sa fitofarmasi
TRANSCRIPT
NAMA : DOBI RIDYAN DUA
NIM : 102210101075
SOAL SA FITOFARMASI
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan komprehensif. Soal dikerjakan dirumah!
1. Buatlah dan jelaskan rancangan kerja Validasi metode analisis penentuan kadar andrografolid/artemisinin (bisa dipilih) secara densitometri/spektrofotometri/KCKT (silakan dipilih)!
Jawab:
Validasi metode analisis penentuan kadar artemisinin, rancangan yang dibuat dalam penelitian adalah: Penetapan Kadar Artemisinin dalam Ekstrak Heksan Tanaman Artemisia annua L. Menggunakan metode densitometri.
Artemisinin adalah metabolit sekunder yang mempunyai potensi sebagai antimalaria. Arte-misinin yang terkandung di dalam tanaman Artemisia annua adalah suatu senyawa yang aktif sebagai obat malaria yang efektif untuk melawan strain Plasmodium yang resisten terhadap kloroquin. Validasi yang dilakukan:
a. Pembuatan larutan validasi metode
Ditimbang 104,0 mg standar Artemisinin
Dilarutkan dalam metanol sampai volume 50,0 ml
Larutan konsentrasi 2,08 mg/ml.
Dari larutan ini kemudian pada labu ukur 10,0 ml
masing-masing dipipet 6,0 ml; 5.0 ml; 4.0 ml; 3.0 ml; 2.0 ml;1.0 ml
Diencerkan sampai garis tanda hingga didapatkan larutan dengan konsentrasi berbeda.
b. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Larutan baku artemisinin dengan kadar 1,04 mg/ml ditotolkan sebanyak 20 μl
pada lempeng KLT
Mengeluasi sepanjang 15 cm dengan menggunakan larutan pengembang
heksan: etil asetat (4 : 1).
Mengeringkan dan disemprot dengan anisaldehid.
Memasukkan kedalam oven suhu 600C selama 15 menit.
Diamati spektrum serapannya pada densitometer
dengan menggunakan panjang gelombang 200 nm hingga 370 nm.
Optimasi kondisi analisis secara KLT den-sitometri dilakukan untuk mengetahui kondisi
optimum KLT densitometri yang untuk menganalisa artemisinin. Pemilihan panjang gelom-
bang adalah salah satu pengujian yang dilakukan untuk optimasi kondisi analisis secara KLT
densitometri. Dari hasil pengamatan spektrum absorbsi larutan standar artemisinin pada
daerah sinar tampak (200-370 nm) diperoleh panjang gelombang maksimum artemisinin
366nm.
c. Pengujian linearitas
Larutan baku induk artemisinin dibuat dengan melarutkan 104 mg artemisinin baku dengan pelarut methanol pada labu ukur 50 ml sehingga diperoleh kadar 2,08 mg/mL.
Memipet 6,0 ml, 5,0ml, 4,0 ml, 3,0 ml, 2,0 ml, 1,0 ml masing-masing dimasukkan pada labu ukur 10 ml lalu di encerkan dengan metanol sampai 10 ml. Sehingga masing-masing larutan memiliki kadar 1,248 mg/mL, 1,04 mg/mL, 0,832 mg/mL, 0,624 mg/mL, 0,416 mg/mL, dan
0,208 mg/mL.
Masing-masing larutan ini ditotolkan 20 μl pada lempeng KLT
dengan jarak titik penotolan 2,5 cm.
Masing-masing kadar dilakukan penotolan sebanyak 3 kali.
Dilakukan eluasi dengan eluen heksan: etil asetat (4 : 1) sepanjang 15 cm. Kemudian dikeringkan dan disemprot dengan anisaldehid lalu dipanaskan di oven pada suhu 600 C
selama 15 menit.
Diukur luas areanya pada panjang gelombang maksimum.
Dibuat kurva kalibrasi dari persamaan garis regresi linear.
Hasil kurva kalibrasi baku artemisinin
Pengujian dilakukan pada panjang gelom-bang 366nm. Diperoleh persamaan kurva
kalibrasi y = 20,26 + 1587,86x dengan koefisien korelasi r = 0,998. Syarat harga
koefisien korelasi untuk bahan aktif obat adalah ≥ 0,997 sehingga hasilnya dapat
diterima.
d. Presisi
Presisi densitometer
Larutan artemisinin baku dengan kadar 1,04 mg/mL sebanyak 20μl
ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 1 kali.
Kemudian dieluasi dengan eluen heksan: etil asetat (4:1) sepanjang 15 cm.
Dikeringkan dan disemprot dengan anisaldehid
kemudian dipanaskan di oven pada suhu 600 C selama 15 menit.
Diukur luas areanya sebanyak 6 kali pada panjang gelombang maksimum.
Presisi Penotolan
Laruran artemisinin baku dengan kadar 0,416 mg/ml sebanyak 20μl
ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 6 kali.
Kemudian dieluasi dengan eluen heksan : etil asetat (4:1) sepanjang 15 cm.
Dikeringkan dan disemprot dengan anisaldehid
kemudian dipanaskan di oven 600C selama 15 menit.
Diukur luas areanya 1 kali pada panjang gelombang maksimum.
Presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian ditetapkan secara
berulang. Presisi dinyatakan dalam simpangan baku [Standard Deviasi (SD)] dan
simpangan Baku Relatif [Relative Standard Deviasi (RSD)], hasil percobaan
simpangan baku (SD) 9,556 dan simpangan baku relatif 0,587%. Syarat untuk presisi
adalah lebih kecil dari 2%. Pada presisi penotolan dilakukan penetapan terhadap baku
pembanding dan didapatkan nilai simpangan baku (SD) 1,856 dan simpangan baku
relatif 0,268%. Jadi, nilai presisi densitometer dan presisi penotolan memenuhi syarat.
e. Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi dan kuantitasi artemisinin ditentukan dengan metode perhitungan
statistik berdasarkan kurva kalibrasi yang telah dibuat
Dari hasil perhitungan berdasarkan data yang diperoleh dari pengujian linearitas,
diketahui batas deteksi artemisinin 0,028 mg/ml dan batas kuan-titasi artemisinin
0,094 mg/mL. Data yang diperoleh untuk perhitungan LOD dan LOQ dapat diketahui
pada Tabel:
Penentuan batas deteksi dan kuantitasi di-lakukan berdasarkan data yang diperoleh
dari peng-ujian linearitas. Batas deteksi adalah batas konsen-trasi terendah yang
masih terdeteksi oleh alat densitometri. Batas kuantitasi adalah konsentrasi terendah
yang dapat dihitung secara kuantitatif yang masih dapat memenuhi criteria akurasi
dan presisi. Pada percobaan batas terendah yang masih dapat terdeteksi adalah
0,028mg/mL apabila kadar artemi-sinin lebih kecil dari 0,028mg/mL dianggap nol
karena tidak dapat terdeteksi dan batas kuantitatif yang masih dapat dihitung adalah
0,094mg/mL, jadi batas yang dapat dihitung untuk analisa secara kuantitatif terhadap
artemisinin adalah 0,094 mg/mL, jika kadar lebih kecil dari 0,094 mg/mL dianggap
nol.
f. Akurasi
Dibuat sediaan simulasi dengan mengunakan ekstrak
yang tidak mengandung senyawa artemisinin
Ditimbang ekstrak dengan seksama 50 mg sebanyak 5 kali, masing-masing dimasukkan
dalam labu ukur 10,0 ml secara kuantitatif dengan bantuan metanol dan tambahkan 3 ml
larutan baku artemisinin 2,08 mg/ml, larutan tersebut ditambah dengan metanol hingga
garis tanda.
Kemudian masing-masing larutan ditotolkan 20μl pada lempeng KLT dan dieluasi
dengan heksan: etil asetat (4:1) lalu dikeringkan, disemprot anisaldehid dan dipanaskan
dioven pada suhu 600 C selama 15 menit.
Diukur luas areanya, hasil pembacaan luas dihitung kadar-nya dengan mengunakan
persamaan regresi kurva linier dari larutan standar yang berada dalam satu lempeng KLT.
Prosen pendapatan kembali diperoleh dengan membandingkan hasil perhitungan
dengan jumlah zat yang ditotolkan.
Akurasi merupakan ukuran yang menunjuk-kan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya, dilakukan penetapan terhadap 5 sampel yang
telah masing-masing di-tambahkan artemisinin dengan sehingga konsen-trasinya
0,624mg/mL. Kemudian dihitung persen perolehan kembalinya, didapatkan kadar
rata-rata 1001,08%. Rentang kesalahan yang diijinkkan adalah 98%-102% sehingga
persen perolehan kembali yang didapat masih memenuhi persyarat-an.
KESIMPULAN : Validasi metode analisis menunjukkan linearitas yang baik dengan
koefisien korelasi 0,9998, batas deteksi untuk artemisinin 0,028mg/mL dan batas
kuantitasi 0,094mg/mL dan nilai simpangan baku relatif artemisinin memenuhi
persyaratan untuk presisi yaitu lebih kecil dari 2%. Hasil perolehan kembali untuk
artemisinin adalah 100,08 %. Berdasarkan hasil tersebut di atas maka penetapan kadar
dengan metode densitometri dapat digunakan.
2. Hiitunglah persen (%) recovery data berikut ini, apakah memenuhi syarat akurasi?
Keterangan MeanSampel 89,741Adisi 30% 94,001Adisi 45% 96,020Adisi 60% 98,004
Konsentrasi sampel rata-rata berdasarkan hasil pengukuran presisi = 68,251 ppmPersamaan regresi : y = 0,4292x + 60,007
Jawab:
% perolehan kembali = (C F – C A)
C∗A X 100 %
CF = Konsentrasi total sampel yang diperoleh dari pengukuran
CA = Konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = Konsentrasi analit yang ditambahkan
Kadar teoritis = 68,251 ppm
Regresi : y = 0,4292 x + 60,007
89,741 = 0,4292x + 60,007
X = 69,277 ppm kadar sampel
CF30% y = 0,4292 x + 60,007
94,001 = 0,4292 x + 60,007
x = 94,001−60,007
0,4292 = 79,203
% recovery adisi 30% = 79,203−69,27779,203−68,251
x 100% = 90, 632%
CF45% y = 0,4292 x + 60,007
96,020 = 0,4292 x + 60,007
x = 96,020−60,007
0,4292 = 83,907
% recovery adisi 45% = 83,907−69,27783,907−68,251
x 100% = 93,446%
CF60% y = 0,4292 x + 60,007
98,004 = 0,4292 x + 60,007
x = 98,004−60,007
0,4292 = 88,529
% recovery adisi 60% = 88,529−69,27788,529−68,251
x 100% = 96,221%
- Rata-rata % recovery = (90,632+93,446+96,221):3 = 93,433%
SD = 2,794
CV = (2,794/93,433) x 100% = 2,99
Hasil yang diperoleh yaitu nilai % recovery sebesar 93,433 % . Nilai tsb masih berada dalam rentang pada tabel penerimaan yaitu 80- 110%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian parameter akurasi metode analisis adalah AKURAT.
3. Jelaskan dan berikan contoh mengenai apa yang Anda ketahui tentang isu-isu terkait keamanan herbal baik mengenai produk maupun penggunaan! Jelaskan penyebab terjadinya hal tersebut!
Jawab:
Selama ini banyak orang memilih untuk mengkonsumsi obat herbal karena menganggap bahwa obat herbal lebih aman daripada obat sintetis. Selain itu, obat herbal minim efek samping dan dari sisi kekayaan alam Indonesia, obat herbal sangat mudah dicari. Sehingga jika dikonsumsi dalam jangka panjang tidak akan menimbulkan komplikasi dalam tubuh. Namun demikian, dalam perkembangannya sering dijumpai ketidaktepatan peracikan obat herbal karena kesalahan informasi. Juga adanya anggapan yang keliru terhadap obat herbal dan cara penggunaannya, sehingga dalam beberapa kasus menimbulkan efek samping.
Ada beberapa alasan kenapa masyarakat cenderung kembali ke obat tradisional tanaman obat:
1. Adanya kelemahan obat modern/ obat kimiaPenggunaan obat kimia sering kali menimbulkan efek samping langsung atau
terakumulasi, hal ini terjadi karena obat modern terdiri dari bahan kimia yang murni baik tunggal maupun campuran. Bahan kimia bersifat tidak organis dan murni sehingga bersifat tajam dan reaktif (mudah bereaksi) sedangkan tubuh kita bersifat organis dan kompleks, sehingga bahan kimia bukan merupakan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh. Dan juga sering kurang efektif untuk penyakit tertentu, hal ini dapat kita lihat banyak penyakit belum ditemukan obatnya, sehingga obat yang digunakan lebih banyak bersifat simptomatis dan digunakan terus menerus sesuai gejalanya.
2. Adanya Kelebihan Tanaman Obat
Harga relatif murah, karena dapat ditanam sendiri, harga akan meningkat jika diperoleh dalam bentuk kering, dan akan meningkat lagi jika diperoleh dalam bentuk hasil olahan. Dan tidak perlu bantuan tenaga medis, Apabila diagnosa sudah jelas, pengobatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan tenaga medis atau paramedis.
3. Tanaman obat sebagai obat alternatifTanaman obat sudah diterima sebagai obat alternatif dan bahkan secara resmi
dianjurkan untuk digunakan oleh praktisi di dunia kesehatan. Kesadaran terhadap kenyataan ini maka penggunaan tanaman obat mulai diterima kembali oleh masyarakat sebagai pengobatan alternatif dan cara pemeliharaan kesehatan yang alamiah dan aman.
4. Obat herbal mudah diproduksi Obat herbal dihasilkan dengan pengolahan sederhana berbagai bagian
tumbuhan, seperti akar, daun, buah, biji, bunga, kulit kayu, dan lain- lain. Pengolahan obat herbal tidak membutuhkan alat dan teknologi modern. Biasanya obat herbal diolah dengan cara direbus, ditumbuk, atau dicampur sesama bahan herbal dengan komposisi tertentu.
5. Obat Herbal Lebih Murah Obat herbal cenderung lebih murah dibanding obat kimia. Bahkan harga obat
herbal bisa jauh lebih murah jika diproduksi secara massal. Itulah beberapa alasan mengapa masyarakat lebih memilih obat herbal.
6. Obat Herbal Menghilangkan Sumber Penyakit Obat herbal bekerja secara menyeluruh. Selain menyembuhkan gejala
penyakitnya , obat herbal bekerja sampai ke sumber penyakitnya. Dengan demikian obat herbal meningkatkan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk melawan penyakit.