sefalosporin.doc

6
5.1.2.1 Sefalosporin Sefalosporin merupakan antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk terapi septikemia, pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis, dan infeksi saluran urin. Aktivitas farmakologi dari sefalosporin sama dengan penisilin, diekskresi sebagian besar melalui ginjal. Kemampuan sefalosporin melintas sawar otak sangat rendah kecuali pada kondisi inflamasi; sefotaksim merupakan sefalosporin yang baik untuk infeksi sistem saraf pusat (misalnya meningitis). Efek samping utama dari sefalosporin adalah hipersensitifitas dan sekitar 10% dari pasien sensitif terhadap penisilin juga akan alergi terhadap sefalosporin. Sefradin secara umum telah diganti oleh sefalosporin yang lebih baru. Sefuroksim merupakan sefalosporin generasi kedua yang kurang sensitif terhadap inaktivasi oleh beta-laktamase dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama sehingga antibiotik ini aktif terhadap bakteri tertentu yang resisten terhadap antibiotik lain dan mempunyai aktivitas yang lebih besar terhadap Haemophilus influenza dan Neisseria gonorrhoeae. Sefotaksim, seftazidim dan seftriakson merupakan sefalosporin generasi ketiga dengan aktivitas yang lebih luas dibandingkan dengan generasi kedua, terhadap bakteri Gram negatif. Namun, antibiotik ini kurang aktif

Upload: cahyo-wisnugroho

Post on 01-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Sefalosforin

TRANSCRIPT

Page 1: Sefalosporin.doc

5.1.2.1 Sefalosporin

Sefalosporin merupakan antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk terapi

septikemia, pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis, dan infeksi

saluran urin. Aktivitas farmakologi dari sefalosporin sama dengan penisilin, diekskresi

sebagian besar melalui ginjal. Kemampuan sefalosporin melintas sawar otak sangat

rendah kecuali pada kondisi inflamasi; sefotaksim merupakan sefalosporin yang baik

untuk infeksi sistem saraf pusat (misalnya meningitis).

Efek samping utama dari sefalosporin adalah hipersensitifitas dan sekitar 10% dari pasien

sensitif terhadap penisilin juga akan alergi terhadap sefalosporin.

Sefradin secara umum telah diganti oleh sefalosporin yang lebih baru.

Sefuroksim merupakan sefalosporin generasi kedua yang kurang sensitif terhadap

inaktivasi oleh beta-laktamase dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama

sehingga antibiotik ini aktif terhadap bakteri tertentu yang resisten terhadap antibiotik

lain dan mempunyai aktivitas yang lebih besar terhadap Haemophilus influenza dan

Neisseria gonorrhoeae.

Sefotaksim, seftazidim dan seftriakson merupakan sefalosporin generasi ketiga dengan

aktivitas yang lebih luas dibandingkan dengan generasi kedua, terhadap bakteri Gram

negatif. Namun, antibiotik ini kurang aktif dibandingkan sefuroksim terhadap bakteri

Gram positif, terutama Staphylococcus aureus. Spektrum antibakterinya yang luas ini

dapat menyebabkan superinfeksi dengan bakteri atau jamur yang resisten.

Seftazidim memiliki aktivitas yang baik terhadap pseudomonas. Juga aktif terhadap

bakteri Gram negatif.

Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga dapat diberikan satu kali

sehari. Indikasi meliputi infeksi berat seperti septikemia, pneumonia dan meningitis.

Garam kalsium dari seftriakson membentuk endapan dalam kandung kemih yang walau

jarang tetapi dapat menimbulkan keluhan, namun dapat hilang jika dihentikan. Pada

neonatus, seftriakson dapat menggeser bilirubin dari plasma albumin, oleh karena itu

penggunaannya sebaiknya dihindari pada neonatus dengan hiperbilirubinemia yang tidak

terkonjugasi, hipoalbuminemia, asidosis atau kegagalan pengikatan bilirubin.

Page 2: Sefalosporin.doc

Sefalosporin oral. Sefalosporin generasi pertama yang dapat diberikan secara oral adalah

sefaleksin, sefradin, dan sefadroksil, sedangkan yang dari generasi kedua adalah sefaklor

dan sefprozil. Obat-obat ini bermanfaat dalam infeksi saluran kemih, yang tidak

memberikan respon terhadap antibiotik lain atau yang terjadi pada waktu hamil, infeksi

saluran pernafasan, otitis media, sinusitis serta infeksi kulit dan jaringan lunak.

Sefaklor aktif terhadap Hemophilus influenzae, namun antibiotik ini menyebabkan reaksi

kulit yang lebih lama dari biasanya, terutama pada anak-anak. Sefadroksil memiliki masa

kerja yang lama dan dapat diberikan dua kali sehari; memiliki aktivitas yang lemah

terhadap Hemophilus influenzae. Sefuroksim aksetil, bentuk ester dari sefuroksim yang

merupakan sefalosporin generasi kedua sefuroksim, memiliki spektrum antibakteri yang

sama dengan senyawa asalnya; antibiotik ini sulit diabsorpsi.

Sefiksim memiliki lama kerja yang lebih panjang daripada sefalosporin lainnya yang

dapat diberikan secara oral. Hanya diindikasikan untuk infeksi akut.

Sefpodoksim proksetil lebih aktif daripada sefaloporin oral lainnya terhadap bakteri

patogen pernafasan dan diindikasikan untuk infeksi saluran pernafasan atas dan bawah.

Untuk terapi penyakit Lyme, lihat 5.1.1.3.

Infeksi pada rongga mulut. Sefalosporin sedikit lebih efektif dibandingkan penisilin

dalam mengatasi infeksi pada gigi, kurang efektif terhadap bakteri anaerob. Infeksi

karena streptokokus oral (sering disebut streptokokus viridans) yang menjadi resisten

terhadap penisilin, biasanya juga resisten terhadap sefalosporin. Hal ini penting dalam

kasus pasien yang mengalami demam rematik dan yang sedang mendapat terapi penisilin

jangka panjang. Obat yang dipakai adalah sefaleksin dan sefradin.

Sefalosporin generasi pertama:

Terutama aktif terhadap kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian

besar Staphylococcus aureus dan streptokokus termasuk Streptococcus pyogenes,

Streptococcus viridans dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri gram positif yang juga

sensitif adalah Streptococcus anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes

dan Corynebacterium diphteria. Kuman yang resisten antara lain MRSA, Staphylococcus

epidermidis dan Streptococcus faecalis. Sefaleksin, sefradin, sefadroksil, aktif pada

pemberian per oral. Obat ini diindikasikan untuk infeksi saluran kemih yang tidak

Page 3: Sefalosporin.doc

memberikan respons terhadap obat lain atau yang terjadi selama hamil, infeksi saluran

napas, sinusitis, infeksi kulit dan jaringan lunak.

Sefalosporin generasi kedua:

Dibandingkan dengan generasi pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif

terhadap bakteri gram positif, tapi lebih aktif terhadap bakteri gram negatif, misalnya

Hemophilus influenzae, Pr. mirabilis, Escherichia coli dan Klebsiella. Golongan ini tidak

efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa dan enterokokus. Sefoksitin aktif tehadap

kuman anaerob. Sefuroksim dan sefamandol lebih tahan terhadap penisilinase

dibandingkan dengan generasi pertama dan memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap

Hemophilus influenzae dan N. gonorrhoeae.

Sefalosporin generasi ketiga:

Golongan ini umumnya kurang aktif terhadap kokus gram positif dibandingkan dengan

generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain

penghasil penisilinase. Seftazidim aktif terhadap pseudomonas dan beberapa kuman gram

negatif lainnya. Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan

sefalosporin yang lain, sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Obat ini diindikasikan

untuk infeksi berat seperti septikemia, pneumonia dan meningitis. Garam kalsium

seftriakson kadang-kadang menimbulkan presipitasi di kandung empedu. Tapi biasanya

menghilang bila obat dihentikan. Sefoksitin aktif terhadap flora usus termasuk Bacteroides

fragilis, sehingga diindikasikan untuk sepsis karena peritonitis.

Farmakokinetik:

Dari sifat farmakokinetik, sefalosporin dibedakan menjadi 2 golongan. Sefaleksin,

sefradin, sefaklor dan sefadroksil dapat diberikan per oral karena diabsorpsi melalui

saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan parenteral. Sefalotin dan

sefapirin umumnya diberikan secara intravena karena menimbulkan iritasi pada

pemberian intramuskular. Beberapa sefalosporin generasi ketiga misalnya moksalaktam,

sefotaksim, seftizoksim dan seftriakson mencapai kadar yang tinggi dalam cairan

serebrospinal, sehingga bermanfaat untuk pengobatan meningitis purulenta. Selain itu

sefalosporin juga melewati sawar plasenta, mencapai kadar tinggi dalam cairan sinovial

dan cairan perikardium. Pada pemberian sistemik, kadar sefalosporin generasi ketiga

Page 4: Sefalosporin.doc

dalam cairan mata relatif tinggi, tapi tidak mencapai vitreus. Kadar dalam empedu

umumnya tinggi, terutama sefoperazon. Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam

bentuk utuh ke urin, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu.

Oleh karena itu dosisnya sebaiknya disesuaikan pada pasien dengan gangguan fungsi

ginjal.

Efek samping

Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi. Reaksi anafilaksis

dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi. Reaksi silang biasanya terjadi pada

pasien dengan alergi penisilin berat, sedangkan pada alergi penisilin yang ringan dan

sedang, kemungkinannya kecil. Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik, walaupun

jauh kurang toksik dibandingkan dengan aminoglikosida dan polimiksin. Kombinasi

sefalosporin dengan aminoglikosida mempermudah terjadinya nefrotoksisitas. Depresi

sumsum tulang terutama granulositopenia jarang terjadi.