sanitasi ruang dan tangan

6
E.coli, Staphylococcus aureus dan Salmonella. Staphylococcus aureus merupakanmikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaankulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaantangan manusia atau pekerja. Staphylococcus aureus banyak mencemari pangankarena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and Moss1995).Adapun cara uji kontaminasi rambut yaitu ambil 2 helai rambut denganpinset, kemudian letakkan pada agar cawan NA dan APDA. Cawan diinkubasikanpada suhu 27 o C selama 2 hari. Uji kontaminasi rambut dilakukan terhadap rambutyang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnya. Selanjutnya, amatipertumbuhan mikroorganisme untuk media NA adalah total bakteri dan mediaAPDA adalah kapang dan khamir.Pada kegiatan praktikum kali ini digunakan beberapa jenis media biakan,yaitumedia, NA ( Nutrient Agar ), dan APDA ( Potato Dextrose Agar + AsamTartarat ). Masing-masing media tersebut memiliki komposisi penyusun yangberbeda-beda. NA ( Nutrient Agar )Media ini merupakan jenis media umum yangdigunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum.Media ini tersusun atas bacto peptone, bacto agar, dan bacto beef extract. Mediaini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kaya akan protein sehinggacenderung untuk ditumbuhi oleh bakteri.PDA ( Potato Dextrose Agar) Media inimerupakan jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto dextrose, bactoagar, dan potato. Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kayaakan karbohidrat dan gula sehingga lebih cenderung untuk ditumbuhi oleh kapangdan khamir.Pada kelompok 1,3, dan 7 dengan media APDA, tidak terdeteksi adanyakapang pada rambut yang tidak dicuci 2-3 hari,

Upload: linaisnawati

Post on 30-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SANITASI

TRANSCRIPT

Page 1: Sanitasi Ruang Dan Tangan

   E.coli, Staphylococcus aureusdanSalmonella. Staphylococcus aureusmerupakanmikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaankulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaantangan manusia atau pekerja.Staphylococcus aureusbanyak mencemari pangankarena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and Moss1995).Adapun cara uji kontaminasi rambut yaitu ambil 2 helai rambut denganpinset, kemudian letakkan pada agar cawan NA dan APDA. Cawan diinkubasikanpada suhu 27oC selama 2 hari. Uji kontaminasi rambut dilakukan terhadap rambutyang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnya. Selanjutnya, amatipertumbuhan mikroorganisme untuk media NA adalah total bakteri dan mediaAPDA adalah kapang dan khamir.Pada kegiatan praktikum kali ini digunakan beberapa jenis media biakan,yaitumedia, NA (  Nutrient Agar ), dan APDA (Potato Dextrose Agar + AsamTartarat ). Masing-masing media tersebut memiliki komposisi penyusun yangberbeda-beda. NA ( Nutrient Agar )Media ini merupakan jenis media umum yangdigunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum.Media ini tersusun atas bacto peptone, bacto agar, dan bacto beef extract. Mediaini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kaya akan protein sehinggacenderung untuk ditumbuhi oleh bakteri.PDA (Potato Dextrose Agar)Media inimerupakan jenis media umum yang digunakan untuk menumbuhkan lebih dari 1 jenis mikroorganisme secara umum. Media ini tersusun atas bacto dextrose, bactoagar, dan potato. Media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi yang kayaakan karbohidrat dan gula sehingga lebih cenderung untuk ditumbuhi oleh kapangdan khamir.Pada kelompok 1,3, dan 7 dengan media APDA, tidak terdeteksi adanyakapang pada rambut yang tidak dicuci 2-3 hari, namun pada sampel rambutkelompok 7 yang dicuci hari ini terdeteksi pertumbuhan kapang sedikit. Hal inidapat terjadi mungkin karena frekuensi terkena udara kotor pada rambut tersebutlebih besar dibanding rambut yang tidak dicuci 2-3 hari.Pada kelompok 1,2 dan 4 yang menggunakan media NA untuk mendeteksiadanya pertumbuhan bakteri dalam rambut. Dari hasil pengamatan dapat terlihat

  pertumbuhan bakteri pada media yang diberi perlakuan tidak dicuci selama 2-3hari mempunyai jumlah bakteri lebih banyak daripada yang dicuci hari ini. Hal inidapat disebabkan karena rambut yang kotor dan suhu rambut yang lembab dapatmenjadi tempat berkembang biaknya bakteriPada kelompok 3,5 dan 7 yang juga menggunakan media APDA,terdeteksi adanya pertumbuhan kapang yang banyak pada sampel rambut yangtidak dicuci 2-3 hari, sedangkan pada sampel rambut yang dicuci hari ini jugaterdeteksi pertumbuhan kapang yang banyak. Hal ini dapat terjadi mungkinkarena frekuensi kedua sampel rambut terkena udara kotor sama besarnya..3.2.4. Sanitasi Pekerja3.2.4.1 Sanitasi Tangan Kualitatif 

Page 2: Sanitasi Ruang Dan Tangan

Tangan dan rambut sangat rentan terkena bakteri dan kapang karenaudarakotor mudah menempel pada tangan dan rambut. Tangan yang dicuci airbelumtentu bersih karena air yang digunakan untuk membersihkan banyak tercemarkuman dan bakteri sehingga perlu menggunakan bahan antiseptik untuk menghilangkan bakteri dan kapang yang menempel pada bagian kulit. Olehkarena ituhigienepekerja juga sangat penting diperhatikan, penelitian Lues, et al.(2006) menunjukkan bahwa pekerja menyebabkan timbulnya bakteri seperti E.coli, Staphylococcus aureus danSalmonella. Staphylococcus aureusmerupakanmikroba normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaankulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. Begitu pula pada permukaantangan manusia atau pekerja.Staphylococcus aureusbanyak mencemari pangankarena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan (Adam and Moss1995).Pada praktikum kali ini dilakukan uji sanitasi pekerja secara kualitatif padakebersihan jari tangan. Ada empat perlakuan, yaitu jari tangan tanpa di cuci, jaritangan di cuci hanya dengan air, jari tangan di cuci dengan air dan sabun, dan jaritangan di cuci dengan antiseptik. Pertama yaitu jari tangan tanpa dicuci, dilakukandengan cara menempelkan terlebih dahulu 3 jari tangan pada media VJA danEMBA kemudian 2 jari lainnya dan tutup cawan. Yang kedua yaitu jari tanganhanya di cuci dengan air, sebelumnya cuci tangan dahulu dengan air dantempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemudian 2 jari lainnya dan

  tutp cawan. Perlakuan ketiga yaitu jari tangan dicuci dengan air dan sabun,sebelumnya jari tangan dicuci terlebih dahulu mengggunakan air dan sabun dantempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemuadian 2 jari lainnya dantutup cawan. Perlakuan terakhir yaitu cuci jari tangan dengan antiseptik atautissue basah. Sebelumnya tangan dicuci dengan antiseptik atau di lap dengantissue basah dan tempelkan 3 jari tangan pada media VJA dan EMBA kemudian 2 jari lainnya dan tutup cawan. Setelah semua perlakuan selesai inkubasi cawanpada suhu 30oC selama 2 hari dan lakukan pengamatan.Setelah di inkubasi didapat hasil pada media VJA terlihat ada 1 kolonibakteri pada perlakuan tangan sebelum di cuci. Ada 1 koloni juga pada perlakuantangan di cuci dengan air saja dan ada 1 koloni pada perlakuan tangan dicucidengan sabun. Tetapi tidak ada koloni yang tumbuh pada perlakuan tangan di cucidenngan antiseptik. Dan untuk media EMBA ada 2 jenis bakteri yang tumbuhyaitu bakteri fekal dan non ffekal. Namun untuk bakteri fekal tidak ada yangtumbuh pada media EMBA di setiap perlakuan. Sedangkan untuk bakteri nonfekal terdapat 7 koloni bakteri yang tumbuh,pada perlakuan tangan sebelumdicuci. Terlihat juga terdapat 8 koloni yang tumbuh pada perlakuan tangan dicucidengan air saja, terlihat juga terdapat 16 koloni yang tumbuh pada perlakuantangan dicuci dengan sabun. Dan terdapat 14 koloni yang tumbuh pada perlakuantangan dicuci dengan antiseptik. Dari hasil tersebut di atas untuk media EMBAternyata jumlah koloni non fekal yang tumbuh cukup banyak pada perlakuantangan dicuci dengan antiseptik, hal dikarenakan kemungkinan antiseptik yangdigunakan umur simpannya sudah lama atau sudah terkontaminasiKebiasaan pribadi ( personal habit 

Page 3: Sanitasi Ruang Dan Tangan

) pada pekerja dan konsumen dalammengelola bahan pangan dapat merupakan sumber yang penting dari kontaminansekunder. Beberapa peristiwa dari keracunan bahan pangan yang tercemar olehStaphylococcus aureus, diakibatkan oleh higiene yang buruk dari pengolahanbahan pangan tersebut . Luka-luka atau iritasi pada kulit merupakan sumberkontaminan mikroba, sehingga harus ditutup. Batuk atau bersin sekitar bahanpangan sebaiknya dihindarkan, demikian juga pekerja yang menderita diare tidak diperkenankan bekerja dengan bahan pangan  seperti, spora bakteri tertentu dan protozoa tertentu, namun untuk membersihkanmikroorganisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.Perlakuan mencuci tangan dengan menggunakan tisu basah digunakansebagai alternatif membersihkan tangan dengan sabun karena lebih praktis dantidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah mengembangkan kandunganwewangi beralkohol, tetapi pemakaian tisu basah itu sendiri hanya dapatmenghilangkan bakteri tertentu saja. Pemakaian tisu basah bias saja tidak baik untuk mencuci tangan karena bila hanya mengembalikan kuman bolak-balik ditangan. Pemakaian tisu basah saja tidak baik untuk mencuci tangan karena bilahanya mengembalikan kuman bolak-balik di tangan dan dengan memegangrambut setelah tangan di cuci dengan tisu basah itu membuat bakteri yang hanyabeberapa saja yang hilang akan tercampur dengan kapang yang terdapat padarambut, karena rambut sebagai sumber kontaminan.Dari beberapa perlakuan yang dilakukan dan hasil yang di dapat berbedadengan literature. Hal ini terjadi karena adanya kontaminasi dari pekerja pada saatmelakukan praktikum.

  BAB IIIKESIMPULAN4.1 KesimpulanDari hasil praktikum uji sanitasi udara, diperoleh densitas balteritertinggiada pada lab olah 1 sedangkan densitas kapang dan khamir tertinggi ada pada labolah 2, lab olah 5, dan kantin. Hal ini membuktikan pada lab olah 1, lab olah 2,lab olah 5, dan kantin tersebut kurang mendapat perhatian dari segi kebersihan.Banyaknya mikroba yang terkandung dalam udara di suatu ruangan dipengaruhioleh beberapa faktor, yakni debu yang bertebangan, tetesan air, kondisi lantaimaupun dinding ruangan, banyaknya aktivitas manusia serta kondisi udara yangbergerak dibawa angin melalui ventilasi.Berdasarkan hasil praktikum uji sanitasi ruang dapat disimpulkanpengamatan tersebut terlihat bahwa pada ruangan lab olah 1, lab olah 2, lab olah4, dan lab olah 5 diperoleh penurunan densitas mikroba yang tidak terlalausignifikan setelah dilakukan desinfeksi. Jumlah mikroba sebelum dibersihkandengan desinfekatan umumnya tidak berbebda dibandingkan setelah dibersihkandengan desinfektan. Hal tersebut menunjukkan bahwa efektivitas dari desinfektanyang diberikan tidak cukup baik.Pada uji sanitasi pekerja dapat disimpulkan tangan dan rambut pekerjadapat menjadi sumber kontaminasi mikroba terhadap suatu bahan pangan.Umumya, tangan yang dicuci dengan antiseptik atau sabun memiliki jumlahpertumbuhan mikroba yang lebih sedikit dibandingkan tangan yang hanya dicucidengan air atau bahkan tidak dicuci. Namun dari hasil pengamatan diketahuipertumbuhan mikroba yang tidak beraturan, hal ini dikarenakan terjadinyakontaminasi ulang dari tangan pekerja sebelum melakukan pengujian. Rambutyang dicuci mempunyai kandungan mikroba yang lebih sedikit dibandingkandengan yang tidak dicuci. Mikroba pada rambut biasanya berasal dari udara yangkotor ataupun debu yang berasal dari lingkungan pekerja.

 

Page 4: Sanitasi Ruang Dan Tangan

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2008. Petunjuk Praktikum Sanitasi Industri dan Keamanan Pangan.Jember: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.Danang, H. 2011.Sanitasi pekerja. Jakarta: Gramedia.Danang. 2011. Sanitasi pekerja. www.http://danang-kurang-kerjaan. blogspot.com[3 Oktober 2012].Lay, B W. 1995. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali Press.Susiwi, S. 2009. GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan PanganYang Baik. Bandung: UPI Press.Udin. 2010.Pencemaranpangan oleh mikroorganisme.http://higiene- pangan.blogspot.com [10 Oktober 2012]