sahabat dalam kegelapan
DESCRIPTION
hanya sebuah cerpenTRANSCRIPT
![Page 1: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/1.jpg)
"Sahabat Dalam Kegelapan"
Namaku Davina Antherestya, umurku 16 tahun, dan sekarang aku duduk di
kelas XI SMA Negeri 09 Bandung. Orang bilang, masa-masa SMA adalah masa-masa
paling indah. Ahh! Siapa bilang? Aku tidak berpikir begitu. Masa SMA itu
membosankan, sama saja dengan waktu SMP atau SD. Entah kenapa rasanya, aku
belum pernah merasa bahagia. Padahal teman-temanku selalu menyebutku Miss Perfect,
mereka bilang aku punya segalanya, uang, kecantikan, dan kedua orang tua yang
menyayangiku. Mereka juga bilang aku ini termasuk anak yang pintar disekolah karena
selalu masuk dalam peringkat 10 besar. Ya, memang kuakui itu semua benar, tapi aku
merasa selalu kurang. Aku merasa hidupku hampa. Aku tak tahu mengapa, apakah
memang karena ada sesuatu yang belum bisa kupenuhi atau karena memang hidupku
yang terlalu sempurna?
"Dav....makan dulu yuk sayang." Suara lembut mama menyadarkan lamunanku.
"Iya ma, bentar ya." Aku menjawab panggilan mama dan langsung turun ke
bawah menuju meja makan.
"Kamu mau makan apa, sayang? Nasi goreng atau roti?"
"Mm...roti aja deh, Ma." Jawabku sambil mengambil roti yang disodorkan
mama tadi.
"Susunya jangan lupa diminum ya. Ohya, Dav, kayaknya kamu harus olahraga
pagi ini deh." Kata mama yang sontak mengagetkanku.
"Loh, kenapa, Ma?"
"Soalnya mobil yang biasanya nganter kamu tadi mogok, jadi kamu berangkat
naik sepeda dulu ya, sayang, lagipula sekolah kamu jaraknya gak terlalu jauh kan?"
"Yaah...yaudah deh, Ma, daripada Davin gak ke sekolah."
![Page 2: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/2.jpg)
*****
Akhirnya aku berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda. Sepulang
sekolah, saat aku sedang mengendarai sepedaku, tiba-tiba handphoneku berdering.
Segera, aku mengeluarkan handphone dari sakuku dan membaca sms yang baru saja
masuk itu. Ternyata itu sms dari Elsa, teman sebangkuku, karena terlalu berkonsentrasi
dengan sms dari Elsa, aku tidak melihat ada seorang gadis yang sedang menyebrang,
akibatnya sepedaku pun menabrak gadis itu.
"Aduh...!!" teriak gadis itu yang langsung terduduk diatas asapal.
"Oh my Gosh! Eh..sorry...sorry, kamu gak papa kan?" tanyaku kepada gadis itu,
tapi gadis itu hanya terdiam sambil memegangi kakinya.
"Enggak..aku gak apa-apa kok."sahut gadis itu dan kemudian gadis itupun
segera pergi.
"Hey..tunggu! Kamu gimana sih? Gak apa-apa gimana, kaki kamu tuh berdarah.
Sini aku obatin. Lagipula ini semua kan salahku, maaf ya."kataku yang menyesal atas
perbuatanku yang terlalu serius membaca sms.
"Ehhmm...gak papa kok. Ini cuma luka biasa. Ini juga bukan salah kamu kok.
Tadi aku-nya yang gak hati-hati."sahut gadis itu lantas tersenyum manis.
"Hmm...rumah kamu mana? Biar aku anter, yukk!"
"Engg...gak usah, rumah aku deket sini kok."
"Udah gak papa, anggep aja ini permohonan maaf aku ya?"
"Oke."
"Eh..oiya kita belum kenalan yah, aku Davina, nama kamu siapa??" tanyaku
berusaha untuk ramah sambil berjalan memapah gadis itu yang kakinya masih kesakitan
karena ulahku.
![Page 3: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/3.jpg)
"Aku Melody."
"Wah..nama yang bagus. Emm...Melody, aku boleh nanya sesuatu gak?"
"Boleh, mau nanya apa??"
"Kamu kenapa sih pakek kacamata item di siang hari gini? Emangnya gak
ganggu penglihatan kamu ya?". Sepertinya pertanyaanku ini menyinggungnya, karena
Melody terpekur lama sekali sampai akhirnya ia menjawab.
"Hmm...enggak kok. Lagipula pakek kacamata item atau enggak semuanya
terlihat gelap bagiku."
Aku terkesiap mendengar kata-kata Melody barusan. Apakah gadis ini buta?
"Hah? Mmm...maksud...kamu?"
"Aku buta." Kata Melody yang benar-benar membuat jantungku miris seperti
saat mama mengiris daging sapi di dapur. Aduh kok aku jadi keingetan semur daging
sapi mama yah. Ih...kok jadi ngomongin makanan sih.
"Sorry, Mel..aku gak maksud untuk..."
"Udah gak apa-apa kok, Dav." Melody hanya tersenyum pahit.
Keadaan pun hening sejenak. Setelah beberapa meter berjalan kami pun tiba di
sebuah rumah.
"Ini rumah aku. Ayo masuk, Dav!", ujar Melody yang membuyarkan
lamunanku. Aku merasa kagum dengan rumah Melody. Tenyata gadis ini adalah
seorang penjual bunga. Bagian depan rumahnya digunakan sebagai tempat kios bunga
miliknya yang bernama "Melody Florist". Di kios kecil ini terdapat berbagai jenis bunga
mulai dari bunga matahari, bunga anggrek, anyelir, dan lainnya lagi. Bagian dalamnya
adalah tempat kasir yang mungkin juga digunakan untuk ruang tamu bagi Melody. Dan
seluruh ruangan di rumah Melody ini dipenuhi bunga.
![Page 4: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/4.jpg)
"Dav..kamu baik-baik aja kan?", Melody kembali memanggilku, membuat aku
membuyarkan kekagumanku pada bunga-bunga ini.
"Eh..em..iya kok. Aku cuma kagum aja, Mel. Bunganya banyak banget ya.
Bagus bagus loh."
"Iya lah, Dav. Ini kan toko bunga."
"Emm...kamu menanam sendiri semua bunga-bunga ini?"
"Iya. Aku menanamnya di halaman belakang. Kebetulan di halaman belakang
cukup luas tempatnya. Daripada mubazir kan?" Melody tersenyum manis sambil
menarik tanganku menuju halaman belakang.
Saat aku memasuki halaman belakang milik Melody, aku terpukau dengan
semua ini. Sungguh indah sekali pemandangan di halaman belakang rumah Melody ini.
Rumahnya yang tadinya kukira sempit ternyata bagian belakangnya sangat luas. Ada
berbagai macam bunga yang indah-indah dan ini terlihat seperti taman bunga kecil.
"Wow, Mel...ini indaaah sekalii...!"
"Benarkah? Kamu bisa ambil beberapa bunga yang kamu mau kalau kamu
suka."
"Betul, Mel...boleh? Yay! Kalau begitu aku mau mawar merah ini ya buat
mamaku. Gratis nih?"
"Tentu. Sini biar aku bungkuskan ya."
"Thanks, ya Mel."
Melody sangat baik. Dia tak pernah pelit padaku. Aku juga senang bisa
berteman dengannya. Sejak saat itu setelah pulang sekolah aku sering main ke rumah
Melody. Kami pun akhirnya menjadi sahabat. Melody adalah sahabat yang baik dan
tulus. Dia tidak seperti teman-temanku yang lainnya, yang bersahabat denganku hanya
karena aku kaya, cantik dan populer. Melody berbeda, dia tulus sayang padaku. Aku
![Page 5: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/5.jpg)
senang akhirnya aku bisa mendapatkan sahabat seperti Melody, selain itu kekurangan
yang dimiliki Melody membuatku tersadar akan sesuatu. Yahh....selama ini aku selalu
merasa kekurangan. Entah apa yang kurang, mungkin aku kurang mendapat ketulusan
dari seorang sahabat seperti Melody, dan sekarang aku mendapatkannya. Tanpa
kusadari selama ini rasa kekurangan itu membuat aku kurang bersyukur kepada Tuhan.
Aku sehat, aku normal, aku bisa melihat dunia, tidak seperti Melody yang harus menjadi
gadis buta, kehilangan masa depannya, tidak bisa bersekolah. Tuhan...maafkan aku
karena selama ini aku tidak pernah bersyukur. Terimakasih Melody, kamu telah
membuatku sadar.
*****
Kebutaan yang dialami Melody, sahabatku itu, membuatku sedih. Aku ingin
Melody bisa melihat kembali. Akhirnya, akupun menanyakan hal ini pada papa. Papa
bilang Melody mungkin bisa disembuhkan dengan donor kornea, aku pun berniat
membiayai Melody untuk melakukan donor kornea, oleh karena itu pada suatu sore, aku
menanyakan persetujuan Melody tentang hal ini.
"Mel.. Aku boleh nanya sesuatu?"
"Boleh dong, Dav, mau nanya apa?"
"Emm...memang gimana sih sampai kamu bisa seperti sekarang ini?"
"Maksud kamu mataku ini?"
"Ya?"
Melody menghela napas panjang dan mulai bercerita. "Dulu, saat aku berumur 7
tahun, aku, mama, papa, dan adikku yang berumur 5 tahun pergi ke puncak
mengendarai mobil. Saat itu hujan deras sekali, jalanan puncak yang berkelok-kelok
menjadi licin. Lalu tanpa papaku sadari, ada sebuah truk, dimana pengemudinya sedang
mabuk berat, truk itu pun menghantam mobil papaku sampai masuk jurang. Saat itu
![Page 6: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/6.jpg)
terjadi aku tidak ingat apa-apa, yang aku ingat aku sudah berada di rumah sakit dan
mataku diperban karena mataku terkena pecahan kaca mobil waktu itu."
Melody menghela napas kembali dan raut wajahnnya menjadi muram. "Saat tiba
perban dibuka, aku tidak bisa melihat apa-apa. Semuanya gelap. Sejak saat itu aku buta.
Kecelakaan itu juga merenggut nyawa papa dan adikku, serta membuat mamaku
lumpuh."
Aku tertegun mendengar cerita Melody. Begitu nahas nasib keluarganya.
Sedangkan aku? Aku punya kedua orang tua yang masih hidup dan sangat sayang
padaku. Tuhan....betapa bodohnya aku selama ini tidak menyadari betapa lengkapnya
hidupku.
"Em...Mel..sorry ya aku gak bermaksud menguak luka lama kamu."
"Iya gak apa-apa kok, Dav. Aku sudah iklas menerima semua ini."
"Mel, kamu mau nggak bisa melihat lagi?"
"Tentu aja aku mau banget, Dav. Tapi itu gak mungkin kan?"
"Kenapa gak mungkin? Kamu bisa menjalani operasi cangkok kornea. Aku
sudah bicarakan ini sama papaku dan papaku bersedia menghubungi dokter kenalannya
dan mencarikan donor bagi kamu."
"Aku sudah lelah, Dav, sudah dua kali aku menjalani operasi tapi semuamya
gagal dan lagipula aku sudah tidak punya biaya."
"Enggak, Mel. Kali ini pasti berhasil. Percaya deh sama aku. Soal biaya kamu
gak usah mikirin itu. Biar aku yang urus. Mau ya? Please! Setidaknya lakukan ini demi
aku!"
"Oke. Aku akan lakukan ini demi kamu dan mamaku."
![Page 7: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/7.jpg)
*****
Setelah menerima kabar dari Melody via telepon bahwa hari itu ibunya Melody
meninggal dunia, aku segera menyetir mobil Honda Jazz Pink-ku sendiri menuju rumah
sakit dalam kecepatan tinggi. Kata Melody sebagai permintaan terakhir, ibunya Melody
meminta agar kornea matanya diberikan kepada Melody. Saat di tikungan, tiba-tiba ada
sebuah van hitam yang menabrakku. Saat itu, mobilku terperosok ke trotoar dan
menabrak pohon beringin. Dan setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
"Davina..kamu sudah sadar sayang?"
"Mama..."
"Iya...ini mama sayang. Kamu baik-baik aja kan sayang? Apanya yang sakit?"
"Ma, kenapa semua jadi gelap, Ma. Tolong nyalakan lampunya, Ma. Davina
takut gelap!"
"Gelap? Gelap apanya? Dokter, apa yang sebenarnya terjadi pada anak saya?"
"Maafkan saya, sepertinya putri ibu mengalami kebutaan."
"Apaa??? Mama....Davina gak mau buta ma...Davina takut gelap, Ma! Mama
tolong Davina!!"
*****
"Appaa?? Davina buta, Tante? Astaga! Lalu bagaimana keadaannya, tante? Apa
dia baik-baik saja? Tante, Davina kan takut dengan gelap."
"Yaah...begitulah, Mel. Davina terpaksa harus diberi obat penenang karena
daritadi dia teriak-teriak terus. Tante juga gak tahu harus gimana lagi."
"Hanya ada satu cara untuk membuat Davina sembuh, Tante."
![Page 8: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/8.jpg)
"Apa itu, Mel?"
*****
"Davina, hitungan ketiga buka matanya pelan-pelan ya!"
"Iya, Dok."
"1..2...3."
Aku membuka mataku yang baru saja 3 hari yang lalu dioperasi.
"Mama..papa..dokter."
"Iya, Dav, kamu bisa melihat kami dengan jelas?"
"Iya, aku senang sekali, Ma, Pa, Dok, kini aku bisa melihat lagi. Tapi...kemana
Melody, Ma? Dia bilang dia akan jadi orang pertama yang aku lihat."
"Melody menyerahkan ini pada mama, sayang. Surat ini tadinya berhuruf braile,
tapi telah diterjemahkan oleh Bu Anna, guru baca-tulisnya Melody"
Dear, Davina
Saat ini kamu pasti sudah bisa melihat kembali. Selamat ya,
Dav, aku turut senang meskipun aku tidak bisa menjadi orang
pertama yang kamu lihat. Sebenarnya aku ingin mengatakan suatu
kebenaran yang wajib kamu ketahui, bahwa kornea mata yang kamu
miliki saat ini milik mamaku. Maafkan aku karena aku telah
berbohong padamu, tapi aku melakukan semua ini demi kamu, dan
aku rasa memang kamu lebih membutuhkannya dibanding aku. Jadi
tolong jangan pernah kamu menyalahkan diri kamu sendiri. Aku juga
ingin memberitahumu perihal kepergianku, maafkan aku karena aku
harus pergi, aku tidak ingin merepotkanmu lagi, aku juga tidak ingin
![Page 9: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/9.jpg)
kamu selalu merasa bersalah jika bertemu denganku. Tapi aku janji,
suatu saat nanti kita pasti akan bertemu...
Sahabatmu, Melody
*****
7 tahun kemudian...
"Iya, Ma. Sekarang Davina lagi di bandara, sebentar lagi nyampek rumah kok. Udah
dulu ya, Ma.. Dah.."
Tiba-tiba, Davina menabrak seorang wanita.
"Ups..maaf ya, Mbak."
Wanita itu membuka kacamata dan topinya. Sontak Davina sangat terkejut
melihat wajah wanita itu.
"Melody...."
"TAMAT"
BIODATA PENULIS
Arina Amalia Putri, lahir di Bogor, 09 Oktober 1996. Di usianya yang
menginjak 2 tahun, Arina pindah ke Sumberan-Ambulu, Jember, Jawa Timur dan
menetap disana sampai saat ini. Arina, sedang duduk di bangku kelas X SMA Negeri
Ambulu. Cita-citanya adalah menjadi seorang dokter, oleh karena itu ia menyukai mata
pelajaran biologi dan bahasa inggris. Menulis adalah hobynya sejak kecil. Ayahnya,
sudah mengajarinya menulis sejak Arina masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak.
Arina mulai menulis tentang diary pribadinya sejak kecil, seiring dengan bertambah
usianya, kini ia mulai menulis tentang beberapa cerpen, salah satunya adalah cerpen ini.
![Page 10: Sahabat Dalam Kegelapan](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf8f48550346703b9ac587/html5/thumbnails/10.jpg)
Selain menulis, hoby lainnya adalah membaca, khususnya membaca novel, karena
Arina tidak suka membaca komik, selain membaca hoby lainnya adalah browsing
internet, tentunya Arina aktif dalam situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
Tujuan Arina menulis adalah untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya,
sedangkan motivasi dirinya menulis adalah keluarga, teman-teman, dan buku-buku
novel miliknya.