salinan - aceh
TRANSCRIPT
BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH
PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 9 TAHUN 2021
TENTANG
PERAN KAMPUNG DALAM PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN ACEH TAMIANG
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI ACEH TAMIANG,
Menimbang : a. bahwa kasus stunting pada balita di Kabupaten Aceh
Tamiang masih tinggi, disebabkan oleh faktor gizi buruk ibu hamil dan anak balita serta faktor lainnya. Sehingga perlu dilakukan optimalisasi pencegahan
dan penurunan kasus stunting secara efisien, efektif dan terkoordinasi yang melibatkan Pemerintah
Kampung sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan stunting terintegrasi, maka perlu
mengatur langkah-langkah pencegahan dan penurunan stunting di Kampung dalam Kabupaten Aceh Tamiang dalam Peraturan Bupati;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Penanggulangan stunting Terintegrasi di Kabupaten Aceh Tamiang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
3. Undang-Undang …
SALINAN
- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5291);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5680);
7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5248);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 967);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1110);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan Perkembangan,
dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1524);
12. Peraturan …
- 3 -
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita
Usia Subur dan Ibu Hamil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1840);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2020 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2021
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1035);
15. Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan
(Lembaran Daerah Aceh Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 30);
16. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Stunting Terintegrasi di Aceh (Berita Daerah Aceh Tahun 2019
Nomor 11);
17. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 36 Tahun 2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Aceh (Berita Daerah Aceh Tahun 2020 Nomor 34);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERAN KAMPUNG
DALAM PENURUNAN STUNTING
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah Bupati dan
Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.
3. Bupati adalah Bupati Aceh Tamiang.
4. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada dibawah mukim dan dipimpin oleh datok penghulu yang berhak menyelenggarakan urusan
rumah tangga sendiri.
5. Pemerintah …
- 4 -
5. Pemerintah Kampung adalah Datok Penghulu, Sekretaris Kampung beserta perangkat kampung
lainnya yang memiliki tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung.
6. Datok Penghulu adalah pimpinan suatu kampung
yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
7. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukan bagi kampung yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembiayaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung
selanjutnya disebut APBKampung adalah rencana keuangan tahunan pemerintah Kampung.
9. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
10. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
berusia dibawah 5 (lima) tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
yaitu dari janin hingga anak berusia ≤ 24 bulan.
11. Intervensi Gizi Spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya stunting seperti
asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kesehatan lingkungan, intervensi
spesifik ini umumnya diberikan oleh sektor kesehatan.
12. Intervensi Gizi Sensitif merupakan kegiatan tidak
langsung dalam mengatasi penyebab terjadinya stunting yang mencakup peningkatan akses dan
kualitas pelayanan gizi dan kesehatan dan peningkatan air bersih dan sarana sanitasi.
13. Rembuk …
- 5 -
13. Rembuk stunting adalah forum musyawarah antara masyarakat kampong dengan Pemerintah Kampung
dan Majelis Duduk Setikar Kampong (MDSK) untuk membahas upaya–upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan penanganan stunting di Kampung
dengan mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di Kampung.
14. Upaya perbaikan gizi adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten dan/atau masyarakat.
15. Surveilans gizi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus yang dilakukan oleh tenaga gizi
terhadap semua aspek penyakit gizi, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan
penanggulangan.
16. Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat
proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit ini
antara lain diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskuler, dislipidemia, gagal ginjal, dan sebagainya.
17. Tenaga Gizi Terlatih adalah tenaga gizi lulusan pendidikan formal gizi, minimal lulusan Diploma III
Gizi yang memiliki sertifikat pelatihan gizi tertentu.
18. Petugas Gizi adalah Tenaga Gizi atau orang yang peduli gizi yang bekerja di sarana pelayanan
kesehatan.
19. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
20. Rumah …
- 6 -
20. Rumah Kampung Sehat yang selanjutnya disingkat RKS adalah seperti Kader Posyandu, Guru PAUD,
Kader Kesehatan, Unit Layanan Kesehatan, Unit Layanan Pendidikan, Kader PKK, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat dan berbagai Kelompok
Masyarakat yang peduli dalam upaya pencegahan stunting yang berfungsi sebagai ruang literasi
kesehatan dan forum advokasi kebijakan bidang kesehatan.
21. Rumah Gizi Kampung yang selanjutnya disingkat
RGK adalah tempat penyediaan makanan bergizi untuk anak-anak dan ibu hamil secara spesifik dan
sensitif dalam penanggulangan stunting yang meliputi pelayanan gizi pada kelompok resiko, edukasi dan capacity building dan ketahanan keamanan pangan
keluarga dan infrastruktur.
22. 1.000 Hari Pertama Kehidupan yang selanjutnya
disingkat 1000 HPK adalah periode kehidupan sejak dari fase kehamilan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (720 hari).
23. Kader Pembangunan Manusia yang selanjutnya disingkat KPM adalah warga masyarakat desa yang
dipilih melalui musyawarah desa untuk membantu Pemerintah Desa dalam memfasilitasi masyarakat desa untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi kegiatan pembangunan sumber daya manusia di desa.
24. Eletronic-Human Development Worker yang
selanjutnya disingkat e-HDW adalah aplikasi yang digunakan oleh Kader Pembangunan Manusia untuk
memantau dan mendukung peningkatan Konvergensi Intervensi Gizi kepada keluarga 1000 HPK.
25. e-PPGBM adalah aplikasi pencatatan dan pelaporan
berbasis masyarakat dan teknologi elektronik.
26. Pemberian Makanan Tambahan yang selanjutnya
disingkat PMT adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan
kebutuhan sasaran
27. Ibu Hamil KEK adalah salah satu keadaan malnutrisi pada ibu hamil yang menderita kekurangan makanan
yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gungguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi.
BAB …
- 7 -
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai:
a. pedoman bagi Kampung untuk ikut berperan serta dalam kegiatan intervensi penurunan stunting;
b. panduan bagi kampung dalam mendukung
percepatan penurunan stunting; dan c. dasar pelaksanaan konvergensi program
pencegahan stunting di Kampung.
(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah
dalam rangka mendorong Kampung untuk ikut berperan serta, antara lain:
a. memfasilitasi komitmen kampung untuk mengutamakan penurunan stunting sebagai salah satu arah kebijakan perencanaan pembangunan
kampung; b. terwujudnya konvergensi program pencegahan
stunting di tingkat kampung; dan c. menurunnya angka stunting di Kabupaten Aceh
Tamiang.
BAB III
SASARAN DAN KEGIATAN
Bagian Kesatu Sasaran
Pasal 3
(1) Sasaran penurunan stunting terintegrasi diutamakan
pada intervensi gizi spesifik pada kelompok sasaran keluarga 1.000 HPK, dan intervensi gizi sensitif bagi
masyarakat umum khususnya keluarga.
(2) Intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan pada:
a. Ibu hamil; b. Ibu menyusui dan anak sampai usia 6 bulan;
c. Anak usia 7-23 bulan; d. anak usia 24 dan 59 bulan; dan e. remaja putri dan wanita usia subur.
Bagian …
- 8 -
Bagian Kedua Kegiatan
Pasal 4
(1) Kegiatan penurunan stunting di Kampung dituangkan dalam 5 (lima) paket layanan terdiri dari:
a. pelayanan kesehatan ibu hamil dan anak; b. konseling gizi terpadu; c. sanitasi dan air bersih;
d. peningkatan Kesehatan Masyarakat; dan e. pendidikan anak usia dini.
(2) Kegiatan pelayanan kesehatan ibu hamil dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. pemberian tablet darah beserta vitamin C 50 mg kepada ibu hamil untuk membantu proses penyerapan Tablet Tambah Darah (TTD) yang
cepat dalam tubuh; b. Penunjukan Pengawas Minum Tablet Tambah
Darah (PMO TTD) yang berasal dari keluarga, suami dan dibantu pengawasan dari masyarakat yaitu kader posyandu;
c. mendorong ibu hamil agar memiliki formulir pemantauan minum Tablet Tambah Darah (Kartu
Kontrol TTD); d. mendorong ibu hamil agar tidak memeriksakan
diri dan melakukan persalinan pada mitra dukun
melainkan pada bidan atau dokter kandungan; e. mendorong ibu hamil baru (kunjungan pertama/
K1) untuk melakukan pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dan pemeriksaan kadar HB dan Golongan Darah;
f. membentuk kelas ibu yang dilaksanakan setiap bulan yang bertujuan untuk memberikan
pemahaman kesehatan ibu selama kehamilan, bersalin, nifas, dan kesehatan anak;
g. memberikan pembinaan kepada dukun beranak
agar bekerjasama dengan bidan dalam pemeriksaan ibu hamil dan persalinan ibu melahirkan;
h. mendorong ibu hamil yang memasuki masa kehamilan trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan)
untuk konsultasi dengan dokter spesialis kandungan dan apabila ibu hamil dengan Hb < 9 gr% berturut–turut untuk memeriksakan Hb
ulang ke Rumah Sakit sebagai pembanding;
i. memberikan …
- 9 -
i. memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein
kronis; j. mendorong kader desa untuk melakukan
kegiatan pemantauan dan pengawasan kesehatan
terhadap ibu hamil resiko tinggi; k. melakukan kegiatan donor darah yang
bekerjasama dengan RSUD dan Puskesmas sebagai persediaan darah untuk keselamatan bayi dan ibu dari masa pra dan pasca persalinan;
l. mengatasi kekurangan iodium; m. mengurangi cacingan pada ibu hamil; n. melindungi ibu hamil dari malaria dan demam
berdarah; o. mendorong Inisiasi Menyusui Dini (IMD);
p. mendorong pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif; q. penyediaan obat cacing; r. penyediaan suplemen zink;
s. memberikan perlindungan terhadap malaria dan demam berdarah;
t. pemberian imunisasi lengkap; dan
u. pencegahan dan pengobatan diare.
(3) Kegiatan perbaikan gizi terpadu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. peningkatan cakupan bayi 6 bulan mendapat asi
eksklusif;
b. pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil;
c. pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri;
d. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu
hamil Kurang Energi Kronik (KEK); e. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada
balita kurus;
f. pemberian kapsul vitamin A pada balita dan ibu nifas;
g. survei garam beryodium di rumah tangga; h. pengadaan alat antropometri standar; i. penyediaan PMT penyuluhan di posyandu;
j. pelatihan kader posyandu, kader pembangunan manusia dan bidan kampung;
k. peningkatan kunjungan balita ke posyandu; l. peningkatan cakupan bayi baru lahir mendapat
IMD; dan
m. peningkatan akses pangan.
(4) Kegiatan sanitasi dan air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. penyediaan …
- 10 -
a. penyediaan dan pemeliharaan sumur resapan milik Kampung;
b. penyediaan dan pemeliharaan sumber air bersih milik Kampung;
c. penyediaan dan pemeliharaan sambungan air
bersih milik Kampung ke rumah tangga; d. penyediaan dan pemeliharaan sanitasi
permukiman.
(5) Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri
dari: a. upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga
berencana;
b. perbaikan gizi masyarakat; c. penyehatan lingkungan;
d. promosi kesehatan; dan e. pencegahan dan pengendalian penyakit.
(6) Kegiatan pendidikan anak usia dini sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri dari: a. penyelenggaraan PAUD (TK, KB, SPS, TPA, TKA,
TPQ) berupa bantuan honor pengajar, pakaian
seragam dan operasional; b. dukungan penyelenggaraan PAUD berupa
penyediaan APE luar dan dalam dan sarana PAUD lainnya;
c. pemeliharaan sarana dan prasarana PAUD
(TK/TPA/TKA/TPQ); dan d. pembangunan/ rehabilitasi/ peningkatan/
pengadaan sarana/ prasarana/ Alat Peraga Edukatif (APE) PAUD (TK/ TPA/ TKA/ TPQ).
(7) Kegiatan penurunan stunting sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui Rumah Kampung Sehat (RKS)/Rumah Gizi Kampung (RGK).
Bagian Ketiga
Rumah Kampung Sehat (RKS)
Pasal 5
(1) RKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7) merupakan sekretariat bersama bagi pegiat
pemberdayaan masyarakat kampung dan pelaku pembangunan kampung bidang kesehatan yang berfungsi sebagai ruang literasi kesehatan dan forum
advokasi kebijakan bidang kesehatan.
(2) Sekretariat bersama RKS terdiri dari:
a. KPM sebagai Ketua Pengurus Harian;
b. Tim …
- 11 -
b. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kampung sebagai anggota;
c. Koordinator guru PAUD Kampung sebagai anggota;
d. Koordinator kader kesehatan sebagai anggota;
e. Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Kelompok Wanita;
f. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); g. Kader Posyandu; dan h. berbagai kelompok masyarakat yang perduli
dalam upaya penurunan stunting.
(3) RKS mempunyai fungsi sebagai:
a. pusat informasi pelayanan sosial dasar di Kampung, khususnya bidang kesehatan;
b. ruang literasi kesehatan di Kampung;
c. wahana komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan di Kampung;
d. forum advokasi kebijakan pembangunan
Kampung di bidang kesehatan; dan e. pusat pembentukan dan pengembangan kader
pembangunan manusia.
Bagian Keempat
Rumah Gizi Kampung (RGK)
Pasal 6
(1) RGK merupakan model penanganan dan pencegahan
stunting secara terpadu dan terintegrasi berbasis masyarakat di tingkat Kampung.
(2) RGK bertujuan: a. melakukan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dalam upaya peningkatan pelayanan
gizi secara mandiri dengan melibatkan berbagai sektor terkait;
b. melakukan peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan kapasitas keluarga dan masyarakat Kampung dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan stunting; c. melakukan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya peningkatan dan keamanan pangan,
pemberdayaan ekonomi dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dalam mendukung
penurunan stunting.
(3) Output …
- 12 -
(3) Output RGK adalah: a. cakupan Pelayanan Gizi (PMT, suplementasi,
fortifikasi dan pelayanan gizi lainnya) pada keluarga dan masyarakat, terutama pada keluarga yang berisiko atau 1.000 HPK dan
kelompok masyarakat lainnya; b. terlaksananya edukasi dan konseling gizi dan
pengasuhan secara terstruktur pada keluarga dan masyarakat terutama pada keluarga yang berisiko atau 1.000 HPK dan kelompok masyarakat
lainnya; c. terciptanya kemandirian keluarga dan
masyarakat terhadap peningkatan ketahanan dan keamanan pangan keluarga, pemberdayaan ekonomi masyarakat serta Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Bagian Kelima
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pasal 7
(1) Pemerintah Kampung menetapkan kegiatan PMT
untuk kegiatan posyandu, dengan mengutamakan pemanfaatan dan pengolahan sumber daya pangan
lokal kecuali tidak tersedia.
(2) Sasaran untuk PMT adalah semua ibu hamil terutama keluarga 1000 HPK yang ada diwilayah
masing-masing kampong.
(3) Sasaran untuk PMT adalah semua anak di bawah dua tahun dan anak di bawah lima tahun.
(4) Pemerintah Kampung menetapkan kegiatan PMT dalam Peraturan Kampung yang harus dilaksanakan
sesuai dengan pendataan balita dan ibu hamil yang bermasalah di data e-PPGBM.
Bagian Keenam Indikator Kinerja
Pasal 8
Indikator Kinerja Penurunan Stunting di Kampung meliputi cakupan: a. ibu hamil KEK yang mendapat PMT pemulihan;
b. ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan;
c. ibu hamil mengikuti konseling gizi; d. keluarga yang mengikuti bina keluarga balita;
e. balita …
- 13 -
e. balita kurus yang mendapat PMT; f. kehadiran posyandu;
g. ibu hamil–K4; h. bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif; i. anak 6–59 bulan yang memperoleh vitamin A;
j. bayi 0-11 bulan telah di imunisasi secara lengkap; k. balita diare yang memperoleh suplementasi zink;
l. remaja putri yang mendapatkan TTD; m. rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih; n. rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak;
o. rumah tangga peserta JKN/JKA; p. keluarga penerima manfaat PKH yang mendapat FDS
gizi dan kesehatan;
q. orangtua yang mengikuti kelas parenting; r. anak usia 2-6 tahun terdaftar di PAUD;
s. keluarga 1.000 HPK; t. kampung menerapkan Perkarangan Pangan Lestari;
dan
u. ibu nifas.
BAB IV PELAKU KEGIATAN
Pasal 9
Pelaku kegiatan Penurunan Stunting di Kampung terdiri dari: a. pengambil Keputusan, terdiri dari Datok Penghulu
dan Majelis Duduk Setikar (MDSK); b. penyediaan layanan, terdiri dari :
1. perangkat Kampung; 2. imam kampung dan/ atau tokoh agama; 3. pokja dan kader posyandu;
4. pengelola dan pendidik PAUD; 5. Pendamping Lokal Desa (PLD); 6. Bidan Desa;
7. Tenaga Pelaksana Gizi Kampung (TPGK); 8. Kader Bina Keluarga Balita (BKB);
9. Karang Taruna/Lembaga Kepemudaan Kampung; 10. Kelompok Keluarga; 11. Kelompok Perempuan;
12. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK); dan
13. Kader Pembangunan Manusia (KPM).
BAB …
- 14 -
BAB V KADER PEMBANGUNAN MANUSIA
Pasal 10
Kriteria KPM adalah sebagai berikut: a. berasal dari warga masyarakat Kampung setempat;
b. berpengalaman sebagai kader masyarakat, diutamakan bidang pembangunan manusia, seperti kader posyandu dan kader kesehatan lainnya;
c. memiliki kemampuan komunikasi yang baik, khususnya dapat berbahasa daerah setempat;
d. mampu membaca dan menulis, minimal pendidikan
SLTA atau sederajat; dan e. mampu mengoperasikan komputer.
Pasal 11
Tugas KPM meliputi: a. mensosialisasikan kebijakan integrasi penurunan
stunting kepada masyarakat Kampung, dan
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap stunting melalui pengukuran tinggi badan bayi dan
balita sebagai deteksi dini stunting; b. mendata dan mengidentifikasi sasaran rumah tangga
1.000 HPK melalui peta sosial Kampung dan pengkajian kondisi Kampung;
c. memantau layanan penuruan stunting terintegrasi
terhadap sasaran rumah tangga 1.000 HPK untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan layanan
yang berkualitas, output dari pemantauan ini berupa laporan konvergensi per triwulan dan pengelolaan
advokasi konvergensi pencegahan stunting dengan menggunakan aplikasi digital eletronic-Human Development Worker (e-HDW);
d. memfasilitasi dan melakukan advokasi peningkatan belanja APBKampung utamanya yang bersumber dari
dana desa untuk digunakan dalam membiayai penurunan stunting terintegrasi baik intervensi gizi
spesifik dan sensitif; e. memfasilitasi suami dan/ bapak serta keluarga dari
anak usia 0-23 bulan untuk mengikuti kegiatan
konseling gizi serta kesehatan ibu dan anak; f. memfasilitasi masyarakat Kampung untuk
berpartisipasi aktif dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan program kegiatan pembangunan kampung untuk pemenuhan layanan gizi spesifik dan
sensitif; dan
g. melaksanakan …
- 15 -
g. melaksanakan koordinasi dan/atau kerjasama dengan para pihak yang berperan serta dalam
pelayanan penurunan stunting seperti bidan desa, petugas puskesmas (tenaga gizi dan sanitarian), pendidik PAUD dan perangkat Kampung.
Pasal 12
(1) Kader Pembangunan Manusia berkoordinasi dengan
Pemerintah Kampung, unit penyedia layanan
kesehatan dan pendidikan di Kampung dan mitra lainnya.
(2) Bersama Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa, Kader Pembangunan Manusia memfasilitasi Pemerintah Kampung dan masyarakat untuk
membentuk Rumah Kampung Sehat (RKS)/Rumah Gizi Kampung (RGK).
BAB VI TAHAPAN PENURUNAN STUNTING DI KAMPUNG
Pasal 13
Pengorganisasian aksi penurunan stunting di Kampung dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan yang terdiri
dari: a. sosialisasi; b. perencanaan;
c. pengorganisasian; dan d. evaluasi dan pelaporan
Bagian Kesatu
Sosialisasi
Pasal 14
(1) Tahapan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada
pasal 13 huruf a adalah kegiatan penyebaran
informasi terkait penurunan stunting di Kampung.
(2) Sosialisasi dilakukan dengan menggunakan media
yang disesuaikan dengan kondisi objektif yang ada di Kampung.
(3) Sosialisasi merupakan tanggungjawab setiap pelaku
penurunan stunting di Kampung.
(4) Instrumen kendali tahapan sosialisasi, terdiri dari:
a. Berita acara musyawarah kampung; b. Berita acara pemilihan KPM;
c. Surat …
- 16 -
c. Surat Keputusan Datok Penghulu tentang pembentukan KPM; dan
d. Rencana kerja dan tindak lanjut penguatan kapasitas KPM di Kampung.
Bagian Kedua Perencanaan
Pasal 15
(1) Tahapan perencanaan adalah perencanaan program/kegiatan penurunan stunting di Kampung
sebagai bagian dari tata kelola pembangunan Kampung dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Tujuan fasilitasi perencanaan di Kampung adalah untuk memastikan kegiatan pencegahan dan penurunan stunting sudah sesuai dengan amanat
Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
(3) Tahap perencanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari: a. tahap pemetaan sosial (pendataan); b. tahap fasilitasi diskusi kelompok terarah di
Kampung; c. tahap fasilitasi diskusi kelompok terarah antar
dusun; d. tahap rembuk stunting; e. tahap kampanye;
f. tahap advokasi; dan g. reviu kinerja.
Pasal 16
(1) Tahap pemetaan sosial (pendataan) sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf a adalah KPM
menggerakkan pegiat pemberdayaan masyarakat Kampung yang tergabung dalam RKS untuk melakukan pemetaan sosial.
(2) Pemetaan sosial merupakan proses pemetaan di tingkat dusun untuk mengidentifikasi dan mendata status layanan sasaran rumah tangga 1.000 HPK dan
kondisi pelayanan dasar sosial di Kampung.
(3) Tahap ini lakukan paling lambat sebelum
penyelenggaraan rembuk stunting di Kampung untuk kepentingan penyusunan RKP Kampung tahun berikutnya.
Pasal 17
Pasal …
- 17 -
(1) Tahap fasilitasi diskusi kelompok terarah di
Kampung sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf b menjadi dasar pembahasan tentang beragam upaya penurunan stunting dalam
pertemuan diskusi terarah di RKS/RGK.
(2) Materi diskusi terarah di RKS/RGK, mencakup:
a. analisis sederhana terhadap hasil pemetaan sosial;
b. menyusun daftar masalah yang di prioritaskan
untuk diselesaikan; c. merumuskan peluang dan potensi sumber daya
untuk pemecahan masalah; dan d. merumuskan alternative kegiatan prioritas untuk
mencegah dan/atau menangani masalah
kesehatan di Kampung.
(3) Organisasi perangkat daerah dapat menjadi
narasumber pada musyawarah Kampung untuk mempercepat penurunan stunting.
Pasal 18
(1) Tahap rembuk stunting sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf d, bahwa RKS/RGK menyelenggarakan rembuk stunting di Kampung yang
dilaksanakan sebelum musyawarah Kampung untuk penyusunan perencanaan pembangunan Kampung
tahun berikutnya.
(2) Rembuk stunting ini berfungsi sebagai forum
musyawarah antara masyarakat Kampung dengan Pemerintah Kampung untuk membahas penanganan masalah kesehatan di Kampung khususnya stunting
dengan mendayagunakan sumber daya pembangunan yang ada di Kampung agar warga
masyarakat berpartisipasi aktif dalam rembuk stunting di Kampung, maka sebelum diselenggarakan kegiatan dimaksud harus dilakukan penyebaran
informasi/publikasi tentang hasil diskusi kelompok terarah di RKS/RGK.
(3) Kegiatan utama dalam rembuk stunting di Kampung, meliputi: a. pembahasan usulan program/kegiatan intervensi
gizi spesifik dan sensitif yang disusun dalam diskusi kelompok terarah di RKS dan
musyawarah Kampung; dan b. pembahasan dan penyepakatan prioritas usulan
program/kegiatan intervensi gizi spesifik dan
b. pembahasan …
- 18 -
sensitif. Kesepakatan hasil rembuk stunting di Kampung dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangani oleh perwakilan RKS/RGK, masyarakat Kampung dan Pemerintah Kampung.
Pasal 19
(1) Kampanye stunting sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (3) huruf e merupakan kegiatan penyebarluasan informasi sebelum atau setelah
rembuk stunting Kampung melalui berbagai potensi media lokal yang dilakukan secara berkelanjutan.
(2) Kampanye dapat menggunakan media cetak dan elektronik, serta berupa kegiatan festival Kampung tentang layanan dasar, bazar pangan lokal,
perlombaan bayi/anak sehat dan lain-lain.
Pasal 20
(1) Tahap advokasi penurunan stunting di Kampung
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (3) huruf f bahwa berita acara tentang hasil rembuk stunting
disampaikan oleh perwakilan RKS/RGK kepada Datok Penghulu sebagai usulan masyarakat dalam
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan Kampung (RPJM Kampung dan/atau RKP Kampung) serta dokumen perencanaan anggaran
(APBKampung).
(2) Para pihak yang tergabung dalam RKS/RGK beserta warga masyarakat Kampung yang perduli akan
upaya penuruan stunting di Kampung bersama–sama mengawal usulan program/kegiatan pencegahan dan
penurunan stunting untuk dapat dibiayai dengan menggunakan keuangan Kampung khususnya Dana
Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Pengorganisasian Bagian …
- 19 -
Pasal 21
(1) Pengorganisasian dalam rangka penurunan stunting
dilakukan melalui pengembangan Sekretariat
Bersama Rumah Kampung Sehat /Rumah Gizi Kampung. Pengorganisasian ini difasilitasi oleh
pendamping desa dan/atau pendamping lokal desa dibantu oleh KPM.
(2) Langkah-langkah dalam pengorganisasian yaitu:
a. pemetaan penyedia layanan dan pelaku metodologi partisipatif yang dilakukan dalam
pemetaan tersebut dilakukan dalam kegiatan: 1. penyusunan peta sosial; 2. diskusi tematik;dan
3. observasi dan kunjungan langsung. b. penyedia layanan adalah posyandu, PAUD dan
kelompok keluarga, sebagai sarana penyedia
layanan di Kampung bagi sasaran rumah tangga 1.000 HPK;
c. pembangunan dinamika kelompok, agendanya adalah: 1. peninjauan kembali atas pemetaan layanan
dan pelaku; 2. pembentukan Rumah Kampung Sehat; dan
3. penyepakatan mekanisme pembentukan, ketentuan dan agenda.
(3) Kegiatan penurunan stunting melalui Rumah
Kampung Sehat, dilakukan dengan: a. penggunaan data kondisi layanan dan sasaran
rumah tangga 1.000 HPK; b. perumusan usulan program/kegiatan intervensi
layanan gizi spesifik dan sensitif yang disusun
berdasarkan data kondisi layanan dan sasaran rumah tangga 1.000 HPK;
c. pembahasan bersama para pegiat pemberdayaan
masyarakat dan pelaku pembangunan yang peduli dengan upaya penurunan stunting di
Kampung dalam rembuk stunting; d. advokasi usulan program/kegiatan intervensi
layanan gizi spesifik dan sensitif bagi sasaran sasaran rumah tangga 1.000 HPK dalam perencanaan pembangunan di Kampung;
e. advokasi prioritas penggunaan Dana Desa untuk
pendanaan program/kegiatan intervensi layanan
e. advokasi …
- 20 -
gizi spesifik dan sensitif bagi sasaran rumah tangga 1.000 HPK.
Bagian Keempat
Evaluasi dan Pelaporan
Pasal 22
Evaluasi pelaksanaan penuruan stunting di tingkat Kampung dilakukan melalui pemantauan bulanan,
triwulan, semesteran dan tahunan kepada Bupati melalui Camat dan/atau melalui aplikasi yang
dikembangkan oleh Pemerintah.
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 23
(1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan
seluas luasnya dalam mewujudkan peningkatan status gizi individu, keluarga dan masyarakat.
(2) Dalam rangka penurunan stunting dan intervensinya,
masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan/atau pemecahan masalah mengenai
hal-hal dibidang kesehatan dan gizi.
(3) Pemerintah Daerah membina dan mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat di bidang gizi
dan penurunan stunting agar dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna.
BAB VIII
KOORDINASI
Pasal 24
Pemerintah Kampung wajib melakukan koordinasi terhadap kegiatan penurunan stunting dengan instansi
terkait dan fasilitator atau pendamping program.
BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
BAB …
- 21 -
Pasal 25
Camat melakukan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan penurunan stunting.
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 26
Pembiayaan pelaksanaan penurunan stunting ditingkat
Kampung dibebankan kepada APBKampung dan sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.
BAB XI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Aceh Tamiang.
BERITA DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2021 NOMOR 8
Diundangkan di Karang Baru pada tanggal, 24 Februari 2021 M
12 Ra’jab 1442 H
Plt. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ACEH TAMIANG,
dto
ABDULLAH
Ditetapkan di Karang Baru
pada tanggal, 24 Februari 2021 M 12 Ra’jab 1442 H
BUPATI ACEH TAMIANG,
dto
MURSIL