[JAKARTA] Berdasarkan Permenris tekdikt i No. 32/2016, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) diamanatkan un-tuk mengembangkan instru-men akreditasi yang relevan dengan pengembangan sek-tor pendidikan tinggi di Indonesia dan mengikuti perkembangan global.

Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT, Tjan Basaruddin, mengatakan, jumlah perguru-an tinggi (PT) berakreditasi A dari total keseluruhan baru ada 68 PT. Jumlah tersebut masih sangat minim. Pasalnya Indonesia memiliki 4.529 PT dengan status akreditasi ber-beda-beda.

Tjan menyebutkan, seca-ra umum BAN-PT menemu-kan tiga dimensi kendala dari tujuh standar yang selama ini ditetapkan dalam melakukan akreditasi. Mulai dari jumlah sumber daya manusia (SDM) yang belum memenuhi stan-dar, adanya masalah manaje-men internal, hingga jang-kauan dan layanan.

Meski demikian, ia tidak -

PT berakreditasi A adalah karena sistem penilaian ak-reditasi dilakukan secara ge-nerik, yakni instrumen peni-laian yang disamaratakan. Padahal setiap institusi ini memiliki perbedaan.

“Pada instrumen akredi-tasi yang dijalankan saat ini, standarnya generik, disamar-

-

dengan institusi lain karena politeknik berbasis vokasi,” kata Tjan pada peluncuran instrumen akreditasi yang ba-ru atau versi 3.0, di Jakarta, Rabu (28/3) malam.

Melihat kenyataan di la-pangan, Tjan mengatakan, BAN-PT mengembangkan Instrumen Akreditasi Nasional

dakan kriteria penilaian pada akademik institusi sekolah tinggi dan politeknik.

Merespons KeragamanTjan menyebutkan,

IAPT 3.0 ini dirancang un-tuk merespons keragaman PT di Indonesia dari aspek program akademik. IAPT 3.0 dibedakan antara PT de-

lenggarakan program aka-demik dan PT dalam misi utama menyelenggarakan program vokasi.

“IAPT yang baru ini juga didasarkan pada aspek misi penyelenggaraan dan tata ke-lola PT. Aspek misi dibagi menjadi 2 yaitu akademik dan vokasi. Sementara pada aspek tata kelola dibagi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU), Perguruan Tinggi Negeri Satuan Kerja (PTN Satker), dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS),” terangnya.

Ia juga menyebutkan, IAPT 3.0 ini berbeda instru-men dari yang sebelumnya yakni memiliki beberapa fitur utama sebagai berikut. Pertama, berorentasi pada out-put dan outcome. Yakni, peng-ukuran mutu lebih dititikberat-kan pada aspek proses, output, dan outcome. Sementara in-strumen sebelumnya lebih ba-nyak mengukur aspek input.

Kedua, berbasis laporan evaluasi diri (LED). Dijelaskan

-

berupa borang yang mendes-kripiskan keadaan tiap aspek pada masing-masing standar. Sedangkan pada dokumen ak-reditasi IAPT 3.0 ini memuat LED yang tidak hanya meng-gambarkan status capaian ma-sing- masing kriteria tapi juga memuat analisis atas keterca-paian atau ketidaktercapaian suatu kriteria. Dalam hal ini, PT juga diharapkan menemu-kan kekuatan yang dimiliki serta aspek yang perlu menda-pat perbaikan.

Ketiga, elemen kedua dalam IAPT 3.0 ini adalah rekaman kinerja institusi (RKI) yang memuat capai-an indikator kinerja PT ter-sebut. “Indikator ini disu-sun BAN-PT secara khusus dengan mempertimbangkan kekhasan perguruan tinggi tersebut,” ujarnya.

Keempat, hasil akreditasi dengan IAPT 3.0 akan dinya-takan dalam bentuk status dan peringkat sebagaimana tertu-ang dalam Permenristekdikti Nomor 32/2016 dengan pem-berian status akreditasi atau tidak terakreditasi dan pering-

-

18 Sua ra Pem ba ru an Kamis, 29 Maret 2018

ANTARA FOTO/FeNy Selly

Pengunjung berkonsultasi perihal jurusan perkuliahan di salah satu stan perguruan tinggi pada Pameran Perguruan Tinggi Sumsel di Dermaga Convention Center Palembang, beberapa waktu lalu. Pameran yang diikuti belasan universitas swasta dari dalam dan luar Sumatera Selatan ini guna mem-berikan gambaran dunia perkuliahan kepada siswa.

Sederhanakan Skema Akreditasi Perguruan Tinggi