sejarah perumusan pancasila sebagai dasar negara
DESCRIPTION
sidang bpupki dan ppkiTRANSCRIPT
TUGAS MANDIRI
Oleh :
Feibe Kereh
Administrasi Perkantoran
PEMERINTAH KOTA MANADO
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 MANADO
Jl. Pramuka No.106 (0431) 845380 Kode Pos 95114
email : [email protected], Website: htttp://www.smknmdo.sch.id
MANADO
SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari
kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7
September 1944, di depan Parlemen Tokyo.
Pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan kepadabangsa indonesia jika Jepang
memenangkan peperangan. Janji itu diulangi lagi pada tanggal 1 Maret 1945 dengan tanpa syarat
dan dijanjikan untuk membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
BPUPKI dibentuk oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan Balatentara Jepang di Jawa) pada
tanggal 29 April 1945. Susunan pengurus dan jumlah anggota BPUPKI adalah :
Ketua : Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Ketua Muda : Raden Panji Soeroso
Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa, orang Jepang)
Anggota : 60 orang tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda.
Organisasi ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk
merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia.
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Dalam bahasa Jepangnya Dokoritsu Junbi Cosakai
Latar belakang
- Adanya janji kemerdekaan yang disampaikan oleh perdana mentri Jepang yang bernama Koiso (7 Sept 1944)
- Alasan pemerintah Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia, agar bangsa Indonesia mau membantu Jepang melawan sekutu dalam perand dunia II
- Untuk mewujudkan janji kemerdekaannya, maka Jepang membentuk BPUPKI
Proses pembentukan :
Diumumkan dibentuk : 1 Maret 1945 Dibentuk : 29 April 1945 Pelantikan anggota :28 Mei 1945
Tugas BPUPKI :
Menyelidiki dan merencanakan organisasi pemerintah Indonesia yang akan menerima kemerdekaan dari Jepang
Penyusun rancangan UUD
Sidang pertama (29 Mei- 1 Juni 1945)
Selama tiga hari itu ada 3 yang menyusulkan pemikiran mereka tentang dasar Negara :
1. Mr. Muh Yami (29 Mei 1945)
Adapun lima dasar negara yang diusulkan Mr. Muh Yamin secara lisan dan tertulis. Usulan yang disampaikan secara lisan adalah sebagai berikut:
a) Perikebangsaan
b) Perikemanusiaan
c) Periketuhanan
d) Perikerakyatan
e) Kesejahteraaan Rakyat
Setelah menyampaikan pidatonya, Mr. Muhammad Yamin menyampaikan usul tertulis naskah
Rancangan Undang-Undang Dasar. Di dalam Pembukaan Rancangan UUD itu tercantum
rumbusan lima asas dasar negara yang berbunyi sebagai berikut:
1. Katuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Perumusyawaratan
Perwakilan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
2. Mr Soepomo, pada tanggal 31 Mei 1945
1. Hubungan Anatar bangsa – bangsa
2. Perhubungan Negara dengan Agama
3. Sistem Badan Permusyawaratan
4. Sosialisasi Negara
5. Hubungan antar – bangsa
Mr. Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang Pancasila, juga
memberikan pemikiran tentang paham integralistik Indonesia. Hal ini tertuang di dalam
salah satu pidatonya......, bahwa jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang
sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka negara kita
harus berdasar atas aliran pikiran (staatside) negara yang integralistik, negara yang
bersatu dengan seluruh rakyatnya. Yang mengatasi seluruh golongannya dalam lapangan
apa pun.
3. Ir. Soekarno, dalam BPUPKI pada tanggal 1 juni 1945 mengusulkan rumusan dasar negara adalah sebagai bidang berikut:
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Catatan: konsep dasar yang diajukan oleh Ir. Soekarno tersebut dapat diperas menjadi Tri
Sila, yaitu: Sila mufakat dan Sila internasionalisme di proses menjadi socionationalism;
Sila mufakat atau demokrasi dan Sila Ketuhanan yang berkebudayaan. Kemudian Tri Sila
tersebut dapat diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
Sebelum sidang BPUPKI yang pertama selesai terjadi masa reses ( istirahat). Pada masa reses
ini, terbentuklah Panitia Sembilan yang bertugas untuk mencapai kesepakatn Dasar Negara bagi
Negara Indonesia yang belum di sepakati pada sidang pertama BPUPKI
Panitia Sembilan adalah panitia yang beranggotakan 9 orang yang bertugas untuk merumuskan
dasar negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945.
Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Adapun anggota Panitia Sembilan adalah sebagai
berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Panitai Sembilan pimpinan Ir. Soekarno pada tanggal 22 Juni 1945 telah menghasilkan "Piagam
Jakarta" atau Jakarta Charter yang didalamnya tercantum rumusan Dasar Negara, yaitu:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selanjutnya, Panitia Sembilan mengajukan Piagam jakarta pada sidang kedua Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung pada tanggal 14-16 Juli
1945, dan diterima dengan baik. Isi dari Piagam Jakarta diatas, kelak menjadi Pancasila dengan
kalimat pada butir pertama yang diubah dalam perumusan Pancasila. Kata "dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" berubah menjadi "Yang Maha Esa".
Sidang kedua (10 – 17 Juli 1945)
Hasil : Rancangan UUD 1945
Selanjutnya, BPUPKI membentuk Panitia Perancang UUD diketuai Ir. Soekarno. Pada tanggal
11 Juli 1945 Panitia Perang UUD dengan suara bulat menyetujui isi Pembukaan UUD yang
diambil dari Piagam Jakarta.
Paniti Perancang UUD kemudian membentuk panitia kecil yang diketuai oleh prof. Dr.
Soepomo. Tugas panitia kecil perancang UUD adalah menyempurnakan dan menyusun
kembali rancangan UUD yang telah disepakati . Dalam kesempatan itu, dibentuk pula “Panitia
Penghalus Bahasa” yang terdiri atas Prof. Dr. Husein Djajadiningrat, Prof. Dr. Soepomo
dan H. Agoes Salim
Pada tanggal 7 Agustus BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI)
PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) (7 Agustus 1945)
Dokoritzu Djunkai Inkai
PPKI dibentuk atas usul “Jenderal Terauchi “
Ketua : Ir. Soekarno
- Wakil : Mhd Hatta
- Jumlah anggota pertama kali : 21 orang laku bertambah 6 sehingga menjadi 27 orang.
- Di lantik pada tanggal 9 Agutus di Dallat, Vietnam Selatan oleh Jenderal Terauchi
Tugas PPKI :
1. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemindahan kekuasaan
dari Jepang ke Indonesia.
Pada tanggal 9 agustus 1945 3 tokoh PPKI yaitu, Ir. Soekarno, M. Hatta,
Radjiman Wediodiningrat dipanggil oleh jendral Terauchi ke Dalat (Vietnam
Selatan).
Tujuan dipanggil : DIlantik secara simbolik dan menyampaikan waktu
kemerdekaan Indonesia
2. Menetapakan UUD 1945
Hasil Sidang PPKI I ( 18 aug 1945 )
Menetapkan UUD 1945
Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Mr. Hatta sebagai wakil presiden
Untuk sementara tugas presiden dibantu oleh Komite Nasional sebelum
terbentuknya MPR
Pada sidang ini dilakukan pengesahan dasar Negara yang sebelumnya dirumuskan oleh Panitia
Sembilan. Pengesahan ini dilakukan setelah mencoret / menghapus bagian kalimat “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dan menjadikan sila
pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Hasil Sidang PPKI II (19 Agustus 1945 )
Untuk sementara, pembagian wilayah dibagi menjadi 8 provinsi :
- Jawa Barat
- Jawa tengah
- Jaawa Timur
- Sumatra
- Borneo
- Sulawesi
- Maluku
- Sunda Kecil
Pemerintah Indonesia dibagi dalam 12 departemen (kementrian)
- Dalam Negeri
- Luar Negeri
- Keuangan
- Kehakiman
- Kemakmuran
- Keam. Rakyat
- Kesehatan
- Pengajaran
- Penenrangan
- Sosial
- Pekerja umum
- Perhubungan RI
Sedangkan 4 mentri Negara yaitu :
1. Mentri Negara Wachid Hasyim
2. Mentri Negara M.Amir
3. Mentri Negara R.Otto Iskandardinata
4. Mentri Negara R.M sartono
Di samping itudiangkat pula beberapa pejabat tinggi Negara yaitu :
1. Ketua Mahkamah Agung, Dr. Mr. Kusumaatmaja
2. Jaksa Agung, Mr. Gatot Tarunamihardja
3. Sekertaris Negara, Mr. A.G. Pringgodigdo
4. Juru Bicara Negara, Soekrjo Wirjopramoto
Hasil Sidang PPKI III (20 Agustus 1945 )
Sidang ketiga PPKI ( 20 Agustus 1945 ) Hasil dari sidang yang ketiga ini adalah :
dibentuknya suatu badan pengaman Negara yang disebut BKR.
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertujuan agar tidak memancing permusuhan dengan
tentara asing di Indonesia. Anggota BKR adalah himpunan bekas anggotaPETA, Heiho,
Seinendan, Keibodan, dan semacamnya.
Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang
(BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan masyarakat.
BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para
pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah
perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di
bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah
dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk
tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat
nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan
nasional belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang
kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional, membentuk badan-
badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain
itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara
Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah
tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di
Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan
pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk
mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin
tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November 1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR
yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian
pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat
jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat
Letnan Jenderal (Letjen). Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi
kekuatan pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat
Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan
sekaligus mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau
pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa
Indonesia.
Hasil Sidang PPKI IV (22 Agustus 1945 )
Adapun hasil sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 adalah:
1. Membentuk Komite Nasional Indonesia;
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia;
3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat.
4. Membentuk Komite Nasional Indonesia
Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite
Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak
hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP
sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil
presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal
berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-undang dan
ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan
Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat
sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat
daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
Membentuk Partai Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan
keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai
satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat
tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia
ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai
tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul
kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik.
Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah
mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat
untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai
Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.