eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/artikel s2 st.fatimah ramadhani... · web viewpemerintah...

23

Click here to load reader

Upload: vuongthuy

Post on 21-May-2018

215 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

PENGARUH TEKNIK MIND MAPPING DAN KEMAMPUAN AWAL PADA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 PITU RIAWA

KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

The Effect of the Mind Mapping Technique and Prior Knowledge in Guided Inquiry Learning Model on Critical Thinking Ability of X Grade Students at SMA Negeri 1

Pitu Riawa Sidenreng Rappang City

Sitti Fatimah Ramadhani1)Muhammad Anwar2)Taty Sulastri2)

1)Alumni Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Makassar2)Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Makassar

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik mind mapping dan kemampuan awal pada model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi Oksidasi-Reduksi. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan desain Faktorial 2x3. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 136. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling dan kelas yang terpilih adalah kelas XA dan XB. Hasil analsis statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan teknik mind mapping dan non mind mapping masing-masing 79,76 (SD = 8,61) dan 75,28 (SD = 8,74). Rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang berkemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut yaitu 89,12 (SD = 5,79); 79,34 (SD = 5,49); dan 68,23 (SD = 5,30). Pengujian hipotesis dilakukan dengan program SPSS 20 menggunakan analisis Two Way Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada pengaruh teknik mind mapping pada model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-reduksi, (2) ada pengaruh kemampuan awal pada model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-reduksi, (3) Tidak ada interaksi antara teknik mind mapping dan kemampuan awal pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan menggunakan teknik mind mapping lebih tinggi dari pada yang diajar tanpa menggunakan teknik mind mapping. Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa peserta didik yang berkemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah memiliki rata-rata kemampuan berpikir kritis yang berbeda.

Kata Kunci: teknik mind mapping, kemampuan awal, kemampuan berpikir kritis

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

ABSTRACT

The Aim of this research is to know the effect of the mind mapping technique and prior knowledge in guided inquiry learning model on critical thinking ability of X grade students at SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic. The type of research is quasi experiment by using a 2x3 factorial design. The research population were students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa second semester of the 2015/2016 academic year consist of five classes with the number learning of learniers as much as 136. Sampling was done by simple random sampling and selected class is class XA and XB. The results of the analysis of descriptive statistic indicate that the mean score of critical thinking ability students who are taught mind mapping and non mind mapping technique are 79.76 (SD = 8.61) and 75.28 (SD = 8.74). on the mean score of critical thinking ability of learners with capability of high, medium, and low separately are 89.12 (SD = 5.79); 79.34 (SD = 5.49); and 68.23 (SD = 5.30). Hypothesis testing is done with SPSS 20 Program using Two Way Anova Analysis. The results of this research indicated that (1) There is an effect of mind mapping technique on guided inquiry learning model toward critical thinking ability of students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic, (2) There is an effect of prior knowledge on guided inquiry learning model toward critical thinking ability of students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic, (3) There is no an interaction between the mind mapping model and prior knowledge on guided inquiry learning model in effected the critical thinking ability of students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic. The mean score of critical thinking ability students who are taught using mind mapping technique higher than them who were taught without using mind mapping technique. Tukey HSD test result showed student who have high, medium, and low prior knowledge have the critical thinking ability are different.

Key words: mind mapping technique, prior knowledge, critical thinkinng ability

2

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

PENDAHULUANPemerintah telah berusaha untuk

memperbaiki pendidikan melalui usaha

peningkatan kualitas pendidikan. Usaha

ini dapat dilihat dari berbagai segi seperti

pembangunan dan perbaikan sarana dan

prasarana pendidikan, peningkatan

pengetahuan tenaga pendidik, penyesuaian

kurikulum, dan sebagainya. Tenaga

pendidik/guru memiliki gaya mengajar

yang berbeda-beda tetapi guru harus

mampu menyesuaikan lingkungan

pembelajaran dengan kondisi peserta didik

sehingga interaksi yang positif antara guru

dan peserta didik terjalin (Pritchard,

2009).

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan guru kimia

SMA Negeri 1 Pitu Riawa diketahui

bahwa standar kelulusan berdasarkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di

SMA Negeri 1 Pitu Riawa yaitu 70. Pada

tahun 2014/2015 tingkat kelulusan dari

hasil belajar pada materi reaksi oksidasi-

reduksi hanya 65%. Hal ini belum

memenuhi standar ketuntatan kelas yaitu

80% dari jumlah peserta didik. Masalah

umum yang biasa muncul yaitu konsep-

konsep dalam memori peserta didik tidak

bertahan lama. Setelah beberapa waktu

atau setelah menerima materi pelajaran

lain, peserta didik lupa konsep-konsep

kimia yang telah mereka pelajari. Hal

tersebut menunjukkan bahwa belajar

kimia tidak hanya cukup dengan hafalan

saja tetapi perlu pemahaman konsep yang

lebih mendalam. Pemahaman konsep

yang mendalam sangat membutuhkan

kemampuan berpikir kritis dan akan

berdampak pada hasil belajar peserta

didik.

Berpikir kritis menurut Richad Paul

adalah berpikir tentang pikiran diri sendiri

(atau sering disebut metakognisi) (Fischer,

2008). Salah satu model pembelajaran

yang bisa meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik yaitu model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri

adalah suatu proses untuk memperoleh

informasi dengan melakukan observasi

atau eksperimen untuk mencari jawaban

terhadap masalah dengan bertanya dan

mencari tahu (Suyanti, 2010). Inkuiri

dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis peserta didik untuk belajar

menemukan sendiri jawaban dari masalah

yang dipertanyakan sehingga peserta didik

semakin aktif dan hasil belajarnya lebih

baik. Hal ini searah dengan penelitian

sebelumnya yaitu penerapan pembelajaran

3

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

inkuiri dapat memotivasi peserta didik

untuk belajar (Tuan, 2005). Begitupun

dengan hasil penelitian Nurasia (2014)

bahwa model pembelajaran inkuiri dapat

mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

peserta didik.

Inkuiri terbimbing merupakan salah

satu jenis dari model pembelajaran inkuiri.

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) dipilih

sebagai model yang digunakan dalam

proses pembelajaran agar peserta didik

lebih mudah memahami konsep.

Pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing sebagian besar perencanaan

dibuat oleh guru. Guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan

siswa untuk menemukan konsep. Hal ini

searah dengan hasil penelitian Ramadhani

(2014) bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas,

peserta didik akan lebih aktif dalam proses

pembelajaran sehingga hasil belajarnya

meningkat. Pembelajaran inkuiri

terbimbing diharapkan mampu

meningkatkan dan mengekspos

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Model pembelajaran inkuiri juga

merupakan salah satu model pembelajaran

yang sangat dianjurkan pada penerapan

kurikulum 2013.

Adapun sintaks (tahap-tahap)

pelaksanaan model pembelajaran inkuiri

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Fase Perilaku Guru1. Orientasi Guru merangsang peserta didik untuk

berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam tahapan orientasi adalah (1) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik (2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan untuk mencapai tujuan (3) menjelaskan pentingnya topik kdan kegiatan belajar sebagai motivasi bagi peserta didik

2. Merumuskan Masalah

Langkah ini membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang berpikir.

3. Merumuskan Hipotesis

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada peserta didik adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan.

4. Mengumpul kan Data

Proses pengumpulan data membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar, ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji Hipotesis

Proses ini menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengmpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional peserta didik.

6. Membuat Kesimpulan

Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, untuk memperoleh kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik mana data yang relavan.

Sumber: Suyanti (2010)

Model pembelajaran inkuiri

mempunyai kelebihan di mana peserta

didik dapat mengarahkan sendiri cara

belajarnya. Namun, membutuhkan banyak

4

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

waktu untuk mengimplementasikannya.

Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat

mengkombinasikan model pembelajaran

inkuiri dengan teknik pencatatan mind

mapping. Menurut Adam (1998),

membuat catatan pribadi dalam bentuk

mind mapping membantu kita untuk

menghemat waktu, meningkatkan

kemampuan mengingat dan pemahaman.

Meningkatnya kemampuan mengingat dan

pemahaman konsep secara otomatis

mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

peserta didik untuk mengaitkan konsep

yang satu dengan yang lainnya. Apalagi

banyak konsep kimia yang bersifat

mikroskopik sehingga membutuhkan

teknik pencatatan yang tidak biasa dan

kemampuan berpikir kritis.

Hal yang sangat dibutuhkan dalam

menjalankan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan sangat identik dengan

penemuan konsep yaitu kemampuan awal

peserta didik. Kemampuan awal ini

sangat membantu peserta didik untuk

menemukan konsep baru. Dalam proses

penemuan konsep, mengaitkan konsep

sebelumnya dengan konsep yang akan

dipelajari, dan mencari solusi/jawaban

dari masalah dibutuhkan pengetahuan-

pengetahuan yang mendasar dan

menunjang materi yang akan dipelajari

atau masalah yang akan dipecahkan,

dalam hal ini disebut kemampuan awal.

Kemampuan awal peserta didik penting

untuk dianalisis karena setiap peserta

didik memiliki kemampuan yang berbeda

yang dapat dikelompokkan pada peserta

didik berkemampuan tinggi, sedang, dan

rendah. Menurut Yaumi (2013), setiap

peserta didik memiliki berbagai

pengetahuan, keterampilan, keyakinan,

dan sikap yang berbeda-beda. Perbedaan

tersebut mempengaruhi bagaimana

mereka hadir, menafsirkan, dan mengelola

informasi yang diperoleh. Perbedaan cara

dalam memproses dan mengintegrasikan

informasi baru juga dapat mempengaruhi

mereka dalam mengingat, berpikir,

menerapkan, dan menciptakan

pengetahuan baru.

Menurut Prawiradilaga (2009)

bahwa kemampuan awal adalah

kemampuan intelektual yang menjadi

modal dasar peserta didik untuk

menguasai materi ajar. Kemampuan awal

tersebut berpengaruh terhadap laju belajar,

persepsi terhadap topik, dan pencapaian

tujuan pembelajaran.

Kemampuan awal peserta didik

penting untuk dianalisis karena setiap

5

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

peserta didik memiliki kemampuan yang

berbeda yang dapat dikelompokkan pada

peserta didik berkemampuan tinggi,

sedang, dan rendah. Semakin tinggi

kemampuan awal peserta didik maka

semakin termotivasi untuk belajar. Pada

kemampuan tinggi biasanya ditunjukkan

oleh motivasi yang tinggi dalam belajar,

perhatian dan keseriusan dalam mengikuti

pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya,

peserta didik yang tergolong pada

kemampuan rendah ditandai dengan

kurangnya motivasi belajar, tidak ada

keseriusan dalam mengikuti pelajaran,

termasuk menyelesaikan tugas, dan

sebagainya. perbedaan-perbedaan

semacam itu menuntut perlakuan yang

berbeda pula baik dalam penempatan atau

pengelompokan peserta didik maupun

perlakuan guru dalam menyesuaikan

dengan gaya belajarnya (Sanjaya, 2006).

Kemampuan awal sangat

berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis

adalah proses berpikir tingkat tinggi

secara beralasan dan reflektif dengan

menekankan pembuatan keputusan

tentang apa yang harus dipercayai atau

dilakukan. Sehingga, semakin tinggi

tingkat kemampuan awal maka semakin

tinggi juga tingkat kemampuan berpikir

kritis. Jadi, penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

memperhatikan kemampuan awal peserta

didik, maka mereka akan mengaitkan

kemampuan awal dengan masalah yang

ada untuk menemukan solusi/jawaban

yang tepat.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu

untuk melakukan sebuah penelitian

tentang pengaruh teknik mind mapping

dan kemampuan awal pada model

pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada

materi reaksi oksidasi-reduksi.

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

eksperimen semu (quasy experiment).

Penelitian ini dilaksanakan di SMA

Negeri 1 Pitu Riawa tahun ajaran

2015/2016.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan

yaitu desain faktorial 2x3 seperti terlihat

pada Tabel 2.Kemampuan Awal (B) /

Teknik Pembelajaran (A)Tinggi

(B1)

Sedang

(B2)

Rendah

(B3)

6

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

Teknik Mind Mapping

(A1)

Teknik Non Mind

Mapping (A2)

A1B1KBK

A2B1

KBK

A1B2

KBK

A2B2

KBK

A1B3

KBK

A2B3

KBK

3. Variabel Penelitian

Ada 2 variabel bebas dalam

penelitian ini yaitu variabel bebas

manipulatif dan variabel bebas atributif.

Model pembelajaran (A) merupakan

variabel bebas manipulasi yang terdiri atas

2 bagian yaitu teknik pembelajaran mind

mapping menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing (A1) dan

teknik pembelajaran non mind mapping

menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing (A2). Kemampuan awal (B)

merupakan variabel bebas atribut terdiri

atas 3 bagian yaitu kemampuan awal

tinggi (B1), kemampuan awal sedang (B2),

dan kemampuan awal rendah (B3).

Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kemampuan berpikir kritis peserta

didik.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu

Riawa semester genap tahun ajaran

2015/2016 yang terdiri dari 5 kelas

dengan jumlah peserta didik sebanyak

136. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara random sampling dengan

teknik acak kelas untuk menentukan kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II.

Berdasarkan hasil random, terpilih kelas

XA (25 orang) sebagai kelas eksperimen I

(menggunakan teknik mind mapping) dan

kelas XB (28 orang) sebagai kelas

eksperimen II (menggunakan teknik non

mind mapping).

5. Prosedur Penellitian

Prosedur pada penelitian ini ada 4

tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap

pelaporan.

6. Teknik pengumpulan data

Soal tes kemampuan awal berupa

pilihan ganda dengan level kognitif C1,

C2, dan C3 yang diberikan sebelum

pertemuan pertama pembelajaran. Soal

tes kemampuan berpikkir kritis berupa

essay dengan level kognitif C4, C5, dan

C6 yang diberikan di pertemuan akhir.

7. Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis

statistik deskriptif dan analisis inferensial.

analisis statistik deskriptif meliputi

penyajian tabel, diagram, nilai rata-rata,

nilai tertinggi, nilai terendah, modus,

median, dan standar deviasi.

7

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

Analisis statistik inferensial

meliputi pertama, uji prasyarat yaitu uji

normalitas menggunakan analisis One

sample Kolmogorov Smirnov Test dan uji

homogenitas menggunakan Levene’s Test.

Kedua, uji hipotesis menggunakan Two

Way Anova dengan bantuan program

SPSS 20.

Hipotesis statistik pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis I:

H0 : µA1= µA2

H1 : µA1 ≠ µA2

Hipotesis II:

H0 : µB1 = µB2 = µB3

H1 : µB1 = µB2 ≠ µB3 atau µB1 ≠

µB2 = µB3 atau µB1 ≠ µB3 = µB2

Hipotesis III:

H0 : µ(A1B1 - A2B1) = µ(A1B2 - A2B2)

= µ(A1B3 - A2B3)

H1 : paling sedikit ada satu selisih

rata-rata kelompok yang berbeda

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif

kemampuan berpikir kritis peserta didik

berdasarkan kemampuan awal (tinggi,

sedang, dan rendah) dan teknik

pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Kemampuan Awal /Teknik Pembelajaran

StatistikTinggi

(B1)Sedang

(B2)Rendah

(B3)

Mind Mapping (A1)

N 4 16 5Mean 93,25 79,87 68,60SD 5,50 4,12 4,56

Non Mind Mapping (A2)

N 4 16 8Mean 85,00 78,12 64,75SD 1,63 5,88 4,52

TotalN 8 32 13Mean 89,12 79,00 66,23SD 5,79 5,08 4,76

Berdasarkan Tabel 3 terlihat nilai

rata-rata kemampuan berpikir kritis yang

paling tinggi adalah peserta didik

berkemampuan awal tinggi yang

dibelajarkan dengan teknik mind mapping.

2. Analisis Statistik Inferensial

Hasil pengujian normalitas data

dengan menggunakan analisis One sample

Kolmogorov Smirnov Test diperoleh nilai

signifikansi (p) = 0,422. Hal ini

menunjukkan bahwa data penelitian

terdistribusi normal, karena nilai (p) > α

(0,05).

Hasil pengujian homogenitas data

dengan menggunakan analisis Levene’s

Test diperoleh nilai signifikansi (p) =

0,059. Hal ini menunjukkan bahwa data

penelitian memiliki varians yang

homogen, karena nilai (p) > α (0,05).

Pengaruh teknik mind mapping dan

kemampuan awal pada model

8

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik

secara operasional dapat diketahui melalui

perbedaan kemampuan berpikir kritis dari

setiap kelompok perlakuan. Adanya

perbedaan kemampuan berpikir kritis

kimia peserta didik pada setiap perlakuan

sebagai akibat hasil manipulasi variabel

bebas (teknik pembelajaran dan

kemampuan awal) menunjukkan bahwa

variabel bebas mempengaruhi variabel

terikat (kemampuan berpikir kritis). Hasil

pengujian hipotesis I, II, dan III secara

detail disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pengujian Statistik Inferensial

Sumber F Sig.

Kemampuan_Awal 55,374 ,000Teknik 8,620 ,005Kemampuan_Awal * Teknik 1,475 ,239

Berdasarkan Tabel 4 terlihat

bahwa signifikansi yang diperoleh untuk

hipotesis I (0,005) < α (0,05) berarti Ho

ditolak dan H1 diterima, yang berarti benar

terdapat perbedaan kemampuan berpikir

kritis peserta didik yang dibelajarkan

dengan teknik mind mapping pada model

pembelajaran inkuiri terbimbing kelas X

SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi

reaksi oksidasi-reduksi.

Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa

signifikansi yang diperoleh untuk

hipotesis II (0,000) < α (0,05) berarti Ho

ditolak dan H1 diterima, yang berarti benar

terdapat perbedaan kemampuan berpikir

kritis berdasarkan kemampuan awal

peserta didik pada model pembelajaran

inkuiri terbimbing kelas X SMA Negeri 1

Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-

reduksi.

Hasil uji Post Hoc Tukey HSD

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir

kritis peserta didik yang berkemampuan

awal tinggi lebih besar dibandingkan yang

berkemampuan awal sedang dan yang

berkemampuan awal sedang lebih tinggi

kemampuan berpikir kritisnya dibanding

yang berkemampuan awal rendah.

Data pada Tabel 4 juga

menunjukkan bahwa signifikansi (0,239)

> α (0,05) sehingga Ho gagal ditolak

artinya tidak terdapat interaksi antara

penggunaan teknik mind mapping dan

kemampuan awal pada model

pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu

Riawa pada materi reaksi oksidasi-

reduksi. Hipotesis III juga dapat

9

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

dijelaskan dengan grafik seperti pada

Gambar 1.

Gambar 1. Interaksi Antara Teknik Mind Mapping dan Kemampuan Awal Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa

Pada Gambar 1 memperlihatkan

bahwa tidak ada perpotongan garis antara

teknik mind mapping dan non mind

mapping maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada interaksi antara penggunaan

teknik mind mapping dan kemampuan

awal pada model pembelajaran inkuiri

terbimbing dalam mempengaruhi

kemampuan berpikir kritis peserta didik

kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada

materi reaksi oksidasi-reduksi.

Hasil pengujian hipotesis I juga

didukung oleh hasil analisis deskriptif

bahwa nilai rata-rata peserta didik yang

dibelajarkan dengan menggunakan teknik

mind mapping lebih tinggi dari pada nilai

rata-rata peserta didik yang dibelajarkan

dengan menggunakan teknik non mind

mapping. Hal ini berarti teknik mind

mapping lebih baik dibandingkan dengan

teknik non mind mapping dalam

mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

peserta didik. Hal ini sejalan dengan

penelitian Perkasa (2012). Hasil dari

penelitiannya membuktikan bahwa ada

pengaruh penggunaan mind mapping pada

model pembelajaran langsung terhadap

hasil belajar peserta didik.

Alasan adanya pengaruh teknik

mind mapping pada pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik, yaitu karena kelas

yang menggunakan teknik mind mapping

atau pemetaan pikiran akan lebih mudah

mereview kembali materi/catatan

sehingga waktu belajarnya lebih cepat dan

mengingat konsep dengan mudah yang

ditemukan sendiri sedangkan kelas non

mind mapping sebaliknya. Mengingat

model pembelajaran inkuiri mempunyai

kelebihan di mana peserta didik dapat

mengarahkan sendiri cara belajarnya.

Namun, membutuhkan banyak waktu

untuk mengimplementasikannya. Jadi,

dengan mengkombinasikan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

teknik mind mapping dapat membantu

peserta didik untuk meningkatkan

10

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

kemampuan berpikir kritis. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Herdian

(2011), antara lain perbedaan catatan biasa

dan media mind mapping, mind mapping:

berupa tulisan, simbol dan gambar,

berwarna-warni, untuk mereview ulang

dibutuhkan waktu yang pendek, waktu

untuk belajar sangat cepat dan efektif,

sedangkan catatan biasa berupa tulisan-

tulisan saja, hanya dalam satu warna,

untuk mereview ulang dibutuhkan waktu

yang lama, waktu untuk belajar lebih

lama. Menurut Adam (1998), membuat

catatan pribadi dalam bentuk mind

mapping membantu kita untuk

menghemat waktu, meningkatkan

kemampuan mengingat dan pemahaman.

Adapun hasil pengujian hipotesis

II juga didukung oleh hasil analisis

deskriptif bahwa nilai rata-rata

kemampuan berpikir kritis dan nilai rata-

rata peserta didik yang berkemampuan

awal tinggi, sedang, dan rendah sangat

berbeda antara satu dengan yang lain.

Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk

peserta didik yang berkemampuan awal

tinggi lebih tinggi dari pada nilai rata-rata

peserta didik yang berkemampuan awal

sedang dan rendah baik di kelas

menggunakan teknik mind mapping

maupun non mind mapping.

Kemampuan awal pada model

pembelajaran inkuiri sangnat berpengaruh

pada kemampuan berpikir kritis karena

pada model pembelajaran inkuiri

terbimbing, peserta didik akan melakukan

penyelidikan untuk menemukan konsep-

konsep baru dengan bantuan pengetahuan-

pengetahuan sebelumnya (kemampuan

awal) untuk saling dihubungkan konsep

satu dengan yang lainnya sehingga

kemampuan berpikir kritisnya semakin

meningkat. Berpikir kritis adalah proses

berpikir tingkat tinggi. Semakin tinggi

tingkat kemampuan awal maka semakin

tinggi juga tingkat kemampuan berpikir

kritis. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Sanjaya (2006) bahwa

peserta didik yang termasuk pada

kemampuan tinggi biasanya ditunjukkan

oleh motivasi yang tinggi dalam belajar,

perhatian dan keseriusan dalam mengikuti

pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya,

peserta didik yang tergolong pada

kemampuan rendah ditandai dengan

kurangnya motivasi belajar, tidak ada

keseriusan dalam mengikuti pelajaran,

termasuk menyelesaikan tugas, dan

sebagainya.

11

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

Kemampuan awal adalah

kemampuan intelektual yang menjadi

modal dasar peserta didik untuk

menguasai materi ajar. Kemampuan awal

sangat menentukan laju belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan

pemahaman konsep. Hal ini sesuai yang

dikemukakan oleh Prawiradilaga (2009)

bahwa kemampuan awal berpengaruh

terhadap laju belajar, persepsi terhadap

topik, dan pencapaian tujuan

pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan

dengan hasil uji Tukey HSD bahwa peserta

didik yang berkemampuan awal tinggi,

sedang, dan rendah memiliki rata-rata

kemampuan berpikir kritis yang berbeda.

Peserta didik yang berkemampuan awal

tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis

yang lebih tinggi dibanding yang

berkemampuan awal sedang. Begitupun

peserta didik yang berkemampuan awal

sedang memiliki kemampuan berpikir

kritis yang lebih tinggi dibandingkan yang

berkemampuan awal rendah.

Pada hipotesis III, terjadinya tidak

ada interaksi karena adanya kekonsistenan

kemampuan berpikir kritis peserta didik

antara kelompok yang di kelas eksperimen

I (mind mapping) dengan kelompok

eksperimen II (non mind mapping)

sehingga menyebabkan tidak adanya

perpotongan garis pada Gambar 1.

Kelompok berkemampuan awal tinggi di

kelas mind mapping memiliki kemampuan

berpikir kritis lebih unggul dibanding

kelompok berkemampuan awal tinggi di

kelas non mind mapping. Begitupun pada

kelompok berkemampuan awal sedang

dan rendah, selalu konsisten lebih unggul

kemampuan berpikir kritis peserta didik di

kelas mind mapping dibandingkan dengan

kelas non mind mapping. Jadi, kedua

variabel (mind mapping dan kemampuan

awal) mempengaruhi kemampuan berpikir

kritis peserta didik. Namun, antara teknik

mind mapping dan kemampuan awal

peserta didik tidak saling mempengaruhi.

Dengan demikian tidak ada konstribusi

secara bersama-sama yang dapat

disumbangkan antara teknik mind

mapping dan kemampuan awal untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik.

Alasan adanya kekonsistenan

tingkat berpikir kritis peserta didik karena

di kelas mind mapping lebih unggul

dibanding kemampuan berpikir kritis

peserta didik di kelas non mind mapping

ditinjau dari tingkatan kemampuan awal,

yaitu kelas mind mapping mengalami

12

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

proses lebih menguntungkan yaitu adanya

pembuatan mind mapping pada akhir

pembelajaran yaitu proses kesimpulan

sehingga peserta didik sudah tergambar

secara jelas dalam pikirannya dan

dituangkan dalam mind mapping yang

dibuat. Hal ini menyebabkan peserta

didik lebih mudah menghubungkan

konsep satu dengan konsep lainnya

dengan warna serta penjelasan-penjelasan

yang rinci, singkat, padat, dan jelas,

berwarna-warni dan untuk meriview ulang

dibutuhkan waktu yang pendek sehingga

untuk belajar sangat cepat dan efektif

sedangkan pada kelas non mind mapping,

peserta didik hanya menyimpulkan lewat

catatan biasa cuma satu warna dan untuk

meriview ulang dibutuhkan waktu yang

lama.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis data dan

pengujian hipotesis yang telah dilakukan

maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh teknik mind mapping pada

model pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu

Riawa pada materi reaksi oksidasi-

reduksi, ada pengaruh kemampuan awal

pada model pembelajaran inkuiri

terbimbing terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1

Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-

reduksi, tidak ada interaksi antara teknik

mind mapping dan kemampuan awal pada

model pembelajaran inkuiri terbimbing

dalam mempengaruhi kemampuan

berpikir kritis peserta didik kelas X SMA

Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi

oksidasi-reduksi.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh, maka disarankan pada materi

oksidasi-reduksi menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan

teknik mind mapping serta memperhatikan

kemampuan awal peserta didik karena

sangat mempengaruhi kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, K. 1998. I am Gifted, So are You! Jakarta: Pustaka Indah.

Fischer, A. 2008. Berpikir Kritis (sebuah pengantar). Jakarta: Erlangga.

Herdian. 2011. Model pembelajaran Mind Mapping. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-

13

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3513/1/Artikel S2 St.fatimah ramadhani... · Web viewPemerintah telah berusaha untuk memperbaiki pendidikan melalui usaha peningkatan kualitas pendidikan

mind-mapping/, diakses 18 November pukul 20.00 wita.

Nurasia. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Palopo Pada Materi Pokok Larutan Asam Basa. Tesis. Makassar: Prodi Pendidikan Kimia Program Pascasarjana UNM.

Perkasa, M. 2012. Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Pada Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Siswa X SMA Negeri 1 Watangsoppeng Pada Materi Pokok Hidrokarbon. Skripsi. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Prawiradilaga, D.S. 2009. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Pritchard, A. 2009. Ways of Learning, Learning Theories and Learning Styles in The Classroom. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Ramadhani, S.F. 2014. Pengaruh Pemberian Kuis di Akhir Pertemuan Pada Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Watangsoppeng Studi pada Materi Pokok Ikatan Kimia. Skripsi. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Medan: Graha Ilmu.

Tuan, Hsiao-Lin. 2005. Investigating The Effectiveness Of Inquiry Instruction On The Motivation Of Different Learning Styles Students. International Journal of Science and Mathematics Education (2005) 3: 541–566 © National Science Council, Taiwan 2005, diakses 19 Maret 2013.

Yaumi, M. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

14