keputusan direktur jenderal

25
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN NO. KEP. 20/DJPPK/VI/2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN Jl. Jend.Gatot Subroto Kav.51 – JAKARTA Kotak Pos 4872 Jak. 12048 Telp. 5255733 Pes. 600 – (021) 5253913

Upload: trinhhuong

Post on 11-Jan-2017

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keputusan Direktur Jenderal

KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

NO. KEP. 20/DJPPK/VI/2005TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANPENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

HIV/AIDS DI TEMPAT KERJA

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.IDIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN

KETENAGAKERJAAN

Jl. Jend.Gatot Subroto Kav.51 – JAKARTAKotak Pos 4872 Jak. 12048

Telp. 5255733 Pes. 600 –(021) 5253913

Page 2: Keputusan Direktur Jenderal
Page 3: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 13

DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASANKETENAGAKERJAAN

Menimbang:

bahwa sesuai pasal 7 Keputusan Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi R.I. 68/Men/IV/2003 tentang Pencegahan danPenanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja perlu ditetapkanPetunjuk Teknis Pelaksanaannya dengan Keputusan DirekturJenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.

Mengingat:

1. Undang-undang No.3 Tahun 1951 tentang PemberlakuanUndang-undang Tahun 1947 tentang Pengawasan Perburuhan;

2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja;

3. Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Keselamatan kerja;

4. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1994 tentang KomisiPenanggulangan AIDS di Indonesia; dan

5. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.INo. 8/KEP/Menko/Kesra/VI/1994 tentang Susunan Tugas danFungsi Keanggotaan Komisi Penaggulangan AIDS di Indonesia.

Memperhatikan:

1. Strategi Nasional Penanggulangan AIDS Tahun 2003 – 2008 yangditetapkan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.

2. Kesepakatan Tripartit Nasional Tentang KomitmenPenanggulangan HIV/AIDS di Dunia Kerja Tahun 2003.

Kaisar
Typewritten Text
Kaisar
Typewritten Text
Kaisar
Rectangle
Page 4: Keputusan Direktur Jenderal

14 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

LAMPIRAN:Keputusan Direktur PembinaanPengawasan Ketenagakerjaan.

Nomor: Kep. 20/DJPPK/VI/2005Tanggal: 16 Juni 2005

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANPETUNJUK TEKNIS PELAKSANAANPENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/

AIDS DI TEMPAT KERJA

1. PENDAHULUAN

Menyadari bahwa HIV/AIDS saat ini di Indonesia bukan hanyamenjadi masalah Kesehatan akan tetapi juga menjadi masalah dunia kerjayang berdampak pada produktivitas dan profitabilitas perusahaan.Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah mengeluarkanKeputusan Menteri No.68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan danPenanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tersebutmewajibkan pengurus/pengusaha melakukan upaya pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja melalui;

1. Pengembangan kebijakan tentang upaya pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja yang dapat dituangkandalam Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama(PKB).

2. Pengkomunikasian kebijakan dengan cara menyebarluaskaninformasi dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

Kaisar
Rectangle
Page 5: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 15

3. Pemberian perlindungan kepada pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminatif.

4. Penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja khusus untukpencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS sesuai denganperaturan perundang-undangan dan standar yang berlaku.

Merujuk pada Pasal 7 ayat (1) Keputusan Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi No. Kep. 68/Men/IV/2004 diperlakukan petunjukteknis pelaksanaan yang akan diatur Lebih lanjut Keputusan DirekturJenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan tentang Petunjuk TeknisPelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempatkerja.

TUJUAN

Sebagai pedoman bagi pengusaha dan pekerja/buruh dalampelaksanaan pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempatkerja melalui program keselamatan dan kesehatan kerja.

LINGKUP PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

Petunjuk teknis pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja meliputi:

A. Kebijakan.

B. Pendidikan.

C. Perlindungan hak pekerja/buruh yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

D. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja Khusus.

E. Progam pengendalian.

Kaisar
Rectangle
Page 6: Keputusan Direktur Jenderal

16 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

PENJABARAN PETUNJUK TEKNISPELAKSANAAN

A. KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENAGGULANGAN HIV/AIDS

1. Bentuk Kebijakan

Kebijakan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempatkerja dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan keselamatan dan kesehatankerja atau secara tersendiri.

2. Isi Kebijakan

a. Pernyataan komitmen pengusaha/pengurus untuk mendidikpekerja/buruh tentang HIV/AIDS.

b. Menembangkan strategi dan promosi program pencegahanHIV/AIDS untuk di selenggarakan di tempat kerja.

c. Memberikan pendidikan kepada pekerja/buruh untukmeningkatkan pemahaman akan HIV/AIDS, termasuk carapencegahan.

d. Memberikan informasi kepada para pekerja/buruh mengenaidi mana pekerja/buruh dapat memperoleh pelayanan testing,konseling dan pelayananan yang dibutuhkan.

e. Dilarang mewajibkan tes HIV/AIDS sebagai bagian dariskrining untuk rekrutmen, promosi, kesempatan mendapatkanpendidikan dan kelangsungan status kerja.

f. Melarang segala bentuk stigmatisasi dan terhadap pekerja/buruhdengan HIV/AIDS.

g. Menjaga kerahasiaan identitas pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

Kaisar
Rectangle
Page 7: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 17

3. Penerapan Kebijakan Program HIV/AIDS di TempatKerja

a. Membuat kebijakan tertulis untuk menerapkan programpencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.

b. Mengkomunikasikan kebijakan kepada seluruh pekerja/buruh.c. Menyusun rencana pelaksanaan pendidikan pencegahan HIV/

AIDS di tempat kerja melalui program Panitia PembinaKeselamatan dan Kesehatan Kerja atau Pelayanan KesehatanKerja yang sudah ada.

d. Melaksanakan program pencegahan dan penanggulanganHIV/AIDS di tempat kerja.

e. Mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program pencegahandan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.

4. Contoh Kebijakan Pencegahan Dan PenanggulanganHIV/AIDS

a. Judul Kebijakan — Kebijakan Pencegahan dan Penaggulangan

HIV/AIDS di Tempat Kerja PT.XXX—

b. Isi Kebijakan1) Menyediakan program pendidikan HIV/AIDS bagi semua

pekerja/buruh melalui Panitia Pembina Keselamatan danKesehatan Kerja.

2) Tidak mewajibkan tes HIV/AIDS bagi calon pekerja/buruh sebagai prasyarat penerimaan pekerja/buruh,promosi dan kelanjutan status kerja.

3) Perusahaan akan memperlakukan sama dan tidak akanmembedakan pekerja/buruh dengan HIV/AIDS dalamhal mendapatkan kesempatan kerja, hak untuk mendapatkan

Kaisar
Rectangle
Page 8: Keputusan Direktur Jenderal

18 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

promosi, hak untuk mendapatkan pelatihan ataupun kondisidan perlakuan khusus lainnya.

4) Perusahaan akan mengizinkan pekerja/buruh dengan HIV/AIDS untuk terus bekerja selama pekerja/buruh tersebutsecara medis mampu memenuhi standar kerja yang ditentukan (termasuk kondisi dan kehadiran pekerja/buruhtersebut di tempat kerja dan tidak mempengaruhi prestasikerjanya serta prestasi rekan kerja lainnya).

5) Perusahaan akan merahasiakan semua informasi medis,catatan kesehatan atau informasi lain yang terkait.

6) Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS tidak diharuskanmenginformasikan status HIV/AIDS-nya kepadaperusahaan, kecuali atas keinginan sendiri.

c. Ditanda tangani oleh pengusaha/pengurus.

B. PENDIDIKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANHIV/AIDS BAGI PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA

1. Strategi pendidikan

a. Menyusun program pendidikan HIV/AIDS.b. Melaksanakan pendidikan pekerja/buruh secara

berkesinambungan.c. Memanfaatkan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dan atau Pelayanan Kesehatan Kerja dalam pelaksanaanprogram pendidikan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.

2. Cakupan Pendidikan

a. Penjelasan tentang HIV/AIDS, cara penularan dan carapencegahannya.

b. Penjelasan tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai salahsatu faktor risiko terinfeksi HIV/AIDS.

Kaisar
Rectangle
Page 9: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 19

c. Pemberian informasi tentang layanan pengobatan IMS, testingdan konseling sukarela HIV/AIDS melalui Dinas Kesehatandan pengobatan HIV/AIDS melalui rujukan rumah sakitsetempat.

d. Penjelasaan peraturan perundang-undangan berkaitan denganprogram HIV/AIDS di tempat keja dan kaidah ILO tentangHIV/AIDS di dunia kerja.

e. Metode pendidikan yang digunakan bersifat interaktif danpartisipatif.

3. Pelaksanaan Pendidikan

a. Pengusaha/pengurus dapat membentuk subkomite dalamKepengurusan Panitia Pembina Keselamatan dan KesehatanKerja atau Pelayanan Kesehatan Kerja yang ada di perusahaanuntuk bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikanpencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerjabagi pekerja/buruh.

b. Pengusaha/pengurus mempersiapkan dan membekali anggotaPanitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan ataupersonil Pelayanan Kesehatan Kerja serta pekerja/buruh yangdipilih sebagai penyuluh sesuai dengan pendidikan yangdibutuhkan.

c. Anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerjadan atau Personil Pelayanan Kesehatan Kerja serta pekerja /buruh yamg dipilih dan sudah mendapatkan pendidikan wajibmenyelenggarakan pendidikan bagi pekerja/buruh.

d. Pekerja/buruh yang dipilih dan sudah mendapatkan pendidikanditugaskan untuk menyebarluaskan informasi, mempengaruhidan memantau perilaku pekerja/buruh yang berisiko terhadapHIV/AIDS.

Kaisar
Rectangle
Page 10: Keputusan Direktur Jenderal

20 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

4. Peserta, Materi, Metode dan Kualifikasi InstrukturPendidikan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDSdi Tempat Kerja

a. Peserta

1) Manajer2) Supervisor3) Pengurus dan Anggota P2K34) Dokter Perusahaan5) Paramedis Perusahaan6) Pengurus dan Anggota Serikat Pekerja

b. Materi :

Materi yang dipersyaratkan minimal1) Materi pendidikan bagi Manajer, Supervisor, Pengurus, dan

Anggota P2K3, Paramedis, Dokter Perusahaan, PengurusSerikat Pekerja/Buruh adalah sebagai berikut:

No. Materi Jam Pelajaran(@ 45 Menit )

1 Pengetahuan dasar HIV/AIDSdan dampaknya terhadap dunia kerja 2

2 Peraturan perundangan keselamatandan kesehatan kerja dan kebijakanpemerintah dalam pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDSdi tempat kerja 1

3 HIV/AIDS dan hak asasi manusia(HAM) 1

4 Peran pengusaha dalam pencegahandan penanggulangan HIV/AIDSdi tempat kerja 1

Kaisar
Rectangle
Page 11: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 21

5 Peran serikat pekerja/buruh danpekerja/buruh dalam pencegahandan penanggulangan HIV/AIDSdi tempat kerja 2

6 Dimensi jender di tempat kerja dalamkaitannya dengan HIV/AIDS 1

7 Program-program pencegahanHIV/AIDS di tempat kerja 2

8 Prosedur keselamatan dan kesehatankerja dalam pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDSdi tempat kerja 2

9 Testing dan konseling sukarela(Voluntary Conselling and Testing) 3

10 Diskusi kelompok 2 11 Evaluasi 1

Jumlah 18

2) Materi Pendidikan bagi Pekerja/Buruh adalah sebagaiberikut:

No. Materi Jam Pelajaran(@ 45 Menit )

1 Informasi dasar penularan danpencegahan HIV/AIDS 2

2 Penjelasan pelayanan tes dan konselingsukarela (VTC) pengobatanHIV/AIDS serta sistem rujukan 1

3 Kebijakan perusahaan, peran dantanggung jawab pekerja/buruh dalam

No. Materi Jam Pelajaran(@ 45 Menit )

Kaisar
Rectangle
Page 12: Keputusan Direktur Jenderal

22 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

pencegahan dan penanggulanganHIV/AIDS di tempat kerja 1

4 Prosedur keselamatan dan kesehatankerja dalam pencegahan danpenanggulangan HIV/AIDSdi tempat kerja 2

Jumlah 6

Materi pendidikan dapat di kembangkan sesuai dengankebutuhan tempat kerja:

c. Metode

1) Ceramah2) Diskusi3) Stimulasi4) Studi Kasus

d. Kualifikasi Instruktur

Sudah mengikuti pendidikan pencegahan dan penanggulanganHIV/AIDS di tempat kerja

C. PERLIDUNGAN HAK PEKERJA/BURUH BERKAITANDENGAN HIV/AIDS

1. Perjanjian Kerja Bersama

a. Dalam menyusun dan menetapkan kebijakan tentangpencegahan dan penaggulangan HIV/AIDS di tempat kerja,pengusaha/pengurus harus berkonsultasi dengan wakil pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/buruh.

No. Materi Jam Pelajaran(@ 45 Menit )

Kaisar
Rectangle
Page 13: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 23

b. Wakil pekerja/buruh dan atau serikat pekerja denganpengusaha/pengurus bersama-sama memasukan prinsip-prinsip tentang perlindungan dan pencegahan HIV/AIDSdalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

2. Konseling dan Testing Sukarela (Voluntary Counseling andTesting)

a. Pengusaha/pengurus di larang melakukan tes HIV untukdigunakan sebagai prasyarat suatu proses rekrutmen ataukelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaankesehatan tenaga kerja serta untuk tujuan asuransi.

b. Tes HIV hanya dapat di lakukan terhadap pekerja/buruh atasdasar kesukarelaan dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan, dengan ketentuan bukan untukdigunakan sebagaimana di maksud dalam butir a.

c. Testing dapat dilakukan bagi pekerja yang dipekerjakan padalingkungan kerja yang mungkin menimbulkan pajanan terhadapHIV seperti; laboratorium, fasilitas kesehatan dan terhadappasien yang akan dilakukan tindakan medis oleh tenaga medisdan yang dicurigai ada indikasi terinfeksi HIV.

d. Testing dapat di lakukan untuk tujuan survei pemantauanepidemiologi dengan memenuhi berbagai syarat yaitu anonim,mematuhi prinsip-prinsip etika riset, ilmiah serta profesi dantetap melindungi kerahasiaan dan hak-hak seseorang.

e. Dalam hal tes sebagaimana di maksud butir a, b, c di atasdilaksanakan maka pekerja harus di berikan :1) Pra-konseling (konseling sebelum tes di lakukan).2) Persetujuan secara tertulis (informed consent).3) Pemberitahuan hasil tes langsung kepada si pekerja.4) Pasca konseling (konseling setelah hasil tes diberikan kepada

yang bersangkutan).

Kaisar
Rectangle
Page 14: Keputusan Direktur Jenderal

24 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

f. Bantuan konseling dapat diberikan oleh pelayanan kesehatankerja yang ada di perusahaan dan atau pelayanan kesehatanlainnya.

g. Tes HIV hanya boleh dilakukan oleh dokter yang mempunyaikeahlian khusus sesuai peraturan perundang-undangan.

3. Diskriminasi dan Stigmatisasi

a. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh tidak dibolehkanmelakukan tindak dan sikap diskriminasi terhadap pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

b. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh harus melakukanupaya–upaya untuk meniadakan stigma terhadap pekerja/buruhdengan HIV/AIDS.

c. Pengusaha/pengurus dan pekerja/buruh harus menghormatihak asasi dan menjaga martabat pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

d. Pengusaha/pengurus dapat memberikan tindakan disiplin bagipengusaha/pengurus lain dan pekerja/buruh yangmendiskriminasikan dan menstigma pekerja/buruh denganHIV/AIDS atau diduga sebagai pekerja/buruh dengan HIV/AIDS.

e. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS berhak untuk terus bekerjaselama mereka mampu bekerja dan tidak menimbulkan bahayaterhadap diri sendiri, pekerja/buruh lainnya dan orang lain ditempat kerja.

f. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS hendaknya bertindak secarabertanggung jawab dengan mengambil langkah-langkahsewajarnya untuk mencegah penularan HIV kepada rekansekerjanya.

g. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS hendaknya didorong untukmenginformasikan kepada pengusaha/pengurus terhadap

Kaisar
Rectangle
Page 15: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 25

status HIV mereka jika pekerjaan yang akan dilakukanmenimbulkan potensi risiko terhadap penularan HIV.

4. Pelayanan Kesehatan Kerja Bagi Pekerja/Buruh denganHIV/AIDS.

a. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS berhak mendapatkanpelayanan kesehatan kerja sama dengan pekerja/buruh lainnyasesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlakudengan ketentuan:1. Pekerja/buruh yang telah tertular HIV tetapi belum masuk

pada stadium AIDS yang mempunyai gejala penyakitumum berhak mendapatkan pelayanan kesehatan baik disarana kesehatan perusahaan maupun jaminan pemeliharaankesehatan tenaga kerja Jamsostek.

2. Pekerja/buruh dengan HIV/AIDS yang dikategorikansebagai penyakit akibat kerja berhak mendapatkan jaminankecelakaan kerja sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku.

3. Pekerja/buruh yang telah tertular HIV pada stadium AIDSdan bukan termasuk kategori penyakit akibat kerja, tidakberhak mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatantenaga kerja maupun jaminan kecelakaan kerja sesuaiperaturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pelayanan kesehatan kerja terhadap pekerja/buruh denganHIV/AIDS tidak wajib menyediakan obat-obatan anti virusHIV.

b. Penetapan stadium HIV/AIDS dilakukan oleh dokter yangmempunyai keahlian khusus sesuai dengan peraturanperundang-undangan dan standar yang berlaku.

Kaisar
Rectangle
Page 16: Keputusan Direktur Jenderal

26 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

D. PROSEDUR K3 KHUSUS UNTUK PENCEGAHAN DANPENANGGULANGAN HIV/AIDS

1. Langkah-langkah Pencegahan Dan Pengendalian

a. Pengusaha/pengurus berkewajiban untuk memastikankeselamatan dan kesehatan lingkungan kerja, termasukpenerapan persyaratan dan ketentuan-ketentuan keselamatandan kesehatan kerja seperti ketentuan penyediaan danpenggunaan alat pelindung diri dan perlengkapan pelindunglainnya serta dan pertolongan pertama pada kecelakaan.

b. Pengusaha/pengurus harus menunjukkan pekerja-pekerja atauaktivitas kerja di tempat kerjanya yang menempatkan pekerja/buruh pada tempat kerja yang berisiko terhadap penularan HIV.Jika terdapat risiko penularan HIV, pengurus-pengurus harusmenetapkan program-program untuk pencegahan danpenanggulangan dalam mengurangi risiko penularan. Program-program tersebut bersifat selektif dari beberapa metode sebagaiberikut:1) Meniadakan pekerjaan-pekerjaan yang dapat menimbulkan

risiko penularan.2) Mengurangi risiko dengan mengganti, desain ulang proses

atau memperbaiki metode kerja misalnya: sistem intravenabebas jarum.

3) Pemisahan proses untuk mengurangi jumlah pekerja/buruhyang tertular, contohnya: penanganan darah, sistempembuangan limbah klinik.

4) Penerapan cara-cara kerja yang aman.5) Pendidikan, pelatihan dan penyebarluasan informasi kepada

pekerja/buruh.6) Ketatarumahtanggaan tempat kerja yang baik (good

housekeeping).

Kaisar
Rectangle
Page 17: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 27

7) Manajemen pembuangan limbah.8) Alat perlindungan diri.

c. Setiap pekerja/buruh harus mematuhi semua instruksi danprosedur pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yangditetapkan oleh pengusaha/pengurus termasuk pemakaian danpenggunaan APD untuk tujuan pencegahan penularan HIV.

d. Pada pekerja atau aktivitas kerja dimana terdapat risikopenularan HIV/AIDS pengusaha/pengurus harusmenyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yangbersifat khusus disamping menyediakan perlengkapan danmenjamin penerapannya. Secara lebih rinci pengendaliantersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:1) Identifikasi bahaya

a) Tujuan adalah untuk mengenal dan menentukan semuaaktivitas kerja dan tugas pekerja/buruh di tempat kerjayang kemungkinannya dapat tertular HIV/AIDS.

b) Identifikasi bahaya dapat dilakukan melalui:i. Konsultasi dengan pekerja/buruh.ii. Pengamatan secara langsung di tempat kerja.iii. Analisa laporan pemajanan.

c) Proses identifikasi bahaya merupakan upaya pengenalandan penyusunan prioritas terhadap kegiatan kerja dantugas yang memerlukan tindakan untuk mengurangirisiko penularan. Jika terdapat risiko terhadapkeselamatan dan kesehatan pekerja/buruh teridentifikasi,selanjutnya dilakukan penilaian risiko.

2) Penilaian risikoa) Tujuannya adalah untuk mengevaluasi risiko keselamatan

dan kesehatan pekerja/buruh sebagai akibat daripemajanan darah di tempat kerja dan untuk menentukan

Kaisar
Rectangle
Page 18: Keputusan Direktur Jenderal

28 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

kebutuhan pengukuran untuk meminimalkan risikopenularan.

b) Penilaian risiko harus meliputi pertimbangan sebagaiberikut:i. Sumber risiko dimana harus mempertimbangkan

cara-cara penularan HIV/AIDS yang terdapat ditempat kerja.

ii. Frekwensi pajanan terhadap darah.iii. Bagaimana pekerja/buruh dapat terpajan.iv. Risiko pajanan terkait dengan tata letak dan kegiatan

kerja.v. Potensi efek kesehatan dari tiap risiko.vi. Penilaian terhadap pengetahuan dan pelatihan untuk

pekerja /buruh tentang HIV/AIDS.vii. Pemeriksaan Kesehatan.viii. Kecukupan dan keperluan persyaratan

pengendalian.ix. Penilaian kesesuaian terhadap tugas yang akan di

lakukan, apakah penggunaan peralatan dapatmenyebabkan pemajanan darah. Penilaiandiperlukan untuk persyaratan pengendalian.

3) Pengendalian risikoa) Tujuan pengendalian risiko adalah untuk mencegah

penularan HIV/AIDS di tempat kerja.b) Pengendalian risiko dapat dicapai dengan hirarki

pengendalian risiko yang meliputi beberapa hal sebagaiberikut:i. Eliminasi

Pelaksanaan kegiatan yang berpotensimenyebabkan pajanan terhadap HIV/AIDS yangtelah dilakukan penilaian harus dihilangkan,

Kaisar
Rectangle
Page 19: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 29

misalnya larangan penggunaan jarum suntik bekas.ii. Substitusi

Dalam kondisi di mana eliminasi tidak dapatdilaksanakan, maka pengurus/pengusahahendaklah menggantikan pelaksanaan kerja denganyang berisiko rendah terhadap penularan HIV/AIDS, misalnya pemberian obat-obatan melaluisuntik diganti dengan obat-obatan yang diminum.

iii. Pengendalian teknis (engineering control) Pengendalian teknis dapat berupa isolasi proses,

proses tertutup, penggunaan peralatan mekanisatau otomatisasi serta modifikasi alat kerja danperlengkapan kerja.

iv. Penerapan cara-cara kerja yang amanPengusaha/pengurus harus menjamin penerapancara-cara kerja yang aman di tempat kerja untukmeminimumkan pajanan terhadap darah, misalkanhigiene perorangan, tindakan steril (universalprecaution) dan program pengendalian infeksi. Jikakecelakaan terjadi di tempat kerja pengurus/pengusaha harus menetapkan prosedurPertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja(P3K).

v. Pendidikan, pelatihan dan penyebarluasaninformasi kepada pekerja/buruh

vi. Alat Pelindung DiriAlat Pelindung Diri yang sesuai wajib disediakanuntuk melindungi pekerja/buruh dari pajananHIV/AIDS pada pekerjaan yang berisiko terpajanHIV/AIDS, misalnya pekerjaan yang berhubungandengan darah atau pada pemberian PertolonganPertama Pada Kecelakaan.

Kaisar
Rectangle
Page 20: Keputusan Direktur Jenderal

30 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

4) Monitoring dan evaluasia) Pengusaha secara reguler harus melakukan monitoring

dan evaluasi terhadap upaya pengendalian yang telahdilakukan dan mengambil tindakan penyempurnaanapabila diperlukan.

b) Dalam melakukan monitoring dan evaluasi perludipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:i. Efektivitas kebijakan dan prosedur di tempat kerja.ii. Tingkat pemenuhan persyaratan dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku.iii. Efektivitas program penyebarluasan informasi dan

program pendidikan.iv. Sebab-sebab pemajanan terhadap risiko HIV/

AIDS.v. Evaluasi terhadap kasus kejadian yang berpotensi

penularan HIV/AIDS.vi. Efektivitas penanganan tindak lanjut setelah

pemajananc) Harus ada seorang/sekelompok orang di tempat kerja

yang ditunjuk untuk melakukan monitoring dan evaluasi.d) Identitas orang atau kelompok orang yang ditunjuk

harus diberitahukan kepada semua pekerja/buruh.

2. Pengawasan Terhadap Infeksi di Tempat Kerja

a. Kewaspadaan Universal Terhadap Darah dan Cairan Tubuh.Kewaspadaan Universal terhadap darah atau cairan tubuhdikenal juga sebagai Kewaspadaan Universal atauKewaspadaan Baku. Pendekatan ini muncul sebagai reaksiterhadap merebaknya wabah HIV/AIDS dan kesadaran akanpentingnya strategi baru untuk melindungi pegawai rumah sakitdari berbagai infeksi melalui darah. Untuk pertama kalinya,

Kaisar
Rectangle
Page 21: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 31

pendekatan ini menekankan penerapan kewaspadaan terhadapdarah dan cairan tubuh dan dilaksanakan secara universalterhadap semua orang tanpa memandang status infeksi.Kewaspadaan Universal merupakan praktek pengawasan bakudan sederhana terhadap infeksi yang diterapkan dalamperawatan semua pasien, setiap saat, untuk mengurangi risikoterhadap berbagai penyakit yang dibawa atau berkaitan dengandarah. Kewaspadaan ini mencakup:1) Penanganan hati-hati terhadap pengumpulan dan

pembuangan berbagai benda tajam (jarum suntik ataubenda tajam lainnya), sesuai dengan peraturan perundanganyang berlaku.

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah setiap prosedur kegiatandi air mengalir dengan memakai detergen atau sabun ataualkohol 70%.

3) Penggunaan berbagai pelindung seperti sarung tangan,jubah, masker, setiap kali kontak langsung dengan darahatau berbagai cairan tubuh.

4) Membuang sisa darah atau sisa cairan tubuh yang tercemarsecara aman.

5) Semua peralatan yang tercemar dilakukan sterilisasi denganmenggunakan disinfektan yang tepat secara khusus.

6) Kain-kain kotor dilakukan pencucian dengan detergen danbahan disinfektan dengan temperatur 80°C.

b. Penularan HIV/AIDS Pada Pekerja/buruh.1) Risiko penularan

Seluruh penularan dapat melibatkan darah, cairan tubuhyang disertai darah, dan didapatkan kasus penularan melaluikultur virus (pada 3 petugas lab.). Pajanan dapat melaluiperkutaneus (terbanyak), mucocutaneus, dan bisa keduanya.

Kaisar
Rectangle
Page 22: Keputusan Direktur Jenderal

32 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

Risiko penularan dipengaruhi oleh:i. Dalamnya lukaii. Darah terlihat pada jarumiii. Penempatan jarum pada vena/arteri pasieniv. Sumber padanan terinfeksi HIV fase lanjut

(berhubungan dengan tingginya kadar virus padasumber tersebut)

2) Profilaksis HIV Pasca Pajanan/Post Exposure Prophylaxis(PEP)Profilaksis Pasca Pajanan Untuk Luka Perkutaneus

Pajanan

Ringan:jarum suntikkecil,superfisial

Berat: jarumberukuranbesar, lukadalam, darahterlihat padajarum, jarumdipakai padaarteri/venapasien

SumberHIV-danRisikoRendah*

2 obat PEP

3 obat PEP

SumberHIV-danRisikoTinggi*

3 obat PEP

3 obat PEP

Status HIVTidakDiketahui

Biasanya tidakdiobati;pertimbangkan2 obat PEP

Biasanya tidakdiobati;pertimbangkan2 obat PEP

Status Sumber Pajanan

Kaisar
Rectangle
Page 23: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 33

Profilaksis Pasca Pajanan Untuk Pajanan Melalui MembranMukosa Dan Kulit Yang Tidak Utuh (Dermatitis, Abrasi,Luka)

Pajanan

Volume kecil(tetesan kecil)

Volumebesar(percikandarah dalamjumlahbanyak)

SumberHIV-danRisikoRendah*

2 obat PEP

3 obat PEP

SumberHIV-danRisikoTinggi*

3 obat PEP

3 obat PEP

Status HIVTidakDiketahui

Biasanya tidakdiobati;pertimbangkan2 obat PEP

Biasanya tidakdiobati;pertimbangkan2 obat PEP

Status Sumber Pajanan

Keterangan*:Risiko rendah: HIV asimtomatik atau kadar virus < 1.500c/mLRisiko tinggi: HIV/AIDS simtomatik, serokonversi akut, dan atau kadarvirus tinggiBila sumber/pasien tidak di ketahui status HIV-nya dapat dilakukan tescepat yang dalam waktu <1jam dapat diketahui hasilnya. Tes ini dapatdipercaya hasilnya dan sangat efektif untuk mencegah penggunaan obatprofilaksis yang tidak diperlukan.

3) Monitoring dan KonselingTes serologi HIV harus dilakukan pada saat kejadian, dandiulang pada minggu ke-6, 3 bulan dan 6 bulan. Hal ini

Kaisar
Rectangle
Page 24: Keputusan Direktur Jenderal

34 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

penting karena dari penelitian didapatkan ada sebagianpekerja/buruh yang baru terdeteksi positif setelah 6 bulanpasca pajanan. Tes ini harus diulang pada bulan 12 untukpekerja/buruh menderita hepatitis C karena dapatmemperlambat pembentukan serokonversi HIV. Pekerja/buruh positif HIV biasanya akan mengalami sindromsimtomatik akut HIV dalam 2-6 minggu pasca pajanan.Pekerja/buruh harus mendapatkan konseling untukmelakukan hubungan seks dengan aman atau tidakmelakukan hubungan seks sampai hasil tes serologi negatifsetelah 6 bulan pasca pajanan. Risiko terbesar adalah pada6 sampai 12 minggu pertama.Pemberian Post Exposur Prophylaxis (PEP) harus dimulaisecepat mungkin, bila dapat dalam 1– 2 jam pajanan sampai36 jam pasca pajanan.Pekerja/buruh bidang kesehatan dengan HIV positifberdasarkan United State Centre for Diseases Control andPrevention (CDC) dapat tetap menangani pasien denganprosedur operasi selama:i. pasien mengetahui status HIV pekerja tersebutii. ada persetujuan tindak medis tertulis dari pasien

3. Program Gawat Darurat dan Pertolongan Pertama

a. Seorang pengusaha/pengurus, berkonsultansi dengan tenagamedis yang professional yang ahli dalam HIV/AIDS, hendaknyamengembangkan program untuk menangani pekerja/buruhyang kemungkinan terpajan oleh darah atau cairan tubuh yanglain selama bekerja. Program ini meliputi prosedur untuk:1) Melaporkan kepada orang yang diberi tanggung jawab

untuk melaksanakan investigasi dan orang yang diberi

Kaisar
Rectangle
Page 25: Keputusan Direktur Jenderal

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan Dan Penanggulangan HIV/AIDS Di Tempat Kerja 35

tanggung jawab untuk menyimpan data kecelakaan yangdisebabkan karena terpajan oleh darah atau cairan tubuh.

2) Segera merujuk kepada dokter bagi pekerja/buruh yangterpajan HIV supaya dapat dilakukan penilaian terhadaprisiko penularan dan membahas pilihan untuyk melakukankonseling dan testing sukarela serta pengobatan.

b. Pengusaha/pengurus hendaklah menjamin prosedur GawatDarurat dan Pertolongan pertama serta memasukanpersyaratan pencegahan untuk menghindarkan risiko penularanHIV dalam menangani korban kecelakan di tempat kerja yangmenimbulkan perdarahan dan atau memerlukan cardio pulmonaryresuscitation (CPR)

Ditetapkan di: JakartaPada tanggal: 16 Juni 2005

Direktur JenderalPembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

MSN. Simanihuruk, SH.MMNIP.130353033

Kaisar
Rectangle