salinan - aceh

21
BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 9 TAHUN 2021 TENTANG PERAN KAMPUNG DALAM PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TAMIANG, Menimbang : a. bahwa kasus stunting pada balita di Kabupaten Aceh Tamiang masih tinggi, disebabkan oleh faktor gizi buruk ibu hamil dan anak balita serta faktor lainnya. Sehingga perlu dilakukan optimalisasi pencegahan dan penurunan kasus stunting secara efisien, efektif dan terkoordinasi yang melibatkan Pemerintah Kampung sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan stunting terintegrasi, maka perlu mengatur langkah-langkah pencegahan dan penurunan stunting di Kampung dalam Kabupaten Aceh Tamiang dalam Peraturan Bupati; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penanggulangan stunting Terintegrasi di Kabupaten Aceh Tamiang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 3. Undang-Undang … SALINAN

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SALINAN - Aceh

BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH

PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 9 TAHUN 2021

TENTANG

PERAN KAMPUNG DALAM PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH TAMIANG,

Menimbang : a. bahwa kasus stunting pada balita di Kabupaten Aceh

Tamiang masih tinggi, disebabkan oleh faktor gizi buruk ibu hamil dan anak balita serta faktor lainnya. Sehingga perlu dilakukan optimalisasi pencegahan

dan penurunan kasus stunting secara efisien, efektif dan terkoordinasi yang melibatkan Pemerintah

Kampung sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan stunting terintegrasi, maka perlu

mengatur langkah-langkah pencegahan dan penurunan stunting di Kampung dalam Kabupaten Aceh Tamiang dalam Peraturan Bupati;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan

Peraturan Bupati tentang Penanggulangan stunting Terintegrasi di Kabupaten Aceh Tamiang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya,

Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179);

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

3. Undang-Undang …

SALINAN

Page 2: SALINAN - Aceh

- 2 -

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang

Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5291);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5680);

7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5248);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014

tentang Upaya Perbaikan Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 967);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1110);

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan Perkembangan,

dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1524);

12. Peraturan …

Page 3: SALINAN - Aceh

- 3 -

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita

Usia Subur dan Ibu Hamil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1840);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun

2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1035);

15. Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan

(Lembaran Daerah Aceh Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 30);

16. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Aceh (Berita Daerah Aceh Tahun 2019

Nomor 11);

17. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 36 Tahun 2020

tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Aceh (Berita Daerah Aceh Tahun 2020 Nomor 34);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERAN KAMPUNG

DALAM PENURUNAN STUNTING

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan

Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Bupati adalah Bupati Aceh Tamiang.

4. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada dibawah mukim dan dipimpin oleh datok penghulu yang berhak menyelenggarakan urusan

rumah tangga sendiri.

5. Pemerintah …

Page 4: SALINAN - Aceh

- 4 -

5. Pemerintah Kampung adalah Datok Penghulu, Sekretaris Kampung beserta perangkat kampung

lainnya yang memiliki tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung.

6. Datok Penghulu adalah pimpinan suatu kampung

yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.

7. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi kampung yang ditransfer melalui

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembiayaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung

selanjutnya disebut APBKampung adalah rencana keuangan tahunan pemerintah Kampung.

9. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.

10. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak

berusia dibawah 5 (lima) tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

yaitu dari janin hingga anak berusia ≤ 24 bulan.

11. Intervensi Gizi Spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti

asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan, intervensi

spesifik ini umumnya diberikan oleh sektor kesehatan.

12. Intervensi Gizi Sensitif merupakan kegiatan tidak

langsung dalam mengatasi penyebab terjadinya stunting yang mencakup peningkatan akses dan

kualitas pelayanan gizi dan kesehatan dan peningkatan air bersih dan sarana sanitasi.

13. Rembuk …

Page 5: SALINAN - Aceh

- 5 -

13. Rembuk stunting adalah forum musyawarah antara masyarakat kampong dengan Pemerintah Kampung

dan Majelis Duduk Setikar Kampong (MDSK) untuk membahas upaya–upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan penanganan stunting di Kampung

dengan mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di Kampung.

14. Upaya perbaikan gizi adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat dalam bentuk upaya promotif, preventif,

kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten dan/atau masyarakat.

15. Surveilans gizi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus yang dilakukan oleh tenaga gizi

terhadap semua aspek penyakit gizi, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan

penanggulangan.

16. Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat

proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit ini

antara lain diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskuler, dislipidemia, gagal ginjal, dan sebagainya.

17. Tenaga Gizi Terlatih adalah tenaga gizi lulusan pendidikan formal gizi, minimal lulusan Diploma III

Gizi yang memiliki sertifikat pelatihan gizi tertentu.

18. Petugas Gizi adalah Tenaga Gizi atau orang yang peduli gizi yang bekerja di sarana pelayanan

kesehatan.

19. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

20. Rumah …

Page 6: SALINAN - Aceh

- 6 -

20. Rumah Kampung Sehat yang selanjutnya disingkat RKS adalah seperti Kader Posyandu, Guru PAUD,

Kader Kesehatan, Unit Layanan Kesehatan, Unit Layanan Pendidikan, Kader PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat dan berbagai Kelompok

Masyarakat yang peduli dalam upaya pencegahan stunting yang berfungsi sebagai ruang literasi

kesehatan dan forum advokasi kebijakan bidang kesehatan.

21. Rumah Gizi Kampung yang selanjutnya disingkat

RGK adalah tempat penyediaan makanan bergizi untuk anak-anak dan ibu hamil secara spesifik dan

sensitif dalam penanggulangan stunting yang meliputi pelayanan gizi pada kelompok resiko, edukasi dan capacity building dan ketahanan keamanan pangan

keluarga dan infrastruktur.

22. 1.000 Hari Pertama Kehidupan yang selanjutnya

disingkat 1000 HPK adalah periode kehidupan sejak dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (720 hari).

23. Kader Pembangunan Manusia yang selanjutnya disingkat KPM adalah warga masyarakat desa yang

dipilih melalui musyawarah desa untuk membantu Pemerintah Desa dalam memfasilitasi masyarakat desa untuk merencanakan, melaksanakan dan

mengawasi kegiatan pembangunan sumber daya manusia di desa.

24. Eletronic-Human Development Worker yang

selanjutnya disingkat e-HDW adalah aplikasi yang digunakan oleh Kader Pembangunan Manusia untuk

memantau dan mendukung peningkatan Konvergensi Intervensi Gizi kepada keluarga 1000 HPK.

25. e-PPGBM adalah aplikasi pencatatan dan pelaporan

berbasis masyarakat dan teknologi elektronik.

26. Pemberian Makanan Tambahan yang selanjutnya

disingkat PMT adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan

memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan

kebutuhan sasaran

27. Ibu Hamil KEK adalah salah satu keadaan malnutrisi pada ibu hamil yang menderita kekurangan makanan

yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gungguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi.

BAB …

Page 7: SALINAN - Aceh

- 7 -

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai:

a. pedoman bagi Kampung untuk ikut berperan serta dalam kegiatan intervensi penurunan stunting;

b. panduan bagi kampung dalam mendukung

percepatan penurunan stunting; dan c. dasar pelaksanaan konvergensi program

pencegahan stunting di Kampung.

(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah

dalam rangka mendorong Kampung untuk ikut berperan serta, antara lain:

a. memfasilitasi komitmen kampung untuk mengutamakan penurunan stunting sebagai salah satu arah kebijakan perencanaan pembangunan

kampung; b. terwujudnya konvergensi program pencegahan

stunting di tingkat kampung; dan c. menurunnya angka stunting di Kabupaten Aceh

Tamiang.

BAB III

SASARAN DAN KEGIATAN

Bagian Kesatu Sasaran

Pasal 3

(1) Sasaran penurunan stunting terintegrasi diutamakan

pada intervensi gizi spesifik pada kelompok sasaran keluarga 1.000 HPK, dan intervensi gizi sensitif bagi

masyarakat umum khususnya keluarga.

(2) Intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan pada:

a. Ibu hamil; b. Ibu menyusui dan anak sampai usia 6 bulan;

c. Anak usia 7-23 bulan; d. anak usia 24 dan 59 bulan; dan e. remaja putri dan wanita usia subur.

Bagian …

Page 8: SALINAN - Aceh

- 8 -

Bagian Kedua Kegiatan

Pasal 4

(1) Kegiatan penurunan stunting di Kampung dituangkan dalam 5 (lima) paket layanan terdiri dari:

a. pelayanan kesehatan ibu hamil dan anak; b. konseling gizi terpadu; c. sanitasi dan air bersih;

d. peningkatan Kesehatan Masyarakat; dan e. pendidikan anak usia dini.

(2) Kegiatan pelayanan kesehatan ibu hamil dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. pemberian tablet darah beserta vitamin C 50 mg kepada ibu hamil untuk membantu proses penyerapan Tablet Tambah Darah (TTD) yang

cepat dalam tubuh; b. Penunjukan Pengawas Minum Tablet Tambah

Darah (PMO TTD) yang berasal dari keluarga, suami dan dibantu pengawasan dari masyarakat yaitu kader posyandu;

c. mendorong ibu hamil agar memiliki formulir pemantauan minum Tablet Tambah Darah (Kartu

Kontrol TTD); d. mendorong ibu hamil agar tidak memeriksakan

diri dan melakukan persalinan pada mitra dukun

melainkan pada bidan atau dokter kandungan; e. mendorong ibu hamil baru (kunjungan pertama/

K1) untuk melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dan pemeriksaan kadar HB dan Golongan Darah;

f. membentuk kelas ibu yang dilaksanakan setiap bulan yang bertujuan untuk memberikan

pemahaman kesehatan ibu selama kehamilan, bersalin, nifas, dan kesehatan anak;

g. memberikan pembinaan kepada dukun beranak

agar bekerjasama dengan bidan dalam pemeriksaan ibu hamil dan persalinan ibu melahirkan;

h. mendorong ibu hamil yang memasuki masa kehamilan trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan)

untuk konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan apabila ibu hamil dengan Hb < 9 gr% berturut–turut untuk memeriksakan Hb

ulang ke Rumah Sakit sebagai pembanding;

i. memberikan …

Page 9: SALINAN - Aceh

- 9 -

i. memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein

kronis; j. mendorong kader desa untuk melakukan

kegiatan pemantauan dan pengawasan kesehatan

terhadap ibu hamil resiko tinggi; k. melakukan kegiatan donor darah yang

bekerjasama dengan RSUD dan Puskesmas sebagai persediaan darah untuk keselamatan bayi dan ibu dari masa pra dan pasca persalinan;

l. mengatasi kekurangan iodium; m. mengurangi cacingan pada ibu hamil; n. melindungi ibu hamil dari malaria dan demam

berdarah; o. mendorong Inisiasi Menyusui Dini (IMD);

p. mendorong pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif; q. penyediaan obat cacing; r. penyediaan suplemen zink;

s. memberikan perlindungan terhadap malaria dan demam berdarah;

t. pemberian imunisasi lengkap; dan

u. pencegahan dan pengobatan diare.

(3) Kegiatan perbaikan gizi terpadu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. peningkatan cakupan bayi 6 bulan mendapat asi

eksklusif;

b. pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil;

c. pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri;

d. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu

hamil Kurang Energi Kronik (KEK); e. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada

balita kurus;

f. pemberian kapsul vitamin A pada balita dan ibu nifas;

g. survei garam beryodium di rumah tangga; h. pengadaan alat antropometri standar; i. penyediaan PMT penyuluhan di posyandu;

j. pelatihan kader posyandu, kader pembangunan manusia dan bidan kampung;

k. peningkatan kunjungan balita ke posyandu; l. peningkatan cakupan bayi baru lahir mendapat

IMD; dan

m. peningkatan akses pangan.

(4) Kegiatan sanitasi dan air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:

a. penyediaan …

Page 10: SALINAN - Aceh

- 10 -

a. penyediaan dan pemeliharaan sumur resapan milik Kampung;

b. penyediaan dan pemeliharaan sumber air bersih milik Kampung;

c. penyediaan dan pemeliharaan sambungan air

bersih milik Kampung ke rumah tangga; d. penyediaan dan pemeliharaan sanitasi

permukiman.

(5) Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri

dari: a. upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana;

b. perbaikan gizi masyarakat; c. penyehatan lingkungan;

d. promosi kesehatan; dan e. pencegahan dan pengendalian penyakit.

(6) Kegiatan pendidikan anak usia dini sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri dari: a. penyelenggaraan PAUD (TK, KB, SPS, TPA, TKA,

TPQ) berupa bantuan honor pengajar, pakaian

seragam dan operasional; b. dukungan penyelenggaraan PAUD berupa

penyediaan APE luar dan dalam dan sarana PAUD lainnya;

c. pemeliharaan sarana dan prasarana PAUD

(TK/TPA/TKA/TPQ); dan d. pembangunan/ rehabilitasi/ peningkatan/

pengadaan sarana/ prasarana/ Alat Peraga Edukatif (APE) PAUD (TK/ TPA/ TKA/ TPQ).

(7) Kegiatan penurunan stunting sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan melalui Rumah Kampung Sehat (RKS)/Rumah Gizi Kampung (RGK).

Bagian Ketiga

Rumah Kampung Sehat (RKS)

Pasal 5

(1) RKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7) merupakan sekretariat bersama bagi pegiat

pemberdayaan masyarakat kampung dan pelaku pembangunan kampung bidang kesehatan yang berfungsi sebagai ruang literasi kesehatan dan forum

advokasi kebijakan bidang kesehatan.

(2) Sekretariat bersama RKS terdiri dari:

a. KPM sebagai Ketua Pengurus Harian;

b. Tim …

Page 11: SALINAN - Aceh

- 11 -

b. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kampung sebagai anggota;

c. Koordinator guru PAUD Kampung sebagai anggota;

d. Koordinator kader kesehatan sebagai anggota;

e. Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Kelompok Wanita;

f. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); g. Kader Posyandu; dan h. berbagai kelompok masyarakat yang perduli

dalam upaya penurunan stunting.

(3) RKS mempunyai fungsi sebagai:

a. pusat informasi pelayanan sosial dasar di Kampung, khususnya bidang kesehatan;

b. ruang literasi kesehatan di Kampung;

c. wahana komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan di Kampung;

d. forum advokasi kebijakan pembangunan

Kampung di bidang kesehatan; dan e. pusat pembentukan dan pengembangan kader

pembangunan manusia.

Bagian Keempat

Rumah Gizi Kampung (RGK)

Pasal 6

(1) RGK merupakan model penanganan dan pencegahan

stunting secara terpadu dan terintegrasi berbasis masyarakat di tingkat Kampung.

(2) RGK bertujuan: a. melakukan pemberdayaan keluarga dan

masyarakat dalam upaya peningkatan pelayanan

gizi secara mandiri dengan melibatkan berbagai sektor terkait;

b. melakukan peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan kapasitas keluarga dan masyarakat Kampung dalam upaya pencegahan

dan penanggulangan stunting; c. melakukan pemberdayaan masyarakat dalam

upaya peningkatan dan keamanan pangan,

pemberdayaan ekonomi dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mendukung

penurunan stunting.

(3) Output …

Page 12: SALINAN - Aceh

- 12 -

(3) Output RGK adalah: a. cakupan Pelayanan Gizi (PMT, suplementasi,

fortifikasi dan pelayanan gizi lainnya) pada keluarga dan masyarakat, terutama pada keluarga yang berisiko atau 1.000 HPK dan

kelompok masyarakat lainnya; b. terlaksananya edukasi dan konseling gizi dan

pengasuhan secara terstruktur pada keluarga dan masyarakat terutama pada keluarga yang berisiko atau 1.000 HPK dan kelompok masyarakat

lainnya; c. terciptanya kemandirian keluarga dan

masyarakat terhadap peningkatan ketahanan dan keamanan pangan keluarga, pemberdayaan ekonomi masyarakat serta Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS).

Bagian Kelima

Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Pasal 7

(1) Pemerintah Kampung menetapkan kegiatan PMT

untuk kegiatan posyandu, dengan mengutamakan pemanfaatan dan pengolahan sumber daya pangan

lokal kecuali tidak tersedia.

(2) Sasaran untuk PMT adalah semua ibu hamil terutama keluarga 1000 HPK yang ada diwilayah

masing-masing kampong.

(3) Sasaran untuk PMT adalah semua anak di bawah dua tahun dan anak di bawah lima tahun.

(4) Pemerintah Kampung menetapkan kegiatan PMT dalam Peraturan Kampung yang harus dilaksanakan

sesuai dengan pendataan balita dan ibu hamil yang bermasalah di data e-PPGBM.

Bagian Keenam Indikator Kinerja

Pasal 8

Indikator Kinerja Penurunan Stunting di Kampung meliputi cakupan: a. ibu hamil KEK yang mendapat PMT pemulihan;

b. ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan;

c. ibu hamil mengikuti konseling gizi; d. keluarga yang mengikuti bina keluarga balita;

e. balita …

Page 13: SALINAN - Aceh

- 13 -

e. balita kurus yang mendapat PMT; f. kehadiran posyandu;

g. ibu hamil–K4; h. bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif; i. anak 6–59 bulan yang memperoleh vitamin A;

j. bayi 0-11 bulan telah di imunisasi secara lengkap; k. balita diare yang memperoleh suplementasi zink;

l. remaja putri yang mendapatkan TTD; m. rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih; n. rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak;

o. rumah tangga peserta JKN/JKA; p. keluarga penerima manfaat PKH yang mendapat FDS

gizi dan kesehatan;

q. orangtua yang mengikuti kelas parenting; r. anak usia 2-6 tahun terdaftar di PAUD;

s. keluarga 1.000 HPK; t. kampung menerapkan Perkarangan Pangan Lestari;

dan

u. ibu nifas.

BAB IV PELAKU KEGIATAN

Pasal 9

Pelaku kegiatan Penurunan Stunting di Kampung terdiri dari: a. pengambil Keputusan, terdiri dari Datok Penghulu

dan Majelis Duduk Setikar (MDSK); b. penyediaan layanan, terdiri dari :

1. perangkat Kampung; 2. imam kampung dan/ atau tokoh agama; 3. pokja dan kader posyandu;

4. pengelola dan pendidik PAUD; 5. Pendamping Lokal Desa (PLD); 6. Bidan Desa;

7. Tenaga Pelaksana Gizi Kampung (TPGK); 8. Kader Bina Keluarga Balita (BKB);

9. Karang Taruna/Lembaga Kepemudaan Kampung; 10. Kelompok Keluarga; 11. Kelompok Perempuan;

12. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK); dan

13. Kader Pembangunan Manusia (KPM).

BAB …

Page 14: SALINAN - Aceh

- 14 -

BAB V KADER PEMBANGUNAN MANUSIA

Pasal 10

Kriteria KPM adalah sebagai berikut: a. berasal dari warga masyarakat Kampung setempat;

b. berpengalaman sebagai kader masyarakat, diutamakan bidang pembangunan manusia, seperti kader posyandu dan kader kesehatan lainnya;

c. memiliki kemampuan komunikasi yang baik, khususnya dapat berbahasa daerah setempat;

d. mampu membaca dan menulis, minimal pendidikan

SLTA atau sederajat; dan e. mampu mengoperasikan komputer.

Pasal 11

Tugas KPM meliputi: a. mensosialisasikan kebijakan integrasi penurunan

stunting kepada masyarakat Kampung, dan

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap stunting melalui pengukuran tinggi badan bayi dan

balita sebagai deteksi dini stunting; b. mendata dan mengidentifikasi sasaran rumah tangga

1.000 HPK melalui peta sosial Kampung dan pengkajian kondisi Kampung;

c. memantau layanan penuruan stunting terintegrasi

terhadap sasaran rumah tangga 1.000 HPK untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan layanan

yang berkualitas, output dari pemantauan ini berupa laporan konvergensi per triwulan dan pengelolaan

advokasi konvergensi pencegahan stunting dengan menggunakan aplikasi digital eletronic-Human Development Worker (e-HDW);

d. memfasilitasi dan melakukan advokasi peningkatan belanja APBKampung utamanya yang bersumber dari

dana desa untuk digunakan dalam membiayai penurunan stunting terintegrasi baik intervensi gizi

spesifik dan sensitif; e. memfasilitasi suami dan/ bapak serta keluarga dari

anak usia 0-23 bulan untuk mengikuti kegiatan

konseling gizi serta kesehatan ibu dan anak; f. memfasilitasi masyarakat Kampung untuk

berpartisipasi aktif dalam perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan program kegiatan pembangunan kampung untuk pemenuhan layanan gizi spesifik dan

sensitif; dan

g. melaksanakan …

Page 15: SALINAN - Aceh

- 15 -

g. melaksanakan koordinasi dan/atau kerjasama dengan para pihak yang berperan serta dalam

pelayanan penurunan stunting seperti bidan desa, petugas puskesmas (tenaga gizi dan sanitarian), pendidik PAUD dan perangkat Kampung.

Pasal 12

(1) Kader Pembangunan Manusia berkoordinasi dengan

Pemerintah Kampung, unit penyedia layanan

kesehatan dan pendidikan di Kampung dan mitra lainnya.

(2) Bersama Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa, Kader Pembangunan Manusia memfasilitasi Pemerintah Kampung dan masyarakat untuk

membentuk Rumah Kampung Sehat (RKS)/Rumah Gizi Kampung (RGK).

BAB VI TAHAPAN PENURUNAN STUNTING DI KAMPUNG

Pasal 13

Pengorganisasian aksi penurunan stunting di Kampung dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan yang terdiri

dari: a. sosialisasi; b. perencanaan;

c. pengorganisasian; dan d. evaluasi dan pelaporan

Bagian Kesatu

Sosialisasi

Pasal 14

(1) Tahapan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada

pasal 13 huruf a adalah kegiatan penyebaran

informasi terkait penurunan stunting di Kampung.

(2) Sosialisasi dilakukan dengan menggunakan media

yang disesuaikan dengan kondisi objektif yang ada di Kampung.

(3) Sosialisasi merupakan tanggungjawab setiap pelaku

penurunan stunting di Kampung.

(4) Instrumen kendali tahapan sosialisasi, terdiri dari:

a. Berita acara musyawarah kampung; b. Berita acara pemilihan KPM;

c. Surat …

Page 16: SALINAN - Aceh

- 16 -

c. Surat Keputusan Datok Penghulu tentang pembentukan KPM; dan

d. Rencana kerja dan tindak lanjut penguatan kapasitas KPM di Kampung.

Bagian Kedua Perencanaan

Pasal 15

(1) Tahapan perencanaan adalah perencanaan program/kegiatan penurunan stunting di Kampung

sebagai bagian dari tata kelola pembangunan Kampung dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Tujuan fasilitasi perencanaan di Kampung adalah untuk memastikan kegiatan pencegahan dan penurunan stunting sudah sesuai dengan amanat

Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

(3) Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri dari: a. tahap pemetaan sosial (pendataan); b. tahap fasilitasi diskusi kelompok terarah di

Kampung; c. tahap fasilitasi diskusi kelompok terarah antar

dusun; d. tahap rembuk stunting; e. tahap kampanye;

f. tahap advokasi; dan g. reviu kinerja.

Pasal 16

(1) Tahap pemetaan sosial (pendataan) sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf a adalah KPM

menggerakkan pegiat pemberdayaan masyarakat Kampung yang tergabung dalam RKS untuk melakukan pemetaan sosial.

(2) Pemetaan sosial merupakan proses pemetaan di tingkat dusun untuk mengidentifikasi dan mendata status layanan sasaran rumah tangga 1.000 HPK dan

kondisi pelayanan dasar sosial di Kampung.

(3) Tahap ini lakukan paling lambat sebelum

penyelenggaraan rembuk stunting di Kampung untuk kepentingan penyusunan RKP Kampung tahun berikutnya.

Pasal 17

Pasal …

Page 17: SALINAN - Aceh

- 17 -

(1) Tahap fasilitasi diskusi kelompok terarah di

Kampung sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf b menjadi dasar pembahasan tentang beragam upaya penurunan stunting dalam

pertemuan diskusi terarah di RKS/RGK.

(2) Materi diskusi terarah di RKS/RGK, mencakup:

a. analisis sederhana terhadap hasil pemetaan sosial;

b. menyusun daftar masalah yang di prioritaskan

untuk diselesaikan; c. merumuskan peluang dan potensi sumber daya

untuk pemecahan masalah; dan d. merumuskan alternative kegiatan prioritas untuk

mencegah dan/atau menangani masalah

kesehatan di Kampung.

(3) Organisasi perangkat daerah dapat menjadi

narasumber pada musyawarah Kampung untuk mempercepat penurunan stunting.

Pasal 18

(1) Tahap rembuk stunting sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf d, bahwa RKS/RGK menyelenggarakan rembuk stunting di Kampung yang

dilaksanakan sebelum musyawarah Kampung untuk penyusunan perencanaan pembangunan Kampung

tahun berikutnya.

(2) Rembuk stunting ini berfungsi sebagai forum

musyawarah antara masyarakat Kampung dengan Pemerintah Kampung untuk membahas penanganan masalah kesehatan di Kampung khususnya stunting

dengan mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di Kampung agar warga

masyarakat berpartisipasi aktif dalam rembuk stunting di Kampung, maka sebelum diselenggarakan kegiatan dimaksud harus dilakukan penyebaran

informasi/publikasi tentang hasil diskusi kelompok terarah di RKS/RGK.

(3) Kegiatan utama dalam rembuk stunting di Kampung, meliputi: a. pembahasan usulan program/kegiatan intervensi

gizi spesifik dan sensitif yang disusun dalam diskusi kelompok terarah di RKS dan

musyawarah Kampung; dan b. pembahasan dan penyepakatan prioritas usulan

program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan

b. pembahasan …

Page 18: SALINAN - Aceh

- 18 -

sensitif. Kesepakatan hasil rembuk stunting di Kampung dituangkan dalam Berita Acara yang

ditandatangani oleh perwakilan RKS/RGK, masyarakat Kampung dan Pemerintah Kampung.

Pasal 19

(1) Kampanye stunting sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3) huruf e merupakan kegiatan penyebarluasan informasi sebelum atau setelah

rembuk stunting Kampung melalui berbagai potensi media lokal yang dilakukan secara berkelanjutan.

(2) Kampanye dapat menggunakan media cetak dan elektronik, serta berupa kegiatan festival Kampung tentang layanan dasar, bazar pangan lokal,

perlombaan bayi/anak sehat dan lain-lain.

Pasal 20

(1) Tahap advokasi penurunan stunting di Kampung

sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf f bahwa berita acara tentang hasil rembuk stunting

disampaikan oleh perwakilan RKS/RGK kepada Datok Penghulu sebagai usulan masyarakat dalam

penyusunan dokumen perencanaan pembangunan Kampung (RPJM Kampung dan/atau RKP Kampung) serta dokumen perencanaan anggaran

(APBKampung).

(2) Para pihak yang tergabung dalam RKS/RGK beserta warga masyarakat Kampung yang perduli akan

upaya penuruan stunting di Kampung bersama–sama mengawal usulan program/kegiatan pencegahan dan

penurunan stunting untuk dapat dibiayai dengan menggunakan keuangan Kampung khususnya Dana

Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Pengorganisasian Bagian …

Page 19: SALINAN - Aceh

- 19 -

Pasal 21

(1) Pengorganisasian dalam rangka penurunan stunting

dilakukan melalui pengembangan Sekretariat

Bersama Rumah Kampung Sehat /Rumah Gizi Kampung. Pengorganisasian ini difasilitasi oleh

pendamping desa dan/atau pendamping lokal desa dibantu oleh KPM.

(2) Langkah-langkah dalam pengorganisasian yaitu:

a. pemetaan penyedia layanan dan pelaku metodologi partisipatif yang dilakukan dalam

pemetaan tersebut dilakukan dalam kegiatan: 1. penyusunan peta sosial; 2. diskusi tematik;dan

3. observasi dan kunjungan langsung. b. penyedia layanan adalah posyandu, PAUD dan

kelompok keluarga, sebagai sarana penyedia

layanan di Kampung bagi sasaran rumah tangga 1.000 HPK;

c. pembangunan dinamika kelompok, agendanya adalah: 1. peninjauan kembali atas pemetaan layanan

dan pelaku; 2. pembentukan Rumah Kampung Sehat; dan

3. penyepakatan mekanisme pembentukan, ketentuan dan agenda.

(3) Kegiatan penurunan stunting melalui Rumah

Kampung Sehat, dilakukan dengan: a. penggunaan data kondisi layanan dan sasaran

rumah tangga 1.000 HPK; b. perumusan usulan program/kegiatan intervensi

layanan gizi spesifik dan sensitif yang disusun

berdasarkan data kondisi layanan dan sasaran rumah tangga 1.000 HPK;

c. pembahasan bersama para pegiat pemberdayaan

masyarakat dan pelaku pembangunan yang peduli dengan upaya penurunan stunting di

Kampung dalam rembuk stunting; d. advokasi usulan program/kegiatan intervensi

layanan gizi spesifik dan sensitif bagi sasaran sasaran rumah tangga 1.000 HPK dalam perencanaan pembangunan di Kampung;

e. advokasi prioritas penggunaan Dana Desa untuk

pendanaan program/kegiatan intervensi layanan

e. advokasi …

Page 20: SALINAN - Aceh

- 20 -

gizi spesifik dan sensitif bagi sasaran rumah tangga 1.000 HPK.

Bagian Keempat

Evaluasi dan Pelaporan

Pasal 22

Evaluasi pelaksanaan penuruan stunting di tingkat Kampung dilakukan melalui pemantauan bulanan,

triwulan, semesteran dan tahunan kepada Bupati melalui Camat dan/atau melalui aplikasi yang

dikembangkan oleh Pemerintah.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 23

(1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan

seluas luasnya dalam mewujudkan peningkatan status gizi individu, keluarga dan masyarakat.

(2) Dalam rangka penurunan stunting dan intervensinya,

masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan/atau pemecahan masalah mengenai

hal-hal dibidang kesehatan dan gizi.

(3) Pemerintah Daerah membina dan mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat di bidang gizi

dan penurunan stunting agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna.

BAB VIII

KOORDINASI

Pasal 24

Pemerintah Kampung wajib melakukan koordinasi terhadap kegiatan penurunan stunting dengan instansi

terkait dan fasilitator atau pendamping program.

BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB …

Page 21: SALINAN - Aceh

- 21 -

Pasal 25

Camat melakukan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan penurunan stunting.

BAB X

PEMBIAYAAN

Pasal 26

Pembiayaan pelaksanaan penurunan stunting ditingkat

Kampung dibebankan kepada APBKampung dan sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.

BERITA DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2021 NOMOR 8

Diundangkan di Karang Baru pada tanggal, 24 Februari 2021 M

12 Ra’jab 1442 H

Plt. SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN ACEH TAMIANG,

dto

ABDULLAH

Ditetapkan di Karang Baru

pada tanggal, 24 Februari 2021 M 12 Ra’jab 1442 H

BUPATI ACEH TAMIANG,

dto

MURSIL