sedimentasi fharel
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sedimentasiTRANSCRIPT

SEDIMENTASI1. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk memahami proses dari
sedimentasi serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
2. PERINCIAN KERJA
Persiapan
a. Menyediakan kapur yang butirannya halus dan bebas dari kotoran.
b. Menyediakan alat – alat yang diperlukan.
c. Membuat perencanaan kerja sesuai dengan topik percobaan.
Topik percobaan
a. Sedimentasi dengan ketinggian suspensi sebagai variable kontrol.
b. Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol.
c. Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol dan dengan
tambahan zat flokulan.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat yang digunakan:
Gelas kimia 500 ml 1 buah
Gelas kimia 300 ml 3 buah
Spatula 1 buah
Ayakan 1 buah
Stopwatch 1 buah
Neraca 1 buah
Alat sedimentasi 1 set
Bahan – bahan yang digunakan :
Kapur (CaCO3)
Air bersih
Zat flokulan : Lead(II) trihydrat acetate (Pb(CH3COOH)2.3H2O)

4. DASAR TEORI
Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik
menjadi dua bagian, yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan
konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah bagian cairan yang bening.
Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspensi
hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).
Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan ,misalnya pada
proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment),dan
proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara sinambung dengan
menggunakan alat yang dikenal dengan nama thickener,sedangkan untuk skala
laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh dari prinsip
sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu :
1) Cara Batch ,
Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi batch paling mudah
dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah.

2) Cara Semi-Batch,
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau
beningan yang keluar.
3) Cara Kontinyu,
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan
secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan.
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi
terbagi atas tiga macam:

a) Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle
Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari
unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber.
Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang mempengaruhi performance
bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet, pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur,
besar nilai G sehubungan dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan
factor lain diabaikan untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut
dengan ideal settling basin.
b) Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan
koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses
koagulasi dan flokulasi.
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil.
Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian
minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka
alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan
memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok–flok
yang terbentuk.

c) Hindered Settling (Zone Settling)
Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah
sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel menghalangi
pengendapan paertikel-paertikel di sebelahnya. Partikel berada
Pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu
kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai
suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid.
Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih
adalahsedimentasi tipe satu dan dua, sedangkan jenis ketiga lebih umum digunakan
pada pengolahan air buangan.
Aplikasi utama dari sedimentasi pada instalasi pengolahan air minum adalah :
Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan menggunakan
saringan pasir cepat.
Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi sebelum
memasuki unit saringan pasir cepat.
Pengendapan air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi pada instalasi
yang menggunakan sistem pelunakan air oleh kapur-soda.
Pengendapan air pada instalasi pemisahan besi dan mangan.
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan zat-zat
padat atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah dengan membiarkanpadatan
mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel-partikel mengendap, maka airyang jernih dapat dipisahkan dari
padatan yang semula tersuspensi di dalamnya. Caralain yang lebih cepat adalah dengan
melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatannya
terpisah dari aliran air dan jatuh ke dalam bak pengendap tersebut. Kecepatan
pengendapan partikel-partikel yang terdapat di dalam air bergantung kepada berat jenis,
bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap.

Pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan
Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga
menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Setelah melewati
proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya
perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya.
Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa
lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah
antara air dan lumpur. Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut unit
aselator.
Alat sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak pengendap segi empat
(rectangular), dan jenis lingkaran (circular). Jenis segi empat biasanya digunakan
untuk laju alir air yang besar, karena pengendaliannya dapat dilakukan dengan mudah,
sedangkan keuntungan alat sedimentasi jenis lingkaran yaitu memiliki mekanisme
pemisahan lumpur yang sederhana.
Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada
proses koagulasi dan flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi
berjalan dengan baik, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menyangkut
karakteristik aliran dalam bak sedimentasi yang akan dibangun. Untuk mencapai
pengendapan yang baik, bentuk bak sedimentasi harus dibuat sedemikian rupa
sehingga karakteristik aliran di dalam bak tersebut memiliki aliran yang laminar dan
tidak mengalami aliran mati (short-circuiting).
Bak sedimentasi pada umumnya terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan
bentuk bulat maupun persegi panjang. Terdapat tiga konfigurasi utama untuk bak
sedimentasi, yaitu :

Bak persegi panjang dengan aliran horizontal.
Bak sedimentasi dengan aliran vertical.
Clarifier dengan aliran vertical.
.

Operasional dan Pemeliharaan
Pengontrolan kondisi pengendapan flok pada tangki dilakukan dengan
frekuensi 4 kali sehari. Proses pembentukan flok yang tidak sempurna pada
proses koagulasi dan flokulasi mengakibatkan banyaknya flok kecil yang
terbawa ke bak penyaring sehingga meningkatkan beban penyaring;
Pengontrolan kualitas clarified water untuk memeriksa efisiensi bak
pengendapan. Efisiensi pengendapan yang jelek mengakibatkan
meningkatnya beban pengolahan pada unit filtrasi;
Penyisihan schum, sludge yang mengapung dan pertumbuhan algae pada
dinding tangki, baffle, dan lounders terutama pada musim panas;
Pengontrolan beban permukaan dan flow rate melalui observasi visual
dengan melihat ketinggian air pada weir pelimpah, bila debit air yang diolah
terlalu besar maka muka air akan melebihi ketinggian weir loading;
Pengurasan lumpur yang dilakukan pada clarified water secara otomatis dan
manual menurut ketebalan lumpur yang dilakukan dengan menggunakan
pompa penguras.
Laju sedimentasi partikel dapat diamati secara garfish dengan menggambarkan setiap
halaman interface zane A dan zone B pada satuan waktu tertentu. Laju sedimentasi suatu
suspensi tertentu bergantung kepada banyak factor antara lain:
1) Konsentrasi suspensi
2) Perbandingan luas permukaan dengan kedalaman suspensi
3) Ukuran partikel
4) Adanya zat flokulan yang memicu menggumpalnya partikel- partikel menjadi
partikel berukuran lebih besar.
5) Pengadukan
6) Aliran
7) Dan lain sebagainya.

Dalam percobaan ini dipelajari 3 faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan
suatu suspensi, yakni factor ketinggian suspensi, factor konsentrasi suspensi dan factor
penambahan zat flokulan.
Zat flokulan adalah zat yang memiliki sifat mampu membentuk partikel-partikel
menjadi suatu flok ( gabungan partikel-partikel menjadi partikel berukuran lebih besar).
Sehingga pengendapan berlangsung relative lebih cepat.
Berikut adalah rumus sedimentasi :
Ln H – He = -b . t + Ln Hc – He
Keterangan :
H : Ketinggian interface A – B pada saat t
He : Ketinggian akhir sediment
Hc : Ketinggian kritis, yakni ketinggian interface A – D
t : Waktu proses sedimentasi
b : Konstanta pengendapan.

5. PROSEDUR PENGERJAAN
Peralatan dan bahan yang digunakan Disiapkan.
Bubuk kapur Diayak kedalam baskom.
1) Variasi Ketinggian dengan komposisi sama
a. Kapur ditimbang sebanyak 50 gram, 60 gram, 70 gram, 80 gram, dan 90 gram.
b. Kapur yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
A, B, C, D dan E.
c. Air ditambahkan ke dalam masing-masing tabung dengan ketinggian hingga
(400 cm,500 cm,600 cm,700 cm,800 cm) dengan cara menambahkan air
sebanyak (800 ml,1000 ml,1200 ml,1400 ml,1600 ml) ke dalam masing-
masing tabung, lalu tabung ditutup dengan penutupnya.
d. Kemudian masing-masing tabung dikocok dan pada saat bersamaan kelima
tabung diletakkan di tempat sedimentasi.
e. Perubahan ketinggian dari kelima tabung tersebut diamati setiap selang
f. waktu 5 menit.
g. Pengamatan dihentikan setelah tercapai ketinggian yang konstan.
2) Variasi konsentrasi dengan ketinggian sama
a. Larutan kapur dibuat dengan konsentrasi 2,5% , 3,120% , 3,75% , 4,375% ,5%
dengan ketinggian larutan yang sama yaitu 800 ml.
b. Kelima tabung dikocok kembali lalu diletakkan kembali di tempat sedimentasi
pada saat yang bersamaan.
c. Pengamatan diakukan kembali dengan selang waktu 5 menit sampai
ketinggian yang diperoleh konstan.
3) Variasi Konsentrasi dan ketinggian tetap dengan penambahan zat Flokulan
a. Zat flokulan sebanyak 0,05 gram masing-masing ditambahkan ke
dalam 5 tabung kemudian ditutup.
b. Kelima tabung dikocok, lalu diletakkan kembali secara bersamaan.
c. Perubahan ketinggian dicatat setiap selang waktu 30 detik.

6. DATA PENGAMATAN
Data praktikum yang diperoleh pada praktikum sedimentasi :
Sedimentasi dengan ketinggian suspensi sebagai variable kontrol.
No
t( menit)
H(400 mm)
H(500 mm
H(600 mm)
H(700 mm)
H(800 mm)
1 0 400 500 600 700 8002 5 283 385 475 570 6603 10 195 245 370 460 5304 15 105 140 260 340 4205 20 70 95 165 240 3106 25 63 80 117 147 1957 30 55 70 103 128 1488 35 53 68 91 109 1339 40 52 66 83 104 120
10 45 51 64 79 92 11011 50 50 63 77 89 10012 55 49 62 76 86 9513 60 48 61 74 85 9014 65 47 60 73 83 8815 70 46 59 72 82 8716 75 46 58 70 79 8617 80 46 57 69 77 8518 85 46 57 68 76 8419 90 46 57 68 76 8420 95 46 57 68 76 84

Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol.
No T( menit) H(800mm
) 1
H(800mm
)2
H (800mm
)3
H(800mm
)4
H(800 mm)
5
1 0 800 800 800 800 8002 5 580 590 670 690 7103 10 380 390 520 590 6004 15 80 100 380 480 4905 20 72 89 260 390 4006 25 63 76 120 300 3107 30 61 72 101 200 2108 35 59 70 90 123 1359 40 55 67 82 112 121
10 45 54 66 78 101 11211 50 52 64 76 94 10412 55 51 63 75 88 9613 60 50 61 74 83 9214 65 49 60 72 81 9015 70 48 59 71 80 8916 75 47 58 70 79 8817 80 47 57 69 78 8718 85 47 57 69 77 8619 90 47 57 69 77 8620 95 47 57 69 77 86
Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol dan
dengan tambahan zat flokulan.

No
T( detik)
H(800mm) 1
H(800 mm)
2
H(800 mm)
3
H(800mm)
4
H(800mm)
5

1 0 800 800 800 800 8002 30 125 500 470 585 6023 60 120 270 340 400 4354 90 105 255 195 250 3065 120 96 135 170 220 2626 150 89 126 155 200 2387 180 85 116 145 185 2218 210 83 110 138 175 2069 240 82 105 130 165 196
10 270 79 101 126 156 18711 300 78 98 122 155 17912 330 78 95 120 146 17313 360 76 93 116 143 16714 390 76 92 114 139 16415 420 75 91 113 135 15916 450 75 90 112 133 15617 480 75 89 110 131 15418 510 74 88 109 129 15119 540 74 87 108 128 14920 570 73 87 107 126 14821 600 73 86 106 124 14522 630 73 85 105 123 14523 660 73 85 105 122 14224 690 73 85 105 121 14225 720 73 85 105 120 14026 750 73 85 105 119 13927 780 73 85 105 118 13828 810 73 85 105 118 13729 840 73 85 105 117 13630 870 73 85 105 116 13531 900 73 85 105 115 13432 930 73 85 105 115 13433 960 73 85 105 114 13334 990 73 85 105 114 13235 1020 73 85 105 113 13136 1050 73 85 105 113 130
Hasil dan Pembahasan Percobaan
Percobaan 1 (Perbedaan Ketinggian)
Sedimentasi dengan ketinggian suspensi sebagai variable kontrol.
Data yang akan diolah yang berada pada daerah kompresi
T(waktu)
H(Tabung 1)
H(Tabung 2)
H(Tabung 3)
H(Tabung 4)
H(Tabung 5)

20 70 16525 63 80 117 14730 55 70 103 128 14835 53 68 91 109 13340 52 66 83 104 12045 51 64 79 92 11050 50 63 77 89 10055 49 62 76 86 9560 48 61 74 85 9065 60 73 83 8870 59 72 82 8775 70 79 86
Hubungan antara waktu (menit) dengan Ketinggian interface (cm) untuk ketinggian yang berbeda dan komposisi yang sama
Selisih ketinggian suspensi terhadap ketinggian sedimentasi untuk ketinggian sama dengan komposisi beda :
waktu ln(H-He) Tb. 1
ln(H-He) Tb. 2
ln(H-He) Tb. 3
ln(H-He) Tb. 4 ln(H-He) Tb. 5
20 3,17805383 4,574710979
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
100200300400500600700800900
Waktu vs Ketinggian(H)
Tabung 1tabung 2Tabung 3Tabung 4Tabung 5
t (waktu)
H(ke
tingg
ian)

25 2,833213344 3,135494216 3,891820298 4,26267987730 2,197224577 2,564949357 3,555348061 3,951243719 4,15888308335 1,945910149 2,397895273 3,135494216 3,496507561 3,89182029840 1,791759469 2,197224577 2,708050201 3,33220451 3,58351893845 1,609437912 1,945910149 2,397895273 2,772588722 3,25809653850 1,386294361 1,791759469 2,197224577 2,564949357 2,77258872255 1,098612289 1,609437912 2,079441542 2,302585093 2,39789527360 0,693147181 1,386294361 1,791759469 2,197224577 1,79175946965 1,098612289 1,609437912 1,945910149 1,38629436170 0,693147181 1,386294361 1,791759469 1,09861228975 0,693147181 1,098612289 0,693147181
Menentukan nilai konstanta pengendapan (b) dan ketinggian kritis (Hc) :
Tabung A
Ln(H – He) = -b . t + Ln(Hc – He)
Diperoleh regresi linear Y= y = -0,057x + 4,139
Slope = - b
10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
0.51
1.52
2.53
3.54
4.55
f(x) = − 0.0613101235391023 x + 5.41394954063163
f(x) = − 0.0475406036761247 x + 3.90254813469437
f(x) = − 0.0806107960409672 x + 5.92922044699731f(x) = − 0.0579091466753395 x + 5.30739026623096
f(x) = − 0.0570058747812341 x + 4.13952978156112
t vs Ln(H-He)
Tabung 1Linear (Tabung 1)Tabung 4Linear (Tabung 4)Tabung 5Linear (Tabung 5)Tabung 2Linear (Tabung 2)Tabung 3Linear (Tabung 3)
t(waktu)
Ln(H
-He)

- 0,057 = - bb = 0,057
Intercept = Ln(Hc-He)4,139 = Ln(Hc-He)E3,76 = Hc-HeHc = e4,139 + 48Hc = 108,7401 cm
Untuk nilai – nilai tabung yang lain dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil perhitungan laju pengendapan (b) dan ketinggian kritis (Hc)
berdasarkan grafik.
slope intercep Ho He Hc0,057 4,139 400 48 108,74010,047 3,902 500 59 106,50140,061 5,413 600 70 292,30350,057 5,307 700 79 277,74410,08 5,929 800 86 459,7785
Hubungan antara ketinggian H (cm) dengan konstanta pengendapan (b) untuk ketinggian yang berbeda dan komposisi yang sama.
Hubungan antara ketinggian H (cm) dengan ketinggian kritis untuk ketinggian yang berbeda dan komposisi yang sama.
350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 8500
0.010.020.030.040.050.060.070.080.09
f(x) = 0.000056 x + 0.0268
Ho vs Slope
Series2Linear (Series2)
Ho
b (s
lope
)
350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 8500
50100150200250300350400450500
f(x) = 0.873319729108168 x − 274.978331988764
Ho vs Hc
Series2Linear (Series2)
Ho
Hc

Pada percobaan sedimentasi ini terdapat 3 perlakuan yang berbeda. Yang pertama adalah
mengamati laju sedimentasi pada larutan kapur dengan konsentrasi yang sama tetapi ketinggiannya
berbeda. Yang kedua adalah mengamati laju sedimentasi pada larutan kapur dengan ketinggian yang
sama tetapi konsentrasi berbeda. Yang ketiga adalah mengamati laju sedimentasi pada larutan kapur
dengan konsentrasi yang berbeda dengan penambahan ± 0,05 gram flokulan. Ketiga perlakuan ini
masing-masing bertujuan untuk melihat pengaruh yang terjadi terhadap pengendapan.
Pada percobaan pertama yaitu konsentrasi sama dan ketinggian yang berbeda,pada
grafik hubungan antara waktu dan ketinggian,terlihat bahwa semakin tinggi suspensinya
maka konstanta pengendapannya semakin kecil yang berarti waktu yang dibutuhkan untuk
laju pengendapan semakin lama.Pada grafik hubungan antara ketiggian awal dan ketinggian
kritis terlihat bahawa semakin tinggi suspensinya ketinggian kritisnya jugasemakin
tingg.Pada kedua grafik terlihat bahwa data untuk tabung ke-5 tidak sesuai karena dari hasil
perhitungan didapatkan nilai Hc untuk tabung ke-5 lebih besar dari H awalnya.Hal ini
menunjukkan bahwa persamaan matematik tidak berlaku untuk tabung 5.
Percobaan 2 (Perbedaan Konsentrasi)
Sedimentasi dengan konsentrasi suspensi sebagai variable kontrol.
Hubungan antara waktu (menit) dengan Ketinggian interface (cm) untuk ketinggian
yang sama dan komposisi yang berbeda.
350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 8500
50100150200250300350400450500
f(x) = 0.873319729108168 x − 274.978331988764
Ho vs Hc
Series2Linear (Series2)
Ho
Hc
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
100200300400500600700800900
t vs H
Series2Series4Series6Series8Series10
t (waktu)
H (k
eting
gian
)

Data yang akan diolah yang berada pada daerah sebelum kompresi.
(t) H1 (800mm)
H2(800mm)
H3(800mm
)
H4(800mm)
H5(800mm
)0 800 800 800 800 8005 580 590 670 690 710
10 380 390 520 590 60015 80 100 380 480 49020 72 89 260 390 400
Hasil perhitungan Ln C dan Ln dH/dt
C Ln C Ln dh/dt
2,5 0,916291
3,594569
3,12 1,137833
3,57094
3,75 1,321756
3,295837
4,37 1,474763
3,020425
5 1,609438
2,995732
Hubungan antara Ln C dengan Ln dH/dT untuk ketinggian yang sama dan komposisi berbeda.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000
100200300400500600700800900
t vs H
Series2Series4Series6Series8Series10
t (waktu)
H (k
eting
gian
)

Hasil penentuan nilai β dan berdasarkan grafik.
-dH/dt = . CB
Y= 1,000x + 4,588
PERCOBAAN β
Ketinggian sama, komposisi beda tanpa penambahan flokulan
-1,000 4,588
Pada percobaan kedua menggunakan variasi konsentrasi dan ketinggian yang
sama,pada grafik kita dapat melihat bahwa ternyata perbedaan konsentrasi suatu campuran
mempengaruhi laju pengendapan sedimennya.Dimana,semakin besar konsentrasinya maka
laju pengendapan sedimennya semakin kecil,yang berarti waktu yang dibutuhkan untuk
sedimen mengendap semakin besar dan semakin rendah komposisi dari suatu campuran
sedimentasi maka akan mempunyai waktu yang lebih singkat pula untuk mengendapkan
seluruh partikel-partikel sedimentnya begitu pula apabila kita mempunyai campuran dengan
komposis sediment yang terlarut itu banyak maka akan memakan waktu yang lebih lama
pula.
0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.72.6
2.8
3
3.2
3.4
3.6
3.8
f(x) = − 1.0008947069286 x + 4.5886726661185
Ln C vs Ln dh/dt
Ln C vs Ln dh/dtLinear (Ln C vs Ln dh/dt)
Ln C
Ln d
H/dT