dyahnur.staff.gunadarma.ac.iddyahnur.staff.gunadarma.ac.id/.../60553/denah+rumah.docx · web...
TRANSCRIPT
2.0. DATA BANGUNAN
2.1. Nama proyek : KANTOR DAN HUNIAN
2.2. Jenis Bangunan : Bangunan Kantor dan Hunian
2.3. Lokasi : Jalan Menteng Raya, Jakarta
2.4. Data Bangunan : Bangunan terdiri dari :
Basement 2 lantai
Bangunan Kantor 9 lantai.
No. Ruangan Fungsi
Luas
( m² ) Elevasi
1.
2.
3.
4.
No. Ruangan Fungsi
Luas
( m² ) Elevasi
5.
6.
7.
8.
2.1. PERHITUNGAN BEBAN DAYA LISTRIK
SCHEDULE BEBAN LISTRIK
Fungsi Ruang Klarifikasi Beban(Peralatan Elektronik)
Beban TerpakaiMCB1 MCB2
Total :
Total Beban Terpakai :
Total Daya PLN :
Tabel Estimasi biaya :
Nama Barang(Komponen Instalasi)
Kuantitas Harga satuan Total Harga
TOTAL :
3.0 INSTALASI SISTEM LISTRIK
3.1 PENDAHULUAN
Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai listrik ke distribusi beban. Pada sistem listrik ini akan dijelaskan gambaran secara garis besar mengenai instalasi listrik serta besarnya beban listrik, suplai listrik, distribusi listrik dan sistem proteksi yang digunakan.
3.2. LINGKUP PEKERJAAN SARANA KELISTRIKAN
Lingkup sarana listrik arus kuat adalah :
a. Sistem instalasi Tegangan Menengah dan transformator penurun tegangan.b. Sistem instalasi tegangan rendahc. Sistem instalasi penerangan dan stop kontak.d. Sistem instalasi sumber daya listrik cadangan (Diesel Genset).e. Sistem instalasi Pentanahan.f. Sistem instalasi penangkal petir.
3.3. DASAR DAN STANDAR PERENCANAAN
Dasar dan standar serta peraturan adalah berdasarkan :
1. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional :UU No. 18/1999 tentang “Jasa Kontruksi” serta PP terkait.
UU No. 28/2002 tentang “ Bagunan Gedung” serta PP terkait.
2. Peraturan Daerah DKI Jakarta, dan peraturan serta Surat Keputusan lainnya yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI yang terkait.
3. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 7 tahun 1991, atau edisi terakhir.
4. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 8 tahun 2008, atau edisi terkhir.
5. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/1998 tanggal 10 November 1998,
tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
- Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000Tanggal 1 Maret 2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
6. Standard Nasional Indonesia, pedoman Teknik, dan ketentuan dari instasi yang berwenang mengenai jenis Instalasi yang dirancang.
7. SNI No.04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listril (PUIL).8. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan yang berkaitan dengan tenaga listrik.9. SNI No.03-0713 tahun 2004Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung.10. SNI No.03-6197 tahun 2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan pada angunan
Gedung.11. Paduan Pencahayaan Sisi Luar Bangunan Tinggi dan Penting di Wilayah DKI Jakarta tahun
1999, atau edisi terakhir.12. Standar IEC dan Standar Internasional dibagai hal-hal yang belum diatur dalam
standar/peraturan diatas.
3.4. SUMBER DAYA LISTRIK
Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari :
Perusahaan umum Listrik Negara (PLN) Diesel Generator set,
PLN merupakan sumber daya listrik utama yang akan mensuplai seluruh kebutuhan beban pada bangunan ini. Sistem suplai daya listrik yang direncanakan adalah dengan berlangganan tegangan menengah 20 kV, 3 phasa, 50 Hertz.
Sumber daya listrik PLN tersebut dihubungkan dengan Panel Distribusi Tegangan Menengah (PTM.) yang berada diruang utilitas Listrik pada Lantai Atap Parkir (lantai 1). kemudian di-hubungkan ke Transformator penurun tegangan 20 kV/ 0.4 kV untuk distribusi daya ke-bangunan.
Daya listrik tegangan rendah pada bangunan ini di-distribusikan secara radial melalui Panel Distribusi Utama Tegangan Rendah ( PUTR), kemudian di-distribusikan ke-panel-panel pembagi pada tiap-tiap lantai.
Untuk mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai daya listrik dari sumber daya listrik utama, maka di-siapkan unit Diesel Generator Set, sebagai sumber daya listrik cadangan, yang berada diruang utilitas Listrik pada Lantai 1.
Sumber Daya listrik dari Diesel Generator set pada bangunan ini di-hubungkan ke Panel PUTR.
Untuk menghindari suplai daya listrik yang bersamaan antara Sumber Daya Listrik Utama (PLN) dengan Suplai Daya Listrik Cadangan (Diesel Generator Set) maka di-pasang sistem interlock di-sisi incoming circuit breaker dari kedua sumber di-dalam Panel Sub Distribusi Tegangan Rendah.
Berdasarkan perhitungan beban listrik pada Bangunan ini, kapasitas Transformator dan Diesel Generator Set yang di-rencanakan adalah :
3.6. BEBAN-BEBAN LISTRIK
Beban-beban listrik pada bangunan gedung ini direncanakan meliputi penerangan, stop kontak, peralatan elektronik, sistem tata udara, pompa distribusi air bersih, pompa hidran & sprinkler, sistem telepon, sistem tata suara, system Fire Alarm (pengindera kebakaran), dan juga beban-beban peralatan kontrol dan lain-lain.
Menurut derajat pentingnya beban, seluruh beban listrik dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut :
3.6.1. Beban Normal
Beban normal adalah seluruh beban – beban listrik yang tersambung didalam/diluar gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN.
3.6.2. Beban Emergensi
Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya listrik PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel genset. Untuk bangunan ini beban-beban lampu, stop kontak, Air Conditioner, fan, dan motor-motor masuk dalam beban emergency.
3.6.3. Beban Prioritas (Beban Saat Kebakaran)
Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani, baik oleh sistem pelayanan PLN maupun sistem pembangkit tenaga listrik cadangan (diesel generator set). Beban-beban listrik ini digunakan untuk upaya penyelamatan jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan baik.
Beban-beban listrik yang mutlak tetap dilayani saat terjadinya kebakaran antara lain adalah :
Pompa hidran kebakaran/ Sprinkler. Peralatan Evakuasi/ sistem paging. Sistem pengindera kebakaran. Lampu-lampu emergensi. Lift kebakaran
Presurized Fan.
3.7. SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK
3.7.1. Umum
Sistem distribusi listrik digunakan sistem radial yang terdiri dari :
Sistem Distribusi Tegangan Menegah. Sistem Distribusi Tegangan Rendah.
3.7.3. Sistem Instalasi Tegangan Rendah
a. Distribusi Daya listrik dari Transformator / Trafo ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR) melalui penghantar kabel.
Dari Transformator / Trafo ke panel PUTR. Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt.
Sistem konfigurasi : 4 pole / 4 wire Ukuran kabel : NYY 3(3 x 1C x 240 mm²) +2(1C x 240 mm²). Conduktor : Tembaga ( CU ).
b. Distribusi Daya listrik dari Diesel Generator Set ke Panel Kontrol Genset (PKG) melalui penghantar kabel :
PKG Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. Sistem konfigurasi : 4 pole / 4 wire Ukuran kabel : NYY 3 (3 x 1C x 240 mm²) + 2(1C x 240 mm²). Conduktor : Tembaga ( CU ).
c. Distribusi Daya listrik dari Panel Kontrol Genset ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR ) melalui penghantar kabel :
Dari PKG ke panel PUTR. Tegangan nominal : 600 – 1000 Volt. Sistem konfigurasi : 3 phase Ukuran kabel : NYY 3(3 x 1C x 240 mm²) + 2(1C x 240 mm²). Conduktor : Tembaga ( CU ).
Melalui Panel Distribusi Tegangan Rendah (PUTR), daya listrik didistribusikan secara radial ke panel-panel listrik ditiap-tiap lantai, antara lain :
Penerangan & Stopkontak Fire Alarm & Tata suara. Tata udara (AC). Pompa Air Bersih & Pompa Pemadam Kebakaran. Lift dan lain-lain.
3.8. KABEL FEEDER
Tipe dan Diameter Kabel FeederTipe kabel yang dipakai adalah kabel daya baik yang berinti tunggal maupun yang berinti banyak, ukuran kabel disesuaikan dengan beban yang ada.
Rugi-rugi Tegangan (Voltage Drop) Untuk instalasi, diameter kabel dipilih sesuai dengan beban yang ada dan memberikan
maksimal jatuh tegangan pada ujung beban tidak lebih dari 2,5 % untuk penerangan dan 5 % untuk motor-motor.
Cara Pemasangan KabelPemasangan kabel-kabel daya dari panel utama ataupun dari sub-sub panel menggunakan rak kabel yang dipasang secara horizontal maupun vertikal.
Contoh Perhitungan Jatuh Tegangan* Referensi
Siemens - General cataloque volume 1, Insulated Wires and cables, Power cables, cable fitting, cable distribution cabinet, 1971/1972.
* Dasar Perhitungan :
Jatuh Tegangan ( Tiga phasa )
U L=√3. I . LL10 .Un
(RL .Cosϕ+X L. Sinϕ )
Dimana :
UL = Drop Voltage sepanjang kabel penghantar dalam ( % ) I = Arus (Ampere) Cos = Faktor daya aktif Sin = Faktor daya reaktif Panjang Kabel (lL) = Panjang kabel (Meter) RL = Resistansi Konduktor Tembaga (Ohm/km) XL = Induktif Impedansi Konduktor Tembaga (Ohm/km) Un = Tegangan Beban Nol di sisi Sekunder Transformator (Volt).
Catatan : lihat halaman EL – 23.
3.9. PANEL LISTRIK DAN PERALATANNYA
Pengaman Rangkaian ListrikPengaman dari panel listrik dipergunakan jenis Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker (MCB)
Tebal plat kabinet panel listrikKetebalan plat panel listrik untuk dipsang pada dinding/wall mounted minimum 1,6 mm dan untuk yang berdiri di-lantai / free standing adalah 2 mm.
Pembuatan PanelCara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan standard yang ada.
Sistem ProteksiSistem proteksi direncanakan dengan sistem proteksi bertingkat pada panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub-distribusi serta panel distribusi utama.
Jenis proteksi yang dipergunakan :
1. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit).2. Sistem proteksi terhadap arus lebih (Over Current).3. Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (Ground Fault Current).4. Sistem proteksi terhadap tegangan lebih (Over Voltage)5. Sistem proteksi terhadap tegangan turun (Under Voltage)
Dengan adanya sistem proteksi diatas, apabila terjadi gangguan seperti hubung singkat, arus lebih dan lain-lain, circuit breaker secara otomatis akan membuka (Trip) sehingga gangguan tersebut tidak akan merusak komponen listrik lainnya.
Seluruh batasan ( rating ) dan tingkat kemampuan dan kepekaan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa, sehingga karakteristik proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang diinginkan dan akan memback-up sistem lainnya.
3.10. PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT
Dibawah ini diberikan rumus untuk perhitungan arus hubung singkat pada panel distribusi utama tegangan rendah.
Detail Perhitungan lihat halaman 21.
Sebagai basis perhitungan diambil kapasitas trafo : 630 kVA..
Rumus perhitungan arus hubung singkat adalah sebagai berikut :
V
Arus hubung singkat Isc = ----------------------------- kA
√3 √ ( RT2 + XT2 )
Dimana :
Isc = Arus Hubung Singkat (Kilo Ampere).
V = Tegangan Phasa ke Phasa (Volt).
RT = Resistansi (m Ω)
XT = Reaktansi (m Ω)
SISTEM PENERANGAN
1.11.1. U m u m
Tingkat intensitas penerangan untuk ruangan disesuaikan dengan kefungsian dari pada ruangan tersebut, sehingga didapat level intensitas penerangan yang cukup dan sesuai dengan pekerjaan tertentu.
1.11.2. Standar Intensitas Penerangan
Standar intensitas penerangan yang direncanakan menggunakan standar penerangan bangunan di Indonesia.
Ruangan Intensitas Penerangan (Lux)
3.11.3. Jenis-jenis Lampu Penerangan
Jenis lampu penerangan yang digunakan secara umum :
Sesuaikan dengan denah rumah yang dirancang
KantorLampu yang digunakan adalah lampu 3xTL5-14 Watt Armature/rumah Lampu Inbow (pemasangan di dalam plafont)
ToiletUntuk ruangan ini dipergunakan lampu down light, sehingga memberikan kesan estetika dari segi Arsitektur.
TanggaUntuk ruangan ini dipergunakan type lampu TL yang dilengkapidengan battery dan lampu exit dengan battery sebagai back up power supply.
KorridorUntuk korridor ini di-rencanakan menggunakan lampu down light yang di lengkapi juga dengan Lampu Emergency + Nicad Battery yang di pasang ke-arah Tangga darurat.
Luar GedungUntuk penerangan luar gedung dipakai lampu taman jenis SL 18 Watt satu tiang lampu dengan dan type Armature disesuaikan dengan Exterior.
3.11.4. Contoh Perhitungan Intensitas Penerangan untuk area R.Kantor dapat dilihat pada halaman EL- 18 s/d EL- 20.
F . N . M . U
Rumus E = ----------------------
A
A
Rr = ----------------------
( Tl – Tk ) (P + L)
Dimana :
E = Tingkat penerangan (Lux).
F = Luminasi lampu (Lumen).
N = Jumlah titik lampu (buah)
M = Faktor pemeliharaan.
U = Faktor Utilitas.
A = Luas Ruangan (m2)
Rr = Room Ratio (Indeks ruang)
Tl = Tinggi langit-langit (m).
Tk = Tinggi bidang kerja (m).
P = Panjang Ruangan (m).
L = Lebar Ruangan (m).
Faktor - faktor Reflektansi :
Langit-langit (Rc) : 50 % Dinding (Rw) : 50 % Lantai (Rf) : 20 % - 30 %
3.11.5. Saklar-saklar Lampu Penerangan
Ruang Peralatan, pantri, koridor, toilet, gudang, ruang mesin dan ruang sejenis.Untuk ruangan-ruangan ini dipergunakan saklar yang dipasang setempat untuk memudahkan
operasinya.
Tangga DaruratUntuk ruangan tangga darurat lampu-lampu penerangan tangga direncanakan sistem
penyalaannya menggunakan sakelar hotel dan lampu-lampu tersebut dilengkapi dengan
batere nicad.
Luar GedungUntuk penerangan luar gedung dipergunakan Timer Switch, sehingga lampu dapat menyala
dan padam sesuai waktu yang telah diprogram secara otomatis.
Ketinggian Saklar LampuSaklar lampu dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai.
3.11.6. Pengabelan Saklar Lampu
Jenis kabel yang dipakai untuk instalasi penerangan dalam gedung adalah NYM dengan diameter 2,5 mm² dengan conduit PVC. Pemasangan instalasi kabel diatas ceiling di klem pada slab pada setiap jarak 1,5 m. Semua body dari lampu dihubung-tanahkan dengan kabel yang dihubungkan ke terminal grounding dari panel. Untuk instalasi penerangan luar gedung dipakai kabel NYFGBY yaitu kabel yang dilindungi dengan metal shealded yang digunakan untuk menahan benturan benda keras dan benda tajam. Untuk daerah yang melalui daerah jalan mobil pemasangannya dilindungi dengan GIP (Galvanis Iron Pipe ) ditanam sedalam 80 cm dari permukaan tanah.
3.11.7. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan
Banyaknya lampu-lampu per group (per-circuit) diatur, sehingga dapat di proteksi dengan
Miniature Circuit Breaker.
3.12. SISTEM INSTALASI STOP KONTAK (GENERAL POWER OUTLETS)
3.12.1. Stop Kontak pada Kolom/Dinding
Untuk seluruh lantai dan ruang-ruang mekanikal, toilet, gudang dan ruang sejenisnya, dipasang
stop kontak pada kolom atau dinding bata dengan ketinggian 30 cm dari lantai dan khusus ruang
pantry dan ruang sejenisnya dipasang dengan ketinggian sesuai dengan penempatan peralatan -
peralatan pantri.
3.12.2. Pengabelan Instalasi Stop Kontak
Pengabelan instalasi stop kontak dengan kabel NYM 3 x 2.5 mm2, dengan conduit PVC semua
stop kontak dihubung-tanahkan melalui kabel yang dihubungkan ke grounding pada panel untuk
stop kontak.
Khusus untuk Stopkontak diarea Basah contoh area Pantri di pasang ELCB.
3.12.3. Proteksi Instalasi Stop Kontak
Banyaknya stop kontak per group diatur sedemikian rupa,sehingga dapat diproteksi dengan
Miniature Circuit Breaker dengan kapasitas 10 ampere.
3.13. SISTEM INSTALASI HUBUNGAN PENTANAHAN
Sistem pentanahan yang direncanakan adalah dengan sistem PEMBUMI PENGAMAN (PP), yaitu semua motor listrik, stop kontak, panel listrik, lampu-lampu dan bagian instalasinya yang didalam keadaan kerja normal tidak bertegangan dihubung tanahkan ke sistem pentanahan
(Grounding System) dan menghubung tanahkan titik netral dari sumber listrik genset dan transformator.
3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi
Luas penampang hantaran pengaman untuk sistem pentanahan dan cara instalasinya keseluruhan
disesuaikan dengan peraturan yang ada pada PUIL 2000.
3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber listrik
Sumber-sumber listrik yaitu transformator 20 KV-400/220V dan genset 380/220V titik netralnya diketanahkan secara terpisah. Selain itu casing / housingnya yang pada keadaan normal tidak bertegangan di ketanahkan pula secara terpisah.
3.13.3. Hubungan Pentanahan Antar Panel
Sistem pentanahan ditarik satu kawat utama(feeder/riser),kemudian pada tiap-tiap lantai diberikan
satu terminal box dan untuk selanjutnya didistribusikan ke tiap panel dan peralatan-peralatan
listrik lainnya.
3.13.4. Bak kontrol/pentanahan
Untuk sistem pentanahan dari genset, transformator ( baik body maupun titik netral harus dibuat
pada lokasi titik pentanahan yang terpisah.
Jakarta, 14 Desember 2017
Prof. Dr. Any Kurniawati Yapie Asesor Kompeten No :……
4.0. LAMPIRAN-LAMPIRAN.
4.1. LAMPIRAN PERHITUNGAN TINGKAT PENERANGAN LT. 2 (Dua) KANTOR.
Referensi No. Gambar EL-15 . Gambar R. Personalia
Luas ruangan Personalia Lantai 2 = 4,82x 10,9 = 52,538 m2
Tipe lampu : 3xTL5 14 W dengan Type Armature FC2 (Facette Glossy M2) Reflector.
a). Indeks Ruangan (Rr)Untuk mendapatkan faktor utilitas, dihitung dulu indek ruangannya.
P x L
Rr =
Tb (P + L)
Tb = (Tl – Tk)
Dimana :
a. Tl = Tinggi langit-langit/plat dak (m)b. Tk = Tinggi bidang kerja (m)c. Tb = Tinggi berguna (m)d. P = Panjang ruangan (m)e. L = Lebar ruangan (m)
Rr=10 ,9 x 4 ,822.05 x (10 ,9+4 ,82 )
Rr=1 ,63
Setelah mendapatkan nilainya, baru menetukan Reflextansi :
Plafon /langit-langit (PCC) = 70% Dinding (PW) = 50%
Lantai (PFC) = 20%
Setelah mendapatkan data tersebut diatas, baru mendapatkan Faktor Utilitas seperti perhitungan terlampir :
b). Faktor Utilitas (U)
Setelah Indek ruangan (Rr) diketahui yaitu 1,1 maka faktor utilitas (u) dapat diketahui dengan menggunakan table Referensi lihat lampiran :
Dari hasil Interpolasi
- 1 0.60 Referensi lihat lampiran :
(dari Lampiran Tabel Coefficeents of Utillzation)
Menggunakan Lampu diffuser alumunium Reflector.
1,63 X
2 0.66 Referensi lihat lampiran :
( dari Lampiran Tabel Coefficeents of Utillzation)
Menggunkan Lampu diffuse alumunium Reflector.
- 0.66 – 0.60 = 0.06
- X = (1.63-1)x0.06
1
= 0,0378
Jadi U = 0.66 – 0.0378
= 0.62
Setelah dilakukan interpolasi maka faktor utilitasnya adalah 0,62
c). Metode Rata - rata (Avarage Methode)
E=FxNxMxUA
Sehingga, jumlah Lampu yang terpasang (N)
N= ExAFxMxU
Dimana :
o N = Jumlah Lampu yang terpasango E = Tingkat penerangan rata – rata = 300 Lux untuk Kantoro F = Luminasi lampu (Lumen) = 4050 / lampuo U = Faktor utilitas = 0.62o M = Faktor pemeliharaan = 0.8o A = Luas (m2) = 52,54 m2
Sehingga :
N=300 x 52.54¿4050 x 0.8 x 0. 62 ¿¿
¿
N = 7,846 ~ N = 8 Buah
Dengan Lampu terpasang 8 Buah menghasilkan tingkat penerangan rata-rata sebesar :
E=FxNxMxUA
E=4050 x8 x 0 .8 x 0. 62¿52. 54 ¿¿
¿
E = 305.87 Lux
4.2. LAMPIRAN PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT
DIAGRAM BAGIAN DARI INSTALASI
RESISTANSI
( m )
REAKTANSI
( m )
Jaringan Sisi Atas
(Sisi Tegangan Menengah)
Psc= 500 MVA (daya dasar hubung singkat)
R1=4002 x0 ,15 x 10−3
500
R1=0 .048
X1=4002 x0 ,98 x10−3
500
X1=0 ,31
Transformator
S = 630 kVA
Usc = 4%
U = 400 V
Wc = 6500 W
R2=6500 x 4002 x10−3
6302
R2=2 .62
X2=√( 4100
x 4002
630 )2
−(2. 62 )2
X2=9 ,82
Koneksi Kabel dari Transformator ke Pemutus Daya kabel 3x(1x240mm2)/phase
L = 5 m
R3=22 ,5 x123 x 240
R3=0 ,375
X3 = 0,12 x 12/3
X3 = 0.48
Pemutus Daya Cepat
R4 = 0 X4 = 0
Koneksi Rel Pemutus
Batang – batang(CU)
3x5x80 mm2 Per Phase
L= 5 m
R5=22 ,5 x5800
R5=0 ,14
X5 = 0,15x5
X5 = 0.75
Pemutus Circuit Cepat
R6 = 0 X6 = 0
Koneksi Kabel Panel Utama
Ke Panel Sekunder (PD.Fire)
1x1x120 mm2 Per Phase
L= 46 m
R7=22,5 x 46120
R7=8 ,625X7 = 0,12x46
X7 = 5.52
PERHITUNGAN ARUS HUBUNG SINGKAT (kA)
RESISTANSI
( m )1. REAKTANSI
( m )
Isc
(kA)
Pada ISC1
RT1 = R1 + R2 + R3 + R4
RT1 =0.048+2.62+0.375+0
RT1 = 3.043
XT1 = X1 + X2 + X3 + X 4
XT1 = 0,31+9.82+0.48+0
XT1 = 10.61
400√3√(3 .0432+10 .612 )
=20.9 kA
Pada
400√3√(3 . 1832+11. 362 )
=19.6 kA
ISC2 RT2 = RT1 + R4 + R5
RT2 =3.043+0+0,14
RT2 = 3.183
XT2 = XT1 + X4 + X5
XT2 = 10.61 + 0 + 0,75
XT2 = 11.36
Pada ISC3
RT3 = RT2 + R6 + R7
RT3 =3.183+0+8.625
RT3 = 11.808
XT3 = XT2 + X6 + X7
XT3 = 11.36 + 0 + 5.52
XT3 = 16.88
400√3√(11. 8082+16 . 882
=11.21 kA
PENENTUAN RESITENSI DAN REAKTANSI PADA SETIAP BAGIAN
BAGIAN DARI INSTALASI
RESISTANSI
( m )
REAKTANSI
( m )
Jaringan Sisi Atas
(Sisi Tegangan Menengah)
R1 = Z1 Cos 10-3
Cos = 0,15
Z1 =
U02
P
P = Daya hubung pendek pada jaringan sisi atas dalam MVA (500 MVA)
X1 = Z1 Sin 10-3
X1 = 0,98
Transformator R2 =
W c xU02 x10−3
S2
S = Daya terpasang
Transformator (KVA)
WC = Rugi-rugi tembaga
Uo = Tegangan kerja
X2=√Z22−R2
2
Z2 =
Usc100
U02
S
Usc = Tegangan Hubung Pendek Transformator (%)
Kabel(1) Lihat Table kabel
X3 = 0,08 L (kabel tiga phase)
X3 = 0,12 L(3) (kabel satu phase)
Rel R3=ρLS
L = Panjang rel dalam (m)
1. = 56 (cu) atau 32 (AI)S = Luas penampang rel (mm²)
X3 = 0,15 L
L = Panjang Rel Dalam (m)
4.3. LAMPIRAN MANUAL KALKULKASI VOLTAGE DROPKabel Power untuk ke Panel Lantai Atap (susut tegangan dari PUTR ke PP.Atap)
Total Beban Terpakai : 232.790 VATegangan kerja : 400 V
Arus Maksimum ( I )
= VA
400 .√3
=232 . 790
400 .√3 = 336 A
Kabel : NYY 4 x 240 mm² Arus I : 336 A Cos : 0,90 Sin : 0,435 Panjang Kabel (lL) : 53 meter RL : 0.0754 Resistansi Konduktor Tembaga. XL : 0.07 Induktif Impedansi Konduktor Tembaga.
Un : 400 V(Tegangan BebanNol disisi Sekunder Transformator) UL : Drop Voltage sepanjang kabel penghantar dalam ( % )
U L=
√3. I . LL10 .Un
(RL.Cosϕ+X L. Sinϕ )
=1 ,73 x 336 x 5310 x 400
(0 ,0754 x 0,9+0 ,07 x0 .43 )
=308084000
( 0 ,068+0 ,03 )
=182994000
x 0 ,098
= 0.75 %
4.4. LAMPIRAN PERHITUNGAN CAPASITOR BANK
Daya Transformator 500 KVA
Besar beban setelah difersity factor : 414 KVA
(Cos 0,6 = 248.4 KW)
Daya Semu (VA)
Qc
Q’
Q
Daya Reaktif (VAR)
S
S’
’
P (Daya Aktif)(W) = 248.4 KW
Cos = 0,6 (dari beban)
Cos ’ = 0,91 (diperbaiki)
Q = P Tag
Q’ = P Tag ’
Qc = Q – Q’
Cos = 0,60 = 59 Tag = 1,33
Cos = 0,91 ’ = 24 Tag ’ = 0,45
QC = P (Tag - Tag ’)
= P (1,33 – 0,45)
= P (0.88) berdasarkan Tabel Koreksi Faktor daya (cos
= 248.4 KW . (0.88) = 218.6 KVAR ~ 250 KVAR
= Sudut Awal
’ = Sudut yang diperbaiki
Q = Daya reaktif sebelum diperbaiki
Q’ = Dara reaktif yang sudah diperbaiki
S = Daya semusebelum diperbaiki
S’ = Daya semu sesudah diperbaiki
4.5. LAMPIRAN GAMBAR DIAGRAM SATU GARIS PANEL UTAMA TEGANGAN RENDAH.
4.6. LAMPIRAN FAKTOR UTILITAS ARMATUR LAMPU