sedimentasi
DESCRIPTION
SedimentasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Proses sedimentasi berkaitan dengan proses pengendapan partikel-patikel
padatan didalam suatu campuran yang umumnya disebut slurry. Pengendapan itu
sendiri merupakan suatu peristiwa turunnya partkel-partikel yang awalnya
tersebar atau tersuspensi dalam cairan, karena gaya gravitasi. Pengendapan proses
sedimentasi dapat dilakukan dengan gaya gravitasi atau cara sederhananya adalah
dengan membiarkan padatan mengndap dengan sendirinya. Setelah partikel
tersebut mengendap maka air jernih dapat dipisahkan dari padatan semula
tersuspensi didalamnya. Cara lain yang lebih cepat yaitu dengan melewatkan air
pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran
tersebut dan jatuh kedalam bak pengendap. Kecepatan pengendap partikel yang
terdapat diair tergantung pada berat jenis, berat da ukuran partikel, viskositas air
dan kecepatan aliran dalam bak pengendap. Berbagai tipe sedimentasi banyak
dijumpai dalam teknologi proses, proses itu tidak hanya dipengaruhi oleh proses
fisik, tetapi juga dipengaruhi oleh karakteristik partikel itu sendiri, yaitu meliputi
karakteristik cairan dan karakteristik partikel-partikel sedimentasi.
Aplikasi dari proses sedimentasi terutama pada proses utilitas, terdapat
pengolahan air yang digunakan untuk air proses, air sanitasi, maupun umpan
boiler. Air yang akan diproses harus benar-benar murni tidak mengandung
partikel padatan maupun zat-zat terlarut lainnya. Diindustri umumnya digunakan
thickener dan clarifier untuk melangsungka proses sedimentasi , bahkan sering
ditambahkan zat pengendap atau (kougulan) untuk mempercepat proses
pengendapan. Oleh karena itu sedimentasi sangat dibutuhkan untuk menunjang
kerja suatu proses, bahkan fungsi intinya sekalipun dalam suatu pabrik untuk
menghasilkan produk yang kualitasnya diinginkan. Adapun tujuan dari proses
sedimentasi adalah untuk memindahkan partikel dari suatu fluida tersebut terbebas
dari partikel-partikel pengotornya.
1
BAB II
ISI
1. Definisi sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya). Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara
mekanik menjadi dua bagian, yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah
bagian dengan konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah bagian
cairan yang bening, pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida
karena konveksi. Proses ini memanfaatkan proses gravitasi, yaitu dengan
mendiamkan suspensi hingga membentuk endapan terpisah dari beningan
(foust, 1980). Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang
terjadi pada butiran tersebut.
2. Proses sedimentasi dalam Industri Kimia
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu :
Cara Batch
Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi
batch paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah.
Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 1 . Mekanisme Sedimentasi Batch
Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
2
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Gambar 1 di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi
seragam dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B).
Partikel mulai mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan
maksimum dengan cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih
berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada zona transisi, fluida mengalir
ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah dengan
distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam. Zona
B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan komsentrasi dan distribusi
sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang
merupakan cairan bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah
(gambar 2 b, c, d). Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang.
Akhirnya zona B, C dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D.
Saat ini disebut critical settling point, yaitu saat terbentuknya batas
tunggal antara cairan bening dan endapan (Foust, 1980).
Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan
masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk
atau beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa
dilihat pada gambar berikut :
3
Gambar 2. Mekanisme Sedimentasi Semi- Batch
Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang
dikeluarkan secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan
konstan. Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 3. Mekanisme Sedimentasi Kontinyu
Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau
penurunan ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan
supernatant (beningan) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran
fluida karena konveksi (Brown, 1950).
Pada keadaan awal, konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung.
Kecepatan sedimentasi konstan, terlihat pada grafik hubungan antara ZL
4
dan θL membentuk garis lurus untuk periode awal (dZ/dt=V=konstan ).
Periode ini disebut free settling, dimana padatan bergerak turun hanya
karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh
konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh
gaya tarik-menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar
partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran besar akan turun lebih
cepat, menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga
mengurangi kecepatan turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini
membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun
yang besar) relatif sama atau konstan.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak
seragam dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat. Konsentrasi
pada bagian batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan
turunnya partikel berkurang. Kondisi ini disebut hindered settling.
Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik
hubungan antara ZL dan θL. Dimana untuk kondisi free settling ditunjukkan
saat grafik masih berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai
melengkung merupakan kondisi hindered settling.
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses
sedimentasi terbagi atas tiga macam:
Sedimentasi TIpe I/Plain Settling/Discrete particle
Sedimentasi Tipe I merupakan partikel diskret, yaitu partikel yang dapat
mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan interaksi antar
partikel. Sesuai dengan definisi di atas, maka pengendapan terjadi karena
adanya interaksi gaya-gaya di sekitar partikel, yaitu gaya drag dan gaya
impelling. Massa partikel menyebabkan adanya gaya drag yang diimbangi
oleh gaya impelling, sehingga kecepatan pengendapan partikel konstan.
Merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan
dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada
grit chamber. Dalam perhitungan dimensi efektif bak, faktor-faktor yang
5
mempengaruhi performance bak seperti turbulensi pada inlet dan outlet,
pusaran arus lokal, pengumpulan lumpur, besar nilai G sehubungan
dengan penggunaan perlengkapan penyisihan lumpur dan faktor lain
diabaikan untuk menghitung performance bak yang lebih sering disebut
dengan ideal settling basin.
Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling)
Sedimentasi tipe II adalah adalah pengendapan partikel flokulen dalam
suspensi encer dimana selama pengendapan terjadi saling interaksi antar
partikel. Selama dalam operasi pengendapan, ukuran partikel flokulen
bertambah besar, sehingga kecepatannya juga meningkat. Sebagai contoh
sedimentasi tipe II antara lain pengendapan pertama pada pengolahan air
limbah atau pengendapan partikel hasil proses koagulasi-flokasi pada
pengolahan air minum maupun air limbah.
Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang
relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas
dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi
beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan
efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada
bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok–flok yang terbentuk.
Kecepatan pengendapan partikel tidak bisa ditentukan dengan persamaan
Stoke’s karena ukuran dan kecepatan pengendap tidak tetap. Besarnya
partikel yang mengendap diuji dengan column setting test dengan multiple
withdrawal ports.
Hindered Settling (Zone Settling)
Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel
tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga
gaya antar pertikel menghalangi pengendapan paertikel-paertikel di
sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain
dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini
6
mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan
menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid.
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan
zat-zat padat atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Cara yang sederhana adalah
dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel-
partikel mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang
semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat adalah dengan
melewatkan air pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga
padatannya terpisah dari aliran air dan jatuh ke dalam bak pengendap tersebut.
Kecepatan pengendapan partikel-partikel yang terdapat di dalam air bergantung
kepada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan
aliran dalam bak pengendap.
Pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan
Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan
sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan
unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit
sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid
yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip
berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih
besar daripada berat jenis air.
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara sinambung dengan
menggunakan alat yang dikenal dengan nama thickener,sedangkan untuk skala
laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh dari prinsip
sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.
7
Dasar Perancangan Thickener
1. Luas penampang thickener
Ada dua dasar pertimbangan yang digunakan untuk menentukan luas
penampang thickener yang dibutuhkan, yaitu didasarkan atas hasil
beningan dan hasil sludge.
Dasar perancangan 1
Tidak ada butiran padat yang bergerak ke atas terikut aliran hasil atas,
oleh sebab itu luas penampang harus cukup luas. Butiran tidak
bergerak ke atas bila kecepatan terminal butir padat lebih besar dari
kecepatan aliran cairan ke atas ( ). Oleh sebab itu luas
pemampang minimum yang harus dirancang didapatkan dari
persamaan berikut :
Dasar perancanagan 2
Luas penampang harus cukup untuk melewatkan gerakan padatan ke
bawah. Jumlah total padatan yang bergerak (FL) ke bawah terdiri dari
padatan yang dibawa aliran ke bawah (terangkut oleh bulk flow) dan
padatan yang kebawah karena mempunyai kecepatan pengendapan,
atau dapat dituliskan dengan persamaan berikut:
nilai berubah terhadap posisi dalam ketinggian thickener.
Total padatan yang ada dalam thickener adalah sama dengan padatan
yang ada dalam arus umpan ( ) sehingga bila nilai maka
batasan di atas sudah terpenuhi. Luas penampang minimum yang
8
dibutuhkan adalah bila , sehingga luas penampang minimum
yang dibutuhkan yang didasarkan atas batasan ini dapat ditentukan
dengan persamaan berikut:
atau
karena nilai berubah pada setiap posisi ketinggian thickener
maka akan diperoleh beberapa nilai A minimum. A minimum yang
dipilih sebagai dasar perancangan adalah A minimum yang nilainya
paling besar.
2. Kedalaman thickener
Salah satu dasar pertimbangan untuk menentukan kedalaman
thickener ditentukan berdasarkan kecepatan aliran hasil bawah. Dasar
perancangan kedalaman thickener adalah waktu tinggal slurry dalam
thickener.
Waktu tinggal = =
Waktu tinggal rata-rata padatan pada bagian bawah=
Sehingga
Bila nilai diketahui maka nilai H dapat ditentukan.
3. Penentuan
9
Nilai dapat ditentukan secara grafis berdasarkan data laboratorium
urutan penentuannya sebagai berikut:
Tarik garis singgung yang besarnya tetap pada kondisi awal dan kondisi
akhir, buat garis bagi sudut yang terbentuk dari perpotongan kedua
garis singgung tersebut. Titik potong antara garis bagi sudut dan kurva
H vs t , diberi nama titik C (HC dan tC). Dibuat garis singgung melalui
titik C, Nilai merupakan titik patong antara garis singgung melaui C
ini dengan garis horisontal melaui HU. Nilai HU ditentukan berdasarkan
persamaan neraca massa padatan dalam kolom percobaan batch,
sebagai berikut:
A Co Ho = A CU HU sehingga HU =
H
Contoh soal:
Suatu industri mempunyai slurry dengan kandungan padatan yang sanagt
rendah yaitu 5% berat. Untuk menadapatkan cairan yang bebas padatan
dan slurry yang pekat dengan konsentrasi padatan 30%berat dipilih cara
sedimentasi dalam thickener. Tentukan luas dan kedalaman thickener
teoritis yang sebaiknya dibuat, bila industri tersebut mempunyai slurry
sebanyak 36 ton/jam.Data sedimentasi secara batch yang dilakukan di
laboratorium disusun dalam tabel berikut:
10
Tinggi bidang batas ,cm Waktu, detik
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3,5
3,0
0
4
7
11
14
17
20.5
23.5
27.5
32
35.5
40
44
50
83
131
Penyelesaian
L = 6
F =
L = 6 =1666,7
Rumus yang digunakan
dan =
Amin bagian atas (bagian klarifikasi)
11
, nilai Vm pada keadaan ini dapat ditentukan berdasarkan
data batch H vs t pada kedaan awal yang nilainya masih tetap, pada
kondisi ini sering disebut dengan free settling atau kondisi dimana
konsentrasi padatan belum berpengaruh. Sedangkan Q adalah flow rate
beningan.
Amin bagian bawah (bagian sedimentasi)
=
Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut ini
HL, cm tL, detik Hi VL,cm/
detik
CL, g pdt/g
lart.
Amin (pers.
A)
16
11
8
7
6
5
4.7
4.5
4.25
4
3.5
3.2
3
4
20.5
32
35.5
40
45
47.5
50
55
63.5
83
130
131
17
16.1
15.9
15.55
14.7
13
10.1
8.35
6.05
5.9
4.8
4.4
3
0.25
0.25
0.246
0.241
0.218
0.1789
0.114
0.077
0.033
0.030
0.016
0.0106
0.001
0.05
0.05
0.0531
0.0546
0.0578
0.0653
0.0841
0.1018
0.1405
0.144
0.177
0.193
0.293
27777,8
27777,8
26251,8
25901,9
26696,7
28044,4
31276,6
35118,2
47779,1
50154,3
60322,5
72642,1
33181,3
12
Amin bagian atas (bagian klarifikasi)
Debit cairan beningan = V = F-L=10.000 1666,7 =8333,3
Kecepatan terminal butir Vm= 0,25
Luas penampang minimum teoritis yang sebaiknya digunakan adalah Amin
yang paling besar yang ditentukan berdasarkan Amin pada seksi klarifikasi
dan seksi sedimentasi. Pada hasil perhitungan ini digunakan Amin teoritis
sebesar = 72642,1 cm2.
Kedalam thickener ditentukan beradsarkan persamaan berikut:
HU = =
=
Kedalan thickener bila dihitung berdasarkan kelaman seksi sedimentasi
sangat kecil, oleh sebab itu kelaman thickener ditentukan berdasarkan
kedalaman beningan (3 ft sampai10 ft) yang seharusnya dirancang dengan
dasar pertimbangan agar pengambilan beningan betul terbebas dari padatan,
juga kemiringan dasar thickener dengan pertimbangan kemudahan
pengambilan padatan. Kedalaman total thickener biasa sekitar 10 ft sampai
15 ft.
13
Contoh ukuran thickener untuk bentuk rectangular dan sirkular yang sering
dijumpai pada pemisahan primer pada pengolahan limbah (Reynolds, 1982)
Uraian Kisaran
nilai
Nilai umum
Rectangular
-Kedalaman, ft
-Panjang,ft
-Lebar.ft
-Kecepatan flight,
ft/menit
Circular
-Kedalaman, ft
-Diameter, ft
-Kemiringan dasar, in/ft
Kecepatan flight, rpm
10 – 15
50 – 300
10 – 80
2 – 4
10 – 15
10 – 200
¾ - 2
0,02 – 0,05
12
80 – 130
16 – 32
3
12
40 – 150
1
0,03
3.Alat sedimentasi
Salah satu alat sedimentasi adalah bak. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah
antara air dan lumpur. Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi
disebut unit aselator. Alat sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak
pengendap segi empat (rectangular), dan jenis lingkaran (circular). Jenis segi
empat biasanya digunakan untuk laju alir air yang besar, karena pengendaliannya
dapat dilakukan dengan mudah, sedangkan keuntungan alat sedimentasi jenis
lingkaran yaitu memiliki mekanisme pemisahan lumpur yang sederhana.
Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada
proses koagulasi dan flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak
sedimentasi berjalan dengan baik, terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi menyangkut karakteristik aliran dalam bak sedimentasi yang akan
dibangun. Untuk mencapai pengendapan yang baik, bentuk bak sedimentasi harus
14
dibuat sedemikian rupa sehingga karakteristik aliran di dalam bak tersebut
memiliki aliran yang laminar dan tidak mengalami aliran mati (short-circuiting).
Bak sedimentasi pada umumnya terbuat dari konstruksi beton bertulang dengan
bentuk bulat maupun persegi panjang.
Bentuk bak sedimentasi :
Segi empat (rectangular). Pada bak ini air mengalir horisontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap kebawah (Gambar 5.1)
Gambar 5.1 Bak sedimentasi berbentuk segi empat : (a) denah, (b) potongan
memanjang
Lingkaran (circular) – center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju
inlet bak dibagian tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet menuju
outlet disekeliling bak, sementara partikel mengendap kebawah (Gambar 5.2).
Secara tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar antara 2 : 1 – 3 : 1.
Gambar 5.2 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran – center feed: (a) denah, (b)
potongan melintang
Lingkaran (circular) – periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling
lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju keoutlet dibagian tengah
lingkaran, sementara partikel mengendap kebawh (Gambar 5.3). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih
kecil dbandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering digunakan.
Secara umum pola aliran pada bak pengendap persegi panjang. Meskipun
15
demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan peralatan
pengumpul lumpurnya lebih sederhana.
Gambar 3.1 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran – periferal feed : (a) denah, (b)
potongan melintang
Bagian-bagian dari bak sedimentasi (Gambar 3.2) :
a. Inlet : tempat air masuk kedalam bak.
b. Zona pengendapan : tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan.
c. Ruang lumpur : tempat lumpur mengumpul sebelum diambil keluar bak.
Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scrapper.
d. Outlet : tempat dimana air akan meningalkan bak, biasanya berbentuk
melimpah (weir).
Gambar 3.2 bagian-bagian bak sedimentasi
Zona inlet atau struktur influen. Zona inlet mendistribusikan aliran air
secaramerata pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru
16
masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebh
mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Zona
influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular. Khusus
dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun menjadi satu dengan
bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding memisahkan dua kolam dan sekaligus
sebagai inlet bak sedimentasi. Desain dinding pemisah sangat penting, karena
kemampuan bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok.
Zona pengendapan. Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal kearah
outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel tergantung
pada besarnya kecepatan pengendapan.
Zona lumpur. Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini
lumpur akan tetap disana.
Zona outlet atau struktur efluen. Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen
mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan karakteristik
pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya weir atau pelimpah dan bak
penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi.
Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga dipakai.
Diantara keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena memiliki
kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari bak
sedimentasi menuju filtrasi.
Selain bagian-bagian utama diatas, sering bak sedimentasi dilengkapi dengan
settler. Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 3.3) dengan tujuan
untuk meningkatkan efisiensi pengendapan.
17
Gambar 3.3 settler pada bak sedimentasi
Operasional dan Pemeliharaan
Pengontrolan kondisi pengendapan flok pada tangki dilakukan dengan frekuensi
4 kali sehari. Proses pembentukan flok yang tidak sempurna pada proses
koagulasi dan flokulasi mengakibatkan banyaknya flok kecil yang terbawa ke bak
penyaring sehingga meningkatkan beban penyaring;
Pengontrolan kualitas clarified water untuk memeriksa efisiensi bak
pengendapan. Efisiensi pengendapan yang jelek mengakibatkan meningkatnya
beban pengolahan pada unit filtrasi;
Penyisihan schum, sludge yang mengapung dan pertumbuhan algae pada dinding
tangki, baffle, dan lounders terutama pada musim panas;
Pengontrolan beban permukaan dan flow rate melalui observasi visual dengan
melihat ketinggian air pada weir pelimpah, bila debit air yang diolah terlalu besar
maka muka air akan melebihi ketinggian weir loading;
Pengurasan lumpur yang dilakukan pada clarified water secara otomatis dan
manual menurut ketebalan lumpur yang dilakukan dengan menggunakan pompa
penguras.
4. Prinsip Kerja Alat Operasi Sedimentasi
Sebelum membicarakan secara rinci operasi sedimentasi, terlebih dahulu
dibahas alat-alat pemisah padat-cair yang sering dijumpai di industri kimia.
Campuran padat-cair sering disebut dengan suspensi (suspension) atau slurry.
Ada beberapa tujuan yang diharapkan dari pemisahan suspensi yaitu:
Mengambil padatan dari cairannya
Mengambil cairan dari padatannya
Mengambil keduanya
Keduanya tidak dimanfaatkan, tetapi dilakukan untuk tujuan pencegahan
terhadap pencemaran lingkungan.
Secara skematis pemisahan campuran padat-cair, yang sering disebut dengan
suspension atau slurry, dapat digambarkan sebagai berikut
18
Suspension Liquid + some solids
Solids+some liquid
Gambar 4. Skema alat pemisah padat-cair
Operasi sedimentasi termasuk pada kelompok pemisahan liquid constrained-
particles free, karena walaupun fluidanya bergerak kecepatan gerak butiran
relatif lebih cepat dibandingkan kecepatan gerak fluidanya.
Operasi sedimentasi dapat digunakan pada pemisahan butir padatan dengan
berbagai ukuran, tetapi dapat bekerja optimum pada konsentrasi padatan yang
relatif rendah. Karena pada konsentrasi padatan yang tinggi kecepatan
sedimentasi menjadi lambat. Pada keadaan ini waktu sedimentasi yang
dibutuhkan menjadi sangat lama, sehingga sebaiknya dipilih alat pemisah yang
lain, misalnya filtrasi.
5.Aplikasi sedimentasi di Industri
Proses pembuatan tepung dari sagu pada pabrik tepung tapioka
Sagu yang berasal dari batang pohon sagu dihancurkan. Keudian
dibersihkan dari ampasnya dengan cara dialir dengan air. Setelah itu sagu
akan terbawa oleh alir air dan menjadi slurry. Kemudian slurry ini akan
diendapkan dan mengalami proses sedimentasi untuk memisahkan air dan
sagu yang kemudian akan dikeringan menjadi tepung sagu.
Proses pengolahan air minum untuk kondisi air yang baku dengan
kekeruhan yang tinggi (>1000 mg/L) sebelum unit sedimentasi terdapat
unit lain yaitu unit pra-sedimentasi yang berfungsi mengendapkan partiel-
partikel yang terendaopkan dalam unit pra-sedimentasi serta flok-flok
yang terbentuk setelah melalui proses koagulasi dan flokasi. Alasannya
bisa menggunakan bak sedimentasi.
Proses sedimentasi pada unit utilitas terdapat pengolahan air yang
digunakan untuk air proses, sanitasi air, maupun umpan boiler. Ketiga hal
tersebut yang menggunakan air, harus benar-benar tidak mengandung
19
partikel padatan maupun zat terlsrutnys, umumnya digunakan thickneker
dan clarifier untuk prosessedimentasi.
BAB III
PENUTUP
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya). Sedimentasi bertujuan untuk memindahkan partikel dari suatu
fluida sehingga fluida tersebut terbebas dari partikel-partikel pengotornya.
Karakteristik padatan dan cairan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
proses sedimentasi.
20
Aplikasi sedimentasi dalam industri kimia diantaranya pada unit utilitas, proses
pembuatan tepung dari sagu pada pabrik tepung tapioka, dan Proses pengolahan
air minum untuk kondisi air yang baku dengan kekeruhan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christi J., 1983, Transport Procesesses and Unit Operations, Prentice
Hall International, Inc, New Jersey.
Foust, A.S., Wenzel, A.L,, Clump, C.W,, Mans, L., and Anderson, L.B., 1980,
Priciples Of Unit Operations, 2 nd edition, Allyn and Bacon, Inc.
Sitompul, Hermanto,. dkk. 2011. Sedimentasi. Bandar Lampung : Universitas
Lampung
21
Taharuddin, S.T., M.Sc., 2015, Penuntun Praktikum Instruksional Operasi Teknik
Kimia 2015, Bandar Lampung: Universitas Lampung
Yusuf, Amalia Sasmita,. dkk. 2015. Laporan Akhir Praktikum Intruksional 1.
Bandar Lampung : Universitas Lampung
22