perumusan pancasila

34
Perumusan dan Pemantapan Pancasila Dion Teguh Pratomo,SH.MH

Upload: dionteguhpratomo

Post on 21-Mar-2017

835 views

Category:

Law


0 download

TRANSCRIPT

Page 2: Perumusan Pancasila

A. Pengantar

Secara historis rumusan – rumusan Pancasila dapat diuraikan ke dalam beberapa kelompok antara lain:

1. Rumusan pancasila dalam sidang BPUPKI yang merupakan tahap pengusulan sebagai dasar filsafat negara indonesia;

2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan dalam sidang PPKI sebagai dasar filsafat negara indonesia yang sangat erat hubungannya dengan Proklamasi Kemerdekaan;

3. Beberapa rumusan Pancasila dalam perubahan ketatanegaraan indonesia selama belum berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945;

4. Masa keseragaman Pancasila sejak dikeluarkan Inpres No. 12 Tanggal 13 April 1968

Page 3: Perumusan Pancasila

A.1. Masa Pengusulan Pancasila

• Dalam sidang Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 september 1944, perdana menteri Jepang Jenderal Kuniaki Koiso atas nama pemerintah Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan Indonesia yang akan diberikan pada Tanggal 24 Agustus 1945 sebagai janji politik;

• Sebagai realisasi janji, jepang kemudian membentuk Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau disebut Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (selanjutnya disebut Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan) badan ini terbentuk pada tanggal 29 April 1945.

• BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan Bala Tentara Jepang di jawa dengan susunan:

• Ketua : Dr.KRT. Radjiman Wedyodiningrat

• Wakil ketua : Itibangase Yosio dan R. Pandji Soeroso

• Anggota : 60 orang (tidak termasuk ketua dan wakil)

Page 4: Perumusan Pancasila

1.1.1.Masa Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945)

• Usulan : Muh. Yamin (29 Mei 1945)

• Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan “blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI

Page 5: Perumusan Pancasila

Lanjutan ….

Page 6: Perumusan Pancasila

Lanjutan …..

• Usulan : Soepomo (31 Mei 1945)

• pada hari ketiga sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengusulkan tentang dasar pemikiran negara yang diawali dengan 3 syarat mutlak adanya negara yakni adanya wilayah, rakyat dan pemerintahan berdaulat.

• Soepomo juga membicarakan tentang aliran pikiran negara yakni aliran pikiran individualis, aliran pikiran kolektif dan aliran pikiran integralistik.

Page 7: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

• Aliran pikiran individualis oleh Thommas Hobbes, John Locke, JJ Rosseau, Spencer dan Laski : negara ialah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontraknya antara seluruh individu dalam masyarakat (contract social). Contoh : negara eropa barat dan amerika

• Aliran pikiran kolektif atau golongan (class theory) oleh Marx, Lenin. Dimana negara merupakan salah satu golongan yang memiliki kedudukan ekonomi paling kuat untuk menindas golongan lain yang memiliki kedudukan yang lemah. Contoh : negara komunis

• Aliran pikiran integralistik oleh Spinoza, Adam Muller dll. Menurut aliran ini bahwa negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral yang menjamin kepentingan seluruh rakyat sebagai persatuan untuk mengatasi kepentingan golongan atau seseorang.

• Negara nasional bersatu yang akan didirikan menurut soepomo didasarkan atas pemikiran integralistik yang sesuai struktur sosial masyarakat indonesia.

Page 8: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Usulan Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

• Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar negara, diantaranya adalah Ir Soekarno. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.

• Usul Soekarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Soekarno pula- lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa (Muh Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Soekarno di atas disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila.

Page 9: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Page 10: Perumusan Pancasila

1.2. Rapat Panitia Sembilan

• Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk.

• Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas untuk menyelaraskan mengenai hubungan Negara dan Agama.

• Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”.

Page 11: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Page 12: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Page 13: Perumusan Pancasila

1.3. Masa Sidang Kedua BPUPKI

• Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945.

• Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ditambah 6 anggota baru, maka jumlah anggota BPUPKI seluruhnya adalah 66 orang anggota.

• Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua buah dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun).

• Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir. Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh masyarakat luas.

Page 14: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

• Rumusan kalimat

“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

• Rumusan dengan penomoran (utuh)

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan 5. Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Page 15: Perumusan Pancasila

Hasil Sidang BPUPKI

• Rumusan pertama (R1) Pancasila usulan Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, usul pribadi dalam pidato;

• Rumusan Kedua (R2) Pancasila usulan Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, usul tertulis yang diajukan dalam rancangan Mukadimmah Hukum Dasar;

• Rumusan Ketiga (R3) Pancasila ususlan Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi dengan nama Pancasila;

• Rumusan Keempat (R4) Pancasila dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil kesepakatan bersama pertama kali

Page 16: Perumusan Pancasila

2. Masa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan

• Pada tanggal 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan oleh Jepang dan kemudian membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dokuritsu Zyunbi Inkai atau disebut PPKI. Sebagai ketuanya diangkat Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil Ketuanya.

• Setelah PPKI bekerja keras tanpa mengenal lelah dan dengan dukungan seluruh rakyat indonesia khususnya pemuda pemuda indonesia yang menghendaki dilaksanakan proklamasi secepatnya.

• Kemudian pada hari Jumat tanggal 17 agustus 1945 jam 10.00 dalam rapat terbuka di Gedung Pegangsaan 56 Jakarta, kemerdekaan indonesia diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa indonesia dalam pidato Proklamasi

Page 17: Perumusan Pancasila

2.1.1. Rumusan Pancasila : PPKI

• Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat yang harus segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan), diantaranya A. A. Maramis, Mr., menemui Soekarno menyatakan keberatan dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi bagian dasar negara.

• Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Soekarno segera menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit” yang hanya bersifat sementara dan demi keutuhan Indonesia.

Page 18: Perumusan Pancasila

Lanjutan … • Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki Bagus Hadikusumo.

• Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.

• Rumusan kalimat • “… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan

beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

• Rumusan dengan penomoran (utuh) • 1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa • 2.Kemanusiaan yang adil dan beradab, • 3.Persatuan Indonesia • 4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan • 5.Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Page 19: Perumusan Pancasila

Hasil sidang PPKI

a. Sidang 1 PPKI 18 Agustus 1945

• Mengesahkan UUD 1945;

• Memilih ir Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden;

• Dibentuk komite nasional yang bertugas untuk membantu tugas Presiden sementara sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

b. Sidang 2 PPKI 19 Agustus 1945

• Pembagian wilayah terdiri dari 8 provinsi

• Membentuk Komite Nasional (Daerah)

• Menetapkan 12 departemen dengan menterinya mengepalai departemen dan 4 menteri negara

c. Sidang 3 PPKI 22 Agustus 1945

• Pembentukkan Komite Nasional

• Membentuk Partai Nasional Indonesia

• Membentuk Badan Keamanan Rakyat

Page 20: Perumusan Pancasila

3. Masa Perubahan Ketatanegaraan

Page 21: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Page 22: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan menggantikan UUD Sementara yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah pada 5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Soekarno, mengambil langkah mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD Sementara 1950.

Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan. Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004,

Page 23: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

Page 24: Perumusan Pancasila

Lanjutan ….

Rumusan Pancasila dalam Masyarakat

• Dengan kembali ke UUD 1945 secara formal rumusan pancasila yang digunakan adalah seperti yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Rumusan dalam masyarakat sudah ada sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dipelajari juga dalam pendidikan formal.

• Rumusan pancasila yang beredar di masyarakat :

1. Ketuhanan yang Maha Esa;

2. Peri – Kemanusiaan

3. Kebangsaan

4. Kedaulatan rakyat

5. Keadilan Sosial

Page 25: Perumusan Pancasila

7 Rumusan Pancasila

1. Mr. Muhammad Yamin tanggal 29 Mei 1945 usul pidato ‘asas dan dasar negara kebangsaan republik indonesia (rumusan 1);

2. Mr. Muhammad Yamin, tanggal 29 Mei 1945, usul tertulis yang diajukan dalam Rancangan Mukaddimah hukum dasar (rumusan 2);

3. Ir. Soekarno, tanggal 1 Juni 1945, usul pidato ‘dasar indonesia merdeka’ langsung dengan istilah ‘PANCASILA’ (rumusan 3);

4. Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945 dengan susunan yang sistematik hasil kesepakatan yang pertama (rumusan 4);

5. Pembukaan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945, rumusan pertama secara formal sebagai dasar negara (rumusan 5);

6. Mukaddimah KRIS 1949 tanggal 27 Desember 1949 dan Mukaddimah UUDS 1950 tanggal 17 Agustus 1950 (rumusan 6)

7. Rumusan dalam masyarakat, tetapi sila ke empat berbunyi ‘Kedaulatan Rakyat’ (rumusan 7)

Page 26: Perumusan Pancasila

Butir – butir Pengamalan Pancasila

Eka prasetya Panca Karsa • B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang

lain. 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan

kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan

keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya

sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

• A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Page 27: Perumusan Pancasila

Lanjutan …

• C. SILA PERSATUAN INDONESIA 1. Menempatkan kesatuan,

persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa. 4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia

dan ber-Tanah Air Indonesia. 5. Memajukan pergaulan demi

persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN 1. Mengutamakan kepentingan negara dan

masyarakat. 2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang

lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam

mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Page 28: Perumusan Pancasila

Lanjutan

E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA 1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. 2. Bersikap adil. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros. 8. Tidak bergaya hidup mewah. 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

Page 29: Perumusan Pancasila

Lanjutan 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan

ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Page 30: Perumusan Pancasila

lanjutan 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai

dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8. Berani membela kebenaran dan keadilan. 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian

dari seluruh umat manusia. 10.Mengembangkan sikap hormat menghormati

dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Page 31: Perumusan Pancasila

Lanjutan … 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan,

serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Page 32: Perumusan Pancasila

Lanjutan 1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan

untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh

semangat kekeluargaan. 5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang

dicapai sebagai hasil musyawarah. 6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima

dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di

atas kepentingan pribadi dan golongan. 8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai

dengan hati nurani yang luhur. 9. Keputusan yang diambil harus dapat

dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

Page 33: Perumusan Pancasila

Lanjutan … 1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial

Page 34: Perumusan Pancasila

SELESAI

SELESAI

SELESAI SELESAI

SELESAI

SELESAI

SELESAI

SELESAI

SELESAI

SELESAI