sejarah kunjungan isti arum murtiasih

Upload: isti-arum-murtiasih

Post on 12-Jul-2015

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kunjungan sejarah ke Menara Kudus

TRANSCRIPT

Siapa Sunan Kudus ?Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam penyiaran dan penyebaran agama Islam di tanah Jawa, yang menjadi daerah operasinya para wali sembilan ialah daerah pesisir utara dari pulau Jawa sejak dari Gresik, Tuban, Ampel (Surabaya), Cirebon dan Banten. Hanya Demak dan Kudus yang jauh letaknya dari pesisir. Akan tetapi bagi Demak ketika itu berhubungan melalui laut tidaklah sulit, karena dengan mempergunakan sungai Demak yang mengalir terus ke arah barat sampai ke laut adalah merupakan jalan yang menghubungkan antara Demak dengan daerah pesisir lainnya. Demikian juga halnya dengan Kudus. Ada sungai yang menghubungkan ke laut sebelah barat ialah Tanggulangin dan ke arah Timur ialah sungai Juwana.

Dalam hal ini dikatakan bahwa Sunan Kudus itu mempelopori penyiaran agama Islam di sekitar Jawa Tengah sebelah utara. Sunan Kudus itu namanya ialah Jafar Shodiq, dan ketika beliau memimpin rombongan jamaah haji mendapat gelar dengan julukan R. Amir Haji. Dan menurut setengah riwayat nama kecilnya ialah Raden Undung. Beliau adalah adik ipar dari Sunan Muria (R. Umar Said) karena Dewi Sujinah, isteri Sunan Muria adalah kakak kandung Sunan Kudus. Adapun menurut dongeng-dongeng dari nenek moyang kita yang hingga kini masih hidup di kalangan masyarakat setempat ialah, konon kabarnya pada jaman dahulu kala yang termasuk salah seorang tokoh tua di kota Kudus, sebelum Sunan Kudus ialah mbah Kyai Telingsing. Kyai Telingsing inilah yang kemudian mempercayakan serta menyerahkan kota Kudus kepada Sunan Kudus.

Beliau kini makamnya terdapat di kampung Sunggingan (Kudus); ada sementara orang yang mengatakan bahwa beliau itu adalah orang Tionghoa yang telah masuk Islam. Katanya Telingsing itu adalah singkatan dari nama Tionghoa : The Ling Sing. Beliau kabarnya adalah seorang pemahat yang termasuk dalam aliran Sung Ging. Dari nama Sungging inilah kemudiannya terjadi kata nyungging (memahat, mengukir), dan dari kata Sungging itu pulalah terjadinya nama kampung Sunggingan sekarang ini.

ASAL USULNYASunan kudus atau Jafar Shodiq itu ialah putera dari R. Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngundung di Jipang Panolan ( ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora ). Usman Haji bin Raja Pendeta bin Ibrahim Asmarakandi (mungkin Asmarakandi ini dimaksudkan adalah dari kata Samarakand, sebuah kota di republik Uzbekistan). Ibrahim Asmarakandi bin Maulana Muhammad Jumadalkubra bin Zaini al Khusain bin Zaini al kubra bin Zainul Aliem bin Zainul Abidin bin Sayid Khusain bin Ali (suami Sitti Fatimah puteri Rasullah saw).

Sunan Kudus kawin dengan Dewi Rukhil, puteri dari Makdum Ibrahim, Kanjeng Sunan Bonang di Tuban. R. Makdum Ibrahim putera R. Rahmad (sunan ampel) putera Maulana Ibrahim Asmarakandi , hingga disini bertemulah silsilah Sunan Kudus dengan istrinya. Dengan demikian maka Sunan Kudus itu adalah menantunya kanjeng Sunan Bonang. Dalam perkawinannya dengan Dewi Rukhil ini, Sunan Kudus hanya mendapatkan seorang putera laki-laki yang diberi nama Amir Hasan. Setengah riwayat mengatakan, bahwa dalam perkawinannya dengan puteri dari pangeran pecat tandaterung dari majapahit, sunan kudus dikabarkan memperoleh 8 orang putera

Yaitu : 1. Nyi Ageng Pembayun 2. Panembahan Palembang 3. Panembahan Mekaos Honngokusumo 4. Panembahan Kodhi 5. Panembahan Karimun 6. Panembahan Joko 7. Ratu Pakojo 8. Ratu Prodobinabar, yang kemudian kawin dengan Pangeran Poncowati (Panglima Perangnya Sunan Kudus) Dintara kedelapan orang yang tersebut, hanya 4 orang yang kini makamnya dikenal orang di sekitar makam Sunan Kudus. Keempat orang itu adalah Panembahan Palembang, Panembahan Mekaos, Pangeran Poncowati dan Pangeran Sujoko. Dilihat dari pengaruh yang sampai sekarang masih hidup di kalangan masyarakat Kudus, di duga Sunan Kudus berasal dari Persia. Atau setidaknya pasei (aceh)

Sunan Kudus adalah seorang Guru Besar Agama. Beliau terkenal dengan keahliannya dalam ilmu agama, terutama dalam vak-vak Ilmu tauhid, usl, hadists, tafsir, sastera, mantiq, terutama vak-vak ilmu fikh. Karena itu di antara kesembilan wali hanya beliau yang terkenal sebagai Waliyul Ilmi Selain memanggul senjata, Sunan kudus juga mengajar. Beliau terkenal juga sebagai pujangga yang berinisiatif mengarang riwayat-riwayat pondok yang berisi filsafat serta berjiwa agama. Di antara buah ciptaannya yang telah dikenal ialah Gending Maskumbang dan Mujil. Sunan Kudus tidak hanya bertindak sebagai guru agama tetapi juga sebagai mubaligh, guru dan senopati dari kerajaan bintoro demak.

Cara Sunan Kudus menyiarkan agama islam adalah seperti yang dijalankan wali-wali lainnya yaitu memakai jalan kebijaksanaan. Yang kita ketahui bahwa lembu (sapi) itu oleh orang buddha/hindu adalah sangat dihormati. Karena itu Sunan Kudus pernah mengikat seekor lembu di sekitar pekarangan masjid, sehingga banyak rakyat yang ketika itu masih memeluk agama hindu berbondong-bondong datang, kemudian sesudah mereka hadir, maka Sunan Kudus bertabligh dengan taktik dan cara demikian, sehingga akhirnya banyak diantara mereka yang memeluk agama islam. Setengah cerita mengatakan pula, bahwa semasa hidupnya Sunan Kudus melarang rakyat menyakiti ataupun memotong/menyembelih lembu, karena katanya pada suatu ketika pernah Sunan Kudus kehausan kemudian mendapatkan air susu dari seekor lembu. Intinya tidak menyingggung perasaan dan kehormatan serta kepercayaan hidup orang Hindu/Buddha.

Semasa hidupnya Sunan Kudus telah berjasa mendirikan sebuah masjid Agung di kota Kudus, yang sekarang terkenal dengan sebutan Masjid Menara Kudus. Berdasarkan tulisan yang ada di batu tulis yang terletak di atas tempat pengimaman masjid, masjid ini dibangun pada tahun 965 H . Batu tulis itu bertuliskan dan berbahasa Arab. Tulisannya mulai sukar di baca karena telah banyak huruf yang rusak. Batu ini berasal dari Baitulmakdis ( Al Quds ) di Yeruzalem ( Darussalam ) Palestina. Dari kata Baitulmakdis itulah terjadi nama : Kudus yang berarti suci. Menurut keterangan dari Prof . Dr . R . Ng . Purbacaraka, diseluruh tanah Jawa hanya ada satu tempat saja yang di beri nama dalam bahasa Arab. Jadi hal ini merupakan keistimewaan dari kota kudus

Batu dari Baitul Makdis

Masjid Menara Kudus

Masjid menara ini terdiri dari 5 buah pintu sebelah kanan dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semua ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari pada 5 buah dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Tetapi masjid menara itu bukan sebesar sekarang pada jamannya Sunan Kudus. Pada waktu itu masjid tersebut masih kecil dan sederhana. Tempat khatib membaca khutbah pada hari jumat adalah di atas mimbar yang terbuat dari kayu jati tetapi sekarang telah hilang entah kemana. Masjid agung itu yang asli telah di bongkar untuk kemudian dibuat yang besar seperti sekarang ini ialah pada akhir tahun 1918 sampai awal atau pertengahan tahun 1919.

Ketika terjadi huruhara dimana umat Islam Kudus memuntahkan segala kemarahannya serta menunjukkan sifat keperwiraannnya dalam melawan golongan Tionghoa yang dianggap menghina serta melukai hati dan perasaan kaum muslimin ketika itu, yang mana golongan di atas pada waktu itu membuat leang-leong untuk membasmi wabah influenza, dengan membuat orang-orangan berpakaian haji dan membawa ledek (pelacur) berciumciuman serta berjalan melalui depan Masjid Menara Kudus. Hal ini dianggap sebagai suatu tantangan yang perlu di jawab. Akhirnya atas anjuran Kyai R Asnawi, di kerahkanlah sejumlah besar ummat Islam di daerah Kudus untuk mengadakan perlawanan total terhadap golongan Tionghoa. Peristiwa tersebut meletus pada tanggal 31 Oktober 1 November 1918. Ketika itu ummat Islam sedang bekerja bakti untuk membangun kembali masjid wali yang telah di bongkar untuk di perbesar. Segala benda-benda yang terdapat di dalam masjid wali hingga kini tidak di buang, tetapi masih dipelihara dengan baik selain mimbar yang telah hilang.

Masjid ini kemudian diberi serambi depan yang dibangun pada tahun 1344 H . Ditambah dengan bangunan berupa serambi paling depan dengan gubah menurut style dari India, pada tanggal 5 november 1933 bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1352 H. Di sekeliling gubah dihias dengan nama-nama Rasul yang 25 jumlahnya

Kolam masjid yang terletak di sebelah selatan rupanya juga termasuk peninggalan jaman purba. Kolam mana berbentuk padasan tempat mengambil air wudhu. Rupanya pada jaman dahulu soal kebersihan sudah menjadi perhatian ketika itu. Kolam tersebut mempunyai lubang 8 buah. Di atasnya terdapat ukiran berbentuk kepala arca sebanyak 8 buah. Ditilik dari kepala arca yang berjumlah 8 mengingatkan kita kepada salah satu pelajaran Budha yang pertama-tama diberikannya pada para siswa di Benares (India) ialah, ASTASANGHIKAMARGA Asta = delapan; sanghika = berlipat, dan marga = jalan. Jadi dalam perkataan lain astasanghikamarga itu berarti delapan jalan utama

8 jalan utama itu ialah : 1. Pengetahuan yang benar 2. Keputusan yang benar 3. Perkataan yang benar 4. Perbuatan yang benar 5. Cara penghidupan yang benar 6. Daya usaha yang benar 7. Meditasi yang benar, dan 8. Contemplasi yang benar = (suci - murni - luhur)

Didalam masjid terdapat 2 buah bendera yang terletak di kanan kiri tempat khatib membaca khutbah. Bender tersebut berwarna hijau tua, di sekelilingnya dihias dengan benag-benang sutera yang berwarna kuning keemasan. Panjang bendera kira-kira 1 m, dan lebar m. Besar kemungkinan kedua bendera tersebut adalah bendera atau lambang kebesaran Sunan Kudus, atau pada jaman kewalian kemudiannya. Di dalam masjid itu terdapat sebuah pintu gapura kecil. Kemudian di serambi depan terdapat pula sebuah pintu gapura, yang dikenal oleh penduduk dengan sebutan lawang kembar konon kabarnya pintu gapura itu berasal dari bekas kerajaan majapahit dahulu, katanya gapura itu dulu di pakai sebagai pintu spion. Disebelah barat dari pintu gapura , di atas pintunya terdapat tulisan yang terukir dalam huruf Jawa Hanacaraka.

Bunyi kalimatnya kira-kira begini : Kala binangun jenengipun Kanjeng Rahaden Tumenggung Panji Haryo Panegaran sinengkalan Pandito karno wulanganing jalma 1727 Artinya : Pada waktu didirikan nama (yang memerintah) Kanjeng Raden Tumenggung Panji Ario Panegaran diberi tahun condrosengkala Pandito ( tujuh ), karno ( telinga = dua ), wulanganing (wulang = ajaran = tujuh ) ; jalma( manusia = satu). Tahun Jawa 1727 sama dengan tahun Hijriyah 1215 atau 1800 M

Kemudian di sebelah timur dari gapura terdapat tulisan dari huruf dan bahasa Arab yang kira kira dalam bahasa indonesianya begini : Tahun hijrah seribu dua ratus lima belas pada hari senin bulan Haji tahun Dal apada zaman Penghulu Tambak Haji Karena Sunan Kudus itu di samping terkenal sebagai wali yang berilmu juga termasuk seorang wali yang kaya, maka di puncak mustaka masjid kudus terbuat dari pada emas dari 24 karat yang beratnya lebih 2 s/d 3 kg. Menurut dongeng sebetulnya masjid Sunan Kudus yang tertua ialah masjid Nganguk (kudus) yang kemudian hingga kini terkenal dengan sebutan sebagai Masjid Wali. Dan desa tersebut kemudian dikenal juga dengan sebutan Nganguk Wali

Menara

MenaraSejarah menara kudus ini bermacam-macam. Setengah orang mengatakan, bahwa menara kudus itu pada jaman dahulu sebelum kedatangan Islam di tanah jawa adalah tempat pembakaran mayat para raja-raja atau kaum bangsawan. Ada pula yang mengatakan, bahwa jaman dahulu dibawah menara itu terdapat sebuah kawah tempat pembuangan/penyimpanan abu para nenek moyang kita. Adapula pendapat yang mengatakan, bahwa Menara Kudus itu adalah bekas candi orang Hindu. Buktinya bentuknya hampir mirip dengan candi Kidal yang terdapat di Jawa Timur yang didirikan pada kira-kira tahun 1250 atau mirip dengan candi Singosari

Sebagaimana di ketahui, candi adalah merupakan suatu bangunan asli Indonesia. Sebelum agama Buddha dan Hindu tersiar di tanah air kita, bangsa indonesia telah mendirikan banguna yang seperti itu. Dan candi itu adalah tempat kediaman roh nenek moyang mereka. Pendapat lain mengatakan, bahwa di bawah menara kudus itu dulu terdapat sumber kembar (mata air). Sumber kembar itu memancarkan air hidup ( bahasa jawa : banyu panguripan) yang di dalam bahasa sansekerta dinamakan (amarta atau tirta kamandanu). Mata air tersebut kemudian ditutup oleh para wali, diatasnya didirikanlah menara masjid. Karena, jika tidak katanya dapat merusak itikad orang.

Dari sumber yang lain mengatakan, bahwa Menara Kudus itu adalah buatan para wali dengan bantuan tenaga ahli dari India, yang diberi bentuk yang disesuaikan dengan adat istiadat serta kepercayaan masyarakat yang hidup di kala itu dengan diberi jiwa baru (Islam)

Segi ArchaelogisDilihat dari Segi Archaelogis sudah terang, bahwa Menara Kudus ini merupakan paduan antara seni Hindu dan Islam. Karena dilihat dari seni ukir-ukirannya pun sudah tampak adanya pengaruh Hindu. Dari tingkatan-tingkatan yang terdapat pada tubuh bangunan Menara tersebut pun jelas menunjukkan, sebagai bangunan yang dijiwai oleh kebudayaan lama. Tingkatan-tingkatan itu biasanya lebih dari 3 tau 4. Dan sedikitdikitnya mempunyai 4 tingkatan, yang kemudian dalam ilmu tasawuf di Jawa diartikan sebagai syariat, tarikat, marifat dan hakekat

Segi HistorisDilihat dari Segi Historis, bahwa kedatangan Islam ke tanah Jawa adalah di dahului pleh kedatangan agama-agama Budha dan Hindu. Agama Hindu yang dibawa ke Indonesia oleh Mulawarman pada tahun 400 M. Dan dapat mendirikan kerajaan Murakaman di Kalimantan Timur dan dari sanalah kemudian berkembang ke Jawa Timur dan Tengah. Adapun agama Hindu yang sampai ke Jawa Tengah dan Timur itu ialah dari aliran syiwais-me. Ketika Islam datang kemari, masyarakatnya adalah masyarakat yang masih memegang teguh ajaranajaran Hindu. Karena Itu baik Menara itu bekas milik Hindu ataupun buatan para wali, demi untuk menyesuaikan diri (asimilasi) dengan adat serta kepercayaan lama dalam menjalankan dakwah Islam, amak di buatlah bentuk Menara tersebut yang mirip dengan bentuk candi orang Hindu. Sebab ketika itu adalah merupakan jaman peralihan, dari kebudayaan Hindu Jawa ke arah kebudayaan Islam.

Segi FilosofisDengan didirikannya menara itu diartikan sebagai tanda untuk mematikan sumber kepercayaan lama, mengakhiri masa untuk mendewa-dewakan raja sebagai Tuhan. Menara yang dahulu dijadikan candi tempat memuja arwah dan ruh para raja-raja kini dijadikan tempat untuk menyeru sembahyang. Karena bukanlah raja yang berkuasa, melainkan hanya Tuhan. Jika dikatakan, bahwa di bawalh menara mengalir 2 sumber air yang kembar yang disebut banyu penguripan, yang kemudian ditutup dengan menara Kudus itu, maka berarti bahwa air itu artinya agama. Orang hidup perlu air, hidup tiada mungkin tanpa air. Jadi agama adalah tiang hidup manusia. Sumbernya kembar, artinya agama Hindu dan Buddha telah ditutup oleh pancaran islam yang berbentuk sebuah menara kudus tempat Muadzin mengagunggkan asma Tuhan yang satu, serta menyeru manusia kepada kebenaran dan mengajak manusia untuk menegakkan sembahyang 5 waktu, kemudian diajaknya manusia menyempurnakan hidupnya.

Sebab disitulah pangkal segala kebahagiaan dan kemenangan bagi setiap manusia dalam hidupnya. Dua kepercayaan lama yang telah usang di ganti dengan itikad baru, yaitu pancaran agama Islam. Maka menara itu kini benar benar kudus. Suci karena ia dipakai sebagai tempat mendengarkan/mengumandangkan ajakan atau suara yang Kudus pula. Di pakai sebagai tempat untuk mengagungkan hanya untuk asma Tuhan dan di sanalah orang di seru untuk bersembahyang, menyembah, menghambakan diri, berbakti dan mengabdi hanya kepada Tuhan yang satum yaitu Tuhan Seru Sekalian Alam ( Allah Rabbul Alamin).

Sekitar Nama Kota KudusSeperti tersebut dalam uraian terdahulu bahwa nama Kudus adalah berasal dari bahasa Arab : Qudus yang berarti Suci itu adalah mengambil dari nama sebuah batu peringatan yang sekarang terletak di atas pengimaman masjid, batu itu bertuliskan kalimat dalam huruf serta bahasa Arab. Karena batu itu dahulu di bawa oleh Sunan Kudus adalah Baitulmakdis (Al Quds), sebagai oleh-oleh atau hadiah dari sana, ketika itu beliau dahulu pergi haji kemudian singgah ke Baitulmakdis untuk memperdalam ilmunya tentang agama, maka akhirnya kepada kota kudus di beri nama kudus . Bahkan Sunan Jafar Shodiq pun diberi gelar Sunan Kudus, begitu pula menaranya juga terkenal sebagai Menara Kudus pula.

Tentunya sebelum dinamakan Kudus ini sudah mempunyai namanya sendiri, meskipun mungkin dahulu belum merupakan lota yang sebesar dan seramai sekarang. Namun desa pun sudah ada kemungkinan. Dalam hal ini ada sarjana yang mengatakan, bahwa sebelum diberi nama kudus, nama aslinya adalah LOARAM (sebangsa biji keluwing). Karena dalam inskripsi Calcutta tersebut, bahwa dulu raja Dharmawangsa mertua raja Airlangga itu binasa akibat dari serangan raja Wura Wari yang dikatakannya Loaram sekarang ini, ialah nama sebuah desa di sebelah tenggara desa Loaram atau Ngloram sekarang namanya. Tetapi ada pula yang mengatakan desa Kedungpaso termasuk desa tertua di kudus. Hal ini masih diselidiki lebih lanjut.

Jalan menuju ke makam sunan kudus

Menara kudus

Tangga menuju menara

Tempat para sunan berkumpul

Atap terbuat dari kayu

Batu berukir

Kolam utuk mengambil air wudhu

Makam Sunan Kudus

Setiap satu tahun sekali kain putih ini di ganti. Banyak warga yang datang karena setelah acara ini ada hidangan berupa nasi dan daging yang dibungkus daun jati untuk masyarakat . Masyarakat bersusah payah untuk mendapatkan nasi dan daging tersebut,sebab makanan tersebut dianggap memiliki berkah

Gapura yang di anggap memiliki kekuatan magis seperti apabila para koruptor melewati gapura ini kekuatan mereka atau kekayaan mereka akan hilang

Di masjid terdapat lawang kembar yang terletak diluar masjid dan dalam masjid.

Di luar Masjid

Di dalam masjid

Tombak yang di gunakan sunan kudus untuk berperang

Tempat wudhu yang sudah di perbaharui

Masjid menara kudusYang boleh sholat di masjid ini hanyalah kaum laki-laki kaum perempuan tidak diperbolehkan sholat disini ada tempat khusus di samping masjid

Di pinggir kubah ini terdapat tulisan 25 rasul

Batu bata tersusun tanpa semen mitosnya setelah disiram oleh air batu bata itu akan menyatu dengan sendirinya

Kabarnya dulu terdapat ikan ajaib

Created by : Isti Arum Murtiasih XI IPS 2 (17)

Location : Menara kudus , kudus , Jawa Tengah