sabtu

Upload: lelrofie-al-fikri

Post on 19-Jul-2015

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sabtu, 25 Juni 2011macam-macam thoriqoh dan ajarannyaBAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Zuhhad (orang-orang yang berperilaku zuhud), nussak (orang-orang yang berusaha melakukan segala ajaran agama) atau ubbad (orang yang rajin melaksanakan ibadah). Lama kelamaan cara kehidupan rohani yang mereka tempuh, kemudian berkembang menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih murni, bahkan lebih mendalam yaitu berkehendak mencapai hakekat ketuhanan dan marifat (mengenal) kepeda Allah SWT. yang sebenar-benarnya, melalui riyadloh (laku prihatin), mujahadah (perjuangan batin yang sungguh-sungguh), mukasyafah (tersingkapnya tabir antara dirinya dan Allah), musyahadah (penyaksian terhadap keberadaan Allah) atau dengan istilah lain, laku batin yang mereka tempuh di mulai dengan takhalli yaitu mengosongkan hati dari sifat-sifat tercela, lalu tahalli yaitu menghiasi hati dengan sifat yang terpuji, lalu tajalli yaitu mendapatkan pencerahan dari Allah SWT. Tata cara kehidupan rohani tersebut kemudian tumbuh berkembang dikalangan masyarakat Muslim, yang pada akhirnya menjadi disiplin keilmuan tersendiri, yang dikenal dengan sebutan ilmu Tashawuf. Sejak munculyna Tashawuf Islam di akhir abad kedua hijriyah, sebagai kelanjutan dari gerakan golongan Zuhhad, muncullah istilah Thoriqoh yang tampilan bentuknya berbeda dan sedikit demi sedikit menunjuk pada suatu yang tertentu, yaitu sekumpulan aqidah-aqidah, akhlaq-akhlaq dan aturanaturan tertentu bagi kaum Shufi. Thoriqoh adalah salah satu amaliyah keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan, perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah paktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal thoriqoh dari generasi ke generasi sampai kita sekarang. Akhirnya muncul aliran-aliran thoriqoh yang mengambil nama dari tokohtokoh sentral aliran tersebut, seperti Qodiriyah, Rifaiyyah, Syadzaliyyah, Dasuqiyyah/Barhamiyyah, Zainiyyah, Tijaniyyah, Naqsabandiyyah, dan lain sebagainya. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN THORIQOH. Istilah Thoriqoh berasal dari kata At-Tarik yang berarti jalan, keadaan, kepada hakikat. Pengertian Thoriqoh Menurut para ahli: 1. Harun Nasution Thoriqoh adalah jalan yang harus di tempuh seorang sufi dalam tujuan sedekat mungkin dengan Tuhan. Thoriqoh kemudian mengandung arti organisasi, setiap thorikoh mempunyai Syekh, upacara rituil dan bentuk zikir sendiri. 2. Hamka Maka diantara makhluk dan Khalik itu ada perjalanan hidup yang harus`ditempuh. Inilah yang kita katakan Thoriqoh.

3. H.Abu Bakar Atjeh Thoriqoh artinya jalan, petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun-temurun sampai kepada guru-guru,sambung menyambung dan berantai. Dari pendapat di atas`dapat diambil pengertian Thoriqoh sebagai berikut : Yaitu sebagai hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti seorang murid, yang dilakukan dengan aturan/cara tertentu dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam perkembangannya thoriqoh itu kemudian digunakan sebagai nama kelompok mereka yang menjasdi pengikut bagi seseorang Syekh yang mempunyai pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri kepada Allah dan cara memberikan tuntutan dan bimbingan kepada muridnya. Macam-Macam Thoriqoh dan Ajarannya 1) Thoriqoh Naqsabandiyah Pendiri Thoriqoh Naqsabandiyah ialah Muhammad bin Bahauddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di desa Hinduwan kemudian terkenal dengan Arifan. Pendiri Thorikoh Naqsabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naksyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata Uwais ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar Abdul Khalik Al-Khujdawani yang juga murid Uwais dan menimba ilmu Tasawuf kepada ulama yang ternama kala itu, Muhammad Baba Al-Sammasi. Thoriqoh Naqsabandiyah mengajarkan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun lebih mengutamakan zikir dalam hati daripada zikir dengan lisan. Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah: Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah Meninggalkan Rukhshah Memilih hukum yang azimah Senantiasa dalam muraqabah Tetap berhadapan dengan Tuhan Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia. Menghasilkan makalah hudur (kemampuan menghadirkan Tuhan dalam hati) Menyendiri di tengah-tengah ramai serta menghiasi diri dengan hal-hal yang memberi faedah Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa. Zikir tanpa suara Mengatur nafas tanpa lali dari Allah Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam Thorikoh ini, yaitu: a. Tobat b. Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya) c. Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja) d. Taqwa e. Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT)

f. Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah) Hukum yang dijadikan pegangan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah ini juga ada enam, yaitu: a. Zikir b. Meninggalkan hawa nafsu c. Meninggalkan kesenangan duniawi d. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh e. Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT f. Mengerjakan amal kebaikan Syarat-syarat untuk menjadi pengikutnya : a. Itiqad yang benar b. Menjalankan sunnah Rasulullah c. Menjauhkan diri dari nafsu dan sifat-sifat yang tercela d. Taubat yang benar e. Menolak kezaliman f. Menunaikan segala hak orang g. Mengerjakan amal dengan syariat yang benar 2. Thoriqoh Qadariyah Pendiri Tarekat Qadiriyah adalah Syeikh Abduk Qadir Jailani, seorang ulama yang zahid, pengikut mazhab Hambali. Ia mempunyai sebuah sekolah untuk melakukan suluk dan latihan-latihan kesufian di Baghdad. Pengembangan dan penyebaran Tarekat ini didukung oleh anak-anaknya antara lain Ibrahim dan Abdul Salam. Thoriqoh Qodariyah berpengaruh luas di dunia timur. Pengaruh pendirinya ini sangat banyak meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan manaqib. Tujuan dari bacaan manaqib adalah untuk mendapatkan barkah, karena abdul Qadir jailani terkwenal dengan keramatnya. Dasar pokok ajaran Thariqoh Qadariyah yaitu: Tinggi cita-cita Menjaga kehormatan Baik pelayanan Kuat pendirian Membesarkan nikmat Tuhan 3. Thoriqoh Sadziliyah Pendiri Tarekat Sadziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orangorang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil. Pokok ajaran Thoriqoh Sadziliyah yaitu: Bertaqwa kepada Allah ditempat sunyi dan ramai Mengikutu sunnah dalam segala perbuatan dan perkataan Berpaling hati dari makhluk waktu berhadapan dan membelakang Ridho dengan pemberian Allah sedikit atau banyak Kembali kepada Allah baik senang maupun sedih. Tarekat Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan

kata lain tidak membebani syarat-syarat yang berat kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka diharuskan: a. Meninggalkan segala perbuatan maksiat. b. Memelihara segala ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain. c. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya. d. Zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin atau minimal seribu kali dalam sehari semalam dan beristighfar sebanyak seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. e. Membaca shalawat minimal seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. 4. Tarikat Rifaiyah Pendirinya Tarikat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur Al-Bathaihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafii. Dalam usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah 9 sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar. Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan bersamasama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam. 5. Tarikat Khalawatiyah Tarikat Khalawatiyah ialah suatu cabang dari tarikat Suhrawadiyah yang didirikan di Bagdad oleh Abdul Qadir Suhrawardi dan Umar Suhrawardi, yang tiap kali menamakan dirinya golongan Siddiqiyah, karena mereka menganggap dirinya berasal dari keturunan Khalifah Abu Bakar. Bidang usahanya yang terbesar terdapat di Afghanistan dan India. Memang keluarga Suhrawardi ini termasuk keluarga Sufi yang ternama. Abdul Futuh Suhrawardi terkenal dengan nama Syeikh Maqtul atau seorang tokoh sufi yang oelh kawan-kawannya diberi gelar ulama, dilahirkan di Zinjan, dekat Irak pada tahun 549 H. Suhrawardi yang lain bernama Abu Hafas Umar Suhrawardi, juga seorang tokoh sufi terbesar di Bagdad, pengarang kitab Awariful Maarif, sebuah karangan yang sangat mengagumkan dan sangat menarik perhatian Imam Ghazali, sehingga seluruh kitab itu di muat pada akhir karya Ihya Ulumuddin yang oleh tarikat Suhrawardiyah serta cabang-cabangnya dijadikan pokok pegangan dalam suluknya, dan Suhrawardani ini meninggal pada tahun 638 H . 6. Tarikat Khalidiyah Cabang Naqsabandiyah di Turkestan mengaku berasal dari tarekat Thaifuriyah dan cabang-cabang yang lain terdapat di Cina, Kazan, Turki, India, dan Jawa. Disebutkan dalam sejarah, bahwa tarekat itu didirikan oleh Bahauddin 1334 M. Dalam pada itu ada suatu cabang Naqsabandiyah di Turki, yang berdiri dalam abad ke XIX, bernama Khalidiyah. Menurut sebuah kitab dari Baharmawi Umar, dikatakan, bahwa pokok-pokok tarekat Khalidiyah Dhiyaiyah Majjiyah, diletakkan oleh Syeikh Sulaiman Zuhdi Al-Khalidi,

yang lama bertempat tinggal di Mekkah. Kitab ini berisi silsilah dan beberapa pengertian yang digunakan dalam tarekat ini, setengahnya tertulis dalam bentuk sajak dan setengahnya tertulis dalam bentuk biasa. Dalam silsilah dapat dibaca, bahwa tawassul tarekat inidimulai dengan Dhiyauddin Khalid. 7. Tarikat Sammaniyah Nama tarikat ini diambil daripada nama seorang guru tasawwuf yang masyhur, disebut Muhammad Samman, seorang guru terikat yang ternama di Madinah, pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia di antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu terikatnya itu banyak tersiar di Aceh, bisa disebut terekat sammaniyah. Ia meninggal di Madinah pada tahun 1720 M. Sejarah hidupnya dibukukan orang dengan nama Manaqib Tuan Syeikh Muhammad Samman, ditulis bersama kisah Miraj Nabi Muhammad, dalam huruf arab, disiarkan dan dibaca dalam kalangan yang sangat luas di Indonesia sebagai bacaan amalan dalam kalangan rakyat. 8. Tarikat Rifaiyah Tidak banyak kita mengetahui tentang tarekat ini, meskipun namanya terkenal di Indonesia karena tabuhan rebana, yang namanya di Aceh rapai, perkataan yang terambil dari Rifai, pendiri dan penyiar terekat ini, begitu juga dikenal orang Sumatera permainan debus, menikam diri dengan sepotong senjata tajam, yang diiringi zikir-zikir tertentu. Akhmad ibn Ali Abul Abbas, yang dianggap pencipta daripada terekat Rifaiyah itu. Ia meninggal di Umm Abidah pada 22 Jumadil Awal 578 H, sedang tanggal lahirnya diperselisihkan orang. Dalam kitab-kitab tua tulisan tangan, yang masih terdapat di sana sini di seluruh Indonesia, kita masih mendapati ajaran-ajaran Ahmad Rifai ini, meskipun gerakan ini tidak begitu kelihatan lagi hidup dalam masyarakat. Tarekat Rifaiyah ini, yang mula-mula berdiri di Irak kemudian tersiar luas ke Basrah, sampai ke Damaskus dan Istanbul di Turki. Cabang-cabangnya yang terdapat di Syiria ialah Hariyah, Sadiyah dan Sayyadiyah, dll. Terutama dalam abad yangke XIX Masehi. Cabang Sadiyah di syiria didirikan oleh Saduddin Jibawi, yang bercabang pula, masing-masing didirikan oleh dan bernama Abdus Salamiyah dan Abdul wafaiyah.

9. Tarikat Aidrusiyah Salah satu daripada tarekat yang masyhur dalam kalangan Baalawi ialah Alaidurusiyah, terutama dalam tasawuf aqidah. Hampir tiap-tiap buku tasawuf menyebut nama Al- aidrus sebagai salah seorang sufi yang ternama. Keluarga AlAhidus banyak sekali melahirkan tokoh-tokoh Sufi yang terkemuka, diantaranya, di antaranya S. Abdur Rahman Bin Mustafa AlAidus, yang pernah menjadi pembicaraan Al-Jabarti dalam sejarahnya. Al-Jabarti menerangkan, bahwa S.Abdur Rahman berlimpah-limpah ilmunya, ahli yang mempertemukan hakekat dan syariat sejak kecil ia telah menghafal AlQuran 30 jus. 10. Tarikat Al-Haddad Sayyid Abdullah bin Alwi Muhammad Al-Haddad dianggap salah seorang qutub dan arifin dalam ilmu Tasawuf. Banyak ia mengarang kitab-kitab mengenai ilmu tasawuf dalam segala bidang, dalam aqidah, tarekat, dsb. Bukan saja dalam ilmu tasawuf, tetapi juga dalam ilmu-ilmu yang lain banyak ia mengarang kitab. Kitabnya yang bernama :

Nasaihud Diniyah, sampai sekarang merupakan kitab-kitab yang dianggap penting. Muraqabah termasuk wasiat Al-Haddad yang penting. Muraqabah artinya selalu diawasi Tuhan, dan orang yang sedang melakukan suluk hendaknya selalu Muraqabah dalam gerak dan diamnya, dalam segala masa dan zaman, dalam segala perbuatan dan kehendak, dalam keadaan aman dan bahaya, di kala lahir dan di kala tersembunyi, selalu menganggap dirinya berdampingan dengan Tuhan dan diawasi oleh Tuhan. Jika beribadah itu seakan-akan dilihat Tuhan, jika ia tidak melihat Tuhan pun, niscaya Tuhan dapat melihat dia dan memperhatikan segala amal ibadahnya. Ak-Hadad mengatakan bahwa Muraqabah itu termasuk maqam dan manzal, ia termasuk maqam ihsan yang selalu dipuji-puji oleh nabi Muhammad. 11. Tarikat Tijaniyah Salah satu terekat yang terdapat di Indonesia di samping tarekat-tarekat yang lain ialah tarekat Tijaniyah. Dalam tahun beberapa rekat ini masuk ke Indonesia tidak diketahui orang-orang secara pasti, tetapi sejak tahun 1928 mulai terdengar adanya gerakan ini di Cirebon. Seorang Arab yang tinggal di Tasikmalaya, bernama Ali bin Abdullah AtTayib Al-Azhari, berasal dari Madinah, menulis sebuah kitab yang berjudul Kitab Munayatul Murid (Tasikmalaya, 1928 M), berisi beberapa petunujk mengenai hakikat ini, dan kitab itu terdapat tersebar luas di Cirebon khususnya, dan di Jawa barat umumnya. Pendirinya seorang ulama dari Algeria, bernama Abdul Abbas bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, lahir di Ain Mahdi pada tahun 1150 H, (1737-1738 M). Diceritakan bahwa dari bapaknya ia keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, sedang nama Tijani adalah dari Tijanah dari keluarga ibunya. Terekat ini mempunyai wirid yang sangat sederhana, dan wazifah yang sangat mudah. Wiridnya terdiri dari istighfar seratus kali, shalawat seratus kali, dan tahlil seratus kali. Boleh dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Di Cirebon tarekat Tijani ini pernah tersiar dengan suburnya di bawah pimpinan Kiyai Buntet dan saudaranya Kiyai Anas di desa Martapada, dekat kota Cirebon.

BAB III KESIMPULAN Tarekat adalah sebagai hasil pengalaman dari seorang sufi yang diikuti oleh para murid,

yang dilakukan dengan aturan atau cara tertentu dan bertujuan untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Dalam perkembangannya tarekat itu kemudian digunakan sebagai nama sekelompok mereka yang menjadi pengikut bagi seorang syekh yang mempunyai pengalaman tertentu dalam cara mendekatkan diri kepada Allah dan cara memberikan tuntutan dan bimbingan pada muridnya. Dalam memberi nama suatu kelompok tarekat dengan suatu ajaran tertentu dalam mendekatkan diri pada Tuhan itu dan dalam caramemberikan latihan-latihan selalu dinisbahkan kepada nama seorang syekh yang dianggap mempunyai metodhe dan pengalaman yang khusus. Di Indonesia terdapat beberapa tarekat yang telah tersebar ke beberapa daerah seperti: Naqsabandiyah, Qadiriyah, Samaniyah, Khalawatiyah, Khalidiyah, Al-Hadad, Rifaiyah, dan Aidrusiyah, dll. Diposkan oleh kependidikanislam2010 di 20:17 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: AKHLAK TASAWUF Reaksi: http://kependidikanislam2010.blogspot.com/2011/06/macam-macam-thoriqoh-danajarannya.html

Macam-Macam Thoriqoh Al Mu'tabaroh

MENGENAL THORIQOH MUTABAROH Dalam tasawwuf seringkali dikenal istilah Thoriqoh, yang berarti jalan, yakni jalan untuk mencapai Ridlo Allah. Dengan pengertian ini bisa digambarkan, adanya kemungkinan banyak jalan, sehingga sebagian sufi menyatakan, Aturuk biadadi anfasil mahluk, yang artinya jalan menuju Allah itu sebanyak nafasnya mahluk, aneka ragam dan bermacam macam. Kendati demikian orang yang hendak menempuh jalan itu haruslah berhati hati, karena dinyatakan pula, Faminha Mardudah waminha maqbulah, yang artinya dari sekian banyak jalan itu, ada yang sah dan ada yang tidak sah, ada yang diterima dan ada yang tidak diterima. Yang dalam istilah ahli Thoriqoh lazim dikenal dengan ungkapan, Mutabaroh. Wa ghoiru Mutabaroh. KH. Dzikron Abdullah menjelaskan, awalnya Thoriqoh itu dari Nabi yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi, semua Thoriqoh yang Mutabaroh itu, sanad(silsilah)-nya muttashil (bersambung) sampai kepada Nabi. Kalau suatu Thoriqoh sanadnya tidak muttashil sampai kepada Nabi bisa disebut Thoriqoh tidak (ghoiru) Mutabaroh. Barometer lain untuk menentukan ke-mutabaroh-an suatu Thoriqoh adalah pelaksanaan syariat. Dalam semua Thoriqoh Mutabaroh syariat dilaksanakan secara benar dan ketat. Diantara Thoriqoh Muktabaroh itu adalah :

Thoriqoh Syathariyah Thoriqoh Syathariyah pertama kali digagas oleh Abdullah Syathar (w.1429 M). Thoriqoh Syathariyah berkembang luas ke Tanah Suci (Mekah dan Medinah) dibawa oleh Syekh Ahmad Al-Qusyasi (w.1661/1082) dan Syekh Ibrahim al-Kurani (w.1689/1101). Dan dua ulama ini diteruskan oleh Syekh Abd al-Rauf al-Sinkili ke Nusantara, kemudian dikembangkan oleh muridnya Syekh Burhan al-Din ke Minangkabau. Thoriqoh Syathariyah sesudah Syekh Burhan al-Din, berkembang pada 4 (empat) kelompok, yaitu; Pertama silsilah yang diterima dari Imam Maulana. Kedua, silsilah yang dibuat oleh Tuan Kuning Syahril Lutan Tanjung Medan Ulakan. Ketiga, silsilah yang diterima oleh Tuanku Ali Bakri di Sikabu Ulakan. Keempat; silsilah oleh Tuanku Kuning Zubir yang ditulis dalam Kitabnya yang berjudul Syifa al-Qulub. Thoriqoh ini berkembang di Minangkabau dan sekitarnya. Untuk mendukung ke1embagaan Thoriqoh, kaum Syathariyah membuat lembaga formal berupa organisasi sosial keagamaan Jamaah Syathariyah Sumatera Barat, dengan cabang dan ranting-ranting di seluruh alam Minangkabau, bahkan di propinsi-tetangga Riau dan jambi. Bukti kuat dan kokohnya kelembagaan Thoriqoh Syathariyah dapat ditemukan wujudnya pada kegiatan ziarah bersama ke makam Syekh Burhan al-Din Ulakan. Thoriqoh Naqsyabandiyah Sementara Thoriqoh Naqsyabandiyah masuk ke Nusantara dan Minangkabau pada tahun 1850. Thoriqoh Naqsyabandiyah sudah masuk ke Minangkabau sejak abad ke 17, pintu masuknya me1alui daerah Pesisir Pariaman, kemudian terus ke Agam dan Limapuluh kota. Thoriqoh Naqsyabandiyah diperkenalkan ke wilayah ini pada paruh pertama abad ketujuh belas oleh Jamal al-Din, seorang Minangkabau yang mula-mula belajar di Pasai sebelum dia melanjukan ke Bayt alFaqih, Aden, Haramain, Mesir dan India. Naqsyabandiyah merupakan salah satu Thoriqoh sufi yang paling luas penyebarannya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural. Bermula di Bukhara pada akhir abad ke-14, Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alfi Tsani (Pembaru Milenium kedua, w. 1624). Pada akhir abad ke-18, nama ini hampir sinonim dengan Thoriqoh tersebut di seluruh Asia Selatan, wilayah Utsmaniyah, dan sebagian besar Asia Tengah. Ciri yang menonjol dari Thoriqoh

Naqsyabandiyah adalah diikutinya syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati (Sirri). Penyebaran Thoriqoh Naqsyabandiyah Khalidiyah ditunjang oleh ulama ulama Minangkabau yang menuntut ilmu di Mekah dan Medinah, mereka mendapat baiah dari Syekh Jabal Qubays di Mekah dan Syekh Muhammad Ridwan di Medinah. Misalnya, Syekh Abdurrahman di Batu Hampar Payakumbuh (w. 1899 M), Syekh Ibrahim Kumpulan Lubuk Sikaping, Syekh Khatib Ali Padang (w. 1936), dan Syekh Muhammad Said Bonjol. Mereka adalah ulama besar dan berpengaruh pada zamannya serta mempunyai anak murid mencapai ratusan ribu, yang kemudian turut menyebarkan Thoriqoh ini ke daerah asal masing masing Di Jawa Tengah Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyyah disebarkan oleh KH. Abdul Hadi Girikusumo Mranggen yang kemudian menyebar ke Popongan Klaten, KH. Arwani Amin Kudus, KH. Abdullah Salam Kajen Margoyoso Pati, KH. Hafidh Rembang. Dari dari tangan mereka yang penuh berkah, pengikut Thoriqoh ini berkembang menjadi ratusan ribu. Ajaran dasar Thoriqoh Naqsyabandiyah pada umumnya mengacu kepada empat aspek pokok yaitu: syariat, thariqat, hakikat dan marifat. Ajaran Thoriqoh Naqsyabandiyah ini pada prinsipnya adalah cara-cara atau jalan yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin merasakan nikmatnya dekat dengan Allah. Ajaran yang nampak ke permukaan dan memiliki tata aturan adalah khalwat atau suluk. Khalwat ialah mengasingkan diri dari keramaian atau ke tempat yang terpencil, guna melakukan zikir dibawah bimbingan seorang Syekh atau khalifahnya, selama waktu 10 hari atau 20 hari dan sempurnanya adalah 40 hari. Tata cara khalwat ditentukan oleh syekh antara lain; tidak boleh makan daging, ini berlaku setelah melewati masa suluk 20 hari. Begitu juga dilarang bergaul dengan suami atau istri; makan dan minumnya diatur sedemikian rupa, kalau mungkin sesedikit mungkin. Waktu dan semua pikirannya sepenuhnya diarahkan untuk berpikir yang telah ditentukan oleh syekh atau khalifah.. Thariqat Ahmadiyah Thariqat Ahmadiyah didirikan oleh Ahmad ibn Aly (al-Husainy alBadawy). Diantara nama-nama gelaran yang telah diberikan kepada beliau ialah Syihabuddin, al-Aqthab, Abu al-Fityah, Syaikh al-Arab dan al-Quthab an-Nabawy. Malah, asy-Syaikh Ahmad al-Badawy telah diberikan nama gelar (laqab) yang banyak, sampai dua puluh sembilan nama. Al-Ghautha al-Kabir, al-Quthab al-Syahir, Shahibul-Barakat walKaramat, asy-Syaikh Ahmad al-Badawy adalah seorang lelaki keturunan Rasulullah SallAllahu alaihi wa sallam, melalui Sayidina al-Husain. Sholawat Badawiyah sughro dan Kubro, adalah sholawat yang amat

dikenal masarakat Indonesia, dinisbatkan kepada waliyullah Sayid Ahmad Badawi ini, akan tetapi Tarekat badawiyah sendiri tidak berkembang secara luas di indonesia khususnya di Jawa Thoriqoh Sadziliyah Abul Hasan Ali asy-Sadzili, merupakan tokoh Thoriqoh Sadziliyah yang tidak meninggalkan karya tulis di bidang tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya ajaran lisan tasawuf, Doa, dan hizib. Ketika ditanya akan hal itu, ia menegaskan :karyaku adalah murid muridku, Asadzili mempunyai murid yang amat banyak dan kebanyakan mereka adalah ulama ulama masyhur pada zamannya, dan bahkan dikenal dan dibaca karya tulisnya hingga hari ini. Ibn Athaillah as-Sukandari adalah orang yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah Thoriqoh Sadziliyah tetap terpelihara. Ibn Athaillah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan Thoriqoh Sadziliah, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, yang menjadi rujukan bagi angkatan-angkatan setelahnya. Sebagai ajaran, Thoriqoh ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Sadzili kepada murid-muridnya: Jika kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali. Perkataan yang lainnya: Kitab Ihya Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya. Selain kedua kitab tersebut, al-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim atTarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atahillah. Thoriqoh Sadzaliah berkembang pesat di Jawa, tercatat Ponpes Mangkuyudan Solo, Kyai Umar , Simbah Kyai Dalhar Watucongol, Simbah Kyai Abdul malik Kedongparo Purwokerto, KH Muhaiminan Parakan, KH. Abdul Jalil Tulung Agung. KH . Habib Lutfi Bin Yahya, Pekalongan .Simbah KH.M.Idris, kacangan Boyolali, adalah pemuka pemuka Sadzaliah yang telah membaiat dan membina ratusan ribu bahkan jutaan murid Sadziliah. Thoriqoh Qodiriyah Thoriqoh Qodiriyah dinisbahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani. Lahir di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Riwayat hidup dan keutamaan akhlak (Manaqib)

Syech Abdul Qodir Jaelani ini, dikenal luas oleh masarakat Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan dibaca dalam acaraacara tertentu guna tabarruk dan tawassul kepada Syekh Abdul Qodir. Thoriqoh Qodiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah berkembang sejak abad ke13, Thoriqoh ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan Syekh Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, Thoriqoh Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M. Thoriqoh Qodiriyah ini dikenal luwes. Yaitu bila murid sudah mencapai derajat syekh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti Thoriqoh gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi Thoriqoh yang lain ke dalam Thoriqohnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Syekh Abdul Qadir Jaelani sendiri,Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syekh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya. Seperti halnya Thoriqoh di Timur Tengah. Sejarah Thoriqoh Qodiriyah di Indonesia juga berasal dari Makkah al-Mukarromah. Thoriqoh Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syekh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syekh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam penyebaran Thoriqoh Qodiriyah. Murid-murid Syekh Sambas yang berasal dari Jawa dan Madura, setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Thoriqoh Qodiriyah tersebut. Di Jawa Tengah Thoriqoh Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah muncul dan berkembang antara lain dari Mbah Ibrahim Brumbung Mranggen diturunkan kepada antara lain KH. Muslih pendiri Ponpes Futuhiyyah ,Mranggen. Dari Kyai Muslih ini lahir murid-murid Thoriqoh yang banyak. Dan dari tangan mereka berkembang menjadi ratusan ribu pengikut. Demikian pula halnya Simbah Kyai Siradj Solo yang mengembangkan Thoriqoh ini ke berbagai tempat melalui anak muridnya yang tersebar ke pelosok Jawa Tengah hingga mencapai puluhan ribu pengikut. Sementara di Jawa Timur, Thoriqoh ini dikembangkan oleh KH. Mustain Romli Rejoso Jombang dan Simbah Kyai Utsman yang kemudian dilanjutnya putra-putranya diantaranya KH. Asrori yang juga mempunyai murid ratusan ribu. Di Jawa Barat tepatnya di Ponpes Suryalaya Tasikmalaya juga turut andil membesarkan Thoriqoh ini sejak

mulai zaman Abah Sepuh hingga Abah Anom dan murid-muridnya yang tersebar di berbagai penjuru Jawa Barat. Thoriqoh Alawiyyah Thoriqoh Alawiyyah berbeda dengan Thoriqoh sufi lain pada umumnya. Perbedaan itu, misalnya, terletak dari praktiknya yang tidak menekankan segi-segi riyadlah (olah ruhani) yang berat, melainkan lebih menekankan pada amal, akhlak, dan beberapa wirid serta dzikir ringan. Sehingga wirid dan dzikir ini dapat dengan mudah dipraktikkan oleh siapa saja meski tanpa dibimbing oleh seorang mursyid. Ada dua wirid yang diajarkannya, yakni Wirid Al-Lathif dan Ratib Al-Haddad.serta beberapa ratib lainnya seperti Ratib Al Attas dan Alaydrus juga dapat dikatakan, bahwa Thoriqoh ini merupakan jalan tengah antara Thoriqoh Syadziliyah (yang menekankan olah hati) dan batiniah) dan Thoriqoh Al-Ghazaliyah (yang menekankan olah fisik). Thoriqoh ini berasal dari Hadhramaut, Yaman Selatan dan tersebar hingga ke berbagai negara, seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Thoriqoh ini didirikan oleh Imam Ahmad bin Isa al-Muhajirlengkapnya Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajirseorang tokoh sufi terkemuka asal Hadhramat. Al Imam Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali Baalwi, juga merupakan tokoh kunci Thoriqoh ini. Dalam perkembangannya kemudian, Thoriqoh Alawiyyah dikenal juga dengan Thoriqoh Haddadiyah, yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah al-Haddad, Attasiyah yang dinisbatkan kepada Habib Umar bin Abdulrahman Al Attas, serta Idrusiyah yang dinisbatkan kepada Habib Abdullah bin Abi Bakar Alaydrus, selaku generasi penerusnya. Sementara nama Alawiyyah berasal dari Imam Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Thoriqoh Alawiyyah, secara umum, adalah Thoriqoh yang dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih dikenal sebagai saadah atau kaum sayyid keturunan Nabi Muhammad SAWyang merupakan lapisan paling atas dalam strata masyarakat Hadhrami. Karena itu, pada masa-masa awal Thoriqoh ini didirikan, pengikut Thoriqoh Alawiyyah kebanyakan dari kaum sayyid di Hadhramaut, atau Ba Alawi.Thoriqoh ini dikenal pula sebagai Toriqotul abak wal ajdad, karena mata rantai silisilahnya turun temurun dari kakek,ayah, ke anak anak mereka, dan setelah itu diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat muslim lain dari non-Hadhrami. Di Purworejo dan sekitarnya Thoriqoh ini berkembang pesat, diikuti bukan hanya oleh para saadah melainkan juga masarakat non saadah , Sayid Dahlan Baabud, tercatat sebagai pengembang Thoriqoh ini, yang sekarang dilanjutkan oleh anak cucunya.

Umumnya, nama sebuah Thoriqoh diambil dari nama sang pendiri Thoriqoh bersangkutan, seperti Qadiriyah dari Syekh Abdul Qadir AlJailani atau Naqsyabandiyah dari Baha Uddin Naqsyaband. Tapi Thoriqoh Khalwatiyah justru diambil dari kata khalwat, yang artinya menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama ini dikarenakan seringnya Syekh Muhammad Al-Khalwati (w. 717 H), pendiri Thoriqoh Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-tempat sepi. Secara nasabiyah, Thoriqoh Khalwatiyah merupakan cabang dari Thoriqoh Az-Zahidiyah, cabang dari Al-Abhariyah, dan cabang dari AsSuhrawardiyah, yang didirikan oleh Syekh Syihabuddin Abi Hafs Umar as-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H). Thoriqoh Khalwatiyah berkembang secara luas di Mesir. Ia dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa bin Kamaluddin bin Ali al-Bakri as-Shiddiqi), seorang penyair sufi asal Damaskus, Syiria. Ia mengambil Thoriqoh tersebut dari gurunya yang bernama Syekh Abdul Latif bin Syekh Husamuddin al-Halabi. Karena pesatnya perkembangan Thoriqoh ini di Mesir, tak heran jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh para pengikutnya. Karena selain aktif menyebarkan ajaran Khalwatiyah ia juga banyak melahirkan karya sastra sufistik. Diantara karyanya yang paling terkenal adalah Tasliyat Al-Ahzan (Pelipur Duka). Thoriqoh Syattariyah Thoriqoh Syattariyah adalah aliran Thoriqoh yang pertama kali muncul di India pada abad ke 15. Thoriqoh ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar. Awalnya Thoriqoh ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, Thoriqoh ini disebut Bistamiyah. Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi, yang dianggap sebagai tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Thoriqoh Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun. Thoriqoh ini dianggap sebagai suatu Thoriqoh tersendiri yang memiliki karakteristik-karakteristik tersendiri dalam keyakinan dan praktik. Perkembangan mistik Thoriqoh ini ditujukan untuk mengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana. Penganut Thoriqoh Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling utama menurut Thoriqoh ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih)

dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan Thoriqoh ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, qanaah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah. Thoriqoh Tijaniyah Thoriqoh Tijaniyah didirikan oleh Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukhtar at-Tijani (1737-1815), salah seorang tokoh dari gerakan Neosufisme. Ciri dari gerakan ini ialah karena penolakannya terhadap sisi eksatik dan metafisis sufisme dan lebih menyukai pengalaman secara ketat ketentuan-ketentuan syariat dan berupaya sekuat tenaga untuk menyatu dengan ruh Nabi Muhammad SAW sebagai ganti untuk menyatu dengan Tuhan. At-Tijani dilahirkan pada tahun 1150/1737 di Ain Madi, bagian selatan Aljazair. Sejak umur tujuh tahun dia sudah dapat menghafal al-Quran dan giat mempelajari ilmu-ilmu keislaman lain, sehingga pada usianya yang masih muda dia sudah menjadi guru. Dia mulai bergaul dengan para sufi pada usia 21 tahun. Pada tahun 1176, dia melanjutkan belajar ke Abyad untuk beberapa tahun. Setelah itu, dia kembali ke tanah kelahirannya. Pada tahun 1181, dia meneruskan pengembaraan intelektualnya ke Tilimsan selama lima tahun. Di Indonesia, Tijaniyah ditentang keras oleh Thoriqoh-Thoriqoh lain. Gugatan keras dari kalangan ulama Thoriqoh itu dipicu oleh pernyataan bahwa para pengikut Thoriqoh Tijaniyah beserta keturunannya sampai tujuh generasi akan diperlakukan secara khusus pada hari kiamat, dan bahwa pahala yang diperoleh dari pembacaan Shalawat Fatih, sama dengan membaca seluruh al-Quran sebanyak 1000 kali. Lebih dari itu, para pengikut Thoriqoh Tijaniyah diminta untuk melepaskan afiliasinya dengan para guru Thoriqoh lain, Meski demikian, Thoriqoh ini terus berkembang, utamanya di Buntet- Cirebon dan seputar Garut (Jawa Barat), dan Jati barang brebes, Sjekh Ali Basalamah, dan kemudian dilanjutkan putranya, Sjekh Muhammad Basalamah, adalah muqaddam Tijaniah di Jatibarang yang pengajian rutinnya, dihadiri oleh puluhan ribu ummat Islam pengikut Tijaniah. Demikian pula Madura dan ujung Timur pulau Jawa, tercatat juga, sebagai pusat peredarannya. Penentangan terhadap Thoriqoh ini, mereda setelah, Jamiyyah Ahlith-Thariqah AnNahdliyyah menetapkan keputusan, Thoriqoh ini bukanlah Thoriqoh sesat, karena amalan-amalannya sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Keputusan itu diambil setelah para ulama ahli Thoriqoh memeriksa wirid dan wadzifah Thoriqoh ini. Thoriqah Sammaniyah

Thoriqah Sammaniyah didirikan oleh Syekh Muhammad Samman yang bernama asli Muhammad bin Abd al-Karim al-Samman al-Madani alQadiri al-Quraisyi dan lebih dikenal dengan panggilan Samman. Beliau lahir di Madinah 1132 H/1718 M dan berasal dari keluarga suku Quraisy. Semula ia belajar Thoriqoh Khalwatiyyah di Damaskus, lama kelamaan ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid dan ajaran teosofi lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri dengan Allah yang akhirnya disebut sebagai Thoriqoh Sammaniyah. Sehingga ada yang mengatakan bahwa Thoriqoh Sammaniyah adalah cabang dari Khalwatiyyah. Di Indonesia, Thoriqoh ini berkembang di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Sammaniyah masuk ke Indonesia pada penghujung abad 18 yang banyak mendapatkan pengikut karena popularitas Imam Samman. Sehingga manaqib Syekh Samman juga sering dibaca berikut dzikir Ratib Samman yang dibaca dengan gerakan tertentu. Di Palembang misalnya ada tiga ulama Thoriqoh yang pernah berguru langsung pada Syekh Samman, ia adalah Syekh Abd Shamad, Syekh Muhammad Muhyiddin bin Syekh Syihabuddin dan Syekh Kemas Muhammad bin Ahmad. Di Aceh juga terkenal apa yang disebut Ratib Samman yang selalu dibaca sebagai dzikir (team Al Mihrab ) .almihrab.com.Bymsyafii on Jan 23, 2009 in Mencintai RasulullahDiposkan oleh Ponpes Hidayatul Mubtadiin di 21:35 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Thoriqoh http://ponpeshidayatulmubtadiin.blogspot.com/2010/07/macam-macam-thoriqoh-almutabaroh.html

Pendiri Tarekat SyadziliyahTarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syeh Abul Hasan Asy Syadzili. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya' bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia: Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a dan Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW.[1]. Nama kecil Syeh Abul Hasan Asy Syadzili adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah Asy Syadzili. al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama Ghumarah, dekat kota Sabtah pada tahun 593 H(1197 M). menghapal al-Quran dan pergi ke Tunis ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut.[1]

[sunting] Intisari tarekat

Secara pribadi Abul Hasan asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Abul Abbas al-Mursi, kecuali hanya sebagai ajaran lisan tasawuf, doa, dan hizib. Ibn Atha'illah as- Sukandari adalah orang yang prtama menghimpun ajaranajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga kasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibn Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya. Melalui sirkulasi karya-karya Ibn Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi muridmuridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain. Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh al-Ghazali dan al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: "Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid al-Ghazali". Perkataan yang lainnya: "Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya al-Ghozali, mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya al-Makki, mewarisi anda cahaya." Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya alQusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atah'illah.

[sunting] SilsilahSanad dan Silsilah Tariqah

As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp As-Syaikh Muhammad Salih ra drp As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp As-Syaikh At-Tartusi ra drp As-Syaikh Asy-Shibli ra drp As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp As-Syaikh Daud At-Tai ra drp As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp Imam Hasan Al-Basri ra drp Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp Sayyidina Muhammad saw

Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili

As-Sayyid Asy-Syaikh Abil Hasan Asy-Syadzili bin Ali bin Abdullah bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qusay bin Yusuf bin Yusya bin Ward bin Bathaal bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Abi Muhammad bin Imam Hasan bin Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.

[sunting] Wejangan Dasar1. Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musrik kepada Alloh ta'ala 1. Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap wara' dan Istiqamah dalam menjalankan perintah Allah swt. 1. Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur. 1. Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal). 1. Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus) dan menyerah. 1. Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah. Kelima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut: Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi. Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.

Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya. Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya. Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar. Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan tareqat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkokoh oleh Ibn Atha'illah menjadi doktrin utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.

[sunting] Perkembangan TarekatSementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad arRundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita." Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid. Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang disekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibn Atha'ilah berikut: "Asma al-Latif," Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; Al-Wadud, Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.

[sunting] Demografik Para PengikutTareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat di dalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan

mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian. Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah "ketenagan" yang terpancar dari tulisantulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam di masa awal. Acuan lainnya adalah Qut al-Qulub karya al-Makki dan Ihya Ulumuddin karya al-Ghozali. Ciri "ketenangan" ini tentu sja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan caracara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar. Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim at-Tirmidzi. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini. Tidak berbeda dengan tradisi di Timur Tengah, Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaianrangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.

[sunting] Contoh Hizib Al Barr (Daratan) [sunting] Amalan-AmalanHizb al-Bahr, Hizb Nashor, Hizb Barr disamping Hizib al-Hafidzah, merupakan Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh Nabi SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada Alloh ta'ala. Sebagai contoh, Ibnu Batutah menggunakan doa-doa tersebut selama perjalananperjalanan panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, dimana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya. Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di Indonesia, juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut dipergunakan untuk meningkatkan kadar ibadah yang sebenarnya kepada Alloh ta'ala.

Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia bukan hanya merupakan mantera megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah A'zhim) dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menjamin respon supra natural dan yang terpenting adalah mendapatkan Ridho Alloh ta'ala semata. Menyangkut pemakaian hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa berlandaskan Al Qur'an dan tuntunan Rosululloh SAW, sebab murid tersebut sedang mengikuti suatu pelatihan dari sang guru untuk dapat beribadah kepada Alloh ta'ala dengan benar. Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga mengandung doktrin tingkah laku islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat.

[sunting] Pengaruh dan Cabang-Cabang Tarekat SyadziliyyahTareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di Afrika Utara, Mesir, Kenya, dan Tanzania Tengah, Sri langka, Indonesia dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di Mesir yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, alhandusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, alAzmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- Hasyimiyyah.

[sunting] Kata-Kata HikmahDi antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili: Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku, katanya " Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepadaNya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya."Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji itu milik Alloh ta'ala! Aku pesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridhoan Allah ta'ala, dan jangan duduk dimajelis kecuali majelis yang aman dari murka Allah. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada Allah. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah." Seorang wali tidak akan sampai kepada Allah selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar sendiri. Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi

tujuan dari doamu adalah untuk dapat selalu taat kepada Allah yang memiliki pemelihara dirimu. Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai macam bala' dan ni'mat yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya di dalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya dan bersyukur atas syukur yang mendalam. Sedikit amal dengan mengakui dan mensyukuri karunia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal. Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan : "Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.

[sunting] Catatan kaki1. ^ a b Ibn Abi-Qasim al-Humairi: "Jejak-jejak Wali Allah", halaman 2-4. Penerbit ERLANGGA, 2009 ISBN (13)978-979-033-319-2 Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/w/index.php? title=Tarekat_Syadziliyah&oldid=5050766" Kategori: http://id.wikipedia.org/wiki/Tarekat_Syadziliyah ENTANG THORIQOH SAZILIYYAH [1]tasawuf, Nama pendirinya yaitu Abul Hasan Ali Asy-Syazili, yang dalam sejarah keturunannya dihubungkan orang dengan keturunan dari Hasan anak Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian juga keturunan dari Sitti Fatimah anak perempuan dari Nabi Muhammad saw. Ia dilahirkan di Amman, salah satu desa kecil di Afrika dekat desa Mensiyah dimana hidup seorang wali besar sufi Abdul abbas al Marsi, seorang yang tidak asing lagi namanya dalam dunia tasawuf. Kedua desa itu terletak di daerah Maghribi. Syazili lahir kira-kira dalam tahun 573 H. Orang yang pernah bertemu dengan dia menerangkan bahwa Syazili memiliki perawakan badan yang menarik, bentuk muka yang menunjukkan keimanan dan keikhlasan, warna kulitnya yang sedang serta badannya agak panjang dengan bentuk mukanya yang agak memanjang pula. Jari-jarinya langsing seakan-akan jari2 orang Hejaz. Menurut Ibn Sibagh bentuk badannya itu menunjukkan bentuk seorang penuh dengan rahasia-rahasia hidup. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Abul Azaim, ringan lidahnya, sedap didengar ucapan-ucapannya, sehingga kalau ia berbicara maka pembicaraannya itu mempunya pengertian yang mendalam. Tatkala orang bertanya kepadanya, mengapa ia dinamakan Syazili, ia menjawab bahwa pertanyaan semacam ini pernah dikemukakan kepada Tuhan dalam fananya.Konon Tuhan mengatakan "Ya Ali Aku tidak menamakan dikau dengan nama Syazili, tetapi dengan nama Syazz yang artinya "jarang" karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepadaKu" Memang Syazili termasuk salah seorang sufi yang luar biasa, seorang tokoh sufi terbesar yang dipuja dan dipuji diantaranya oleh wali-wali kebathinan dalam kitab-kitabnya, baik karena kepribadiannya maupun karena fikiran2 dan ajaran2 nya. Hampir tak ada kitab tasawuf yang tidak menyebutkan namanya dan mempergunakan ucapan-ucapan yang penuh dengan rahasia dan hikmah untuk menguatkan sesuatu uraian atau pendirian.

Dalam menggambarkan sifat2 Syazili, Muhammad al Maghribi menerangkan, bahwa Tuhan telah menganugrahkan kepada Syazili 3 perkara yang belum pernah dicapai oleh orang-orang sebelumnya dan oleh orang-orang sesudahnya yaitu dia dan penganut2nya tertulis namanya dalam Luh Mahfuz, bahwa orang2 yang majdzub diantara golongannya kembali kepada dasar kejadian manusia yang suci dan bahwa pada qutubqutubnya berjalan abadi sampai hari kiamat. Konon ia lahir sudah diumumkan oleh beberapa ulama sufi, bahwa akan lahir di Mesir seorang yang dinamakan Muhammad, yang akan mengadakan pembukaan ilmu dan rahasia kegaiban di tempat itu yang akan masyhur dan dikenal orang dalam zamannya, akan lahir seorang pemuda yang sangat tinggi adabnya dan perilakunya, bermadzab Hanafi bernama Muhammad bin Hasan, yang pada pipi sebelah kanan terbayang cahaya yang putih seperti awan yang warna kulitnya semu putih dan pada matanya terpancar cahaya yang gilang gemilang dan ia dilahirkan sebagai anak yatim yang miskin (sebagaimana dilahirkannya Nabi Muhammad saw dalam keadaan yatim dan miskin) Memang sejak kecil Syazili telah menunjukkan sifat2 shaleh dan sufi. Ia memakai khirqah yang dianugrahkan dari dua orang gurunya yang terbesar. Seorang bernama Abu Abdullah bin Harazim dan yang seorang lagi bernama Abdullah Abdussalam ibn Masjisy, yang kedua-duanya penganut dari kholifah Abu Bakar Shiddiq dan dari Kholifah Ali bin Abi Thalib. Dari sejarah hidupnya kita ketahui, bahwa ia pada waktu kecil pergi dari tempat lahirnya ke Tunis dan sesudah belajar beberapa waktu di sana, ia pergi ke negara-negara islam sebelah timur. Diantaranya mengunjungi Mekkah dan melakukan ibadah haji beberapa kali. Kemudian dari sanalah ia bertolak ke Irak.Syazili menceritakan,"Tatkala aku masuk ke Irak pertama kali bergaul dengan Abul Fatah al Wasithi. Di arab terdapat banyak syech yang sedia mengajar. Tatkala aku minta ditunjukkan seorang guru yang berkedudukan qutub, orang mengatakan kepadaku, bahwa guru yang aku cari itu ada di negeriku sendiri. Maka kembalilah aku ke Magrib, sehingga dengan demikian aku bertemu guruku Abu Muhammad Abdussalam, yang sedang bertapa di atas puncak sebuah gunung. Aku segera mandi pada suatu mata air dibawah gunung itu dan tatkala aku keluar dari dalam telaga mata air itu, aku merasa ilmu dan amalku sudah bertambah. Aku segera mendekati gunung untuk menemui guruku itu sebagai seorang fakir yang mencari ilmu pengetahuan. Tatkala ia melihat kepadaku, ia lalu berkata,"Marhaban ya Ali !" Kemudian ia menceritakan panjang lebar tentang keturunanku sampai berhubungan dengan Rasulullah. Sedang aku mendengar dengan keheranan". Syazili dianggap sebagai seorang wali yang keramat. Diantara ceritanya mengenai persoalan ini, Syazili menerangkan bahwa di dalam sebuah mimpi pernah bertemu dengan Nabi Muhammad yang berkata kepadanya,"Hai Ali ! Pergilah engkau masuk ke negeri Mesir. Di sana engkau akan mendidik empatpuluh orang2 shiddiqin"Oleh karena pada waktu itu hari sangat panas, Syazili konon mengeluh dengan katanya "Yaa Rasulullah! Hari sangat panas dan terik", Nabi berkata "Ada awan yang akan memayungi kamu semua". Aku berkata pula "aku takut akan kehausan". Nabi menjawab " Langit akan menurunkan hujan untukmu setiap hari". Kemudian Nabi menjanjikan daku dalam perjalananku itu dengan tujuh puluh macam keramat" Pada kesempatan lain Syazili menceritakan, bahwa tatkala ia mendatangi gurunya sebagai murid, lalu gurunya mengatakan kepadanya "engkau datang kepadaku karena ingin mendapatkan ilmu dan petunjuk dalam amal? Ketahuilah bahwa engkau ini adalah salah seorang daripada guru dunia dan akhirat yang terbesar!".Syazili mengemukakan keheranannya, dan lebih2 pula ia menjadi takjub tatkala ia sesudah beberapa hari tinggal di tempat itu, ia melihat pemberian Tuhan mengenai kecerdasan yang luarbiasa yang merupakan diluar adat kebiasaan dan yang merupakan keramat khusus

baginya.Tatkala pada suatu kali ia hendak menanyakan kepada gurunya tentang Ismul A'zam dengan tiba2 seorang anak kecil datang kepadanya dan berkata dengan lancarnya "Apa engkau hendak menanyakan gurumu tentang Ismul A'zam? Tidakkah engkau ketahui bahwa engkau sendiri Ismul A'zam itu?" Sebuah tarekat yang terbentu menurut namanya "Syaziliyyah, merupakan suatu tarekat yang silsilahnya sambung menyambung sampai kepada Hasan anak Ali bin Abithalib melalui Ali bin Abi tholib sampai kepada Nabi Muhammad saw. Salah sebuah tarekat yang dikatakan termudah mengenai ilmu dan amal, mengenai ihwal dan maqam, ilham dan maqal dengan mudah dapat membawa pengikut2nya kepada jazab, mujahadah, hidayah asrar dan keramat. Tidak begitu berbeda dengan tarekat Naksyabandiah. Menurut kitab2nya tarekat Syaziliyah tidak meletakkan syarat2 yang berat kepada Syech tarekat kecuali mereka harus meninggalkan semua perbuatan maksiat, memelihara segala ibadat yang diwajibkan, melakukan ibadat sunnat semampunya, dzikir pada Tuhan sebanyak mungkin, sekurang2nya seribu x sehari semalam, istighfar 100x, sholawat pada Nabi 100x sehari semalam serta beberapa dzikir lainnya. Kitab Syaziliyah meringkaskan sebanyak 20 adab, lima sebelum mengucapkan dzikir 12 dalam mengucapkan dzikir dan 3 sesudah mengucapkan dzikir.. Salah satu pelajaran yang dinisbatkan pada Syech Syazili adalah pelajaran sholawat Annuurdzzaati,yang bunyinya,"Allahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaa sayyidinaa Muhammadinin nuuridzdzaatii was sirris saarii fii saairil asmaai washshifaati wa 'alaa aalihi wa shahbihi wasallim"artinya"Yaa Allah berikanlah rahmat, salam sejahtera dan keberkahan kepada junjungan kami, yaitu Nabi Muhammad, cahaya Dzat (Allah) dan rahasia Yang mempunyai rahasia dalam seluruh nama dan sifat" konon, sholawat ini merupakan ilham ruhi yang diterima oleh Syech Syazili dan kemudian diajarkan ke murid2 beliau, di dalam lingkup thoriqoh beliau..Tetapi setelah kurang lebih hampir 500 tahun, sholawat ini 'keluar juga dipermukaan', dengan ditulisnya sholawat ini di dalam sebuah kitab,kitab "Himpunan sholawat Nabi beserta khasiatnya" oleh Rafiudin, s. Ag dan Drs Maman A.Djaliel, Dimana di dalam kitab ini ditulis sebagian kasiatnya adalah :Shalawat ini untuk membuka rezeki dan untuk memudahkan rezeki, serta untuk pagar atau benteng badan.. Di dalam tradisi kuno pengajaran sholawat Nurdzat ini,yang sampai sekarang terus di ajarkan di beberapa thoriqoh,maka ilmu sholawt Nurdzat ini menjadi salah satu ilmu andalan yang biasanya jarang diberikan kepada murid.Sebab mengandung beberapa hal yang berbahaya seandainya ilmu ini dimiliki tidak oleh orang yang sudah sabar... Berikut ini pengalaman sebagian teman2 thoriqoh yang sudah memiliki pelajaran dari sholawat Nurdzat ini : 1. Pak Samiaji (bukan nama samaran) seorang dosen perguruan tinggi swasta di kota Malang jawa timur, adalah seorang murid sebuah thoriqoh. Beliau ini sudah mendapatkan pelajaran khusus sholawat Nurdzat. Sempat rajin dzikir dan ngaji beberapa waktu, setelah itu lama dia tidak lagi dzikir dan ngaji..bertahun2 rasa malas dan bosan melandanya. Sampai satu ketika, beliau camping dengan mahasiswa-mahasiswinya. Entah sebab apa, beliau memarahi seorang mahasiswi (bisa jadi karena mahasiswi itu tidak mentaati aturan camping yang di adakan), sebab di marahi oleh pak Samiaji, si mahasiswi sakit hati dan tidak terima atas marahnya pak Samiaji ini. Kemudian ia pulang dan memanggil kakaknya yang memang brangasan. Si kakak tanpa pikir panjang, langsung mengambil rencong (senjata orang aceh) yang disimpan dalam lemarinya, kemudian naik beca dan mendatangi pak Samiaji di lokasi camping."Mana yang namanya Samiaji !!" teriaknya"Saya " jawab pak Samiaji dengan polosnyaTanpa ba bi bu, rencong ditarik dari sarungnya dan di babatkan ke tubuh pak Samiaji.Begitu cepatnya kejadian sampai

ia tertegun dan diam saja tak bergerak...Baju yang dipakai pak Samiaji robek2 membentuk tebasan dan tusukan rencong, sementara gantian kemudian kakak si mahasiswi yang tertegun kaget dan takut tak keruan...Tubuh pak samiaji sama sekali tidak mengeluarkan darah, sobek ataupun tergores saja tidak sedikitpun...Mengetahui kejadiannya seperti itu, si kakak kemudian minta maaf pada pak Samiaji, sedangkan sampai malam hari pak Samiaji tidak bisa tertidur memikirkan kejadian siang hari itu yang sangat aneh baginya, dan kemudian ia teringat kembali masa-masa ketika ia mengaji dan mendalami ajaran tasawuf..Kemudian petunjuk Tuhan datang, ia paham bahwa kejadian tadi siang adalah peringatan Tuhan kepadanya agar ia kembali rajin bertobat, dzikir, dan beribadah kepada Allah swt.Dan kemudian sejak hari itu ia berubah menjadi lebih baik. 2. Namanya saya lupa, kakak dari temen saya, yang dulunya preman.Orang maduraJaman dia sebagai seorang preman, biasanya bekal yang dibawa adalah pisau penghabisan yang disimpan di balik celana atau bajunya.Kemudian orang ini taubat, mendekatkan diri pada Tuhan, dan oleh gurunya ia diberi pelajaran Sholawat Nurdzat.dulu berbekal pisau penghabisan, kini ia berbekal sisir obat ngganteng..he..he...Ketika ia sedang melakukan perjalanan ke tempat gurunya, untuk pengajian, tiba-tiba musuh2 lamanya mencegat dia. Apalagi yang dituju kalau tidak membunuhnya. 5 orang dengan senjata clurit yang diputar puter..menimbulkan bunyi bersuitan nyaring...Sekejap mata kemudian salah seorang dari mereka merangsek maju menyerang si kakak temen saya ini. Clurit sudah di ayunkanSontak reflek, tanpa sadar ia meluncurkan tinjunya menjemput serangan maut itu..entah apa yang terjadi, bukannya tangan yang terkena sabetan clurit, malahan clurit itu tak mampu menahan pukulan yang di beri doa sholawat Nurdzat ini...sungguh keanehan terjadi...duessss !!!...penyerang itu terpental 5 meter lebih terkena pukulan dan langsung pingsan, Sementara melihat itu, 4 temannya yang tadi takut kaget dan bergegas melarikan diri....Sementara ia masih bingung dan heran melihat kejadian itu, ia meneruskan perjalanannya ke pengajian dan semakin kuat keinginannya untuk tetap di jalan yang benar seumur hidupnya. Sebab keyakinannya kini bertambah, bahwa "Allah akan melindungi hambaNya yang bertobat" 3. Salah seorang teman saya dulunya adalah pelatih sebuah persilatan tenaga dalam pernafasan yang sudah terkenal di seluruh nusantara ini.Satu waktu di saat ia berlatih dengan murid2nya, isen saja dia sengaja tidak menggunakan pernafasan dari perguruan silatnya ini melainkan digantinya dengan membaca sholawat Nurdzat 1x..wuah...5 orang murid2nya yang menyerangnya terpental jauh melebihi dampak dari ilmu pernafasan tenaga dalam yang sebelum ini dipunyai.Agak kaget, dan setelah melihat begitu dahsyatnya ilmu doa sholawat yang dipelajarinya, setelah itu ia memutuskan untuk meninggalkan dunia persilatan dan perguruannya untuk menekuni bakti kepada Allah ta'ala. itu hanya setetes dari lautan pengalaman yang pernah ada melalui hikmah pelajaran Sholawat Nurdzat yang di nisbatkan kepada Syech Syazili Masih soal sholawat Nurdzat...dikenal di kalangan ahli thoriqoh, sholawat Nurdzat ini bertingkat tingkat pelajarannya...Adapaun hikmah yang ada dibalik masing2 tingkat ini berbeda-beda... kalau sebagian hikmah yang sebelum ini saya ceritakan adalah hikmah untuk level yang awal, berikut ini akan saya ceritakan sebagian hikmah untuk level yang di atasnya : 1. Salah satu murid sebuah thoriqoh, barulah mendapat pelajaran Dzikir pokok yaitu Laa ilaaha illalloh dan satu pelajaran tambahan yaitu sholawat Nurdzat saja.Si murid ini satu waktu berkenalan dengan saya dan kemudian timbullah pembicaraan yang panjang. Sampai beliau berkata begitu,"Pak, saya itu kepingin saya cuman satu. Yaitu kembali ke desa saya, membantu orang2 desa yang sakit dan yang

tidak punya uang, termasuk membantu mereka2 yang terkena sihir, terkena guna2,dll"Saya tidak komentar apa-apa kecuali menganggukkan kepala saja..Lha mau komentar apa wong gak tahu apa yang mesti di komentari...he..he.. Beberapa hari kemudian, dia keluar dari perusahaan tempat saya dan dia bekerja, kemudian dia pulang kembali ke desanya... Bi idzinillah, sebulan kemudian, saya bertemu dengan dia dan saya tanyakan bagaimana khabarnya ?Dia menjawab,"Waduh pak...setiap hari ada 17 orang minimal yang datang ke rumah saya. Sampai2 sebelum mereka datang, saya pasti tahu, sebab sebelum ada tamu, pastilah ada kupu2 yang masuk ke dalam rumah saya.Ya ada yang sakit lumpuh, buta, di sihir, flu berat, kanker, dan lain2nya..Alhamdulillah, dibanding yang tidak sembuh, masih banyak orang yang berhasil disembuhkan.Saya sempat heran, sebegitu hebatnya kah sholawat Nurdzat ini ? ataukah dia memiliki pelajaran lain yang sudah pernah di dapatkan? Dia menjawab" ya tidak pak, saya cuman rutin aja dzikir pokok Laa ilahaa illalloh itu, kemudian kalau ada apa2, ada orang minta disembuhkan, cukup saya bacakan sholawat Nurdzat ini" Wuih..batin saya agak kaget juga ternyata sebegitu hebatnya ilmu ini. Sebulan kemudian saya bertemu dengan beliau lagi dan saya tanyakan, gimana kabarnya? Dia tersenyum dan berkata, "Sekarang saya kembali nyopir angkot saja pak !""lho kenapa ?", tanya saya"Iya lha wong pasiennya terlalu banyak, gak sempat dzikir lagi yang tenang, gak ada waktu buat keluarga, dan bagi saya sendiri gak bisa mendalami lagi ilmu2 islam.Jadi ya sudah, saya tinggalkan, dan sekarang nyopir angkot lagi sambil mulai ngaji lagi memperdalam ilmu.." Saya tanya iseng," Buat apa memperdalam ilmu ?""Ya saya sekarang pengen mendekatkan diri pada Tuhan dengan sungguh2 dekat" Saya tersenyum dan mengangguk...Peningkatan beliau cukup pesat... 2. Ada salah seorang teman di Banyuwangi mengikuti salah sebuah thoriqoh di kota itu, kebetulan orang ini tidak memiliki kemampuan berdalil atau berbicara. Tetapi dia kepingin sekali bisa dakwah ajak2 orang ke arah kebaikan. Kemudian oleh gurunya diberikan pelajaran Sholawat Nurdzat yang level di atas biasa.Kemudian di ajarin sekalian bagaimana cara prakteknya.Setelah si murid ini menjalani ritual sholawat Nurdzat, kemudian mulailah dia dakwah dengan mengumpulkan teman2 kos2annya, ada 10 anak lebih.Kemudian ia berkata,"teman2 semuanya, saya tidak ada maksud apa2 melainkan saya pengen dakwah saja. Di sini saya memegang telur (telur yang sudah didoain paka sholawat Nurdzat) telur mentah...siapa saja yang bisa memecahkan telur ini, saya akan berguru kepada sampeyan dan bila sampeyan tidak bisa mecahkan telur ini, maka kalau mau, saya ajak mengaji agama Islam di tempat saya belajar ilmu Islam ini.Kemudian mulailah, telur itu mulai diupayakan untuk di pecah. Ada yang memalu telur itu, tetapi tidak pecah, ada yang membawa telur itu ke lantai 2 dan terus naik sampai tinggi kemudian menjatuhkannya, juga masih tidak pecah. Ada yang membantingnya dengan sekuat tenaga, masih juga tidak pecah. Kemudian ada yang pernah belajar ilmu2 kebathinan, kejawen dan dipraktekkan, masih juga tidak pecah. Akhirnya semua menyerah.Kemudian si murid yang dakwah tadi berkata "lihat, bukankah ini hanya telur biasa?", katanya sambil meremas telur itu di telapak tangannya dengan mudah sekali. Sebagian dari mereka mau mengaji mendalami Islam, sebagian dari mereka tetep saja tidak mau mendalam Islam... 3. Satu waktu 4 orang sedang melakukan perjalanan ke sebuah pengajian.Sopir satu, sebelahnya ada dan dibelakang ada 2 orang. Pulang dari pengajian, malam hari, yang 2 di belakang sudah terkantuk2. Dan sepertinya sopirnya juga agak ngantuk juga.Dalam keadaan itu, di depan tampak sebuah truk dan segera saja ia memasang gas dan bersiap menyalipnya. Persis sejajar dengang Truk itu, ternyata di depan sebuah mobil truk lain kencang dikemudikan. Logika sudah tidak memungkinkan untuk selamat, yang dibelakang hilang kantuknya dan sampai berteriak "Allohuakbar !!"Sementara yang disebelah sopir dengan tenangnya membaca sholawat

Nurdzat,Sekejap mata kemudian semua seolah tak melihat apa yang terjadi, seolah tak sadar dengan apa yang terjadi, hanya sekejap mata saja..Sepertinya tampak kilatan bunga api beradunya bodi mobil dengan bodi mobil truk...Craptt..craapp!!...Wuueeeeenggg...mereka lolos ! dari tabrakan itu, yang segera kemudian si sopir menghentikan mobilnya untuk melihat kerusakan2 apa yang terjadi pada mobil yang mereka tumpangi.Di perhatikan dengan seksama, senter di arahkan ke setiap sudut. Mulus tak ada cacat,ia menyadari, bahwa pertolongan Tuhan datang melalui doa sholawat Nurdzat...Sejak saat itu, ia yang biasanya kalau nyopir suka kebut2an, sekarang menjadi sopan di jalan dan nyopir dengan waspada dan tidak kebut2an serta ugal2an lagi..Ia sadar, ia telah diberi kesempatan kedua untuk hidup oleh Allah. Demikianlah secuplik kisah hikmah2 di balik rahasia pelajaran Sholawat Nurdzat yang pelajaran ini dinisbatkan kepada Syech Syaziliyah selaku penerima ilham ruhi pelajaran Sholawat Nurdzat ini. Semoga kisah ini bermanfaat dikutip : huttaqi.com6:16 PM | Labels: tasawuf |This entry was posted on 6:16 PM and is filed under tasawuf . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

http://dermagahati-bagas.blogspot.com/2008/05/tentang-thoriqoh-syadziliyyah.html MACAM MACAM BALA Bala Keselamatan (Inggris: Salvation Army) adalah salah satu denominasi di kalangan Gereja Protestan yang terkenal dengan pelayanan sosialnya. Mereka melaksanakan berbagai program seperti dapur umum untuk kaum miskin, rumah tumpangan, panti asuhan, rumah sakit, proyek-proyek pembangunan masyarakat, dll. Sehari-hari mereka mengenakan pakaian seragam dengan pangkat-pangkat kemiliteran, dari prajurit sampai jenderal.

SEANDAINYA PESANTREN SALAF BEBAS ROKOKPosted on 24 June 2009 by Ahmad Syafaat Oleh. Syafaat

Makruh, itulah kata yang kerap difatwakan ulama pesantren salaf ketika ditanya tentang hukum rokok. Tak heran, jika mayoritas komunitas bersarung ini akrab dengan benda berasap tersebut. Puluhan makhadz (rujukan) dari al-Quran, hadis,

Ibarah ulama salafus shalih, siap ditunjukkan bila ada kelompok yang coba mengcounter kemakruhan hukum rokok tersebut. Suatu ketika, ada muballigh bertanya pada jamaahnya, apa hukum rokok? Serempak mereka menjawab: makruh. Lalu bertanya lagi: apa arti makruh? Sebagian mereka jawab: dilakukan tidak dosa dan tinggalkan dapat pahala. Pertanyaan berikutnya: Pantaskahkah seorang panutan masyarakat tidak butuh pahala dari (meninggalkan) rokok? Pertanyaan terakhir yang disampaikan, kalau makruh itu secara harfiyah diartikan dibenci, Layakkan disebut pemuka masyarakat orang yang selalu menjalankan tindakan yang dibenci manusia (lebih-lebih dibenci Allah) secara terus-menerus. Mereka kompak menjawab: tidak layak. Saya sebagai alumni pesantren, saat mendengar ungkapan si muballigh tersebut merasa tersinggung. Namun, ketika jamaah memberi jawaban (tidak layak) secara aklamasi tersebut, menyadarkan saya betapa makna makruh secara subtantif telah dimanipulasi membolehkan sesuatu meskipun dipandang kurang ramah dari aspek sosiologis, kesehatan, dan ekonomi. Hampir setiap fatwa ulama di kawasan jazirah Arab terkait rokok, hukumnya haram. Bahkan di buku al-Arabiyyah baina Yadaika Jilid II karya M. Alus Syaikh (2005) yang banyak dipakai di Perguruan Tinggi Islam, terdapat bab khusus berjudul: Min Adlrorit Tadkhin (Diantara Bahaya Rokok) padahal termasuk buku pembelajaran bahasa Arab. Pertanyaan yang sering muncul: kenapa ulama pesantren menolak fatwa MUI yang mengharamkan rokok? Dengan nada gurau teman saya mengatakan: bagaimana mungkin mayoritas santri dan ustadznya mengharamkan rokok, padahal mereka sendiri perokok, masak rokok makan rokok, tidak mungkin lah? Sering perumus hukum tidak memahami realitas objek dari dekat, sehingga produk hukumnya ditolak oleh para ahli dan praktisi yang memang banyak tahu di bidang itu. Contoh, dulu dasi itu diharamkan sebab diduga mengandung unsur tasyabbuh (serupa/menyerupai) dengan tradisi nonmuslim. Tapi ternyata sekarang kyai pun mau pakai dasi. Baru-baru ini, ada fatwa haram Facebook. Oleh para penggunannya, fatwa ini menjadi bahan tertawaan. Kalau memang facebook haram karena mengandung madharat, mengapa radio, TV, Youtube, Search Engine semacam Google tidak difatwakan haram? Padahal memiliki kemiripan; sama-sama berpotensi memperdengarkan, mempertontonkan, dan menyebarkan prilaku asusila. Terkait fatwa makruh rokok, mengapa praktisi medis, psikolog, peneliti, sosiolog tidak diajak bicara? Perlu juga menghadirkan pengidap penyakit jantung, paru dll untuk memberikan testimoni tentang dampak rokok bagi kesehatan. Tahun 2005, saya jalanjalan di Sumenep Madura dan bertemu seorang kakek mantan perokok berat. Beliau bercerita panjang perihal keinsyafannya dari merokok. Saya pernah menderita penyakit gatal di tenggorokan, setelah disinar Rongten tampak ratusan benjolan kecil dalam tenggorokan kata kakek. Menurut dokter penyakit tersebut hanya bisa sembuh dengan berhenti merokok. Sampai setengah tahun kakek tersebut belum menghentikan kebiasaan buruknya sambil cara obat alternatif. Kesabarannya akhirnya habis, terpaksa beliau menghentikan rokok total dan akhirnya sembuh tanpa terapi obat apapun. Jangan sampai rokoklah yang menghentikan kita merokok. Artinya kalau sudah sakit parah baru kita menyadari bahaya rokok lalu berhenti merokok. Hal ini senada dengan

ungkapan Arab: haasibuu qabla an tuhaasabu (hitunglah kesalahanmu- sebelum -kesalahan kita- dihitung oleh Allah). Kadang saya merasa malu sebagai bangsa Indonesia, bahwa peringatan bahaya rokok yang tertulis besar pada kemasannya ternyata tak banyak yang menggubrisnya. Apa memang mayoritas kita buta aksara atau buta waras? Pesantren mulai dulu sampai sekarang memiliki peran penting sebagai agent of change bagi masyarakat terutama di daerah pedesaan. Pesantren sering dijadikan benteng moral dan akhlaq ummat, bahkan menjadi rujukan pola keberagamaan mereka. Rasanya kurang etis bila tradisi merokok masih merajalela di jagat pesantren. Adanya banyak kejanggalan yang terjadi kadang-kadang sebagai akibat kecanduan rokok. Bersedekah 20 ribu untuk ukuran ekonomi pas-pasan terasa berat, tapi untuk pecandu rokok 50 ribu-pun tak jadi soal. Para istri mungkin banyak kesal terhadap suaminya yang merokok, lantaran anggaran dapur suka dinomorduakan. Terutama bau mulut perokok, biasanya mengurangi gairah keintiman rumah tangga. Belum lagi, berapa waktu terbuang untuk membeli dan menikmati aroma asap rokok dalamm kondisi yang nyaman?! Saya cukup salut dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap upaya keras pondok pesantren Langitan Tuban. Sejak tahun 1990-an pesantren ini sudah melakukan lokalisasi kawasan rokok, hingga pada zona yang sangat sempit dan terbatas. Santri dan pengurus pesantren dilarang keras merokok di luar dari tempat-tempat yang diperbolehkan merokok. Menjelang tahun 2000-an lokalisasi rokok tidak hanya pada tempat, tetapi juga usia. Santri di bawah usia 25 tahun dilarang keras merokok. Hingga pada tahun 2000 ke atas, pesantren sudah bersih dari rokok. Hal yang hampir sama sedang dilakukan di pesantren Al-Falah Ploso Kediri, yakni sudah melakukan lokalisasi wilayah bebas rokok dan harapannya dua tahun ke depan sudah bisa seperti pesantren Langitan, yaitu bebas seratus persen dari rokok. Saya yakin masih ada puluhan lagi pesantren besar yang bebas rokok. Namun jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan jumlah pesantren yang mencapai puluhan ribu. Pertanyaan yang kerap muncul: seandainya semua pesantren bebas rokok, lantas bagaimana nasib ratusan ribu buruh rokok, ribuan petani tembakau dan dari mana tambahan pemasukan negara untuk mencukupi beban anggaran yang besar? Pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan pertanyaan juga: apakah dengan terancamnya nasib ribuan buruh rokok atau berkurangnya income negara, akibat berkurangnya jumlah perokok, dapat dijadikan dalih haram atau makruhnya berhenti dari merokok? Kalau dianggap banyaknya PHK buruh rokok itu sebuah kemudaratan, apakah ribuan orang mati atau sakit, akibat rokok, dianggap sebagai kemaslahatan? Berikut ini beberapa fakta yang mengharuskan kita berpikir ulang untuk mendukung legalisasi rokok. Rekomendasi WHO, 10 Oktober 1983 menyebutkan seandai nya 2/3 dari yang dibelanjakan dunia untuk membeli rokok digunakan untuk kepentingan kesehatan, niscaya bisa memenuhi kesehatan asasi manusia di muka bumi. WHO juga menyebutkan bahwa di Amerika, sekitar 346 ribu orang meninggal tiap tahun dikarenakan rokok. Fakta lain, 90% dari 660 orang yang terkena penyakit kanker di salah satu rumah sakit Sanghai Cina adalah disebabkan rokok. Prosentase kematian disebabkan rokok adalah lebih tinggi dibandingkan karena perang dan kecelakaan lalulintas. Ternyata, 20 batang rokok perhari menyebabkan berkurangnya 15%

hemoglobin, yakni zat asasi pembentuk darah merah. Di samping itu, prosentase kematian orang yang berusia 46 tahun atau lebih adalah 25 % lebih bagi perokok. Gerakan anti rokok, diharapkan datang dari kalangan pesantren, terutama salaf. Alasannya, apabila struktur atas (kyai, pengurus) menjauhi rokok, kemungkinan besar akan diikuti oleh struktur di bawahnya (santri dan masyarakat). Kalau pesantren belum bisa, paling tidak, santri baru diberikan persyaratan khusus yang membatasi mereka untuk merokok. Lebih-lebih mereka yang masih mengandalkan bekal bulanan dari orang tua/wali. Walhasil, mari diupayakan kampanye kebaikan mulai dari hal kecil dan mulai dari orang terdekat, siapa tahu inilah jalan kebaikan kita di akherat kelak, amin.

21 Vitamin untuk Meningkatkan Stamina dalam Menghafal al-QuranPosted on 27 October 2011 by Ahmad Syafaat

Oleh. Syafaat, M.Ag Belajar dan menghafal al-Quran selama ini identik dengan aktifitas para santri yang sedang bergelut dengan pelajaran ilmu-ilmu keislaman di pondok pesantren, sementara para pelajar dan mahasiswa lebih sering dikaitkan dengan aktifitas belajar ilmu-ilmu umum dan teknologi modern. Mungkin terbilang langka mahasiswa hafal al-Quran ataupun dosen hafal al-Quran. Padahal kalau mau berkaca pada sejarah ilmuan-ilmuan muslim yang fenomenal dalam bidang filsafat dan sains pada abad pertengahan Islam, kita pasti akan mendapatkan segudang contoh orang-orang yang mumpuni di bidangnya, dan mereka rata-rata hafal dan menguasai al-Quran. Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ar-Razi dll, mereka adalah sosok ilmuan yang komplit, rumus-rumus fisika, kimia, astronomi dikuasai, tafsir, hadis, fiqh juga dipahami secara mendalam. Apa rahasianya? Ternyata memang saat itu ada tradisi yang kuat bahwa hafal dan faham al-Quran itu merupakan harga mati (tidak boleh ditawar) sebelum mereka beranjak untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Hal ini tercermin dalam tulisan Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu: : : Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena ia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf

tidak akan mengajarkan hadis dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Imam Nawawi, Al Majmu,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

Dan menurut pengamatan penulis, sejumlah mahasiswa yang menghafal al-Quran ataupun yang telah hafal, memiliki tingkat kecerdasan dan kreatifitas lebih dibanding lainnya. Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, dalam acara wisuda 2008 pernah menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir peraih predikat mahasiswa terbaik selalu diraih oleh mahasiswa yang hafal al-Quran. Hal yang sama juga dibuktikan oleh keluarga Bapak Mutammimul Ula. Kesepuluh putra putrinya yang sedang menghafal al-Quran itu rata-rata menjadi pelajar dan mahasiswa terbaik di sekolah mereka masingmasing. Oleh karena itu tidak heran bila ada testimoni yang mengejutkan dari Dr. Abdul Daim al-Kaheel dari Kuwait. Beliau menulis dalam Artikel yang berjudul: Asrar al-Ilaj bi istima ila al-Quran dalam situs pribadinya: www.kaheel7.com, sebagai berikut: Bisa saya informasikan pada para pembaca yang terhormat bahwa mendengarkan ayat al-Quran secara kontinyu akan menambah kemampuan berinovasi, sebagaimana yang terjadi pada diri saya. Sebelum hafal al-Quran, saya masih ingat, saya kesulitan menulis satu kalimat dengan baik dan benar, sementara sekarang saya mampu menulis karya ilmiah hanya dalam kurun waktu satu sampai dua hari saja.

Untuk itu, kehadiran artikel ini dirasa penting untuk memotivasi dan mengarahkan mahasiwa yang belum atau sedang menghafalkan al-Quran agar mereka bergairah untuk menghafal dan harapannya, mereka kelak menjadi generasi Islam yang unggul dan mumpuni, sebagai reinkarnasi dari Al-Ghazali, Ar-Razi, Ibnu Miskawaih dll. Salah satu tahapan utama dan pertama adalah menjadikan para mahasiswa muslim mau menghafal dan memahami al-Quran. Berikut ini motivasi dan alasan-alasan ringan, realistis, praktis, tentang mengapa alQuran itu penting untuk dihafal oleh mahasiswa. 1. Otak, semangat, dan kesempatan Anda sekarang berada di masa keemasan Kalau Anda seorang mahasiswa, pasti usia Anda masih dalam kisaran 18-24 tahun. Usia tersebut masuk dalam kategori usia subur dan produktif (golden age) dalam mencari ilmu, termasuk menghafal. Terkait ini dengan usia ini, Syekh Alwi al-Haddad dalam bukunya Sabilul Iddikar (matan kitab An-Nashoih ad-diniyyah) mengatakan:

Ketika usia remaja menginjak 20 tahun dan tidak memiliki kebanggaan, maka tidak akan muncul kebanggaan lagi Ketika engkau tidak mampu menguasai masa remaja, maka engkau tidak bisa menguasainya setelah itu selama hidupnya. Dengan kata lain, hari ini bagi seorang remaja adalah miniatur kesuksesan di masa yang akan datang. Bila hari ini dalam diri seorang remaja telah tumbuh benih-benih kompetensi, integritas, kepemimpinan, etos kerja tinggi, kemungkinan besar 10 tahun atau 15 tahun yang akan datang, sudah menjadi orang sukses sesuai dengan yang dia kerjakan sekarang. 2. Bersyukurlah, tidak banyak orang yang bisa baca al-Quran Mensyukuri anugerah Allah adalah sebuah keniscayaan manusia sebagai hamba Allah. Allah memberikan anugerah kepada hambanya sesuai takaran takdir yang dibarengi dengan ikhtiar maksimal. Oleh karenanya, kadar karunia yang Allah berikan kepada hambanya berbeda-beda satu sama lain. Allah berfirman (QS. An-Nahl:71): Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, Rizki itu bisa berupa harta, anak, kesehatan, ilmu dan persaudaraan. Kalau anda hari ini kemampuan membaca ayat-ayat al-Quran dengan baik, syukuri itu sebagai bagian dari rizki Allah. Tidak banyak orang yang bisa membaca al-Quran, hanya orang pilihanlah yang diberi kemampuan itu. Nabi bersabda: Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka dia memeiliki pemahaman dalam agama Pengalaman saya (penulis) mengajar matakuliah PAI (pendidikan Agama Islam) di beberapa kampus di kota Malang, rata-rata 80% dari mereka belum bisa baca al-Quran padahal usia mereka berkisar 18-20 tahun. Belum lagi kemampuan baca al-Quran masyarakat umum non mahasiswa, tentu lebih banyak lagi. Jika kita tergolong orang yang bisa baca al-Quran, maka bersyukurlah dengan cara yang lebih produktif. Adakalanya dengan memperbanyak bacaan al-Quran, meningkatkan pemahaman kandungannya atau meneruskannya ke jenjang tahfidz (menghafalkan). Mungkin tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila kemampuan baca al-Quran yang dimiliki itu tidak diamalkan secara istiqamah. Sebagaimana pisau, ia tidak akan berarti apa-apa bila tidak digunakan untuk keperluan memotong. Allah memberikan ilmu hakikatnya bukanlah sebagai tujuan (goal) tapi semata alat (medium) untuk sampai pada tujuan. Sedang tujuan akhirnya adalah pengamalan serta pengajaran al-Quran itu sendiri.

3. Betapa banyak orang yang merindukan untuk menjadi penghafal al-Quran Saya banyak berkenalan dengan tokoh-tokoh Islam, akademisi yang ada di kota Malang. Mereka sekarang sudah jadi orang hebat, dihormati, memiliki penghasilan tinggi. Di antara mereka ada yang bercerita pada saya: mas, saya sampai sekarang ini masih mendambakan untuk bisa hafal Al-Quran, tapi pada usia setua ini apa masih bisa? Bahkan, salah seorang dosen saya di S3 UIN Maliki Malang, dengan usia di atas 50 tahun, mengatakan: saya sekarang menghafalkan al-Quran, berapapun dapatnya tidak masalah, sebab Allah menghargai proses bukan hasil. Cita-cita saya sebelum meninnggal, kalau bisa semua ayat al-Quran sudah pernah dihafal agar memori otak yang Allah ciptakan ini pernah terisi dengan file-file al-Quran. Bukankah otak atau hati yang berisi al-Quran tidak akan disiksa oleh Allah? Sebagaimana sabda Rasulullah: : () Bacalah al-Quran, jangan sekali engkau tertipu dengan mushaf yang tergantung ini, karena Allah tidak akan menyiksa hati yang berisi al-Quran (HR. Ad-Darimi) Demikian juga salah seorang pembantu rektor di Universitas Negeri Malang, secara implisit bertanya hal yang hampir sama pada saya, yaitu tentang tata cara menghafal dan menjaga al-Quran di usia dewasa. Dua tahun yang lalu, saya mengikuti acara khataman di rumah P. Asrukin (pegawai Perpustakaan UM), di sana bertemu orang sepuh dari Kepanjen Malang yang sedang menghafal al-Quran sejak usia 55 tahun, waktu itu baru bisa menghafal 25 juz. Di Pesantren Darul Quran Singosari Malang, juga pernah kedatangan santriwati berusia 50-an tahun dari daerah Tanggul kota Jember. Teman saya, seorang ibu dua anak masih menyempatkan diri setoran hafalan al-Quran seminggu sekali di Pesantren Nurul Ulum Kebonagung Malang. Mungkin mereka yang merindukan menjadi penghafal al-Quran tersebut sudah pernah mencoba tapi gagal, atau mungkin karena kesibukannya tidak sempat menghafal. Jadi, kalau hari ini Anda menghafal, berarti Anda telah melakukan sesuatu yang banyak dirindukan orang lain. Kalau mereka baru bermimpi, Anda sudah melakukannya, berbahagialah! 4. Tidak banyak orang yang punya niat dan mulai menghafal Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa kemampuan baca al-Quran yang sudah ada selama ini seharusnya ditingkatkan, sebagai ungkapan rasa syukur pada Allah. Demikian juga, bila kita hari ini sudah punya niat untuk menghafal dan sudah mulai menghafal, maka bersyukurlah, sebab tidak banyak orang yang mendeklarasikan diri untuk berkomitmen menghafal (nawaitu) dan mulai melakukannya. Rasa syukur itu semestinya dimanifestasikan secara konkrit dalam bentuk upaya maksimal meneruskan hafalan itu hingga paripurna (tuntas). Ibarat biji tanaman, setelah ditancapkan ke dalam tanah, ia harus kontinyu disiram dan dipupuk sampai tumbuh dan berkembang subur lalu berbuah.

5. Tidakkah kita malu dengan anak balita yang hafal al-Quran

Belum lama ini di situs Youtube terpampang seorang anak balita brilian yang membaca al-Quran bil ghaib. Dialah Abdurrahman Farih dari Al-Jazair (yang saat direkam baru berusia tiga tahun). Siapakah orang tua yang tidak bangga memiliki anak sesholih dan secerdas dia. Di Indonesia, orang tua yang anaknya terjaring dalam DACIL (Audisi Dai Cilik) saja bangganya bukan kepalang. Hal yang perlu menjadi catatan kita, dalam usia semuda itu si Fa