sambutan kepala badan litbang...

28

Upload: nguyenkhanh

Post on 08-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan
Page 2: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan
Page 3: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

i

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIAN

Pembangunan pertanian tingkat kabupaten/kota memerlukan data dan informasi sumberdaya lahan pada tingkat yang lebih

operasional, akurat, lengkap dan terkini. Peta tanah tingkat semidetail skala 1:50.000 merupakan peta sumberdaya lahan yang

mengandung informasi lebih detail tentang sifat-sifat tanah, luas, dan penyebarannya di suatu wilayah kabupaten/kota, sehingga dapat

digunakan sebagai informasi dasar dalam penyusunan peta tematik, seperti peta kesesuaian lahan dan rekomendasi pengelolaannya

dalam upaya peningkatan produktivitas lahan. Implementasinya di tingkat kabupaten/kota peta tanah skala 1:50.000 dapat digunakan

sebagai acuan penyusunan atau revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah, sehingga daerah dapat mengalokasikan ruang yang lebih

tepat sesuai dengan potensinya.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 33 ayat 3 mengamanatkan bahwa sumberdaya alam termasuk sumberdaya lahan

seyogyanya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat. Ini menegaskan bahwa kita harus terus menerus berupaya memanfaatkan

sumberdaya lahan secara optimal, namun tetap menjaga kelestariannya. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian selalu berupaya

menyediakan data potensi dan sebaran sumberdaya lahan untuk mendukung perencanaan pembangunan pertanian di tingkat kabupaten/kota.

Sumberdaya lahan dan komponennya bersifat dinamis, sehingga diperlukan upaya pemutakhiran (updating), penajaman dan kelengkapan informasi

secara berkala. Penyusunan peta tanah tingkat semidetail skala 1:50.000 berbasis kabupaten/kota di seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk Atlas Peta Tanah

Semidetail edisi 2018 didasarkan kepada hasil korelasi dan updating dari peta yang telah disusun sebelumnya.

Saya sangat mengapresiasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian yang telah berperan aktif dalam menyusun dan

memperbaharui atlas ini. Saya berharap agar peta tanah tingkat semidetail skala 1:50.000 setiap kabupaten/kota dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna

khususnya pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka pembangunan pertanian di wilayahnya masing-masing.

Jakarta, Agustus 2018

Kepala,

Dr. Ir. Muhammad Syakir, M.S.

Page 4: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

ii

PENGANTAR KEPALA BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah melaksanakan pemetaan tanah tingkat semidetail skala 1:50.000 sejak

tahun 1975. Peta-peta tanah semidetail yang dihasilkan tersebut perlu dikorelasi dan diperbaharui (di-update), sehingga akan

menjadi peta tanah yang berkualitas lebih baik dan lebih akurat. Kegiatan korelasi dan updating peta tanah semidetail meliputi

penyelarasan/penyeragaman format peta, kompilasi, dan verifikasi data/peta tanah. Dalam kegiatan ini klasifikasi tanah yang

digunakan adalah Klasifikasi Tanah Nasional (2016) dan padanannya menurut Keys to Soil Toxonomy (2014). Peta dasar yang

digunakan adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) skala 1:50.000 sebagai bentuk

pelaksanaan Kebijakan Satu Peta. Atlas peta tanah semidetail bersumber dari peta-peta tanah semidetail yang dihasilkan oleh Balai

Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), maupun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di seluruh Indonesia.

Atlas peta tanah semidetail ini pada dasarnya merupakan peta tanah yang lebih operasional dibandingkan dengan atlas peta tanah sebelumnya yang

pernah dihasilkan (peta tanah tingkat tinjau skala 1:250.000). Peta tanah semidetail mengandung informasi lebih detail tentang sifat-sifat tanah, luas dan

penyebarannya di suatu wilayah, sehingga dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam penyusunan peta tematik, seperti peta kesesuaian lahan. Peta

kesesuaian lahan skala 1:50.000 mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi tentang komoditas pertanian yang sesuai dikembangkan, faktor

pembatas, luas dan penyebarannya di suatu wilayah, sehingga pemerintah dan pelaku usaha sektor pertanian mempunyai banyak pilihan dalam mempercepat

penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.

Saya mengucapkan terima kasih kepada para peneliti dan teknisi yang telah mengkorelasi dan memperbaharui (updating) peta tanah semidetail skala

1:50.000 edisi tahun 2018 ini, serta semua pihak yang telah memberikan kontribusi berharga dalam penyusunan atlas ini. Semoga peta tanah ini dapat

dimanfaatkan oleh para pengguna, pengambil kebijakan dalam rangka pengembangan usaha agribisnis dan pengembangan komoditas pertanian di berbagai

wilayah kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Bogor, Agustus 2018 Kepala, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr.

Page 5: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

iii

DAFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIAN .......................................................................................................................................................... i

PENGANTAR KEPALA BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................................................................................................... iv

SUSUNAN TIM ............................................................................................................................................................................................................. v

INFORMASI UMUM ...................................................................................................................................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................................................................................................... 1

II. BAHAN DAN METODE ........................................................................................................................................................................................... 2

2.1. Waktu dan Tempat ....................................................................................................................................................................................... 2

2.2. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................................................................................................................................. 2

2.3. Bahan ........................................................................................................................................................................................................... 3

2.4. Metode ......................................................................................................................................................................................................... 3

III. KEADAAN DAERAH ................................................................................................................................................................................................. 7

3.1. Lokasi dan Perhubungan ................................................................................................................................................................................. 7

3.2. Iklim dan Hidrologi.......................................................................................................................................................................................... 7

3.3. Bahan Induk, Landform dan Relief ................................................................................................................................................................... 9

IV. KEADAAN TANAH ................................................................................................................................................................................................. 11

4.1. Sifat-Sifat dan Klasifikasi Tanah ..................................................................................................................................................................... 11

1). Aluvial ..................................................................................................................................................................................................... 11

2). Kambisol ................................................................................................................................................................................................. 11

3). Gleisol ..................................................................................................................................................................................................... 12

4). Mediteran................................................................................................................................................................................................ 12

4.2. Satuan Peta Tanah ....................................................................................................................................................................................... 13

V. PENUTUP ............................................................................................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................................................................................... 15

LAMPIRAN ................................................................................................................................................................................................................. 17

Page 6: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi curah hujan rata-rata bulanan di Kota Langsa, Provinsi Aceh ............................................................................................................... 7

Tabel 2. Distribusi suhu udara rata-rata bulanan di Kota Langsa, Provinsi Aceh ................................................................................................................ 8

Tabel 3. Sebaran landform di di Kota Langsa, Provinsi Aceh ............................................................................................................................................ 9

Tabel 4. Sebaran relief dan lereng di Kota Langsa, Provinsi Aceh .................................................................................................................................. 10

Tabel 5. Klasifikasi Tanah di Kota Langsa, Provinsi Aceh. .............................................................................................................................................. 11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram alir prosedur korelasi dan updating Peta Tanah Kota Langsa, Provinsi Aceh ....................................................................................... 4

Gambar 2. Peta Lokasi Kota Langsa, Provinsi Aceh ......................................................................................................................................................... 7

Gambar 3. Grafik curah hujan di Kota Langsa, Provinsi Aceh ......................................................................................................................................... .8

Gambar 4. Citra landsat sebagian wilayah Kota Langsa ............................................................................................................................................... .10

Gambar 5. Tanah Aluvial Eutrik .................................................................................................................................................................................. .11

Gambar 6. Tanah Kambisol Gleik dan Gleisol Eutrik ..................................................................................................................................................... .12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Indeks Peta Tanah Semidetail Kota Langsa, Provinsi Aceh .......................................................................................................................... 18

Lampiran 2. Peta Tanah Tingkat Semidetail Skala 1:50.000 Kota Langsa, Provinsi Aceh .................................................................................................. 19

Lampiran 3. Legenda Peta Tanah Semidetail Skala 1:50.000 Kota Langsa, Provinsi Aceh ................................................................................................ 20

Page 7: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

v

SUSUNAN TIM

Pengarah : Dr. Ir. Muhammad Syakir, M.S. Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. Penyusun Naskah : Ir. Hikmatullah, M.Sc., Ponidi, S.Si., Soleh, S.P., Indrayu W. Ritonga, S.P., dan Yoga Prawira, S.P.

Penyusun Peta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Korelator Peta : Ir. Hikmatullah, M.Sc., Ponidi, S.Si., Soleh, S.P., Indrayu W. Ritonga, S.P., dan Yoga Prawira, S.P. Penyunting : Drs. Wahyunto, M.Sc. Aplikasi SIG dan Basisdata : Indrayu W. Ritonga, S.P. dan Yoga Prawira, S.P. Desain dan Layout : Asisah, A.Md.

Page 8: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

vi

INFORMASI UMUM

A. Proyeksi Map : Sistem Grid Geografi dan Universal Transverse Mercator, Datum WGS84

B. Pembiayaan : DIPA Satker Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian TA 2018

C. Diterbitkan oleh :

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian – Kementerian Pertanian

Jalan Tentara Pelajar No. 12, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114

Telp. (0251) 8323012; Fax (0251) 8311256

Website : http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id; e-mail: [email protected]; Edisi 2018 ISBN : 978-602-459-056-7

Page 9: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

1

I. PENDAHULUAN

Pembangunan sektor pertanian dalam lima tahun ke depan (2015-

2019) mengacu pada paradigma pertanian untuk pembangunan (Agriculture

for Development) yang memposisikan sektor pertanian sebagai penggerak

transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh mencakup

transformasi demografi, ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan

tata kelola pembangunan. Paradigma tersebut memberikan arah bahwa

sektor pertanian mencakup berbagai kepentingan yang tidak saja ditujukan

untuk memenuhi kepentingan penyediaan pangan bagi masyarakat, tetapi

juga kepentingan yang lebih luas dan multifungsi. Selain sebagai sektor

utama yang menjadi tumpuan ketahanan pangan, sektor pertanian memiliki

fungsi strategis lainnya termasuk menyelesaikan persoalan-persoalan

lingkungan dan sosial (kemiskinan, keadilan dan lain-lain), sumber bioenergi

terbarukan sebagai pengganti energi fosil yang semakin menipis, serta

fungsinya penyedia sarana wisata (agrowisata). Memposisikan sektor

pertanian dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama

keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia yang Bermartabat, Mandiri,

Maju, Adil dan Makmur (Kementerian Pertanian, 2015).

Agenda prioritas pemerintah yang dituangkan dalam NAWA CITA

(sembilan agenda), merupakan program prioritas pemerintah menuju

Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan

berkepribadian dalam kebudayaan. Terkait sektor pertanian, agenda

diprioritaskan untuk peningkatan agroindustri, dan peningkatan kedaulatan

pangan yang merupakan penjabaran dari butir keenam dan ketujuh dari

sembilan agenda, yaitu peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di

pasar internasional; dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakan sektor-sektor strategis ekonomis domestik. Agenda tersebut

diterjemahkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019. Kementerian Pertanian yang dilaksanakan dengan cara

akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kedaulatan

pangan melalui peningkatan produksi pangan pokok, terjaminnya bahan

pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat, dan

meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan.

Pelaksanaan agenda tersebut memerlukan dukungan informasi

sumberdaya lahan berupa Peta Tanah Semidetail skala 1:50.000. Pada skala

tersebut, Peta Tanah mengandung informasi lebih detail tentang sifat-sifat

tanah, luas dan penyebarannya di suatu wilayah, sehingga dapat digunakan

sebagai informasi dasar dalam penyusunan peta tematik, seperti peta

kesesuaian lahan. Peta kesesuaian lahan skala 1:50.000 mempunyai

peranan penting dalam memberikan informasi berbagai komoditas pertanian

yang sesuai untuk dikembangkan, faktor pembatas, luas dan

penyebarannya di suatu wilayah, sehingga pemerintah dan pelaku usaha

sektor pertanian mempunyai banyak pilihan dalam mempercepat

penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan

kedaulatan pangan, sistem pertanian bioindustri berkelanjutan dan

kesejahteraan petani.

Demikian pula dengan rekomendasi pengelolaan lahan, peta tanah

skala 1:50.000 dapat dijadikan acuan dasar penyusunan rekomendasi

pengelolaan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan. Implementasinya

di tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota, peta tanah skala 1:50.000

digunakan untuk penyusunan dan atau revisi Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW), sehingga daerah dapat mengalokasikan ruang yang lebih tepat

sesuai dengan potensinya.

Indonesia mempunyai luas daratan 191,09 juta hektar yang terdiri

atas 511 kabupaten/kota (BPS, 2013), memiliki keragaman sifat tanah,

iklim, relief, sehingga setiap wilayah mempunyai potensi pengembangan

komoditas pertanian berbeda dan spesifik. Berdasarkan hal tersebut, untuk

perencanaan pertanian di tingkat kabupaten/kota diperlukan data potensi

sumberdaya lahan pada skala 1:50.000 atau lebih besar.

Page 10: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

2

Akhir tahun 2013, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, telah menyelesaikan pemetaan sumberdaya

lahan/tanah tingkat tinjau skala 1:250.000 di seluruh Indonesia. Sesuai

skala, informasi yang terkandung di dalamnya hanya dapat digunakan untuk

perencanaan pertanian di tingkat provinsi/regional. Untuk perencanaan

pertanian di tingkat kabupaten/kota, data potensi sumberdaya lahan perlu

tersedia pada skala yang lebih detail skala 1:50.000 atau lebih besar.

Kegiatan survei dan pemetaan tanah tingkat semidetail skala 1:50.000

telah dimulai sejak tahun 1975, namun kegiatan pemetaan tersebut masih

berdasarkan kepentingan program saat itu, yaitu program transmigrasi,

pencetakan sawah pasang surut, pembuatan jaringan irigasi, dan lain-lain.

Pemetaan tanah semidetail berbasis kabupaten/kota telah dilakukan sejak

2012 sampai 2016. Peta-peta tanah semidetail yang dihasilkan tersebut

sangat beragam, baik format maupun isi dan legenda petanya, berasal dari

berbagai sumber instansi pemerintah dan swasta serta dibuat dengan

metodologi dan waktu yang berbeda. Sebagian peta-peta tersebut memiliki

data yang tidak atau kurang lengkap, baik data spasial maupun data

tabularnya, sehingga perlu diverifikasi, diperbaiki dan diseragamkan agar

menjadi peta tanah yang berkualitas.

Berdasarkan kondisi data/peta tanah semidetail yang dihasilkan tahun

sebelumnya, hingga Tahun 2017 telah dilakukan korelasi dan updating

terhadap peta tanah di 382 kabupaten/kota, dan pada Tahun Anggaran

2018 dilanjutkan di 129 kabupaten/kota lainnya di Indonesia, salah satunya

adalah korelasi dan updating peta tanah semidetail skala 1:50.000 Kota

Langsa, Provinsi Aceh. Peta tanah tersebut, selanjutnya akan diturunkan

menjadi peta kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian

strategis dan unggulan serta penyusunan rekomendasi pengelolaan lahan

mendukung kedaulatan pangan nasional, khususnya di wilayah Kota Langsa,

Provinsi Aceh.

II. BAHAN DAN METODE

Korelasi peta tanah semidetail adalah penyelarasan/penyeragaman

format peta, berupa batas dan isi satuan peta beserta legenda peta,

meliputi kompilasi dan verifikasi data/peta tanah. Reinterpretasi data dan

citra digunakan untuk memperbaiki delineasi poligon/satuan peta tanah,

reklasifikasi landform, bahan induk, klasifikasi tanah, serta penyusunan peta

tanah semidetail terkorelasi dengan peta dasar RBI dari Badan Informasi

Geospasial (BIG).

Kegiatan korelasi peta tanah dilaksanakan secara deskwork dan

verifikasi lapang. Verifikasi lapang dilakukan untuk pengecekan batas dan isi

satuan peta tanah serta melengkapi dan menambah data deskripsi profil

pewakil dan pengambilan contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium.

Dilanjutkan dengan penyelerasan/pembaharuan dan penyeragaman peta

tanah terkait format peta, batas satuan peta tanah dan legenda peta.

2.1. Waktu dan Tempat

Korelasi peta tanah semidetail Kota Langsa dilaksanakan pada Tahun

Anggaran 2018. Kegiatan ini sebagian besar dilakukan melalui kompilasi,

korelasi dan updating data/peta tanah semidetail dari hasil kegiatan survei

dan pemetaan tanah tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan korelasi dan

updating peta tanah dilakukan secara deskwork, verifikasi hasil deskwork di

lapangan, dan analisis tanah di laboratorium.

2.2. Ruang Lingkup Kegiatan Korelasi

a. Penelaahan batas satuan peta tanah dan karakteristiknya, kompilasi,

validasi seluruh data karakteristik dan peta tanah semidetail Kota

Langsa.

b. Penyeragaman format peta tanah semidetail skala 1:50.000 dan tata

letak unsur-unsur peta sesuai dengan prinsip kartografis yang baku.

Page 11: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

3

c. Penyeragaman dan perbaikan isi legenda peta, informasi satuan peta

antara lain: landform, relief/lereng, bahan induk tanah, jenis tanah dan

karakteristik, serta luasan dalam hektar dan persen. Prosedur ini

dimaksudkan agar peta tanah yang dihasilkan menjadi peta tanah yang

berkualitas, baik dari sisi format peta, isi peta maupun legenda peta

serta melakukan layout untuk seluruh lembar peta tanah semidetail

skala 1:50.000 mengacu pada format peta RBI dari BIG.

d. Validasi dan penelusuran data spasial dan data tabular karakteristik

lahan/tanah dari setiap satuan peta tanah.

e. Penyelarasan batas satuan peta tanah dan karakteristiknya pada

perbatasan antara kabupaten.

f. Penyusunan draft peta tanah semidetail skala 1:50.000 terkorelasi.

g. Verifikasi dan pengecekan akurasi peta tanah yang telah dikorelasi di

lapangan, terutama terkait dengan sebaran, batas dan isi satuan peta

tanah serta karakteristik lahan/tanahnya.

h. Finalisasi peta tanah semidetail Kota Langsa hasil korelasi.

2.3. Bahan

Bahan-bahan dan peralatan yang digunakan dalam penyusunan peta

tanah semidetail skala 1:50.000 yang terkorelasi dan ter-update, adalah

sebagai berikut: (i) Peta tanah semidetail skala 1:50.000 Kota Langsa

(BBSDLP, 2016); (ii) Data digital citra Landsat-8/SPOT-6/Radar/SRTM; (iii)

Peta rupa bumi Indonesia (RBI) dan peta dasar digital skala 1:50.000; (iv)

Peta kontur digital atau DEM (digital elevation models) dari US Geological

Survey dengan interval 25 m dan SRTM; (v) Peta geologi skala 1:100.000

atau 1:250.000 yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi Bandung; (vi) Atlas

Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia Skala 1:1.000.000 (Puslitbangtanak,

2003); (vii) Buku Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional (Subardja et al.

2016) dan Keys to Soil Taxonomy (Soil Surveys Staff, 2014); (viii) Buku

Petunjuk Teknis Survei dan Pemetaan Tanah Semidetail Skala 1:50.000

(Hikmatullah et al., 2014); (ix) SNI 8473, 2018; (x) Buku Pedoman Korelasi

Tanah (Puslittanak, 1994); (xi) Buku Pedoman Klasifikasi Landform (Ritung

et al., 2017); (xii) Alat tulis kantor, bahan gambar dan bahan komputer; dan

(xiii) Komputer PC dan/atau laptop dilengkapi program ArcView dan ArcGIS

untuk analisis data spasial.

2.4. Metode

Korelasi dan updating peta tanah semidetail skala 1:50.000

menggunakan pendekatan kompilasi dan validasi data/peta, reinterpretasi

citra untuk penelaahan batas delineasi/poligon-poligon satuan peta tanah

(SPT), penyeragaman format dan isi peta, legenda peta dan unsur-unsur

satuan peta, hubungan karakteristik lahan/tanah dengan faktor-faktor

pembentuk tanah, reklasifikasi landform, reklasifikasi tanah, penyelarasan

data sifat tanah (morfologi, sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah) dengan

klasifikasi tanah dan bahan induk tanah, serta hubungan antar sifat-sifat

fisik dan kimia tanah. Korelasi dan updating peta tanah semidetail

dilakukan pada peta-peta tanah yang dihasilkan dari survei dan pemetaan

tanah tahun-tahun sebelumnya. Satuan peta tanah terdiri atas unsur-unsur

satuan tanah, satuan landform, relief/lereng, bahan induk, dan luasan

dalam hektar dan persen. Metodologi dan lingkup kegiatan korelasi dan

updating peta tanah semidetail disajikan pada Gambar 1. Tahapan kegiatan

penelitian adalah sebagai berikut:

Studi pustaka - Studi pustaka meliputi pengumpulan data/informasi

sumberdaya lahan/tanah dan mempelajari peta-peta tanah dan laporan hasil

pemetaan tanah semidetail dan/atau peta tanah tinjau skala 1:250.000

(BBSDLP) dari provinsi dan kabupaten yang relevan digunakan sebagai

bahan referensi.

Page 12: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

4

Gambar 1. Diagram alir prosedur korelasi dan updating peta tanah Kota

Langsa, Provinsi Aceh

Penyediaan data penunjang – Meliputi penyediaan data citra Landsat/

SPOT-6, peta dasar digital, peta rupa bumi, peta geologi, dan peta

agroklimat. Sebagian peta dasar yang digunakan tidak seragam, karena

merupakan data lama, sehingga perlu diperbaharui dan diseragamkan untuk

seluruh wilayah Indonesia. Peta dasar digital skala 1:50.000 edisi terbaru

diperoleh dari BIG, dengan melakukan beberapa perbaikan/koreksi

berdasarkan kenampakan data citra Landsat atau radar SRTM/DEM. Peta

dasar digunakan untuk mentransfer kembali delineasi satuan peta tanah.

Kompilasi data/peta - Kegiatan kompilasi data dilakukan secara

bertahap meliputi penelaahan peta dan legenda peta serta unsur-unsur

satuan peta dan karakteristik lahan/tanahnya untuk mengetahui perbedaan

dalam penamaan unsur-unsur satuan peta tanah, kemudian disusun kembali

menjadi satu legenda yang utuh untuk seluruh kabupaten tersebut. Selain

itu dilakukan penggabungan antar lembar-lembar peta yang berdampingan

dengan kabupaten sebelahnya, baik poligon-poligon dan isinya sudah

tersambung (edge matching), selanjutnya dilakukan perbaikan dan

penyeragaman.

Validasi data/peta – Peta-peta tanah yang telah dikumpulkan dan

dikompilasi kemudian ditelaah kelengkapan data dan keakurasiannya. Peta

tanah memiliki format peta dan legenda peta serta poligon satuan peta

tanah yang berisikan informasi jenis dan komposisi tanah, landform, relief

dan lereng, bahan induk, sebaran dan luasannya. Terkait dengan informasi

tanah didukung oleh profil pewakil, data morfologi tanah, sifat fisik, kimia

dan mineralogi tanah. Dilakukan kegiatan analisis hubungan antara macam

tanah dan karakteristiknya, serta dengan faktor-faktor pembentuknya (iklim,

topografi/relief, bahan induk, vegetasi), dan hubungan antar sifat-sifat

tanahnya, seperti pH dengan KB, KTK tanah dengan kadar liat, dan lain-lain.

Penyediaan peta dasar dan reinterpretasi citra – Peta dasar dibuat dari

peta RBI skala 1:50.000 dan semua hasil interpretasi citra/DEM dan data

geologi di-overlay-kan. Standar format peta tematik memiliki karakteristik

antara lain bentuk dan ukuran peta, skala peta, judul peta, instansi pembuat

peta, arah utara peta, indeks peta, peta situasi, legenda peta, keterangan

umum, letak geografis/UTM, ukuran garis (poligon satuan peta, jalan,

sungai, nama tempat, garis pantai, batas administrasi, batas pemukiman),

dan lainnya. Pemindahan/transfer poligon satuan peta tanah ke peta dasar

RBI skala 1:50.000 dari BIG dilakukan dengan menggunakan software

ArcInfo, atau ArcGIS, dan lainnya. Interpretasi data citra/DEM dilakukan

pada wilayah kabupaten yang belum memiliki peta tanah dalam format

softcopy (shp.file) tetapi hanya memiliki peta tanah hardcopy (jpg.file) atau

data spasial dengan tema lain. Interpretasi citra/DEM ditujukan untuk

Page 13: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

5

mendelineasi dan membatasi satuan-satuan lahan sebagai wadah satuan-

satuan tanah yang kemudian di-overlay-kan dengan peta dasar/RBI dan

peta geologi. Penamaan dan pemberian simbol landform/ relief mengacu

pada Pedoman Klasifikasi Landform (Ritung et al., 2017).

Penyelarasan peta tanah dan legenda – Peta tanah harus memiliki

legenda yang memberikan informasi sebaran dan luasan satuan peta dan

karakteristiknya di masing-masing wilayah kabupaten. Pada setiap peta

tanah memerlukan keselarasan dengan legenda peta yang dibangun. Semua

informasi di dalam legenda peta harus terwadahi atau tergambarkan dalam

peta tanah. Setiap satuan peta yang digambarkan dalam poligon-poligon

dalam peta tanah, biasanya diberi simbol atau warna, semua satuan peta

tersebut harus terdistribusi dalam peta tanah. Ketidakselarasan peta tanah

dan legenda yang berisikan satuan-satuan peta akan menimbulkan masalah

dalam penggunaan dan interpretasinya. Pengecekan dan validasi terhadap

pola sebaran, bentuk dan ukuran poligon/satuan peta sangat diperlukan

untuk memastikan kelengkapan data dan keakurasian peta yang dibuat.

Penyeragaman tata letak, isi dan struktur informasi (simbol dan warna

satuan peta, serta unsur-unsur satuan peta) dari legenda sangat diperlukan

untuk mempertahankan konsistensi dan kemudahan dalam penggunaannya.

Penyelarasan satuan peta dan unsur-unsurnya – Satuan peta

menggambarkan komposisi unsur-unsur pembentuknya. Dalam satuan peta

tanah semidetail sesuai acuan dalam Petunjuk Teknis Survei dan Pemetaan

Tanah Semidetail Skala 1:50.000 (Hikmatullah et al., 2014), unsur-unsur

penyusun satuan peta tanah terdiri atas satuan tanah (Macam Tanah,

kedalaman tanah, drainase, tekstur, reaksi tanah, kapasitas tukar kation

(KTK) dan kejenuhan basa (KB) serta proporsinya), landform, relief/lereng,

bahan induk dan luasan dalam hektar dan persen. Penyelarasan hubungan

tanah dan faktor-faktor pembentuknya, kelayakan komposisi tanah dalam

setiap satuan peta terkait dengan ketersediaan data tanah (profil pewakil,

morfologi, sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah), serta perbaikan klasifikasi

landform dan klasifikasi tanah sesuai dengan perkembangan IPTEK tanah.

Penyusunan draft peta tanah terkorelasi dan ter-update – Draft peta

tanah semidetail disusun setelah dikorelasi (perbaikan dan penyeragaman

format dan legenda peta) dan di-update (perbaikan dan penyeragaman

format dan isi peta serta tambahan data tanah). Format dan bentuk peta

(portrait atau horisontal) disesuaikan dengan luasan dan bentuk lahan

masing-masing kabupaten. Peta tanah dilengkapi dengan legenda. Peta

tanah semidetail dibuat mengikuti format dan ukuran peta RBI dari BIG

skala 1:50.000. Legenda peta memuat informasi simbol dan/atau warna

satuan peta tanah, satuan tanah (Macam Tanah/Subgrup), landform, bahan

induk, relief/lereng (%) dan luasan (ha dan %). Bentuk dan uraian legenda

peta tanah serta uraian satuan peta tanah dan karakteristik lahannya

mengacu pada Petunjuk Teknis Survei dan Pemetaan Tanah Semidetail

(Hikmatullah et al., 2014). Penyusunan dan penyajian draft peta tanah

semidetail perlu memperhatikan hal-hal yang terkait dengan: peta dasar dari

RBI, format peta, ukuran lembar peta, dan informasi dari peta: judul dan

skala peta (skala garis dan skala angka), instansi penerbit dan tahun

pembuatan, legenda, arah utara peta, angka koordinat geografis/UTM,

batas administrasi, petunjuk letak peta, diagram lokasi (indeks peta), dan

informasi umum lainnya (simbol pemukiman, sumber peta dasar, penyusun

peta, dan lain-lain).

Verifikasi lapang dan pengambilan contoh tanah – Verifikasi lapang

dimaksudkan untuk pengecekan kebenaran dan keakurasian peta tanah

yang telah disusun dan penambahan data pengamatan tanah dan

lingkungannya serta pengambilan contoh tanah untuk dianalisis di

laboratorium. Penambahan data tanah dan lingkungannya (data iklim,

penggunaan lahan, landform, relief/lereng, bahan induk) di lapang sangat

diperlukan untuk peta-peta tanah yang kurang memiliki kelengkapan data.

Pengamatan tanah meliputi faktor lingkungan pembentukan tanah,

penetapan lokasi profil pewakil yang dicatat dengan GPS, deskripsi morfologi

Page 14: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

6

tanah dan pengambilan contoh tanah. Identifikasi landform di lapang

diklasifikasikan menurut Ritung et al. (2017) dan klasifikasi tanah nasional

menurut Subardja et al. (2016) serta padanannya menurut Keys to Soil

Taxonomy (Soil Surveys Staff, 2014). Data tambahan pengamatan lapang

ini digunakan sebagai input perbaikan batas satuan peta dan melengkapi

data karakteristik lahan/tanah. Metode pengamatan tanah dan deskripsi

profil tanah mengacu pada Pedoman Pengamatan Tanah (Sukarman et al.,

2017) atau Soil Survey Manual (Soil Survey Division Staff, 1993).

Analisis tanah di laboratorium – Contoh tanah dari profil pewakil

satuan tanah dan/atau satuan peta diambil untuk melengkapi data tanah

yang belum tersedia. Analisis contoh tanah dilakukan di laboratorium Balai

Penelitian Tanah, Bogor. Analisis contoh tanah meliputi: penetapan tekstur

(3 fraksi), kandungan bahan organik (C, N, dan C/N), reaksi tanah (pH H2O

dan pH KCl), kandungan P2O5 dan K2O potensial (ekstraksi HCl 25%), P2O5

Olsen dan Bray I, basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K, dan Na), kapasitas

tukar kation (KTK-NH4OAc pH 7), kemasaman dapat tukar (Al dan H)

ekstrak KCl 1 N, dan komposisi mineral pasir fraksi total. Untuk tanah

Andosol dilakukan analisa tambahan berupa pH NaF, retensi P, kadar Al, Fe

dan Si ekstraksi asam oksalat. Prosedur analisis contoh tanah mengacu

pada Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Air, Tanaman, dan Pupuk

(Eviati dan Sulaeman, 2012).

Finalisasi peta tanah terkorelasi dan ter-update – Setelah dilakukan

perbaikan peta berdasarkan hasil verifikasi lapang dan penambahan data

tanah dan lingkungannya (ter-update), peta tanah difinalisasi dan disajikan

dalam 2 bentuk peta, yaitu: (1) softcopy peta tanah semidetail skala

1:50.000 berbasis kabupaten mengikuti format dan ukuran lembar peta RBI

dari BIG skala 1:50.000, legenda peta disajikan terpisah, dan (2) hardcopy

(cetakan) peta tanah semidetail skala 1:50.000 berbasis kabupaten disajikan

dalam format dan ukuran A3 dengan skala garis termasuk legenda peta.

Peta tanah dan legenda yang terkorelasi dan ter-update di-layout.

Perbanyakan peta dan penyusunan laporan – Peta-peta tanah

semidetail skala 1:50.000 berbasis kabupaten yang telah difinalisasi (ter-

update dan terkorelasi) dan siap dicetak diperbanyak sesuai keperluan.

Sedangkan peta tanah semidetail skala 1:50.000 berbasis kabupaten dalam

format softcopy shp.file diperbanyak dalam CD sesuai dengan kebutuhan.

Peta tanah cetakan disajikan dalam format RBI-BIG ukuran A3 dengan skala

garis dan dilengkapi legenda peta ditujukan untuk keperluan diseminasi

hasil-hasil penelitian. Peta tanah tercetak disajikan dengan laporan lengkap

setiap kabupaten, meliputi: Pendahuluan, Bahan dan Metode, Keadaan

Daerah, Keadaan Tanah, Penutup, Kesimpulan, Daftar Pustaka dan

Lampiran.

Page 15: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

7

III. KEADAAN DAERAH

3.1. Lokasi dan Perhubungan

Kota Langsa, Provinsi Aceh dengan ibuKota Langsa mempunyai luas

wilayah 26.242 ha (BPS Kota Langsa, 2017), sedangkan menurut hasil

pemetaan BBSDLP (2018) luas kabupaten tersebut adalah 21.709 ha.

Secara geografis kabupaten ini terletak pada koordinat 97o58’00” –

98o20’00” Bujur Timur dan 4o28’00” - 4o40’00” Lintang Utara. Peta lokasi

kabupaten tersebut disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Kota Langsa, Provinsi Aceh

Kota Langsa berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara,

Kabupaten Aceh Timur di sebelah barat, Kabupaten Aceh Tamiang di

sebelah timur dan Kabupaten Aceh Timur di sebelah selatan. Kota ini terdiri

atas 4 kecamatan (BPS Kota Langsa, 2017), yaitu Kecamatan Langsa Barat

(4878 ha), Langsa Timur (7823 ha), Langsa Lama (4505 ha) Langsa Baro

(6168) dan Langsa Kota (609 ha). Jumlah penduduk 165.890 jiwa, yang

terdiri atas 82.303 laki-laki dan 83.587.

Langsa, ibukota Kota Langsa dapat dicapai dari Kota Banda Aceh

melalui jalan darat (poros Banda Aceh-Medan) dengan mobil menggunakan

sekitar 6-7 jam dengan kondisi jalan yang cukup baik. Transportasi antar

kecamatan cukup lancar, angkutan umum mobil dari dan menuju kota

cukup banyak dan cukup lancar.

3.2. Iklim dan Hidrologi

Iklim merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman. Unsur iklim yang berpengaruh langsung terhadap

pertumbuhan tanaman adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara,

radiasi matahari dan kecepatan angin. Diantara unsur-unsur iklim tersebut

curah hujan merupakan unsur iklim paling dominan. Curah hujan digunakan

sebagai salah satu kriteria untuk menetapkan keadaan iklim suatu daerah

dalam hubungannya dengan kesesuaian dan persyaratan tumbuh tanaman.

Tabel 1 dan Gambar 4 menyajikan distribusi curah hujan rata-rata

bulanan di Kota Langsa. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah curah

hujan rata-rata tahunan bervariasi dari 2.022 sampai 2.045 mm. Puncak

curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan November-Januari dan

curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan Maret. Curah hujan rata-

rata bulanan tertinggi sebesar 334 mm dan terendah 72 mm.

Tabel 1. Distribusi curah hujan rata-rata bulanan di Kota Langsa, Provinsi Aceh

Stasiun Curah hujan (mm)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Tahunan

Langsa 324 81 94 103 171 95 99 128 242 199 219 267 2.022

Idi Rayeuk 204 99 50 77 115 128 124 156 182 213 296 401 2.045

Rata-rata 264 90 72 90 143 112 112 142 212 206 258 334 2.034

Sumber: http://id.climate-data.org/continent/asia/ ; RePProT (1988); BPS Kota Langsa (2016)

Page 16: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

8

Gambar 3. Grafik curah hujan rata-rata bulanan di Kota Langsa

Klasifikasi tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951) sering

digunakan untuk pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan.

Kriteria yang digunakan adalah dengan menentukan nilai Q, yaitu rasio

antara jumlah bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q =

BK/BB x 100%). Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 100 mm,

dan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <60 mm.

Berdasarkan data curah hujan tersebut (Tabel 1), maka wilayah Kota

Langsa mempunyai tipe hujan C dengan nilai Q = 60%. Jumlah bulan basah

hanya berlangsung selama 5-6 bulan dan bulan kering selama 3 bulan. Hal

ini menunjukkan bahwa kabupaten tersebut tergolong beriklim agak kering.

Suhu udara rata-rata tahunan sebesar 26,9 oC dengan rata-rata

bulanan 25,9 sampai 27,8 oC (Tabel 2), yang menunjukkan bahwa wilayah

kabupaten tersebut tergolong dataran rendah dengan suhu rata rata

tahunan > 22 oC. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan cukup tinggi

sebesar 87% dengan variasi bulanan dari 84 sampai 88%, yang

mencerminkan daerah mempunyai kelembaban tinggi.

Tabel 2. Suhu udara dan kelembaban udara rata-rata bulanan di Kota

Langsa, Provinsi Aceh

Stasiun Suhu udara (oC)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Tahunan

T oC 26,4 25,9 27,3 27,7 27,8 27,5 27,1 27,0 27,0 26,9 26,3 26,1 26,9

RH % 86 85 84 86 86 87 86 87 88 88 88 88 87

Sumber: Kota Langsa Dalam Angka (BPS, 2016).

Oldeman, Darwis dan Las (1978) menyusun peta zona agroklimat

yang didasarkan pada jumlah bulan basah (> 200 mm/bulan) dan bulan

kering (<100 mm/bulan) secara berturut-turut (consecutive). Zonasi

tersebut digunakan untuk penentuan potensi pengembangan tanaman

pangan, terutama padi sawah di suatu daerah. Berdasarkan hasil analisis

data curah hujan, kabupaten ini termasuk zona agroklimat E3, yaitu wilayah

yang mempunyai bulan basah selama <3 bulan berturut-turut dan bulan

kering 5-6 bulan.

Lebih lanjut Oldeman et al. (1978) menjelaskan bahwa daerah dengan

jumlah bulan basah > 3 bulan berturut-turut dapat diusahakan padi sawah,

dan juga palawija, karena jumlah bulan basah tersebut dianggap mencukupi

untuk pertumbuhan padi sawah. Berdasarkan kriteria tersebut, pada zona

E3 padi sawah tadah hujan tidak dapat diusahakan karena air tidak

mencukupi, sedangkan tanaman palawija masih dapat diusahakan 1-2 kali,

karena terdapat bulan lembab selama >3 bulan. Berdasarkan analisis

potensi masa tanam, maka pola tanam yang mungkin dapat diterapkan di

wilayah kabupaten ini adalah: Palawija-palawija atau Palawija-bera. Padi

sawah dapat diusahakan apabila ada tambahan suplai air irigasi, dengan

memanfaatkan sumber air permukaan/sungai yang ada.

Di wilayah ini mengalir beberapa sungai cukup besar, antara lain Kr.

Langsa dan Kr. Kuala Simpang, tetapi karena letak geografis kota ini berada

di daerah pantai, maka sungai tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Cu

rah

hu

jan

(m

m)

Page 17: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

9

keperluan pengairan/irigasi, kecuali dari hulu sungai yang dialirkan melalui

saluran irigasi.

3.3. Bahan Induk, Landform dan Relief

Menurut peta geologi lembar Lhokseumawe (Keats et al., 1981) skala

1:250.000, formasi batuan di kabupaten ini terdiri atas formasi batuan

berumur Kuarter, Tersier dan Pra-Tersier. Jenis batuannya terdiri atas

endapan permukaan, batuan sedimen, metamorfik, dan vulkan.

Formasi batuan tersebut antara lain terdiri atas: Formasi Endapan

Permukaan (Qh) bersusunan liat, debu, pasir dan kerikil; Formasi Idi (Qpi)

bersusunan pasir, kerikil mampat dan batugamping; Formasi Julu Rayeu

(QTjr) bersusunan batupasir tufaan dan lempung berlignit; dan Formasi

Seureula (Tps) bersusunan batupasir gunungapi dan batulumpur

gampingan.

Berdasarkan hasil identifikasi lapangan yang ditunjang oleh data

analisis mineral fraksi pasir, bahan induk tanah di kabupaten ini terdiri atas:

(a) endapan aluvium bersusunan pasir, debu, liat dan kerikil; (b) endapan

marin resen dan subresen/teras marin, (c) batupasir dan batuliat berkapur,

(d) batugamping.

Berdasarkan Peta Tanah Semidetail Kota Langsa skala 1:50.000

(BBSDLP, 2018), kabupaten ini terdiri atas 4 grup landform, yaitu: Aluvial

(A), Fluvio Marin (B), Marin (M), dan Tektonik (T), serta Lain-Lain (X). Tabel

3 menyajikan sebaran landform tersebut dengan uraian masing-masing grup

landform sebagai berikut:

Grup Aluvial

Grup Aluvial tergolong berumur muda yang terbentuk dari hasil

proses-proses pengendapan/fluvial (aktivitas sungai, danau), koluvial

(gravitasi) atau gabungan kedua proses tersebut. Grup Aluvial yang

dijumpai di kota ini adalah dataran aluvial. Luas grup landform ini adalah

1.506 ha atau 6,94% dari luas kota.

Grup Fluvio Marin

Landform Fluvio-Marin terbentuk oleh proses pengendapan sungai yang

dipengaruhi oleh pengendapan marin pada daerah peralihan dari dataran

aluvial ke marin. Bahan endapan bersusunan liat, debu dan pasir halus.

Penyebarannya dijumpai di belakang landform marin berupa dataran fluvio-

marin. Luas 2.538 ha atau 11,69% dari luas kota.

Tabel 3. Sebaran landform di Kota Langsa, Provinsi Aceh

Grup Landform

Sub Landform

Luas

Ha %

Aluvial (A) Dataran aluvial 1.506 6,94

Jumlah 1.506 6,94

Fluvio Marin (B) Dataran fluvio marin 2.538 11,69

Jumlah 2.538 11,69

Marin (M)

Dataran pasang surut lumpur 3.292 15,16

Dataran asang surut mangrove 3.517 16,20

Teras marin 4.018 18,51

Jumlah 10.827 49,87

Tektonik (T)

Teras angkatan 2.707 12,47

Dataran tektonik 290 1,34

Jumlah 2.997 13,81

Aneka (X) Pemukiman/badan air 2.159 9,95

Jumlah 21.709 100,00

Sumber: Peta Tanah Semidetail Kota Langsa, skala 1:50.000 versi update (BBSDLP, 2018).

Grup Marin

Grup Marin terbentuk oleh proses pengendapan yang dipengaruhi oleh

aktifitas air laut. Endapan berupa liat/lumpur, pasir, dan kerikil. Sebagian

memperlihatkan bekas-bekas beting pasir lama/subresen dengan pola

memanjang sejajar pantai, dan cekungan di belakangnya. Penyebarannya di

sepanjang daerah pantai, terdiri dari landform dataran pasang surut lumpur,

dataran pasang surut mangrove dan teras marin. Luas grup ini adalah

Page 18: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

10

10.827 ha atau 49,87 % dari luas kota.

Gambar 4. Citra landsat sebagian wilayah Kota Langsa

Grup Tektonik

Landform Tektonik terbentuk akibat proses-proses tektonik

(orogenesis, epirogenesis), berupa proses-proses angkatan (uplifted),

lipatan (folded), dan patahan (faulted). Umumnya mempunyai bentukan

khas yang ditentukan oleh proses pembentukan dan sifat litologinya. Grup

Tektonik yang dijumpai di kota ini merupakan grup landform yang terluas,

yang terdiri atas dataran tektonik dan teras angkatan, yang terbentuk dari

formasi batuan sedimen berumur Tersier. Relief bervariasi dari datar sampai

bergelombang, berlereng datar sampai landai. Luas grup ini adalah 2.997 ha

atau 9,95% dari luas total kota.

Grup Aneka

Grup aneka/lain-lain yang dijumpai di daerah ini adalah tubuh

air/danau, sungai dan pemukiman/kota. Luas grup ini 2.159 ha atau 20,50%

dari luas kota.

Tabel 4 menyajikan sebaran relief dan lereng di Kota Langsa, yang

menunjukkan bahwa seluruh wilayah kota ini ini tergolong relief datar

sampai bergelombang (lereng <15%) dengan luas mencapai 21.709 ha.

Rincian sebaran wilayah relief datar 50,80%, agak datar 8,71%, relief

berombak 14,95%, dan relief bergelombang 15,60% dari luas total kota.

Ditinjau dari segi relief/lereng, maka wilayah-wilayah dengan relief tersebut

cukup potensial untuk pengembangan pertanian, baik tanaman pangan

maupun perkebunan, tetapi karena merupakan daerah pemukiman

perkotaan maka pengembangan pertanian akan terbatas.

Tabel 4. Sebaran relief di Kota Langsa, Provinsi Aceh

Simbol Relief Lereng (%) Luas

Ha %

f Datar 0-1 11.029 50,80

n Agak datar 1-3 1.890 8,71

u Berombak/agak landai 3-8 3.245 14,95

r Bergelombang/Landai 8-15 3.386 15,60

X Tubuh air dan pemukiman - 2.159 9,95

Luas Total 21.709 100,00

Sumber: Peta Tanah Semidetail Kota Langsa, skala 1:50.000 versi update (BBSDLP, 2018)

Page 19: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

11

IV. KEADAAN TANAH

4.1. Sifat-sifat dan klasifikasi tanah

Menurut Peta Tanah Semidetail Kota Langsa skala 1:50.000 versi

update (BBSDLP, 2018) dan verifikasi lapang menunjukkan bahwa tanah-

tanah yang dijumpai di kabupaten ini menurut Klasifikasi Tanah Nasional

(Subardja et al., 2016) terdiri atas 4 jenis yang menurunkan 6 macam

tanah. Padanan jenis-jenis tanah tersebut menurut Keys to Soil Taxonomy

(Soil Survey Staff, 2014) disajikan pada Tabel 5. Uraian jenis dan macam

tanah-tanah tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Klasifikasi tanah di Kota Langsa, Provinsi Aceh

Klasifikasi Tanah Nasional

(Subardja et al., 2016)

Keys to Soil Taxonomy

(Soil Survey Staff, 2014)

Jenis Macam Subgrup

Aluvial Aluvial Gleik Typic Fluvaquents

Kambisol Kambisol Distrik Typic Dystrudepts

Kambisol Eutrik Typic Eutrudepts

Gleisol Gleisol Humik Typic Humaquepts

Gleisol Eutrik Typic Endoaquepts

Mediteran Mediteran Haplik Typic Hapludalfs

Sumber: Peta Tanah Semidetail Kota Langsa, skala 1:50.000 versi update (BBSDLP, 2018).

1). Aluvial

Aluvial adalah jenis tanah-tanah muda, yang belum mempunyai

perkembangan struktur, dicirikan oleh susunan horizon A-C. Tanah

terbentuk dari endapan marin pada landform fluvio marin dan marin. Jenis

tanah yang dijumpai diklasifikasikan kedalam macam tanah Aluvial Gleik

yang setara dengan Typic Fluvaquents (Soil Survey Staff, 2014). Sifat-sifat

tanah tersebut adalah sebagai berikut:

Aluvial Gleik mempunyai penampang dalam, drainase terhambat, dan

tekstur agak halus sampai sedang, dan berlapis-lapis (stratified). Reaksi

tanah masam, kapasitas tukar kation sedang dan kejenuhan basa tinggi.

Kandungan C organik dan N total sedang sampai rendah, kandungan P2O5

total dan dan K2O total rendah sampai sedang.

Gambar 5. Tanah Aluvial Eutrik (kiri)

2). Kambisol

Kambisol adalah tanah-tanah yang sudah mempunyai perkembangan

struktur, yang ditunjukkan oleh susunan horison A-Bw-C pada tanah

berdrainase baik, atau horison A-Bg-C pada tanah berdrainase terhambat.

Tanah ini terbentuk dari bahan induk endapan marin pada landform teras

marin dan dari batuan sedimen pada landform tektonik. Jenis tanah ini

menurunkan macam tanah Kambisol Distrik dan Kambisol Eutrik. Sifat-sifat

macam tanah tersebut sebagai berikut:

Kambisol Distrik setara dengan Typic Dystrudepts (Soil Survey Staff,

2014). Tanah terbentuk dari batuliat dan batupasir pada landform tektonik.

Penampang tanah dalam, drainase agak terhambat, dan tekstur agak halus.

Page 20: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

12

Reaksi tanah masam, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa renadh.

Kadar C dan N organik rendah sampai sedang, kadar P2O5 total dan K2O

total rendah sampai sedang.

Kambisol Eutrik setara dengan Typic Eutrudepts (Soil Survey Staff,

2014). Tanah ini terbentuk dari bahan induk batupasir dan batuliat berkapur

pada landform tektonik dan teras marin. Penampang tanah dalam, drainase

baik, dan tekstur agak halus. Reaksi tanah agak masam, kapasitas tukar

kation tinggi (>24 cmol/kg tanah) dan kejenuhan basa tinggi (>50%).

Kadar C organik dan N-total rendah sampai sedang, kadar P2O5 total dan

K2O total rendah sampai sedang.

3). Gleisol

Gleisol adalah jenis tanah-tanah yang sudah mempunyai

perkembangan struktur, dicirikan oleh susunan horizon A-Bg-C, mempunyai

horison bawah permukaan kambik dengan ciri hidromorfik pada kedalaman

< 50 cm. Tanah terbentuk dari endapan aluvium sungai pada landform

aluvial. Pada tingkat macam, tanah ini menurunkan Gleisol Humik dan

Gleisol Eutrik. Sifat-sifat tanah tersebut sebagai berikut:

Gleisol Humik setara dengan Typic Humaquepts (Soil Survey Staff,

2014). Tanah terbentuk dari endapan marin pada landform fluvio marin.

Penampang tanah dalam, warna tanah lapisan atas agak gelap dan cukup

tebal, drainase terhambat dan tekstur halus. Reaksi tanah netral, kapasitas

tukar kation tinggi dan kejenuhan basa sangat tinggi.

Gleisol Eutrik setara dengan Typic Endoaquepts (Soil Survey Staff,

2014). Tanah terbentuk dari endapan aluvium dan marin pada landform

aluvial, fluvio-marin dan marin. Penampang tanah dalam, drainase

terhambat, tekstur agak halus. Reaksi tanah agak masam, kapasitas tukar

kation sedang, dan kejenuhan basa tinggi. Kandungan C organik dan N-

total rendah sampai sedang. P2O5 dan K2O total bervariasi dari rendah

sampai tinggi.

Gambar 6. Tanah Kambisol Gleik (kiri) dan Gleisol Eutrik (kanan)

4). Mediteran

Tanah Mediteran termasuk tanah-tanah yang sudah mempunyai

perkembangan struktur cukup kuat, dicirikan oleh horison B argilik atau

kandik, dengan susunan horison A-Bt-C dan mempunyai kejenuhan basa

tinggi (>35%). Tanah terbentuk dari bahan induk batuliat berkapur pada

landform tektonik. Jenis tanah ini menurunkan macam tanah Mediteran

Vertik dan Mediteran Haplik dengan sifat-sifat sebagai berikut:

Mediteran Haplik setara dengan Typic Hapludalfs (Soil Survey Staff,

2014). Tanah berkembang dari bahan induk batupasir dan batuliat berkapur

pada landform tektonik. Penampang tanah dalam, drainase baik, dan tekstur

halus. Reaksi tanah agak masam, kapasitas tukar kation sedang, dan

kejenuhan basa tinggi. Kandungan C organik dan N total rendah sampai

sedang. Kandungan P2O5 total dan K2O total sedang.

Page 21: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

13

4.2. Satuan Peta Tanah

Peta Tanah Semidetail Kota Langsa skala 1:50.000 versi update

(BBSDLP, 2018) terdiri atas 14 Satuan Peta Tanah (Lampiran peta). Peta

Tanah tersebut menyajikan data penyebaran spasial satuan-satuan tanah

dan luasannya di suatu wilayah (Van Wambeke dan Forbes, 1986). Satuan

tanah adalah tanah-tanah yang mempunyai sifat-sifat sama atau hampir

sama, dimana sifat-sifat tersebut berkaitan dengan potensinya untuk

pertanian. Oleh karena itu, peta tanah sangat penting sebagai informasi

dasar untuk menilai potensi lahan dan evaluasi lahan untuk berbagai

komoditas pertanian.

Satuan Peta Tanah (SPT) menggambarkan kumpulan satuan-satuan

tanah yang mempunyai sifat-sifat sama atau hampir sama yang didelineasi

dalam suatu peta tanah. Pada legenda disajikan sifat-sifat tanah utama,

seperti: kedalaman tanah, drainase, tekstur, reaksi tanah (pH H2O),

Kapasitas Tukar Kation tanah dan Kejenuhan Basa. Satuan tanah dinyatakan

dalam Klasifikasi Tanah Nasional (Subardja et al., 2016) sampai tingkat

macam dan padanannya menurut Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff,

2014) sampai tingkat subgrup.

Sifat-sifat penciri dari Macam tanah yang digunakan dalam satuan

tanah dari setiap SPT meliputi: kedalaman tanah, kelas drainase tanah,

kelas tekstur tanah atau tingkat kematangan gambut, tingkat kemasaman

tanah, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) tanah

(Hikmatullah et al., 2014). Kriteria pengelompokan sifat-sifat tanah penciri

adalah sebagai berikut:

1. Kedalaman pada tanah tanah mineral dan tanah gambut dibedakan atas:

Tanah Mineral Tanah Gambut

Kelas Kedalaman Kelas Kedalaman

Sangat dangkal : < 25 cm Dangkal : 50-<100 cm

Dangkal : 25-50 cm Sedang : 100-<200 cm

Sedang : 51-75 cm Dalam : 200-<300 cm

Dalam : 76-100 cm Sangat dalam : 300-<500 cm

Sangat dalam : > 100 cm Sangat dalam sekali : >500 cm

2. Drainase tanah dibedakan atas:

Kelas drainase Keterangan

Cepat : Kelas 1

Agak cepat : Kelas 2

Baik : Kelas 3

Agak baik/sedang : Kelas 4

Agak terhambat : Kelas 5

Terhambat : Kelas 6

Sangat terhambat : Kelas 7

3. Kelas tekstur dibedakan atas:

Kelas tekstur Keterangan

Sangat halus : liat berat (fraksi liat>60%, tipe liat 2:1)

Halus : liat (clay), liat berdebu (silty clay), liat berpasir (sandy

clay)

Agak halus : lempung berliat (clay loam), lempung liat

berdebu (silty clay loam), lempung liat berpasir (sandy

clay loam)

Sedang : lempung (loam), debu (silt), lempung berdebu (silty

loam), lempung berpasir (sandy loam)

Agak kasar : pasir berlempung (loamy sand)

Kasar : pasir (sand)

4. Tingkat kemasaman tanah dibedakan atas:

Tingkat kemasaman Keterangan

Sangat masam : pH H2O < 4,5

Masam : pH H2O 4,5-5,5

Agak masam : pH H2O 5,6-6,5

Netral : pH H2O 6,6-7,5

Agak alkalis : pH H2O 7,6-8,5

Alkalis : pH H2O > 8,5

5. Kelas kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah dibedakan atas:

Page 22: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

14

Tingkat kemasaman Keterangan

Sangat rendah : < 5 cmol (+)/kg

Rendah : 5-16 cmol (+)/kg

Sedang : 17-24 cmol (+)/kg

Tinggi : 25-40 cmol (+)/kg

Sangat tinggi : > 40 cmol (+)/kg

6. Kelas kejenuhan basa (KB) dibedakan atas:

Tingkat kemasaman Keterangan

Sangat rendah : < 20%

Rendah : 20-35%

Sedang : 36-60%

Tinggi : 61-80%

Sangat tinggi : > 80%

Proporsi tanah diprediksi dari hasil pengamatan lapang melalui transek

landscape untuk menduga pola penyebaran tanah di lapangan dengan

memperhatikan hubungan tanah-landscape (Steers dan Hajek, 1979; Van

Wambeke dan Forbes, 1986). Proporsi satuan tanah pada setiap SPT

dibedakan menurut CSR/FAO (1983) dengan simbol dan arti sebagai

berikut: P = sangat dominan/predominant (>75%), D = dominan/dominant

(50-75%), F = sedang/fair (25-49%), M = sedikit/minor (10-24%) dan T =

sangat sedikit/trace (< 10%). Pada legenda peta tanah, satuan tanah yang

dimunculkan untuk setiap SPT paling banyak adalah 3 satuan tanah, dimana

tanah ketiga proporsinya M=minor. Dengan demikian, dalam setiap SPT

proporsi satuan tanahnya adalah P, P-M, D-F, atau D-F-M.

V. PENUTUP

Kota Langsa merupakan salah satu kota hasil pemekaran di Provinsi

Aceh. Pembangunan pertanian diantaranya bertujuan untuk

memberdayakan, membangun, mengembangkan, dan mempercepat laju

produktivitas wilayah dengan memanfaatkan secara optimal seluruh

sumberdaya yang tersedia, termasuk sumberdaya lahan/tanah.

Pembangunan sektor pertanian di Kota Langsa hendaknya merupakan

pembangunan yang bersifat komprehensif, terintegrasi secara lintas sektor,

disertai pendekatan terpadu dan terarah (integrated and aimed approach).

Dengan adanya Peta Tanah Semidetail Kota Langsa Skala 1:50.000,

dapat dijadikan sebagai informasi dasar dalam penyusunan peta tematik,

seperti peta kesesuaian lahan. Peta kesesuaian lahan skala 1:50.000

mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi berbagai

komoditas pertanian yang sesuai untuk dikembangkan, faktor pembatas

pertumbuhan, luas dan penyebarannya di suatu wilayah, sehingga

pemerintah dan pelaku usaha sektor pertanian mempunyai banyak pilihan

dalam mempercepat penyusunan program dan implementasi kebijakan

dalam mewujudkan kedaulatan pangan, sistem pertanian bioindustri

berkelanjutan dan kesejahteraan petani di Kota Langsa. Peta tanah skala

1:50.000 dapat dijadikan acuan dasar penyusunan rekomendasi pengelolaan

lahan dalam upaya peningkatan produktivitas lahan yang belum

termanfaatkan secara optimal.

Page 23: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

15

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal: http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/peta-rbi/

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

(BBSDLP). 2016. Laporan-Laporan Survei dan Pemetaan Tanah

Semidetail Skala 1:50.000 di 129 Kabupaten/Kota. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

BPS, 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

BPS Kota Langsa. 2014. Kota Langsa Dalam Angka 2014. BPS Kota Langsa,

Kobakma.

CSR/FAO. 1983. Reconnaissance land resource surveys at 1: 250.000 scale.

Atlas Format Procedure. AGOF/INS/78/006, Manual 4 Version 1,

Centre for Soil Research, Bogor.

Eviati dan Sulaeman. 2012. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,

Tanaman, Air, dan Pupuk. Edisi 2. Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Kementerian Pertanian.

Hikmatullah, Suparto, Chendy Tf, Sukarman, Suratman dan K. Nugroho.

2014. Petunjuk Teknis Survei dan Pemetaan Tanah Tingkat Semidetail

Skala 1:50.000. Edisi Pertama. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 34 hal.

http://id.climate-data.org/continent/asia/. Climate-data.org.

Keats, W., N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, H. Harahap, W.

Kartawa, H. Ngabito, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, dan R. Whandoyo.

1981. Peta geologi lembar Lhokseumawe, Sumatra, skala 1: 250.000.

Puslitbang Geologi, Bandung.

Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian

Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian, Jakarta. 339 hlm.

Oldeman, L.R., S.N. Darwis, and Irsal Las. 1978. Agro-Climatic map of

Sumatra, scale 1:3,000,000. Contr. Centr. Res. Inst for Agric. No. 60,

20p.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat

(Puslitbangtanak). 2003. Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia

skala 1:1.000.000. Puslitbangtanak, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak). 1994. Pedoman

Korelasi Tanah. Laporan Teknis No. 4 versi 2. Proyek LREP II. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ritung, S., Suparto, E. Suryani, K. Nugroho dan C. Tafakresnanto. 2017.

Petunjuk Teknis Pedoman Klasifikasi Landform untuk Pemetaan Tanah

di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya

Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Bogor. 49 hal.

Schmidt F.H. and J.H.A. Ferguson, 1951. Rainfall Types Based on Wet and

Dry Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea, Verh. No.

42. Kementerian Perhubungan, Jawatan Meteorologi dan Geofisika.

Jakarta.

Soil Survey Division Staff. 1993. Soil survey manual. USDA Handbook No.

436. Washington, DC.

Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. 12nd ed. USDA Natural

Resources Conservation Service. Washington DC.

Steers C. A. and B.F. Hajek. 1979. Determination of map unit composition

by random selection of transects. Soil Sci. Soc. Am. J. 43: 156-160.

Subardja, D. S., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani dan R. E.

Subandiono. 2016. Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Edisi

revisi 2016. Edisi Kedua. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 53 hal.

Sukarman, S. Ritung, M. Anda, dan E. Suryani. 2017. Pedoman Pengamatan

Tanah di Lapangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Bogor. 136 hal.

Page 24: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

16

Van Wambeke A, and T Forbes. 1986. Guidelines for using soil taxonomy in

the name of map unit. SMSS Tech. Monograph No.6, Cornell University,

Ithaca, NY. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 30:129-130.

Page 25: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

17

LAMPIRAN

Page 26: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

!

!!

!!!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!!!

! ! !

! !

!

!!!

!!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!

!!

!

!!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!

!

!

!!

!

!

!

!!

!

!

!

!

!!

!!!

!

!!

!

!!!

!

!!!

!

!

!

!!

!!!!

!!

!!

!

! !

!

!!

!!

!!

!!!

!!!

!

!!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!!!!!

!!

!

!

!

!

!!

!!

!

!!!!

!!!

!!

!!!!

!!

!

!

! !

!!

!!

!!

!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!

!!!!

!

!!!

!!

!

!

!

!

!

!

!

!!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!

!!

! !

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!! ! !

!! !

!!!

! ! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! !

!

!!

!

!!

! !!

!

! !

!

!!

!!

!

! !!

!

! !!

!

!

!

!!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!

!

!

!!

!

!!!

!

!!

!

!

! !

!!

!! !

! !!

!

!

!

!

!

!

!

!!

!!!

!

! !

!!

!

!!

!

!!

!

! !!

!!

!

! !

!

!!

!

!

!

!

!

!

!

! ! !

! !!

!

!

!

!!! !

!!

!! !

!

!

!

!! !

! !

!!

!!

!

!!

! ! !

!!

! !

!!

!! !

!

!

!

!

! !

!!

!

!!

!

! !

!

!

!

!

!!

!

! ! !

!!!

!

!!

!

!!

!!

!

!!!

!

!

!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!

! !

! ! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!

!

!!

!

!

!! !

!

!

! !!

! !

!

!!!

!!

!

!

!

!!!

!

!

!!

!

!!

! ! !

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

! !!

!!

!

! ! ! ! ! ! ! ! !! ! !

!!

! !!

!

! ! ! ! ! !! ! !

! ! !!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

! ! !

! ! !

!!

!

!!!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!!

!!

!!

!

!!!!!!!!!!!!!!!

!!!!!

!!!

!!!

!!!

!!

!

!

!!

!

!!!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!

!!!!

!

!

!

!

!!

!

!!

!!!

!!!

!

!!!

!!

!!

!

! !!

!!!

!

! !

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!

!!

!!!!!!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

! ! !! ! !

!!

!

!

!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!! !

!

!!

!

!

!

!!

!

!

!!!

!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!!

! !

! !

!!

!!

! !

! !

! !

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

! !

! !

! !

!!

!!

!!

!!

! !

!!

! !!

!

!!

!!

!!

!

!!

!

!

!! !!

!!

!!

!

!!

!! !

!

!!

!!

!!

!!

!!

! ! ! ! ! !

!

!

! !

!!

!

!

!!

!

!

! ! !!

!

!!

!!

!! !

! !!

!!

!!!

!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!!

!

! !

!

!

!!!

!

!

!

!

!!

!

!!

!!

!

!!!

!

!

!

!!!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!!!!!

!

!!!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!

!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!.

KEC. BANDA MULIA

KEC. BENDAHARA

KEC. BENDAHARA

KEC. BIREM BAYEUN

KEC. LANGSA BARAT

KEC. LANGSA BARAT

KEC. LANGSA BARO

KEC. LANGSA KOTA

KEC. LANGSA LAMAKEC. LANGSA TIMUR

KEC. MANYAK PAYED

KEC. PEUREULAK

KEC. PEUREULAK TIMUR

KEC. RANTAU SELAMAT

KEC. SEURUWAY

KEC. SUNGAI RAYA

KAB. ACEH TAMIANG

KAB. ACEH TIMUR

KOTA LANGSA

KOTA LANGSA

KOTA LANGSAKOTALUELANGSA

1

98°15'

98°15'

98°10'

98°10'

98°5'

98°5'

98°0'

98°0'

97°55'

97°55'

4°45'

4°45'

4°40'

4°40'

4°35'

4°35'

4°30'

4°30'

4°25'

4°25'

-958951

-958951

-948951

-948951

-938951

-938951

-928951

-928951

1049

9429

1049

9429

1050

9429

1050

9429

1051

9429

1051

9429

1052

9429

1052

9429

1053

9429

1053

9429

0 1 2 3 4Km

U

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2018

INDEKS PETA TANAH SEMIDETAILKOTA LANGSAPROVINSI ACEH

(Updating 2018)

KETERANGAN

Batas kabupaten/kota

Batas negaraBatas provinsi! !

Jalan tol

Jalan lain

Sungai/Danau

Jalan utama

Rel kereta api

Batas kecamatan! ! ! ! ! !

Ibukota provinsiIbukota kabupatenIbukota kecamatanBandara nasionalLapangan terbang lainnya

!

Pelabuhan laut nasional

Gunung#

op

Î0 Pelabuhan lainnya

!.

"/

P. Weh

P. SIMEULUE

P. Banyak

S e l a t Ma l a k a

Tg. Jamboaye

Tg. Tamiang

Tg. Belawan

Tg. Peureulak

Ug. Pidie

PIDIE

GAYO LUES

ACEH TIMURACEH JAYA

ACEH TENGAH

ACEH SELATAN

NAGAN RAYA

ACEH TENGGARA

ACEH BARAT

ACEH BESAR

ACEH UTARABIREUEN

SIMEULUE

ACEH TAMIANG

BENER MERIAH

ACEH SINGKIL

ACEH BARAT DAYA

PIDIE JAYA

KOTA SUBULUSSALAM

KOTA LANGSA

KOTA SABANG

KOTA LHOKSEUMAWE

KOTA BANDA ACEH

99°0'0"E

99°0'0"E

97°30'0"E

97°30'0"E

96°0'0"E

96°0'0"E

4°30'0

"N

4°30'0

"N

3°0'0"

N

3°0'0"

N

PETA LOKASI

Keterangan: Lokasi Peta

Proyeksi Peta : Sistem Grid Geografi dan universal Tranverse Mercator, Datum WGS84Dipetakan oleh : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP, 2016)Peta Dasar : - Peta Rupa Bumi Indonesia, Digital Skala 1:50.000 (BIG, 2010)

- Peta Wilayah Administrasi Indonesia (BPS, 2013)Sumber Peta : Peta Tanah Semidetail Kota Langsa, Provinsi Aceh (BBSDLP, 2016)Dikorelasi dan diupdate : Hikmatullah, Bambang Heryanto, Ponidi, Soleh, Indrayu Wulansari Ritonga dan Yoga PrawiraLayout : Asisah

Page 27: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!!!

!!

!

!! !

!!

!

!! !

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!

!!

!!!

!!

!

! ! !

! ! !

!!

! ! !

!

!!

!

!!

!

!

! !

!!!

! !

!

!!!

!!

!

! ! !

!

! ! !

! !!

!!

!

!!!!

!!

!

!!

!

! !

!

!!!

!

!!

!!

!

!!

!!

!

! ! !

!

!!

!!

!

! ! !

!!

!

! ! !

!!

!

!!

!!

!!

! !

!

! !!

!!

!

!!

!!

!!

!!!!!!

!

!!

!!

! !!

!

! ! !

!!

!

!! !

!

!!

!!

!

! ! !

!!

!

! !!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

! ! !

!!

!

!

! !

!!

!!

!

!

!

!

!

!! !

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!

!!

! !!

!!

!

!

!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!! !

!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!!!!

!

!

!

!

!

!

!!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!!

!!!!!!

!!!

!!!

!!!!!!!!!!!!

!!!!!!!!!!!!!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!!

!!

!

! ! !

!!

!

!!

!!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!

!!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

! ! !

!!

!

!!

!

!! !

! ! !

!

! !

!!!

!!!!!

!!

!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! ! ! ! !

! ! !

!! ! ! ! !

!!

!

!!

!!

!

!

!!

! !

! !

!! !

!!

!

!!!

! !

!

! !!

!

!!

! !

! !

! !

!! !

!

!!

!!!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!!

! ! !

!!

!

!!!

!!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!

!!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!

!

!

!!

!

!

!

!!

!

!

!

!

!!

!!!

!

!!

!

!!!

!!

!!!

!

!

!!

!!!!

!!

!!

!

! !

!

!!

!!

!!

!!!

!!!

!

!!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!!

!!

!

!!!

!!!

!!!!!!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!!!!!

!!

!!!!

!!

!

!

! !

!!

!!

!!

!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!

!!!!

!

!!!

!!

!

!

!

!

!

!

!

!!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!

!!

! !

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!! ! ! !

! !

!!!

! ! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! !

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!

!!

! !!

!

! !

!

!!

!!

!

! !!

!

! !!

!

!

!

!!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!!

!!!

!!!

!!

!

!!!

!!!

!!

! !!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!!

!

!

!

!!

!

!!!

!

!!

!

!

! !

!!

!! !

!! !

!

!

!

!

!

!

!

!!

!!!

!

! !

!!

!

!!!

!!

!

!

! !

!!

!

!

!!

!!

!

!

!

!

!

!

!

! ! !

! ! !

!

!

!

!!! !

!!

!! !

!!

!

! !!

! !

!!

!!

!!

!

! ! !

!!

! !

!!

!! !

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!!

! !

!

!

!!

!!

!

! ! !

!!!

!!

!

!!

!

!

!! !

!!

!

!

!

!

!!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!

! !

! ! !

!! !

!!

!

!!

!

!!

!

! !!

!!

!

!

!! !

!

!

! !!

! !

!

!! !

!!

!

!!

!!!

!

!

!!

!

!!

! ! !

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

! !!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!!

!

!

!!

!

! !!

!

!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

! !!

!!

!

! ! ! ! ! ! ! ! !! ! !

!!

! !! !

! ! ! ! ! !! ! !

! ! !!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

! ! !

! ! !

!!

!

!!

! !!!

!!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!!

!

!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!!!

!

!!!

!!

!!!

!!

!

!!!!!!!!!

!!!

!!!

!!!!

!!

!!

!

!!!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!!

!!

!!

!

!!!!!!!!!!!!!!!

!!!!!

! ! !

! !!! ! !

! ! !

! ! ! ! ! !! ! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!!!

!!!

!!!

!!!

!!!

!!

!

!

!!

!

!!!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!

!!!!

!

!

!

!!

!

!

!!

!!!

!!!

!

!!!

!!

!!

!

! !!

!!!

!

! !

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!

!!

!!!!!!

!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

! ! !! ! !

!!

!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!! !

!

!!

! ! ! ! !!

!

!!

! ! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

! !!

!

! !

! !

!

!

!

!

!

!!

!!!

!!

!

!!

!

! ! !

!!!

!!!

!! !

! !!

! ! !

!

!!

!!!

!!

!

!

!!

! !

!

!

!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!

!

! ! !

!! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!!!

!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

!!

!

!

!!!!!

!

!!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!!!

!!!!!!!!!!!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!!!!

!!

!!

!

!

!!

!

!!

!

! ! !

!

!!

!!

!

!!

!!

!!

!!

!

!

!

!

!!!

!!

!

!!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!! !

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

!!

!

!

!!

! ! !

!!

!

!! !

!!

!

!!

!

!

!

!

! !!

!

! !

!!

!

! ! !

!

! !

!!

!

!!

! !

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

! ! !

!!

!

!!

!

!

!!!

!

!!

!

!!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!

!!!

!!!

!!

!

! ! ! ! ! !

!!

!

!!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!! ! !

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!

!

!!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!!

!

!

!

!

!

!

!

! !

!

!

!

!

!!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!

!!

!

!!

!

!

!

!

!

!

!

!

! ! !!

!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!! ! !

!!!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!!!!!!!

!!!!

!!!!!!!!

!!!!

! !!! ! !! !! !

! !!!

!!

!!!!

! !!!

!!!

! !!

!

!

!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!! !

!

!!

!

!

!

!!

!

!

!!!

!

!

!!

!

!!

!

!

!!

!!

!!

! !

! !

!!

!!

! !

!!

! !

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

! !

! !

! !

!!

!!

!!

!!

! !

!!

! !!

!

!!

!!

! !

!

!!

!

!

!! !!

!!

!!

!

!!

!! !

!

!!

!!

!!

!!

!!

! ! ! ! ! !

!

!

! !

!!

!

!

!!

!

!

! ! !!

!

!!

!!

!! !

! !!

!!

!!!

!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!!

!

! !

!

!

!!!

!

!

!

!

!!

!

!!

!!

!

!!!

!

!

!

!!!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!!

!!!!!

!

!!!!

!!

!!

!!

!

!

!!

!!

!

!

!

!

!!

!

!

!!

!!

!!

!!

!!

!!

!

!. KAB. ACEH TAMIANG

KAB. ACEH TIMUR

KOTA LANGSA

KOTALUELANGSA

Seuneubokantara

Seurigit

Bayeun

Labuhankeude

Tualangcut

Peutow

Matangseulimeng

S. Rajapasi

S. Jeun

gka

S. Raya

S. Makpodom

S. Langsa

S. Tamiang

S. Panyapayet

S. Langsa

S.Pahu

S. T

amiang

S. Langsa

S. L

angsa

S. Damarutang

S. Makpodom

S. Da

marut

ang

S. Raya

S. Panyapayet

S. Damarutang

S. Panyapayet

S.Lh

okban

i

S .Ta

m ian

g

S. Birimpontong

S.Simpang Kiri

S. Lhak

S. Lhokbani

S. Iyu

S. Jeungka

S. Langsa

S.Pa

hu

S. Bayeuen S. Baye

uen

S. Lanmgsa

S.Sim

pang

Kiri

S. Bayeuen

S. MakpodomS. Iyu

S. Telagamuku

S. Jeungka

S.Bir

imp

ontong

S. Panyap

ayet

S. Langsa

S. Damarutang

S. Sumatera

1

11

222

2 22

2

3

3

3

4

4

4

44

4

5

5

5

5

5

5

5 55

56

7

7

7

7

89

1011

11

1213 14

14

55

55

77

98°15'

98°15'

98°10'30"

98°10'30"

98°6'

98°6'

98°1'30"

98°1'30"

97°57'

97°57'

4°43'3

0"

4°43'3

0"

4°39'

4°39'

4°34'3

0"

4°34'3

0"

4°30'

4°30'

4°25'3

0"

4°25'3

0"

-958951

-958951

-948951

-948951

-938951

-938951

-928951

-928951

1049

9429

1049

9429

1050

9429

1050

9429

1051

9429

1051

9429

1052

9429

1052

9429

1053

9429

1053

9429

0 1 2 3 4Km

1

98°20'0"E

98°20'0"E

97°30'0"E

97°30'0"E

5°0'0"

N

5°0'0"

N

4°10'0

"N

4°10'0

"N

Proyeksi Peta : Sistem Grid Geografi dan universal Tranverse Mercator, Datum WGS84Dipetakan oleh : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP, 2016)Peta Dasar : - Peta Rupa Bumi Indonesia, Digital Skala 1:50.000 (BIG, 2010)

- Peta Wilayah Administrasi Indonesia (BPS, 2013)Sumber Peta : Peta Tanah Semidetail Kota Langsa, Provinsi Aceh (BBSDLP, 2016)Dikorelasi dan diupdate : Hikmatullah, Bambang Heryanto, Ponidi, Soleh, Indrayu Wulansari Ritonga dan Yoga PrawiraLayout : Asisah

KOTA LANGSA

KETERANGAN

Batas kabupaten/kota

Batas negaraBatas provinsi! !

Jalan tol

Jalan lain

Sungai/Danau

Jalan utama

Rel kereta api

Batas kecamatan! ! ! ! ! !

Ibukota provinsiIbukota kabupatenIbukota kecamatanBandara nasionalLapangan terbang lainnya

!

Pelabuhan laut nasional

Gunung#

op

Î0 Pelabuhan lainnya

!.

"/

Keterangan: Lokasi Peta

PETUNJUK LETAK PETA

U

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2018

PETA TANAH SEMIDETAILKOTA LANGSAPROVINSI ACEH

(Updating 2018)

Page 28: SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG PERTANIANnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/9.ATLASPETATANAHKOTALANGSA.pdf · penyusunan program dan implementasi kebijakan dalam mewujudkan kedaulatan

LEGENDA PETA TANAH SEMIDETAIL, KOTA LANGSA, PROVINSI ACEH

RELIEF(% LERENG) Ha %

Gleisol Eutrik, dalam, drainase terhambat,tekstur agak halus, pH agak masam, KTK rendah, KB tinggi (Fluvaquentic Endoaquepts) DAluvial Gleik, dalam, drainase terhambat, tekstur agak halus, pH masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Fluvaquents) FAluvial Gleik, dalam, drainase terhambat,tekstur sedang, pH masam, KTK rendah, KB tinggi (Typic Fluvaquents) DGleisol Eutrik, dalam, drainase terhambat,tekstur agak halus, pH agak masam, KTK rendah, KB tinggi (Fluvaquentic Endoaquepts) F

Kambisol Eutrik, dalam, drainase baik, tekstur agak halus, pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Eutrudepts) DGleisol Eutrik, dalam, drainase terhambat, tekstur halus,pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Endoaquepts) F

Mediteran Haplik, dalam, drainase baik, tekstur sedang, pH masam, KTK rendah, KB sedang (Typic Hapludalfs) DKambisol Eutrik, dalam, drainase baik, tekstur sedang, pH masam, KTK rendah, KB tinggi (Typic Eutrudepts) FKambisol Eutrik, dalam, drainase baik, tekstur sedang, pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Eutrudepts) DMediteran Haplik, dalam, drainase baik, tekstur sedang, pH masam, KTK rendah, KB sedang (Typic Hapludalfs) F

X2 2.089 9,62

X3 70 0,32

21.709 100,00

Kambisol Distrik, dalam, drainase baik, tekstur agak halus, pH masam, KTK dan KB rendah (Typic Dystrudepts)9

10

11

12 Mediteran Haplik, dalam, drainase baik, tekstur halus, pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Hapludalfs)

Teras angkatan Batupasir, batuliat

P Dataran tektonik Batupasir, batuliat

P

Teras angkatan

0,14

0,53

0,24

0,42 91

0,73

11,74 2.549

158

53

31

115

Dataran tektonik

Dataran tektonik

Batupasir berkapur

Batupasir berkapur

Batupasir berkapurDataran tektonik

Batupasir, batuliat

Pemukiman/kota

Badan air

Bergelombang (>8 -15)

Berombak (>3 - 8)

TOTAL

P

P13

14 Kambisol Eutrik, dalam, drainase baik, tekstur sedang, pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Eutrudepts)

Kambisol Eutrik, dalam, drainase baik, tekstur sedang, pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Eutrudepts)

15,16

16,20

1,52

13,66

3,33

Endapan liat

Batupasir berkapur

Batupasir berkapur

Batupasir berkapur

3.292

3.517

331

2.965

722

Dataran pasang surut mangrove

Teras marin

Teras marin

Teras marinP

P

5

6

7

8

Gleisol Eutrik, dalam, drainase terhambat, tekstur halus,pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Endoaquepts)

Kambisol Eutrik, dalam, drainase baik, tekstur agak halus, pH agak masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Eutrudepts)

Berombak (>3 - 8)

Dataran estuarin

Dataran fluvio-marin Endapan liat

Endapan liat

4 Dataran pasang surut lumpur Endapan liat

Gleisol Humik, dalam, drainase terhambat, tekstur halus,pH netral, KTK dan KB tinggi (Typic Humaquepts)

2

3

Aluvial Gleik, dalam, drainase terhambat, tekstur agak halus, pH masam, KTK sedang, KB tinggi (Typic Fluvaquents) P

P

TANAH PADA GRUP LANDFORM TEKTONIK

GRUP LAIN-LAIN (X)

1 Gleisol Eutrik, dalam, drainase terhambat, tekstur sedang, pH masam, KTK rendah, KB sedang (Typic Endoaquepts) P Dataran aluvial Endapan liat dan pasir

Agak datar (>1 - 3)

Agak datar (>1 - 3)

Agak datar (>1 - 3)

Datar (0 - 1)Datar (0 - 1)

Datar (0 - 1)

1.506 6,94

2.538 11,69

7,75 1.682

Datar (0 - 1)

Bergelombang (>8 -15)

Bergelombang (>8 -15)

Berombak (>3 - 8)

Berombak (>3 - 8)

NO SPT LUASBAHAN INDUKLANDFORMPROPORSISATUAN TANAH

TANAH PADA GRUP LANDFORM ALUVIAL

TANAH PADA GRUP LANDFORM FLUVIO-MARIN

TANAH PADA GRUP LANDFORM MARIN

(Updating 2018)