adietcandra.files.wordpress.com file · web viewproposal rekayasa sarana sanitasi. mosquitrap...
TRANSCRIPT
PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI
MOSQUITRAP PENGENDALIAN VEKTOR
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
Ade Saputra B0903001
Aditya Candra B0903002
Cahyaning B0903013
Kesehatan Lingkungan Semester IV A
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan terutama di negara yang beriklim
tropis dan negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes sp. Nyamuk ini bersifat
antropofilik yang berarti lebih menyenangi mengisap darah manusia dibanding
dengan mengisap darah hewan.
Berdasarkan data yang diperoleh P2PL Dinkes Kabupaten Banjarnegara,
dari tahun 2007 sampai 2010 jumlah kasus DBD setiap tahun mengalami
peningkatan, yaitu tercatat pada tahun 2007 berjumlah 32, 2008 berjumlah 60,
2009 berjumlah 272 dan 2010 berjumlah 440 kasus (Dinkes, 2010). Hal ini
mengindikasikan belum berhasilnya kegiatan pengendalian DBD dalam
menurunkan populasi nyamuk serendah-rendahnya dalam mencegah
penularan DBD.
Dalam upaya pengendalian vektor DBD perlu mempelajari perilaku
nyamuk karena sampai saat ini belum ada obat dan vaksin yang
direkomendasikan untuk pengobatan penyakit tersebut. Surveilans merupakan
salah satu upaya yang sangat penting dilakukan dalam menentukan distribusi,
kepadatan populasi, habitat utama larva, faktor risiko berdasarkan waktu dan
tempat yang berkaitan dengan penyebaran DBD dan tingkat kerentanan atau
kekebalan insektisida yang berguna dalam memprioritaskan wilayah dan
musim untuk pelaksanaan pengendalian vektor.
Program pengendalian vektor dengan pengasapan (fogging) dinilai kurang
berhasil karena metode ini memerlukan biaya yang besar dan menimbulkan
resistensi akibat dosis yang tidak tepat (Sayono, 2008). Mosquitrap adalah
suatu alat perangkap nyamuk sebagai upaya menurunkan populasi vektor
penyebab DBD dengan media air gula, rendaman jerami, rendaman udang
sebagai atraktan yang dipasang pada botol berwarna hitam yang disukai
nyamuk Aedes aegypti.
B. TUJUAN
1. Mengetahui efektivitas mosquitrap dalam menurunkan populasi nyamuk.
2. Mengetahui keuntungan pengendalian vektor dengan mosquitrap.
3. Mengetahui cara yang tepat dalam pengendalian vektor DBD dengan cara
memasang mosquitrap.
C. MANFAAT
1. Melatih kepekaan dan kreativitas mahasiswa dalam menciptakan alat
untuk menanggulangi masalah di bidang kesehatan.
2. Terciptanya peluang usaha dengan memanfaatkan botol air mineral agar
lebih bernilai ekonomis.
BAB II
LANDASAN TEORI
Nyamuk (Diptera : Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada
hewan maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam
penularannya mutlak memerlukan peran nyamuk sebagai vector dari agen
penyakitnya, seperti filariasis dan malaria. Untuk dapat berperan sebagai vektor,
nyamuk harus ada dan hidup pada saat agen penyakit (virus, bakteri dan parasit)
ada di dalam tubuh inang. Nyamuk memiliki kemampuan terbang yang terbatas
maka tempat perindukan nyamuk harus dekat atau berada dalam wilayah yang
terjangkau oleh nyamuk dengan inang yang mengandung agen penyakit
(Service,1996; Soulsby,1982).
Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah dengeu
(DBD) yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk yang mengandung
virus dengue. Nyamuk A. aegypti selama ini diketahui memiliki kebiasaan untuk
berkembang biak (breeding places) pada air tergenang yang jernih seperti bak
mandi, ban bekas, dan barang-barang bekas yang tergenang air hujan dan tempat
lainnya yang dapat menampung air hujan (Kasetyaningsih, 2006; Sintorini, 2007;
Sudarmaja, 2007; Troyo et al., 2008; Wulandari, 2001).
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang khas,
menggigit pada waktu siang yaitu pada pagi dan sore hari, hinggap antara lain di
gantungan baju, dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti
bak mandi, tempayan, tempat minum burung dan barang-barang bekas yang
dibuang sembarangan yang pada waktu hujan terisi air (Depkes RI, 2008).
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada dinding-dinding sebelum tergenang
air karena telur A. aegypti tahan terhadap kekeringan. Apabila dinding tersebut
terisi air yang jernih, seperti air hujan maka telur akan segera menetas yang
mengakibatkan prevalensi penyakit demam berdarah cenderung meningkat ketika
musim hujan (Biran, 2003; Canyon et al, 1999; Sintorini, 2007; Wulandari, 2001).
Atraktan adalah sesuatu yang memiliki daya tarik terhadap serangga
(nyamuk) baik secara kimiawi maupun visual (fisik). Atraktan dari bahan kimia
dapat berupa senyawa ammonia, CO2, asam laktat, octenol, dan asam lemak. Zat
atau senyawa tersebut berasal dari bahan organik atau merupakan hasil proses
metabolisme mahluk hidup, termasuk manusia. Atraktan fisika dapat berupa
getaran suara dan warna, baik warna tempat atau cahaya. Atraktan dapat
digunakan untuk mempengaruhi perilaku, memonitor atau menurunkan populasi
nyamuk secara langsung, tanpa menyebabkan cedera bagi binatang lain dan
manusia dan tidak meninggalkan residu pada makanan atau bahan pangan. CO2,
asam laktat, dan octenol merupakan atraktan yang dikenali dengan sangat baik,
senyawa yang terbukti mempengaruhi saraf penciuman nyamuk Aedes (Sayono,
Ludfi Santoso, M Sakundarno Adi, 2008).
Air rendaman atau cucian udang dan kerang mengandung sisa hasil
metabolisme seperti feses, dan senyawa kimia lain, dalam bentuk gas maupun
cair. Udang windu misalnya, mengekskresi feses, ammonia dan karbon dioksia.
Ekskresi ammonia berkisar antara 26-30 gram per kilogram pakan yang
mengandung 35% pellet, sedangkan ekskresi CO2 1,25 kali dari konsumsi
oksigen (Sayono, Ludfi Santoso, M Sakundarno Adi, 2008).
Air rendaman jerami (hay infusion) dibuat dari 125 gram jerami kering,
dipotong dan direndam dalam 15 liter air selama 7 hari (Polson et al, 2002). CO2
dan Amonia juga dihasilkan dari fermentasi (rendaman) bahan organik seperti
jerami dan rumput P maximum, namun mungkin memiliki kuantitas dan kualitas
yang berbeda sehingga menimbulkan dayatarik yang berbeda terhadap nyamuk
Aedes (Sayono, Ludfi Santoso, M Sakundarno Adi, 2008).
BAB III
DESAIN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
A. DESAIN
1. Alat
a. Pisau Cutter
2. Bahan
a. Botol Air Mineral
b. Kertas Manila
c. Lem
d. Kertas Saring
e. Gula Pasir ¼
f. Jerami
g. Udang ¼
h. Ragi Fermipan 11 gr
3. Prosedur Kerja
Cara Pembuatan Alat
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Memotong botol menjadi 2 bagian dan simpan bagian atasnya
c. Membuat larutan atraktan (penarik)
1) Gula dan ragi : mencampurkan 200 ml air dengan 50 gr gula dan
dicampur dengan ragi fermipan dan tunggu 24 untuk proses
dekomposisi yang menghasilkan CO2.
2) Rendaman jerami : merendam jerami selama 7 hari sehingga
menghasilkan CO2 dan Amonia dari proses fermentasi.
3) Rendaman udang : rendaman udang mengandung sisa hasil
metabolisme seperti feses dan senyawa kimia lain, ammonia dan
karbon dioksia dalam bentuk gas maupun cair.
d. Menutup botol dengan bagian atas botol dengan posisi terbalik.
e. Menempelkan kertas hitam dengan lem pada botol yang menjadi
kesukaan nyamuk Aedes.
f. Memasang mosquitrap di tempat yang gelap dan usahakan tempatkan
di sudut ruangan.
Cara Kerja Alat
a. Memanfaatkan botol warna hitam dan hasil fermentasi, yang
menghasilkan C02, Amonia, Octenol yang terbukti mempengaruhi
saraf penciuman nyamuk yang digunakan sebagai atraktan (penarik)
nyamuk Aedes.
Gb. Mosquitrap
B. RENCANA ANGGARAN BIAYA
Botol Air Mineral 1 liter 4 buah @ Rp. 500 Rp. 2000,
Pisau Cutter Rp. 1000,
Kertas Manila Hitam 1 Lbr Rp. 2000,-
Lem Rp. 1000,-
Kertas Saring 1 Lbr Rp. 7000,-
Gula pasir ¼ Rp. 3500,-
Jerami Rp. 1000,-
Udang ¼ Rp. 1500,-
Ragi Fermipan 11 gr Rp. 3500,-
Jumlah Rp. 22500,-
Total Pengeluaran Rp. 22500 ,-
BAB IV
ISI
A. Hasil
Tabel hasil uji coba mosquitrap terhadap nyamuk, telur nyamuk dan serangga
yang tertangkap, sebagai berikut :
No Jenis Atraktan Spesies tertangkap
1 Jerami Aedes sp, Culex sp dan Telur nyamuk
2 Udang Culex sp
3 Ragi dan Gula Muring (krongo)
4 Air biasa (kontrol) -
B. Pembahasan
Nyamuk merupakan ordo Diptera yang memiliki satu pasang sayap
membranus. Sayap belakang dimodofikasi menjadi alat pengatur
keseimbangan untuk terbang dan disebut halter. Alat-alat mulut berbentuk
pengisap dan membentuk probosis yang beradaptasi untuk merobek namun
tidak semua jenis serangga dapat menyebabkan penyakit, hanya serangga yang
terinfeksi virus, bakteri ataupun parasit yang mampu menyebabkan penyakit.
Maka dari itu preparasi serangga terutama nyamuk sangat berguna terutama
untuk media pembelajaran dan untuk kemudahan identifikasi.
Nyamuk salah satu serangga yang mengalami metamorfosis lengkap,
terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk
memerlukan darah, karena darah mengandung nutrisi yang diperlukan dalam
proses pematangan telurnya. Beberapa spesies nyamuk menghisap darah
terutama di malam hari seperti nyamuk Culex dan Anopheles, spesies lainnya
terutama siang hari (pagi sampai sore) misalnya nyamuk A.agypty dan
Armigeres.
Perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu
tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan
umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces).
Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan seperti Culex dapat
berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat
berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah
langsung, Mansonia senang berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa,
danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles bermacam breeding place,
sesuai dengan jenis Anopheles nya (Nurmaini, 2001).
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung dari jenisnya :
1. Nyamuk Anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu
atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat
pengapung.
2. Nyamuk Culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.
3. Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas
air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air
pada batas permukaan air dan tempatnya.
4. Nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan-
tumbuhan air, dan diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan
bungan. Stadium telur ini memakan waktu 1-2 hari (Nurmaini, 2001).
Berdasarkan hasil uji coba mosquitrap dari 3 jenis atraktan yaitu rendaman
jerami, rendaman udang, ragi dan gula serta 1 sebagai kontrol, didapatkan
efektivitas dari berbagai jenis atraktan yaitu rendaman jerami dengan hasil
nyamuk yang tertangkap adalah nyamuk Aedes sp, Culex sp dan telur nyamuk,
atraktan udang didapatkan nyamuk jenis Culex sp, atraktan ragi dan gula
didapatkan serangga jenis muring (krongo) hal ini dikarenakan bau dari
atraktan tersebut sehingga mempengaruhi dari syaraf penciuman muring
(krongo). Sedangkan untuk air biasa (kontrol) tidak mendapatkan hasil, hal ini
dikarenakan tidak mengandung CO2, ammonia yang mempengaruhi syaraf
penciuman nyamuk.
Berikut ciri-ciri dari masing-masing nyamuk yang tertangkap, antara lain
nyamuk Aedes sp dan Culex sp.
Nyamuk Aedes sp :
Nyamuk Aedes sp merupakan vektor yang menyebabkan penyakit Demam
Berdarah, yaitu pada tubuhnya tampak berwarna bercak hitam-putih. Bila
dilihat dengan kaca pembesar, di sisi kanan-kiri punggungnya tampak gambar
dua buah arit berwarna putih. Biasanya sering terdapat pada baju-baju yang
menggantung, tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat tidur dan juga di
kebun.
Tempat bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas
bunga, bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas bahkan di lubang-
lubang pohon. Telur atau jentik nyamuk bisa bertahan selama 2-3 bulan,
nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari, antara pukul 08.00 - 12.00 dan
15.00 - 17.00. Bila nyamuk ini sudah menggigit orang atau binatang, pada hari
ketiga nyamuk tersebut akan bertelur dan dua hari kemudian menetas. Setelah
8 hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk.
Nyamuk Culex sp
Nyamuk Culex sp merupakan salah satu vektor penyebab Chikungunya
dan Filariasis, yaitu pada tubuhnya tampak berwarna kecoklatan. Secara
umum nyamuk Aedes dan Culex memiliki ciri yang hampir sama yaitu pada
posisi menggigit sejajar dengan permukaan.
Nyamuk ini termasuk golongan Crepuscular yang berarti aktif sepanjang
hari, namun kebanyakan aktivitas di malam hari walaupun terdapat aktivitas
pagi dan sore hari. Selain itu nyamuk Culex juga dapat berkembangbiak di
semua jenis air, termasuk air kotor tercemar sekalipun karena biasanya disitu
terdapat bahan organik.
Kendala-kendala yang dihadapi, yang mempengaruhi hasil dari
pemasangan alat mosquitrap, antara lain :
1. Pemasangan mosquitrap yang kurang tepat, yaitu pada tempat dengan
populasi nyamuk Aedes yang sedikit sehingga nyamuk dari spesies lain
yaitu Culex tertangkap.
2. Populasi nyamuk Aedes yang sedikit dan dinding mosquitrap yang
berwarna hitam sebagai atraktan nyamuk Aedes sehingga hasil kurang
maksimal.
3. Atraktan yang diletakan di luar rumah kalah bersaing dengan atraktan
alami dan juga tingginya curah hujan menyebabkan bau dari atraktan
tidak mempengaruhi syaraf penciuman nyamuk.
4. Atraktang ragi dan gula kebanyakan mempengaruhi serangga lain
seperti muring (krongo) dan semut.
5. Atraktan yang terlalu kental mempengaruhi daya kapilaritas kertas
saring dalam memberikan kelembabab di seluruh permukaan kertas
saring, sehingga efektivitas hanya 2-4 hari.
Keuntungan yang diperoleh setelah praktikum, antara lain :
1. Mengetahui tempat-tempat yang disukai oleh nyamuk untuk
berkembangbiak.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemasangan alat.
3. Mengetahui hasil perbandingan antara teori yang telah ada dengan
aplikasi alat di lapangan.
4. Mengetahui komposisi yang tepat untuk atraktan.
5. Mengetahui pemilihan atraktan yang cocok untuk perangkap nyamuk.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mosquitrap efektif dalam menurunkan populasi nyamuk karena atraktan
yang digunakan dapat mempengaruhi syaraf penciuaman nyamuk.
2. Keuntungan yang dapat diperoleh pengendalian vektor dengan mosquitrap
antara lain bahan baku mudah didapat, murah, pembuatan mudah, ramah
lingkungan dan dapat memanfaatkan sampah air mineral menjadi lebih
bernilai ekonomis.
3. Cara yang tepat dalam pengendalian vektor dengan mosquitrap antara lain
dengan memperhatikan tempat pemasangan, komposisi atraktan, populasi
vektor di tempat tersebut dan faktor-faktor lain seperti curah hujan.
B. Saran
1. Komposisi pembuatan araktan perlu diperhatikan agar populasi nyamuk
yang tertangkap banyak dan tidak mengundang serangga lain untuk
datang.
2. Pemanfaatan pembuatan mosquitrap sebagai peluang usaha dalam
memanfaatkan sampah agar lebih bernilai ekonomis.
3. Melakukan persiapan sebelum pemasangan alat agar hasil dapat maksimal
dan dapat meminimalisir adanya kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Ovitrap. http://id.wikipedia-ovitrap.htm. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
Levine, N.D.1990. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Nuraini, Devi. 2004. Pemberantasan Arthopoda yang Penting dalam Hubungan
dengan Kesehatan Mayarakat. Digitized by USU digital library.
Sayono, Ludfi Santoso, M Sakundarno Adi, 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap
Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes Yang Terperangkap. Semarang: Staf
Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Service,M. 2008. Medical Entomology for Student Fourth Edition. Cambridge:
Cambridge University Press.
Soedarto. 1993. Entomologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Sutanto, Inge. 2009. Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: FKUI.
Sudarmaja, I Made, Sugeng Juwono Mardihusodo. 2009. Pemilihan Tempat
Bertelur Nyamuk Aedes Aegypti Pada Air Limbah Rumah Tangga Di
Laboratorium. Jurnal Veteriner Desember 2009 Vol. 10 No. 4: 205-207.
LAMPIRAN
A. JADWAL PENELITIAN
Tabel Jadwal Kegiatan
No Jenis KegiatanBulan 1 Bulan 2 Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. PERSIAPANa. Pengajuan tema dan judul b. Penyusunan proposal c. Presentasi proposal d. Evaluasi proposal
Bulan 4 Bulan 5 Bulan 62. PELAKSANAAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4a. Survei harga dan belanja b. Pembuatan alat c. Uji coba alatd. Pengambilan hasil