP does not Gronger Cause DTX 10.0089 0..00364

OGP does not 01'111lger Cause UUUI' 32 13.3337 0.00102

OODP does oot OraJ\ger Cause 001' 12.0997 0.00161

OCR JQ<.':! oot Granger Cause Cl I 32 2.32352 0.13826

Cli does not Granger C11u:;c: OCR 5.06745 0.03213

DTX does nOt Granger Cause CH 32 0.06546 0.79988

CH does not Granger Ca1L~e OTX 3.11279 0.08321

DGP does not Granger Cause CH 32 7.71673 0.0~49 CH does not Granger Cause IXil' 3.37348 0.07652

DTX does not Granger Cause DCR 32 0.04735 0.82926 DCR does not Granger Cause DlX 0.10116 0.75272

OGP does not Granger Cause OCR 32 1.82626 0.18702

OCK does not Granger Cause OGP 0.06512 0.80039

DGP does not Granger Cause DTX 32 13.2618 0.60105

OD{ does not Granger Cause DGP 16.1825 0.00038