sap ganguan proses pikir
DESCRIPTION
Sap Ganguan Proses PikirTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
GANGGUAN PERSEPSI
Dosen Pengampu : Evy Apriyani, S. Kep., Ns
Rully Andika, S.Kep., Ns.
Disusun oleh :
Nama : Satrio Sigit Prasojo
NIM : 108.109.083
Program Studi : S1 Keperawatan
Tingkat/Semester : III B /VI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2012
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
MICRO TEACHING GANGGUAN PERSEPSI
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa
Kode Mata Kuliah : MKK 17
SKS : 4 SKS
Waktu Pertemuan : 20 menit
Pertemuan ke :ke 8 - 12
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti pembelajaran tentang gangguan proses pikir dalam
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah selama 1 kali tatap muka (20
menit), mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Tingkat II B Semester
IV mampu memahami gangguan proses piker pada klien gangguan jiwa.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran tentang gangguan proses pikir dalam
Mata Kuliah Asuhan keperawatan jiwa selama 1 kali tatap muka (20
menit), mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Tingkat II B Semester
IV mampu :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian berpikir dengan benar
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengetian gangguan proses berpikir
dengan benar
c. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan gangguan arus berpikir
dengan gangguan isi pikir dengan benar
d. Mahasiswa mampi menjelaskan 1 contoh gangguan proses berpikir
dengan benar
B. Pokok Bahasan : gangguan proses berpikir
C. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian proses berpikir
2. Pembagian aspek proses berpikir (bentuk pikir, arus pikir, isi pikir)
D. Pengorganisasian
Pendidik : Satrio Sigit Prasojo
Sasaran : Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Tingkat II B
Semester IV
Keterangan :
: Dosen Pembimbing
: Pendidik Micro Teaching
: Peserta Didik Micro Teaching
E. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
TAHAP WAKTUKEGIATAN
METODE MEDIAPENGAJAR MAHASISWA
Pendahuluan 4 menit 1. Memberikan salam
2. Memeperkenalkan
diri
3. Menjelaskan
maksud pertemuan
dan menjelaskan
tujuan dari
pengajaran.
4. Membuat kontrak
waktu
1. Menjawab salam
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Menyetujui
Tanya jawab
-
Isi 12 menit 1. Menjelaskan
Pengertian
proses berpikir
2. Menjelaskan
Pembagian
aspek proses
berpikir (bentuk
pikir, arus pikir,
isi pikir)
Mendengarkan dan
Memperhatikan
Ceramah LCD
Penutup 4 menit 1. Evaluasi kegiatan :
Mengevaluasi
secara verbal
kepada
Menjawab
pertanyaan.
Tanya jawab
-
mahasiswa..
2. Mengucapkan salam
penutup. Menjawab salam
F. Materi Pembelajaran
GANGGUAN PROSES BERPIKIR
Adapun proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (“judgement”),
pemahaman (“comprehension”), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang
normal mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang
dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu
penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.
Berbagai macam faktor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya faktor
somatic (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa) dan
faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi
perhatian atau konsentrasi si individu. Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir,
yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan.
Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari
pemikiran rasional, logik dan terarah kepada tujuan.
1. Dereisme atau pikiran dereistik titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi
antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses
mentalya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau
pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan:
“Seorang pegawai negeri dan warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun
gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan, silahkan
keluar…” atau seorang lain lagi : “ Kita harus memberantas perjudian dan pelacuran,
karena hal-hal itu merupakan “exploitation de I’homme par I’homme” adalah “homo
homini lupus” adalah “machiavellisme”, karena itu kita harus mengikis habis segala
bentuknya, tanpa kecuali….”
2. Pikiran otistik : menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam
pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara
berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa
memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya sendiri. Kadang-
kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.
3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan
kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revaolusioner bila
ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal. (Merupakan
gejala yang menonjol pada skizofermia hebefrenik di samping tingkah-laku kekanak-
kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik, tetapi kadang-kadang ketiga
gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.
Gangguan arus pikiran: yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran,
yang timbul dalam berbagai jenis:
1. Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara
berlebihan. Penulis pernah mendengar seorang pasien berkata: “Nanti besok saya
pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di rumah sudah makan
enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi saya nanti sudah bisa tidur di
rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…..”
2. Asosiasi Longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain
umpamanya “Saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila extrim, maka akan
terjadi inkoherensi.
Asosiasi yang sangat longgar dapat dilihat dari ucapan seorang penderita seperti
berikut ini: “…. Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir dan
harus minum es krim…”
3. Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar
ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan
secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan asosiasi yang longgar
secara extrim. Penulis pernah menerima surat yang isinya antara lain sebagai berikut:
“saya minta di janji, tidur, lahir dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau
lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala
percobaan…”
4. Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat
cepat.
5. Benturan (blocking): jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah
kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.
6. Logorea: banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin
coherent ataupun incoherent.
7. Pikiran melayang (“flight of ideas”): perubahan yang mendadak lagi cepat dalam
pembicaraan sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul lagi
oleh ide yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah bercerita sebagai berikut:
“Waktu saya datang ke rumah sakit Kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untuk
saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan… “
8. Asosiasi bunyi (clang association): mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar: “Saya mau makan di Tarakan,
seakan-akan berantakan”.
9. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya:
“saya radiltu, semua partimun”.
10. Irelevansi: isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan
atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
11. Pikiran berputar-putar (circumstantiality): menuju secara tidak langsung kepada ide
pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan
yang tidak relevan.
12. Main-main dengan kata-kata: menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.
Umpamanya pernah penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:
Wahai jagoku yang tersembunyi
Meskipun kau jago
Tanpa kau hatiku sunyi
Tanpa kau hatiku mewangi.
13. Afasi : mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik
(tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi karena
kerusakan otak.
Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi
pikiran yang diceriterakan, misalnya:
1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi (ecstasy) dapat timbul secara mengambang
pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa (anestesia umum). Boleh
juga disebabkan oleh Narkotika (feeling high atau fligh sebagai logat para narkotik)
atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada skizofrenia. Semua mengatakan bahwa
isi pikiran mereka itu tidak dapat diceriterakan.
2. Fantasi : ialah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau
diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Fantasi yang kreatif menyiapkan si
individu untuk bertindak sesudahnya; fantasi dalam lamunan merupakan pelarian
bagi keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia fantastika (pseudologia
fantastica) orang itu percaya akan kebenaran fantasinya secara intermittent dan
selama jangka waktu yang cukup lama untuk bertindak sesuai dengan itu.
3. Fobi : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional
adanya. Fobi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi
kuman menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan dari kecemasan
yang mengambang (free-floating anxiety) atau kecemasan terhadap keadaan umum,
misalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam usahanya. Adapun fobi itu
bermacam-macam, diantaranya
1) Agorafobi : terhadap ruang yang luas
2) Ailurofobi : terhadap kucing
3) Akrofobi : terhadap tempat yang tinggi
4) Algofobi : terhadap perasaan nyeri
5) Astrafobi : terhadap badai, Guntur, kilat
6) Bakteriofobi : terhadap kuman
7) Eritrofobi : terhadap mukanya akan menjadi merah
8) Hematofobi : terhadap darah
9) Kankerofobi : terhadap penyakit kanker (cancerophobia)
10) Klaustrofobi : terhadap ruangan yang tertutup
11) Misofobi : terhadap kotoran dan kuman
12) Monofobi : terhadap keadaan sendirian
13) Niktofobi : terhadap kegelapan
14) Okholofobi : terhadap keadaan ramai dengan banyak orang
15) Panfobi : terhadap segala sesuatu
16) Patofobi : terhadap penyakit
17) Pirofobi : terhadap api
18) Sifilofobi : terhadap penyakit sifilis
19) Xenofobi : terhadap o rang asing
20) Zoofobi : terhadap binatang
4. Obsesi : isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak dikehendakinya, dan
diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin, umpamanya: bahwa
anaknya sedang sakit keras atau bahwa seorang wanita menjadi hamil karena
perbuatannya. Obsesi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya obsesi
barangnya hilang menyebabkan kompulsi membuka-buka lemari untuk melihat kalau
berangnya masih ada di dalamnya.
5. Preokupasi: pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya berhubungan
dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat. Ini belum merupakan, tetapi
dapat menjadi obsesi. Umpamanya preokupasi dengan ujian, anak yang sakit, atau
perjalanan yang akan dilakukan.
6. Pikiran yang tak memadai (inadequate) : pikiran yang eksentrik, tidak cocok dengan
banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.
7. Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation): mulai dari kadang-kadang
memikirkan hal bunuh diri sampai terus menerus memikir akan cara bagaimana ia
dapat membunuh dirinya.
8. Pikiran bubungan (ideas of reference): pembicaraan orang lain, benda-benda atau
sesuatu kejadian dihubungkannya dengan dirinya, umpamanya burung bersiul
dianggapnya sebagai sebuah berita baginya, atau temannya memakai kemeja yang
berwarna merah diartikannya bahwa teman itu sedang marah kepadanya. (pasien
mungkin sadar, bahwa pikirannya itu tidak masuk akal).
9. Rasa terasing (alienasi): perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing,
umpamanya heran siapakah dia itu sebenarnya; rasanya ia berbeda sekali dari orang
lain; heran kenapa orang lain sudah berbeda, menjadi asing, aneh. Ini dibedakan dari
pikiran isolasi sosial dan dari amnesia.
10. Pikiran isolasi sosial (social isolation): rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil
dari masyarakat; rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain; rasa tidak enak bila
berkumpul dengan orang lain; lebih suka menyendiri. Ini dibedakan dari “menarik
diri” yang menunjukkan tingkah laku dan dari “isolasi” sebagai mekanisme
pembelaan psikologik.
11. Pikiran rendah diri: merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan
dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya
12. Merasa dirugikan oleh orang lain: mengira atau menyangka ada orang lain yang
telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya atau sedang
mencelakakannya
13. Merasa dingin dalam bidang sexual: acuh-tak-acuh tentang hal sexual; kegairahan
sexual berkurang secara umum (hiposexualitas). Ini dibedakan dari gangguan potensi
sexual dan dari impotensia dan frigiditas
14. Rasa salah: sering mengatakan bahwa ia telah bersalah. Ini bukanlah waham dosa.
15. Pesimisme: mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam
hidupnya.
16. Sering curiga: mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain. Ini bukan
waham curiga.
17. Waham: keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya
atau tidak scocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun
dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham itu banyak jenisnya, diantaraya:
1) Waham kejaran: umpamanya pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang
sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimatai-matai atau
kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak.
2) Waham somatic atau hipokhondrik: keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang
tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah
cair, ada seekor kuda di dalam perutnya.
3) Waham kebesaran: yakni bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian
atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya bahwa dialah Ratu Adil, dapat
membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan atau mobil.
4) Waham keagamaan: waham dengan tema keagamaan
5) Waham dosa: keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar,
yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian
yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak
baik.
6) Waham pengaruh: yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi
atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.
7) Waham nihilistic: yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri
dan/atau orang lain sudah mati.
8) Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham: karena waham, maka ia berbuat atau
bertingkah laku demikian.
(Ada juga waham kelompok, seperti pada “folie a deux”, yaitu kelompok 2 orang
berwaham yang sama; “folie a trios”, 3 orang dan sebagainya).
18. Kekuatiran yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya: takut kalau-kalau kesehatan
fisiknya tidak sesuai lagi dengan keadaan badannya yang sebenarnya. Termasuk baik
prihatin tentang sebuah organ, maupun tentang beberapa organ tubuhnya (seperti
pada nerosa hipokhondrik).
Gangguan pertimbangan: ada hubungannya dengan keadaan mental yang menghindari
kenyataan yang menyakitkan. Pertimbangan ialah kemampuan mengevaluasi keadaan
serta langkah yang dapat diambil, alternatif yang dapat dipilih, atau kemampuan menarik
kesimpulan yang wajar berdasarkan pengalaman.
Bila langkah atau kesimpulan yang diambil itu sesuai dengan kenyataan seperti yang
dinilai dengan ukuran orang dewasa yang matang, maka pertimbangan itu utuh, baik atau
bermoral adanya. Sebaliknya jika langkah atau kesimpulan itu tidak cocok dengan
kenyataan, maka pertimbangan itu terganggu, kurang baik atau abnormal adanya. Dalam
pemilihan alternatif mungkin juga orang itu sering keliru, bimbang atau tidak puas
dengan pilihannya.
Gangguan ini dapat timbul dalam keadaan sebagai berikut:
1. Dalam hubungan keluarga; dalam keluarga inti atau keluarga luas, umpamanya tidak
insaf bahwa tingkah-lakunya mengganggu keluarganya
2. Dalam hubungan sosial lain: umpamanya merasa dirinya dirugikan atau dialang-
alangi secara terus menerus
3. Dalam pekerjaan: misalnya harapan yang tidak realistic mengenai pekerjaannya.
4. Dalam rancangan untuk hari kemudiannnya: pasien tidak mempunyai rancangan
apapun (atau bagaimanakah pertimbangannya tentang rancangan yang ada padanya).
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Satuan Acara Pengajaran sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya
kegiatan.
b. Alat dan tempat siap.
c. Perencanaan penentuan pendidikan kesehatan sesuai dan tepat.
d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.
e. Terapis atau orang siap.
2. Evaluasi Proses
a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.
b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah
direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. 100% Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian berpikir dengan
benar
b. 80% Mahasiswa mampu menjelaskan pengetian gangguan proses
berpikir
c. Mahasiswa mampi menjelaskan perbedaan gangguan arus berpikir
70% dengan gangguan isi pikir
d. 70% Mahasiswa mampi menjelaskan 1 contoh gangguan proses
berpikir dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
Imgram , 1993. Catatan Kuliah Psikiatri(Edisi ke-6) . Jakarta : EGC
Kaplan Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry.Ed. Ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000.
Bagian Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Gangguan,orientasi,realitas.,
Diunduh,dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d7d6b0dd3e6159dbe5c9e38074d7afc
37ba6b285.pdf pada 3 Juni 2012.