sejarah irak: dari sumeria ke irak modern

22
1 Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern Oleh Satrio Arismunandar Republik Irak dengan ibukota Baghdad adalah negara Arab merdeka, yang terletak di ujung timurlaut Teluk Arab. Luas wilayahnya mencapai 437.072 kilometer persegi. Irak berbatasan dengan Turki di sebelah utara, dengan Iran di sebelah timur, dengan Suriah dan Yordania di sebelah barat, dan dengan Arab Saudi dan Kuwait di sebelah selatan. Bisa dibilang, Irak tak punya laut, kecuali sebuah celah sempit di ujung tenggara, dekat Kuwait dan Iran. Dari tempat inilah, ekspor minyak Irak dikapalkan. Berlokasi di bagian timur dari wilayah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent), kawasan Irak ini secara historis dikenal sebagai Mesopotamia, yang artinya "tanah di antara dua sungai." Sebutan ini mengisyaratkan dua aspek fisik utama dari negeri tersebut, yakni lembah Sungai Tigris dan Eufrat. Wilayah Irak dapat dibagi menjadi tiga kawasan. Yakni, daerah pegunungan Kurdistan di utara; kawasan tengah, antara Sungai Tigris dan Eufrat, yang sistem pertanian dan irigasinya sudah maju; serta kawasan gersang dan gurun pasir di bagian barat dan baratdaya. Cuaca di Irak umumnya kering dan sangat jarang turun hujan. Suhu udaranya sangat bervariasi. Pada musim panas, suhu udara bisa mencapai 34 derajat Celcius di bulan Juli. Pada musim dingin, suhu bisa turun sampai rata-rata 13 derajat Celcius. Curah hujan rata- rata tiap tahun di negeri ini cuma 175 mm. Namun di daerah pegunungan sebelah utara, jumlah hujan yang turun jauh lebih banyak.

Upload: satrio-arismunandar

Post on 29-Nov-2014

666 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

Orang Sumeria adalah penduduk pertama yang tinggal di wilayah Mesopotamia, yang kini menjadi Irak modern. Wilayah ini dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban. Lebih dari 10.000 situs arkeologis di kawasan ini memberi gambaran yang menarik tentang zaman kuno tersebut.

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

1

Sejarah Irak:

Dari Sumeria ke Irak Modern

Oleh Satrio Arismunandar

Republik Irak dengan ibukota Baghdad adalah negara Arab merdeka, yang terletak di

ujung timurlaut Teluk Arab. Luas wilayahnya mencapai 437.072 kilometer persegi. Irak

berbatasan dengan Turki di sebelah utara, dengan Iran di sebelah timur, dengan Suriah dan

Yordania di sebelah barat, dan dengan Arab Saudi dan Kuwait di sebelah selatan. Bisa

dibilang, Irak tak punya laut, kecuali sebuah celah sempit di ujung tenggara, dekat Kuwait

dan Iran. Dari tempat inilah, ekspor minyak Irak dikapalkan.

Berlokasi di bagian timur dari wilayah Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent),

kawasan Irak ini secara historis dikenal sebagai Mesopotamia, yang artinya "tanah di antara

dua sungai." Sebutan ini mengisyaratkan dua aspek fisik utama dari negeri tersebut, yakni

lembah Sungai Tigris dan Eufrat. Wilayah Irak dapat dibagi menjadi tiga kawasan. Yakni,

daerah pegunungan Kurdistan di utara; kawasan tengah, antara Sungai Tigris dan Eufrat,

yang sistem pertanian dan irigasinya sudah maju; serta kawasan gersang dan gurun pasir di

bagian barat dan baratdaya.

Cuaca di Irak umumnya kering dan sangat jarang turun hujan. Suhu udaranya sangat

bervariasi. Pada musim panas, suhu udara bisa mencapai 34 derajat Celcius di bulan Juli.

Pada musim dingin, suhu bisa turun sampai rata-rata 13 derajat Celcius. Curah hujan rata-

rata tiap tahun di negeri ini cuma 175 mm. Namun di daerah pegunungan sebelah utara,

jumlah hujan yang turun jauh lebih banyak.

Page 2: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

2

Sejarah Kuno

Seribu abad yang lalu, keluarga-keluarga manusia Zaman Palaeolithik berkumpul di

dan sekitar dataran rendah Mesopotamia yang subur. Air bersih yang melimpah mengalir

dari dataran tinggi Armenia dan Anatolia, lewat Sungai Tigris dan Eufrat. Sumberdaya air

ini menyediakan tumbuhan dan ikan, untuk kelompok manusia nelayan dan pemburu, yang

hidup berpindah-pindah tersebut.

Banjir pada musim semi dan kekeringan pada musim panas, yang silih berganti tiap

tahun, dan perubahan aliran Sungai Besar yang terus terjadi, membuat kehidupan di dataran

rendah itu cukup sulit. Sebagian besar penduduk tinggal di pegunungan dan kaki bukit

sekitar delta sungai.

Selama 90.000 tahun, suku-suku manusia awal tersebut memindahkan

permukimannya secara musiman, untuk berburu binatang atau mengumpulkan benih, buah-

buahan, kacang-kacangan, gandum liar, dan sebagainya. Sisa-sisa dari permukiman itu

menunjukkan, adanya pengembangan kebudayaan manusia secara perlahan. Manusia

Mesopotamia meninggalkan artifak-artifak di Gua Shanidar sekitar tahun 50.000 SM

(sebelum masehi), yang menunjukkan unsur-unsur kehidupan mereka. Mereka

meninggalkan bunga-bunga di makam orang mati, sebagai penghormatan yang menyentuh

bagi pendahulu manusia modern ini.

Selama seribu tahun, kelompok manusia ini mulai mempertukarkan bahan mentah.

Sekitar tahun 10.000 SM, sekelompok manusia di Shanidar dan Karim Shahir telah

mengembangkan ternak domba, yang mereka bawa ke pegunungan pada musim semi dan

musim gugur, agar bisa memperoleh rumput manis di sana. Berbagai peninggalan dari

zaman itu menunjukkan, penanaman tumbuhan pangan, termasuk gandum roti, telah terjadi

pada waktu itu.

Budidaya taman dan ladang, dan pemeliharaan ternak, menimbulkan perubahan pada

kebiasaan hidup mereka. Manusia awal tersebut lalu memilih berdiam di suatu tempat,

ketimbang berpindah-pindah mengikuti perilaku binatang yang bermigrasi secara musiman,

atau menelusuri keberadaan tanaman pangan.

Page 3: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

3

Pada tahun 6.000 SM, di Zaman Neolithik, desa-desa yang permanen didirikan. Di

sana, manusia belajar berkebun, memelihara ternak, membangun rumah, merajut, bahkan

menciptakan benda-benda seni, lewat lukisan dan ukiran. Situs-situs purba di Jarmo,

Hassouna, Um al-Dabbaghlya, Matara dan Tel al-Suwan, menunjukkan bekas desa-desa

paling dini dalam sejarah manusia itu.

Daya tarik lembah Bulan Sabit Subur dengan airnya yang melimpah, terbukti mampu

memelihara populasi yang lebih besar. Manusia mulai belajar untuk mengendalikan irigasi

alamiah, yang dibentuk oleh pinggiran sungai dan arus kecil, dari banjir musiman yang terus

berubah dari Sungai Tigris dan Eufrat.

Sumeria, Fajar Peradaban

Orang Sumeria adalah penduduk pertama yang tinggal di wilayah Mesopotamia,

yang kini menjadi Irak modern. Wilayah ini dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban.

Lebih dari 10.000 situs arkeologis di kawasan ini memberi gambaran yang menarik tentang

zaman kuno tersebut. Penulisan pertama kali dikenal di sana, yang dilakukan dengan tongkat

pada tablet-tablet tanah liat. Organisasi pertanian pada skala besar juga dimulai di

Mesopotamia, bersama dengan karya dari perunggu dan besi.

Sampai sekitar 200 tahun lalu, keberadaan Sumeria tidak diketahui. Para akademisi,

yang mencari jejak-jejak peradaban kuno Babylon dan Assyiria di Timur Tengah,

mengetahui keberadaan Babylon dan Assyria lewat referensi klasik Yunani dan Alkitab.

Mereka akhirnya mulai menemukan peradaban awal Sumeria, yang memberi pengaruh pada

peradaban kuno, bahkan sampai ke peradaban modern kemudian.

Sekarang diketahui bahwa orang Sumeria pertama muncul sekitar 4.800 SM, di

tempat yang dinamakan Al-Ubaid. Selama beberapa abad kemudian, mereka mendirikan

kota-kota lain, terutama di sepanjang separuh bagian selatan dari sistem sungai

Mesopotamia. Orang Sumeria bukanlah penduduk asli Mesopotamia, namun tentang asal-

usul mereka masih diperdebatkan oleh para akademisi.

Yang diketahui adalah, orang Sumeria sangat berbakat dan imajinatif. Bahasa

mereka secara linguistik tidak memiliki kaitan apapun dengan bahasa lain, baik bahasa kuno

Page 4: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

4

maupun modern. Bahasa itu dilestarikan dan diketahui sekarang, berkat peninggalan tablet-

tablet tanah liat, yang bertatahkan tulisan tesebut. Ini merupakan bentuk tulisan pertama

yang dikenal umat manusia.

Untunglah, orang Sumeria adalah penulis yang menghasilkan banyak karya, serta

penyimpan dokumen yang cermat dan rinci. Tablet-tablet tanah liat itu secara meluas

menggambarkan keberadaan mereka. Dengan ditemukannya sistem penulisan, sebuah

kehidupan desa yang sederhana dapat berkembang menjadi sebuah peradaban yang

kompleks. Mereka mengembangkan sekolah-sekolah untuk kalangan elite terdidik, dan

untuk banyak tenaga penyalin, yang dibutuhkan untuk menyimpan catatan dan menulis surat

yang ingin mereka lakukan. Bukan hanya catatan bisnis yang ditulis, tetapi juga angka-

angka pertama, kalender, sastra, hukum, metode pertanian, catatan pribadi, peta, lelucon,

kutukan, praktik religius, dan ribuan daftar serta inventaris yang menyangkut kepentingan

manusia.

Tablet-tablet ini menunjukkan, orang Sumeria mendirikan negara-negara kota yang

hebat di Ur dan tempat lain. Mereka menyerap penduduk asli dan memperluas pengaruhnya

ke luar Mesopotamia, sampai ke Pantai Laut Tengah, Semenanjung Arab, Mesir dan India.

Peradaban mereka adalah peradaban kota, di mana para arsiteknya sudah terbiasa

dengan prinsip-prinsip arsitektur yang kita kenal sekarang. Para senimannya memiliki

keterampilan tertinggi dan standar kecanggihan. Para pekerja logamnya memiliki

pengetahuan metalurgi dan keterampilan teknis, yang hanya biasa ditandingi oleh sangat

sedikit orang kuno. Para pedagangnya melakukan perdagangan jarak jauh, yang difasilitasi

oleh pengembangan roda dan poros, dan kapal layar. Angkatan bersenjatanya terorganisasi

baik dan unggul. Pertaniannya produktif dan makmur. Memang, kemakmuran besar yang

diakumulasikan oleh peradaban mereka memungkinkan orang Sumeria untuk hidup relatif

mewah, selama 2.000 tahun atau lebih.

Berbagai negara kota, yang merangkum peradaban Sumeria, terus bangkit dan runtuh

dalam memberikan pengaruhnya selama dua milenium tersebut. Ur, Lagash, Kish, Eridu,

Lar Sa, Babylon, Erech, dan lain-lain –yang masing-masing diperintah oleh seorang raja—

selalu berkonflik. Dominasi mereka antara satu dengan yang lain, dan kepada rakyat di

Page 5: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

5

sekitar mereka, berpindah sama seringnya dengan gejolak arus di sungai-sungai, di sisi mana

kota-kota mereka didirikan.

Hammurabi dan Nebuchadnezzar

Sistem pemerintahan di wilayah ini memang sejak dulu termasuk maju. Warga lain

yang tinggal di wilayah ini adalah orang Akkadia, Hittite, dan Assyria. Salah satu kota

utama di Mesopotamia kuno adalah Babylon, yang terkenal dengan taman gantungnya, yang

disebut sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno. Salah satu Raja Mesopotamia

kuno adalah Hammurabi, yang dikenal karena menetapkan undang-undang di negerinya

dalam bentuk aturan formal.

Periode ketika Hamurabi berkuasa (1792 – 1750 SM) sering dipandang sebagai salah

satu cahaya peradaban kuno. Koleksi hukum-hukum yang dirumuskan olehnya membentuk

sebuah kerangka, bagi hukum untuk memerintah masyarakat, seperti yang kita kenal

sekarang. Hukum ini memindahkan penentuan keadilan, dari selera mereka yang berkuasa

ke sebuah peraturan terkodifikasi, yang bisa diterapkan kepada seluruh masyarakat.

Kehidupan di Mesopotamia berubah cukup berarti di masa pemerintahan

Hammurabi. Bahasa Sumeria merosot dan menjadi kurang digunakan, dan memberi jalan

bagi lidah Semitik dari Timur Tengah. Orang Sumeria asli sendiri tampaknya sudah lenyap,

karena mereka telah bercampur dengan orang asing.

Perubahan yang paling signifikan adalah dalam konsep dan pengetahuan, dengan

mana penduduk Mesopotamia memandang dunia. Para pedagang datang ke Babylon dari

tempat jauh, seperti Mesir, di mana hari-hari cerah Kerajaan Tengah sudah berakhir. Dari

India ke timur, para pedagang membawa kain katun dan mengembangkan karya dari bulu.

Dari barat, pulau Kreta memulas karya pot yang indah, sementara wol yang bagus diimpor

dari Anatolia. Di Teluk Arab, pulau-pulau Bahrain menjadi sumber mutiara. Ini adalah awal

dari apa yang disebut dunia internasional yang sebenarnya, dengan Babylon sebagai

pusatnya.

Di dalam peradaban inilah, diperkirakan bapak tiga agama Samawi, Nabi Ibrahim,

dilahirkan dan dibesarkan di kota kuno Ur, kira-kira sebelum 1700 SM. Dengan lenyapnya

Page 6: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

6

Dinasti Pertama Babylon, periode awal dunia Mesopotamia pun berakhir. Empat ratus tahun

kemudian, adalah periode yang masih dalam misteri. Sampai kemudian, sebuah kelompok

Indo-Eropa yang disebut orang Cassite trurun dari daerah dataran tinggi baratdaya Asia, dan

menaklukkan dataran rendah, serta menjalankan pemerintahan mereka di Babylon dan di

Assyria di utara. Dinasti Cassite dengan cepat mengadopsi banyak budaya dan institusi dari

dinasti sebelumnya. Namun dinasti ini hanya meninggalkan sedikit catatan, dan bertahan

sampai 1150 SM.

Pada pertengahan pertama milenium terakhir sebelum Masehi, dua kota Babylon dan

Nineveh telah menjulang maju, melebihi kota-kota lain di Mesopotamia. Tak lama sebelum

periode ini, Dinasti Cassite digulingkan di Babylon dan digantikan oleh Dinasti Kedua Isin.

Penguasa yang terpenting dari dinasti ini adalah Nebuchadnezzar I.

Nineveh adalah ibukota dari negara taklukan bertetangga Mitanni, yang disebut

Assyria. Nineveh hampir sama tuanya dengan Babylon, yakni dari milenium ketiga sebelum

Masehi. Orang Assyria telah memperluas pengaruhnya dari basis ini selama dua abad atau

lebih. Pada 1000 SM, Assyria di bagian lebih utara memulai ekspansi jarak-jauh dari

imperiumnya. Ini berlanjut sampai 612 SM, dan meluas ke Suriah, Palestina, mulut Sungai

Nil, dan Babylonia.

Orang Assyria terkenal bukan hanya karena kemampuan bertempurnya, tetapi juga

karena kecintaan mereka pada bangunan, dan organisasi politiknya. Mereka membangun

atau membangun-ulang kota-kota besar, seperti Assur, Nineveh, Nimrud, dan Dur

Sharrukin. Pada abad keenam sebelum Masehi, Raja Assyria Esarhaddin mewariskan

Babylonia ke salah satu anaknya, dan memberikan Assyria dan bagian besar dari imperium

itu ke anaknya yang lain, Ashurbanipal.

Raja Ashurbanipal inilah yang kemudian membangun sebuah perpustakaan besar di

Nineveh, yang mengoleksi sekitar 35.000 tablet tanah liat. Berkat tablet-tablet inilah,

masyarakat modern sekarang bisa mengetahui kejayaan Mesopotamia masa silam tersebut.

Sayangnya, perang saudara pecah di antara mereka, di mana Ashurbanipal yang

menang bersekutu dengan sebuah kelompok Semit, yang disebut orang Chaldea. Orang

Chaldea sudah bermukim di Babylon sejak 1000 SM. Pada akhirnya, orang Chaldea (atau

Neo-Babylonia) menundukkan kekuasaan Assyria. Mereka merebut Nineveh pada 612 SM

Page 7: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

7

di bawah pemimpinnya Nabopolazzar. Akhirnya, Chaldea menghabisi sisa-sisa pasukan

musuhnya bersama dengan sekutu Mesirnya, pada 605 SM.

Nebuchadnezzar II, putra Nabopolazzar, naik tahta pada waktu ini. Selama

pemerintahannya (605 – 562 SM), sebuah Babylon baru diciptakan di pinggiran sungai

Eufrat. Tembok-tembok yang besar dibangun untuk menjaga kota. Jika orang berjalan

melewati gerbang yang besar itu, jalan-jalan masuk ke kota akan membawanya ke prosesi

menakjubkan, ke kelompok-kelompok istana dan kuil yang dramatis. Gerbang yang paling

terkenal adalah Ishtar, yang membawa orang ke Jalan Suci.

Di satu arah, Jalan Suci menjurus ke kuil-kuil dari batu bata besar, termasuk

Etemenanki yang terkenal. Kuil ini dibangun untuk menghormati Madruk, dewa Babylon.

Ke arah lain, terdapat istana. Di dalam kawasannya, terdapatlah salah satu dari Tujuh

Keajaiban Dunia, yakni Taman Gantung. Nebuchadnezzar menikah dengan istri asal Mede

untuk merekat aliansi politik. Ia membangun taman itu untuk mengobati rasa kangen-rumah

istrinya, yang berasal dari daerah pegunungan dan penuh hutan. Istrinya bosan dengan

suasana Babylon yang datar, dan kurang bergunung-gunung.

Nebuchadnezzar mencoba menghidupkan kembali Babylonia seperti kondisi

sebelum dirusak oleh orang Cassite dan Assyria. Maka para seniman, tukang, akademisi dan

rohaniwan, semua dikerahkan untuk membangun kembali keagungan Babylon. Namun,

dengan segala kemegahan itu, Babylon tidak memiliki kekuatan militer untuk bertahan

menghadapi musuh-musuh kuat di perbatasan. Tak lama setelah Nebuchadnezzar

meninggal, kota itu direbut oleh aliansi suku-suku dari barat pada 539 SM, yang menjadikan

Babylon sebagai ibukota imperium mereka.

Orang Persia merebut Babylon, dan Irak pun menjadi bagian dari Imperium

Achaemenid. Penguasaan ini hanya bertahan sampai 331 SM. Kemudian, imperium ini

ditaklukkan oleh Iskandar Agung dari Macedonia pada 324 SM. Sesudah kematian dini

Iskandar Agung pada usia 32 tahun, pada 323 SM, imperium ini kemudian dibagi-bagi di

antara para jenderalnya.

Babylonia dan Assyria jatuh ke tangan Seleucis I, yang berkuasa dari 301 – 281 SM.

Di bawah Dinasti Seleucis, pengaruh Helenistik masuk ke negeri ini. Pengaruh ini

berlangsung terus di bawah orang Arsacid (atau Parthia), yang berkuasa dari 250 SM sampai

Page 8: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

8

224 sesudah Masehi. Selama periode ini, orang Parthia membangun kota Ctesiphon sebagai

ibukotanya. Ctesiphon terletak tak jauh dari Baghdad, yang waktu itu belum dikenal.

Selama dua abad kekuasaannya, orang Parthia terus dikepung oleh Romawi. Kaisar

Trajan Optimus menyerbu, dan pada tahun 110, untuk periode yang singkat, sempat

menguasai wilayah yang sekarang menjadi Irak modern. Bagaimanapun, kekuasaan Romawi

cuma bertahan satu dasawarsa. Wilayah Irak diperebutkan antara Parthia dan Romawi

selama 400 tahun. Sampai Parthia kemudian ditaklukkan oleh orang Sassanid (Persia), dan

Irak dimasukkan ke dalam Imperium Sassanid pada abad kedua. Selama empat abad

kemudian, wilayah itu selalu menjadi bagian dari pergolakan politik dan religius yang kasar.

Masuknya Islam dan Kejayaan Baghdad

Pada tahun 637, Irak menerima masuknya Islam. Orang Arab dan kekuatan Islam

menyapu, dari dataran rendah dan gurun ke tempat yang dinamai al-Qadisiyyah. Di sinilah,

kekuatan Arab menjejaki sisa-sisa Sassanid, mengejar raja mereka sampai sejauh

Afganistan, di mana akhirnya ia terbunuh. Hanya dalam waktu empat tahun, orang Sassanid

disingkirkan dari panggung sejarah.

Masuknya Islam di bawah imperium Arab menghidupkan kembali peradaban besar

di Irak. Orang Arab-lah yang pertama kali menyebut negeri ini "Irak". Berbagai khalifah

silih berganti memimpin imperium ini, sampai tahun 750, ketika sebuah dinasti berdiri di

Irak, yakni kekhalifahan Abbasiyah. Khalifah pertama dari dinasti ini, al-Saffah, memulai

kekhalifahannya di Kufa. Ia kemudian memindahkan kekhalifahan ke sebuah kota yang

diberi nama baru, Hashimiya, di mana ia wafat pada tahun 754.

Putranya, al-Mansur, tiga tahun sesudah menjadi Khalifah, melakukan sebuah

ekspedisi. Ia menyeberangi Sungai Tigris dan menemukan sebuah desa kecil. Ia bertanya

pada penduduk setempat, "Apa nama tempat ini?" Mereka menjawab, "Baghdad."

"Demi Allah," ujar Khalifah al-Mansur. "Inilah kota yang kata mendiang ayahku

harus kubangun, di mana aku harus tinggal, dan di mana para keturunanku sepeninggalku

harus tinggal pula. Raja-raja tidak menyadari keberadaannya sebelum dan sesudah Islam,

sampai rencana Allah dan perintah-Nya untukku dipenuhi. Demi Allah, aku akan

Page 9: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

9

membangunnya. Ini pasti akan menjadi kota yang paling berkembang di dunia, dan tak akan

pernah menjadi puing-puing."

Pada 758, al-Mansur menetapkan rencana pembangunan kota baru itu. Seratus ribu

pekerja –arsitek, insinyur, tukang kayu, buruh, tukang gali, dan ahli-ahli lain—dipanggil.

Berdasarkan rencana al-Mansur, mereka membangun kota yang berbentuk bundar, dengan

garis tengah hampir 2,4 kilometer. Ditengahnya ada alun-alun besar, yang berisi istana,

disertai masjid. Jalan-jalan besar dibangun, dengan lebar lebih dari 8 meter.

Selama berabad-abad, Baghdad menjadi pusat peradaban. Bukan hanya kemakmuran

dunia terpusat di sini, tetapi juga sumber intelektualnya. Waktu itu, kejayaan Roma telah

ambruk. Roma menjadi kota yang dipenuhi rumput liar, dengan penduduk 50.000 petani,

dan jalan-jalannya yang kosong hanya dilalui ternak. London dan Paris hanyalah desa biasa.

Constantinople, ibukota Byzantium, hanyalah kota kelas dua. Di satu-satunya imperium lain

yang dikenal, Imperium Romawi Suci yang didirikan Charlemagne, bahkan orang

terhormatnya sulit menulis namanya sendiri, dan tak ada yang lain.

Di bawah dinasti Abbasiyah, setiap orang diharapkan menjadi terdidik. Universitas-

universitas besar didirikan di Baghdad dan Nippur. Karya klasik Yunani diterjemahkan ke

bahasa Arab, dan kemudian diterjemahkan kembali ke bahassa Latin dan bahasa-bahasa

Barat lainnya. Sains dan matematika berkembang. Tipografi angka Arab menjadi diterapkan

secara universal, dan itu masih berlangsung sampai sekarang. Karya sastra pun maju pesat,

dengan salah satu karya yang sangat terkenal, "Kisah Seribu Satu Malam."

Selama 786 - 809, di bawah kekuasaan Khalifah kelima dan paling terkenal, Harun

al-Rashid, Baghdad mencapai puncak kejayaannya. Uang dan kemakmuran mengalir dari

berbagai provinsi dan daerah yang tergantung padanya. Jika dibandingkan dengan kondisi

sekarang, penghasilan senilai US $ 100.000 per tahun (sekitar Rp 900 juta dengan kurs

Februari 2003) bagi kalangan kelas menengah di Baghdad waktu itu dianggap biasa saja.

Rumah-rumah didinginkan dengan es, yang dibawa dari pegunungan Zagros. Alat-alat

makan dibuat dari perak. Bahan pakaian ada dari semua jenis.

Pertanian pun tumbuh subur. Delta sungai Tigris dan Eufrat dikeringkan, dan kanal-

kanal baru digali. Tanaman gandum, beras, barley dan kurma melimpah. Dengan tambahan

Page 10: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

10

bahan pangan eksotik yang diimpor dari berbagai provinsi, memasak telah berkembang

menjadi seni.

Karena melek huruf berlaku umum, dan bukan keistimewaan eksklusif dari kalangan

elite, standar hidup pun tinggi. Ada 27.000 tempat pemandian umum. Kedokteran dan

farmasi adalah spesialisasi Baghdad. Ada 800 dokter, yang mendapat izin praktik.

Perpustakaan-perpustakaan menterjemahkan pengetahuan dari berbagai penjuru dunia ke

bahasa Arab.

Namun, sebagaimana terjadi pada dinasti-dinasti besar lain, kejayaan ini pelan-pelan

surut. Pada abad ke-9 dan ke-10, kerajaan ini mengalami disintegrasi, sampai ke tahap di

mana suku-suku keturunan Turki yang nomadik mulai menyusup, dan mengganggu distrik-

distrik di pinggiran. Pengaruh kekhalifahan mulai surut, sampai hanya sebatas Baghdad dan

wilayah-wilayah sekitarnya yang berdekatan.

Periode kekhalifahan Abbasiyah membawa masuk pengaruh Shiah, dan Baghdad

tetap di bawah penguasa Shiah, sampai pertengahan abad ke-11. Dinasti Abbasiyah masih

bertahan sampai 1258, ketika orang Mongol (Tartar) di bawah Hulagu Khan, cucu Gengis

Khan, menyerbu dari timur. Mereka merebut kota dan membantai sampai sejuta orang. Di

Baghdad, Hulagu dengan sengaja menghancurkan sisa-sisa dari proyek awal bangunan-

bangunan kanal. Kekhalifahan Abbasiyah hancur oleh orang Mongol pada abad ke-13.

Orang Turki kemudian mengusir orang Mongol dari wilayah itu, setelah perang

sengit bertahun-tahun. Dalam mendirikan Imperium Utsmaniyah di luar batas-batas Irak,

para penakluk meninggalkan tanah yang sepi dan reruntuhan, yang sudah bersih dari sisa-

sisa kemakmuran dan kejayaan yang dikumpulkan selama berabad-abad lalu. Daerah Bulan

Sabit Subur itu telah merosot menjadi provinsi-provinsi yang tidak menarik, yang

tergantung pada belas kasihan gubernur-gubernur Utsmaniyah.

Irak terus menjadi bagian dari Imperium Utsmaniyah, dan hanya dengan sedikit

perkembangan, sampai berakhirnya abad ke-19. Pada Perang Dunia I, yang pecah pada

1914, Turki bersekutu dengan Jerman dan Austria, dalam konflik global melawan Inggris

dan Perancis. Tak lama sebelum itu, gerakan kemerdekaan Arab sebenarnya sudah

memperoleh momentum. Para pemimpin Arab di berbagai bagian dunia Arab berjanji

Page 11: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

11

membantu Inggris, untuk melakukan revolusi melawan Utsmaniyah Turki. Janji ini muncul

setelah Inggris setuju, untuk mengakui kemerdekaan Arab seusai perang nanti.

Revolusi dan Partai Ba'ath

Imperium Utsmaniyah runtuh ketika pasukan Inggris menyerbu Mesopotamia pada

1917 dan menduduki Baghdad. Selama Perang Dunia I (1914-1918), Irak diduduki oleh

pasukan Inggris, terutama di provinsi Basra dan Baghdad. Pada akhir perang, Inggris

menduduki Mosul. Pada 1920, sebagai bagian dari perjanjian perdamaian seusai Perang

Dunia I, negara Sekutu yang menang perang membagi wilayah provinsi-provinsi Arab --

bekas Imperium Utsmaniyah-- di antara mereka sendiri.

Irak diduduki berdasarkan mandat dari Liga Bangsa-bangsa, dan administrasi

pemerintahannya tetap dijalankan oleh Inggris. Liga Bangsa-bangsa sendiri merupakan

organisasi internasional, yang dibentuk sesudah Perang Dunia I, berdasarkan ketentuan

Perjanjian Versailles. Mandat ini adalah suatu bentuk pemerintahan tidak langsung, di mana

para menteri dan pejabat Arab diawasi secara ketat oleh para penasihat Inggris, namun

nasihat-nasihat itu harus dijalankan.

Walau wilayah Irak ini pernah disatukan beberapa kali oleh sejumlah kekuatan luar

di waktu-waktu lalu, Irak belum pernah menjadi satu negara yang merdeka. Tahun 1920 ini

adalah cikal bakal pembentukan negara Irak modern. Tahun 1921, Emir Faisal ibn Hussein

dari dinasti Hasyim, Arab, dinobatkan oleh kekuatan Inggris menjadi Raja Irak.

Inggris menciptakan basis sosial bagi monarki, dengan memformalkan kepemilikan

penuh oleh pemimpin-pemimpin suku yang "layak" terhadap wilayah, yang sebelumnya

secara adat adalah milik sukunya. Faisal adalah putra Sharif Hussain dari Makkah.

Sedangkan saudaranya, Abdullah, diangkat menjadi Emir untuk wilayah tetangga

Transjordan, yang sekarang menjadi kerajaan Yordania.

Oleh Inggris, Irak diperkenalkan pada konstitusi dan sistem parlemen dua kamar.

Mandat Inggris berakhir tahun 1932, ketika Liga Bangsa-bangsa mengakui Irak sebagai

negara merdeka. Namun Inggris masih mempertahankan kehadiran militernya di Irak, dan

tetap memiliki pengaruh ekonomi dan politik yang kuat di sana. Inggris juga sudah

Page 12: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

12

mengamankan kontrak yang menguntungkan bagi eksplorasi dan eksploitasi minyak, yang

diberikan kepada Iraq Petroleum Company, sebuah konglomerat yang menggabungkan

kepentingan minyak Inggris, Belanda, Perancis, dan Amerika Serikat.

Pada tahun 1941, sekelompok perwira Irak memimpin gerakan perlawanan yang

berusia pendek melawan Inggris. Aksi ini diredam Inggris, yang berujung pada pendudukan

Inggris yang kedua kalinya, sampai berakhirnya Perang Dunia II. Pada Maret 1945, Irak

menjadi anggota-pendiri Liga Arab, yang termasuk Mesir, Transjordan, Lebanon, Arab

Saudi, Suriah dan Yaman. Pada Desember 1945, Irak menjadi anggota Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB).

Antara tahun 1941 dan 1958, pemerintahan di Irak dipegang secara bergantian

sampai 24 kabinet. Sebagian besar kabinet itu merupakan kombinasi dari individu-individu

dan elite yang sama, dan sering diketuai oleh politisi kawakan pro-Inggris, Nuri al-Said.

Pada sebagian besar periode ini, partai-partai oposisi yang murni dilarang. Artinya, hanya

sedikit peluang bagi pengembangan tradisi demokrasi. Banyak rakyat Irak percaya,

kebutuhan yang paling mendesak bagi negeri itu adalah kemerdekaan nasional, yang disusul

dengan pembangunan ekonomi dan reformasi sosial. Namun justru hal-hal ini yang ditolak

oleh monarki, dan Inggris yang menjadi sponsornya.

Monarki Irak membuat beberapa blunder dalam kebijaksanaan luar negeri, pada

1950-an, yang akhirnya ikut memberi andil bagi kejatuhan monarki. Kesalahan besar dalam

kebijaksanaan luar negeri itu terjadi tahun 1955, ketika Nuri al-Said mengumumkan, Irak

bergabung dengan Pakta Baghdad yang disponsori Inggris. Pakta Baghdad, yang merupakan

pakta pertahanan bersama Turki, Iran dan Pakistan ini merupakan tantangan langsung

terhadap Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.

Sesudah Perang Dunia II, Irak memang dihadapkan pada pilihan, antara berpihak

pada kekuatan Barat atau Uni Soviet. Pakta Baghdad, yang berarti mendukung Barat,

membentuk garis pertahanan di selatan perbatasan Uni Soviet. Menanggapi manuver itu,

Nasser melakukan kampanye media, yang menantang legitimasi monarki Irak, dan

menyerukan kepada korps perwira militer untuk menggulingkan monarki. Serangan

gabungan Inggris-Perancis-Israel ke Sinai, Mesir, tahun 1956 semakin mengasingkan rezim

Nuri al-Said dari barisan oposisi Irak yang terus tumbuh.

Page 13: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

13

Akhirnya, kudeta terjadi pada 14 Juli 1958. Raja Faisal II, Putra Mahkota Irak

Abdillah, dan Perdana Menteri Nuri al-Said tewas dalam kudeta tersebut. Kudeta oleh para

perwira Brigade ke-19 ini menempatkan Brigadir Abdul al-Karim Kassem sebagai Perdana

Menteri, yang berkuasa atas Dewan Kedaulatan yang baru dibentuk. Pertarungan kekuasaan

kemudian terjadi antara dua tokoh kudeta, Perdana Menteri Kassem dan Deputi Perdana

Menteri, mantan Kolonel Abdul as-Salam Muhammad Aref. Deputi Perdana Menteri

dipecat, dan pada Maret 1959, Kassem mengumumkan mundurnya Irak dari Pakta Baghdad.

Sebuah kudeta militer pada Februari 1963, menjatuhkan pemerintahan Jenderal

Kassem. Kudeta itu muncul dari aliansi antara para perwira militer nasionalis dan Partai

Ba'ath (Partai untuk Pencerahan). Basis ideologi partai ini adalah sosialisme, nasionalisme

Arab, dan sekularisme. Kolonel Aref menjadi Presiden di pemerintahan yang baru, dan

kabinet baru pun dibentuk, dengan Brigadir Ahmad Hasan al-Bakr sebagai Perdana Menteri.

Pada 17 Juli 1968, Jenderal Ahmad Hasan al-Bakr, yang waktu itu menjabat Perdana

Menteri, menjadi Presiden melalui suatu kudeta tak berdarah. Kudeta ini menempatkan

Partai Ba'ath di kekuasaan. Tanggal 17 Juli ini kemudian dijadikan Hari Kemerdekaan Irak.

Presiden saat ini, Saddam Hussein, yang berasal dari Partai Ba'ath, berkuasa di Irak

menggantikan al-Bakr pada Juli 1979.

Pemerintahan di Irak

Presiden adalah Kepala Negara di Irak. Presiden menunjuk seorang Perdana Menteri

yang menjadi Kepala Pemerintahan. Perdana Menteri memimpin sebuah Kabinet, yang

dikenal sebagai Dewan Menteri. Sebagai Kepala Negara, Presiden juga bertindak sebagai

Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata, serta Ketua Dewan Komando Revolusi (RCC).

RCC terdiri dari delapan tokoh Partai Ba'ath terkemuka, termasuk Ketua dan Wakil Ketua,

dan memiliki tugas menetapkan kebijaksanaan pemerintah. Sedangkan Dewan Menteri

mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan tersebut, agar betul-betul dilaksanakan pemerintah.

Majelis Nasional adalah badan legislatif Irak, dan 250 anggotanya dipilih oleh

rakyat. Tugas badan ini adalah membuat undang-undang, dari legislasi yang diberikan oleh

Page 14: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

14

RCC. Keanggotaan di Majelis Nasional didominasi oleh Komando Regional Partai Ba'ath

Irak.

Karena berbagai alasan, sebelum revolusi, tak ada satu pun partai demokratis liberal

yang mampu menggalang semacam dukungan massal, ataupun membangun mesin partai

yang efektif, di bawah mandat dan monarki (1920-1958). Partai-partai yang ada cenderung

seperti organisasi longgar, yang berpusat di sekitar tokoh-tokoh kenamaan. Setelah

pertengahan 1920-an, sebagian besar peserta terkemuka Irak dalam revolusi Arab, bersama

dengan Faisal sendiri, berdamai dengan Inggris sebagai penguasa mandat.

Mereka menjadi tergantung pada Inggris untuk mempertahankan status quo atau

posisi mereka sendiri di dalamnya. Selama mereka berkuasa, tampaknya tak mungkin

memunculkan sistem demokratis pluralistis yang efektif. Tidak ada partai oposisi murni

yang bisa berkuasa lewat pemilihan umum. Akibatnya, demokrasi konstitusional menjadi

sangat kehilangan kredibilitasnya pada akhir 1950-an, dan militer dipandang sebagai wahana

yang bisa diterima untuk memprakarsai perubahan.

Merupakan suatu keanehan dalam politik Irak, bahwa gerakan kemerdekaan

berfungsi hampir sepenuhnya di bawah tanah, dan banyak anggotanya berada di bawah

pengaruh partai komunis, yang didirikan tahun 1934. Partai komunis mengorganisasikan

hampir seluruh demonstrasi dan pemogokan massal tahun 1940-an dan awal 1950-an.

Sesudah naiknya Gamal Abdul Nasser ke kekuasaan di Mesir pada 1952, kaum

nasionalis pan-Arab dan Ba'athis juga mulai memperoleh pengaruh, terutama di kalangan

populasi Sunni. Sebelum naiknya Nasser, sebagian karena faktor keragaman etnis dan

komunal di Irak, pan-Arabisme gagal membuat banyak kemajuan, sementara nasionalisme

Irak memiliki daya tarik yang jauh lebih besar.

Bahkan pada akhir 1950-an, tak ada partai Nasseris yang cukup kuat di Irak.

Sedangkan Partai Ba'ath, yang didirikan di Suriah, dibawa ke Baghdad oleh para guru

sekolah Suriah di awal 1950-an. Partai ini hanya memiliki 300 anggota pada tahun 1955,

tahun ketika Saddam Hussein bergabung dengan Partai Ba'ath.

Page 15: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

15

Penduduk, Agama, dan Etnis di Irak

Jumlah penduduk Irak keseluruhan sekitar 24 juta (perkiraan tahun 2003), di mana

74 persennya tinggal di perkotaan. Lebih dari 24 persen populasi tinggal di Kegubernuran

Baghdad. Masyarakat Irak terdiri dari berbagai unsur, yang sebelumnya tak pernah

digabungkan dalam satu negara merdeka. Dulu, dan juga sekarang, populasi Irak terbagi

dalam berbagai kategori yang tumpang tindih, mencakup asal-usul sosial dan etnis, sekte

religius, pekerjaan, latar belakang daerah dan kesukuan.

Islam, yang dianut oleh mayoritas penduduk (95 persen), adalah agama resmi di Irak.

Sekitar seperempat dari penganut Islam ini adalah dari etnis Kurdi, yang mayoritas beraliran

Sunni. Sisanya yang tiga perempat adalah orang Arab. Komunitas agama lain adalah Kristen

(3,6 persen), Sabaean dan Yazidi (1,4 persen). Bahasa Arab juga menjadi bahasa resmi Irak.

Tetapi sesuai dengan keragaman etnis yang ada, bermacam bahasa digunakan di Irak.

Seperti, bahasa Kurdi, Assyria, Persia, Turki dan Turkmen.

Warga Arab Muslim di Irak sendiri terbagi dalam dua aliran: Sunni dan Shiah. Shiah

adalah komunitas religius tunggal yang terbesar di negeri itu. Sensus Irak memang tidak

memberi rincian afiliasi sektarian. Namun, karena Muslim Sunni dan Shiah tinggal di

bagian-bagian wilayah yang berbeda di Irak (tidak termasuk Baghdad dan Basra, di mana

dua komunitas Muslim itu bercampur), dimungkinkan untuk membuat semacam

generalisasi. Komunitas Shiah merupakan 52 persen dari total populasi Muslim, dan yang

lebih penting lagi, merupakan 70 persen dari populasi Muslim Arab di Irak.

Wilayah selatan Irak didominasi penganut Shiah. Sementara di bagian tengah, barat,

dan utara negeri itu sebagian besar adalah penganut Sunni. Tempat-tempat suci utama bagi

penganut Shiah Dua Belas Imam –yang merupakan agama negara di Republik Islam Iran,

tetangga Irak—terletak di wilayah Irak. Yakni, di kota Najaf, Karbala, Samarra, dan

Kadhimain, salah satu distrik Baghdad. Tempat-tempat suci tersebut merupakan pusat utama

untuk belajar agama, sekaligus merupakan kediaman tradisional bagi para pemimpin

spiritual komunitas Shiah Dua Belas Imam, yang tersebar di seluruh dunia.

Karena Imperium Utsmaniyah pada dasarnya adalah institusi Sunni, fasilitas-fasilitas

pendidikan negara yang ada di Irak sebagian besar adalah untuk penganut Sunni. Dan

Page 16: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

16

sebagai konsekuensinya, warga Shiah tidak terdorong untuk masuk, dan tidak direkrut ke

dalam, dinas-dinas pemerintahan. Lebih jauh, sebelum Perang Dunia I, sebagian besar warga

Shiah terkonsentrasi di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat-pusat pemerintahan. Yakni, di

kota-kota suci, yang keberadaannya cukup independen dari pusat. Maka, ketika negara baru

dibentuk tahun 1920, sangat sedikit warga Shiah yang memasuki dinas pemerintahan.

Situasi ini baru berubah dengan adanya perluasan pendidikan (sekuler) yang pesat pada

tahun 1940-an, 1950-an dan 1960-an.

Sebagai konsekuensi, akibat "keterlambatan start" ini, warga Shiah jadi kurang

terwakili secara politik. Kecenderungan ini terus berlangsung, dan dikombinasikan dengan

faktor-faktor lain. Seperti, negara yang semakin represif, yang memperkuat identitas

komunal, sikap rezim yang eksklusif sejak 1968, serta terus merosotnya hubungan Irak

dengan Iran.

Dalam konteks terakhir ini, perlu dijelaskan bahwa walau warga Shiah Irak dan Iran

berasal dari sekte yang sama, warga Shiah Irak lebih merasa dirinya sebagai orang Irak

Arab. Sedangkan warga Shiah Iran lebih merasa dirinya sebagai orang Iran. Meskipun ada

semacam kedekatan karena persamaan kepercayaan, hubungan antar-Shiah tidak selalu

mulus. Hal ini disebabkan adanya persaingan religius tertentu, antara tokoh Shiah di kota

suci Qom dan Mashhad (Iran), dengan mereka yang di Najaf dan Karbala (Irak).

Populasi di Irak juga terbagi dalam garis etnis, yakni terutama terdiri dari Arab (72

persen) dan Kurdi (23 persen). Sedangkan sisanya, yang 5 persen, terdiri dari orang

Turkoman, Assyria, Armenia, dan kelompok-kelompok etnis lain yang lebih kecil.

Komunitas Kurdi ini juga terdapat di Iran, Suriah, dan Turki. Etnis Kurdi membentuk

mayoritas populasi yang kompak di bagian utara dan baratlaut Irak.

Sebagian besar warga Kurdi berasal dari suku-suku yang semi-nomaden. Namun

kendala-kendala di persimpangan perbatasan negeri, dan faktor-faktor ekonomi lain telah

mendorong mereka untuk menetap. Sedangkan, penyediaan pendidikan yang lebih luas,

perpindahan ke daerah perkotaan, dan berbagai perkembangan politik, cenderung

mengurangi ikatan-ikatan kesukuan. Secara umum, pembagian-pembagian etnis dan

sektarian menjadi kurang penting dalam dekade-dekade menjelang revolusi 1958. Sementara

Page 17: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

17

itu, gerakan kemerdekaan nasional bertindak sebagai faktor pemersatu yang krusial, dan

membantu melampaui berbagai pembagian etnis dan sektarian tersebut.

Selama dan sesudah Perang Dunia II, para anggota kelas menengah Irak yang sedang

tumbuh memperluas investasinya di bidang manufaktur, perdagangan dan real estat. Proses

ini dipercepat pada 1950-an, ketika minyak mulai memberi dampak besar pada ekonomi.

Walau pendapatan dari minyak waktu itu masih kecil, pendapatan itu sudah memadai untuk

membiayai perluasan birokrasi, sistem pendidikan dan pelayanan lain. Pembelanjaan

pemerintah yang meningkat ini memberi dampak perangsang yang menyeluruh pada

ekonomi.

Modal swasta terus terkonsentrasi di tangan sejumlah 25 keluarga, yang banyak di

antaranya telah mengontrol beberapa macam bisnis. Di antara mereka saja, keluarga-

keluarga ini mengontrol lebih dari separuh dari seluruh perusahaan swasta komersial dan

kekayaan industri Irak. Jauh di bawah mereka, baik dalam status maupun kekayaan, terdapat

pemilik properti kecil dan menengah, tokoh religius dan tokoh masyarakat lokal, pedagang

eceran dan grosir, pemilik bengkel dan toko reparasi, pengolah, pedagang kecil, dan

sebagainya.

Termasuk juga di tingkatan bawah, terdapat kaum cendekiawan yang baru muncul,

terdiri dari kalangan profesional, ahli hukum, perwira militer, dan pegawai negeri.

Kelompok yang terakhir ini, bersama dengan bagian-bagian besar kaum miskin perkotaan,

sangat menyadari sifat eksklusif dari sistem politik yang ada. Mereka menjadi inti dari

gerakan kemerdekaan pada tahun 1940-an dan 1950-an.

Permulaan dari sebuah kelas pekerja juga muncul, khususnya di perusahaan-

perusahaan milik asing yang besar, seperti perusahaan kereta api, Pelabuhan Basra dan Iraq

Petroleum Company. Karena hubungannya yang dekat dengan gerakan kemerdekaan, buruh

yang terorganisasi ini berkembang menjadi kekuatan politik yang efektif, pada tahun-tahun

menjelang revolusi.

Page 18: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

18

Ekonomi dan Minyak Bumi

Pendapatan nasional bruto (GNP) Irak mencapai 35 milyar dollar AS, dan

pendapatan per kapitanya 2.924 dollar AS (1993). Sektor pertanian diswastakan pada 1987,

namun upaya ini terhambat oleh kurangnya tenaga kerja, salinasi, manajemen dan perawatan

yang tidak memadai, migrasi ke perkotaan, dan dislokasi yang disebabkan oleh konflik-

konflik bersenjata dan program landreform sebelumnya. Pertanian memberi sumbangan

sampai 25 persen dari produk domestik bruto (GDP), dan mempekerjakan 13 persen dari

angkatan kerja. Tanaman pokok utama termasuk gandum, barley, dan beras.

Pemerintah telah membatalkan program kolektivisasi pertanian dan peternakan pada

1981, dan membolehkan peran yang lebih besar bagi perusahaan swasta di sektor pertanian.

Bank Koperasi Pertanian, yang dimodali senilai hampir 1 milyar dollar AS pada 1984,

mentargetkan pinjaman berbunga rendah ke petani-petani swasta untuk mekanisasi, proyek-

proyek pangan dari ternak, dan pengembangan perkebunan buah-buahan. Peternakan

penghasil bahan pangan dari ternak, dibangun.

Impor tenaga kerja asing dan masuknya kaum perempuan ke sektor-sektor, yang

secara tradisional biasa diisi buruh laki-laki, telah membantu mengkompensasi kurangnya

tenaga kerja di sektor industri dan pertanian. Sebuah upaya untuk mengeringkan daerah

rawa di selatan Irak, dan memperkenalkan perkebunan beririgasi di kawasan itu, terbukti

gagal total. Upaya ini ternyata malah menghancurkan sebuah kawasan produksi pangan

yang alamiah. Sedangkan konsentrasi garam dan mineral di tanah, akibat upaya pengeringan

tersebut, membuat tanah itu tak cocok untuk pertanian.

Menurut perkiraan 1989, industri memberi sumbangan 41 persen dari GDP dan

mempekerjakan 8 persen dari angkatan kerja. Sektor industri Irak termasuk terbelakang,

meskipun mendapat prioritas tinggi oleh pemerintah. Dana investasi baru umumnya

dialokasikan untuk proyek-proyek yang sangat tergantung pada bahan mentah lokal, dan

digunakan baik untuk substitusi impor maupun untuk memperoleh valuta asing. Industri

utama, di luar sektor perminyakan, adalah tekstil, bahan konstruksi, dan pemrosesan

makanan.

Page 19: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

19

Sumber terbesar valuta asing Irak adalah minyak bumi, yang pertama kali ditemukan

pada 1927. Pada 1950-an, di bawah monarki Irak, pendapatan melimpah dari minyak

memberi posisi ekonomi yang besar pada negara. Dewan Pembangunan pemerintah tiap

tahun menyerap 70 persen dari pendapatan itu, dan menginvestasikannya terutama pada

pembangunan infrastruktur. Kebijaksanaan inilah yang menuntut penundaan konsumsi, dan

mungkin menjurus ke situasi, di mana unsur-unsur Angkatan Bersenjata Irak akhirnya

menggulingkan monarki pada Juli 1958.

Rezim baru ini segera membubarkan Dewan Pembangunan, dan menggantinya

dengan Badan Perencanaan dan sebuah Kementerian Perencanaan. Juga ada pergeseran

besar dalam investasi, dari infrastruktur dan pertanian ke industri. Kementerian Industri

diberdayakan untuk mempromosikan proyek-proyek sektor publik, dan untuk mengawasi

serta memberi lisensi pada kegiatan-kegiatan sektor swasta.

Pada Februari 1963, terjadi kudeta baru yang dipimpin para perwira berideologi

Ba'ath. Rezim baru ini bergerak pada awal 1964, dengan menasionalisasi seluruh bank, serta

dua-pertiga dari perusahaan komersial dan industri besar. Dengan langkah-langkah ini,

saham negara dalam hal-hal yang menyangkut manufaktur besar, meningkat menjadi 62

persen dari keluaran bruto, 46 persen dari lapangan kerja, dan 55 persen dari upah.

Namun Irak belum melakukan nasionalisasi di sektor perminyakan, karena belum

memiliki keterampilan untuk mengambil alih ladang-ladang minyak atau melakukan

eksplorasi minyak sendiri. Produksi dan ekspor minyak tetap di tangan konsorsium

perusahaan minyak internasional, yang dikenal sebagai IPC (Iraq Petroleum Company).

Penghasilan dari minyak juga terlalu vital bagi ekonomi, untuk mengambil risiko

berhentinya aliran minyak yang mungkin terjadi akibat nasionalisasi. Walau rezim Kassem

pada 1960 telah mencabut sebagian besar konsesi minyak IPC, tidak ada tindakan yang

diambil sampai 1972-1975, ketika nasionalisasi penuh diberlakukan.

Pada tahun 1970-an, Irak adalah produsen minyak nomor dua terbesar Arab, sesudah

Arab Saudi. Nasionalisasi yang dilakukan bertepatan dengan peningkatan besar pertama

pada harga minyak dunia. Dengan sektor minyak di bawah kepemilikan negara, saham

negara pada GDP meningkat menjadi 78 persen, pada 1978. Jika sektor minyak ini tidak

diperhitungkan, saham negara menjadi sekitar 23 persen.

Page 20: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

20

Pada 1977, terdapat sekitar 400 perusahaan sektor publik, yang mempekerjakan

80.000 orang. Mereka menyerap sekitar 60 persen dari seluruh investasi industri dan

komersial. Total lapangan kerja di pemerintahan pada 1977 mencapai 410.000 atau hampir

separuh dari angkatan kerja terorganisasi Irak. Jika kepada pegawai negeri dan karyawan

sektor publik ini ditambahkan 130.000 anggota angkatan bersenjata, 120.000 pensiunan, dan

ribuan guru sekolah, jelas bahwa seperlima atau mungkin bahkan seperempat penduduk Irak

tergantung secara langsung pada pemerintah, untuk nafkah hidup dan peluang kehidupan di

masa depan.

Perang dan Dampaknya pada Ekonomi

Pada 1980, produksi minyak mencapai 3,4 juta barrel per hari, dan memberi

sumbangan sebesar 21 milyar dollar AS ke anggaran negara. Sayangnya, perang Iran-Irak

yang berkepanjangan (1980-1988), dan kemudian Perang Teluk melawan koalisi yang

dipimpin Amerika Serikat (1991), menghancurkan industri minyak Irak. Perang Iran-Irak

membebani ekonomi Irak dengan utang luar negeri sebesar lebih dari 40 milyar dollar AS.

Kerugian ekonomi akibat perang itu sendiri mencapai 100 milyar dollar AS, yang memaksa

pemerintah menerapkan kebijaksanaan pengencangan ikat pinggang.

Invasi Irak ke Kuwait tahun 1990, yang melahirkan Perang Teluk, terbukti

berdampak buruk bagi aktivitas ekonomi Irak. Sejak usainya Perang Teluk itu, Irak dikenai

embargo ekonomi dan militer oleh Dewan Keamanan PBB, lewat resolusi yang disponsori

Amerika Serikat. Kebijaksanaan pemerintah, untuk mengalihkan pendapatan negara ke para

pendukung kunci rezim, dan pada saat yang sama terus mempertahankan kekuatan

keamanan dalam negeri dan pasukan militer yang besar, semakin melemahkan keuangan

negara. Hal ini membuat rakyat Irak umumnya menderita kesulitan dalam kehidupan sehari-

hari.

Implementasi program PBB "minyak-untuk-pangan" pada Desember 1996, sempat

meningkatkan kondisi rata-rata warga Irak. Sejak 1999, Irak dibolehkan mengekspor

minyaknya sebanyak yang dibutuhkan, untuk membiayai kebutuhan kemanusiaan, termasuk

pangan, obat-obatan, dan suku cadang infrastruktur. Tetapi, 28 persen dari penghasilan

Page 21: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

21

minyak itu harus diberikan untuk Dana Kompensasi PBB dan pengeluaran administratif

PBB lainnya.

Ekspor minyak berfluktuasi, karena rezim Baghdad kadang-kadang memulai atau

menyetop ekspor. Namun secara umum, ekspor minyak telah mencapai tiga-perempat dari

tingkatan ekspor minyak sebelum Perang Teluk. Sementara GNP dan standar kehidupan

rakyat tetap di bawah tingkatan sebelum Perang Teluk. Irak melakukan perdagangan minyak

diam-diam dengan negeri-negeri tetangga dan lewat Teluk Persia. Perdagangan ilegal ini

menghasilkan hampir 2 milyar dollar AS untuk rezim Irak pada tahun 2000. Merosotnya

GDP Irak pada 2001, sebagian besar disebabkan oleh melemahnya ekonomi global dan

jatuhnya harga minyak dunia.

Pada tahun 2003, Irak masih dikenai embargo ekonomi dan militer, dan hanya bisa

mengekspor minyak secara terbatas untuk memenuhi kebutuhan pokok. Meskipun memiliki

sumberdaya air dan tanah yang melimpah, Irak menjadi pengimpor pangan murni. Di bawah

program PBB, Irak mengimpor gandum, bahan pangan dari ternak, dan produk pangan

lainnya dalam jumlah besar.

Bagaimanapun juga kondisi ekonomi Irak, potensi minyak bumi dan gas alamnya

yang luar biasa, menjadikan Irak sangat menarik bagi kekuatan-kekuatan besar yang ingin

menguasainya. Irak diduga memiliki 220 milyar barrel cadangan minyak bumi, ditambah

110 trilyun kaki-kubik gas alam. Tak heran, jika siapa yang berkuasa di Baghdad menjadi

persoalan yang sangat penting bagi kekuatan-kekuatan besar ini. ***

Referensi:

Hirsch, E.D, Jr., Joseph F. Kett, dan James Trefil. 1993. The Dictionary of Cultural

Literacy. Boston: Houghton Mifflin Company.

Richards, Alan, dan John Waterbury. 1991. A Political Economy of the Middle East. Cairo:

The American University in Cairo Press.

Slugglet, Peter dan Marion Farouk-Sluglett. 1991. The Middle East: The Arab World and

It's Neighbours. London: Times Books.

--, 1995. The Non-Aligned Movement: Towards the Next Millennium. Volume II: The

Nations. Jakarta: PT. Bimantara Citra dan Media Indonesia.

Page 22: Sejarah Irak: Dari Sumeria ke Irak Modern

22

Biodata Penulis:

* Satrio Arismunandar adalah anggota-pendiri Aliansi Jurnalis Independen atau AJI (1994), Sekjen AJI

(1995-97), anggota-pendiri Yayasan Jurnalis Independen (2000), dan menjadi DPP Serikat Buruh Sejahtera

Indonesia (SBSI) 1993-95. Pernah menjadi jurnalis Harian Pelita (1986-88), Kompas (1988-1995), Majalah

D&R (1997-2000), Harian Media Indonesia (2000-Maret 2001), Produser Eksekutif Divisi News Trans TV

(Februari 2002-Juli 2012), dan Redaktur Senior Majalah Aktual – www.aktual.co (sejak Juli 2013). Alumnus

Program S2 Pengkajian Ketahanan Nasional UI ini sempat jadi pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik

Indonesia) 2002-2011.

Kontak Satrio Arismunandar:

E-mail: [email protected]; [email protected]

Blog pribadi: http://satrioarismunandar6.blogspot.com

Mobile: 081286299061