salinan - pidiekab.go.idpidiekab.go.id/wp-content/uploads/2016/05/6.-pembentukan-mukim-di... ·...
TRANSCRIPT
1
PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE
PROVINSI ACEH
QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR: 4 TAHUN 2015
TENTANG
PEMBENTUKAN MUKIM DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI PIDIE,
Menimbang : a. bahwa seluruh gampong di kecamatan kota sigli yang dibentuk akibat penghapusan kelurahan menjadi gampong
berdasarkan Qanun Kabupaten Pidie Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penghapusan Kelurahan di Kecamatan Kota Sigli, Kecamatan Mutiara dan Mutiara Timur, belum terbentuk
pemerintahan mukim yang menaungi gampong-gampong tersebut;
b. bahwa untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembinaan masyarakat, pelaksanaan keistimewaan Aceh, pengawasan fungsi ekologi
dan sumber daya alam pada gampong-gampong dimaksud, dipandang perlu adanya pemerintahan mukim di Kecamatan Kota Sigli;
c. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh, disebutkan dalam wilayah Kabupaten/ Kota dibentuk mukim yang terdiri atas beberapa gampong;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Qanun Kabupaten Pidie tentang Pembentukan Mukim di
kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1092);
3. Undang-Undang………..
SALINAN
2
3. Undang–Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3893);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5494);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4826);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Negara Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 5717);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
12. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002 tentang Peradilan Syari’at Islam (Lembaran
Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2002 Nomor 2 Seri E Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5);
13. Qanun………
3
14. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 11
Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syari’at Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam (Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2002 Nomor 54 Seri E
Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5);
15. Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kehidupan Adat dan Adat Istiadat Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008 Nomor 09,
Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 19);
16. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2009 tetang Tata Cara Pemilihan Pemberhentian Imum Mukim (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2009 Nomor 03);
17. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Aceh Tahun 2011 Nomor 10, Tambahan Lembaran Aceh Nomor 38);
18. Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat (Lembaran Aceh Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Aceh Nomor 67);
19. Qanun Kabupaten Pidie Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penghapusan Kelurahan dan Pembentukan Gampong di
Kecamatan Kota Sigli, Kecamatan Mutiara dan Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie (Lembaran Daerah
Kabupaten Pidie Tahun 2008 Nomor 07);
20. Qanun Kabupaten Pidie Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Mukim (Lembaran Daerah Kabupaten Pidie
Tahun 2011 Nomor 07);
21. Qanun Kabupaten Pidie Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Gampong (Lembaran Daerah Kabupaten Pidie
Tahun 2011 Nomor 08);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN PIDIE
dan
BUPATI PIDIE
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : QANUN KABUPATEN PIDIE TENTANG PEMBENTUKAN
KEMUKIMAN DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud :
1. Daerah adalah Kabupaten Pidie.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Pidie.
3. Bupati………..
4
3. Bupati adalah Bupati Pidie.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Pidie.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disebut DPRK adalah DPRK Pidie.
6. Camat adalah Camat Kota Sigli Kabupaten Pidie.
7. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah
Kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Imum Mukim dan berkedudukan langsung di bawah Camat.
8. Imum Mukim adalah Kepala Pemerintahan Mukim.
9. Keuangan Mukim adalah semua hak dan kewajiban Mukim
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik mukim berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
10. Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah mukim dan dipimpin oleh keuchik yang berhak
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
BAB II PEMBENTUKAN, BATAS WILAYAH, IBU KOTA
DAN MASJID KEMUKIMAN
Bagian Kesatu
Pembentukan
Pasal 2
Dengan Qanun ini dibentuk Mukim Kuta Budee, Mukim Kuta Asan dan Mukim Kuta Sigli dalam wilayah Kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie Provinsi Aceh.
Pasal 3
Mukim Kuta Budee sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memiliki cakupan wilayah seluas 2,473 Km2 yang terdiri dari Gampong:
a. Pasi Peukan Baro seluas 0,724 Km2;
b. Pasi Rawa seluas 1,124 Km2;
c. Blok Bengkel seluas 0,116 Km2;
d. Kuala Pidie seluas 0,106 Km2; dan
e. Kramat Luar seluas 0,403 Km2.
Pasal 4
Mukim Kuta Asan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 memiliki cakupan wilayah seluas 1,728 Km2 yang terdiri dari
Gampong:
a. Tanjong Krueng seluas 0,225 Km2;
b. Meunasah Peukan seluas 0,194 Km2;
c. Blang Asan seluas 0,421 Km2;
d. Kampong…………
5
d. Kampong Asan seluas 0,295 Km2; dan
e. Lampoh Krueng seluas 0,593 Km2.
Pasal 5
Mukim Kuta Sigli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, memiliki
cakupan wilayah seluas 2,358 Km2, yang terdiri dari Gampong:
a. Blang Paseh seluas 1,356 Km2;
b. Pante Teungoh seluas 0,269 Km2;
c. Benteng seluas 0,210 Km2;
d. Blok Sawah seluas 0,433 Km2; dan
e. Kramat Dalam seluas 0,090 Km2.
Bagian Kedua
Batas Wilayah Mukim
Pasal 6
(1) Mukim Kuta Budee sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 mempunyai batas-batas wilayah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Keramat Dalam, Gampong Lampoh Krueng dan Kecamatan Pidie;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Benteng dan gampong Pante Teungoh; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Muara dan kecamatan Pidie.
(2) Mukim Kuta Asan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
mempunyai batas-batas wilayah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Kramat Luar;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Krueng Tukah dan
Kecamatan Pidie;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Blok Sawah;
dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Krueng Baro.
(3) Mukim Kuta Sigli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
mempunyai batas-batas wilayah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka;
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pidie;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simpang Tiga; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Sungai Krueng Baro.
(4) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) digambarkan dalam Peta Wilayah yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Qanun ini.
Bagian Ketiga………...
6
Bagian Ketiga
Ibu kota Pemerintahan Mukim
Pasal 7
(1) Ibu kota Pemerintahan Mukim Kuta Budee berkedudukan di Gampong Pasi Rawa;
(2) Ibu kota Pemerintahan Mukim Kuta Asan berkedudukan di Gampong Lampoh Krueng;dan
(3) Ibu kota Pemerintahan Mukim Kuta Sigli berkedudukan di
Gampong Blang Paseh.
Bagian Keempat Masjid Kemukiman
Pasal 8
Untuk menjalankan fungsi Mukim dalam Peningkatan kualitas
pelaksanaan Syari’at Islam, kehidupan beragama, kerukunan
hidup beragama dan antar umat beragama ditetapkan Masjid
Kemukiman, yaitu:
a. Masjid Babuttaqwa yang terletak di Gampong Pasi Rawa ditetapkan sebagai Masjid Kemukiman Kuta Budee;
b. Masjid Istiqamah yang terletak di Gampong Lampoh Krueng ditetapkan sebagai Masjid Kemukiman Kuta Asan;dan
c. Masjid Istiqamah yang terletak di Gampong Blang Paseh ditetapkan sebagai Masjid Kemukiman Kuta Sigli.
BAB III PEMERINTAHAN MUKIM
Bagian Kesatu Peresmian Mukim dan Penjabat Imum Mukim
Pasal 9
Peresmian Mukim Kuta Budee, Mukim Kuta Asan dan Mukim Kuta
Sigli dalam wilayah Kecamatan Kota Sigli dan pelantikan Penjabat
Imum Mukimnya dilakukan oleh Bupati paling lama 6 (enam) bulan
setelah Qanun ini diundangkan.
Bagian Kedua Pemerintahan Mukim
Pasal 10
(1) Untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan Mukim,
dipilih dan disahkan seorang Imum Mukim sesuai dengan
peraturan perundang-undangan paling lambat 2 (dua) tahun
sejak terbentuknya Mukim sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2.
(2) Sebelum…………
7
(2) Sebelum Imum Mukim definitif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terpilih, untuk pertama kalinya penjabat Imum Mukim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diangkat dari salah satu masyarakat atau tokoh masyarakat dalam wilayah
kemukimannya dengan masa jabatan paling lama 1 (satu) tahun dan dilantik oleh Bupati atas usul Camat Kecamatan
Kota Sigli.
(3) Masyarakat atau tokoh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah masyarakat atau tokoh masyarakat yang
memiliki kemampuan dan pengalaman dalam bidang Pemerintahan Mukim atau Pemerintahan Gampong memenuhi
persyaratan untuk menduduki jabatan itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Apabila dalam waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) belum terpilih dan belum dilantik Imum Mukim definitif, Bupati dapat mengangkat kembali penjabat Imum Mukim untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya paling
lama 1 (satu) tahun atau menggantinya dengan penjabat lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Bupati melakukan pembinaan, pengawasan, evaluasi, dan fasilitasi terhadap kinerja penjabat Imum Mukim dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pemilihan Imum
Mukim.
Bagian Ketiga Kewenangan Mukim
Pasal 11
Kewenangan Mukim meliputi:
a. kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Mukim
dan ketentuan adat serta adat istiadat;
b. kewenangan yang diberikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
c. kewenangan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan belum menjadi/belum dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh,
Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kecamatan;
d. kewenangan Pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kecamatan; dan
e. kewenangan pengawasan fungsi ekologi dan pengelolaan
sumber daya alam (SDA) di kemukiman;
BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 12
(1) Dengan dibentuknya Mukim Kuta Budee, Mukim Kuta Asan
dan Mukim Kuta Sigli dalam wilayah Kecamatan Kota Sigli, maka jumlah Mukim dalam Kabupaten Pidie menjadi 97 (sembilan puluh tujuh) Mukim.
(2) Harta……….
8
(2) Harta kekayaan Mukim Kuta Budee, Mukim Kuta Asan dan
Mukim Kuta Sigli adalah harta kekayaan yang telah ada, atau yang kemudian dikuasai khususnya yang berupa tanah, batang air, kuala, laut, paya, rawa-rawa menjadi ulayat Mukim
dalam masing-masing wilayahnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
BAB V
PENUTUP
Pasal 14
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Kabupaten Pidie.
Ditetapkan di : Sigli
Pada tanggal : 21 Desember 2015 M 9 Rabiul Awal 1437 H
BUPATI PIDIE,
ttd
SARJANI ABDULLAH
Diundangkan : di Sigli Pada tanggal : 21 Desember 2015 M 9 Rabiul Awal 1437 H
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PIDIE,
ttd
AMIRUDDIN
LEMBARAN KABUPATEN PIDIE TAHUN 2015 NOMOR 04
NOREG QANUN KABUPATEN PIDIE, PROVINSI ACEH, (4/2015)
9
PENJELASAN
ATAS
QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR : 4 TAHUN 2015
TENTANG
PEMBENTUKAN KEMUKIMAN DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE
I. UMUM
Mukim merupakan kesatuan masyarakat hukum yang telah mengakar secara turun temurun dalam sistem sosial budaya masyarakat Aceh dan telah mempunyai peranan yang sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan
Republik Indonesia khususnya di Aceh, sehingga keberadaan lembaga mukim perlu diperkuat eksistensinya dalam struktur Pemerintahan Aceh sesuai
dengan kedududukan dan kewenangan mukim sebagai pemerintahan adat yang dibentuk dari beberapa gabungan gampong
Qanun Kabupaten Pidie Nomor 7 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Kelurahan di Kecamatan Kota Sigli, Kecamatan Mutiara dan Mutiara Timur, belum terbentuk pemerintahan mukim yang menaungi gampong-gampong
khususnya di Kecamatan Kota Sigli, dan untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembinaan masyarakat, pelaksanaan keistimewaan Aceh, pengawasan fungsi ekologi dan sumber daya
alam pada gampong-gampong dimaksud, dipandang perlu adanya mukim di Kecamatan Kota Sigli.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh, disebutkan dalam wilayah Kabupaten/ Kota dibentuk mukim yang terdiri atas beberapa gampong, oleh karena itu
dalam Kecamatan Kota Sigli pembentukan Mukim ditetapkan dengan Qanun Kabupaten Pidie.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4 Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6 Cukup jelas
Pasal 7………..
9
10
Pasal 7
Cukup jelas Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9 Cukup jelas
Pasal 10 Cukup jelas
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN KABUPATEN PIDIE NOMOR 87
11
LAMPIRAN I : QANUN KABUPATEN PIDIE Nomor : 4 Tahun 2015
Tanggal : 21 Desember 2015 M 9 Rabiul Awal 1437 H
12
LAMPIRAN II : QANUN KABUPATEN PIDIE Nomor : 4 Tahun 2015 Tanggal : 21 Desember 2015 M
9 Rabiul Awal 1437 H
13
LAMPIRAN III : QANUN KABUPATEN PIDIE Nomor : 4 Tahun 2015
Tanggal : 21 Desember 2015 M 9 Rabiul Awal 1437 H