sambutan direktur jenderal pengendalian penyakit …

46
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) i Assalamu'alaikum Wr. Wb Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga” ini dapat terselesaikan. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan salah satu Kekerasan tersebut bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga kekerasan psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali luput dari perhatian. Bagaikan fenomena gunung es dimana jumlah yang terlapor tidak menggambarkan kondisi yang masalah yang bersifal global yang berdampak luas terhadap kesehatan. Kekerasan terjadi akibat kesenjangan kekuasaan. Pemegang kuasa mempunyai peluang untuk melakukan kekerasan kepada yang lemah. Di lingkup rumah tangga, perempuan dan anak sering kali menjadi kelompok yang lemah sehingga kerap kali terjadi kekerasan pada kelompok ini. Kekerasan tersebut bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga kekerasan psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali luput dari perhatian. kasus

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) i

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga

“Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga” ini

dapat terselesaikan.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan salah satu

Kekerasan tersebut bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga

kekerasan psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali

luput dari perhatian. Bagaikan fenomena gunung es dimana

jumlah yang terlapor tidak menggambarkan kondisi yang

masalah yang bersifal global yang berdampak luas terhadap

kesehatan. Kekerasan terjadi akibat kesenjangan kekuasaan.

Pemegang kuasa mempunyai peluang untuk melakukan

kekerasan kepada yang lemah. Di lingkup rumah tangga,

perempuan dan anak sering kali menjadi kelompok yang lemah

sehingga kerap kali terjadi kekerasan pada kelompok ini.

Kekerasan tersebut bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga

kekerasan psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali

luput dari perhatian.

kasus

Page 2: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) iiiPedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)ii

sebenarnya jauh lebih banyak. Pada tahun 2000, kematian akibat

kekerasan di dunia mencapai 1,6 jiwa dengan angka kematian

mencapai 28,8 per 100.000 jiwa. Adapun 49,1% disebabkan

karena bunuh diri dan 31,3% akibat pembunuhan. Kematian

akibat kekerasan terjadi di negara-negara berkembang mencapai

dua kali lipat dari negara maju (Riskesdas 2007). Dalam laporan

Komnas Perempuan jumlah kasus kekerasan terhadap

perempuan di Indonesia meningkat pesat dalam kurun waktu 10

tahun terakhir. Jumlah korban kekerasan terhadap perempuan

pada tahun 2009 mencapai 143.586 orang. Angka ini meningkat

dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 54.425 (2008), 25.522 (2007)

dan 22.512 (2006).

Di Indonesia, telah ditetapkan UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Selain itu juga

telah dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

yang merupakan rambu-rambu bagi penyelenggaraan

pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan.

Beberapa pihak telah mengembangkan berbagai pedoman

penanganan KDRT, namun umumnya mengarah kepada hal-hal

yang bersifat kuratif dan rehabilitative. Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular sesuai dengan tupoksi sebagaimana

diamanahkan oleh Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan bertanggungjawab terhadap tindakan preventif maka

pedoman ini diarahkan pada kegiatan yang bersifat promotif dan

preventif.

Melalui pedoman ini diharapkan dapat menjadi petunjuk atau

acuan dalam melakukan upaya pengendalian Kekerasan Dalam

Rumah Tangga dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat. Saya sangat berharap agar pedoman ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, sehingga apa yang kita cita-citakan

bersama dapat terwujud.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2012Direktur Jenderal PP & PL

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

Page 3: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan

rahmat dan karunia-Nya, kita dapat menyelesaikan buku Pedoman

Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Bidang Kesehatan ini. Kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan salah satu

Kementerian Kesehatan, dalam hal ini Sub Direktorat Pengendalian

Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak Kekerasan, Direktorat

Pengendalian Penyakit Tidak Menular mempunyai tugas pokok dan

fungsi (tupoksi) salah satunya yaitu melaksanakan penyiapan bahan

perumusan & pelaksanaan kebijakan, & penyusunan norma, standar,

prosedur & kriteria dibidang pengendalian gangguan akibat

Kecelakaan dan Tindak Kekerasan. Untuk menjalankan tupoksi

tersebut maka perlu disusun suatu pedoman yang membahas tentang

langkah-langkah dalam pengendalian kejadian tindak KDRT yang

terintegrasi antara unit-unit yang terkait.

masalah yang bersifal global yang berdampak luas terhadap kesehatan.

Kekerasan tersebut bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga

kekerasan psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali luput dari

perhatian. Bagaikan fenomena gunung es dimana jumlah kasus yang

terlapor tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya jauh lebih

banyak. Data menyebutkan bahwa jumlah kasus kekerasan terhadap

perempuan di Indonesia meningkat pesat dalam kurun waktu 10 tahun

terakhir.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) v

Page 4: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak atas segala bantuan

yang telah diberikan dalam penyusunan buku pedoman ini. Kritik dan

saran perbaikan sangat diharapkan untuk penyempurnaan di masa

mendatang.

Jakarta, Mei 2012

Direktur Pengendalian PenyakitTidak Menular,

DR. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes

Sambutan Direktur Jenderal PP dan PL ............................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................... v

Daftar Isi .................................................................................................... vii

BAB I Pendahuluan ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................... 5

C. Sasaran .............................................................................. 6

D. Pengertian ........................................................................ 7

E. Ruang Lingkup ................................................................ 9

F. Dasar Hukum .................................................................. 10

BAB II Kebijakan dan Strategi ........................................................... 15

BAB III Upaya Pengendalian Tindak Kekerasan dalam

Rumah Tangga ........................................................................ 21

A. Definisi .............................................................................. 21

B. Jenis-Jenis Tindak KDRT ................................................ 21

C. Bentuk-Bentuk Tindak KDRT ....................................... 22

D. Faktor Risiko .................................................................... 22

E. Intervensi Pengendalian Tindak KDRT ....................... 24

F. Alur Pengendalian KDRT .............................................. 33

BAB IV Pengorganisasian/Jejaring Kerja .......................................... 39

A. Pengorganisasian ............................................................ 39

DAFTAR ISI

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) viiPedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)vi

N A KI ER S

E ET H

N

A

E

TA

M N

EK DIREKTORAT JENDERAL

PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN

PENYEHATAN LINGKUNGAN

R A

E

IP

S

U

E

BN

L OI K D I N

Page 5: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

B. Mekanisme Kerja ........................................................... 40

C. Peran Pemangku Kepentingan TP-TKM ................... 41

D. Jejaring Kerja .................................................................. 42

BAB V Sistim Pencatatan dan Pelaporan ....................................... 47

A. Tujuan Pencatatan dan Pelaporan .............................. 47

B. Alur Pencatatan dan Pelaporan .................................. 47

BAB VI Monitoring ............................................................................. 53

BAB VII Indikator dan Parameter Keberhasilan .............................. 57

BAB VIII Penutup .................................................................................. 61

LAMPIRAN ............................................................................................ 63

A. Formulir Dekteksi Dini Tindak Kekerasan dalam

Rumah Tangga ....................................................................63

B. Form Identifikasi kasus cedera dan kekerasan bagi

tenaga kerja Indonesia ..................................................... 64

C. Kuensioner Monitoring dan Evaluasi Program

Pengendalian Tindak Kekerasan .......................................71

Daftar Pustaka .......................................................................................... 77

Tim Penyusun .......................................................................................... 79

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)viii

Page 6: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB IPENDAHULUAN

Page 7: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diamanatkan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Setiap hal yang

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat

akan menimbulkan kerugian yang besar bagi Negara, sehingga

setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga

berarti investasi bagi pembangunan Negara. Pada pasal 158

disebutkan bahwa upaya yang dilakukan adalah meningkatkan

pengetahuan, kesadaran, kemauan untuk berperilaku sehat dan

mencegah terjadinya kekerasan khususnya dalam rumah tangga

beserta akibat yang ditimbulkannya.

Kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan

salah satu masalah yang bersifal global yang berdampak luas

terhadap kesehatan. Kekerasan terjadi akibat kesenjangan

kekuasaan. Pemegang kuasa mempunyai peluang untuk

melakukan kekerasan kepada yang lemah. Di lingkup rumah

tangga, perempuan dan anak sering kali menjadi kelompok yang

lemah sehingga kerap kali terjadi kekerasan pada kelompok ini.

Meskipun demikian, kejadian KDRT tidak disebabkan oleh faktor

yang tunggal, melainkan multi faktor. Terdapat keterkaitan yang

kuat antara faktor individu, hubungan, lingkungan maupun

masyarakat yang merupakan penyebab terjadinya KDRT. Hal ini

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1

Page 8: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

kekerasan dan cara mencegah serta mengurangi kejadian

kekerasan. Riskesdas tahun 2007, menunjukkan bahwa data

nasional prevalensi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya

kekerasan antara lain gangguan mental emosional pada umur ≥15

tahun sebesar 11,6%, kebiasaan minum alkohol sebesar 4,6%, dan

penduduk usia >10 tahun yang merokok setiap hari sebesar 24%.

Faktor-faktor yang menjadi akar terjadinya kejadian KDRT ini,

baik yang berasal dari kebiasaan, sikap, kondisi budaya maupun

interpretasi agama, sebenarnya dapat dimodifikasi.

Berbagai studi ilmiah telah membuktikan bahwa melalui beberapa

langkah strategis kejadian kekerasan dalam rumah tangga dapat

dicegah. Berbagai peraturan dan kebijakan juga telah ditetapkan

terkait penghapusan KDRT baik di dunia maupun di Indonesia.

Komite PBB untuk Penghapusan Diskriminasi Terhadap

Perempuan (CEDAW) tahun 1992 mengeluarkan Rekomendasi

Umum No.19 tentang Kekerasan Terhadap Perempuan. Dalam

rekomendasi ini dinyatakan bahwa “kekerasan berbasis gender

adalah suatu bentuk diskriminasi yang serius menghalangi

kesempatan wanita untuk menikmati hak-hak dan kebebasannya

atas dasar kesamaan hak dengan laki-laki”. Indonesia meratifikasi

hal tersebut dengan Undang Undang Nomor 7 Tahun 1984.

Di Indonesia, telah ditetapkan Undang Undang Nomor 23 Tahun

2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Selain itu juga telah dikeluarkan Peraturan Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan

Anak Korban Kekerasan yang merupakan rambu-rambu bagi

penyelenggaraan pelayanan bagi perempuan dan anak korban

kekerasan. Berbagai kegiatan terkait penyelenggaraan pelayanan

telah banyak dilakukan, diantaranya pendirian Pusat Krisis

Terpadu (PKT) di RSU Vertikal dan RSUD, Pusat Pelayanan

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 3

dapat digambarkan melalui contoh kasus sebagai berikut. Riwayat

masa kecil yang sering menyaksikan kekerasan dan diperburuk

dengan faktor kemiskinan dapat mempengaruhi kesehatan mental

seseorang sehingga hal ini dapat berpengaruh dalam hubungan

rumah tangga yang memicu terjadinya KDRT.

Kekerasan tersebut bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga

kekerasan psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali

luput dari perhatian. Bagaikan fenomena gunung es dimana

jumlah kasus yang terlapor tidak menggambarkan kondisi yang

sebenarnya jauh lebih banyak. Pada tahun 2000, kematian akibat

kekerasan di dunia mencapai 1,6 jiwa dengan angka kematian

mencapai 28,8 per 100.000 jiwa. Adapun 49,1% disebabkan karena

bunuh diri dan 31,3% akibat pembunuhan. Kematian akibat

kekerasan terjadi di negara-negara berkembang mencapai dua kali

lipat dari negara maju (Riskesdas 2007).

Dalam laporan Komnas Perempuan jumlah kasus kekerasan

terhadap perempuan di Indonesia meningkat pesat dalam kurun

waktu 10 tahun terakhir. Jumlah korban kekerasan terhadap

perempuan pada tahun 2010 sebanyak 105.103 dan pada tahun

kasus 2009 mencapai 143.586 orang. Angka ini meningkat dari

tahun-tahun sebelumnya yaitu 54.425 (2008), 25.522 (2007) dan

22.512 (2006). Menurut bentuk kekerasan yang dialami pada tahun

2009, yang terbanyak yaitu KDRT (95%), diikuti dengan kekerasan

komunitas (5%) dan kekerasan berkaitan dengan peran negara

(1%). Dalam KDRT, kekerasan seksual merupakan bentuk

kekerasan yang mendominasi (48,68%), diikuti dengan kekerasan

psikis (48,28%), kekerasan ekonomi (1,83%) dan kekerasan fisik

(1,21%).

Sejak awal tahun 1980an, ilmu kesehatan masyarakat telah

menaruh perhatian terhadap permasalahan kekerasan. Penelitian

dan kajian telah dilakukan untuk memahami akar permasalahan

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)2

Page 9: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Kementerian Kesehatan, dalam hal ini Sub Direktorat

Pengendalian Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak

Kekerasan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular

mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang Organisasi

dan Tatakerja Kementerian Kesehatan yaitu melaksanakan

penyiapan bahan perumusan & pelaksanaan kebijakan, &

penyusunan norma, standar, prosedur & kriteria serta bimbingan

teknis, kerjasama/kemitraan, pemantauan, evaluasi &

penyusunan laporan dibidang pengendalian gangguan akibat

Kecelakaan dan Tindak Kekerasan. Untuk menjalankan tupoksi

tersebut maka perlu disusun suatu pedoman yang membahas

tentang langkah-langkah dalam pengendalian kejadian tindak

KDRT yang terintegrasi antara unit-unit yang terkait.

B. Tujuan

Tujuan Umum

Tersedianya petunjuk atau acuan bagi kelompok sasaran dalam

melakukan upaya pengendalian tindak kekerasan dalam rumah

tangga dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat.

Tujuan Khusus

1. Terlaksananya kegiatan advokasi untuk dihasilkannya

berbagai kebijakan dan peraturan yang berorientasi pada

tindakan pencegahan terjadinya tindak kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT)

2. Terlaksananya kegiatan sosialisasi masalah, akibat dan solusi

tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kepada

seluruh lapisan masyarakat.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 5

Terpadu (PPT) di RS Kepolisian serta penyiapan tenaga kesehatan

mampu tatalaksana korban kekerasan terhadap perempuan dan

anak di unit-unit pelayanan kesehatan, pembentukan Unit

Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) oleh Kepolisian RI di

Polda dan Polres, pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), pembentukan

Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC) dan Rumah

Perlindungan Sosial Anak (RPSA), pengembangan Badan

Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dan

pembentukan Satuan Tugas Pelayanan Warga pada Perwakilan RI

di luar negeri (Sumber : SPM, 2010).

Kendatipun masalah KDRT di masyarakat semakin meningkat,

belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,

terutama dalam hal yang bersifat promotif dan preventif. Beberapa

pihak telah mengembangkan berbagai pedoman penanganan

KDRT , namun umumnya mengarah kepada hal-hal yang bersifat

kuratif dan rehabilitatif. Misalnya yang telah dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan Ibu

dan Direktorat Bina Kesehatan Anak, Kementerian Sosial,

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Kepolisian RI, Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian

Dalam Negeri dan berbagai lembaga pemerintah lainnya. Untuk

dapat melaksanakan upaya pencegahan, Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular perlu mengembangkan berbagai

program. Agar program tersebut dapat diselenggarakan dengan

efektif diperlukan pedoman-pedoman. Oleh karena Direktorat ini

bertanggungjawab terhadap tindakan preventif sesuai dengan

tugas dan fungsinya dan sebagaimana diamanahkan oleh

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 maka pedoman-pedoman

yang dibuat oleh Direktorat ini diarahkan pada kegiatan yang

bersifat promotif dan preventif.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)4

Page 10: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

c. Petugas kesehatan di Polindes, Puskesmas Pembantu

(Pustu), Puskesmas dan Rumah Sakit

d. Petugas pelayanan publik sektor lain yang terkait (contoh :

Kepolisian, Pemerintahan Daerah meliputi petugas

Kelurahan, Kecamatan, KUA, Kejaksaan, Pengadilan dan

Biro Hukum, Badan Pemberdayaan Perempuan, Dinas

Sosial, dll)

e. Tokoh masyarakat (TOMA), tokoh agama (TOGA) dan

tokoh adat (TODAT)

f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

D. Pengertian

1. P e d o m a n a d a l a h p e t u n j u k a t a u a c u a n d a l a m

penyelenggaraan suatu kegiatan.

2. Pengendalian merupakan nama lain dari Pencegahan dan

Penanggulangan (Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Tidak Menular tahun 2010-2014).

3. Kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum

dengan atau tanpa menggunakan sarana fisik dan psikis yang

menimbulkan bahaya bagi nyawa, badan atau menimbulkan

terampasnya kemerdekaan seseorang.

4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,

pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan

hukum dalam lingkup rumah tangga (UU No. 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga).

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 7

3. Meningkatnya peran serta seluruh lapisan masyarakat

termasuk pihak swasta dalam upaya pencegahan tindak

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

4. Terselenggaranya kegiatan penyuluhan tentang pencegahan

tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di masyarakat.

5. Terselenggaranya surveilans cedera akibat tindak kekerasan

dalam rumah tangga.

6. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko tindak kekerasan

pada salah satu atau lebih anggota keluarga seperti anak, istri,

suami serta anggota keluarga lain yang tinggal di keluarga

tersebut termasuk adik, keponakan, paman, bibi, mertua dan

pembantu rumah tangga.

7. Teridentifikasinya anggota keluarga yang berpotensi

melakukan dan dapat mengalami tindak kekerasan dalam

rumah tangga.

C. Sasaran

Sasaran adalah:

1. Sasaran Utama Pengendalian KDRT adalah setiap anggota

keluarga yang berpotensi mengalami tindak kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT)

2. Sasaran Antara adalah mereka yang membantu agar sasaran

utama mendapatkan manfaat dari upaya pencegahan tindak

kekerasan dalam rumah tangga. Sasaran antara terdiri dari :

a. Kader (Posbindu, Poskesdes, dll) , anggota PKK, anggota

Linmas dan Satpam

b. Tokoh-tokoh masyarakat di tingkat akar rumput (desa)

seperti ketua RT, ketua RW, ketua pengajian, ketua arisan,

ketua langgar/surau, ketua gereja, tokoh pemuda dan

tokoh agama lainnya.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)6

Page 11: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

13. Upaya preventif adalah kegiatan yang bertujuan mencegah

terjadinya masalah kesehatan dengan cara mengurangi dan

menghindari faktor risiko.

14. Upaya kuratif adalah kegiatan yang bertujuan mengatasi

masalah kesehatan dengan cepat, tepat dan efektif.

15. Upaya rehabilitatif adalah kegiatan yang bertujuan

memulihkan kesehatan masyarakat.

16. Surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus

menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan

dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan

penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan

tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan

secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,

pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan.

17. Deteksi dini adalah usaha menemukan dan menentukan

keberadaan atau kenyataan sesuatu selekas-lekasnya. Dalam

konteks penyakit, yang ditemukan adalah penyakit itu

sendiri, prekursor dari suatu penyakit dan kerentanan

terhadap penyakit pada individu yang tidak/belum

menunjukkan tanda atau gejala dari penyakit tersebut.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pengendalian Tindak Kekerasan Dalam

Rumah Tangga melalui upaya meningkatkan pengetahuan,

kapasitas dan langkah-langkah implementasi bagi pemangku

kepentingan dan masyarakat, serta menekan atau menghindari

faktor risiko terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 9

5. Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah upaya

yang dilakukan melalui pencegahan dan penanggulangan

faktor risiko tindak kekerasan dalam rumah tangga.

6. Lingkup rumah tangga meliputi :

a. Suami, istri dan anak;

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga

dengan suami, istri dan anak, karena hubungan darah,

perkawinan, persusuan pengasuhan, dan perwalian,

yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan

menetap dalam rumah tangga tersebut.

7. Korban KDRT adalah orang yang mengalami kekerasan

dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.

8. Faktor risiko tindak kekerasan adalah suatu kondisi yang

secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya

tindak kekerasan pada seseorang atau kelompok tertentu

(Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit Tidak Menular tahun 2010-2014).

9. Pelaku KDRT adalah setiap orang yang diketahui pernah

melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga.

10. Pelaku potensial adalah setiap orang yang berpotensi

melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga.

11. Rumah tangga berisiko adalah rumah tangga yang memiliki

faktor risiko terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

12. Upaya promotif adalah kegiatan yang bertujuan

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehat

anggota masyarakat.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)8

Page 12: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

F. Dasar Hukum

1. Nasional

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 Pasal 27b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.b

c. Undang-undang (UU) Nomor 7 tahun 1984 tentang

Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan segala

bentuk Deskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran

Negara Th. 1984 No. 29, Tambahan Lembaran Negara

3277)

d. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM (Lembaran

Negara Th 1999 No 165, Tambahan Lembaran Negara No.

3886)

e. UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

f. UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga

g. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

h. UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban

i. UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

j. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 2006 tentang

Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban

Kekerasan dalam Rumah Tangga

k. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten Kota

l. Keputusan Presiden RI No. 65 tahun 2005 tentang Komisi

Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan

m. Instruksi Presiden RI No. 9 tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional

n. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

No. 1 tahun 2007 tentang Forum Koordinasi

Penyelenggaraan Kerjasama Pencegahan dan

Penanganan KDRT

o. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak No. 1 tahun 2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Layanan

Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

p. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak No. 6 Tahun 2011 tentang

Pencegahan dan pencegahan kekerasan terhadap anak di

lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

2. Internasional

a. Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations

Against Women (CEDAW) yang diratifikasi dengan Undang

Undang No. 7 tahun 1984

b. Komite PBB tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap

Perempuan tahun 1989 (Rekomendasi Umum 12 Bidang ke-8)

c. Rekomendasi Umum No. 19 Sidang II tahun 1992 tentang

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Perempuan

d. Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia tahun 1993,

yang dirapatkan oleh Sidang Umum PBB dengan Resolusi

No. 45/155, Desember 1990

e. Resolusi Mejelis Umum PBBNP 48/104 Th. 1993 yang

mengutuk setiap bentuk kekerasan terhadap perempuan baik

dalam keluarga maupun masyarakat atau oleh Negara

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 11Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)10

Page 13: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB IIKEBIJAKAN DAN STRATEGI

f. Konferensi Kependudukan ICPD Cairo 1994

g. Konferensi Dunia IV tentang Perempuan di Beijing 1995

h. Optional Protocol Conference tanggal 28 Februari 2000

i. Millenium Development Goals tahun 2000

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)12

Page 14: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Pemerintah RI telah mengeluarkan kebijakan mengenai pelayanan

korban kekerasan terhadap perempuan dan anak dengan melibatkan

sebelas kementerian dan lembaga lain terkait termasuk Kementerian

Kesehatan. Kebijakan ini diwujudkan dalam bentuk Standar Pelayanan

Minimal (SPM) bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak

korban kekerasan yang dijadikan rujukan dalam pelayanan terhadap

korban kekerasan termasuk KDRT.

Kementerian Kesehatan sesuai dengan tugas, dan fungsinya dan

program serta jaringan pelayanannya perlu menyiapkan pedoman

untuk dapat dilaksanakan oleh jajarannya. Pedoman Pengendalian

Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga sesuai dengan amanat

Undang Undang Kesehatan, dalam manajemen pelayanan kesehatan

meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dengan

penekanan ke arah kegiatan promotif dan preventif. Manajemen

pelayanan tersebut dikelola secara profesional sehingga pelayanan

kesehatan tersedia, dapat diterima, mudah dicapai, berkualitas, dan

terjangkau oleh masyarakat. Titik berat manajemen pelayanan

kesehatan pada sosialisasi peraturan perundang-undangan kepada

masyarakat serta deteksi dini dan penanganan segera akibat tindak

kekerasan dalam rumah tangga.

Pedoman Pengendalian Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga ini

diwujudkan melalui kebijakan dan strategi yang serasi dengan

kebijakan-kebijakan sektor lain di bidang yang sama, di samping

dipahami dan mendapat dukungan masyarakat luas.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 15

Page 15: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

4. Meningkatkan perencanaan dan koordinasi implementasi upaya

pengendalian KDRT. Melalui perencanaan dan koordinasi implementasi ini,

diharapkan pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara

berkelanjutan dan terpadu antara unit-unit yang terkait.

Upaya untuk melaksanakan kebijakan tersebut dilakukan melalui

langkah-langkah umum atau strategi Pengendalian Tindak Kekerasan

dalam Rumah Tangga sebagai berikut :

1. Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan dan tokoh

masyarakat untuk mendukung upaya pengendalian KDRT

melalui aspek legal baik berupa Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Peraturan

Daerah, dan lain-lain.

2. Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat melalui

kegiatan sosialisasi (KIE) pengendalian tindak KDRT.

3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui deteksi dini dan

pengendalian Faktor Risiko KDRT.

4. Membangun sistim penanganan darurat/emergensi di tingkat

masyarakat dan sistim rujukan.

5. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan

dan pendampingan bagi tenaga-tenaga pelayanan korban KDRT

di berbagai sektor dan di berbagai tingkat termasuk masyarakat

umum.

6. Mengembangkan dan memperkuat sistim informasi melalui

surveilans epidemiologi, monitoring dan evaluasi.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 17

Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya Pengendalian Tindak

Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja/kemitraan dan

kerja sama lintas program dan lintas sektor serta dengan

organisasi masyarakat dan masyarakat umum.

Untuk memberikan pelayanan komprehensif yang meliputi aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, diperlukan

keterlibatan, kerja sama dan kemitraan pihak-pihak terkait yang

meliputi lintas program dan lintas sektor serta organisasi

kemasyarakatan dan masyarakat umum. Bentuk kerja sama ini

dapat diwujudkan dengan mengembangkan dan memperkuat

jejaring kerja.

2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam

mengendalikan KDRT.

Keterlibatan masyarakat merupakan salah satu langkah penting

dalam kegiatan pengendalian KDRT. Melalui pemberdayaan

masyarakat diharapkan dapat memperluas cakupan kegiatan

yang mungkin tidak terjangkau oleh unit pelayanan kesehatan.

3. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan korban

KDRT melalui deteksi dini Faktor Risiko, pencegahan dan

penanganan korban secara cepat dan terpadu.

Upaya preventif dalam pengendalian KDRT dilaksanakan

melalui sosialisasi kebijakan dan program pencegahan dan

deteksi dini faktor risiko. Deteksi dini faktor risiko KDRT adalah

langkah untuk menemukan secara dini faktor-faktor yang secara

potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya tindak

kekerasan pada seseorang atau kelompok tertentu. Melalui upaya

ini, diharapkan mampu mencegah terjadinya tindak KDRT dan

mencegah agar tidak terjadi tindak berulang.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)16

Page 16: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

7. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja, kemitraan, dan

kerja sama antar sektor pemerintah dengan dunia usaha,

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)18

Page 17: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB IIIUPAYA PENGENDALIAN

TINDAK KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA

Page 18: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 21

BAB III

UPAYA PENGENDALIAN

TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. DEFINISI

Tindak Kekerasan adalah setiap tindakan yang disengaja dengan

atau tanpa menggunakan kekuatan atau paksaan terhadap diri

sendiri, orang lain, sekelompok orang atau komunitas, berupa

cedera fisik, mental, sosial-ekonomi dan seksual (UNFPA).

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan

secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah upaya

yang dilakukan melalui pencegahan dan penanggulangan faktor

risiko tindak kekerasan dalam rumah tangga.

B. JENIS- JENIS TINDAK KDRT

Menurut Konvensi Internasional, KDRT digolongkan menjadi 4

yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan

kekerasan sosial-ekonomi, sedangkan menurut Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 tentang PKDRT, penggolongannya

menjadi 1) kekerasan fisik, 2) kekerasan psikis, 3) kekerasan

seksual dan 4) penelantaran rumah tangga.

Page 19: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Su

mb

er :

Pre

ven

tin

g V

iole

nce

, WH

O 2

004

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)22

C. BENTUK-BENTUK TINDAK KDRT

Bentuk- bentuk tindak kekerasan terbanyak di rumah tangga

menurut WHO (2004) terdiri dari 1) penelantaran anak, 2)

kekerasan oleh pasangan, 3) kekerasan seksual, 4) kekerasan

remaja, 5) kekerasan pada lansia dan 6) bunuh diri serta bentuk

kekerasan terhadap diri sendiri.

Dari Catatan Tahunan Komnas Perempuan tentang Kekerasan

Terhadap Perempuan tahun 2010, bentuk-bentuk tindak

kekerasan dalam rumah tangga yang terbanyak di Indonesia

adalah kekerasan seksual (48,68%), diikuti dengan kekerasan

psikis (48,28%), kekerasan sosial-ekonomi (1,83%) dan kekerasan

fisik (1,21%). Data ini bersumber dari fakta kekerasan yang terjadi

yang dilaporkan, diadukan dan yang mendapat pendampingan

ataupun pelayanan oleh berbagai lembaga terkait.

D. FAKTOR RISIKO

Menurut WHO, faktor risiko tindak kekerasan adalah

sebagaimana digambarkan pada gambar berikut :

LIN

G S

OSI

AL

KO

MU

NIT

AS

KEL

UA

RG

AIN

DIV

IDU

AL

Pe

rub

ah

an

lin

gk

un

gan

so

sia

l ya

ng

cep

at

Ke

sen

jan

gan

eko

no

mi

Ke

sen

jan

gan

ge

nd

er

Ke

mis

kin

an

Lem

ah

nya

je

jari

ng

eko

no

mi

Lem

ah

nya

pe

ne

gak

an

hu

ku

mB

ud

aya

ya

ng

me

nd

uk

un

g ke

kera

san

Tin

gg

inya

pe

ng

gu

na

an

se

nja

ta a

pi

ile

gal

Ma

sa k

on

flik

/po

st-k

on

flik

Po

la p

en

gasu

ha

n y

an

g b

uru

kK

on

flik

da

lam

pe

rnik

ah

an

Ke

kera

san

ole

h p

asa

nga

nR

en

da

hn

ya s

tatu

s so

sio

eko

no

mi

Ke

terl

iba

tan

ora

ng

lain

da

lam

m

asa

lah

ke

kera

san

Korb

an p

enel

anta

ran

anak

Peny

impa

ngan

psi

kolo

gis/

pers

onal

Peny

alah

guna

an a

lkoh

olR

iway

at k

eker

asan

di m

asa

lalu

Kem

iski

nan

An

gka

krim

inal

itas

tin

ggi

Mo

bili

tas

pen

du

du

k ti

ngg

iB

anya

knya

pen

gan

ggu

ran

Per

dag

anga

n o

bat

ter

lara

ng

Lem

ahn

ya k

ebija

kan

inst

itu

siK

ura

ngn

ya s

aran

a p

elay

anan

ko

rban

Fakt

or

situ

asio

nal

MO

DEL

EKO

LOG

I FA

KTO

R R

ISIK

O B

ERSA

MA

TIN

DA

K K

EKER

ASA

N

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 23

Page 20: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

3. Kesenjangan gender

4. Kemiskinan

5. Lemahnya jejaring ekonomi

6. Lemahnya penegakan hukum

7. Budaya yang mendukung kekerasan

8. Tingginya penggunaan senjata api ilegal

9. Masa konflik – post konflik

E. INTERVENSI PENGENDALIAN TINDAK KDRT

Pencegahan tindak kekerasan harus mencakup upaya yang

bersifat promotif dan preventif. Banyak yang dapat dilakukan

disesuaikan dengan tindak kekerasan yang dihadapi. WHO

(2009), merekomendasikan beberapa bentuk intervensi sebagai

berikut :

1. Turut mengembangkan pola asuh atau hubungan orang tua

dan anak yang baik.

Pola pengasuhan yang baik, yaitu yang stabil dan memberi

rasa aman, memenuhi kebutuhan anak akan gizi serta kasih

sayang sangat penting bagi tumbuh kembang dan kesehatan

anak.

Penelantaran anak merupakan salah satu risiko yang terjadi

pada keluarga yang bermasalah dalam menciptakan pola

pengasuhan yang baik.

Pola pengasuhan yang baik dapat dikembangkan melalui :

(1) Program menjadi orang tua yang baik (Parenting)

Program ini difokuskan pada peningkatan kemampuan

orang tua dan memperbaiki hubungan antara orang tua

dan anak. (2) Program Anak-Orang Tua

KETERANGAN :

Faktor risiko sebagai penyebab potensial KDRT (melalui survei dan

penapisan/ skrining) :

i. Faktor risiko individu

1. Penelantaran anak

2. Pengalaman kekerasan di masa lalu

3. Penyimpangan psikologis atau personal

4. Penyalahgunaan alkohol dan NAPZA

ii. Faktor risiko keluarga

1. Pola pengasuhan yang buruk

2. Konflik keluarga

3. Kekerasan oleh pasangan

4. Rendahnya status sosial ekonomi

5. Keterlibatan orang lain dalam masalah kekerasan

iii. Faktor risiko komunitas

1. Kemiskinan

2. Kriminalitas tinggi

3. Banyaknya pengangguran

4. Mobilitas penduduk yang tinggi

5. Perdagangan obat terlarang

6. Lemahnya kebijakan institusi

7. Kurangnya sarana pelayanan korban

8. Faktor situasional

iv. Faktor risiko lingkungan sosial

1. Perubahan lingkungan sosial yang cepat

2. Kesenjangan ekonomi

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 25Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)24

Page 21: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

a. Pengayaan Prasekolah dan Sekolah

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapan

anak sebelum masuk sekolah sehingga berpeluang

untuk meningkatkan keberhasilan akademis.

Pengayaan diberikan melalui pemberian keterampilan

interpersonal, sosial dan emosional sejak dini.

Keterampilan interpersonal adalah kemampuan berada

diantara dan berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk

berkomunikasi , melakukan pendekatan dan

berinteraksi dengan anggota masyarakat tanpa

menimbulkan konflik dan gangguan harmoni yang

tidak perlu terjadi. Sedangkan keterampilan emosional

adalah kegiatan yang bertujuan untuk membekali anak

sehingga mempunyai kemampuan mengendalikan

emosinya termasuk rasa marah, sedih, terlalu gembira,

cemas dan terlalu senang. Keterampilan ini dapat

dikembangkan sejak dini, prasekolah, sekolah bahkan

sampai dewasa.

b. Pengayaan Akademik

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi

akademik dengan melakukan kegiatan di dalam

maupun di luar jam sekolah.

c. Penghargaan bagi Anak Berprestasi

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi

anak agar berprestasi dan dapat menyelesaikan

pendidikan atau tugas lainnya melalui bentuk-bentuk

bantuan seperti beasiswa dan kemudahan-kemudahan

lainnya serta penghargaan.

d. Pelatihan bagi Anak Kurang Mampu

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

Program ini merupakan kegiatan untuk melibatkan

orang tua dalam proses pendidikan anak, memperbaiki

kesehatan maternal, mendorong tumbuh kembang anak

dan meningkatkan dukungan terhadap pendidikan

anak.

(3) Dukungan Sosial

Program ini merupakan kegiatan yang melibatkan

masyarakat dalam memberikan solusi dalam

pemecahan masalah, mengurangi isolasi sosial dan

penguatan komunikasi antar orangtua.

(4) Intervensi Media

Program ini merupakan kegiatan untuk memberikan

informasi kepada orangtua melalui berbagai sarana

seperti majalah, televisi, radio, surat kabar dan

sebagainya, dalam rangka meningkatkan pengetahuan

orangtua dan meningkatkan kesadaran dan perbuatan

untuk menghindari tindak kekerasan pada anak.

2. Mengembangkan keterampilan hidup pada anak dan

remaja

Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

hidup anak dan remaja agar berperilaku berperilaku adaptif

dan positif yang memungkinkan mereka dapat menangani

secara efektif tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari.

Keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan kognitif,

emosional, interpersonal dan sosial. Terdapat beberapa

kegiatan yang dapat dilakukan melalui program ini,

misalnya:

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 27Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)26

Page 22: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

kesempatan bagi anak kurang mampu baik yang

bersekolah maupun tidak bersekolah untuk

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 29Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)28

Page 23: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

masyarakat umum. Selain itu sosialisasi dapat dilakukan

melalui pendidikan untuk calon pengantin (catin) baik di KUA

maupun di Puskesmas.

3. Meningkatkan pengawasan baik di tingkat rumah tangga,

masyarakat maupun negara.

Rumah tangga atau keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat. Faktanya tindak KDRT terbanyak terjadi dalam

rumah tangga/keluarga. Upaya pencegahan KDRT harus

dimulai dari lingkup rumah tangga melalui pengawasan oleh

anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya agar

tidak melakukan tindak KDRT. Melalui pola asuh, hubungan

orang tua–anak dan pendidikan dalam keluarga yang baik,

diharapkan akan terbentuk individu yang tidak melakukan

KDRT. Permasalahan terdapat pada keluarga dimana orang

tua bekerja dan banyak menghabiskan waktu di luar rumah

sehingga pengasuhan diserahkan kepada Asisten Rumah

Tangga (ART). Hal ini dapat diatasi dengan membekali ART

dengan pendidikan mengenai pola asuh/parenting yang baik.

Di mulai dari tingkat keluarga, pengawasan diperluas ke

lingkup masyarakat melalui RT, RW, kelurahan, dan kegiatan-

kegiatan seperti Siskamling ke lingkup yang lebih luas lagi

sampai tingkat negara sehingga akan terbentuk lingkungan

yang anti KDRT.

4. Melaksanakan penguatan keluarga dengan jalan

meningkatkan perlindungan terhadap keluarga dari

penyakit dan gangguan lingkungan.

Rumah tangga sebagai unit terkecil juga berperan penting

dalam melindungi anggotanya dari penyakit maupun

gangguan lingkungan. Hal ini akan menutup peluang

masuknya gangguan-gangguan yang mengancam stabilitas

keluarga seperti masuknya pengaruh buruk dari lingkungan.

A. Bentuk pencegahan meliputi :

1. Melakukan advokasi kepada pembuat kebijakan,

pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat untuk

mendukung upaya pengendalian KDRT melalui aspek

legal.

Dalam upaya mendapatkan dukungan dari pembuat

kebijakan, pemangku kebijakan dan tokoh masyarakat, perlu

dilakukan advokasi yang ekstensif mengenai pengendalian

KDRT. Advokasi dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan

termasuk menyelenggarakan pertemuan khusus, bekerjasama

dengan media, memanfaatkan berbagai forum komunikasi

yang telah ada sebelumnya, misalnya Rapat Koordinasi

Pimpinan (Rakorpim), Aliansi Gubernur, Aliansi Walikota,

Aliansi Bupati, Muktamar serta Advokasi legislatif dan lain

sebagainya. Melalui advokasi diharapkan dapat dihasilkan

Kebijakan yang mendukung upaya pengendalian KDRT.

2. Melakukan sosialisasi Peraturan dan Perundang-Undangan

terkait pengendalian KDRT

Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan yang terkait

misalnya Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-

Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan

Peraturan lainnya dalam penanganan KDRT. Meskipun

demikian diperlukan sosialisasi yang lebih luas agar

masyarakat lebih mengetahui, memahami dan menjalankan

peraturan dan perundang-undangan tersebut. Kegiatan

sosialisasi dapat dilakukan bersama-sama secara lintas

program dan lintas sektor dengan sasaran mulai dari

pembuat kebijakan, penanggungjawab program, tenaga

kesehatan dan petugas pelayanan masyarakat lainnya, TOMA,

TOGA, TODAT, kader masyarakat, Linmas, LSM dan

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 31Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)30

Page 24: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

tempat umum (TTU) karena kebutuhan dan keadaan yang

berbeda.

8. Melakukan kajian kebijakan tentang pembatasan alkohol,

NAPZA, senjata, alat tajam dan pestisida.

Dalam upaya pengendalian faktor risiko KDRT, perlu

dilakukan identifikasi kebijakan dan pelaksanaan kebijakan

tentang pengaturan alkohol, NAPZA, senjata, alat tajam dan

pestisida, dalam hubungannya dengan terjadinya KDRT.

Kegiatan ini memerlukan kerjasama dengan lintas program

dan sektor terkait serta dapat melibatkan akademisi maupun

LSM sebagai pelaksana dan kerja sama dengan negara lain dan

jejaring internasional.

A. Bentuk Pengendalian KDRT

Bentuk pengendalian yang dimaksud adalah merupakan tindakan

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menekankan

pada upaya promotif dan preventif. Kegiatan yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Sosialisasi seluruh peraturan dan perundang-undangan

terkait tindak KDRT dan pengendaliannya

Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan dengan sasaran semua

lapisan masyarakat baik perorangan maupun kelompok atau

massal dengan memanfaatkan semua cara dan saluran yang

ada.

2. Mengembangkan surveilans KDRT berbasis masyarakat

Surveilans KDRT perlu direalisasikan dengan data berbasis

masyarakat. Sumber data diperoleh dari tingkat rumah tangga.

Pelaksanaannya bisa langsung melalui masyarakat dengan

bantuan kader (PKK), sekolah dan tempat kerja.

Bentuk penguatan ini antara lain dengan menerapkan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keluarga, menjalin

komunikasi yang baik antara anggota keluarga serta

dukungan baik fisik maupun psikis kepada anggota keluarga,

serta dengan keluarga-keluarga lain di lingkungan

bertetangga.

5. Meningkatkan peran keluarga dalam menanamkan norma

budi pekerti yang baik melalui pembekalan keterampilan

dan ketahanan hidup pada anak.

Pembekalan keterampilan dan ketahanan hidup bertujuan

agar anak dan remaja dapat berperilaku adaptif dan positif

yang memungkinkan mereka sebagai individu mampu

menangani secara efektif tuntutan dan tantangan kehidupan

sehari-hari. Keterampilan yang dimaksud meliputi

keterampilan kognitif, emosional, interpersonal dan sosial dan

ketahanan diri terhadap stresor yang berasal dari dalam dan

luar.

6. Meningkatkan promosi pencegahan KDRT di masyarakat

melalui keluarga, sekolah, tempat kerja.

Keterlibatan masyarakat dalam melakukan promosi

pencegahan KDRT akan memperluas jangkauan promosi yang

tidak terjangkau petugas kesehatan. Hal ini dilakukan dengan

memberikan pembekalan materi promosi pencegahan dan

efek-efek negatif dari KDRT melalui berbagai kesempatan baik

secara langsung kepada masyarakat maupun melalui lembaga

sekolah, tempat kerja dan lain-lain.

7. Melakukan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi

(KIE) tentang pencegahan KDRT sesuai tatanan keluarga.

Kegiatan dan materi KIE disesuaikan dengan sasaran dan

tatanannya seperti keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 33Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)32

Page 25: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

3. Mengembangkan sistem informasi pengendalian KDRT

Jenis informasi adalah semua bentuk tindak KDRT yang terjadi

di masyarakat. Proses penyampaian informasi dilakukan

melalui SMS gate, jejaring sosial, telepon, internet dan

sebagainya.Rekapitulasinya akan menggambarkan tindak KDRT yang di

masyarakat.

4. Melakukan pendampingan dan konseling pada anggota

keluarga yang terindentifikasi berpotensi melakukan

KDRT.

Sebagai tindak lanjut lainnya dari deteksi dini faktor risiko

KDRT, pada anggota keluarga yang teridentifikasi berpotensi

melakukan KDRT juga dilakukan tindakan berupa

pendampingan dan konseling. Budaya dan intepretasi ajaran

agama, misalnya ketimpangan relasi antara suami dengan

istri, juga merupakan pemicu terjadinya KDRT. Dalam upaya

rekonstruksi budaya dan reintepretasi melalui pendampingan

dan konseling, diharapkan dapat mengubah pola pikir dan

tingkah laku sehingga keluarga dapat terhindar dari tindak

KDRT.

B. ALUR PENGENDALIAN KDRT

Alur pengendalian KDRT meliputi upaya promotif dan preventif.

1. PROMOTIF

Upaya promotif terhadap tindak KDRT dilakukan dengan

memberdayakan masyarakat melalui sosialisasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang KDRT,

dampak dan pengendaliannya termasuk cara-cara

pencegahannya di dan oleh berbagai lapisan dan tingkat

masyarakat. Materi sosialisasi terdiri dari seluruh peraturan

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 35Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)34

perundang-undangan, kebijakan dan program, serta

mekanisme dan fasilitas pencegahan tindak KDRT di

Indonesia. Sosialisasi dilakukan dengan memanfaatkan

kesempatan yang tersedia dan menggunakan berbagai saluran

yang memungkinkan. (masukkan gambar)

2. PREVENTIF

Upaya preventif terdiri dari kegiatan deteksi dini tindak KDRT

yang potensial terjadi di masyarakat melalui kegiatan

surveilans, penapisan/skrining dan pemantauan melalui

survei, serta pengkajian laporan-laporan dan pencatatan yang

berasal dari berbagai pihak masyarakat seperti RT/RW dan

Polisi.

Faktor risiko yang potensial menyebabkan terjadinya tindak

KDRT seperti pengangguran, kemiskinan, konsumsi alkohol

NAPZA, lingkungan pemukiman kumuh, tinggal di

perumahan liar, penduduk tidak tetap, sikap dan perilaku

emosional, pola pengasuhan, dan lain-lain. Faktor risiko ini

diperlukan untuk pemetaan potensi masalah di suatu wilayah.

Pengetahuan tentang faktor risiko ini dpat digunakan untuk

mengembangkan instrumen deteksi dini baik berupa

surveilans maupun penapisan. Sumber data lain untuk

mengembangkan instrumen deteksi dini juga dapat berasal

dari pencatatan kasus di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan

Rumah Sakit), Kepolisian Wilayah, Kantor Kelurahan, dan

Kantor Urusan Agama.

Disamping deteksi dini, upaya preventif dapat diperluas

dengan kegiatan penanganan segera/sementara

kasus/korban tindak KDRT sebelum diteruskan ke tahap

penanganan berikutnya yaitu pelayanan komprehensif sesuai

Standar Pelayanan Minimal (SPM). Bentuknya antara lain

pengamanan sementara bagi korban, konseling/wawancara,

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 35

Page 26: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

pencatatan dan pelaporan dan mempersiapkan rujukan dan

mengupayakan pendampingan sampai korban mendapatkan

penanganan selanjutnya.

ALUR PENGENDALIAN TINDAK KEKERASAN SECARA KOMPREHENSIF

Promotif dan preventif

Penatalaksanaan

PROMOTIF (sosialisasi peraturan perundang-undangan KDRT

dan pengendaliannya

PREVENTIF

(deteksi dini dan penanganan sementara)

Standar Pelayanan

Minimal , 2010

(KPP dan PA)

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)36

Page 27: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB IVPENGORGANISASIAN/

JEJARING KERJA

Page 28: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB IVPENGORGANISASIAN / JEJARING KERJA

A. PENGORGANISASIAN

Wadah kegiatan pengendalian KDRT ini dinamakan Tim

Pengendalian Tindak KDRT Masyarakat (TP-TKM).

Walaupun kegiatan berpusat di tingkat kelurahan, kegiatan

t im ini dikoordinasikan di t ingkat kecamatan.

Koordinatornya adalah Camat dengan Wakil adalah Kepala

Satuan Polisi di tingkat Kecamatan, dan Sekretarisnya adalah

Kepala Puskesmas.

TP-TKM beroperasi di tingkat Kelurahan/Desa, dengan

diketuai oleh Lurah/Kepala Desa dengan wakil adalah Polisi

yang bertugas di desa (Mantri Polisi) dan tokoh agama

setempat serta sekeretarisnya adalah ketua RW. Anggota TP-

TKM di tingkat desa terdiri dari Ketua RT, Bidan Desa,

Koordinator PKK, Koordinator Kader Kesehatan dan lain-

lain sesuai dengan situasi setempat.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 39

Page 29: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

TIM PENGENDALI – TKM

Ketua : CamatWakil Ketua : Kepala Satuan Polisi

KecamatanSekretaris : Kepala Puskesmas

Ketua : Lurah/Kepala DesaWakil : Polisi Desa (Mantri Polisi)

Tokoh AgamaKetua RW

Sekretaris : Sekretaris DesaAnggota : Ketua RT

Koordinator PKKBidan/Nakes DesaKoordinator KaderKoordinator LinmasPerwakilan LSM

TIM KOORDINATOR PTKM

TIM PELAKSANA PTKM

B. MEKANISME KERJA

Pengendalian tindak KDRT berpusat di tingkat kelurahan (desa).

Pusat pengendalian dilakukan di Kantor Kelurahan dengan

menerima laporan atau pengaduan dari korban, anggota keluarga

korban, tetangga korban, dan warga masyarakat lain yang

menyaksikan, baik secara langsung maupun melalui aparat atau

petugas yang bekerja di tingkat kelurahan atau desa seperti kader,

bidan desa, tenaga kesehatan yang ada di desa (mantri dan

perawat) dan petugas Linmas atau satpam. Tingkatan selanjutnya

diatas korban dan aparat tersebut adalah Polisi, Ketua RT/RW,

tokoh agama/adat setempat yang selanjutnya dapat membawa

korban ke Kantor Kelurahan/Kepala Desa, Kantor/Pos Polisi Desa

dan selanjutnya ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Korban dapat

juga datang atau dibawa langsung ke Kantor Kelurahan, Kantor

Polisi Desa, Puskesmas dan Rumah Sakit sesuai dengan keadaan

dan kebutuhannya.

C. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN TP-TKM

NO JABATAN PERAN KET

1

Camat

Menjadi koordinator/penanggung jawab

seluruh kegiatan TP -

TKM

Bertanggungjawab

kepada Bupati/Walikota

melalui TP-TKM tingkat

Kabupaten/Kota

2

Kepala

Satuan Polisi

Kecamatan

Menjadi koordinator/penanggung jawab

keamanan korban/saksi dan

pendamping korban

Bertanggungjawab

kepada koordinator TP-

TKM Kecamatan

3

Kepala Puskesmas

Menjadi koordinator/penanggung jawabpenanganan aspek kesehatan korbandan perujukan korban Pembina Posbindu(Pos Pembinaan Terpadu) di Masyarakat

4

Lurah/Kepala

Desa

Menjadi koordinator/penanggung jawab

5

Polisi Desa

(Mantri Polisi)

Menjadi koordinator/penanggung jawab

keamanan korban/saksi dan

pendamping korban di tingkat desa

Bertanggungjawab

kepada Lurah

6 Tokoh Agama Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP - TKM

7 Ketua RW Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP - TKM

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 41Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)40

Page 30: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

8 Sekretaris

Desa

Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal kegiatan administrasi TP –

TKM, termasuk perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, pelaporan

dan pendanaan TP-TKM

9 Koordinator

PKK

Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP –TKM dan

pendampingan korban

10 Bidan/ Nakes

Desa

Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP -TKM dan

pelayanan darurat dan rujukan

kesehatan

11

Koordinator

Kader

Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi

tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP –TKM dan

pendampingan korban

12

Koordinator

Linmas

Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP -TKM dan

pendampingan korban

13 Perwakilan

LSM

Membantu koordinator tingkat desa

dalam hal sosialisasi tindak, dampak dan

pengendalian KDRT serta TP -TKM dan

pendampingan

A. JEJARING KERJA

Pusat jejaring adalah Kelurahan dengan anggota jejaring yang

terdiri dari :

1. Kantor Camat

2. Kantor Polisi Kecamatan

3. Puskesmas/Pustu

4. Posbindu

5. Pos PKK

6. Pos Satpam

7. Poskamling

8. Posyandu/Polindes/BP

9. Rumah Aman/Rumah Singgah

10. Kantor LSM Desa

11. Pos Polisi Desa

12. Kantor Sekretariat RW

13. Kantor Sekretariat RT

14. Dll.

JEJARING KOORDINASI DAN PELAKSANAAN TP-TKM

KantorCamat

Kantor Lurah

Puskesmas

Kantor Polisi

Kecamatan

Pos Satpam

Wakil LSM

Pos PKK

Posyandu

Kantor RT

Rumah Singgah

Poskamling

Kantor RW

Pos Polisi

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 43Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)42

Posbindu

Page 31: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB VSISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

Page 32: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB VSISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. TUJUAN PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tujuan pencatatan untuk mendapatkan gambaran prevalensi dan

insidensi tindak KDRT di masyarakat khususnya pedesaan.

Dengan diketahuinya gambaran kejadian KDRT di masyarakat,

maka dapat dikembangkan upaya pengendalian KDRT melalui

kegiatan sosialisasi tindak, dampak dan pengendalian KDRT dan

memantau serta memetakan eksistensi faktor risiko.

B. ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 47

ALUR PELAPORAN/PENCATATAN

S P M

RUMAH SAKIT

PUSKESMAS

KELURAHAN POLISI

KETUA RT/RW

PKK KADER POSBINDU TENAGA KESEHATAN LINMAS

TETANGGA

KORBAN KELUARGA

KORBAN

MASYARAKAT/ORANG LAIN

Page 33: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

1. Apa yang dicatat

a. Kejadian dan korban KDRT (melalui pelaporan dan

surveilans)

i. Identitas korban

ii. Identitas pelaku (terlapor)

iii. jenis KDRT

iv. waktu dan tempat

v. tindak lanjut

b. Faktor risiko sebagai penyebab potensial KDRT (melalui

survei dan penapisan/ skrining)

i. Faktor risiko individu

1. Penelantaran anak

2. Pengalaman kekerasan di masa lalu

3. Penyimpangan psikologis atau personal

4. Penyalahgunaan alkohol dan NAPZA

ii. Faktor risiko keluarga

1. Pola pengasuhan yang buruk

2. Konflik keluarga

3. Kekerasan oleh pasangan

4. Rendahnya status sosial ekonomi

5. Keterlibatan orang lain dalam masalah kekerasan

iii. Faktor risiko komunitas

1. Kemiskinan

2. Kriminalitas tinggi

3. Banyaknya pengangguran

4. Mobilitas penduduk yang tinggi

5. Perdagangan obat terlarang

6. Lemahnya kebijakan institusi

7. Kurangnya sarana pelayanan korban

8. Faktor situasional

iv. Faktor risiko lingkungan sosial

1. Perubahan lingkungan sosial yang cepat

2. Kesenjangan ekonomi

3. Kesenjangan gender

4. Kemiskinan

5. Lemahnya jejaring ekonomi

6. Lemahnya penegakan hukum

7. Budaya yang mendukung kekerasan

8. Tingginya penggunaan senjata api ilegal

9. Masa konflik – post konflik

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 49Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)48

Page 34: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB VIIIP E N U T U P

BAB VIIINDIKATOR DAN

PARAMETER KEBERHASILAN

Page 35: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB VIIINDIKATOR DAN PARAMETER KEBERHASILAN

Indikator dan parameter keberhasilan dalam pengendalian tindak

kekerasan meliputi:

A. Indikator Input

Meliputi :

1. Persentase Propinsi/Kab/Kota yang mempunyai Rencana

Aksi Daerah dalam pengendalian tindak kekerasan dalam

rumah tangga

2. Persentase laporan yang masuk di Kab/Kota/ Propinsi ,

3. Persentase Propinsi/ Kab/Kota yang memiliki materi KIE,

sosialisasi, advokasi dan bimbingan konseling

4. Persentase Propinsi/ Kab/Kota yang memiliki Instrumen

pencatatan dan pelaporan

B. Indikator Proses

Meliputi upaya - upaya pengendalian KDRT, yaitu :

1. Pelaksanaan KIE

2. Pelaksanaan sosialisasi

3. Pelaksanaan advokasi

4. Pelaksanaan deteksi dini

5. Pelaksanaan surveilans (kelengkapan dan ketepatan)

6. Pelaksanaan bimbingan konseling

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 57

Page 36: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

BAB VIMONITORING

1. Apa yang di monitoringMeliputi :a. Upaya kegiatan (meliputi perencanaan, pelaksanaan)b. Kapasitas SDMc. Indikator yang telah ditetapkan

2. SDM pelaksana monitoring

a. Tim pelaksana monitoring pusat

b. Tim pelaksana monitoring propinsi

c. Tim pelaksana monitoring Kab/ Kota

3. Sasaran monitoring

a. Pelaksana kegiatan di pusat

b. Pelaksana kegiatan di propinsi

c. Pelaksana kegiatan di Kabupaten/ kota

d. Pelaksana kegiatan di kecamatan/masyarakat

4. Periode monitoringPeriode monitoring dilakukan secara periodik selama

triwulan/semester/tahunan (tergantung daerah masing-masing)

5. Alat monitoringAlat monitoring menggunakan form monitoring (form terlampir)

6. Hasil monitoring dirapatkan dan dibahas, selanjutnya dilakukan

umpan balik.

BAB VIM O N I T O R I N G

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 53

Page 37: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

C. Indikator Output

Meliputi jumlah kasus yang terdeteksi dan tertangani.

D. Indikator Outcome

Meliputi penurunan kasus KDRTBAB VIII

PENUTUP

Diharapkan dengan tersusunnya Pedoman Pengendalian Tindak

Kekerasan Dalam Rumah Tangga ini, maka hak asasi manusia sebagai

salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan oleh Pemerintah

sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Korban akibat kekerasan dalam rumah tangga yang berakibat

kesakitan, kecacatan dan kematian dapat turun karena terjadi

perubahan perilaku pada pelaku untuk tidak melakukan kekerasan.

Perubahan pada perilaku kekerasan didukung oleh lingkungan sekitar

dan regulasi pemerintah.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 61Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)58

Page 38: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

L A M P I R A N

FORMULIR DETEKSI DINI TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

WAST (WOMAN ABUSE SCREENING TOOLS)

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 63

No. Responden

:

Umur

:

Tempat wawancara

:

Berilah tanda cek (√) di depan jawaban yang sesuai dengan kondisi Ibu

1. Secara umum, bagaimana Ibu menggambarkan hubungan Ibu dengan pasangan?

Penuh ketegangan

Agak ada ketegangan Tanpa ketegangan

2. Apakah Ibu dan pasangan Ibu mengatasi pertengkaran mulut dengan

Sangat kesulitan

Agak kesulitan

Tanpa kesulitan

3. Apakah pertengkaran mulut mengakibatkan Ibu merasa direndahkan atau merasa tidak nyaman dengan diri sendiri?

Sering

Kadang-kadang

Tidak pernah

4. Apakah pertengkaran mulut mengakibatkan pasangan Ibu memukul, menendang, atau mendorong?

Sering Kadang-kadang Tidak pernah

5. Apakah Ibu merasa ketakutan pada yang dikatakan atau dilakukan oleh pasangan Ibu?Sering Kadang-kadang Tidak pernah

6. Apakah Ibu merasa dibatasi dalam mengatur pembelanjaan rumah tangga?Sering Kadang-kadang Tidak pernah

Page 39: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

FORM IDENTIFIKASI KASUS CEDERA DAN KEKERASANBAGI TENAGA KERJA INDONESIA

FORM IDENTIFIKASI KASUS CEDERA DAN KEKERASAN

TENAGA KERJA INDONESIA

WAWANCARA

TANGGAL PERIKSA

JAM PERIKSA

TEMPAT PERIKSA

: ............................

: ............................

: ............................

1Dalam 2 bulan terakhir, apakah (NAMA) pernah mengalami peristiwa seperti kecelakaan,kekerasan, jatuh yang mengakibatkan cedera SEHINGGA KEGIATAN SEHARI-HARITERGANGGU?

2 Berapa kali mengalami cedera dalam 12 bulan terakhir? ......................... kali

01. Kecelakaan transportasi darat sepeda motor

02. Kecelakaan transportasi darat lainnya

03. Jatuh (terpeleset, tersandung, terjatuh dari

ketinggian)

04. Terkena benda tajam, tumpul, mesin, dsb

05. Terbakar/terkena air panas/bahan kimia

06. Tergigih/tersengat/diserang hewan

07. Kejatuhan/terkena lemparan benda

08. Pemaksaan/diancam dalam melakukan hubungan

badan/hubungan seksual

09. Lainnya (misal usaha bunuh diri, keracunan,

bencana alam, dll) tuliskan ...................................

Penyebab cedera : (BACAKAN DAN PILIH SATU JAWABAN DARI POINT 01 SAMPAI DENGAN 09)

3

4

Cedera yang didapat akibat dari : (BACAKAN POINT 1 SAMPAI DENGAN 3)

01. Kelalaian diri sendiri

02. Perbuatan orang lain yang serumah (majikan, anak majikan atau orang lain yang tinggal serumah)

03. Perbuatan orang lain yang tidak serumah

5

Bagian tubuh yang terkena cedera : (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN 1)

ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1= YA ATAU 2 = TIDAK

a. Kepala

1. Rumah (dalam dan halaman)

2. Lingkungan sekolah

3. Tempat olah raga

4. Jalan raya

a. Panca Indera tidak berfungsi (buta, tuli, bisu, dll)

c. Bekas luka permanen yang mengganggu keindahan

b. Kehilangan sebagian anggota badan jari/tangan/kaki putus, dll)

d. Lainnya, tuliskan .........................................................

5. Area bisnis, jasa, perkantoran dan tempat umum

6. Area industri dan konstruksi

7. Area pertanian

8. Lainnya, tuliskan ..................................................

b. Dada c. Perut

d. Anggota

gerak

atas

e. Anggota

gerak

bawah

f. Lainnya,

tuliskan

................

6

Tempat terjadinya cedera : (BACAKAN DAN PILIH SATU JAWABAN DARI POINT 1 SAMPAI DENGAN 8)

Apakah cedera yang terjadi mengakibatkan kecacatan fisik yang permanen pada?: (BACAKAN POINT a SAMPAI DENGAN d)

7

8

Apakah selama bekerja anda pernah menerima perkataan kasar, menghina, mencaci, merendahkan,mengancam atau sejenisnya?

01. Ya

02. Tidak

1. Ya

2. Tidak

APABILA KEJADIAN CEDERA LEBIH DARI 1 KALI, TANYAKAN CEDERA YANG PALING PARAH MENURUTPENGAKUAN RESPONDEN

ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1= YA ATAU 2 = TIDAK

FORM IDENTIFIKASI KASUS CEDERA DAN KEKERASAN

TENAGA KERJA INDONESIA

WAWANCARA

TANGGAL PERIKSA

JAM PERIKSA

TEMPAT PERIKSA

: ............................

: ............................

: ............................

IDENTITAS

Nama

Jenis Kelamin

Tanggal lahir

Asal Daerah

Pekerjaan

: .............................................................

: .............................................................

: .............................................................

: .............................................................

: .............................................................

PEMERIKSAAN

1. Keadaan Umum : .............................................................a. Kesadaran : .............................................................

2. Tanda vital

a. Tensi : mmHg

b. Nadi : x/menitc. Respirasi : x/menit

d. Suhu :0C

3. Tuliskan kelainan-kelainan pada gambar tubuh dengan gambar di bawah ini :

4. Kesimpulan Hasil Pemeriksaan

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............., ...............................

( )

NIP.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 65Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)64

Page 40: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

PETUNJUK PENGISIAN FORM IDENTIFIKASI KASUS CEDERA DAN

KEKERASAN TENAGA KERJA INDONESIA

1. Tanggal Periksa : diisi tanggal dilakukannya pemeriksaan.

2. Jam Periksa : diisi jam dilakukannya pemeriksaan.

3. Tempat Periksa : diisi tempat dilakukannya pemeriksaan. Misalnya : Pos KKP, Poliklinik KKP, kapal........., ruang kedatangan

dan sebagainya.

FORM IDENTITAS

1. Nama : jelas.

2. Jenis Kelamin : jelas.

3. Tanggal lahir : diisi tanggal, bulan dan tahun lahir.

4. Asal daerah : diisi kabupaten/kota asal.

5. Pekerjaan : diisi pekerjaan terakhir yang dilakukan. Misalnya :

asisten rumah tangga, pekerja pabrik, pekerja bangunan, pekerja

restoran dan sebagainya.

FORM WAWANCARA RIWAYAT CEDERA1. Riwayat cedera dalam 12 bulan terakhir yang MENGGANGGU

KEGIATAN SEHARI-HARI : tuliskan pada kolom jawaban angka

(1) jika Ya atau angka (2) jika Tidak. Jika jawaban Tidak, hentikan

wawancara. Jika Ya, lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya.

2. Frekuensi mengalami cedera : diisi jumlah berapa kali. Jika lebih

dari 1 (satu) kali, pilih cedera yang paling parah untuk

dideskripsikan pada pertanyaan selanjutnya.

3. Penyebab cedera : bacakan pilihan jawaban (01) sampai dengan

(09). Tuliskan angka pada kolom jawaban.

4. Cedera yang didapat diakibatkan dari : Bacakan pilihan jawaban

(01) sampai dengan (03). Tuliskan angka pada kolom jawaban.

Pertanyaan ini untuk menilai apakah cedera yang didapat adalah

cedera wajar, cedera akibat kekerasan dalam rumah

tangga/kekerasan domestik atau cedera akibat kekerasan

umum/kriminalitas.

5. Bagian tubuh yang terkena : Bacakan pilihan jawaban. Pada setiap

poin (a) sampai dengan (f) tuliskan angka (1) jika jawaban Ya dan

angka (2) jika jawaban Tidak. Pertanyaan ini akan menjadi panduan

dalam melakukan pemeriksaan fisik.

6. Tempat terjadinya cedera : Bacakan pilihan jawaban (01) sampai

dengan (08). Tuliskan angka pada kolom jawaban.

7. Cacat fisik permanen akibat cedera : Bacakan pilihan jawaban. Pada

setiap poin (a) sampai dengan (d) tuliskan angka (1) jika jawaban Ya

dan angka (2) jika jawaban Tidak. Pertanyaan ini akan menjadi

panduan dalam melakukan pemeriksaan fisik.

8. Perlakuan kasar, berupa kata-kata maupun tindakan, menghina,

mencaci, merendahkan, mengancam atau sejenisnya : : tuliskan

pada kolom jawaban angka (1) jika Ya atau angka (2) jika Tidak.

Pertanyaan ini untuk menilai apakah terdapat tindak kekerasan

emosional.

FORM PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : diisi dengan :

a) KOMPOS MENTIS, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap

dirinya maupun terhadap lingkungannya. responden dapat

menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.

b) APATIS, yaitu keadaan di mana responden tampak segan dan

acuk tak acuh terhadap lingkungannya.

c) DELIRIUM, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan

motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Responden

tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 67Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)66

Page 41: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

d) SOMNOLEN (letergia, obtundasi, hipersomnia), yaitu

keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang,

tetapi bila rangsang berhenti, responden akan tertidur

kembali.e) SOPOR (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam,

Responden masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang

kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi responden tidak

terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban

verbal yang baik.f) SEMI-KOMA (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang

tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal, dan

tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea,

pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak

adekuat.` g) KOMA, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak

ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang

nyeri.

2. Tanda vital : jelas.

3. Tuliskan kelainan pada gambar tubuh :

Lakukan pemeriksaan fisik pada responden sesuai indikasi dengan

halus dan hormat. Fokuskan pada lokasi-lokasi tubuh yang

sebelumnya telah didapatkan dalam wawancara. Amati tanda-

tanda cedera maupun bekas cedera. Perhatikan tanda-tanda cedera

tidak wajar yang mungkin disebabkan karena kejadian kekerasan

diantaranya :

a. Hematom atau memar

- Pada wajah, bibir/mulut, bagian tubuh lainnya seperti di

punggung, bokong, paha, betis dan sebagainya

- Terdapat baik memar yang baru maupun yang sudah mulai

menyembuh

- Corak-corak memar yang menunjukkan benda tertentu

yang dipakai untuk kekerasan.

b. Vulnus ekskoriasi/luka lecet dan vulnus laserasi/luka robek

- Di mulut, bibir, mata, kuping, lengan, tangan dan

sebagainya

- Di genitalia

- Luka akibat gigitan oleh manusia

- Di bagian tubuh lain, terdapat baik luka yang baru atau

yang berulang

c. Fraktur/patah tulang atau dapat juga dinilai dari deformitas

- Patah tulang baru dan lama (dalam penyembuhan)

- Patah tulang multipel

- Patah tulang pada kepala, rahang dan hidung serta

patahnya gigi

d. Luka bakar

- Bekas sundutan rokok

- Luka bakar pada tangan, kaki atau bokong akibat kontak

bagian-bagian tubuh tersebut dengan benda panas

- Bentuk luka yang khas sesuai dengan bentuk benda panas

yang dipakai untuk menimbulkan luka tersebut

e. Cedera pada kepala

- Bercak/area kabotakan akibat tertariknya rambut

- Terdapat baik yang baru atau berulang

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 69Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)68

Page 42: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

f. Lain-lain

- Dislokasi/lepas sendi pada sendi bahu atau panggul

(kemungkinan akibat tarikan)

- Tanda-tanda luka yang berulang

Kesimpulan hasil pemeriksaan : diisi diagnosis dan

ada/tidaknya indikasi kekerasan berdasarkan hasil

wawancara maupun pemeriksaan fisik.

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)70

KUESIONERMONITORING DAN EVALUASI

PROGRAM PENGENDALIAN TINDAK KEKERASAN

I. DATA UMUM :

1. Instituasi yang dikunjungi :a. Dinas Kesehatan Propinsi ........................................................b. Dinas Kesehatan Kab / Kota ...................................................c. UPT (BBTKL/KKP) : .................................................................Alamat : .....................................................................................

Telepon : .....................................................................................

2. Nama Penanggung Jawab / Pelaksana Program : .............................................................................................................Telp rumah : .............................. HP : .............................................E-mail : ..............................................................................................

II. KEGIATAN PENGENDALIAN TINDAK KEKERASAN

A. Edukasi

1. Apa jenis pelatihan yang mendukung pengendalian tindak

kekerasan?

a. Ada b. Tidak ada, jelaskan mengapa?

1. Tidak ada anggaran

2. Tidak ada peminatan

3. Tidak tahu

4. Lainnya, jelaskan ........................................

.......................................................................

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 71

Page 43: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Jika ada, sebutkan nama pelatihannya dan tahun berapa di laksanakan................................................................................................................. tahun................................................................................................................ tahun

2. Sasaran yang dilatih ? a. Pengelola program b. Petugas Puskesmas c. Lainnya, sebutkan: (contoh: anak sekolah, kelompok

masyarakat, dll) .............................................................................................................. ..............................................................................................................

3. Berapa jumlah yang dilatih ?a. ........................ orang b. Tidak ada

4. Bila ada pelatihan, siapa yang menyelenggarakan? a. Institusi Kesehatan, sebutkan ......................................................... b. Lintas Sektor , sebutkan ......................................................... c. Lainnya, sebutkan .........................................................

5. Materi apa saja yang disampaikan ?a. Teori, sebutkan

..............................................................................................................

..............................................................................................................b. Praktek, sebutkan

..............................................................................................................

.............................................................................................................. c. Lainnya, sebutkan:

..............................................................................................................

6. Apa jenis penyuluhan yang dilakukan untuk mendukung edukasi

pengendalian tindak kekerasan?a. Ada b. Tidak ada, jelaskan mengapa?

1. Tidak ada anggaran 2. Tidak ada peminatan 3. Tidak tahu

4. Lainnya, jelaskan ..............................

7. Apakah penyuluhan dilakukan teratur ? a. Ya b. Tidak, jelaskan mengapa ?

1. Tidak ada anggaran2. Tidak ada peminatan3. Tidak tahu4. Lainnya,jelaskan ...............................

8. Berapa kali dilakukan penyuluhan dalam satu tahun ? a. 1 kali b. 2 – 5 kali c. Lebih dari 5 kali 9. Adalah alat bantu dalam edukasi ?

a. Ya, Sebutkan: 1. Alat peraga 2. Media Cetak ( Leaflet, Poster, Pedoman, dll ) 3. Media AV ( OHP, Slide, TV, LCD) 4. Lainnya : ....................................................................

b. Tidak, jelaskan mengapa? ........................................................................................... ........................................................................................... ...........................................................................................

B. Deteksi Dini

1. Apakah pernah dilakukan deteksi dini faktor risiko tindak

kekerasan?

a. Ya, berapa kali, ...................kali Sebutkan dan tempat pelaksanaan ........................................... ....................................................................................................... .......................................................................................................

b. Tidak 2. Jika pernah, parameter deteksi dini apa saja yang diukur ?

a. Kekerasan fisik b. Kekerasan seksual c. Kekerasan emosional d. Kekerasan ekonomi e. Lainnya : .....................................................................................

.......................................................................................................

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 73Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)72

Page 44: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

2. Bila terjadi tindak kekerasan apakah ada No. Telp khusus yang bisa

dihubungi ?

a. Ada, No. Telp. : ................... b. Tidak ada

3. Bila ada, siapa yang operatornya ?

a. Institusi Kesehatan, sebutkan ......................................................

Dinkes Propinsi .......................................................................

Dinkes Kab / Kota ...................................................................

Puskesmas ...............................................................................

RS ..............................................................................................

UPT (BBTKL/BTKL/KKP) ...................................................

b. Lintas Sektor, sebutkan ............

Polisi

Badan Pemberdayaan Perempuan

Dinas Sosial

...................................................................................................

4. Informasi tindak kekerasan yang diterima, diteruskan kepada

siapa ?

a. Institusi Kesehatan, sebutkan ......................................................

b. Lintas Sektor , sebutkan ...............................................................

5. Bila tidak ada No. Telp. Khusus, siapa yang dihubungi bila terjadi

tindak kekerasan ......................................................................................

a. Polisi b. Rumah Sakit

c. Lainnya, sebutkan : ...........................................................................

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 75

3. Siapa yang melaksanakan kegiatan deteksi dini ? a. Institusi Kesehatan, sebutkan ......................................................... b. Lintas Sektor , sebutkan ................................................................

4. Siapa saja sasaran deteksi dini tersebut ?a. Ibu rumah tanggab. Anak-anakc. Asisten Rumah Tanggad. Lainnya : .............................................................................................

.............................................................................................................

5. Bagaimana frekuensi kegiatan tersebut dilaksanakan ?a. Rutin : ……..........…kali/ tahun b. Situasi khusus, pada saat : ..........

6. Apakah ada dana untuk pelaksanaan kegiatan deteksi dini faktor

risiko tindak kekerasan?

a. Ya sumber dana: 1. APBN 2. APBD 3. BLN d. Lainnya : ..............

b. Tidak, jelaskan mengapa? ...................................................................................................... ...................................................................................................... .......................................................................................................

C. Pelaporan

1. Apakah sudah terdapat mekanisme pelaporan berjenjang

terhadap kasus tindak kekerasan?a. Ya, sebutkan mekanismenya.

...................................................................................................... ...................................................................................................... ......................................................................................................

b. Tidak, jelaskan mengapa............................................................................................................................................................................................................

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)74

Page 45: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)76

D. Dukungan Operasional

1. Apakah ada dana operasional khusus untuk program

pengendalian tindak kekerasan?

a. Ada, sebutkan sumber dana...........

- APBN

- APBD

- BLN

- Lainnya

b. Belum ada

................, ..........................., ....................

Petugas :

1 ...........................................................

2. ...........................................................

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 77

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon,Advanced Trauma Life Support, Edisi 6. 1997

Barnes TA, BoudinMB, Cardiopulmonary Resuscitation in: Burton GG,

Hpdgkin JE,Ward JJ eds. Respiratory Care : a guide to clinical practice

4th ed. New York : JBLippincott Campany, 1997

Bisono, Pusponegoro AD, Luka, trauma, syokdanbencana,

DalamSjamsuhidayat R,Jong WD, Editor: Buku Ajar IlmuBedah,

EdisiRevisi, PenerbitBukuKedokteranEGC, 1997 p81-96 (Text

Book).

Cummins, Richard O, MD, MPH, MSc, Advanced Cardiac Life Support,

American HeartAssociation, 1999

Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Sistem

Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Jakarta 2005

Eliastam M, Sternbach GL, Bresler MJ. Penuntun Kedaruratan Medis.

Edisi 1. Jakarta: EGC, 2000

Forster SL. How the Law Affects the Practice of Emergency Medicine. In

:Emergency Medicine. The principles of practice ed. By Fulde

GWO.Thirdedition. MacLennan & Petty Oty Limited-Sydney

1998.

Jatremski MS, Dumas M, Penalver L. PenuntunKedaruratan.Edisi

1.Jakarta: EGC,1995

K n i g h t o n D , L o c k s l e y R M , M i l l s J . T i n d a k a n -

tindakangawatdarurat.Edisi 3.Jakarta:EGC, 1995

O´Keefe MF, Limmer D, Grant HD, Murray RH, Bergeron JD,

Emergency Unit, Brady,edisi 8, 1998

Page 46: SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT …

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)78

TIM PENYUSUN

DR. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes

dr. Azimal, M.Kes

Sumarsinah, SKM, M.Epid

dr. Zarfiel Tafal, MPH

dr. Farina Andayani, M.Sc

dr. Esti Widiastuti, M.Sc.PH

dr. Penina Regina

Ir. Hendarmi

dr. Budi Raharjo, M.Epd

dr. Fristika Mildya

Yolmisatri, SKM

Sukro Basuki, S.Sos

Nur Idayanti, SKM

dr. Novi Indriastuti

Resti Dwi Hasriani, SKM

Pedoman Pengendalian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 79

Purwadianto A, Sampurna B. KedaruratanMedik. Jakarta:

BinaRupaAksara, 2000

Pusat pendidikan dan Pelatihan RS Harapan Kita.Materi Kursus

Advanced Cardiac LifeSupport.Samuel M. Keim. Emergency

Medicine On Call. Lange Medical Books/McGraw-Hill2004.

Society of Critical Care Medicine.Fundamental Critical Care

Support.Course Text,Second Edition. SCCM 2000.

Carley S, Mackway-Jones K, 2005 :Major Incident Medical Management

and Support, Blackwell Publishing Ltd.

Departemen Kesehatan RI 2007 : Standar Internasional Penanganan

Bencana Bidang Kesehatan.

Jeff Jones 2006, NIMS Incident Command System Field Guide, Informed

Tigard,Oregon

World Health Organization, A Handbook for Undergraduate Medical

Curriculum, SEA-Injuries-15, New Delhi : WHO, 2011

World Health Organization, Guidelines for The Clinical Management of

Snake Bites in The South East Asia Region, WHO, 2005

Rosman Ahmad, Mengenal Jenis Ular Berbisa, Pusat Racun Negara,

USM, 2003

Pedoman Pertolongan Keracunan Untuk Puskesmas, Badan Pengawas

Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2002

Snake Venom : The Pain and Potential of Poison, The Cold Blooded

News Vol. 28, Number 3, March 2001