analisis pola penyebaran spasial penyakit demam berdarah ... · demam berdarah dengue(dbd). kasus...

30
ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 2007-2011) WISNU PANATA PRAJA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: ngophuc

Post on 03-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 2007-2011)

WISNU PANATA PRAJA

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

RINGKASAN

WISNU PANATA PRAJA. Analisis Pola Penyebaran Spasial Penyakit Demam Berdarah

Dengue(Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor tahun 2007-

2011). Dibimbing oleh MOHAMMAD MASJKUR dan AJI HAMIM WIGENA.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat

menyebabkan kematian. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini baik

masyarakat maupun pemerintah, namun angka terjangkitnya penyakit ini masih belum dapat

ditekan secara efektif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kurangnya informasi mengenai lokasi

dan waktu persebaran kejadian penyakit DBD di Kota Bogor. Penelitian ini melakukan pengujian

otokorelasi spasial dan membuat peta penyebaran kejadian penyakit DBD dari tahun 2007-2011.

Peubah pada penelitian ini menggunakan jumlah penderita penyakit DBD tahunan per kelurahan di

Kota Bogor dari tahun 2007-2011. Hasil pengujian Indeks Moran di Kota Bogor selama lima tahun

terdapat hubungan spasial. Hasil pengujian Indeks LISAmenunjukkan bahwadaerahhotspot diKota

Bogor adalah Kelurahan Baranangsiang, Tegal Gundil, Kedung Halang, Tegal Lega, dan Babakan,

yang berpotensi memberikan dampak buruk (rawanpenyakit DBD) terhadap kelurahan

tetangganya,sedangkan daerahcoldspot di Kota Bogor adalah Kelurahan Rangga Mekar,

Kertamaya, Muarasari, Cipaku, Paledang, Cibogor, dan Mekarwangi, yang berpotensi

dipengaruhipenyebaran penyakit DBD oleh kelurahan tetangganya.

Kata kunci : DBD, Otokorelasi Spasial, Indeks Moran, Indeks LISA

Page 3: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar bagi IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 4: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM

BERDARAH DENGUE (Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Denguedi Kota Bogor tahun 2007-2011)

WISNU PANATA PRAJA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Statistika pada

Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 5: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

Judul Skripsi : Analisis Pola Penyebaran Spasial Penyakit Demam Berdarah Dengue

(Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kota

Bogor tahun 2007-2011)

Nama : Wisnu Panata Praja

NRP : G14080031

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Mohammad Masjkur, MS

NIP. 196106081986011002

Dr.Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc

NIP. 195209281977011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Statistika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hari Wijayanto, M.Si

NIP. 196504211990021001

Tanggal Lulus:_________

Page 6: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pola Penyebaran Spasial

Penyakit Demam Berdarah Dengue(Studi Kasus: Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di

Kota Bogor tahun 2007-2011)” dapat terselesaikan.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Statistika pada Departemen Statistika, selaku mahasiswa Departemen Statistika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir M. Masjkur, MSsebagai ketua komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

2. Bapak Dr.Ir. Aji Hamim Wigena, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing atas

masukan, saran, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis.

3. Mamah, Bapak, A Bayu, Neng Dewi, Dede Shintadan keluarga tercinta atas doa, cinta

dan dukungannya selama ini.

4. Seluruh dosen statistika atas ilmu yang telah diberikan, serta pengurus TU khususnya Ibu

Markonah dan Ibu Tri yang telah dengan sabar memberikan pelayanan terbaik.

5. Teman-teman Apollo Gendut, Ferdian, Kiwil, Mehi, Ijal, Ibay, Odom, Fey, Andra, Uwir,

Buluk, Yogi dan Budi. serta seluruh keluarga Statistika 45 dan semua pihak yang telah

membantu penulis baik secara moril maupun materiil pada penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan masukan saran dan kritik untuk menyempurnakan tulisan ini. Semoga tulisan ini

dapat memberikan informasi dan bermanfaat kepada pembaca. Amin.

Bogor, Januari 2013

Wisnu Panata Praja

Page 7: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 10Februari1990 dari pasangan Bapak Robandi dan

Ibu Aat Atmanah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN SoklatSubang pada tahun 2002. Kemudian

menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2005 di SMPN 3Subang. Tahun 2008

penulis lulus dari SMA Negeri 1Subang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB pada

program studi mayor Statistika melalui jalur USMI. Penulis memilih minor Kewirausahaan

Agribisnis sebagai ilmu penunjang.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Metode Statistika

pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Penulis mengikuti praktek lapang di Lingkaran

Survei Indonesia (LSI) pada periode bulan Februari-April 2012. Selain itu, penulis aktif

berorganisasi di Koperasi Mahasiswa 2008/2009, Organisasi Mahasiswa Daerah Subang

2010/2011, dan Gamma Sigma Beta (GSB) 2010/2011. Penulis juga aktif dalam berbagai

kepanitiaan Nasional seperti Statistika Ria 2010 dan 2011 serta Pesta Sains 2011.

Page 8: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

Tujuan ..................................................................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Otokorelasi Spasial .................................................................................................................. 1

Matriks Contiguity ................................................................................................................... 1

Matriks Pembobot Spasial ...................................................................................................... 2

Indeks Moran .......................................................................................................................... 2

Indeks LISA ............................................................................................................................ 3

Plot Pencaran Moran ............................................................................................................... 3

METODOLOGI

Bahan ....................................................................................................................................... 3

Metode ..................................................................................................................................... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4

Otokorelasi Spasial .................................................................................................................. 4

Indeks LISA dan Plot Pencaran Moran .................................................................................. 4

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................................................. 9

Saran ....................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 9

LAMPIRAN ................................................................................................................................. 10

Page 9: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Jumlah penderita penyakit DBD di Kota Bogor dalam kurun waktu lima

tahun ...................................................................................................................................... 4

2. Tabel 2Nilai Indeks Moran, nilai Ekspektasi Indeks Moran, nilai Ragam Indeks

Moran, Z-hitung, dan p-value tahun 2007-2011 .................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1Ilustrasi perhitungan matriks pembobot spasial dengan langkah ratu ................... 2

2. Gambar 2Ilustrasi Plot Pencaran Moran ................................................................................ 3

3. Gambar 3Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun 2007 .................................... 5

4. Gambar 4Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 2007 .............................................. 5

5. Gambar 5Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun 2008 .................................... 6

6. Gambar 6Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 2008 .............................................. 6

7. Gambar 7Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun 2009 .................................... 6

8. Gambar 8Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 2009 .............................................. 6

9. Gambar 9Plot Pencaran Moran penderita penyakit DBD tahun 2010 ................................... 7

10. Gambar 10Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 2010 ............................................ 7

11. Gambar 11 Plot PencaranMoran penderita penyakit DBD tahun 2011 ................................. 7

12. Gambar 12Peta Tematik dari Plot Pencaran Moran tahun 2011 ............................................ 7

13. Gambar 13Peta kerawanan penyakit DBD di Kota Bogor tahun 2007-2011 ......................... 8

Page 10: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lampiran 1 Jumlah penderita penyakit DBD di setiap kelurahan di Kota Bogor

Tahun 2007-2011 .................................................................................................................. 11

2. Lampiran 2 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value IndeksLISA tahun 2007 ......................... 13

3. Lampiran 3 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value IndeksLISA tahun 2008 .......................... 14

4. Lampiran 4 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value IndeksLISA tahun 2009 .......................... 15

5. Lampiran 5 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value IndeksLISA tahun 2010 .......................... 16

6. Lampiran 6 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value IndeksLISA tahun 2011 .......................... 17

7. Lampiran 7 Posisi kelurahan pada Plot Pencaran Moranselama lima tahun .......................... 18

Page 11: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota Bogor merupakan kota di Provinsi

Jawa Barat, Indonesia dengan luas wilayah

118,50 km2 dan jumlah penduduk 950.334

jiwa serta curah hujan yang tinggi, yaitu

5958,5 mm setiap tahun (BPS 2010). Kondisi

ini menjadikan Kota Bogor rawan penyakit

Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus

penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun

2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

kasus diantaranya 10 orang meninggal dunia,

dan kebanyakan anak-anak di bawah umur

menjadi penderitanya (Dinkes 2010).

Penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD)

merupakan salah satu penyakit menular yang

dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan

kematian. Penularan penyakit DBD

disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan

nyamuk Aides aegeptybetina (Judarwanto

2006). Penyebaran nyamuk Aedes aegepty

betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa

faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur

dan darah, tetapi tempatnya terbatas sampai

jarak 100 meter dari lokasi kemunculan.

Pemerintah melalui dinas kesehatan sudah

berupaya menanggulangi penyakit DBD di

Kota Bogor tetapi masih belum efektif. Oleh

karena itu, diperlukan suatu kajian spasial agar

menjadi solusi masalah kesehatan di Kota

Bogor.

Pengetahuan mengenai penyebaran

spasial penyakit DBD merupakan peranan

penting dalam upaya penanggulangan penyakit

DBD sehingga perlu dilakukan analisis data

spasial. Manfaat dari analisis tersebut untuk

mendeteksi kelurahan yang berpotensi

menularkan dan kelurahan yang berpotensi

ditularkan sehingga menjadi pusat perhatian

dalam penanggulangan penyakit DBD.

Penelitian ini menggunakan otokorelasi

spasial, besaran otokorelasi spasial dapat

digunakan untuk mengidentifikasi hubungan

spasial antar daerah. Otokorelasi spasial bisa

diukur menggunakan 2 metode yaitu Indeks

Moran dan Indeks Local Indicator of Spatial

Association (LISA). Indeks Moran untuk

menghitung otokorelasi spasial secara global

sedangkan Indeks LISA untuk menghitung

otokorelasi spasial secara lokal.

Pola penyebaran spasial demam berdarah

dengue di Kota Bogor tahun 2005 dengan

mengidentifikasi pengaruh spasial secara

global menggunakan Indeks Moran telah

dilakukan Kartika (2008) tanpa

mengidentifikasi secara lokal menggunakan

Indeks LISA. Oleh karena itu, pada penelitian

ini akan dilakukan penyusunan peta rawan

persebaran kejadian penyakit DBD di Kota

Bogor dengan mempertimbangkan lokasi

(kelurahan), dan waktu (tahun) dengan analisis

pola spasial baik secara global maupun secara

lokal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui lokasi

pusat penularan dan lokasi rawan tertular

penyakit DBD di Kota Bogor berdasarkan

otokorelasi spasial.

TINJAUAN PUSTAKA

Otokorelasi Spasial

Otokorelasi spasial merupakan

ukurankemiripan objek di dalam suatu ruang

yang saling berhubungan. Pada kasus spasial,

penggunaan istilah asosiasi mengacu pada data

berbasis area dan memiliki hubungan yang

bersifat kedekatan daerah. Otokorelasi

berbasis pada data area ada yang bersifat

positif dan negatif. Otokorelasi spasial bersifat

positif jika dalam suatu daerah yang saling

berdekatan mempunyai nilai yang mirip dan

bersifat menggerombol. Sebaliknya,

otokorelasi spasial bersifat negatif jika dalam

suatu daerah yang berdekatan nilainya berbeda

dan tidak mirip (Silk 1979).

Otokorelasi spasial merupakan suatu

ukuran untuk mengetahui pola-pola spasial

dengan mempertimbangkan nilai dari lokasi-

lokasi dengan atribut-atributnya. Ukuran ini

digunakan untuk mendapatkan koefisien

otokorelasi spasial yang bertujuan untuk

mengukur dan menguji nilai-nilai yang

menggerombol atau menyebar dalam ruang

dengan menggunakan atribut-atributnya.

Dengan kata lain, koefisien otokorelasi spasial

bertujuan untuk mengukur kedekatan dan

kemiripan karakteristik antar lokasi (Lee dan

Wong 2001).

Matriks Contiguity

Matriks contiguity adalah matriks yang

menggambarkan hubungan antar lokasi.

Unsur-unsur matriks contiguity bernilai 1 jika

lokasi pengamatan berbatasan langsung

dengan lokasi tetangganya dan bernilai 0 jika

lokasi pengamatan tidak berbatasan langsung

dengan lokasi tetangganya. Untuk menentukan

hubungan spasial (kedekatan) antara daerah

pengamatan dapat menggunakan berbagai cara

yaitu :

Page 12: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

2

1. Queen contiguity

Kedekatan didasarkan pada langkah ratu

pada permainan catur. Daerah yang

berbatasan langsung kearah kanan, kiri,

atas, bawah dan diagonal didefinisikan

sebagai daerah yang saling berdekatan.

Ilustrasi matriks contiguity dengan

menggunakan langkah ratu bisa dilihat

pada Gambar 1.a dan 1.b.

2. Rook contiguity

Hubungan spasial antar daerah

pengamatan dapat ditentukan kearah

kanan, kiri, atas, dan bawah. Sedangkan

arah diagonal tidak dapat ditentukan.

3. Bishop contiguity

Hubungan spasial antar daerah

pengamatan hanya dapat ditentukan

dalam arah diagonal saja (Silk 1979).

Matriks Pembobot Spasial

Jika ada unit daerah dalam pengamatan,

maka matriks pembobot spasial yang

dihasilkan berukuran × , untuk menentukan

hubungan kedekatan antar unit daerah. Setiap

unit daerah digambarkan sebagai baris dan

kolom. Setiap nilai dalam matriks menjelaskan

hubungan spasial antara daerah pengamatan

dengan daerah tetangganya (Lee dan Wong

2001).

Matriks pembobot spasial dinotasikan

dengan W dan merupakan nilai dalam

matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j serta

menggambarkan pengaruh alami yang

diberikan daerah ke-j untuk daerah ke-i

sehingga matriks pembobot spasial dapat

dikatakan sebagai matriks yang

menggambarkan kekuatan interaksi antar

lokasi. Penghitungan nilai W pada penelitian

ini menggunakan queen contiguity. Ilustrasi

matriks pembobot spasial dapat dilihat pada

Gambar 1.c (Silk 1979).Selanjutnya, isi dari

matriks pembobot spasial pada baris ke-i

kolom ke-j yakni , sebagai berikut:

dengan :

: Nilai matriks pembobot spasial pada

baris ke-i kolom ke-j

: Total nilai matriks contiguity baris

ke-i

: Nilai matriks contiguity pada baris

ke-i kolom ke-j

a. Langkah ratu (Queen contiguity)

Tetangga j

1 2 3 4 5 6 7 8 9 ∑

D 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 3

a 2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 5

e 3 0 1 0 0 1 1 0 0 0 3

r 4 1 1 0 0 1 0 1 1 0 5

a 5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8

h 6 0 1 1 0 1 0 0 1 1 5

7 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3

i 8 0 0 0 1 1 1 1 0 1 5

9 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3

b. Matriks Contiguity

Tetangga j

1 2 3 4 5 6 7 8 9 ∑

D 1 0 1/3 0 1/3 1/3 0 0 0 0 1

a 2 1/5 0 1/5 1/5 1/5 1/5 0 0 0 1

e 3 0 1/3 0 0 1/3 1/3 0 0 0 1

r 4 1/5 1/5 0 0 1/5 0 1/5 1/5 0 1

a 5 1/8 1/8 1/8 1/8 0 1/8 1/8 1/8 1/8 1

h 6 0 1/5 1/5 0 1/5 0 0 1/5 1/5 1

7 0 0 0 1/3 1/3 0 0 1/3 0 1

i 8 0 0 0 1/5 1/5 1/5 1/5 0 1/5 1

9 0 0 0 0 1/3 1/3 0 1/3 0 1

c. Matriks pembobot spasial

Gambar 1 Ilustrasipenghitungan matriks

pembobot spasial dengan langkah

ratu

Indeks Moran

Statistik Indeks Moran adalah ukuran

korelasi antara pengamatan pada suatu daerah

dengan daerah lain yang berdekatan. Indeks

Moran dapat diperoleh melalui persamaan

berikut:

[

∑ ∑

] [∑ ∑ ( )( )

∑ ( )

]

dengan n adalah banyaknya pengamatan,

adalah nilai rata-rata dari dari lokasi, adalah nilai pada lokasi ke-i, adalahnilai pada

1 2 3

4 5 6

7 8 9

Page 13: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

3

lokasi ke-j, dan adalah nilai matriks

pembobot spasial pada baris ke-i kolom ke-j.

Nilai statistik I merupakan koefisien

korelasi yang berada pada batas antara -1 dan

1. Pengujian hipotesis Indeks Moran Global

sebagai berikut:

H0 : I = 0 (Tidak ada otokorelasi spasial)

H1 : I ≠ 0 (Terdapat otokorelasi spasial)

Statistik uji diturunkan dari sebaran normal

baku, yaitu

( ) ( )

( )

( )

Iadalah Indeks Moran, dengan ( ) adalah

nilai statistik uji dari Indeks Moran. ( ) adalah nilai harapan Indeks Moran,

( )adalah simpangan baku dari Indeks

Moran dan nadalah banyaknya area (Ward dan

Gleditsch 2008).

Indeks LISA

Statistik Indeks LISA berguna untuk

pendeteksian hotspotataucoldspot pada data

area. Indeks LISA dengan matriks pembobot

spasial didefinisikan sebagai berikut

( )∑ (

)

dengan merupakan nilai pengamatan pada

lokasi ke-i, adalah nilai pengamatan pada

lokasi ke-j, adalah nilai rataan dari peubah

pengamatan, dan adalahpembobot antara

daerah ke-i dan ke-j (Anselin 1995).

Plot Pencaran Moran

Plot Pencaran Moran menggambarkan

hubungan linier antara nilai pengamatan yang

dibakukan dan nilai rata-rata tetangga yang

dibakukan. Plot Pencaran Morandisajikan

dalamnilaiz-score lokasi pada sumbu (x), dan

nilai z-score rata-rata tetangganya pada sumbu

y. Pembakuan ini mengacu pada simpangan

baku z-score berdistribusi normal dan

memiliki persamaan sebagai berikut:

dengan adalah nilai yang diamati di lokasi

i, adalah nilai rataan peubah pada semua

lokasi dan adalah simpangan baku peubah .

Secara visual Plot Pencaran Moranterbagi atas

empat kuadran seperti pada Gambar 2

(Anselin 1995).

Gambar 2 Ilustrasi Plot Pencaran Moran

Kuadran I (terletak di kanan atas) disebut

Tinggi-Tinggi(TT), menunjukkan daerah yang

mempunyai nilai pengamatan tinggi dikelilingi

oleh daerah yang mempunyai nilai

pengamatan tinggi. Kuadran II (terletak di kiri

atas) disebut Rendah-Tinggi (RT) atau

coldspot, menunjukkan daerah dengan

pengamatan rendah tapi dikelilingi daerah

dengan nilai pengamatan tinggi. Kuadran III

(terletak di kiri bawah) disebut Rendah-

Rendah (RR), menunjukkan daerah dengan

nilai pengamatan rendah dan dikelilingi daerah

yang juga mempunyai nilai pengamatan

rendah. Kuadran IV (terletak di kanan bawah)

disebut Tinggi-Rendah(TR) atauhotspot,

menunjukkan daerah dengan nilai pengamatan

tinggi yang dikelilingi oleh daerah dengan

nilai pengamatan rendah.

METODOLOGI

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Bogor

tahun 2007-2011. Data tersebut adalah jumlah

penderita demam berdarah dengue per tahun

dari 68 kelurahan. Selain itu peta digital tahun

2011 yang diperoleh dari Badan Koordinasi

Survei dan Pemetaan Nasional

(BAKOSURTANAL) Cibinong Kabupaten

Bogor.

Metode

Metode yang dilakukan untuk penelitian

iniadalah melakukan uji otokorelasi spasial

dan membuat peta tematik.

1. Membuat matriks contiguity daerah Kota

Bogor untuk menentukan kedekatan

antar kelurahan

2. Membuat matriks pembobot spasial yang

diperoleh dari matriks contiguity

3. Menghitung nilai statistikIndeks Moran

RT TT

RR TR

Nilai pengamatan yang

dibakukan

Rata-rata

tetangga

yang

dibakukan

Page 14: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

4

4. Melakukan pengujian hipotesis Indeks

Moran untuk melihat otokorelasi spasial

secara global di daerah Kota Bogor

5. Menghitung nilai statistik Indeks LISA

6. Melakukan pengujian hipotesis Indeks

LISA untuk melihat otokorelasi spasial

secara lokal di daerah Kota Bogor

7. Membuat Pencaran Moran

8. Membuat peta tematik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah penderita penyakit DBD di Kota

Bogor beragam dalam kurun waktu lima

tahun. Tabel 1 menyatakan bahwa angka DBD

tertinggi selama kurun waktu lima tahun

terakhir terjadi pada tahun 2007. Pada tahun

2011 jumlah penderita DBD di Kota Bogor

mengalami penurunan yang drastis terlihat

dari jumlah penderitanya yang hanya 631 jiwa

atau hanya sekitar 34.86% jumlah penderita

DBD tahun 2007 (Dinkes 2010). Penurunan

tersebut bisa disebabkan oleh faktor-faktor

seperti curah hujan, perubahan kepadatan

penduduk, peningkatan penanggulangan oleh

pemerintah Kota Bogor dan lain sebagainya.

Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa

keragaman penderita penyakit DBD di Kota

Bogor sangat tinggi, artinya jumlah penderita

penyakit DBD di suatu kelurahan sangat tinggi

namun, ada juga kelurahan yang tidak

terjangkit penyakit DBD.

Tabel 1 Jumlah penderita penyakit DBD Kota

Bogor dalam kurun waktu limatahun

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Penderita 1810 1368 1510 1791 631

Rata-rata 26.6 20.1 22.2 26.3 9.3

Simpangan Baku 24.9 17.3 18.6 21.1 9.5

Ragam 620 301 346.3 445 89.9

Otokorelasi Spasial

Matriks contiguity Kota Bogor berukuran

68 × 68. Matriks contiguity tersebut

menggambarkan jumlah tetangga setiap

kelurahan di Kota Bogor. Kelurahan Paledang

memiliki tetangga paling banyak yaitu 12

sedangkan Kelurahan Kencana memiliki

tetangga paling sedikit yaitu satu.

Hasil perhitungan Indeks Morandan

perbandingan antara nilai Indeks Moran serta

nilai harapannya ( ) di Kota Bogor selama

lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun

2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011 p-value

lebih kecil dari α (0.05). Kondisi ini

menunjukkan bahwa terdapat otokorelasi

spasial pada taraf 5% dan terbentuk pola yang

mengelompok karena nilai Indeks Moran lebih

besar dari nilai ekspektasinya ( ). Kota

Bogor secara keseluruhan mengindikasikan

bahwa antar lokasi pengamatan adanya

keeratan hubungan dalam hal wabah penyakit

DBD.

Tabel 2 Nilai Indeks Moran, nilai Harapan

Indeks Moran dan nilai Ragam

Indeks Moran tahun 2007-2011

Tahun I E(I) Var(I) Z-hit p-value

2007 0.34 -0.01 0.01 4.91 4.55E-07

2008 0.42 -0.01 0.01 5.85 2.52E-09

2009 0.48 -0.01 0.01 6.52 3.57E-11

2010 0.42 -0.01 0.01 5.81 3.04E-09

2011 0.37 -0.01 0.01 5.30 5.67E-08

Indeks LISA dan Plot Pencaran Moran

Pengujian Indeks LISA pada tahun 2007

ada 14 kelurahan yang nyata pada α=5% yaitu

Genteng, Kertamaya, Rancamaya,

Bojongkerta, Harjasari, Muarasari, Cipaku,

Baranangsiang, Bantarjati, Tegalgundil,

Tegallega, Babakan, Tanah Sareal dan Kedung

Badak. Hal ini mengindikasikan bahwa

kelurahan-kelurahan tersebut terdapat

hubungan spasial dengan kelurahan

tetangganya yang berbatasan langsung. Hasil

pengujian Indeks LISA tahun 2007 bisa dilihat

pada Lampiran 2.

Pada tahun 2008 ada 17 kelurahan yang

nyata pada α=5%. Ada tambahan tiga

kelurahan dari tahun 2007 yaitu Sindangsari,

Tanah Baru, dan Kebon Pedes. Selengkapnya

hasil pengujian Indeks LISA tahun 2008 bisa

dilihat pada Lampiran 3.

Pada tahun 2009 terdapat 19 kelurahan

yang nyata pada α=5%. Ada perubahan dua

kelurahan yang nyata pada tahun 2008

menjadi tidak nyata pada tahun 2009 yaitu

Sindangsari dan Baranangsiang, serta ada

empat kelurahan baru yang nyata pada tahun

2009 yaitu Gunung Batu, Menteng, Kedung

Waringin, dan Pamoyanan. Selengkapnya

hasil pengujian Indeks LISA tahun 2009 bisa

dilihat pada Lampiran 4.

Pada tahun 2010 ada 20 kelurahan yang

nyata pada α=5%. Ada perubahan enam

kelurahan yang nyata pada tahun 2009

menjadi tidak nyata pada tahun 2010 yaitu

Gunung Batu, Tegallega, Tanah Sareal,

Balumbangjaya, Pamoyanan, dan Sindangsari.

Kemudian ada enam kelurahan baru yang

nyata pada tahun 2010 yaitu Cibuluh, Kedung

Page 15: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

5

Halang, Cilendek Timur, Sindangsari,

Sindangrasa, dan Pakuan. Selengkapnya hasil

pengujian Indeks LISA tahun 2010 ada pada

Lampiran 5.

Pada tahun 2011 terjadi perubahan dari

tahun 2010 untuk kelurahan yang nyata pada

α=5%. Kelurahan tersebut yaitu Sempur,

Cilendek Barat dan Sindang Barang,

sedangkan Kelurahan Pakuan, Sindangsari,

Sindangrasa, Tanah Baru, Cibuluh, Kedung

Halang, Menteng, Cilendek Timur, Kedung

Waringin, Kebon Pedes, dan Kedung Badak

berubah menjadi kelurahan yang tidak nyata.

Selengkapnya hasil pengujian LISA tahun

2011 ada pada Lampiran 6.

Berdasarkan Gambar 3, pada tahun 2007

ada dua kelurahan yang menyebar di kuadran

TT yaitu Kelurahan Bantarjati dan Kedung

Badak. Hal ini mengindikasikan bahwa

kelurahan tersebut terdapat jumlah penderita

DBD tinggi dan kelurahan sekitarnya tinggi.

Kelurahan yang termasuk kuadran TR adalah

Baranangsiang, Tegalgundil, Tegallega,

Babakan, dan Tanah Sareal. Kelurahan-

kelurahan tersebut mengindikasikan terdapat

jumlah penderita DBD tinggi dan kelurahan

sekitarnya rendah. Kelurahan yang termasuk

kuadran RR adalah Genteng, Rancamaya,

Bojongkerta, dan Harjasari. Kelurahan-

kelurahan tersebut menggambarkan jumlah

penderita DBD rendah dan kelurahan

sekitarnya rendah. Kuadran RR

mengindikasikan daerah yang aman dari

penyakit DBD. Kelurahan yang termasuk

kuadran RT adalah Kertamaya, Muarasari dan

Cipaku artinya terdapat jumlah penderita DBD

rendah dan kelurahan sekitarnya tinggi.

Kelurahan-kelurahan tersebut berpotensi

menjadi kelurahan yang rawan karena bisa

dipengaruhi dari tetangganya. Peta tematik

pada Gambar 4 menggambarkan hasil Plot

Pencaran Moran pada Gambar 3. Berdasarkan

Gambar 4 kuadran TT disajikan dengan warna

merah, kuadran TR disajikan dengan warna

hijau, kuadran RT disajikan dengan warna

biru, dan kuadran RR disajikan dengan warna

jingga.

43210-1

3

2

1

0

-1

-2

Nilai pengamatan yang dibakukan

Rata

-rata

teta

ngga y

an

g d

ibak

uk

an

0

0

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

4241

40

39

38

37

36

35343332

31

3029

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

1514

13

1211

10

9

87

6

5

4

3

21

Gambar 3Plot Pencaran Moran penderita

penyakit DBD tahun 2007

Gambar 4 Peta Tematik dari Plot Pencaran

Moran tahun 2007

Berdasarkan Gambar 5 tahun 2008 terjadi

perubahan, kuadran TT bertambah dua

kelurahan yaitu Tanah Baru dan Kebon Pedes,

kuadran RR bertambah satu kelurahan yaitu

Sindangsari. Kuadran TR dan RT tidak terjadi

perubahan. Kelurahan Tanah Baru dan Kebon

Pedes memiliki jumlah penderita penyakit

DBD yang tinggi dan tetangga-tetangganya

yang berbatasan langsung dengan kedua

kelurahan tersebut memiliki jumlah penyakit

DBD yang tinggi juga. Jika dua kelurahan

tersebut tidak ditangani maka wabah penyakit

DBD di Kota Bogor pada tahun 2008 semakin

tinggi dan bisa menyebarkan. Peta tematik

pada Gambar 6 menggambarkan hasil Plot

Pencaran Moran pada Gambar 5.

Page 16: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

6

43210-1

3

2

1

0

-1

-2

Nilai pengamatan yang dibakukan

Rata

-rata

teta

ngga y

an

g d

ibak

uk

an

0

0

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

4241

40

39

38

37

36

35343332

31

3029

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

1514

13

1211

10

9

87

6

5

4

3

21

Gambar 5Plot Pencaran Moran penderita

penyakit DBD tahun 2008

Gambar 6 Peta Tematik dari Plot Pencaran

Moran tahun 2008

Berdasarkan Gambar 7 tahun 2009 untuk

kuadran TT hanya ada tambahan satu

kelurahan yaitu Gunung Batu. Kuadran TR

terjadi perubahan, pertama bertambah satu

kelurahan yaitu Kedung Waringin, kedua ada

satu kelurahan yang keluar dari kuadran TR

yaitu Baranangsiang. Kuadran RR terjadi

perubahan ada dua kelurahan yang masuk

kuadran ini yaitu Pamoyanan dan

Balumbangjaya, tetapi ada kelurahan yang

keluar dari kuadran ini yaitu Sindangsari.

Kuadran RT berkurang satu kelurahan yaitu

Cipaku sementara yang lainnya tetap sama

seperti tahun 2007 dan 2008. Peta tematik

pada Gambar 8 menggambarkan hasil Plot

Pencaran Moran pada Gambar 7.

3210-1

3

2

1

0

-1

-2

Nilai pengamatan yang dibakukan

Rata

-rata

teta

ngga y

an

g d

ibak

uk

an

0

0

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

42 41

40

39

38

37

36

35343332

31

3029

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

1514

13

1211

10

9

87

6

5

4

3

21

Gambar 7Plot Pencaran Moran penderita

penyakit DBD tahun 2009

Gambar 8 Peta Tematik dari Plot Pencaran

Moran tahun 2009

Berdasarkan Gambar 9 tahun 2010 terjadi

perubahan di setiap kuadran. Kuadran TT ada

satu kelurahan masuk pada kuadran ini yaitu

Cibuluh tetapi Kelurahan Gunung Batu keluar

dari kuadran ini. Kuadran TR ada dua

kelurahan yang masuk pada kuadran ini yaitu

Kedung Halang dan Cilendek Timur, tetapi

ada dua kelurahan yang keluar dari kuadran ini

yaitu Tegallega dan Tanah Sareal. Kuadran

RR ada dua kelurahan yang masuk kuadran ini

yaitu Pakuan, Sindangsari, dan Sindangrasa,

tetapi ada dua kelurahan yang keluar dari

kuadran ini yaitu Pamoyanan dan Balumbang

Jaya, sementara untuk kuadran RT tidak ada

yang berubah dari tahun 2009.

Peta tematik pada Gambar 10 menggambarkan

hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar 9.

Page 17: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

7

43210-1

3

2

1

0

-1

-2

Nilai pengamatan yang dibakukanRata

-rata

teta

ngga y

ang d

ibakukan

0

0

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

42 41

40

39

38

37

36

35343332

31

3029

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

15 14

13

1211

10

9

87

6

5

4

3

2 1

Gambar 9 Plot Pencaran Moran penderita

penyakit DBD tahun 2010

Gambar 10 Peta Tematik dari plot Pencaran

Moran tahun 2010

Pada tahun 2011 untuk kuadran TT terjadi

perubahan, ada tiga kelurahan yang masuk

pada kuadran ini yaitu Sempur, Cilendek

Barat, dan Sindang Barang tetapi sebanyak

empat kelurahan keluar dari kuadran ini yaitu

Tanah Baru, Cibuluh, Kebon Pedes dan

Kedung Badak. Pada kuadran TR ada satu

kelurahan yang masuk pada kuadran ini yaitu

Tegallega, sedangkan kelurahan yang keluar

dari kuadran ini ada tiga kelurahan yaitu

Kedung Halang, Cilendek Timur dan Kedung

Waringin. Kuadran RR tidak ada tambahan

kelurahan tetapi ada sebanyak empat

kelurahan yang keluar dari kuadran ini yaitu

Rancamaya, Pakuan, Sindangsari dan

Sindangrasa, sementara untuk kuadran RT

tidak terjadi perubahan dari tahun 2009,

selengkapnya bisa dilihat pada Gambar 11.

Peta tematik pada Gambar 12 menggambarkan

hasil Plot Pencaran Moran pada Gambar 11.

43210-1

3

2

1

0

-1

-2

Nilai pengamatan yang dibakukan

Rata

-rata

teta

ngga y

an

g d

ibak

uk

an

0

0

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

50

49

48

47

46

45

44

43

4241

40

39

38

37

36

35343332

31

3029

28

27

26

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

15 14

13

1211

10

9

87

6

5

4

3

2 1

Gambar 11 Plot Pencaran Moran penderita

penyakit DBD tahun 2011

Gambar 12 Peta Tematik dari plot Pencaran

Moran tahun 2011

Berdasarkan Gambar 13 Kelurahan

Bantarjati dan Kedungbadak cenderung selalu

berada pada kuadran TT. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengendalian jumlah

penderita DBD perlu dilakukan pada

kelurahan-kelurahan tersebut. Kelurahan

Tegalgundil, Tegallega, dan Babakan

cenderung selalu berada pada kuadran TR. Hal

ini mengindikasikan bahwa ketiga kelurahan

tersebut berpotensi besar menyebarkan

penyakit DBD sehingga pengendalian

penyebaran perlu dilakukan. Kelurahan

Genteng, Bojong Kerta, dan Harjasari

cenderung selalu berada pada kuadran RR

selama lima tahun. Kelurahan Muarasari dan

Kertamaya cenderung selalu berada pada

Kuadran RT.

Kelurahan yang masuk dalam kategori

hotspot selama lima tahun pengamatan

berubah-ubah. Kelurahan yang konsisten

berada pada kategori hotspot adalah Kelurahan

Baranangsiang, Tegal Gundil, Kedung Halang,

Tegal Lega, dan Babakan. Kelima

Page 18: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

8

kelurahanhotspot ini memiliki otokorelasi

negatif atau berpola pencilan,dengan nilai

banyaknya penderita penyakit DBD pada

kelurahan tersebut tinggi namun dikelilingi

oleh kelurahan yang memiliki banyaknya

penderita penyakit DBD yang rendah.

Kelurahan-kelurahan tersebut berpotensi

menjadikan kelurahantetangganya menjadi

kelurahan yang rawan akan wabah penyakit

DBDjuga. Kelurahan yang dikelilingi oleh

kelurahanhotspot ini terancam bahaya wabah

penyakit DBD.

Kelurahan yang masuk dalam kategori

coldspot selama lima tahun pengamatan

berubah-ubah. Kelurahan yang konsisten

berada pada kategori coldspot adalah

Kelurahan Rangga Mekar, Kertamaya,

Muarasari, Cipaku, Paledang, Cibogor, dan

Mekarwangi. Daerah ini memiliki otokorelasi

negatif atau berpola pencilan dengan nilai

banyaknya penderita penyakit DBD pada

daerah tersebut rendah sedangkan daerah

sekitarnya tinggi. Daerahcoldspot ini

berpotensi menjadi rawan akan penyebaran

penyakit DBD yang ditularkan oleh daerah di

sekitarnya yang tinggi.

Keterangan

Merah : TT

Hijau : TR (Hotspot)

Biru : RT (Coldspot)

Jingga : RR

Abu-abu : Tidak signifikan

Gambar 13 Peta kerawanan penyakit DBD di Kota Bogor tahun 2007-2011

Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Tahun 2010 Tahun 2011

Page 19: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan Indeks Moran terdapat pola

penyebaran spasial pada penyakit DBD di

Kota Bogor. Kelurahan yang diprioritaskan

untuk menurunkan jumlah penderita DBD

adalah Bantarjati dan Kedung Badak.

Kelurahan yang diprioritaskan untuk

pengendalian penyebaran penyakit DBD

adalah Baranangsiang, Tegal Gundil, Kedung

Halang, Tegal Lega, dan Babakan karena

kelurahan-kelurahan tersebut masuk pada

lokasi pusat penularan atau daerah hotspot.

Kelurahan yang berpotensi rawan akan

penyebaran penyakit DBD yang ditularkan

oleh kelurahan yang disekitarnya tinggi adalah

Kelurahan Rangga Mekar, Kertamaya,

Muarasari, Cipaku, Paledang, Cibogor, dan

Mekarwangi, karena kelurahan-kelurahan

tersebut masuk pada daerah coldspot.

Saran

Penelitian selanjutnya dapat dikaji tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya

kejadian penyakit DBD di Kota Bogor dengan

pendekatan analisis regresi klasik dan spasial.

DAFTAR PUSTAKA

Anselin L. 1995. Spatial Econometrics:

Method and Models. London:Kluwer

Academic Publisher.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Kota

Bogor dalam angka. Bogor: Badan

Pusat Statistik.

[Dinkes] Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2010.

Kasus Demam Berdarah. Bogor: Dinas

Kesehatan Kota Bogor .

Judarwanto W. 2006. Deteksi Dini Diagnosis

DBD. http://www.news.indosiar.com

/news_read.htm?id=437773. [18 Juni

2006].

Kartika Y. 2007. Pola Penyebaran Spasial

Demam Berdarah Dengue di Kota

Bogor tahun 2005. [Skripsi] Institut

Pertanian Bogor.

Lee J, Wong SWD. 2001. Statistical Analysis

with Arcview GIS. John Willey & Sons,

INC: United Stated of America.

Silk J. 1979. Statistical Concept in

Geography. London : George Allen &

Unwin.

Ward MD, Gleditsch KS. 2008. Spatial

Regrression Models. United States:

Sage Publications, Inc.

Page 20: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

10

LAMPIRAN

Page 21: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

11

Lampiran 1 Jumlah penderita penyakit DBD di setiap kelurahan di Kota Bogor tahun 2007-2011

Kode

Kelurahan Kelurahan 2007 2008 2009 2010 2011

1 Mulyaharja 1 6 2 16 8

2 Pamoyanan 16 9 4 7 1

3 Ranggamekar 10 9 11 14 4

4 Genteng 1 0 1 1 0

5 Kertamaya 0 0 1 0 0

6 Rancamaya 0 0 2 0 0

7 Bojongkerta 0 0 1 3 0

8 Harjasari 3 3 2 9 2

9 Muarasari 5 1 0 0 0

10 Pakuan 2 2 10 3 0

11 Cipaku 6 4 14 25 7

12 Lawanggintung 33 31 27 20 6

13 Batu Tulis 28 21 15 14 3

14 Bondongan 21 19 22 44 10

15 Empang 33 21 28 23 6

16 Cikaret 29 15 17 13 2

17 Sindangsari 9 4 15 9 1

18 Sindangrasa 7 5 6 2 4

19 Tajur 25 15 19 13 1

20 Katulampa 44 18 20 40 13

21 Baranangsiang 85 63 48 62 15

22 Sukasari 37 27 20 16 7

23 Bantarjati 130 91 79 103 48

24 Tegalgundil 104 71 64 64 44

25 Tanah Baru 38 38 51 43 10

26 Cimahpar 44 15 5 36 7

27 Ciluar 9 15 21 9 9

28 Cibuluh 21 12 27 53 7

29 Kedunghalang 43 31 35 55 11

30 Ciparigi 26 26 37 39 9

31 Paledang 18 14 17 23 5

32 Gudang 0 5 6 2 1

33 Babakan Pasar 21 19 21 18 1

34 TegaRRega 43 31 39 29 16

Page 22: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

12

Lampiran 1 (lanjutan)

Kode

Kelurahan Kelurahan 2007 2008 2009 2010 2011

35 Babakan 48 48 60 40 29

36 Sempur 30 28 35 25 18

37 Pabaton 21 15 14 14 6

38 Cibogor 8 7 7 17 1

39 Panaragan 17 23 18 28 7

40 Kebon Kelapa 27 26 18 22 20

41 Ciwaringin 11 12 19 29 5

42 Pasir Mulya 21 12 10 14 13

43 Pasir Kuda 27 15 21 31 13

44 Pasir Jaya 37 16 21 18 5

45 Gunung Batu 53 32 66 58 16

46 Loji 27 19 33 19 10

47 Menteng 43 26 73 58 33

48 Cilendek Timur 24 27 30 47 7

49 Cilendek Barat 31 31 31 45 23

50 Sindang Barang 53 37 31 40 20

51 Margajaya 6 1 0 10 4

52 Balumbang Jaya 22 15 4 5 6

53 Situgede 8 1 5 3 1

54 Bubulak 22 7 4 13 13

55 Semplak 33 34 16 34 9

56 Curug Mekar 7 7 13 33 4

57 Curug 8 22 6 16 8

58 Kedungwaringin 14 37 43 52 14

59 Kedungjaya 16 27 21 14 7

60 Kebon Pedes 45 49 43 59 21

61 Tanah Sareal 38 30 32 30 2

62 Kedungbadak 104 49 52 87 12

63 Sukaresmi 9 10 8 21 9

64 Sukadamai 35 15 26 19 4

65 Cibadak 22 16 24 32 14

66 Kayumanis 26 14 21 13 6

67 Mekarwangi 18 12 15 20 7

68 Kencana 7 7 3 17 6

Page 23: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

13

Lampiran 2 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value LISA tahun 2007

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

1 Mulya Harja 0.15 0.36 35 Babakan 1.34 0.00

2 Pamoyanan 0.38 0.19 36 Sempur 0.10 0.37

3 Rangga Mekar 0.13 0.34 37 Pabaten 0.07 0.44

4 Genteng 0.83 0.03 38 Cibogor 0.01 0.48

5 Kertamaya 1.08 0.00 39 Panaragan 0.01 0.47

6 Rancamaya 1.16 0.04 40 Kebon Kelapa 0.00 0.48

7 Bojongkerta 1.12 0.02 41 Ciwaringin 0.01 0.48

8 Harjasari 0.89 0.02 42 Pasir Mulya -0.09 0.56

9 Muarasari 0.71 0.01 43 Pasir Kuda 0.00 0.49

10 Pakuan 0.46 0.12 44 Pasir Jaya -0.05 0.55

11 Cipaku 0.52 0.07 45 Gunungbatu 0.09 0.39

12

Lawang

Gintung -0.05 0.54 46 Loji 0.01 0.48

13 Batu Tulis 0.00 0.49 47 Menteng 0.07 0.38

14 Bondongan 0.03 0.46 48 Cilendek Timur 0.01 0.48

15 Empang -0.08 0.57 49 Cilendek Barat 0.03 0.46

16 Cikaret -0.02 0.50 50 Sindangbarang 0.02 0.47

17 Sindangsari 0.62 0.12 51 Margajaya -0.19 0.63

18 Sindangrasa 0.31 0.22 52 Balumbangjaya 0.11 0.41

19 Tajur 0.02 0.46 53 Situgede 0.03 0.47

20 Katulampa 0.34 0.15 54 Bubulak 0.01 0.48

21 Baranangsiang 0.66 0.04 55 Semplak -0.05 0.54

22 Sukasari 0.11 0.36 56 curugmekar 0.15 0.33

23 Bantarjati 5.23 0.00 57 Curug 0.14 0.37

24 Tegal Gundil 3.72 0.00 58 Kedungwaringin 0.01 0.47

25 Tanahbaru 0.38 0.11 59 Kedungjaya -0.30 0.76

26 Cimahpar 0.11 0.41 60 Kebon Pedes 0.19 0.26

27 Ciluar -0.16 0.63 61 Tanah Sareal 0.94 0.02

28 Cibuluh -0.35 0.84 62 Kedung Badak 1.97 0.00

29 Kedunghalang 0.36 0.21 63 Sukaresmi -0.98 0.96

30 Ciparigi 0.00 0.49 64 Sukadamai 0.10 0.39

31 Paledang -0.04 0.54 65 Cibadak 0.07 0.41

32 Gudang 0.03 0.46 66 Kayumanis 0.01 0.48

33 Babakan Pasar -0.05 0.54 67 Mekarwangi 0.06 0.44

34 Tegal Lega 0.86 0.02 68 Kencana 0.28 0.38

Page 24: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

14

Lampiran 3 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value LISA tahun 2008

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

1 Mulya Harja 0.37 0.20 35 Babakan 2.53 0.00

2 Pamoyanan 0.58 0.10 36 Sempur 0.43 0.10

3 Rangga Mekar 0.18 0.29 37 Pabaten 0.07 0.44

4 Genteng 1.13 0.01 38 Cibogor -0.17 0.67

5 Kertamaya 1.31 0.00 39 Panaragan -0.02 0.51

6 Rancamaya 1.37 0.02 40 Kebon Kelapa 0.03 0.45

7 Bojongkerta 1.30 0.01 41 Ciwaringin -0.11 0.60

8 Harjasari 1.09 0.01 42 Pasir Mulya -0.01 0.50

9 Muarasari 1.03 0.00 43 Pasir Kuda 0.10 0.42

10 Pakuan 0.55 0.09 44 Pasir Jaya 0.04 0.42

11 Cipaku 0.62 0.05 45 Gunungbatu 0.01 0.48

12

Lawang

Gintung -0.24 0.74 46 Loji -0.03 0.51

13 Batu Tulis 0.00 0.48 47 Menteng 0.15 0.28

14 Bondongan 0.01 0.48 48 Cilendek Timur 0.12 0.39

15 Empang -0.02 0.50 49 Cilendek Barat 0.11 0.37

16 Cikaret 0.13 0.39 50 Sindangbarang -0.03 0.51

17 Sindangsari 0.93 0.04 51 Margajaya 0.03 0.47

18 Sindangrasa 0.62 0.06 52 Balumbangjaya 0.30 0.28

19 Tajur 0.15 0.35 53 Situgede 0.09 0.42

20 Katulampa -0.05 0.55 54 Bubulak 0.01 0.47

21 Baranangsiang 0.63 0.04 55 Semplak -0.12 0.61

22 Sukasari 0.12 0.35 56 curugmekar -0.34 0.81

23 Bantarjati 4.68 0.00 57 Curug -0.02 0.50

24 Tegal Gundil 4.10 0.00 58 Kedungwaringin 0.30 0.20

25 Tanahbaru 0.68 0.02 59 Kedungjaya 0.30 0.22

26 Cimahpar -0.06 0.53 60 Kebon Pedes 0.67 0.02

27 Ciluar -0.05 0.53 61 Tanah Sareal 1.14 0.01

28 Cibuluh -0.70 0.98 62 Kedung Badak 1.27 0.00

29 Kedunghalang 0.15 0.36 63 Sukaresmi -0.39 0.76

30 Ciparigi 0.08 0.42 64 Sukadamai -0.05 0.53

31 Paledang -0.08 0.60 65 Cibadak 0.01 0.47

32 Gudang 0.01 0.48 66 Kayumanis 0.07 0.44

33 Babakan Pasar -0.02 0.51 67 Mekarwangi 0.19 0.33

34 Tegal Lega 0.98 0.01 68 Kencana 0.36 0.35

Page 25: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

15

Lampiran 4 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value LISA tahun 2009

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

1 Mulya Harja 0.53 0.13 35 Babakan 2.72 6.45

2 Pamoyanan 0.81 0.04 36 Sempur 0.52 1.51

3 Rangga Mekar 0.21 0.26 37 Pabaten 0.06 0.14

4 Genteng 1.08 0.01 38 Cibogor -0.40 -1.10

5 Kertamaya 1.31 0.00 39 Panaragan -0.03 -0.04

6 Rancamaya 1.26 0.03 40 Kebon Kelapa -0.21 -0.46

7 Bojongkerta 1.28 0.01 41 Ciwaringin -0.07 -0.14

8 Harjasari 1.06 0.01 42 Pasir Mulya -0.47 -0.94

9 Muarasari 0.89 0.00 43 Pasir Kuda 0.02 0.07

10 Pakuan 0.32 0.21 44 Pasir Jaya 0.00 0.07

11 Cipaku 0.32 0.19 45 Gunungbatu 0.85 2.25

12

Lawang

Gintung -0.09 0.59 46 Loji 0.72 1.54

13 Batu Tulis 0.01 0.47 47 Menteng 1.47 5.16

14 Bondongan 0.00 0.48 48 Cilendek Timur 0.41 0.88

15 Empang -0.12 0.60 49 Cilendek Barat 0.15 0.42

16 Cikaret 0.12 0.41 50 Sindangbarang 0.10 0.30

17 Sindangsari 0.41 0.22 51 Margajaya 0.60 1.10

18 Sindangrasa 0.45 0.14 52 Balumbangjaya 1.02 1.87

19 Tajur 0.09 0.40 53 Situgede 0.72 1.31

20 Katulampa -0.02 0.50 54 Bubulak 0.41 1.11

21 Baranangsiang 0.44 0.12 55 Semplak 0.13 0.38

22 Sukasari 0.00 0.49 56 curugmekar -0.08 -0.16

23 Bantarjati 3.79 0.00 57 Curug 0.18 0.40

24 Tegal Gundil 3.55 0.00 58 Kedungwaringin 0.72 1.91

25 Tanahbaru 0.88 0.00 59 Kedungjaya -0.05 -0.09

26 Cimahpar -0.43 0.77 60 Kebon Pedes 0.79 2.47

27 Ciluar -0.03 0.51 61 Tanah Sareal 0.86 1.83

28 Cibuluh 0.37 0.14 62 Kedung Badak 1.02 3.15

29 Kedunghalang 0.33 0.24 63 Sukaresmi -0.64 -1.13

30 Ciparigi 0.49 0.15 64 Sukadamai 0.02 0.08

31 Paledang -0.06 0.57 65 Cibadak -0.01 0.02

32 Gudang 0.03 0.46 66 Kayumanis 0.03 0.07

33 Babakan Pasar 0.00 0.49 67 Mekarwangi 0.08 0.19

34 Tegal Lega 1.27 0.00 68 Kencana 0.41 0.43

Page 26: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

16

Lampiran 5 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value LISA tahun 2010

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

1 Mulya Harja 0.31 0.24 35 Babakan 0.70 0.04

2 Pamoyanan 0.54 0.12 36 Sempur -0.04 0.53

3 Rangga Mekar 0.25 0.23 37 Pabaten 0.13 0.40

4 Genteng 1.06 0.01 38 Cibogor -0.16 0.66

5 Kertamaya 1.43 0.00 39 Panaragan 0.01 0.48

6 Rancamaya 1.49 0.01 40 Kebon Kelapa -0.12 0.60

7 Bojongkerta 1.24 0.01 41 Ciwaringin 0.05 0.43

8 Harjasari 0.92 0.02 42 Pasir Mulya -0.15 0.61

9 Muarasari 1.12 0.00 43 Pasir Kuda -0.12 0.58

10 Pakuan 0.76 0.03 44 Pasir Jaya 0.04 0.42

11 Cipaku 0.06 0.42 45 Gunungbatu 0.01 0.47

12

Lawang

Gintung 0.12 0.35 46 Loji -0.27 0.70

13 Batu Tulis 0.08 0.41 47 Menteng 0.90 0.00

14 Bondongan -0.47 0.86 48 Cilendek Timur 0.97 0.02

15 Empang 0.05 0.43 49 Cilendek Barat 0.48 0.10

16 Cikaret 0.14 0.39 50 Sindangbarang 0.11 0.37

17 Sindangsari 0.90 0.05 51 Margajaya 0.26 0.31

18 Sindangrasa 0.74 0.04 52 Balumbangjaya 0.86 0.06

19 Tajur 0.41 0.16 53 Situgede 0.48 0.19

20 Katulampa 0.03 0.44 54 Bubulak 0.11 0.38

21 Baranangsiang 0.15 0.33 55 Semplak -0.02 0.51

22 Sukasari -0.05 0.54 56 curugmekar 0.17 0.31

23 Bantarjati 4.11 0.00 57 Curug -0.04 0.52

24 Tegal Gundil 2.34 0.00 58 Kedungwaringin 0.83 0.01

25 Tanahbaru 0.58 0.03 59 Kedungjaya -0.66 0.94

26 Cimahpar 0.10 0.42 60 Kebon Pedes 0.94 0.00

27 Ciluar -0.65 0.91 61 Tanah Sareal 0.35 0.22

28 Cibuluh 1.88 0.00 62 Kedung Badak 2.48 0.00

29 Kedunghalang 1.55 0.00 63 Sukaresmi -0.33 0.72

30 Ciparigi 0.39 0.19 64 Sukadamai -0.14 0.62

31 Paledang 0.01 0.47 65 Cibadak -0.03 0.52

32 Gudang 0.09 0.41 66 Kayumanis 0.11 0.41

33 Babakan Pasar -0.06 0.54 67 Mekarwangi 0.09 0.41

34 Tegal Lega 0.12 0.37 68 Kencana 0.14 0.44

Page 27: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

17

Lampiran 6 Hasil perhitungan nilai Ii dan p-value LISA tahun 2011

Kode

Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value Kode Kelurahan Kelurahan

Ii

p-

value

1 Mulya Harja 0.09 0.41 35 Babakan 3.77 0.00

2 Pamoyanan 0.42 0.17 36 Sempur 0.66 0.02

3 Rangga Mekar 0.25 0.22 37 Pabaten 0.05 0.45

4 Genteng 0.76 0.05 38 Cibogor -0.40 0.87

5 Kertamaya 0.93 0.01 39 Panaragan 0.02 0.47

6 Rancamaya 0.97 0.07 40 Kebon Kelapa 0.47 0.12

7 Bojongkerta 0.90 0.04 41 Ciwaringin -0.25 0.74

8 Harjasari 0.74 0.05 42 Pasir Mulya 0.07 0.43

9 Muarasari 0.78 0.01 43 Pasir Kuda -0.11 0.57

10 Pakuan 0.60 0.07 44 Pasir Jaya -0.01 0.49

11 Cipaku 0.19 0.29 45 Gunungbatu 0.41 0.13

12

Lawang

Gintung 0.16 0.31 46 Loji 0.09 0.41

13 Batu Tulis 0.19 0.31 47 Menteng 1.18 0.00

14 Bondongan -0.05 0.53 48 Cilendek Timur -0.24 0.68

15 Empang 0.17 0.31 49 Cilendek Barat 0.78 0.02

16 Cikaret 0.05 0.45 50 Sindangbarang 0.73 0.02

17 Sindangsari 0.68 0.10 51 Margajaya -0.22 0.65

18 Sindangrasa 0.37 0.17 52 Balumbangjaya 0.12 0.40

19 Tajur 0.44 0.14 53 Situgede -0.01 0.49

20 Katulampa -0.09 0.59 54 Bubulak 0.05 0.43

21 Baranangsiang -0.04 0.53 55 Semplak -0.01 0.49

22 Sukasari 0.06 0.41 56 curugmekar -0.19 0.68

23 Bantarjati 4.10 0.00 57 Curug 0.01 0.47

24 Tegal Gundil 4.99 0.00 58 Kedungwaringin 0.27 0.22

25 Tanahbaru 0.05 0.42 59 Kedungjaya -0.10 0.58

26 Cimahpar -0.04 0.52 60 Kebon Pedes 0.29 0.17

27 Ciluar 0.00 0.48 61 Tanah Sareal -1.27 1.00

28 Cibuluh -0.29 0.79 62 Kedung Badak 0.13 0.32

29 Kedunghalang 0.00 0.49 63 Sukaresmi 0.00 0.49

30 Ciparigi 0.00 0.49 64 Sukadamai -0.03 0.52

31 Paledang 0.01 0.47 65 Cibadak -0.11 0.61

32 Gudang 0.33 0.20 66 Kayumanis -0.01 0.50

33 Babakan Pasar 0.16 0.34 67 Mekarwangi 0.05 0.45

34 Tegal Lega 0.86 0.02 68 Kencana 0.08 0.46

Page 28: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

18

Lampiran 7 Posisi kelurahan pada Moran Scatterplot selama lima tahun

Kode

Kelurahan Kelurahan

Kuadran

2007 2008 2009 2010 2011

1 Mulya Harja RR RR RR RR RR

2 Pamoyanan RR RR RR RR RR

3 Rangga Mekar RT RT RT RT RT

4 Genteng RR RR RR RR RR

5 Kertamaya RT RT RT RT RT

6 Rancamaya RR RR RR RR RR

7 Bojongkerta RR RR RR RR RR

8 Harjasari RR RT RT RR RR

9 Muarasari RT RT RT RT RT

10 Pakuan RR RR RR RR RR

11 Cipaku RT RT RT RT RT

12 Lawang Gintung TT TT TT RT RT

13 Batu Tulis TR TR RR RR RR

14 Bondongan RR RR RR TR TR

15 Empang TR TR TR RR RR

16 Cikaret TR RR RR RR RR

17 Sindangsari RR RR RR RR RR

18 Sindangrasa RR RT RT RT RR

19 Tajur RR RR RR RR RR

20 Katulampa TT RT RT TT TT

21 Baranangsiang TR TR TR TR TR

22 Sukasari TT TT RT RT RT

23 Bantarjati TT TT TT TT TT

24 Tegal Gundil TR TR TR TR TR

25 Tanahbaru TT TT TT TT TT

26 Cimahpar TR RR RR TR RR

27 Ciluar RR RR RR RR RR

28 Cibuluh RT RT TT TT RT

29 Kedunghalang TR TR TR TR TR

30 Ciparigi RR TR TR TR RR

31 Paledang RT RT RT RT RT

32 Gudang RR RR RR RR RR

33 Babakan Pasar RR RR RR RR RR

34 Tegal Lega TR TR TR TR TR

Page 29: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

19

Lampiran 7 (lanjutan)

Kode

Kelurahan

Kelurahan Kuadran

2007 2008 2009 2010 2011

35 Babakan TR TR TR TR TR

36 Sempur TT TT TT RT TT

37 Pabaten RR RR RR RR RR

38 Cibogor RT RT RT RT RT

39 Panaragan RR TR RR TR RR

40 Kebon Kelapa TR TR RR RR TR

41 Ciwaringin RR RR RR TR RR

42 Pasir Mulya RR RR RR RR TR

43 Pasir Kuda TR RR RR TR TR

44 Pasir Jaya TT RT RT RT RT

45 Gunungbatu TT TT TT TT TT

46 Loji RR RR TR RR TR

47 Menteng TT TT TT TT TT

48 Cilendek Timur RR TR TR TR RR

49 Cilendek Barat TT TT TT TT TT

50 Sindangbarang TT TT TT TT TT

51 Margajaya RR RR RR RR RR

52 Balumbangjaya RR RR RR RR RR

53 Situgede RR RR RR RR RR

54 Bubulak RT RT RT RT TT

55 Semplak TT TT RT TT RT

56 curugmekar RT RT RT TT RT

57 Curug RR TR RR RR RR

58 Kedungwaringin RR TR TR TR TR

59 Kedungjaya RR TR RR RR RR

60 Kebon Pedes TT TT TT TT TT

61 Tanah Sareal TR TR TR TR RR

62 Kedung Badak TT TT TT TT TT

63 Sukaresmi RR RR RR RR RR

64 Sukadamai TT RT TT RT RT

65 Cibadak RT RT TT TT TT

66 Kayumanis RR RR RR RR RR

67 Mekarwangi RT RT RT RT RT

68 Kencana RR RR RR RR RR

Keterangan : TT adalah Tinggi-Tinggi TR adalah Tinggi-Rendah

RT adalah Rendah-Tinggi RR adalah Rendah-Rendah

Page 30: ANALISIS POLA PENYEBARAN SPASIAL PENYAKIT DEMAM BERDARAH ... · Demam Berdarah Dengue(DBD). Kasus penyakit DBD di Kota Bogor selama tahun 2007 cukup tinggi, tercatat sebanyak 1.769

1