makalah sa

26

Click here to load reader

Upload: meliichaan1

Post on 26-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sa

TRANSCRIPT

MAKALAH

Pengaruh Pemilihan Metode Penyusutan terhadap Laba Perusahaan

diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Akuntansi

Dosen Pembimbing : Dr. H. Yuskar, SE, MA, Ak

Oleh :

MELISA ZULKARNAIN

(1210533002)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi

Universitas Andalas

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perusahaan pasti akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus dikelola dengan baik agar tujuan perusahaan tersebut bisa dicapai secara optimal. Dalam pengelolaan perusahaan dibutuhkan aset tertentu guna memperlancar kegiatan normal dari perusahaan tersebut. Salah satunya adalah aset tetap dimana nilainya cukup material dan memiliki umur manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode (PSAK 16 Revisi 2011).

Aset tetap merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan untuk kegiatan operasionalnya. Semua aset tetap yang digunakan baik yang baru diperoleh maupun yang lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aset tetap tersebut sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aset tetap yang dipergunakan lama kelamaan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena pengaruh lama kecuali tanah. Menurut konsep penandingan biaya dan pendapatan, biaya itu harus ditandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama. Karena aset tetap digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, harga perolehan aset tetap harus dialokasikan pembebanannya selama periode masa manfaatnya Oleh karena itu, aset tetap tersebut harus dilakukan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya agar dapat ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkannya pada periode tersebut.

Biaya penyusutan akan mengurangi pendapatan sehingga mempengaruhi perolehan laba yang disajikan dalam laporan laba rugi. Sedangkan akumulasi penyusutan akan mengurangi biaya perolehan aset tetap yang disajikan di dalam laporan posisi keuangan. Pemilihan metode penyusutan merupakan masalah penting, karena akan mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip prinsip yang berlaku atau kondisi aset tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan. Hal ini juga akan mempengaruhi nilai dari aset tetap tersebut.

1. 2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyusutan?

2. Apa saja yang mempengaruhi beban penyusutan?

3. Bagaimana klasifikasi metode penyusutan?

4. Bagaimana pengaruh dari pemilihan metode penyusutan terhadap laba perusahaan?

1. 3. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Menjelaskan pengertian penyusutan

2. Mengetahui klasifikasi metode penyusutan

3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi beban penyusutan

4. Mengetahui pengaruh pemilihan metode penyusutan terhadap laba perusahaan

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Pengertian Penyusutan

Penyusutan adalah alokasi jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang masa manfaat yang diestimasi, dimana jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut dikurangi dengan estimasi nilai sisa aset tersebut pada akhir masa manfaatnya (Surya 2012, 173).

Menurut Kieso dalam Suryaputri (2007), penyusutan adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan harga pokok (cost) aktiva berwujud pada beban dengan cara yang sistematik dan rasional dalam periode periode yang mengambil manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.

Dari sudut pandang finansial, penyusutan adalah salah satu sumber dana karena dapat mengurangi pajak. Penghapusan penyusutan tertinggi yang mungkin dan legal biasanya akan dilakukan oleh manajemen untuk meminimalkan pengeluaran kas untuk pajak, kecuali bila laba operasi tidak mencukupi pada periode yang kena pajak. Namun sebenarnya hal tersebut adalah suatu proses pengalokasian biaya selama beberapa periode perhitungan.

Penyusutan menunjukkan alokasi harga perolehan aset tetap yang dapat diganti, seperti gudang, mesin, peralatan, dan lain lain. Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang memenuhi kriteria kriteria berikut :

1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi

2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas

3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi

2. 2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan

Faktor faktor yang mempengaruhi penilaian penyusutan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Faktor faktor fisik

Faktor faktor fisik yang mengurangi fungsi aset tetap adalah aus karena pemakaian (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan kerusakan. Dalam keadaan seperti ini, suatu aset tidak bisa digunakan lagi untuk memberikan jasanya, sehingga harus diganti dengan aset baru.

2. Faktor faktor fungsional

Faktor faktor fungsional yang membatasi umur aset tetap antara lain:

Suatu keadaan dimana aset tidak dapat lagi memenuhi fungsinya, karena perusahaan telah beralih ke produk tertentu. Dengan demikian meskipun secara teknis aset itu masih dapat digunakan, tetapi karena tidak memenuhi kebutuhan perusahaan terpaksa diganti.

Suatu keadaan dimana aset tetap telah kehilangan manfaatnya, yang disebabkan telah terjadinya perubahan selera konsumen terhadap produk/jasa yang dihasilkan, atau karena perkembangan teknologi dengan munculnya aset sejenis yang lebih modern dan dapat dipakai dengan ekonomis.

Untuk menentukan taksiran umur kegunaan suatu aset tetap, kedua faktor di atas harus dipertimbangkan. Tetapi selain faktor faktor tersebut, taksiran umur aset tetap juga dipegaruhi oleh rencana reparasi dan pemeliharaan. Bila rencana reparasi dan pemeliharaan itu disusun dengan biaya yang minimum, maka diharapkan aset tetap akan mempunyai umur yang lebih pendek dibandingkan jika rencana reparasi dan pemeliharaan tidak minimum.

Dalam menentukan besarnya alokasi penyusutan, ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan.

a. Harga perolehan

Harga perolehan suatu aset tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan

perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan dalam kegiatan operasioanl perusahaan. Biaya perolehan aset tetap meliputi:

Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;

biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;

estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Biaya perolehan aset tetap setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya. Jika pembayaran suatu aset tetap itu ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman. Harga perolehan aset ini dikurangi nilai residual yang diperkirakan, jika ada, adalah harga perolehan yang dapat disusutkan atau dasar penyusutan, yaitu harga perolehan aset yang dibebankan ke pendapatan masa depan.

b. Nilai residu atau nilai sisa

Nilai residu atau nilai sisa aset tetap adalah jumlah yang diperkirakan dapat terealisasi ketika aset tetap tersebut tidak digunakan lagi. Hal ini bergantung pada kebijakan penghentian penggunaan yang diterapkan perusahaan dan kondisis pasar serta faktor faktor lainnya. Ditinjau dari sudut pandang teoritis, adanya estimasi nilai residu harus dikurangkan dari harga perolehan untuk mendapatkan harga perolehan aset yang akan dialokasikan.

c. Masa atau umur manfaat

Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas terutama melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti keusangan teknis, keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset tersebut. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset:

ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset;

ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur);

keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan

pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa.

d. Jumlah biaya yang dapat disusutkan/jumlah tersusutkan (asets depreciable cost)

Jumlah tersusutkan merupakan selisih antara biaya perolehan aset tetap dengan nilai residunya. Jumlah ini kemudian akan dialokasikan secara sistematis sebagai beban penyusutan. Dalam praktik, nilai residu aset terkadang tidak signifikan sehingga tidak material dalam penghitungan jumlah tersusutkan.

e. Jumlah tercatat/nilai buku (book value)

Nilai buku adalah selisih antara biaya perolehan dengan akumulasi penyusutan.

2. 3. Metode Penyusutan

Metode penyusutan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tetap tersebut. Metode penyusutan yang digunakan untuk aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tetap tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Metode penyusutan yang digunakan dalam aset tetap tertentu merupakan suatu hasil pertimbangan dan harus diseleksi agar dapat mendekati pola penggunaan yang telah diperkirakan atas aset tetap yang bersangkutan. Penggunaan metode penyusutan harus konsisten selama masa manfaat aset tetap tersebut, sehingga laporan keuangan dapat diperbandingkan.

Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya, yaitu

1) Metode Garis Lurus

Penyusutan menggunakan metode garis lurus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dalam jumlah yang sama besar selama estimasi masa manfaatnya (Surya, 2012: 174). Metode garis lurus didasarkan pada asumsi bahwa penyusutan lebih merupakan fungsi waktu daripada fungsi penggunaan. Keusangan dan keausan yang terjadi sepanjang waktu dianggap sebagai faktor faktor penentu dalam penurunan kemampuan aset tetap. Perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus didasarkan pada anggapan anggapan berikut ini :

Kegunaan ekonomis dari suatu aset akan menurun secara proporsional setiap periode

Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap tiap periode jumlahnya relatif tetap

Kegunaan ekonomis berkurang karena berlalunya waktu

Penggunaan (kapasitas) aset tiap tiap periode relatif tetap

Metode penyusutan garis lurus merupakan prosedur yang digunakan secara luas. Metode ini mudah dipahami dan sering kali sejalan dengan penggunaan aset. Karena kesederhanaannya, metode ini memiliki keuntungan, yaitu

Mudah digunakan dalam praktek

Lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan

Namun, metode garis lurus juga memiliki kelemahan, yaitu :

Beban pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode

Manfaat ekonomis aset setiap tahun sama

Beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan

Laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian yang sesungguhnya dari umur manfaat aset tersebut (dalam matching principle, beban penyusutan harus proporsional pada pendapatan)

Beban penyusutan dapat dihitung dengan mengalikan tarif penyusutan dengan dasar penyusutan. Dimana dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan aset dikurangi dengan nilai sisanya. Secara matematis beban penyusutan dapat dihitung sebagai berikut:

Beban Penyusutan= Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Tarif Penyusutan= x 100%

Dasar Penyusutan=Biaya Perolehan Nilai Sisa

2) Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun membebankan penyusutan dengan menggunakan tarif dua kali tarif garis lurus atas dasar penyusutan aset. Dasar penyusutan yang digunakan adalah nilai tercatat aset tersebut tanpa dikurangi dengan nilai residunya. Tetapi, aset tersebut tidak boleh disusutkan di bawah nilai residunya. Metode saldo menurun dikenal juga dengan sebutan metode saldo menurun ganda (double declining balance method) (Surya, 2012:175). Tarif yang digunakan sama dari tahun ke tahun, tetapi penurunan nilai buku aset yang bersangkutan menurun setiap tahunnya.

Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan pada tahun tahun awal akan lebih besar dibandingkan dengan tahun tahun akhir. Hal ini dikarenakan metode saldo menurun didasarkan pada teori bahwa aset yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien dibandingkan dengan aset yang lebih tua. Jika menggunakan metode ini, diharapkan jumlah beban penyusutan, biaya reparasi dan pemeliharaan dari tahun ke tahun akan relatif stabil, karena jika penyusutannya besar maka biaya reparasi dan pemeliharaannya kecil (dalam tahun awal), dan sebaliknya dalam tahun tahun akhir, beban penyusutannya kecil sedangkan biaya reparasi dan pemeliharaannya menjadi relatif besar. Metode saldo menurun dapat dinilai sebagai pendekatan untuk alokasi harga perolehan aset bila manfaat tahunan yang dihasilkan oleh aset menurun sejalan dengan pertambahan umurnya.

Faktor - faktor lain yang mendorong digunakannya metode penyusutan saldo menurun meliputi:

Antisipasi kontribusi yang besar dalam periode periode awal sementara kontribusi yang akan direalisasikan dalam periode berikutnya tidak begitu pasti

Kemungkinan adanya ketidaktepatan dan keusangan yang dapat mengakibatkan penghentian penggunaan yang terlalu cepat atas aset yang bersangkutan

3) Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun menghitung beban penyusutan suatu tahun berdasarkan tarif yang diperoleh dengan membagi sisa masa manfaat aset tersebut dalam tahun (angka pembilang) dengan jumlah angka tahun (angka penyebut) (Surya, 2012:176).

Metode jumlah angka tahun memiliki konsep yang sama dengan metode penyusutan saldo menurun. Metode ini juga merupakan metode penyusutan yang dipercepat dengan pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan.

4) Metode Jam Jasa

Metode jam jasa membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah jam yang digunakan oleh suatu aset dalam memberikan jasa dalam rangka operasi perusahaan selama periode tersebut (Surya, 2012:177).

Tarif penyusutan per jam diperoleh dari jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dibagi dengan estimasi masa manfaat aset tersebut dalam jam. Secara sistematis, tarif penyusutan pe jam dapat dihitung dengan rumus:

Tarif Penyusutan=

Kelemahan dari metode jam jasa adalah ketika kapasitas produksi dari perusahaan berkurang karena adanya pesaing baru yang mungkin lebih efisien dan efektif, sehingga cepat atau lambat perusahaan dipaksa untuk mengakui kelemahan dari kapasitas produksinya. Selain itu metode jam jasa mengakui beban penyusutan berdasarkan unit produksi, sehingga beban penyusutan yang diakui menjadi kecil pada saat produksi yang dihasilkan sedikit, yang selanjutnya akan menyebabkan overstatement terhadap laba yang dilaporkan oleh perusahaan.

5) Metode Jumlah Unit Produksi

Metode jumlah unit produksi membebankan penyusutan untuk suatu periode berdasarkan jumlah unit yang diproduksi oleh suatu aset dalam operasi perusahaan selama periode tersebut (Surya, 2012:178).

Tarif penyusutan per unit diperoleh denga cara membagi jumlah yang dapat disusutkan dengan estimasi total unit yang dapat diproduksi selama masa manfaat aset tersebut. Secara matematis, tarif penyusutan per unit dapat dihitung dengan rumus sebagi berikut:

Tarif Penyusutan=

2. 4. Pengaruh Pemilihan Metode Penyusutan Terhadap Laba Perusahaan

Secara historis, praktek akuntansi lebih menyukai metode penyusutan garis lurus karena akan memperbesar laba perusahaan yang disajikan dalam laporan laba rugi. Akan tetapi karena begitu banyaknya jenis aset kehilangan lebih banyak nilainya pada tahun tahun awal, dan juga diperbolehkannya penghapusan yang lebih cepat yang memberikan motivasi untuk mengurangi pajak penghasilan sekarang, maka beberapa metode penyusutan dipercepat terus berkembang.

Berikut ini akan disajikan suatu ilustrasi perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan tiga metode penyusutan yaitu, metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah angka tahun. Dengan menggunakan asumsi harga perolehan aset tetap adalah Rp. 22,500,000. Nilai sisa dari aset tetap adalah Rp. 2,500,000. Estimasi umur manfaat yang digunakan adalah 5 tahun.

1. Penyusutan Aset Tetap Meggunakan Metode Garis Lurus

Tarif Penyusutan=

=20% per tahun

Dasar Penyusutan=22.500.000 2.500.000

=20.000.000

Beban Penyusutan=20% x 20.000.000

=4000.000 per tahun

2. Penyusutan Aset Tetap Menggunakan Metode Saldo Menurun

Tarif Penyusutan=2 x 20%

=40%

Tabel Penyusutan Metode Saldo Menurun

Tahun

Dasar Penyusutan

Tarif

Beban Penyusutan

Akml. Penyusutan

Nilai Buku

0

22.500.000

1

22.500.000

40%

9.000.000

9.000.000

13.500.000

2

13.500.000

40%

5.400.000

14.400.000

8.100.000

3

8.100.000

40%

3.240.000

17.640.000

4.860.000

4

4.860.000

40%

1.944.000

19.584.000

2.916.000

5

2.916.000

416.000

2.500.000

3. Penyusutan Aset Tetap Menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun

Jumlah Angka Tahun=

=15

Tabel Penyusutan Metode Jumlah Angka Tahun

Tahun

Dasar Penyusutan

Tarif

Beban Penyusutan

Akml. Penyusutan

Nilai Buku

0

22.500.000

1

20.000.000

5/15

6.666.666,67

6.666.666,67

15.833.333,33

2

20.000.000

4/15

5.333.333,33

12.000.000

10.500.000

3

20.000.000

3/15

4.000.000

16.000.000

6.500.000

4

20.000.000

2/15

2.666.666,67

18.666.666,67

3.8333.333,33

5

20.000.000

1/15

1.333.333,33

20.000.000

2.500.000

Dapat dilihat pada metode saldo menurun dan jumlah angka tahun, jumlah beban penyusutan berkurang seiring bertambahnya umur manfaat aset tersebut.

Perbandingan Metode Penyusutan yang Berpengaruh terhadap Laba Perusahaan

Asumsinya adalah penjualan dan komponen perhitungan harga pokok penjualan nilainya tetap.

Garis Lurus

Tahun ke 1

Saldo Menurun

Tahun ke 1

Jumlah Angka Tahun

Tahun ke 1

Penjualan

50.000.000

50.000.000

50.000.000

Bahan Baku

(10.000.000)

(10.000.000)

(10.000.000)

Tenaga Kerja Langsung

(10.000.000)

(10.000.000)

(10.000.000)

Beban Overhead :

Tenaga Kerja Tak Langsung

(5.000.000)

(5.000.000)

(5.000.000)

Penyusutan

(4.000.000)

(9.000.000)

(6.666.666,67)

Lain lain

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

Total HPP

31.000.000

36.000.000

33.666.666,67

Laba Kotor

19.000.000

14.000.000

16.333.333

Garis Lurus

Tahun ke 2

Saldo Menurun

Tahun ke 2

Jumlah Angka Tahun

Tahun ke 2

Penjualan

50.000.000

50.000.000

50.000.000

Bahan Baku

(10.000.000)

(10.000.000)

(10.000.000)

Tenaga Kerja Langsung

(10.000.000)

(10.000.000)

(10.000.000)

Beban Overhead :

Tenaga Kerja Tak Langsung

(5.000.000)

(5.000.000)

(5.000.000)

Penyusutan

(4.000.000)

(5.400.000)

(5.333.333)

Lain lain

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

Total HPP

31.000.000

32.400.000

32.333.333

Laba Kotor

19.000.000

17.600.000

17.666.666

Garis Lurus

Tahun ke 3

Saldo Menurun

Tahun ke 3

Jumlah Angka Tahun

Tahun ke 3

Penjualan

50.000.000

50.000.000

50.000.000

Bahan Baku

(10.000.000)

(10.000.000)

(10.000.000)

Tenaga Kerja Langsung

(10.000.000)

(10.000.000)

(10.000.000)

Beban Overhead :

Tenaga Kerja Tak Langsung

(5.000.000)

(5.000.000)

(5.000.000)

Penyusutan

(4.000.000)

(3.240.000)

(4.000.000)

Lain lain

(2.000.000)

(2.000.000)

(2.000.000)

Total HPP

31.000.000

30.240.000

31.000.000

Laba Kotor

19.000.000

19.760.000

19.000.000

Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa jika menggunakan metode garis lurus, laba perusahaan konstan tiap tahunnya. Namun, apabila menggunakan metode saldo menurun maupun jumlah angka tahun, laba perusahaan tidak sama tiap tahunnya. Hal ini karena alokasi beban penyusutan tiap tahun berbeda. Beban penyusutan tahun tahun awal pada metode saldo menurun dan jumlah angka tahun lebih besar, sehingga laba yang diperoleh lebih rendah jika dibandingkan menggunakan metode garis lurus. Sebaliknya, pada tahun tahun akhir, beban penyusutan akan semakin rendah, sehingga laba yang dihasilkan lebih besar. Jadi perusahaan bisa memilih metode penyusutan untuk kepentingan perolehan laba maupun untuk kepentingan pajak. Apabila laba yang dihasilkan besar, maka pajak yang dibayarkan juga akan besar. Namun jika laba perusahaan kecil, maka pajaknya juga akan kecil.

BAB III

PENUTUP

3. 1. Kesimpulan

Aset tetap digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasionalnya dalam menghasilkan pendapatan. Berdasarkan konsep penandingan biaya dan pendapatan, aset tetap yang menghasilkan pendapatan harus ditandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Aset tetap akan mengalami penyusutan selama masa manfaatnya. Faktor faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan beban penyusutan adalah biaya perolehan, umur manfaat, nilai residu, jumlah tersusutkan, dan nilai buku dari aset tersebut.

Dalam menghitung beban penyusutan terdapat beberapa metode, yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun, metode jumlah angka tahun, metode jumlah jam jasa, dan metode jumlah unit produksi. Pemilihan metode yang tepat sangat penting, karena beban penyusutan akan mempengaruhi laba yang akan disajikan dalam laporan laba rugi

3. 2. Saran

Pemilihan metode penyusutan sebaiknya didasarkan pada sifat aset tersebut. Jika aset tersebut menghasilkan pendapatan yang lebih besar pada tahun tahun awalnya, dan lebih rendah pada tahun tahun akhirnya, metode yang dianggap paling tepat adalah metode saldo menurun. Di sisi lain, jika aset tetap tersebut menghasilkan pendapatan yang tetap setiap tahunnya, maka metode yang dianggap paling tepat adalah garis lurus. Manajemen dapat Penggunaan metode penyusutan harus konsisten selama masa manfaat aset yang bersangkutan, agar laporan keuangan perusahaan dapat dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Sri. Metode Penyusutan Aktiva Tetap: Jumlah Angka Tahun. 27 April 2015. http://keuanganlsm.com/metode-penyusutan-aktiva-tetap-jumlah-angka-tahun/

Exposure Draft PSAK 16 (Revisi 2011): Aset tetap

Mairuhu, Samuel dan Jantje J. Tinangon. 2014. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Implikasinya terhadap Laba Perusahaan pada Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo. Jurnal EMBA. Vol. 2, No. 4, Hal 404 412

Setiawan, Juniady Slamed. 2001. Kajian Terhadap Beberapa Metode Penyusutan dan Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Beban Pokok Penjualan (Cost of Good Sold). Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 3, No. 2, Hal 157 - 173

Surya, Raja Adri Satriawan. 2012. Akuntansi Keuangan Versi IFRS+. Edisi ke-1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suryaputri, Rossje V. 2007. Analisis faktor faktor yang berpengaruh pada pemilihan metode depresiasi. Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi. Vol. 7, No. 2, Hal 187 216