bab i pendahuluan - abstrak.uns.ac.id · syi'ah irak ke iran. di dalam negeri irak sendiri,...

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irak merupakan area studies yang sangat menarik. Teritorial Irak terletak di sebuah kawasan yang subur, yaitu lembah Sungai Eufrat dan Tigris, tepatnya disebut dengan Mesopotamia Kuno. Pada zaman kuno, Irak juga dikenal dengan sebutan Lembah Babilonia. Kawasan Irak menyimpan pelbagai masa gemilang dan sampai sekarang terus disenandungkan oleh para budayawan, seniman, dan ilmuwan; mulai dari peradaban kuno Mesopotamia; Babilonia dengan taman gantungnya; dan Baghdad sebagai kota seribu menara; serta kota seribu satu malam Harun ar-Rasyid. 1 Negara yang berada di bagian barat daya Asia ini, memiliki batas-batas wilayah; di selatan dengan Kuwait dan Arab Saudi, di barat dengan Yordania dan Syria, di utara dengan Turki, dan di timur dengan Iran. Negara Republik Irak (al-Jumhuriyah al-Iraqiyah) beribukota di Baghdad, dengan populasi penduduknya pada sensus 1990 sebesar 18.317.000 jiwa. Luas wilayahnya mencapai 435.052 km² dengan kepadatan penduduk 42,1/km². Bahasa resminya adalah bahasa Arab. Dan agama Islam menempati peringkat pertama dengan jumlah pengikutnya sebesar 95,8%, kemudian Kristen 3,5% dan sedikit Yahudi. 2 1 Alauddin al-Mudarris, 2004, Huru-Hara Irak Isyarat Akhir Zaman, Yogyakarta: Cahaya Hikmah, halaman 12-13. 2 Ajid Thohir, 2009, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta: Rajawali Pers, halaman 174.

Upload: others

Post on 24-Sep-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Irak merupakan area studies yang sangat menarik. Teritorial Irak terletak di

sebuah kawasan yang subur, yaitu lembah Sungai Eufrat dan Tigris, tepatnya disebut

dengan Mesopotamia Kuno. Pada zaman kuno, Irak juga dikenal dengan sebutan

Lembah Babilonia. Kawasan Irak menyimpan pelbagai masa gemilang dan sampai

sekarang terus disenandungkan oleh para budayawan, seniman, dan ilmuwan; mulai

dari peradaban kuno Mesopotamia; Babilonia dengan taman gantungnya; dan

Baghdad sebagai kota seribu menara; serta kota seribu satu malam Harun ar-Rasyid.1

Negara yang berada di bagian barat daya Asia ini, memiliki batas-batas

wilayah; di selatan dengan Kuwait dan Arab Saudi, di barat dengan Yordania dan

Syria, di utara dengan Turki, dan di timur dengan Iran. Negara Republik Irak

(al-Jumhuriyah al-Iraqiyah) beribukota di Baghdad, dengan populasi penduduknya

pada sensus 1990 sebesar 18.317.000 jiwa. Luas wilayahnya mencapai 435.052 km²

dengan kepadatan penduduk 42,1/km². Bahasa resminya adalah bahasa Arab. Dan

agama Islam menempati peringkat pertama dengan jumlah pengikutnya sebesar

95,8%, kemudian Kristen 3,5% dan sedikit Yahudi.2

1 Alauddin al-Mudarris, 2004, Huru-Hara Irak Isyarat Akhir Zaman, Yogyakarta: Cahaya Hikmah,

halaman 12-13. 2 Ajid Thohir, 2009, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik, Jakarta:

Rajawali Pers, halaman 174.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

2

Islam di Irak terbagi menjadi dua kelompok besar yakni Sunni dan Syi’ah.

Perpecahan antara kedua kelompok ini penting karena merupakan faktor utama

terjadinya perang antara Irak dan Iran yang berlarut-larut sejak tahun 1980.

Perpecahan antara dua sekte itu dimulai setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. pada

tahun 632 M, karena adanya perbedaan pendapat tentang siapa yang dianggap ahli

waris yang sah untuk menggantikan Nabi saw. dalam menangani kepemimpinan umat

Islam. Orang-orang Syi’ah mengklaim bahwa satu-satunya yang sah sebagai

pengganti Nabi saw. adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak mengakui

para Khalifah ar-Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan)

sebelumnya. Akan tetapi, selama berabad-abad kaum Sunni-lah yang berhasil dalam

memenangkan calon-calon mereka untuk terpilih sebagai khalifah atau pemangku

tugas kenabian Muhammad saw., khususnya di dunia politik. Disebabkan jarangnya

kaum Syi’ah memegang kekuasaan politik, maka sistem keimaman mereka pun telah

menjadi bagian dari gerakan politik yang secara tidak langsung memprotes Sunni.3

Di Irak, kaum Syi'ah adalah mayoritas yang mencakup sekitar 55-60% dari

keseluruhan jumlah penduduk Irak. Bahkan, dua kali lipat dari jumlah kaum Arab

Sunni.4 Walaupun demikian, posisi elite pemerintahan Irak selalu dikuasai oleh Arab

Sunni. Adapun kaum Syi'ah yang memegang peranan penting dalam pemerintahan

hanyalah kaum Syi'ah Arab. Kemiskinan banyak menyebar pada masyarakat Syi'ah,

termasuk mereka yang berdomisili di ibukota Baghdad.5

3 Ibid, halaman 174-175. 4 Ibid, halaman 175. 5 Alauddin al-Mudarris, 2004, Huru-Hara Irak Isyarat Akhir Zaman, Yogyakarta: Cahaya Hikmah,

halaman 14-15.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

3

Pada tahun 1958 (setelah kudeta militer berdarah), Irak berubah menjadi

negara republik yang sebelumnya berbentuk kerajaan sejak 1921 sampai 1958. Sejak

tahun 1968, hanya Partai Ba'ath-lah yang menjadi partai politik tunggal di Irak. Di

bawah kepemimpinan diktator Saddam Hussein, politik regional dan luar negeri Irak

menjadi ambisius, meskipun harus menghadapkan Irak pada risiko tinggi. Irak gagal

meruntuhkan pemerintahan Islam Iran dan bahkan menghadapi kehancuran setelah

menginvasi Kuwait pada 1991.6

Sejak masa pemerintahan Ahmad Hasan al-Bakr (1968-1979) dan terlebih

masa pemerintahan Saddam Hussein (1979-2003) inilah, panggung politik Baghdad

justru didominasi kelompok minoritas Arab Sunni khususnya Partai Ba'ath, lebih

khusus lagi keluarga Saddam dan "klan" al-Takriti (adalah nama daerah kelahiran

Saddam Hussein). Kondisi inilah yang disebut "Sunnisasi" panggung politik

Baghdad.7

Terhitung semenjak tahun 1968 sampai 1977, dari lima belas anggota Dewan

Pimpinan Revolusi yang penting, tak satu pun yang berasal dari kalangan Syi'ah.

Pemerintahan Irak berhasil dikuasai oleh orang-orang yang berasal dari desa Tikrit,

kota kelahiran Ahmad Hassan al-Bakr dan Saddam Hussein.8 Sehingga dengan

adanya "Sunnisasi" dan "Ba'athisasi" panggung politik Baghdad inilah, kaum Syi'ah

melakukan penentangan terhadap rezim di Irak.9

Saddam Hussein, bersama Partai Ba'ath memimpin pemerintahan Irak

6 Ibid, halaman 15. 7 M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, dan Happy Bone Zulkarnain, 1993, Konflik dan Diplomasi di

Timur Tengah, Bandung: PT Eresco, halaman 101. 8 Chibli Mallat dalam Shireen T. Hunter, 2001, Politik Kebangkitan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana,

halaman 124. 9 M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, dan Happy Bone Zulkarnain, op. cit, halaman 102.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

4

berlandaskan pada empat pilar; ideologi totalitarian, pemerintahan partai tunggal,

ekonomi terpimpin, serta kontrol yang ketat terhadap media dan tentara. Lewat Partai

Ba'ath-lah ia mengembangkan sistem politik Irak, yakni menempatkan suku-suku dan

klan-klan tradisional sebagai institusi negara kunci.10

Upaya penjilatan, pemenjaraan, penindasan, bahkan pemusnahan terhadap

kaum Syi'ah, terus dilakukan Saddam Hussein guna mengontrol pemerintahannya.

Seperti pengeksekusian Imam Syi'ah Irak "Ayatullah Muhammad Baqir al-Sadr" pada

8 April 1980 bersama saudarinya "Amina binti al-Huda", yang setahun sebelumnya

berada dalam tahanan. Juga, upaya penumpasan Saddam terhadap gerakan kaum

Syi'ah yang menyebabkan terjadinya eksodus (antara 200.000 sampai 350.000) warga

Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru

membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di kalangan umat Syi'ah Irak.

Sedangkan di luar Irak, tindakan Saddam tersebut menjadi penyebab munculnya

Perang Teluk 1 (perang Iran-Irak September 1980-Agustus 1988).11

Selama lebih dari dua dasawarsa kaum Sunni telah menikmati kekuasaan.

Mereka merasakan kenyamanan dan ketentraman di bawah rezim Saddam. Namun,

keadaan berubah semenjak Baghdad berhasil dikuasai pihak koalisi pada 9 April 2003,

yang ditandai dengan perobohan Patung Saddam di perempatan Firdaus. Rezim

Saddam tumbang. Ini menandakan kehidupan baru dan pemerintahan baru di Irak.

Sementara kaum Sunni harus menghadapi kenyataan baru setelah Saddam jatuh;

mereka kehilangan kekuasaan dengan segala fasilitasnya, mereka kehilangan

10 Trias Kuncahyono, 2005, Bulan Sabit di Atas Baghdad, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, halaman

126-127. 11 M. Riza Sihbudi, M. Hamdan Basyar, dan Happy Bone Zulkarnain, op. cit, halaman 101.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

5

dominasi dengan segala keuntungannya.12

Di sisi lain, jatuhnya Saddam justru

menandakan kebangkitan baru bagi kaum Syi'ah dan Kurdi dalam peranan politik

mereka pada pemerintahan baru Irak.

Hilangnya sosok figur Saddam Hussein (pemimpin Sunni, pemimpin Irak)

selanjutnya, menjadikan konflik antara Sunni dan Syi'ah di Irak pasca Saddam

berlarut-larut dan semakin intensif, bahkan berujung konfrontasi di antara mereka.

Sementara masing-masing dari kelompok masyarakat harus terus memperjuangkan

eksisitensi dan pengaruhnya dalam pemerintahan baru di bawah pendudukan AS dan

sekutu. Terlebih keadaan kependudukan Irak yang terpecah dalam hal persoalan

ideologi agama dan etnis, —yaitu Irak bagian selatan dikuasai kaum Syi'ah, Irak

bagian tengah dikuasai kaum Sunni, dan Irak bagian utara di tangan suku

Kurdi—dipandang banyak pihak sebagai batu sandungan utama bagi pembentukan

negara baru.13

Kemudian, siapakah yang akan berkuasa selanjutnya? Dari kelompok

mana? Sunni? Syi'ah? Kurdi?

Isu demokrasi pasca perang Irak-AS pun menyeruak ke permukaan. Jika

memang hal tersebut terbukti di kemudian hari, berdasarkan sistem demokrasi yang

selalu diagung-agungkan AS dengan pemberian hak memilih bagi setiap individu,

maka dapat dipastikan kaum Syi'ah lah yang akan berkuasa. Lalu, bagaimanakah

dengan kaum Sunni, yang berada di bawah kekuasaan Syi'ah pasca Saddam. Akankah

sebuah pemerintahan otoriter kembali terwujud sesudah digulingkannya Saddam

Hussein oleh AS dan sekutu, atau sekurang-kurangnya sebuah pemerintahan yang

12 Trias Kuncahyono, op. cit, halaman 181-182. 13 Ibid, halaman 123-124.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

6

mempunyai kekuasaan berlebih sehingga mampu mengendalikan semua pihak.14

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengkajian fenomena konflik antara

Sunni dan Syi'ah di Irak pasca Saddam Hussein menjadi suatu wacana kajian yang

menarik untuk dikaji dan dianalisis. Untuk itulah penelitian ini hadir dalam bentuk

skripsi yang penulis beri judul Perkembangan Sunni dan Syi'ah di Irak (Pendekatan

Teori Konflik Ibn Khaldun), sebagai wadah untuk menyoroti perkembangan Sunni

dan Syi'ah di Irak, tepatnya perkembangan fenomena konflik Sunni dan Syi'ah di Irak

pasca pemerintahan Saddam Hussein.

Penelitian tentang Sunni dan Syi'ah di Irak telah dilakukan oleh beberapa

orang, berikut ini penjelasannya. Beberapa penelitian terdahulu, yang telah membahas

konflik Sunni-Syi'ah di Irak, di antaranya: Pertama, oleh Musrifa Ilam (2010) dengan

judul Peranan Kaum Syi'ah dalam Peristiwa Jatuhnya Rezim Saddam Pada Tahun

2003 (Suatu Tinjauan Sejarah). Penelitian ini menjelaskan sebab-sebab terjadinya

konflik internal antara Syi’ah Irak dengan Saddam Hussein dan peranan Syi'ah dalam

menyukseskan penggulingan rezim Saddam yang tergabung dalam beberapa

kelompok oposisi yang direkrut oleh AS.

Kedua, oleh Mehdinsareza Wiriarsa, melalui penelitiannya yang berjudul

Konflik Komunal Sunni-Syi'ah di Irak Pasca Saddam Hussein (2004-2006), berhasil

membuktikan hipotesisnya. Empat variabel yang menjadi sumber konflik dalam

masyarakat, yaitu: adanya differensiasi kelompok, pemenuhan kebutuhan manusia,

kebijakan pemerintah, serta keterlibatan internasional yang dipicu oleh gagalnya

upaya AS untuk merekonstruksi Irak berupa pembentukan badan administrasi

14 Ibid, halaman 124

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

7

transisional, pemulihan keamanan, pembangunan ekonomi, dan penetapan sistem

demokrasi.

Penelitian ketiga, oleh Ardian Muthahar (2013), yang berjudul Konflik Antar

Kelompok di Irak Pasca Penarikan Pasukan Amerika Serikat Tahun 2011. Penelitian

ini mengkhususkan pada interaksi di antara ketiga kelompok (Sunni, Syi'ah, dan

Kurdi) pasca penarikan pasukan AS tahun 2011. Terdapat beberapa faktor penyebab

konflik antar kelompok tersebut yaitu, adanya infiltrasi dari kelompok al-Qaeda,

militan Sunni, dan ekstrimis Syi’ah yang melakukan aksi kekerasan di berbagai

wilayah di Irak.

Perubahan situasi domestik Irak pasca penarikan pasukan Amerika Serikat di

mana menunjukkan terjadi peningkatan konflik antara kelompok Sunni, Syiah, dan

Kurdi disebabkan oleh faktor-faktor yaitu: Pertama, tingginya nasionalisme

kelompok dan sektarianisme di tengah masyarakat Irak, tidak adanya rasa saling

menghormati antara Sunni, Syi’ah, maupun Kurdi terus menyebabkan friksi di antara

mereka. Kedua, pergeseraran kekuatan kelompok dari Sunni ke Syiah menyebabkan

terbentuknya konflik elite di pemerintahan dan parlemen. Di samping itu,

meningkatnya konflik antar kelompok di Irak turut memengaruhi hubungan Irak

dengan negara-negara di sekitaranya, seperti Iran dan Turki. Penelitian ini mampu

memaparkan interaksi antar kelompok di Irak pasca penarikan pasukan Amerika di

Irak tahun 2011 dengan baik, juga mampu mendeskripsikan faktor-faktor penyebab

konflik di antara ketiga kelompok, serta pengaruhnya bagi internal maupun eksternal

Irak.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

8

Keempat, penelitian Ahmad Sahide (2013) yang berjudul Konflik Syi'ah-Sunni

Pasca The Arab Spring. Dihasilkan data bahwa konflik Sunni-Syi'ah yang terjadi di

wilayah Timur Tengah berupa dua bentuk; pertama, konflik antara kelompok

masyarakat dengan rezim, baik rezim yang Syi'ah dan kelompok masyarakat yang

Sunni maupun sebaliknya. Kedua, konflik antarnegara (rezim). Sahide juga

menjelaskan konflik antara Sunni-Syi'ah dewasa ini adalah konflik politik yang

kemudian merosot kepada konflik agama (fiqhi) yang dampaknya terasa sampai ke

Indonesia.

Keadaan Irak secara keseluruhan dapat diketahui dari beberapa penelitian:

pertama, Andriyansyah (2011), yang berjudul Penyerbuan Amerika Serikat Atas Irak

dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Irak 2003-2007. Dihasilkan data

bahwa kondisi masyarakat Irak dalam bidang ekonomi, politik dan kerukunan agama,

etnis, serta aliran agama mengalami kemelut yang berdampak panjang.

Kedua, penelitian Sumargono (2010) yang berjudul Irak Setelah Jatuhnya

Rezim Saddam Hussein Tahun 2003-2005. Dihasilkan data bahwa pasca invansi AS,

negara Irak mengalami berbagai macam perubahan baik perubahan sosial, ekonomi,

dan politik yang mengarah pada pembangunan pemerintahan sementara di Irak.

Seperti, pembentukan dewan pemerintahan sementara Irak, struktur pemerintahan

sementara Irak, dan proses pemilu.

Beberapa buku terkait perkembangan Sunni dan Syi'ah di Irak sendiri, baru

tampak dalam buku yang berjudul Politik Kebangkitan Islam karya Shireen T. Hunter

(2001). Buku tersebut membahas tentang politik kebangkitan Islam di beberapa

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

9

negara, salah satunya ialah di Irak dan bagian tersebut ditulis oleh Chibli Mallat.

Dalam memaparkan perkembangan Sunni dan Syi'ah di Irak, Mallat membatasinya

sejak awal kemerdekaan Irak hingga era pemerintahan Saddam Hussein. Ia mampu

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada dan menganalisisnya dengan baik.

Sejauh penelusuran penulis, karyanya-lah yang sejauh ini mampu memaparkan

keadaan sosial-politik masyarakat Irak secara runtut dan jelas, khususnya dua

kelompok besar "Syi'ah dan Sunni."

Pengkajian masyarakat Irak secara utuh, baik dari segi ekonomi, sosial, agama,

dan terkhusus politiknya. Antara lain adalah buku karangan: Trias Kuncahyono

(2005), seorang wartawan KOMPAS, berhasil membukukan perjalanan jurnalistiknya

sewaktu tiba di Irak. Bagaimanakah situasi sosial politik di Negeri 1.001 Malam itu,

juga bagaimanakah gambaran yang jelas perihal warga Syi'ah, Sunni, dan Kurdi,

situasi Baghdad, dan perkembangan pesat media massa, hingga penangkapan Saddam

Hussein. Buku tersebut berhasil memberikan catatan lengkap dan sangat

memudahkan dalam memahami situasi terakhir di Irak. Buku tersebut ia beri judul,

Bulan Sabit di Atas Baghdad.

Dua orang wartawan TEMPO, Rommy Fibri dan Ahmad Taufik (2008) juga

membukukan laporannya mengenai situasi terakhir di Baghdad. Buku tersebut diberi

judul, Detik-detik Terakhir Saddam:Kesaksian Wartawan Tempo dari Baghdad, Irak.

Buku lainnya adalah karya cendikiawan Irak, 'Alauddin al-Mudarris (2004),

yang berjudul Huru-Hara Irak Isyarat Akhir Zaman. Dalam karyanya, al-Mudarris

mendeskripsikan hal ihwal huru-hara Irak, yang muasal kronologisnya dirunut dari

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

10

semenjak Perang Teluk 1 pada dekade 1990-an silam. Ia juga berusaha menyingkap

tabir-tabir gelap di seputar berita-berita perang Irak yang simpang siur kala itu,

terutama perihal kejatuhan kota Baghdad yang tak dinyana-nyana, juga tragedi dan

ironi yang menyelimuti invansi Sekutu ke Irak.

Buku Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam juga hadir sebagai referensi

terkait situasi dan kondisi Irak pasca kejatuhan Saddam Hussein. Karya Musthafa

Abd. Rahman (2003) ini berhasil merangkum fakta-fakta dan menceritakan keadaan

Irak atas invasi AS, tepatnya sejak kedatangan AS di Irak sampai terbentuknya

pemerintahan baru Irak yang berlandaskan demokrasi.

Sejarah negara Irak sebenarnya sudah dituliskan dengan lengkap dan jelas

oleh Charles Tripp (2000) dalam bukunya A History of Iraq. Yakni, sejarah Irak mulai

dari masa kekhalifahan Turki Utsmani hingga pemerintahan terakhir Saddam

Hussein.

Hala Fattah dan Frank Caso (2009), membukukan tulisan mereka ke dalam

sebuah karya yang diberi judul, A Brief History of Iraq. Dalam buku tersebut Fattah

dan Caso berhasil menuliskan sejarah Irak jauh lebih dalam lagi dengan kisaran

waktu awal peradaban manusia di Irak sampai masa terakhir era pemerintahan

Saddam Hussein. Dan ditutup dengan pembahasan perihal Perang di Irak (2003-2008).

Dalam bab tersebut, dijelaskan fakta-fakta terkait kondisi masyarakat dan

pemerintahan Irak pasca invasi AS, dengan serba-serbi konflik yang melanda sampai

dengan pembentukan pemerintahan tetap Irak pasca Saddam Hussein.

Berdasarkan penjelasan di atas, dari beberapa buku dan penelitian terdahulu,

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

11

dapat ditarik kesimpulan bahwa sudah ada penelitian-penelitian yang fokus dalam

mengkaji perkembangan Sunni dan Syi'ah di Irak. Namun kajian yang sudah ada

berbeda dengan penelitian ini, yang mana fokus mengkaji perkembangan Sunni dan

Syi'ah di Irak; terhitung sejak pasca Saddam Hussein hingga era Nouri al-Maliki.

Oleh karena itu, penelitian ini hadir sebagai langkah lanjutan dari

penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai penambahan wawasan dan

pengetahuan dalam bidang kajian Timur Tengah, khususnya sejarah negara Irak

modern, lebih khusus lagi perkembangan Sunni dan Syi'ah di Irak. Dengan wawasan

ini, diharapkan dapat diterapkan sebagai acuan dalam pembentukan pemerintahan

baru Irak yang lebih adil, merata, dan sejahtera. Di pihak lain, juga bermanfaat

sebagai referensi bagi para pengemban kebijakan di negeri ini dalam upaya menjaga

stabilitas nasional dan keutuhan NKRI.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa latar belakang munculnya konflik Sunni-Syi'ah pasca Saddam Hussein?

2. Bagaimana kehidupan Sunni dan Syi'ah era rezim Syi'ah Nouri al-Maliki?

3. Bagaimana fenomena konflik Sunni-Syi'ah di Irak menurut teori konflik Ibn

Khaldun?

B. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan tentang latar belakang munculnya konflik Sunni-Syi'ah

pasca Saddam Hussein.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

12

2. Menjelaskan mengenai kehidupan Sunni dan Syi'ah era rezim Syi'ah Nouri

al-Maliki.

3. Menganalisis fenomena konflik Sunni-Syi'ah di Irak menurut teori konflik Ibn

Khaldun.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangatlah diperlukan agar sebuah penelitian dapat terarah

dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga tidak terjadi penyimpangan

pada pokok permasalahan. Masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada

pengkajian dua kelompok besar di Irak, yakni Sunni dan Syi’ah. Terlepas dari

pembahasan suku Kurdi yang juga ambil bagian dalam konflik internal Irak.

Pembahasan penelitian ini mencakup kehidupan Sunni dan Syi'ah di Irak

pasca Saddam Hussein, dimulai sejak jatuhnya rezim Saddam Hussein sampai dengan

kehidupan Sunni dan Syi'ah di bawah rezim Syi'ah Nouri al-Maliki. Agar diperoleh

data yang lengkap dan runtut dalam menyoroti perkembangan Sunni dan Syi'ah di

Irak, maka dalam penelitian ini akan dipaparkan keadaan kedua kelompok (Sunni dan

Syi'ah) dalam dua era kepemimpinan terakhir di Irak: "era rezim Sunni Saddam

Hussein" dan "era rezim Syi'ah Nouri al-Maliki". Dengan demikian, akan didapatkan

data berupa peristiwa-peristiwa penting dan fakta-fakta seputar hubungan kedua

kelompok itu.

Teori konflik perspektif Ibn Khaldun kemudian diterapkan guna mengkaji dan

menganalisis fenomena konflik Sunni-Syi'ah di Irak. Maka diharapkan, penelitian ini

mampu memberikan salah satu bentuk penyelesaian terhadap fenomena konflik yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

13

ada di Irak, khsususnya antara Sunni dan Syi'ah.

D. Landasan Teori

Teori adalah proses membangun ide yang membuat seorang ilmuwan bisa

menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi. Teori bisa mengikat sejumlah fakta

sehingga dapat memahami semuanya. Ahli sosiologi, Jonathan H. Turner, secara

singkat merumuskan, bahwa sebuah teori dibangun sebagai kegiatan intelektual, yang

dikenal dengan ilmu pengetahuan, untuk mencapai tiga tujuan utamanya, yaitu (1)

untuk mengklasifikasikan dan mengorganisasikan peristiwa-peristiwa di dunia

sehingga peristiwa tersebut dapat ditempatkan pada perspektif tertentu; (2) untuk

menjelaskan sebab terjadinya peristiwa masa lampau dan meramalkan bilamana, di

mana, dan bagaimana peristiwa di masa mendatang akan terjadi; dan (3) untuk

menawarkan sebuah pengertian yang secara naluriah memuaskan mengenai mengapa

dan bagaimana peristiwa itu terjadi.15

Maka dalam penelitian ini, teori konflik Ibn

Khaldun digunakan sebagai landasan teorinya. Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut.

1. Definisi Konflik

Menurut Webster (1966), istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti

suatu "perkelahian, peperangan, atau perjuangan", yaitu berupa konfrontasi fisik

antara beberapa pihak. Tetapi arti kata itu kemudian berkembang dengan

masuknya "ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan,

ide, dan lain-lain". Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang juga menyentuh

15 Hakimul Ikhwan Affandi, 2004, Akar Konflik Sepanjang Zaman Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 71-72.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

14

aspek psikologis di balik konfrontasi fisik yang terjadi, selain konfrontasi fisik itu

sendiri. Secara singkat, istilah conflict menjadi begitu meluas sehingga berisiko

kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep tunggal.16

Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin mendefinisikan konflik sebagai

persepsi mengenai perbedaan kepentingan (preceived divergence of interest).

Sementara kepentingan, atau orang kadang menyebutnya dengan istilah

"nilai-nilai" (values) atau "kebutuhan" (needs), adalah perasaan orang mengenai

apa yang sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat sentral

dalam pikiran dan tindakan orang, yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan,

dan niat. Ada beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan

kepentingan. Beberapa kepentingan bersifat universal seperti kebutuhan akan

rasa aman, identitas, restu sosial (social approval), kebahagiaan, kejelasan

tentang dunianya, dan beberapa harkat kemanusiaan yang bersifat fisik.17

Secara ringkas, konflik—yang didefinisikan sebagai perbedaan persepsi

mengenai kepentingan—terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif yang dapat

memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Konflik dapat terjadi hanya karena salah

satu pihak memiliki aspirasi lebih tinggi atau karena alternatif yang bersifat

integratif dinilai sulit didapat. Pruitt dan Rubin juga menambahkan bahwa

adanya ketidakpercayaan di antara kedua belah pihak sangat mungkin mendorong

timbulnya konflik.18

16 Dean G. Pruitt, Jeffrey Z. Rubin, 2004, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman

9. 17 Ibid halaman 21. 18 Ibid, halaman 21-36.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

15

Konflik merupakan konsep sosial yang sering dimaknai secara berbeda,

bahkan pluralitas makna konflik ini membuatnya menjadi ambigu. Setidaknya

pandangan seperti ini diwakili oleh dua perspektif perubahan sosial. Pertama,

perspektif struktural fungsional cenderung memandang konflik sebagai gejala

patologi sosial yang disebabkan oleh ketidakharmonisan dari subsistem dalam

proses adaptasi menuju perubahan. Pandangan ini menyatakan bahwa sumber

konflik terjadi karena salah satu sub-sistem tidak berfungsi. Konflik dipahami

sebagai penghambat perubahan sosial. Oleh karena itu, pandangan ini melihat

bahwa konflik merupakan gejala yang traumatik dan harus dihindari.19

Kedua, perspektif kelas cenderung memandang konflik sebagai gejala

yang sehat dalam masyarakat, bahkan menunjukkan berjalannya fungsi dari

sub-sistem masyarakat. Oleh sebab itu, konflik tidak dilihatnya sebagai gejala

patologi, tetapi dilihatnya sebagai dinamika dalam proses perubahan. Energi

konflik inilah yang dianggap sebagai embrio perubahan, bahkan jika konflik

tidak ada dalam masyarakat justru ini tanda masyarakat yang tidak sehat.20

2. Teori Konflik Ibn Khaldun

Penjelasan mengenai bangunan teori konflik perspektif Ibn Khaldun

dikutip dari buku yang berjudul Akar Konflik Sepanjang Zaman Elaborasi

Pemikiran Ibn Khaldun karya Hakimul Ikhwan Affandi (2004) halaman 79-111.

Adalah sebagai berikut:

Ibn Khaldun memandang konflik sebagai sesuatu yang tidak berdiri

19 Surwandono dalam Ahmad Sahide, 2013, Ketegangan Politik Syi'ah-Sunni di Timur Tengah

(Sejarah Politik di Sekitar Laut Tengah Pada Aban x M), Yogyakarta: The Phinisi Press, halaman 16. 20 Ibid, halaman 16.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

16

sendiri. Konflik lahir dari interaksi antara individu maupun kelompok dalam

berbagai bentuk aktivitas sosial, ekonomi, politik dan budaya. Berbicara

mengenai teori konflik perspektif Ibn Khaldun, setidaknya ada tiga pilar utama

yang harus mendapatkan perhatian yaitu: pertama, watak psikologis yang

merupakan dasar sentimen dan ide yang membangun hubungan sosial di antara

berbagai kelompok manusia (keluarga, suku, dan lainnya); kedua, adalah

fenomena politik, yaitu berhubungan dengan perjuangan memperebutkan

kekuasaan dan kedaulatan yang melahirkan imperium, dinasti, dan negara; dan

ketiga, fenomena ekonomi yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

ekonomi baik pada tingkat individu, keluarga, masyarakat maupun negara.21

Namun demikian, dari ketiga pilar tersebut, penulis hanya membahas lebih

detail pilar yang kedua, yaitu fenomena politik karena penelitian ini hanya

mengkaji dinamika dan konflik politik Sunni-Syi'ah di Irak. Di samping

penjelasan tentang pilar pertama (watak psikologis) dirasa perlu untuk

menyempurnakan pemahaman pemikiran Ibn Khaldun.

2.1 Watak Psikologis Manusia

Menurut Ibn Khaldun, tiga potensi yang dimiliki manusia, yaitu

kemampuan intelligibia (al-ma'qulat), sensibilia (al-mahsusat), dan

spiritualia (ar-ruhaniat) yakni intelek, penginderaan, dan kerohanian adalah

potensi yang mampu mengembangkan eksistensi kemanusiaan dalam diri

manusia. Apabila ketiga potensi tersebut mampu dikembangkan dengan baik,

21 Hakimul Ikhwan Affandi, 2004, Akar Konflik Sepanjang Zaman Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 80.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

17

maka manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.

Namun, manusia juga memiliki potensi lain yang bisa mendorongnya

bertindak agresif. Potensi tersebut muncul karena adanya pengaruh animal

power dalam dirinya. Karena potensi inilah, manusia juga dikenal sebagai

rational animal atau animale rationale atau chayawaanun natiqun.22

Dalam hubungannya dengan konflik, ada dua potensi dalam diri

manusia yang menjadi perhatian Ibn Khaldun, yaitu pertama, cinta terhadap

(identitas) kelompok, dan kedua, agresif.

1) Cinta Terhadap (Identitas) Kelompok

Menurut Ibn Khaldun, manusia secara fitrah telah dianugerahi rasa

cinta terhadap garis keturunan dan golongannya. Rasa cinta ini

menimbulkan perasaan senasib dan sepenanggungan serta harga diri

kelompok, kesetiaan, kerja sama, dan saling membantu dalam

menghadapi musibah atau ancaman yang pada akhirnya akan membentuk

kesatuan dan persatuan kelompok. Ketika manusia hidup bersama-sama

dalam suatu kelompok maka fitrah ini mendorong terbentuknya rasa cinta

terhadap (identitas) kelompok. Dalam terminologi Ibn Khaldun, hal ini

disebutnya dengan 'ashabiyah. Secara etimologi, 'ashabiyah dapat

diartikan sebagai kedekatan hubungan seseorang dengan golongan atau

kelompoknya dan berusaha sekuat tenaga untuk memegang

prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok tersebut.23

22 Ibid, halaman 81. 23 1986, Al-Munjid Fil-Lughah Wal-'Alam, Lebanon: Daarul Masyriq, halaman 805.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

18

Manusia tidak akan rela jika salah satu anggota kelompoknya

terhinakan dan dengan segala daya upaya akan membela dan

mengembalikan kehormatan kelompok mereka. Sebagai sebuah fitrah,

maka rasa cinta terhadap (identitas) kelompok ini terdapat pada semua

bentuk masyarakat baik dalam bentuknya yang primitif maupun dalam

perkembangannya yang menetap/modern. Perbedaannya hanya pada

faktor pengikat. Dalam masyarakat primitif, faktor pengikatnya adalah

ikatan darah atau garis keturunan. Sedangkan dalam masyarakat

menetap/modern yang ikatan darahnya sudah tidak murni satu suku lagi

maka ikatannya didasarkan atas kepentingan-kepentingan anggota

kelompok maupun yang secara imajiner menjadi kepentingan

kelompok.24

Berdasar penjelasan di atas maka, 'ashabiyah dapat dibedakan

menjadi dua pengertian, pertama, secara sempit (khusus) dan kedua,

secara luas (umum). Pengertian pertama didasarkan pada ikatan keturunan

walaupun dalam kenyataannya 'ashabiyah semacam ini juga

bertingkat-tingkat. 'Ashabiyah yang didasarkan pada satu keturunan ayah

dan ibu akan lebih kuat dibandingkan dengan 'ashabiyah yang didasarkan

pada garis paman dan bibi atau lainnya.25

Pengertian kedua, 'ashabiyah tidak hanya didasarkan pada suatu

keturunan, tetapi bisa berdasarkan pada hubungan bertetangga yang

24 Hakimul Ikhwan Affandi, op. cit, halaman 82-83. 25 Ibid, halaman 110.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

19

harmonis, persekutuan, hubungan antara budak dengan majikannya atau

hubungan antara pekerja dengan majikannya. Termasuk di dalamnya

kelompok-kelompok yang diikat oleh suatu kepentingan tertentu. Hal ini

didasarkan pada sifat 'ashabiyah yang khayali (imagine).

Individu-individu dalam suatu kelompok mengikatkan diri dalam suatu

komunitas yang lebih besar untuk memperjuangkan kepentingan mereka

dan disertai imaginasi tercapainya kepentingan tersebut.26

Disebabkan karena sifat yang imagine ini, maka 'ashabiyah dalam

struktur pemikiran Ibn Khaldun bukanlah sesuatu yang kaku atau tidak

bisa berubah, melainkan bisa tumbuh menjadi kuat atau sebaliknya akan

hancur dan berakhir. Lalu berganti dengan 'ashabiyah lain. 'Ashabiyah

dalam pengertian kedua ini pada gilirannya menghasilkan hal yang sama

dengan apa yang terjadi pada pengertian pertama, yaitu rasa cinta, senasib

dan sepenanggungan dalam segala suka maupun duka.27

2) Agresif

Manusia memiliki watak agresif sebagai akibat adanya animal

power dalam dirinya yang mendorong untuk melakukan kekerasan atau

penganiayaan. Agresifitas manusia ini bisa berakibat terjadinya

pertumpahan darah dan permusuhan, bahkan pemusnahan umat manusia

itu sendiri. Pandangan Ibn Khaldun ini sejalan dengan banyak penjelasan

para filosof lainnya bahwa yang membedakan manusia dengan hewan

26 Ibid. 27 Ibid, halaman 111.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

20

adalah akal atau pikiran. Agresifitas manusia tersebut kemudian menjadi

pemicu terjadinya konflik antar mereka. Apalagi bila tidak terdapat

institusi atau seorang pemimpin yang mampu mengendalikan agresifitas

manusia atas yang lainnya. Argumen inilah yang kiranya dapat digunakan

untuk menjelaskan berbagai konflik dan kekerasan yang begitu lekat

dengan sejarah manusia.28

2.2 Fenomena Politik

Ibn Khaldun dikenal sebagai ilmuwan politik. Beberapa penelitian

mengenai teori-teori politiknya telah dipublikasikan dan mendapat perhatian

banyak kalangan. Dalam bidang politik, ia bukanlah ilmuwan yang hanya

menghabiskan banyak waktu di belakang meja untuk menulis atau

melakukan penelitian terhadap berbagai fenomena politik. Tetapi, selama

bertahun-tahun ia terlibat langsung dalam berbagai intrik politik, perebutan

kekuasaan dan mendirikan kekuasaan baru di atas kekuasaan lama. Di

samping juga menyaksikan berbagai fenomena politik di berbagai wilayah

yang membentang di Afrika dan Spanyol.29

Pengkajian mengenai fenomena politik yang berhubungan dengan

konflik dalam masyarakat, terdapat dua hal penting yang perlu untuk dibahas.

Yaitu, pertama, akar berdirinya negara. Pentingnya hal ini dibahas karena

mengingat negara sebagai perkembangan paling maju dalam kehidupan

berkelompok manusia seringkali dipandang sebagai arena pertarungan antar

28 Ibid, halaman 83-84. 29 Ibid, halaman 85-86.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

21

kelompok dalam masyarakat. Bila benar demikian adanya, maka tentu saja

bertentangan dengan semangat hidup berkelompok manusia pada awal

mulanya. Pertarungan terjadi karena masing-masing kelompok ingin

memegang kekuasaan, dan puncak kekuasaan tersebut adalah kekuasaan

negara.30

Hal inilah yang terjadi antara Sunni dengan Syi'ah yang

masing-masing memperkuat ikatan solidaritasnya dalam membedakan

dirinya dengan yang lain, kemudian saling menyerang karena perbedaan

ikatan solidaritas tersebut ('Ashabiyah). Inilah yang melahirkan

ketegangan-ketegangan atau konflik dalam perkembangan Sunni-Syi'ah di

Irak.

Kedua, kekuasaan raja atau kepala negara. Dalam hubungan dengan

konflik, pembahasan mengenai hal ini menjadi sangat penting mengingat

peran yang semestinya dilakukan oleh seorang pemimpin diharapkan mampu

menjadi penengah dan pemisah di antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Menurut Ibn Khaldun kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk

melarang orang lain melakukan tindakan yang merusak dan larangan itu

untuk didengarkan dan dipatuhi oleh orang lain. Namun, seorang pemimpin

dalam menjalankan kekuasaannya tidak menjamin dapat berlaku adil.

Bahkan kekuasaannya dapat membuatnya berlaku zalim dan aniaya.31

1) Akar Berdirinya Negara

Ibn Khaldun mengilustrasikan bahwa dalam hal makanan saja

30 Ibid, halaman 86-87. 31 Ibid, halaman 87.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

22

manusia saling membutuhkan satu sama lain. Selain dalam hal makanan,

keterkaitan manusia satu dengan yang lainnya juga terjadi dalam hal

keamanan jiwa. Tiap manusia memerlukan bantuan dari sesamanya dalam

pembelaan diri terhadap ancaman bahaya. Manusia supaya dapat bertahan

hidup diperlukan makan dan untuk aman harus dapat membela diri dari

makhluk lain. Dua hal tersebut tidak dapat dilakukan seorang diri. Oleh

karenanya, diperlukan adanya kerja sama antar sesama manusia. Kerja

sama tersebut kemudian membentuk suatu organisasi kemasyarakatan.

Dari sinilah Ibn Khaldun menyatakan bahwa organisasi kemasyarakatan

(al-ijtima' al-insani) adalah merupakan suatu keharusan. Karenanya,

peradaban umat manusia tidak bisa terlepas dari organisasi tersebut. Ini

berarti, manusia memerlukan suatu organisasi kemasyarakatan yang

dinamakan "kota" (Arab; al-madinah, Latin; polis).32

Setelah organisasi kemasyarakatan terbentuk dan peradaban

merupakan suatu kenyataan di dunia ini, maka masyarakat membutuhkan

seseorang yang dengan pengaruhnya dapat bertindak sebagai penengah

dan pemisah antara anggota masyarakat. Watak agresif, sebagai akibat

dari adanya potensi-potensi kebinatangan (animal power) dalam diri

manusia dapat menyebabkan terjadinya pertikaian, permusuhan,

perusuhan, pertumpahan darah, bahkan pemusnahan umat manusia itu

32 Ibid, halaman 87-89.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

23

sendiri.33

Senjata-senjata yang dipergunakan untuk melindungi manusia

terhadap watak agresif manusia terhadap sesamanya. Oleh karena itu,

diperlukan sesuatu yang dapat menangkal atau mengatasi watak agresif

manusia terhadap sesamanya. Itulah yang dapat diperankan oleh

penengah atau pemisah yang berasal dari kelompok mereka sendiri.

Menurut Ibn Khaldun, tindakan agresif dan detensif hanya berhasil

dengan bantuan solidaritas sosial (Ashabiyah).34

Namun pada umumnya

semua kondisi yang memicu timbulnya perilaku agresif adalah ancaman

terhadap kepentingan hayati. Perilaku agresif binatang merupakan respon

terhadap "segala sesuatu yang mengancam kelangsungan hidup".35

2) Kekuasaan Raja atau Kepala Negara

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pandangan Ibn Khaldun

mengenai kehadiran seorang raja atau kepala negara adalah sebagai

penengah, pemisah, dan sekaligus pemegang otoritas itu merupakan suatu

keharusan bagi kehidupan bersama dalam suatu masyarakat atau negara.

Terkait hal ini, Ibn Khaldun berpandangan bahwa tugas pokok yang harus

dilakukan manusia adalah, pertama, berusaha dengan segala kemampuan

untuk dapat melestarikan kehidupan umat manusia, dan kedua,

melakukan perbuatan yang bersifat membangun dunia ini. Menurutnya,

33 Ibid, halaman 91. 34 Ibn Khaldun, 2008, Muqaddimah Ibn Khaldun, Jakarta: Pustaka Firdaus, halaman 228-229. 35 Erich Fromm dalam Ahmad Sahide, 2013, Ketegangan Politik Syi'ah-Sunni di Timur Tengah

(Sejarah Politik di Sekitar Laut Tengah Pada Abad x M), Yogyakarta: The Phinisi Press, halaman 19.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

24

hubungan orang yang diperintah (rakyat) dengan orang yang memerintah

adalah hubungan kepemilikan. Orang yang memerintah adalah orang

yang memiliki rakyat dan rakyat adalah mereka yang memiliki orang

yang memerintah.36

Namun demikian, pandangannya mengenai arti penting seorang

pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya didasarkan pada

wahyu Tuhan atau ajaran agama, sebagaimana yang disebut di atas.

Tetapi, lebih ditekankan pada hasil pengamatannya terhadap

perkembangan kehidupan umat manusia dalam kehidupan berkelompok

atau bermasyarakat.

Di dalam suatu organisasi kemasyarakatan akan terjadi hubungan

atau interaksi antar sesama anggotanya. Dari sinilah akan memunculkan

berbagai persoalan, di antaranya adalah persoalan konflik. Mengingat

watak agresif atau animal power yang ada pada manusia, sehingga

seseorang atau sekelompok orang akan begitu saja mengambil milik atau

usaha orang lain secara tidak sah. Maka, terjadilah pertikaian yang

menimbulkan permusuhan, yang mana pada gilirannya dapat sampai pada

pemusnahan umat manusia itu sendiri.37

Selanjutnya, diperlukan seseorang yang dapat menjadi pengendali

dan mampu memerintah, yang mana untuk dapat bertindak sebagai raja

atau kepala negara adalah dia yang memiliki superioritas atau keunggulan,

36 Ibn Khaldun, op. cit, halaman 230. 37 Ibid, halaman 228-229.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

25

sehingga mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan. Selain itu,

seorang penguasa juga harus memiliki tentara yang kuat dan loyal

kepadanya guna menjamin keamanan negara atau wilayah kekuasaannya

dari ancaman orang luar. Sedangkan aparat birokrasi diperlukan untuk

membantu menjalankan pemerintahan termasuk untuk menarik dan

mendapatkan dana bagi pembiayaan operasional negara. Namun yang

terpenting adalah orang tersebut memiliki 'ashabiyah yang kuat.38

Adapun ketika seorang pemimpin telah sampai pada puncak

kekuasaan negara akan menjalankan kekuasaannya dengan cara yang

berbeda-beda. Ibn Khaldun membedakan pola kepemimpinan ke dalam

tiga bentuk. Pertama, kekuasaan dijalankan dengan lemah lembut dan

penuh keadilan. Sehingga salah satu ciri yang menonjol dalam

masyarakat ini adalah ketaatan bahwa setiap orang dapat mengemukakan

pendapat secara bebas, tanpa rasa takut dan tekanan. Kedua, kekuasaan

dijalankan dengan dominasi, kekerasan, dan teror. Masyarakat di bawah

kepemimpinan pola kedua ini akan hidup dalam tekanan dan rasa takut.

Tidak ada kebebasan dalam menyatakan pendapat. Ketiga, kekuasaan

dijalankan dengan menjatuhkan sanksi-sanksi atau hukuman-hukuman.

Dalam keadaan seperti ini moral rakyat akan hancur dan rakyat akan

mengalami demoralisasi.39

Mengingat kekuasaan negara adalah kekuasaan tertinggi dan tidak

38 Hakimul Ikhwan Affandi, 2004, Akar Konflik Sepanjang Zaman Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 94-95. 39 Ibid, halaman 98-99.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

26

terdapat kekuasaan lain di atasnya, maka seorang kepala negara

mempunyai tanggung jawab moral yang amat tinggi di hadapan

masyarakat. Adapun politik bagi Ibn Khaldun sendiri adalah salah satu

ciri khas yang hanya dimiliki manusia. Karenanya, dalam berpolitik

manusia hendaknya menunjukkan segi-segi terbaik dalam dirinya.

Segi-segi terbaik tersebut dapat dibangun dari kehidupan agama dan

moralitas.40

3. Strategi Dalam Menyikapi Konflik

Setiap orang yang berkonflik akan selalu mencari cara dalam menyikapi

konflik tersebut. Pruitt dan Rubin menjelaskan bahwa setidaknya ada 5 strategi

yang biasanya ditempuh dalam menyikapi konflik. Kelima strategi tersebut

adalah contending (bertanding), yielding (mengalah), problem solving

(pemecahan masalah), withdrawing (menarik diri), inaction (diam).

Strategi contending adalah mencoba menerapkan solusi yang lebih disukai

oleh salah satu pihak atas pihak yang lain. Strategi kedua, yielding, yaitu strategi

yang menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima kurang dari yang

sebetulnya diinginkan. Strategi ketiga adalah problem solving, yaitu mencari

alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Strategi keempat adalah

withdrawing, strategi ini memilih meninggalkan situasi konflik, baik secara fisik

maupun psikologis. Strategi terakhir adalah inaction, yaitu tidak melakukan

apapun. Ketiga strategi konflik: contending, yielding, dan problem solving dapat

40 Ibid, halaman 99.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

27

dianggap sebagai strategi untuk mengatasi konflik, dalam arti bahwa

masing-masing melibatkan beberapa usaha yang relatif konsisten dan koheren

untuk mengatasi konflik. Sebaliknya, withdrawing dan inaction adalah strategi

yang tidak dimaksudkan untuk mengatasi tetapi untuk menghentikan atau untuk

mengabaikan konflik.41

Ibn Khaldun membangun sikap yang berbeda dalam mempelajari sejarah,

dengan mencoba lebih meneliti berbagai peristiwa atau fakta-fakta dan mencari

hubungan yang niscaya ada antar satu peristiwa dengan lainnya. Sebagai perintis

sosiologi, ia membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta

memberikan penjelasan atas fakta-fakta. Hingga akhirnya ia menemukan hukum

sebab akibat dalam kehidupan masyarakat. Apabila sebab yang melingkupinya

sama maka akan menimbulkan akibat yang sama pula. Ibn Khaldun menarik

kesimpulan bahwa masa lalu dan masa depan mengandung hukum sosial yang

sama dan dapat dipahami dari masa sekarang. Kesamaan antara masa lalu dan

masa depan lebih tepat ketimbang dua tetes air. Peristiwa-peristiwa tersebut

berlangsung berdasarkan hukum sosial yang sama, perbedaannya hanyalah pada

bentuk-bentuk kemunculannya.42

E. Sumber Data dan Data

Menurut Heddy Shri Ahimsa (2009), "data" adalah fakta yang relevan, yang

berkaitan secara logis dengan (a) masalah yang ingin dijawab atau masalah penelitian,

41 Dean G. Pruitt, Jeffrey Z. Rubin, 2004, Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman

4-7. 42 Hakimul Ikhwan Affandi, op. cit, halaman 74.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

28

dan dengan (b) kerangka teori atau paradigma yang digunakan untuk menjawab

masalah tersebut. Jadi data adalah fakta yang telah dipilih, diseleksi, berdasarkan atas

relevansinya.43

Istilah "fakta" di sini diartikan sebagai pernyataan tentang realita, tentang

kenyataan. Seseorang yang menceritakan suatu kejadian pada dasarnya adalah orang

yang sedang mengemukakan fakta-fakta, mengemukakan pernyataan-pernyataan

tentang suatu kenyataan. Oleh karena itu, suatu fakta selalu bersifat "subjektif",

karena suatu kenyataan yang sama dapat saja dikemukakan dengan cara-cara yang

berbeda. Adapun "kenyataan" di sini secara sederhana diartikan sebagai "segala

sesuatu yang dianggap ada". Kata "dianggap" di sini menduduki posisi penting, sebab

kata tersebut mencerminkan relativitas. Artinya, apa yang "ada" bagi seseorang belum

tentu "ada" bagi yang lain, karena masing-masing memiliki pandangan yang berbeda

tentang suatu hal.44

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif artinya tidak

berupa angka tetapi berupa pernyataan-pernyataan mengenai sisi, sifat, ciri, keadaan,

dari sesuatu atau gejala, atau pernyataan mengenai hubungan antara sesuatu dengan

sesuatu yang lain. Sesuatu ini bisa berupa benda-benda fisik, pola-pola perilaku, atau

gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, bisa pula peristiwa-peristiwa yang terjadi

dalam suatu masyarakat.45

Sumber data dalam penelitian ini berupa: data primer dan data sekunder. Data

43 Heddy Shri Ahimsa-Putra, "Paradigma Ilmu Sosial-Budaya-Sebuah Pandangan-", Makalah

disampaikan pada Kuliah Umum "Pardigma Penelitian Ilmu-ilmu Humaniora", Program Studi Linguistik, Sekolah

Pascasarjana, UPI, Bandung, 7 Desember 2009, halaman 13. 44 Ibid, halaman 12-13. 45 Ibid, halaman 13.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

29

primer bersumber dari buku karya Hala Fattah dan Frank Caso yang berjudul A Brief

History of Iraq, Bulan Sabit di Atas Baghdad karya Trias Kuncahyono, Geliat Irak

Menuju Era Pasca Saddam karya Musthafa Abd. Rahman, Detik-detik Terakhir

Saddam: Kesaksian Wartawan Tempo dari Baghdad, Irak karya Rommy Fibri dan

Ahmad Taufik, Maliki's Authoritarian Regime karya Marisa Sullivan, serta Akar

Konflik Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibnu Khaldun karya Hakimul

Ihkwan Affandi.

Buku-buku lain yang dijadikan sebagai data sekunder, seperti: karya Shireen T.

Hunter yang berjudul Politik Kebangkitan Islam, Konflik dan Diplomasi di Timur

Tengah karya Riza Sihbudi, dkk., serta Huru-Hara Irak Isyarat Akhir Zaman karya

'Alauddin al-Mudarris. Adapun buku-buku penunjang lain seperti beberapa buku

tentang perbedaan Sunni dan Syi'ah. Selain buku, data sekunder juga diperoleh dari

jurnal-jurnal, majalah-majalah, surat kabar dan website internet yang terkait dengan

perkembangan Sunni dan Syi'ah di Irak pasca Saddam Hussein.

F. Metode dan Teknik Penelitian

Metode, menurut Heddy Shri Ahimsa (2009) adalah cara, sedang penelitian

adalah kegiatan mengumpulkan data. Jadi metode penelitian adalah cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data.46

Dalam penelitian ini digunakan metode

penelitian kualitatif atau metode pengumpulan data kualitatif.

1. Metode Analisis Data

Metode analisis data pada dasarnya adalah cara-cara untuk memilah-milah,

46 Ibid, halaman 15.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

30

mengelompokkan data (kualitatif), agar kemudian dapat ditetapkan relasi-relasi

tertentu antara kategori data yang satu dengan data yang lain. Sebagaimana

halnya metode penelitian, metode analisis kualitatif harus diartikan sebagai

metode menganalisis data kualitatif.47

Tahap pertama analisis data dalam penelitian ini berupa pengkajian hasil

kepustakaan yang telah terkumpul sebelumnya. Kedua, data yang kurang

relevan kemudian direduksi. Ketiga, reduksi data dilakukan dengan membuat

pengelompokan dan abstraksi (pemisahan). Tahap keempat, yaitu menentukan

metode analisis data.

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif-teoritis.

Maksudnya, data yang telah tereduksi dan telah dikelompokkan, serta

diabstraksi kemudian, dianalisis berdasarkan teori yang digunakan (teori konflik

Ibn Khaldun). Analisis bersifat terbuka dan induktif. Maksudnya, analisis

bersifat longgar, tidak kaku, dan tidak statis. Sedangkan, analisis induktif adalah

perumusan umum mengenai suatu gejala dengan cara mempelajari kasus atas

kejadian khusus yang berhubungan dengan hal itu.48

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

library research atau studi pustaka, baik dari buku-buku, jurnal nasional

maupun internasional dan media surat kabar ataupun media internet.

47 Ibid. 48 www.kateglo.com/kamus/induktif. diakses pada Kamis, 17 September 2015, pukul 16:52.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.uns.ac.id · Syi'ah Irak ke Iran. Di dalam negeri Irak sendiri, tindakan Saddam tersebut justru membangkitkan kerusuhan anti-Saddam yang lebih luas di

31

G. Sistematika Penyajian

Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab. Bab I

merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan

penelitian, pembatasan masalah, landasan teori, sumber data dan data, metode dan

teknik penelitian, serta sistematika penyajian.

Bab II berisi pembahasan tentang latar belakang munculnya konflik

Sunni-Syi'ah pasca Saddam. Bahasan di bab ini terdiri dari tiga sub-bab. Sub-bab

pertama ialah penjelasan tentang sejarah singkat lahirnya Sunni dan Syi'ah, yaitu

meliputi penjelasan definisi Syi'ah, asal muasal ajaran Syi'ah, kelompok-kelompok

dalam Syi'ah, serta definisi Ahlussunnah Waljamaah. Sub-bab kedua adalah

kehidupan Sunni dan Syi'ah di bawah pemerintahan Saddam Hussein, yaitu meliputi

Sunnisasi dan Ba'athisasi, respon terhadap Sunnisasi negara: dari al-Sadr sampai

al-Hakim. Sub-bab ketiga menjelaskan kondisi Irak pasca Saddam Hussein dan

pengaruhnya terhadap kehidupan Sunni-Syi'ah yang meliputi, merebaknya anarkisme,

munculnya pemberontakan, aksi perlawanan Sunni dan Syi'ah, serta pemerintahan

sementara.

Bab III mengenai kehidupan Sunni dan Syi'ah era rezim Syi'ah Nouri

al-Maliki, yang terdiri dari: penjelasan perihal pemerintahan Nouri al-Maliki dan

konflik Sunni-Syi'ah era rezim Syi'ah Nouri al-Maliki. Di bab ini juga dijelaskan

analisis Ibn Khaldun terhadap fenomena konflik Sunni-Syi'ah di Irak.

Bab IV adalah bab penutup, yang terdiri dari hasil analisis/teori (kesimpulan)

dan saran.