PENGARUH TEKNIK MIND MAPPING DAN KEMAMPUAN AWAL PADA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 1 PITU RIAWA
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
The Effect of the Mind Mapping Technique and Prior Knowledge in Guided Inquiry Learning Model on Critical Thinking Ability of X Grade Students at SMA Negeri 1
Pitu Riawa Sidenreng Rappang City
Sitti Fatimah Ramadhani1)Muhammad Anwar2)Taty Sulastri2)
1)Alumni Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Makassar2)Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Makassar
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik mind mapping dan kemampuan awal pada model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi Oksidasi-Reduksi. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan desain Faktorial 2x3. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 136. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling dan kelas yang terpilih adalah kelas XA dan XB. Hasil analsis statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan teknik mind mapping dan non mind mapping masing-masing 79,76 (SD = 8,61) dan 75,28 (SD = 8,74). Rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang berkemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut yaitu 89,12 (SD = 5,79); 79,34 (SD = 5,49); dan 68,23 (SD = 5,30). Pengujian hipotesis dilakukan dengan program SPSS 20 menggunakan analisis Two Way Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada pengaruh teknik mind mapping pada model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-reduksi, (2) ada pengaruh kemampuan awal pada model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-reduksi, (3) Tidak ada interaksi antara teknik mind mapping dan kemampuan awal pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan menggunakan teknik mind mapping lebih tinggi dari pada yang diajar tanpa menggunakan teknik mind mapping. Hasil uji Tukey HSD menunjukkan bahwa peserta didik yang berkemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah memiliki rata-rata kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Kata Kunci: teknik mind mapping, kemampuan awal, kemampuan berpikir kritis
1
ABSTRACT
The Aim of this research is to know the effect of the mind mapping technique and prior knowledge in guided inquiry learning model on critical thinking ability of X grade students at SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic. The type of research is quasi experiment by using a 2x3 factorial design. The research population were students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa second semester of the 2015/2016 academic year consist of five classes with the number learning of learniers as much as 136. Sampling was done by simple random sampling and selected class is class XA and XB. The results of the analysis of descriptive statistic indicate that the mean score of critical thinking ability students who are taught mind mapping and non mind mapping technique are 79.76 (SD = 8.61) and 75.28 (SD = 8.74). on the mean score of critical thinking ability of learners with capability of high, medium, and low separately are 89.12 (SD = 5.79); 79.34 (SD = 5.49); and 68.23 (SD = 5.30). Hypothesis testing is done with SPSS 20 Program using Two Way Anova Analysis. The results of this research indicated that (1) There is an effect of mind mapping technique on guided inquiry learning model toward critical thinking ability of students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic, (2) There is an effect of prior knowledge on guided inquiry learning model toward critical thinking ability of students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic, (3) There is no an interaction between the mind mapping model and prior knowledge on guided inquiry learning model in effected the critical thinking ability of students in class X SMA Negeri 1 Pitu Riawa on oxydation-reduction reaction topic. The mean score of critical thinking ability students who are taught using mind mapping technique higher than them who were taught without using mind mapping technique. Tukey HSD test result showed student who have high, medium, and low prior knowledge have the critical thinking ability are different.
Key words: mind mapping technique, prior knowledge, critical thinkinng ability
2
PENDAHULUANPemerintah telah berusaha untuk
memperbaiki pendidikan melalui usaha
peningkatan kualitas pendidikan. Usaha
ini dapat dilihat dari berbagai segi seperti
pembangunan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, peningkatan
pengetahuan tenaga pendidik, penyesuaian
kurikulum, dan sebagainya. Tenaga
pendidik/guru memiliki gaya mengajar
yang berbeda-beda tetapi guru harus
mampu menyesuaikan lingkungan
pembelajaran dengan kondisi peserta didik
sehingga interaksi yang positif antara guru
dan peserta didik terjalin (Pritchard,
2009).
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan guru kimia
SMA Negeri 1 Pitu Riawa diketahui
bahwa standar kelulusan berdasarkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di
SMA Negeri 1 Pitu Riawa yaitu 70. Pada
tahun 2014/2015 tingkat kelulusan dari
hasil belajar pada materi reaksi oksidasi-
reduksi hanya 65%. Hal ini belum
memenuhi standar ketuntatan kelas yaitu
80% dari jumlah peserta didik. Masalah
umum yang biasa muncul yaitu konsep-
konsep dalam memori peserta didik tidak
bertahan lama. Setelah beberapa waktu
atau setelah menerima materi pelajaran
lain, peserta didik lupa konsep-konsep
kimia yang telah mereka pelajari. Hal
tersebut menunjukkan bahwa belajar
kimia tidak hanya cukup dengan hafalan
saja tetapi perlu pemahaman konsep yang
lebih mendalam. Pemahaman konsep
yang mendalam sangat membutuhkan
kemampuan berpikir kritis dan akan
berdampak pada hasil belajar peserta
didik.
Berpikir kritis menurut Richad Paul
adalah berpikir tentang pikiran diri sendiri
(atau sering disebut metakognisi) (Fischer,
2008). Salah satu model pembelajaran
yang bisa meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik yaitu model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri
adalah suatu proses untuk memperoleh
informasi dengan melakukan observasi
atau eksperimen untuk mencari jawaban
terhadap masalah dengan bertanya dan
mencari tahu (Suyanti, 2010). Inkuiri
dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik untuk belajar
menemukan sendiri jawaban dari masalah
yang dipertanyakan sehingga peserta didik
semakin aktif dan hasil belajarnya lebih
baik. Hal ini searah dengan penelitian
sebelumnya yaitu penerapan pembelajaran
3
inkuiri dapat memotivasi peserta didik
untuk belajar (Tuan, 2005). Begitupun
dengan hasil penelitian Nurasia (2014)
bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
Inkuiri terbimbing merupakan salah
satu jenis dari model pembelajaran inkuiri.
Inkuiri terbimbing (guided inquiry) dipilih
sebagai model yang digunakan dalam
proses pembelajaran agar peserta didik
lebih mudah memahami konsep.
Pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing sebagian besar perencanaan
dibuat oleh guru. Guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan
siswa untuk menemukan konsep. Hal ini
searah dengan hasil penelitian Ramadhani
(2014) bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing di kelas,
peserta didik akan lebih aktif dalam proses
pembelajaran sehingga hasil belajarnya
meningkat. Pembelajaran inkuiri
terbimbing diharapkan mampu
meningkatkan dan mengekspos
kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Model pembelajaran inkuiri juga
merupakan salah satu model pembelajaran
yang sangat dianjurkan pada penerapan
kurikulum 2013.
Adapun sintaks (tahap-tahap)
pelaksanaan model pembelajaran inkuiri
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase Perilaku Guru1. Orientasi Guru merangsang peserta didik untuk
berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat guru lakukan dalam tahapan orientasi adalah (1) menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik (2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan untuk mencapai tujuan (3) menjelaskan pentingnya topik kdan kegiatan belajar sebagai motivasi bagi peserta didik
2. Merumuskan Masalah
Langkah ini membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang berpikir.
3. Merumuskan Hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada peserta didik adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan.
4. Mengumpul kan Data
Proses pengumpulan data membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar, ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Proses ini menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengmpulan data sehingga guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional peserta didik.
6. Membuat Kesimpulan
Proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis, untuk memperoleh kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik mana data yang relavan.
Sumber: Suyanti (2010)
Model pembelajaran inkuiri
mempunyai kelebihan di mana peserta
didik dapat mengarahkan sendiri cara
belajarnya. Namun, membutuhkan banyak
4
waktu untuk mengimplementasikannya.
Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat
mengkombinasikan model pembelajaran
inkuiri dengan teknik pencatatan mind
mapping. Menurut Adam (1998),
membuat catatan pribadi dalam bentuk
mind mapping membantu kita untuk
menghemat waktu, meningkatkan
kemampuan mengingat dan pemahaman.
Meningkatnya kemampuan mengingat dan
pemahaman konsep secara otomatis
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
peserta didik untuk mengaitkan konsep
yang satu dengan yang lainnya. Apalagi
banyak konsep kimia yang bersifat
mikroskopik sehingga membutuhkan
teknik pencatatan yang tidak biasa dan
kemampuan berpikir kritis.
Hal yang sangat dibutuhkan dalam
menjalankan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dan sangat identik dengan
penemuan konsep yaitu kemampuan awal
peserta didik. Kemampuan awal ini
sangat membantu peserta didik untuk
menemukan konsep baru. Dalam proses
penemuan konsep, mengaitkan konsep
sebelumnya dengan konsep yang akan
dipelajari, dan mencari solusi/jawaban
dari masalah dibutuhkan pengetahuan-
pengetahuan yang mendasar dan
menunjang materi yang akan dipelajari
atau masalah yang akan dipecahkan,
dalam hal ini disebut kemampuan awal.
Kemampuan awal peserta didik penting
untuk dianalisis karena setiap peserta
didik memiliki kemampuan yang berbeda
yang dapat dikelompokkan pada peserta
didik berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah. Menurut Yaumi (2013), setiap
peserta didik memiliki berbagai
pengetahuan, keterampilan, keyakinan,
dan sikap yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut mempengaruhi bagaimana
mereka hadir, menafsirkan, dan mengelola
informasi yang diperoleh. Perbedaan cara
dalam memproses dan mengintegrasikan
informasi baru juga dapat mempengaruhi
mereka dalam mengingat, berpikir,
menerapkan, dan menciptakan
pengetahuan baru.
Menurut Prawiradilaga (2009)
bahwa kemampuan awal adalah
kemampuan intelektual yang menjadi
modal dasar peserta didik untuk
menguasai materi ajar. Kemampuan awal
tersebut berpengaruh terhadap laju belajar,
persepsi terhadap topik, dan pencapaian
tujuan pembelajaran.
Kemampuan awal peserta didik
penting untuk dianalisis karena setiap
5
peserta didik memiliki kemampuan yang
berbeda yang dapat dikelompokkan pada
peserta didik berkemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Semakin tinggi
kemampuan awal peserta didik maka
semakin termotivasi untuk belajar. Pada
kemampuan tinggi biasanya ditunjukkan
oleh motivasi yang tinggi dalam belajar,
perhatian dan keseriusan dalam mengikuti
pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya,
peserta didik yang tergolong pada
kemampuan rendah ditandai dengan
kurangnya motivasi belajar, tidak ada
keseriusan dalam mengikuti pelajaran,
termasuk menyelesaikan tugas, dan
sebagainya. perbedaan-perbedaan
semacam itu menuntut perlakuan yang
berbeda pula baik dalam penempatan atau
pengelompokan peserta didik maupun
perlakuan guru dalam menyesuaikan
dengan gaya belajarnya (Sanjaya, 2006).
Kemampuan awal sangat
berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
adalah proses berpikir tingkat tinggi
secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan. Sehingga, semakin tinggi
tingkat kemampuan awal maka semakin
tinggi juga tingkat kemampuan berpikir
kritis. Jadi, penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
memperhatikan kemampuan awal peserta
didik, maka mereka akan mengaitkan
kemampuan awal dengan masalah yang
ada untuk menemukan solusi/jawaban
yang tepat.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu
untuk melakukan sebuah penelitian
tentang pengaruh teknik mind mapping
dan kemampuan awal pada model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik
kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada
materi reaksi oksidasi-reduksi.
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasy experiment).
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Pitu Riawa tahun ajaran
2015/2016.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
yaitu desain faktorial 2x3 seperti terlihat
pada Tabel 2.Kemampuan Awal (B) /
Teknik Pembelajaran (A)Tinggi
(B1)
Sedang
(B2)
Rendah
(B3)
6
Teknik Mind Mapping
(A1)
Teknik Non Mind
Mapping (A2)
A1B1KBK
A2B1
KBK
A1B2
KBK
A2B2
KBK
A1B3
KBK
A2B3
KBK
3. Variabel Penelitian
Ada 2 variabel bebas dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas
manipulatif dan variabel bebas atributif.
Model pembelajaran (A) merupakan
variabel bebas manipulasi yang terdiri atas
2 bagian yaitu teknik pembelajaran mind
mapping menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing (A1) dan
teknik pembelajaran non mind mapping
menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing (A2). Kemampuan awal (B)
merupakan variabel bebas atribut terdiri
atas 3 bagian yaitu kemampuan awal
tinggi (B1), kemampuan awal sedang (B2),
dan kemampuan awal rendah (B3).
Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kemampuan berpikir kritis peserta
didik.
4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu
Riawa semester genap tahun ajaran
2015/2016 yang terdiri dari 5 kelas
dengan jumlah peserta didik sebanyak
136. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara random sampling dengan
teknik acak kelas untuk menentukan kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
Berdasarkan hasil random, terpilih kelas
XA (25 orang) sebagai kelas eksperimen I
(menggunakan teknik mind mapping) dan
kelas XB (28 orang) sebagai kelas
eksperimen II (menggunakan teknik non
mind mapping).
5. Prosedur Penellitian
Prosedur pada penelitian ini ada 4
tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap
pelaporan.
6. Teknik pengumpulan data
Soal tes kemampuan awal berupa
pilihan ganda dengan level kognitif C1,
C2, dan C3 yang diberikan sebelum
pertemuan pertama pembelajaran. Soal
tes kemampuan berpikkir kritis berupa
essay dengan level kognitif C4, C5, dan
C6 yang diberikan di pertemuan akhir.
7. Analisis Data
Analisis data menggunakan analisis
statistik deskriptif dan analisis inferensial.
analisis statistik deskriptif meliputi
penyajian tabel, diagram, nilai rata-rata,
nilai tertinggi, nilai terendah, modus,
median, dan standar deviasi.
7
Analisis statistik inferensial
meliputi pertama, uji prasyarat yaitu uji
normalitas menggunakan analisis One
sample Kolmogorov Smirnov Test dan uji
homogenitas menggunakan Levene’s Test.
Kedua, uji hipotesis menggunakan Two
Way Anova dengan bantuan program
SPSS 20.
Hipotesis statistik pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis I:
H0 : µA1= µA2
H1 : µA1 ≠ µA2
Hipotesis II:
H0 : µB1 = µB2 = µB3
H1 : µB1 = µB2 ≠ µB3 atau µB1 ≠
µB2 = µB3 atau µB1 ≠ µB3 = µB2
Hipotesis III:
H0 : µ(A1B1 - A2B1) = µ(A1B2 - A2B2)
= µ(A1B3 - A2B3)
H1 : paling sedikit ada satu selisih
rata-rata kelompok yang berbeda
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif
kemampuan berpikir kritis peserta didik
berdasarkan kemampuan awal (tinggi,
sedang, dan rendah) dan teknik
pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Kemampuan Awal /Teknik Pembelajaran
StatistikTinggi
(B1)Sedang
(B2)Rendah
(B3)
Mind Mapping (A1)
N 4 16 5Mean 93,25 79,87 68,60SD 5,50 4,12 4,56
Non Mind Mapping (A2)
N 4 16 8Mean 85,00 78,12 64,75SD 1,63 5,88 4,52
TotalN 8 32 13Mean 89,12 79,00 66,23SD 5,79 5,08 4,76
Berdasarkan Tabel 3 terlihat nilai
rata-rata kemampuan berpikir kritis yang
paling tinggi adalah peserta didik
berkemampuan awal tinggi yang
dibelajarkan dengan teknik mind mapping.
2. Analisis Statistik Inferensial
Hasil pengujian normalitas data
dengan menggunakan analisis One sample
Kolmogorov Smirnov Test diperoleh nilai
signifikansi (p) = 0,422. Hal ini
menunjukkan bahwa data penelitian
terdistribusi normal, karena nilai (p) > α
(0,05).
Hasil pengujian homogenitas data
dengan menggunakan analisis Levene’s
Test diperoleh nilai signifikansi (p) =
0,059. Hal ini menunjukkan bahwa data
penelitian memiliki varians yang
homogen, karena nilai (p) > α (0,05).
Pengaruh teknik mind mapping dan
kemampuan awal pada model
8
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik
secara operasional dapat diketahui melalui
perbedaan kemampuan berpikir kritis dari
setiap kelompok perlakuan. Adanya
perbedaan kemampuan berpikir kritis
kimia peserta didik pada setiap perlakuan
sebagai akibat hasil manipulasi variabel
bebas (teknik pembelajaran dan
kemampuan awal) menunjukkan bahwa
variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat (kemampuan berpikir kritis). Hasil
pengujian hipotesis I, II, dan III secara
detail disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengujian Statistik Inferensial
Sumber F Sig.
Kemampuan_Awal 55,374 ,000Teknik 8,620 ,005Kemampuan_Awal * Teknik 1,475 ,239
Berdasarkan Tabel 4 terlihat
bahwa signifikansi yang diperoleh untuk
hipotesis I (0,005) < α (0,05) berarti Ho
ditolak dan H1 diterima, yang berarti benar
terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis peserta didik yang dibelajarkan
dengan teknik mind mapping pada model
pembelajaran inkuiri terbimbing kelas X
SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada materi
reaksi oksidasi-reduksi.
Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa
signifikansi yang diperoleh untuk
hipotesis II (0,000) < α (0,05) berarti Ho
ditolak dan H1 diterima, yang berarti benar
terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis berdasarkan kemampuan awal
peserta didik pada model pembelajaran
inkuiri terbimbing kelas X SMA Negeri 1
Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-
reduksi.
Hasil uji Post Hoc Tukey HSD
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
kritis peserta didik yang berkemampuan
awal tinggi lebih besar dibandingkan yang
berkemampuan awal sedang dan yang
berkemampuan awal sedang lebih tinggi
kemampuan berpikir kritisnya dibanding
yang berkemampuan awal rendah.
Data pada Tabel 4 juga
menunjukkan bahwa signifikansi (0,239)
> α (0,05) sehingga Ho gagal ditolak
artinya tidak terdapat interaksi antara
penggunaan teknik mind mapping dan
kemampuan awal pada model
pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu
Riawa pada materi reaksi oksidasi-
reduksi. Hipotesis III juga dapat
9
dijelaskan dengan grafik seperti pada
Gambar 1.
Gambar 1. Interaksi Antara Teknik Mind Mapping dan Kemampuan Awal Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa
Pada Gambar 1 memperlihatkan
bahwa tidak ada perpotongan garis antara
teknik mind mapping dan non mind
mapping maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada interaksi antara penggunaan
teknik mind mapping dan kemampuan
awal pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing dalam mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis peserta didik
kelas X SMA Negeri 1 Pitu Riawa pada
materi reaksi oksidasi-reduksi.
Hasil pengujian hipotesis I juga
didukung oleh hasil analisis deskriptif
bahwa nilai rata-rata peserta didik yang
dibelajarkan dengan menggunakan teknik
mind mapping lebih tinggi dari pada nilai
rata-rata peserta didik yang dibelajarkan
dengan menggunakan teknik non mind
mapping. Hal ini berarti teknik mind
mapping lebih baik dibandingkan dengan
teknik non mind mapping dalam
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Perkasa (2012). Hasil dari
penelitiannya membuktikan bahwa ada
pengaruh penggunaan mind mapping pada
model pembelajaran langsung terhadap
hasil belajar peserta didik.
Alasan adanya pengaruh teknik
mind mapping pada pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik, yaitu karena kelas
yang menggunakan teknik mind mapping
atau pemetaan pikiran akan lebih mudah
mereview kembali materi/catatan
sehingga waktu belajarnya lebih cepat dan
mengingat konsep dengan mudah yang
ditemukan sendiri sedangkan kelas non
mind mapping sebaliknya. Mengingat
model pembelajaran inkuiri mempunyai
kelebihan di mana peserta didik dapat
mengarahkan sendiri cara belajarnya.
Namun, membutuhkan banyak waktu
untuk mengimplementasikannya. Jadi,
dengan mengkombinasikan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
teknik mind mapping dapat membantu
peserta didik untuk meningkatkan
10
kemampuan berpikir kritis. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Herdian
(2011), antara lain perbedaan catatan biasa
dan media mind mapping, mind mapping:
berupa tulisan, simbol dan gambar,
berwarna-warni, untuk mereview ulang
dibutuhkan waktu yang pendek, waktu
untuk belajar sangat cepat dan efektif,
sedangkan catatan biasa berupa tulisan-
tulisan saja, hanya dalam satu warna,
untuk mereview ulang dibutuhkan waktu
yang lama, waktu untuk belajar lebih
lama. Menurut Adam (1998), membuat
catatan pribadi dalam bentuk mind
mapping membantu kita untuk
menghemat waktu, meningkatkan
kemampuan mengingat dan pemahaman.
Adapun hasil pengujian hipotesis
II juga didukung oleh hasil analisis
deskriptif bahwa nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis dan nilai rata-
rata peserta didik yang berkemampuan
awal tinggi, sedang, dan rendah sangat
berbeda antara satu dengan yang lain.
Secara keseluruhan, nilai rata-rata untuk
peserta didik yang berkemampuan awal
tinggi lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
peserta didik yang berkemampuan awal
sedang dan rendah baik di kelas
menggunakan teknik mind mapping
maupun non mind mapping.
Kemampuan awal pada model
pembelajaran inkuiri sangnat berpengaruh
pada kemampuan berpikir kritis karena
pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing, peserta didik akan melakukan
penyelidikan untuk menemukan konsep-
konsep baru dengan bantuan pengetahuan-
pengetahuan sebelumnya (kemampuan
awal) untuk saling dihubungkan konsep
satu dengan yang lainnya sehingga
kemampuan berpikir kritisnya semakin
meningkat. Berpikir kritis adalah proses
berpikir tingkat tinggi. Semakin tinggi
tingkat kemampuan awal maka semakin
tinggi juga tingkat kemampuan berpikir
kritis. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sanjaya (2006) bahwa
peserta didik yang termasuk pada
kemampuan tinggi biasanya ditunjukkan
oleh motivasi yang tinggi dalam belajar,
perhatian dan keseriusan dalam mengikuti
pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya,
peserta didik yang tergolong pada
kemampuan rendah ditandai dengan
kurangnya motivasi belajar, tidak ada
keseriusan dalam mengikuti pelajaran,
termasuk menyelesaikan tugas, dan
sebagainya.
11
Kemampuan awal adalah
kemampuan intelektual yang menjadi
modal dasar peserta didik untuk
menguasai materi ajar. Kemampuan awal
sangat menentukan laju belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan
pemahaman konsep. Hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Prawiradilaga (2009)
bahwa kemampuan awal berpengaruh
terhadap laju belajar, persepsi terhadap
topik, dan pencapaian tujuan
pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil uji Tukey HSD bahwa peserta
didik yang berkemampuan awal tinggi,
sedang, dan rendah memiliki rata-rata
kemampuan berpikir kritis yang berbeda.
Peserta didik yang berkemampuan awal
tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis
yang lebih tinggi dibanding yang
berkemampuan awal sedang. Begitupun
peserta didik yang berkemampuan awal
sedang memiliki kemampuan berpikir
kritis yang lebih tinggi dibandingkan yang
berkemampuan awal rendah.
Pada hipotesis III, terjadinya tidak
ada interaksi karena adanya kekonsistenan
kemampuan berpikir kritis peserta didik
antara kelompok yang di kelas eksperimen
I (mind mapping) dengan kelompok
eksperimen II (non mind mapping)
sehingga menyebabkan tidak adanya
perpotongan garis pada Gambar 1.
Kelompok berkemampuan awal tinggi di
kelas mind mapping memiliki kemampuan
berpikir kritis lebih unggul dibanding
kelompok berkemampuan awal tinggi di
kelas non mind mapping. Begitupun pada
kelompok berkemampuan awal sedang
dan rendah, selalu konsisten lebih unggul
kemampuan berpikir kritis peserta didik di
kelas mind mapping dibandingkan dengan
kelas non mind mapping. Jadi, kedua
variabel (mind mapping dan kemampuan
awal) mempengaruhi kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Namun, antara teknik
mind mapping dan kemampuan awal
peserta didik tidak saling mempengaruhi.
Dengan demikian tidak ada konstribusi
secara bersama-sama yang dapat
disumbangkan antara teknik mind
mapping dan kemampuan awal untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
Alasan adanya kekonsistenan
tingkat berpikir kritis peserta didik karena
di kelas mind mapping lebih unggul
dibanding kemampuan berpikir kritis
peserta didik di kelas non mind mapping
ditinjau dari tingkatan kemampuan awal,
yaitu kelas mind mapping mengalami
12
proses lebih menguntungkan yaitu adanya
pembuatan mind mapping pada akhir
pembelajaran yaitu proses kesimpulan
sehingga peserta didik sudah tergambar
secara jelas dalam pikirannya dan
dituangkan dalam mind mapping yang
dibuat. Hal ini menyebabkan peserta
didik lebih mudah menghubungkan
konsep satu dengan konsep lainnya
dengan warna serta penjelasan-penjelasan
yang rinci, singkat, padat, dan jelas,
berwarna-warni dan untuk meriview ulang
dibutuhkan waktu yang pendek sehingga
untuk belajar sangat cepat dan efektif
sedangkan pada kelas non mind mapping,
peserta didik hanya menyimpulkan lewat
catatan biasa cuma satu warna dan untuk
meriview ulang dibutuhkan waktu yang
lama.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data dan
pengujian hipotesis yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh teknik mind mapping pada
model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Pitu
Riawa pada materi reaksi oksidasi-
reduksi, ada pengaruh kemampuan awal
pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Pitu Riawa pada materi reaksi oksidasi-
reduksi, tidak ada interaksi antara teknik
mind mapping dan kemampuan awal pada
model pembelajaran inkuiri terbimbing
dalam mempengaruhi kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas X SMA
Negeri 1 Pitu Riawa pada materi reaksi
oksidasi-reduksi.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, maka disarankan pada materi
oksidasi-reduksi menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan
teknik mind mapping serta memperhatikan
kemampuan awal peserta didik karena
sangat mempengaruhi kemampuan
berpikir kritis peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, K. 1998. I am Gifted, So are You! Jakarta: Pustaka Indah.
Fischer, A. 2008. Berpikir Kritis (sebuah pengantar). Jakarta: Erlangga.
Herdian. 2011. Model pembelajaran Mind Mapping. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-
13
mind-mapping/, diakses 18 November pukul 20.00 wita.
Nurasia. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Palopo Pada Materi Pokok Larutan Asam Basa. Tesis. Makassar: Prodi Pendidikan Kimia Program Pascasarjana UNM.
Perkasa, M. 2012. Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Pada Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Siswa X SMA Negeri 1 Watangsoppeng Pada Materi Pokok Hidrokarbon. Skripsi. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Prawiradilaga, D.S. 2009. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Pritchard, A. 2009. Ways of Learning, Learning Theories and Learning Styles in The Classroom. New York: Routledge Taylor & Francis Group.
Ramadhani, S.F. 2014. Pengaruh Pemberian Kuis di Akhir Pertemuan Pada Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Watangsoppeng Studi pada Materi Pokok Ikatan Kimia. Skripsi. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Medan: Graha Ilmu.
Tuan, Hsiao-Lin. 2005. Investigating The Effectiveness Of Inquiry Instruction On The Motivation Of Different Learning Styles Students. International Journal of Science and Mathematics Education (2005) 3: 541–566 © National Science Council, Taiwan 2005, diakses 19 Maret 2013.
Yaumi, M. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
14