sarana sanitasi dan pencemaran air
TRANSCRIPT
SARANA SANITASI DAN RESIKO PENCEMARAN AIR TANAH DI
BANDAR LAMPUNG
OLEH : AHMAT WAHYUDI
(ANGGOTA DEWAN AIR KOTA BANDAR LAMPUNG)
Untuk anda yang tinggal di pemukiman padat atau perumahan sederhana yang
luas kavlingnya kurang dari 100 m2, mempunyai sumur gali dan WC sendiri. Apakah
selama ini anda merasa baik baik saja ?. Saat kemarau air sumur tidak pernah kering,
saat ingin buang hajat tidak perlu antri, Tetapi bukan itu masalahnya. Pernahkah anda
memeriksakan kualitas air sumur yang anda punya?. Kalau anda pernah memeriksakan
ke Laboraturium kualitas air sumur yang anda punya, mungkin anda jadi berpikir seribu
kali untuk mengkonsumsi air sumur tersebut.
Melihat perkembangan perumahan dan pemukiman di Kota Bandar Lampung
yang sangat pesat akhir akhir ini, terutama perumahan sederhana dan pemukiman padat
yang hanya memiliki luas kavling terbatas. Terbatasnya kemampuan Perusahaan Daerah
Air Minum dalam memasok air bersih yang hanya mampu melayani tiga puluh persen
penduduk Kota Bandar Lampung. Belum adanya sistem pengolahan limbah domestik
terpadu. Memaksa tiap rumah tangga untuk membuat WC dan sumur gali sendiri
sendiri.
Solusi seperti ini bukanya tidak mengandung resiko. WC dengan sistem
peresapan tanpa proses desinfeksi yang berjarak kurang dari sepuluh meter dari sumur
gali beresiko terjadinya kontaminasi atau pencemaran oleh tinja. Didalam tinja orang
yang menderita penyakit seperti disentri, diare, typhus dan sebagainya banyak
terkandung bibit tersebut. Bila jarak antara WC dan sumur cukup dekat, air rembesan
dari WC yang mengandung bibit penyakit tersebut dapat mencapai sumur. Bila air
sumur yang mengandung bibit penyakit tersebut kita konsumsi, maka bibit penyakit
tersebut akan masuk ketubuh kita dan menyebabkan kita tertular penyakit. Penyakit
yang ditularkan melalui air ini disebut Water born diseasse. Ada bakteri berbentuk
batang yang khas berada dalam sistem pencernaan/tinja manusia yang disebut fecal coli.
Bakteri ini tidak berbahaya, keberadaanya dalam air mengindikasikan bahwa air
tersebut telah tercemar oleh tinja yang boleh jadi didalamnya terdapat berbagai macam
bibit penyakit berbahaya.
Tanah sebenarnya memiliki kemampuan sanitasi dan menanggulangi terjadinya
pencemaran lingkungan. Didalam jamban keluarga atau umum yang menggunakan
sumur resapan/septic tank, tinja akan diserbu dan dicerna jasad renik tanah menjadi
bebas kuman, zat pengotor, dan zat pengganggu, termasuk yang menimbulkan bau tidak
sedap. Tanah berkemampuan menyaring cairan yang meresap, menjadikannya jernih
dan bersih, bebas dari bahan-bahan tersuspensi, sebelum masuk ke air bumi atau air
sungai. Dengan zarah-zarah penjerap ion yang dimilikinya (mineral lempung, mineral
oksida dan hidroksida, serta senyawa humik), tanah dapat menjerap ion-ion yang
terlarut dalam cairan yang meresap, menjadikannya bebas dari ion-ion pencemar.
Dengan basa-basa dan asam-asam yang dikandungnya, tanah dapat mengatur pH cairan
yang meresap. Jasad tanah dapat membersihkan cairan yang meresap dari bahan-bahan
pencemar organik dengan proses dekomposisi. pH, kadar bahan organik, aerasi tanah,
tekstur dan struktur tanah sangat menentukan taraf aktifitas hayati tanah, flora renik
merombak senyawa pencemar organik, seperti yang terdapat dalam urine, tinja, kotoran
hewan, rembesan peraman hijauan ternak (silage), sari kering limbah (sludge), dan
pestisida organic, Akan tetapi tetap saja tanah tetap mempunyai keterbatasan. Bila
kemampuan tanah dalam mengasimilasi polutan telah terlampaui atau jarak aman antara
WC dan sumur tidak dapat dipenuhi maka yang terjadi adalah pencemaran. Bila dalam
air sumur terdapat sejumlah bakteri fecal coli, maka air tersebut telah tercemar oleh
tinja, kemampuan tanah dalam mengasimilasi polutan telah terlampaui. Secara umum
jarak aman septik tank dengan WC adalah 10 meter. Namun sebenarnya ini tergantung
tekstur dan struktur tanah, pada tanah berpasir jarak tersebut mungkin masih kurang.
Pemukiman padat dengan pola satu rumah tangga satu sumur dan satu septik
tank pada lokasi yang memiliki kedalaman muka air tanah rendah seperti daerah
Sukarame atau daerah pantai Panjang, Sukaraja, Bumi Waras dan sebaginya sangat
riskan terhadap penyebaran penyakit menular melalui air waterborn disesase.
Lalu solusi apa yang bisa ditawarkan ?. Agar tidak setiap rumah tangga
membuat sumur dan septik tank peresapan, suplai air PDAM harus diperbesar,
jangkauan pelayanan diperluas sehingga tiap rumah rangga tidak perlu membuat sumur
sendiri sendiri. Disamping mencegah tercemarnya air tanah oleh tinja, ini juga memiliki
makna konservasi dimana pengambilan air tanah dapat lebih terkontrol. IPAL domestik
komunal yang mengolah limbah grey water ( mandi, cuci) black water (air dari septik
tank) harus disediakan. Bila IPAL domestik komunal terpusat membutuh biaya besar,
yang paling mungkin adalah skala lingkungan. Dengan adanya IPAL domestik
komunal, tiap rumah tangga tidak perlu membuat septik tank masing-masing sehingga
kontaminasi air tanah oleh air dari peresapan septik tank dapat dihindari. Harus dibuat
peraturan bahwa setiap pengembang perumahan harus menyediakan air bersih dan
sarana penolahan limbah domestik komunal, sehingga setiap persil/kavling perumahan
bebas sumur dan septik tank. Untuk pemukiman padat yang bukan dibangun oleh
pengembang, pemerintahlah yang harus menyediakan sarananya.