identifikasi penyebab ganguan dan alter nat if solusi kelestarian terumbu karang indonesia

22
MAKALAH PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN IDENTIFIKASI PENYEBAB GANGGUAN DAN ALTERNATIF SOLUSI KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI INDONESIA NAMA : WENDY ACHMMAD MUSTAQIM NPM : 0806327635 DOSEN : ERWIN NURDIN, M.Si UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 1

Upload: wendyachmmad

Post on 27-Jul-2015

261 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

MAKALAH PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI PENYEBAB GANGGUAN DAN ALTERNATIF

SOLUSI KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI INDONESIA

NAMA : WENDY ACHMMAD MUSTAQIM

NPM : 0806327635

DOSEN : ERWIN NURDIN, M.Si

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI

DEPOK

2010

1

Page 2: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

IDENTIFIKASI PENYEBAB GANGGUAN DAN ALTERNATIF SOLUSI

KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang banyak dijumpai di

Indonesia. Keanekaragaman terumbu karang di Indonesia menduduki peringkat tertinggi

di dunia bersama dengan terumbu karang di Filipina. Keaneragaman tersebut tentunya

memiliki manfaat yang sangat besar untuk kehidupan warga negara. Pemanfaatan yang

tepat akan menjadikan terumbu karang sebagai kekayaan nasional yang sangat mahal

harganya.

Akan tetapi, berbagai berita terkait kerusakan terumbu karang menjadi

permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Penurunan populasi karang dan adanya

fenomena coral bleaching merupakan masalah yang sering diangkat ke masyarakat.

Identifikasi masalah dan usulan alternative solusi pemecahan terumbu karang di

Indonesia menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan.

B. TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah menidentifikasi masalah yang menyebabkan

kerusakan terumbu karang di Indonesia. Selain itu, penulisan juga ditujukan untuk

menuliskan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah terumbu karang itu sendiri.

II. TERUMBU KARANG DI INDONESIA

A. TERUMBU KARANG

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang ditandai dengan pembentukan

karang di daerah perairan tropis dan subtropis serta komunitas biologis yang membentuk

formasi batuan karang tersebut. Terumbu karang terletak di perairan yang mampu

2

2

Page 3: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

ditembus oleh cahaya matahari. Terumbu karang terbentuk oleh aktivitas kelompok

hewan dari kelas Anthozoa dan simbion alga yang dinamakan zooxanthellae.

Terumbu karang ditandai dengan pembentukan rangka karang yang terbuat dari

kalsium. Pembentukan rangka karang merupakan hasil sekresi dari hewan kelas

Anthozoa. Pembentukan rangka karang inilah yang menyebabkan terbentuknya berbagai

formasi karang dalam ekosistem tersebut.

Terumbu karang merupakan habitat dari berbagai jenis makhluk hidup lain.

Terumbu karang menjadi tempat mencari makan sekaligus aktivitas kehidupan berbagai

hewan laut khususnya ikan yang jumlahnya beraneka ragam. Ikan tidak hanya

menjadikan terumbu karang sebagai rumah, akan tetapi berinteraksi dengan terumbu

karang itu sendiri. Salah satu contoh adalah interaksi antara berbagai jenis ikan badut

atau clown fish dengan anemon laut. Ikan badut mendapat perlindungan dari pemangsa

dengan bersembunyi di antara tentakel anemon. Ikan badut diketahui mampu

membersihkan zat-zat beracun yang ada pada tubuh anemon, baik berasal dari ikan lain

atau berbagai sumber lainnya.

B. DISTRIBUSI TERUMBU KARANG DI INDONESIA

Terumbu karang dapat dijumpai hampir di seluruh pesisir di Indonesia. Meskipun

begitu, distribusi karang di Indonesia tidaklah seragam. Beberapa tempat memiliki

keanekaragaman yang lebih dibandingkan dengan daerah lainnya. Adapun tempat-tempat

yang menjadi pusat keanekaragaman karang di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Raja Ampat

Raja Ampat merupakan nama kepulauan yang terdapat disebelah barat Provinsi

Papua. Terumbu karang di Raja Ampat memiliki keanekaragaman organisme terumbu

karang terbesar di dunia. Raja Ampat terletak di segitiga karang dunia bersama dengan

Taman Laut Bunaken dan terumbu karang dari Filipina.

2. Taman Laut Bunaken

3

Page 4: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

Taman Laut Bunaken merupakan area konservasi yang terdapat di sebelah barat

kota Manado. Taman laut tersebut terkenal dengan keindahan panorama terumbu

karangnya.

3. Terumbu Karang di Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara

Bali memang terkenal dengan wisata alamnya termasuk pantai dan pegunungan.

Akan tetapi, Bali menyimpan kekayaan terumbu karang yang berada dalam jumlah

banyak. Kepulauan di Nusa Tenggara juga memiliki keanekaragaman terumbu karang

yang tinggi. Salah satu contohnya adalah di Kabupaten Maumere, yang sampai saat ini

dijadikan stasiun untuk pelestarian terumbu karang oleh COREMAP II dari LIPI.

4. Terumbu Karang di Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan memiliki potensi terumbu karang yang bisa dibilang masih

terpendam. Salah satu lokasi dengan ekosistem terumbu karang adalah terumbu karang

di perairan Pulau Busung, salah satu pulau yang terletak di sebelah barat laut Kota

Makassar.

5. Terumbu Karang di Kabupaten Wakatobi

Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Kabupaten tersebut memiliki luas perairan 97% dari total luas wilayahnya.

Keanekaragaman terumbu karang disana sangat besar, salah satu contohnya adalah Pulau

Hoga. Pulau Hoga sampai saat ini diupayakan pemerintah setempat sebagai salah satu

wisata bahari dalam rangka pelestarian terumbu karang.

6. Terumbu Karang Pulau Yos Sudarso

Pulau Yos Sudarso menyimpan kekayaan terumbu karang yang masih terpendam.

Belum banyak penelitian tentang terumbu karang dilokasi tersebut.

C. POTENSI TERUMBU KARANG DI INDONESIA

Ekosistem terumbu karang di Indonesia dengan keragaman spesiesnya yang tinggi

memiliki potensi yang sangat besar. Adapun potensi tersebut dapat berasal dari

4

Page 5: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

pemanfaatan secara langsung ataupun berasal dari keindahan panorama yang ditawarkan

oleh ekosistem terumbu karang di Indonesia.

1. Potensi Sumber Daya Kelautan Perikanan

Fungsi ekologis dari ekosistem terumbu karang adalah menyediakan habitat bagi

berbagai macam jenis ikan dan hewan laut lainnya. Berlimpahnya jenis-jenis ikan

merupakan salah satu potensi kelautan yang bagus untuk nelayan. Keberadaan ekosistem

terumbu karang di Indonesia yang beragam memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Semakin melimpah jenis ikan, semakin banyak potensi-potensi perikanan yang bisa

dimanfaatkan untuk kesejahteraan nelayan.

2. Potensi Wisata Bahari

Potensi wisata bahari merupakan salah satu potensi terbesar di Indonesia. Raja

Ampat merupakan salah satu contoh potensi wisata bahari yang mampu mendatangkan

pengunjung dari berbagai belahan dunia. Taman Laut Bunaken menjadi diving resort

dari berbagai wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Potensi wisata bahari berasal dari keindahan terumbu karang yang ada. Banyak

sekali wisatawan yang berkunjung memang untuk mengikmati keindahan panorama

bawah laut di Indonesia. Hal tersebut tentunya dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

pendapatan negara yang bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat.

Dua potensi besar tersebut merupakan aspek yang paling terlihat dari keberadaan

terumbu karang di Indonesia. Potensi-potensi lain harus diteliti untuk pemanfaatan bagi

kehidupan manusia.

III. PERMASALAHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Kenakeragaman terumbu karang yang besar di Indonesia ternyata mendapatkan

gangguan yang besar. Gangguan alam seperti gempa bumi dan tsunami memang menjadi

hambatan yang tidak bisa dicegah. Akan tetapi, gangguan lain yang berasal dari kegiatan

manusia akibatnya diperkirakan tidak jauh berbeda.

5

Page 6: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

1. Gangguan Alam

Gangguan alami di Indonesia kebanyakan berasal dari gempa bumi dan tsunami.

Bencana tsunami di Aceh merupakan salah satu contoh penyebab kerusakan terumbu

karang. Gelombang yang besar menyebabkan karang-karang akan tersapu, sedangkan

material yang terbawa kembali ke laut oleh air menyebabkan kerusakan mekanis pada

terumbu karang yang telah tumbuh.

2. Gangguan dari Aktivitas Manusia secara Langsung

Gangguan yang ditimbulkan dari aktivitas manusia memiliki frekuensi yang lebih

banyak dibandingkan dengan gejala alam. Aktivitas yang menimbulkan gangguan

tersebut berasal dari pengetahuan masyarakat yang kurang dan ada juga yang berasal dari

pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia.

Aktivitas nelayan selama ini diketahui merupakan penyebab kerusakan terumbu

karang di Indonesia. Penggunaan bom dalam penangkapan ikan merupakan penyebab

utama kerusakan karang. Bom yang sebenarnya digunakan untuk membunuh ikan justru

menyebabkan karang terkena dampak ledakannya. Akibat yang ditimbulkan adalah

hancurnya karang yang tumbuh dilokasi pengeboman.

Aktivitas pengambilan karang secara ilegal masih ada pada sebagian daerah di

Indonesia. Pengambilan tersebut dapat berasal dari sekelompok orang yang

menggunakan untuk komersial. Akan tetapi, masalah yang lebih kompleks adalah

pengambilan karang secara sengaja oleh masyarakat untuk bahan bangunan. Hal tersebut

disebabkan karena masyarakat tidak memiliki kemampuan dalam membeli bahan-bahan

bangunan seperti semen dan pasir karena permasalah ekonomi. Hal tersebut tentunya

menjadi dilema saat pelestarian karang dihadapkan permasalahan ekonomi masyarakat.

Berbagai gangguan diatas merupakan gangguan yang interaksinya terjadi secara

langsung kepada ekosistem terumbu karang. Selain itu, beberapa isu perubahan

lingkungan akibat manusia seperti pemanasan global menjadi gangguan terhadap

ekosistem terumbu karang. Adapun permasalahan lingkungan umum yang berdampak

terhadap ekosistem terumbu karang adalah sebagai berikut.

6

Page 7: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

1. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Pemanasan global memang menjadi isu lingkungan yang paling besar belakangan

ini. Ekosistem terumbu karang menjadi salah satu ekosistem yang terpengaruh oleh

adanya pemanasan global. Pemanasan global disebabkan oleh adanya akumulasi gas

karbondioksida di atmosfer, yang menyebabkan efek rumah kaca (greenhouse effect).

Pemanasan global secara prinsip menyebabkan kenaikan suhu air laut. Kondisi

tersebut menyebabkan terumbu karang mengalami pemutihan atau yang sering disebut

dengan coral bleaching. Pemutihan karang ini disebabkan oleh hilangnya alga

zooxanthellae yang tidak mampu beradaptasi pada suhu tinggi.

Pemutihan karang di Indonesia dalam frekuensi besar terjadi pada periode 1998-

2000. Adapun pemutihan ini juga ada dibeberapa lokasi dunia sebagaimana terlihat pada

peta berikut ini.

Sumber: World Conservation Monitoring Centre, Cambridge and United Nations Environment Programme

dalam Pengelolaan Terumbu Karang yang Telah Memutih dan Rusak Kritis oleh Susie Westmacott,

Kristian Teleki, Sue Wells dan Jordan West terjemahan oleh Jan Henning Steffen.

Pada periode tersebut, terumbu karang di Indonesia, Filipina, dan Papua Nugini

mengalami pemutihan yang jumlahnya dikatakan besar dan bervariasi dalam

tingkatannya. Meskipun begitu, pemutihan karang di Indonesia masih terselamatkan oleh

adanya arus dingin yang naik (upwelling) dari dasar laut.

Adapun akibat yang ditimbulkan oleh perubahan iklim sangatlah beragam.

Perubahan iklim yang memengaruhi terumbu karang tidak hanya terjadi di Indonesia,

7

Page 8: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

akan tetapi seluruh ekosistem terumbu karang di dunia. Berikut setidaknya ada empat

macam akibat pemanasan global terhadap terumbu karang.

a. Naiknya permukaan laut

Secara umum, terumbu karang tidak akan terpengaruh oleh naiknya permukaan

air laut setinggi 50 cm sampai tahun 2100. Dataran terumbu karang terbuka saat surut

dapat tumbuh, terutama karang yang mengalami pertumbuhan ke atas. Akan tetapi,

kondisi karang yang sudah melemah tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan itu.

Hal tersebut lebih banyak terjadi pada terumbu karang di pulau-pulau kecil di Indonesia.

b. Kenaikan suhu

Bijkma dalam Wessmacott dkk. (2000) menyatakan bahwa kenaikan suhu 1-20C

diperkirakan akan terjadi sampai tahun 2100. Kenaikan tersebut sebenarnya tidak terlalu

berdampak, akan tetapi dampak lebih banyak diakibatkan oleh fluktuasi suhu musiman.

Jika suhu melampaui batas toleransi terumbu karang, frekuensi pemutihan karang akan

mengalami kenaikan. Zooxanthellae menjadi sensitif terhadap cahaya matahari. Cahaya

matahari yang seharusnya menjadi sumber energi untuk fofosintesis justru merusak

selnya. Karang juga menjadi rapuh karena adanya penurunan kadar ozon didalam

atmosfer.

c. Berkurangnya tingkat pengapuran

Emisi gas karbondioksida merupakan penyebab menurunnya kemampuan

pengapuran pada karang. Tingginya kadar karbondioksida membuat kondisi laut menjadi

semakin asam. Kondisi tersebut akan memengaruhi reaksi pembentukan kerangka

karang dari zat kapur.

d. Perubahan pola sirkulasi lautan

Indonesia dengan luasan laut yang besar akan mendapat pengaruh dari pemanasan

global salah satunyya perubahan pola sirkulasi lautan. Kondisi tersebut akan

menyebabkan karang mengalami perubahan distribusi dan transportasi larvanya.

8

Page 9: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

Perubahan tersebut diperkirakan mengubah distribusi karang di Indonesia dan juga di

dunia.

2. Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pencemaran air

memang lebih banyak dilihat pengaruhnya pada lokasi di daratan, akan tetapi zona

perairan pantai dapat terkena imbasnya bila pencemaran yang terjadi dalam tingkat yang

berat. Hal itu mengakibatkan berbagai limbah rumah tangga pun akan ikut mencemari

zona perairan pantai yang merupakan habitat terumbu karang.

Salah satu contoh kasus pencemaran air yang sudah meluas ke daerah perairan

laut adalah pencemaran nutrien posfat di Teluk Jakarta, yang sudah berlangsung

semenjak tahun 1974. Pencemaran tersebut dilihat dari gejala munculnya ledakan

populasi alga yang dinamakan dengan red tide. Ledakan populasi alga tersebut dapat

menurunkan jumlah cahaya matahari yang sampai ke dasar perairan. Hal tersebut

tentunya akan mengganggu kelangsungan hidup normal terumbu karang. Gangguan

tersebut adalah terhambatnya fotosintesis karena jumlah cahaya yang terlalu sedikit.

IV. SOLUSI

Solusi penyelesaian masalah terumbu karang dapat dipisahkan berdasarkan

penyebabnya masing-masing. Sumber permasalahan dari bencana alam tidak dapat

dicegah, melainkan bisa diupayakan dengan restorasi terumbu karang. Penanganan

sumber gangguan dari masyarakat secara langsung dapat ditangani dengan berbagai

upaya, salah satunya pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat. Penanganan

masalah yang bersumber dari masalah lingkungan lain memerlukan koordinasi dengan

berbagai pihak sekaligus masyarakat yang didiperkirakan terlibat. Adapun solusi dari

masing-masing penyebab gangguan adalah sebagai berikut.

A. Gangguan Alami

9

Page 10: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

Bencana alam memang merupakan salah satu penyebab yang tidak dapat diduga

sebelumnya. Langkah-langkah yang diupayakan adalah menaikkan identifikasi terumbu

karang dan restorasi setelah terjadi bencana.

Identifikasi lebih dini merupakan upaya untuk mengetahui keanekaragaman

spesies terumbu karang di seluruh perairan Indonesia. Hal tersebut penting untuk

mengetahui spesies terumbu karang apa saja yang ada di perairan Indonesia. Setelah

identifikasi, langkah yang bisa diambil adalah mengambil sebagian sampel untuk

dibiakkan disuatu tempat rehabilitasi karang buatan.

Pengambilan sampel ditekankan pada daerah yang berada pada jalur rawan

bencana gempa bumi di Indonesia. Pemilihan lokasi bisa didasarkan pada kondisi

geologi Indonesia yang terletak pada jalur gunung berapi. Identifikasi dan pengambilan

sampel hidup harus diutamakan pada daerah-daerah tersebut. Dengan begitu, bila terjadi

bencana kita tidak akan kehilangan spesies karang yang habitatnya khusus pada lokasi

bencana tersebut.

Upaya di atas sebenarnya juga merupakan langkah awal untuk restorasi terumbu

karang. Bila bencana terjadi, satu-satunya langkah yang bisa dilakukan adalah

mengidentifikasi karang yang masih ada, kemudian membandingkan dengan data yang

ada sebelumnya. Perbedaan keanekaragaman dapat dijadikan acuan restorasi. Spesies-

spesies yang hilang atau rusak dapat ditanami lagi dengan bibit transplantasi yang sudah

disiapkan sebelumnya.

B. Gangguan Langsung Manusia

Gangguan langsung manusia masih menjadi masalah yang sukar untuk

diselesaikan. Meskipun begitu, sebagian daerah kaya terumbu karang di Indonesia telah

memunculkan keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan terumbu karang.

1. Kesadaran Masyarakat

Hal ini sebenarnya merupakan upaya masyarakat lokal dalam menjaga ekosistem

terumbu karang. Berbagai asalan menjadikan masyarakat sadar bahwa menjaga

ekosistem terumbu karang itu penting. Jika kita lihat di Bali, masyarakat sekarang sudah

mulai menerapkan Asas Tri Hita Karana, yang merupakan kepercayaan masyarakat Bali.

10

Page 11: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

Salah satu isi asas tersebut adalah hubungan harmonis antara manusia dengan alam. Hal

itu yang menyebabkan masyarakat Bali sekarang sudah mulai sadar dengan pelestarian

terumbu karang.

Salah satu contoh kesadaran masyarakat dapat kita lihat di Taman Laut Bunaken.

Meskipun latar belakang kesadaran masyarakat masih belum diketahui secara pasti,

mereka mengadakan patroli terumbu karang secara rutin untuk menjaga sekaligus

melarang nelayan yang mengambil terumbu karang atau menangkap ikan dengan

pengeboman.

Di sisi lain, saat ini beredar banyak isu tentang kearifan lokal. Pemerintah dan

masyarakat umum sebaiknya mulai menggali kearifan lokal masyarakat di daerah-daerah.

Meskipun banyak beranggapan bahwa kearifan lokal itu diperoleh lewat cara yang tidak

ilmiah, budaya sosial masyarakat tetap mengatur agar keseimbangan kehidupan mereka

dengan alam tetap berlangsung. Hal itulah yang menjadikan peranan antropolog di

Indonesia menjadi penting. Masih banyak misteri di suku-suku tertentu yang perlu digali,

khususnya terkait terumbu karang.

2. Upaya Pihak Terkait dan Koordinasi dengan Masyarakat dalam Pengelolaan Terumbu

Karang

Upaya tersebut merupakan upaya paling sistematis karena melibatkan banyak

pihak. Pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat turut terlibat dalam upaya

pelestarian dan pengelolaan terumbu karang. Pelestarian sekaligus pengelolaan

dilakukan pada semua terumbu karang, baik yang sudah rusak ataupun yang masih lestari

secara alami. Adapun beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Daerah Perlindungan Laut

Daerah perlindungan laut memiliki peranan yang penting sekali dalam

pengelolaan terumbu karang. Upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain: (1)

melindungi daerah terumbu karang yang tidak rusak, sehingga bisa dijadikan sebagai

sumber larva untuk alat bantu pemulihan; (2) melindungi daerah yang rapuh terhadap

gejala alam; (3) melindungi daerah yang terbebas dari aktivitas manusia; dan (4)

11

Page 12: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

memastikan bahwa terumbu karang memiliki interaksi saling menguntungkan dengan

masyarakat sekitar.

Pengelolaan daerah perlindungan laut perlu dilakukan untuk menjamin efektivitas

dari pelaksanaannya. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain: (1)

pengidentifikasian wilayah-wilayah terumbu karang yang kurang rusak dan meninjau

ulang sistem zonasi serta batasan-batasan; (2) menjamin bahwa daerah perlindungan laut

dikelola secara efektif; dan (3) mengembangkan pendekatan lebih strategis untuk

mendirikan sistem DPL.

b. Perikanan Terpadu

Program perikanan terpadu memerlukan pendidikan dari pemerintah dan

masyarakat. Pemerintah melalui lembaga unit swadaya masyarakat perlu melakukan

pembentukan kelompok-kelompok nelayan. Pemberian bekal pengetahuan sekaligus

modal dapat dilakukan lewat kelompok-kelompok nelayan tersebut.

Poin penting yang harus diupayakan adalah pendidikan masyarakat tentang

terumbu karang. Masyarakat harus diupayakan agar mengerti secara ekologis bahwa

hasil perikanan akan linear dengan kondisi terumbu karang yang ada. Hal tersebut

penting untuk mengajarkan kepada masyarakat yang belum paham mengapa

penangkapan ikan dengan senyawa racun seperti sianida dan penangkapan ikan dengan

pengeboman itu dilarang.

c. Program Pelestarian Wisata Bahari

Wacana menjadikan terumbu karang sebagai wisata bahari untuk kesejahteraan

masyarakat sudah dilaksanakan di sebagian daerah di Indonesia. Meskipun masih dalam

tahapan rintisan, seperti pengungkapan potensi, setidaknya wisata bahari akan

menjadikan masyarakat menjadi proaktif terhadap upaya-upaya lembaga penyelamatan

terumbu karang. Dalam kasus ini, peran Dinas Pariwisata Daerah menjadi penting.

Dinas pariwisata memiliki peranan dalam mengupayakan pembentukan area wisata

bahari dengan dukungan masyarakat. Mereka harus menjamin bahwa masyakata akan

mendapatkan keuntungan secara ekonomi terkait pengadaan wisata bahari di daerahnya

masing-masing.

12

Page 13: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

Tindakan pengelolaan yang dapat dilakukan oleh Dinas Pariwisata antara lain: (1)

mempertahankan zona ikan sehat bagi para nelayan dan snorkellers; (2) melibatkan

wisatawan dalam pengelolaan karang; (3) diversifikasi industri pariwisata; (4)

mengurangi dampak pariwisata secara umum; (5) mendorong wisatawan agar berperan

aktif dalam menjaga kelestarian terumbu karang baik secara teknis maupun keuangan;

dan (6) penyebarluasan informasi melalui berbagai media.

d. Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Terumbu Karang

Pengelolaan pesisir menjadi penting karena terumbu karang banyak terdapat

diperairan dekat pantai. Adapun tindakan yang bisa dilakukan antara lain: (1)

memasifkan penerapan sistem DPL; (2) mengimplementasikan ukuran-ukuran untuk

meningkatkan penangkapan ikan yang dikelola; (3) pengembangan dan implementasi

garis acuan, aturan, dan insentif; (4) peraturan bagi polusi berasal dari daratan; (5)

pengelolaan transportasi untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap terumbu karang;

dan (6) perlindungan garis pantai terhadap erosi.

C. Gangguan Akibat

Permasalahan Lingkungan Lain

Permasalahan lingkungan lain yang dimaksud adalah gangguan lingkungan yang

ternyata memiliki pengaruh terhadap kelestarian terumbu karang. Adapun dua kasus

lingkungan yang dibahas adalah pemanasan global dan pencemaran air.

1. Pemanasan global

Upaya Indonesia untuk menurunkan emisi sejumlah 26% saat konferensi

lingkungan di Kopenhagen merupakan gagasan nyata pemerintah terkait isu pemanasan

global. Meskipun tidak secara tersirat disampaikan hal tersebut merupakan penyelamatan

terumbu karang, keputusan itu menunjukkan bahwa pemerintah secara tidak langsung

menjadi promotor dalam penyelamatan terumbu karang di Indonesia.

Harian Kompas edisi Sabtu, 11 Desember 2010 dalam AS dan UE ingkar janji

dalam pemberian kucuran dana bagi negara berkembang untuk menjaga keletarian

lingkungan. Informasi tersebut didapatkan dari sumber dokumen yang didapatkan oleh

13

Page 14: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

salah satu organisasi pers dunia, Wikileaks. Beberapa negara juga mengaku bahwa

mereka tidak mendapatkan apa yang dijanjikan dalam konferensi perubahan iklim di

Kopenhagen, Desember 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia

yang masih dianggap sebagai negara berkembang mampu secara mandiri melaksanakan

pengurangan pemanasan global. Upaya yang dilakukan adalah mengkampanyekan

pemberhentian pemanasan global. Masyarakat melalui LSM maupun berbagai komunitas

dapat diberi pendidikan tentang pemanasan global.

2. Pencemaran Air

Pencemaran air memiliki penyebab yang sangat beragam, baik alami maupun

buatan. Pencemaran air lebih banyak berasal dari daratan meski sebagian berasal dari

laut lepas seperti tumpahan minyak. Salah satu pencemaran air yang terjadi adalah

diberbagai sungai di Jakarta, yang secara tidak langsung akan memengaruhi kehidupan

laut di Teluk Jakarta.

Sumber pencemaran yang besar berasal dari pabrik-pabrik yang masih kurang

memenuhi standar AMDAL. Satu-satunya aturan yang harus dipertegas adalah aturan

terkait hal tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari banyaknya limbah yang masuk

ke perairan, yang akhirnya juga berujung ke laut.

Pemerintah dan masyarakat harus berupaya untuk mengurangi penggunaan bahan-

bahan kimia seperti deterjen dan pupuk. Kampanye penggunaan pupuk kompos harus

ditingkatkan untuk menghindari terjadinya eutrofikasi. Kampanye tersebut bisa dilakukan

melalui pemberdayaan kelompok tani dan LSM sekaligus masyarakat secara umum.

V. KESIMPULAN

Solusi penyelesaian gangguan terumbu karang di Indonesia dapat dilakukan

dengan memanfaatkan kesadaran masyarakat, upaya sistemik yang melibatkan

pemerintah dan masyarakat, serta penyelesaian masalah lingkungan yang berdampak

negatif pada ekosistem terumbu karang.

14

Page 15: Identifikasi Penyebab Ganguan Dan Alter Nat If Solusi Kelestarian Terumbu Karang Indonesia

VI. DAFTAR PUSTAKA

Harian Kompas, 11 Desember 2010, Wikileaks dan Pemanasan Global: AS dan UE

Ingkar Janji. Jakarta – 10k.

Nelwan, A. et al. 2004. Pencemaran perairan Teluk Jakarta dan strategi

penanggulangannya. Makalah kelompok Studi Falsafah Sains, Pasca Sarjana IPB,

Bogor.

Susana, T. & J. Banjarnahor. 1996. Senyawa Nitrogen di Muara Sungai Cengkareng dan

Sungai Cisadane. Puslitbang Oseanologi, LIPI: Jakarta.

Warlina, L. 2004. Pencemaran air: Sumber, dampak, dan penanggulangannya. Makalah

pribadi Studi Falsafah Sains, Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Westmacott, S., K. Teleki, S. Wells, & J. West. 2000. Pengelolaan terumbu karang yang

telah memutih dan rusak kritis, terj. oleh J.H. Steffen. IUCN Publication Service

Unit: Cambridge.

15