ruptur lien nurmianda
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu organ kita yang paling sering mengalami cedera pada suatu
trauma tumpul pada daerah perut atau toraks kiri bagian bawah adalah lien.
Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak langsung yang
menyebabkan laserasi kapsul linealis dan avulsi pedikel lien sebagian atau
menyeluruh. (3)
Pada trauma lien yang perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda
perdarahan yang memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik dan
nyeri abdomen pada kuadran atas kiri dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi
diafragma.
Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada trauma tumpul lien dapat
terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini terjadi
karena adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau adanya
hematom subkapsuler yang membesar secara lambat dan kemudian pecah.
Untuk menentukan diagnosa trauma tumpul maka diperlukan anamnesa
adanya riwayat trauma abdomen bagian kiri bawah, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, yang menunjukkan tanda-tanda trauma tumpul dengan
ruptur lien. (1).
Di rumah sakit yang besar dengan tenaga dan fasilitas yang baik
dianjurkan untuk memberikan pertolongan konservatif, bila dengan perawatan
konservatif ini dengan observasi yang ketat keadaan penderita memburuk maka
segera dilakukan tindakan operatif. (3)
Dengan majunya teknik bedah, maka pandangan bahwa setiap ruptur lien
harus dibuang telah diubah. Pandangan sekarang bahwa sedapat mungkin lien
harus dipertahankan, kecuali bila hal tersebut tidak mungkin dilakukan.
I.2. Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui tentang ruptur lien pada
trauma tumpul abdomen mengenai gambaran klinik, diagnosis serta terapi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robek atau
pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak yang terjadi
karena trauma tumpul, secara langsung atau tidak langsung. (2)
II.2. Anatomi
Lien adalah suatu organ dengan berat 150 sampai 250 gr dan ukurannya
kira-kira sebesar tinju orang dewasa. Lien tergantung pada ligamentum yang
melekat pada kuadran kiri atas abdomen dan dilindungi dari trauma oleh tulang
iga atau costa. (3)
Lien menerima suplai darahnya terutama pada bagian tengahnya yang
disebut hilum yang dibatasi oleh kurvatura mayor gastrika dan kauda pankreas.
Organ lien ditutup oleh kapsul fibrosa setebal 2 sampai 3 mm yang
memberikan perabaan kenyal menutupi sifat lunak parenkim yang terkandung
di dalamnya.
Dalam perkembangan embriologi dini, pembengkakan mesodermis
muncul di bawah permukaan epitel mesogastrium dorsalis, dengan cepat
bersatu ke dalam kelompok dengan satu suplai darah lien rudimeter, yang
mula-mula berlobulasi, pada akhir bulan ketiga dalam rahim, lobulasi
menghilang dan lien menjadi bentuk dewasa. (2)
Suplai darah utamanya melalui arteri dan vena splenika, arteri splenika
merupakan salah satu dari tiga cabang utama arteri seliaka.
Arteri seliaka berjalan sepanjang batas atas pankreas memberikan cabang
pankreatika dan gastrika breves sebelum memasuki separuh lien. Beberapa
cabang vena keluar dari hilum dan segera bersatu membentuk vena splenika,
yang sebagian berjalan medial di dalam permukaan posterior pankreas distal
tepat di bawah tepi superior. Sepanjang perjalanannya vena splenika menerima
cabang pankreatika dan gastrika breves maupun vena mesentrika inferior. Vena
splenika bergabung dengan vena mesentrika superior untuk membentuk vena
porta. (2)
2
Lien diselaputi oleh simpai yang bercabang ke parenkim lien dalam
bentuk trabekula yang membungkus pulpa limpa. Pulpa ini terbagi menjadi tiga
zona yaitu pulpa putih, marginal, merah. (1)
II.3. Fisiologi
- Pematangan dan perbaikan eritrosit
- Pembuangan sel darah yang sudah tua atau yang rusak
- Produksi limfosit, monosit dan sel plasma
- Pembentukan antibodi dan faktor lain yang digunakan dalam imunologi
- Hematopoiesis
- Penyimpanan darah dan unsur-unsur darah
- Pembuangan dan penyaringan materi tertentu dari darah, termasuk bakteri
dan mikroorganisme yang dibawa oleh darah. (2)
3
II.4. Patologi
Kelainan lien akibat ruptur dikelompokkan atas jenis ruptur kapsul, kerusakan
parenkim, laserasi luas sampai ke hilus dan ovulsi lien.
4
Lien yang membesar biasanya pecah pada permukaan luarnya
mengakibatkan robekan atau hematom subkapsular. Jarang terjadi robekan
kecil pada permukaan anterior hilum yang dapat mengakibatkan perdarahan
cukup berat dan juga sulit ditemukan.
II.5. Manifestasi Klinis
Robekan atau kerusakan lien pada penderita dengan ruptur lien
traumatika dapat bermacam yaitu dari robekan transversal yang kecil sampai
besar. Robekan tranversal melalui hilus robekan longitudinal, haematoma sub
capsular sampai terputusnya lien dari arteri dan vena lienalis. Kebanyakan dari
robekan lien tadi berjalan tranversal, sehingga tidak terlalu banyak merobek
pembuluh darah yang di dalam lien. (3)
Gambaran klinisnya mencakup tanda-tanda perdarahan nyeri abdomen pada
kuadran atas kiri, dan nyeri pada bahu kiri, sehingga dapat dibagi menjadi 2
kelas yaitu :
1) Kematian cepat
Lien hancur sangat rusak. Pasien datang dengan kehabisan darah atau mati
sebelum dapat dimulai resusitasi atau dilaksanakan laparotomi.
2) Syok dan tanda-tanda robekan limpa
Syok merupakan kelompok terbesar dan kira-kira tiga perempat dari
semua kasus termasuk kelas ini. Pasien memperlihatkan tanda hipovolemia
yang menunjukkan adanya bencana intra abdomen yang parah tidak selalu
dapat dinyatakan dengan tepat organ yang rusak, tetapi terdapat sebagian
besar kejadian tanda-tanda fisik harus mengarah kepada organ lien.
Pasien pucat, abdomen tegang. Kekakuan abdomen bervariasi, dengan
rentang antara kekakuan umum sampai terlokalisasi pada kuadran atas kiri
dan meluas sampai ke panggul.
Rasa nyeri yang bervariasi, biasanya terasa jika bernafas dalam. Denyut nadi
tidak melebihi 90 dan tekanan darah sering tidak terpengaruh selama beberapa
jam. Nyeri menjalar pada bahu kiri merupakan gejala yang penting hampir
selalu ada dan sering tidak ditanyakan kepada pasien karena tidak mengeluh,
yang dirasakan hanya nyeri abdomen sangat mencolok. (2)
II.6. Diagnosis
5
Robekan atau kerusakan lien akibat trauma tumpul abdomen dapat
bervariasi yaitu robekan tranversal melalui hilus, robekan longitudinal dengan
hematom sub capsular sampai terputusnya arteri dan vena lienalis.
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan :
A. Dalam anamnesa didapatkan adanya trauma :
Trauma tersebut dapat berat atau ringan. Langsung atau tidak langsung
akibat kecelakaan atau jatuh dari ketinggian.
Trauma tadi dapat menimbulkan jejas atau tidak terdapat jejas pada
dinding perut. Jejas tersebut dapat juga selain pada perut bagian kiri atas
(contre coupe).
B. Pada pemeriksaan fisik
1. Tanda fisik yang ditemukan pada ruptur lien tergantung adanya organ-
organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya perdarahan dan adanya
kontaminasi rongga peritoneum. Ditemukan masa di kiri atas.
Terdapat darah bebas dalam rongga perut secara klinis hal ini penting
dan dapat diketahui dengan cara :
- Tensi yang menurun, nadi yang meningkat, dengan ada atau
tidaknya tanda-tanda syok dan anemia akibat perdarahan yang
hebat.
- Pekak sisi dengan shifting dullness pada rongga perut akibat
adanya hematom sub capsular atau omentum yang membungkus
suatu hematom sub capsuler disebut tanda Ballance.
- Darah bebas yang memberi rangsangan pada peritoneum sehingga
gejalanya tegang otot perut dan rasa nyeri mencolok.
Pada ruptur yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan
syok, tanda perdarahan intra abdomen, atau dengan gambaran seperti
ada tumor intra abdomen. Pada bagian kiri atas yang nyeri tekan
disertai tanda anemia. (1)
2. Pada pemeriksaan lokal yaitu didapatkan nyeri perut bagian atas tetapi
pada sepertiga kasus mengeluh nyeri perut kuadran kiri atas atau
punggung kiri.
6
Bila darah mengumpul pada perut kiri atas pada daerah lien akan
memberikan rasa nyeri pada bahu kiri (kehr’s sign) dijumpai ± 50%.
Semua penderita ruptur lien dan nyeri bahu kiri baru timbul pada
posisi trendelenberg.
Pengumpulan darah pada rongga peritoneum dapat diketahui dengan
menggunakan pita ukur untuk mengukur lingkar perut yang bertambah
setiap jamnya. (1)
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin, yaitu kadar Hemoglobin, Hematokrit, angka
Leukosit karena terjadi perdarahan maka akan terjadi penurunan
hemoglobin, hematokrit disertai leukosit.
2. Hemoglobin diperiksa berulang kali secara serial untuk mengetahui
penurunan yang bertahap. (6)
3. Untuk membantu menentukan adanya darah bebas di dalam rongga
peritoneum yang meragukan dapat dilakukan :
Peritoneum lavage adalah tindakan melakukan bilasan rongga perut
dengan memasukkan ± 1 liter cairan air garam fisiologis yang steril
melalui kanul dimasukkan ke dalam rongga peritoneum, setelah 10-15
menit cairan tadi dikeluarkan lagi, bila cairan yang keluar berwarna
merah, maka kesimpulannya adalah ada darah dalam rongga perut.
Menurunnya hematokrit disertai dengan perasaan nyeri yang tetap
pada perut kiri atas, ada kalanya memerlukan peritoneal lavage yang
kedua meskipun peritoneal lavage yang pertama memberi hasil yang
negatif. (3)
4. Pemeriksaan foto abdomen, yaitu foto polos abdomen 3 posisi
Yang perlu diperhatikan adalah adanya gambaran patah tulang iga
sebelah kiri peninggian diafragma kiri, bayangan lien yang membesar
dan udara bebas intra atau retroperitoneal.
Pada foto polos abdomen memperlihatkan pendorongan lambung atau
kolon transversa, dan peningkatan suatu bayangan opak di
hipokondrium atas kiri, obliterasi pada ginjal kiri, bayangan psoas kiri
dan hemidiafragma kiri naik. (6)
7
5. Pemeriksaan angiografi, khususnya pada penderita yang gawat dimana
dapat diketahui dengan pasti adanya kerusakan-kerusakan pada lien
baik kerusakan berat maupun ringan.
6. Pemeriksaan CT scanning dengan cara sekarang yang sangat populer ini
dapat kita menentukan diagnosa pasti dari ruptur lien. Selain untuk
mendiagnosa, scanning dapat dipakai untuk mengevaluasi berat
ringannya kerusakan, untuk pengamatan lebih lanjut dan untuk
melihat penyembuhan dan kerusakan pada lien. Hal ini sangat berguna
bila kita mengobati penderita ruptur lien secara konservatif. (2)
Dengan scanning dapat dilihat bahwa 2 sampai 5 bulan setelah trauma
pada lien, gambaran lien dapat sudah normal kembali apabila
dibandingkan dengan angiografi, scanning mempunyai ketelitian yang
sama dengan morbiditas yang lebih rendah. (3)
II.7. Diagnosa Banding
- Tumor lien
- Ruptur lien spontan akibat penyakit infeksi dan penyakit hematologik.
II.8. Penatalaksanaan
Dengan majunya teknik bedah, maka pandangan bahwa setiap ruptur
lien harus dibuang telah diubah pandangan sekarang bahwa sedapat mungkin
lien harus dipertahankan, kecuali bila hal tersebut tidak mungkin dilakukan.
Splenektomi total bukan lagi merupakan pengobatan yang paling tepat dengan
alasan :
1. Kecenderungan terjadinya overwhelming post splenectomy infection
syndrome (opsi) pada penderita post splenektomi baik pada penderita bayi
maupun penderita orang dewasa.
2. Fungsi lien yang melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri, terutama
organisme-organisme yaitu pneumococcus dan meningococcus yang
mempunyai kapsul dan dianggap sebagai benda asing.
3. Adanya kemungkinan perdarahan pada lien dapat berhenti spontan.
4. Lien yang robek dapat disembuhkan dengan penjahitan. (3)
8
Dengan demikian maka terapi pada ruptur lien adalah :
1. Non operatif atau konservatif
Hal umum yang perlu mendapat pertolongan segera pada pasien trauma
yaitu :
a. Evaluasi terhadap saluran pernafasan dan tulang vertebra
Dengan memperhatikan adanya sumbatan pada saluran pernafasan ke
bawah dan mencakup larynx, serta benda asing yang harus
dikeluarkan dan adanya kemungkinan fraktura vertebra cervicalis,
sehingga dilakukan hiperekstensi kepala dan leher pasien untuk
membentuk atau mempertahankan saluran pernafasan atau untuk
memasukkan pipa endotrachea atau cara sederhana dengan satu
metode dengan mengangkat dagu. Bila tindakan ini gagal untuk
menghilangkan obstruksi, maka pipa endotrachea dipasang melalui
hidung untuk mencegah hiperekstensi leher pada fraktur vertebrae
cervicalis.
Bila intubasi trachea nasal tidak berhasil, maka diindikasikan
krikotiroidotomi bedah dengan membuat insisi kulit vertikal atau
transversal yang meluas melalui ligamentum cricothyroidea yang
diikuti pemasangan pipa trakeostomi kecil.
b. Pertukaran udara
Perhatian selanjutnya pada tercukupinya pertukaran udara, pemberian
oksigenasi yang adekuat.
c. Sirkulasi
Nadi dipalpasi dan dinilai kualitas, kecepatan, irama dilakukan
pemeriksaan terhadap tensi atau pengukuran untuk mengetahui adanya
tanda-tanda syok yang perlu segera dilakukan tranfusi darah dan terapi
cairan yang seimbang diberikan secara cepat untuk mengatasi syok
hipovolemik.
d. Pemasangan pipa lambung (NGT) untuk mencegah muntah dan
aspirasi dan pemasangan kateter untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai jumlah urin yang keluar. (5)
9
2. Operatif
a. Splenektomi total
b. Splenektomi partial
c. Splenorrhapi
2.a). Splenektomi total
Splenektomi total dilakukan jika terdapat kerusakan parenkim lien
yang luas, avulsi lien, kerusakan pembuluh darah hilum, kegagalan
splenorapi dan splenektomi parsial.
Tindakan splenektomi total tidak perlu diragukan, meskipun ada
kemungkinan terjadinya opsi. Insiden untuk terjadi opsi lebih berarti
bila dibandingkan dengan bahaya maut karena perdarahan yang
hebat.
Lebih dari 50% dari semua ruptur lien memerlukan splenektomi total
untuk mengurangi opsi dikemudian hari ada pendapat-pendapat yang
menganjurkan :
1). Autotranplantasi/reimplantasi jaringan lien, yaitu jaringan lien
yang telah robek diimplantasikan ke dalam otot-otot pada
dinding perut atau di pinggang di belakang peritoneum. Caranya
ialah : jaringan lien tadi dimasukkan ke dalam injeksi spuit dan
melalui injeksi spuit tadi jaringan lien dimasukkan ke dalam
otot-otot dinding perut.
2). Polyvaleat pneumococcal vaccine atau pneumovaks dapat
dipakai untuk mencegah terjadinya opsi. Cara-cara dan optimal
untuk pemberian suntikan booster belum diketahui.
3). Prophylaksis dengan antibiotika
Pemberian antibiotika (denicilline, erythomycin, trimethroprim-
sulfomethoxazole) setiap bulan dianjurkan, terutama kali ada
infeksi yang menyebabkan demam diatas 38,5°C. juga ada
laporan mengenai opsi yang disebabkan karena organisme-
organisme yang sensitif penicilin, pada penderita post
splenektomi yang telah diberi penicilin profilaksis.
10
4). Yang lebih praktis adalah agar setiap penderita post splenektomi
dianjurkan supaya segera memeriksakan ke dokter setiap kali
menderita panas. Penderita tersebut supaya langsung diberi
pengobatan antibiotika dan dievaluasi lebih lanjut, untuk
mendapat perawatan medis yang sempurna.
2.b). Splenektomi partial
Bila keadaan dan ruptur lien tidak total sedapat mungkin lien
dipertahankan, maka dikerjakan splenektomi partial dianggap lebih
menguntungkan daripada splenektomi total.
Cara : eksisi satu segmen dilakukan jika ruptur lien tidak mengenai
hilus dan bagian yang tidak cedera masih vital.
2.c). Splenorrhapi
Splenorrhapi adalah operasi yang bertujuan mempertahankan
lien yang fungsional dengan tehnik bedah.
Tindak bedah ini terdiri dari membuang jaringan non vital, mengikat
pembuluh darah yang terbuka dan menjahit kapsul lien yang terluka.
Luka dijahit dengan jahitan berat asam poliglikolat atau
polidioksanon atau chromic catgut (0-0, 2-0, 3-0) dengan simple
jahitan matras atau jahitan figure of eight.
Jika penjahitan laserasi kurang memadai, dapat ditambahkan dengan
pembungkusan kantong khusus dengan atau tanpa penjahitan
omentum. (3)
II.9. Prognosis
Penderita dengan ruptur lien pada trauma tumpul abdomen dapat diselamatkan
apabila segera dilakukan pertolongan yang tepat sehingga mencegah bahaya
maut. Keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan umum penderita dan
berat ringannya trauma dan komplikasinya.
11
BAB III
RESUME
Ruptur lien pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robek atau
pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak yang terjadi secara
langsung atau tidak langsung.
Ruptur lien yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari
sampai beberapa minggu setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang
dari 7 hari.
Kelainan lien akibat ruptur dikelompokkan atas jenis ruptur kapsul, kerusakan
parenkim, laserasi luas sampai hilus dan avulsi lien.
Gambaran klinisnya mencakup tanda-tanda perdarahan hebat yang dapat
menyebabkan syok hipovolemik, perdarahan intra abdomen dan nyeri abdomen pada
kuadran atas kiri dan nyeri bahu kiri. Ditemukan masa di kiri atas akibat adanya
hematom sub kapsuler.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang.
Penanggulangan pada ruptur lien dilakukan secara konservatif dan operatif.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997, Ruptur Limpa dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.
2. Sabiston, 1998, Trauma Abdomen dalam Buku Ajar Bedah, Bagian I, EGC, Jakarta.
3. Tedja Sindarta dan Tjuk Risantoso, 1981, Ruptura Lienalis Traumatis, Seminar Trauma RS dr. Saiful Anwar, Malang, FK Unibraw Malang.
4. The committee on trauma, American college of surgerions, 1982, Abdomen dalam Perawatan Dini Penderita Cedera, Yayasan Esentia Medika.
5. John L. Cameron, 1987, Trauma Tumpul Abdomen dalam Terapi Bedah Mutahir, Edisi ke 4 Jilid 2 Binarupa Aksara, Jakarta.
6. Aston Jn, 1983, Trauma Abdomen dan Genitouriner dalam Kapita Selekta Traumatologik dan Ortopedik, Edisi 3, EGC, Jakarta.
13