rudy_case trauma tembus.doc
TRANSCRIPT
KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATA
RS MATA DR.YAP, YOGYAKARTA
Nama : Rudyanto
NIM : 11.2010.245
Dr. Pembimbing : Dr. Enni Cahyani. P, Sp.M, M.kes.
Fak. Kedokteran : UKRIDA
I. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 39 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No.RM : 33-13-54
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Parakan-Sidumulyo, Kulon Progo
Tanggal Masuk RS : 19 September 2011 (pukul 14.20 wib)
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 20 September 2011 jam 17.50 wib.
Keluhan Utama : Mata kanan tertusuk paku
Keluhan Tambahan : Pandangan mata kanan kabur dan sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tiga jam SMRS mata kanan pasien tertusuk paku sepanjang 7 cm yang diikat
dengan tali ketika sedang membantu tetangganya memasang lantai rumah. Paku yang
menusuk mata pasien adalah paku baru yang belum berkarat. Setelah menusuk mata
kanan pasien, menembus melalui konjungtiva inferior. Paku langsung terlepas dan
mengenai pelipis pasien. Mata kanan pasien kemudian mengeluarkan darah dan cairan
bola mata, dan terasa sakit.
Setelah kejadian pasien langsung dibawa menuju RSUD Wates, tetapi pasien
hanya diekplorasi saja. Pasien kemudian dirujuk ke RS Mata Dr.Yap Yogyakarta.
1
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat pemakaian kacamata (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melitus (-)
Riwayat Asthma (-)
Riwayat Trauma Mata Sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit atau gejala-gejala yang sama
yang diderita oleh pasien saat ini.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign (tgl 20 September 2011) :
TD : 120/80 mmHg
N : 68 x / menit
RR : 18 x / menit
Suhu : 36,5 ºC
Kepala : normochepali
Mata : lihat status oftalmologis
THT : dalam batas normal
Thorax : BJ I-II, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
2
B. STATUS OLTAFMOLOGIS
OD OS
1. VISUS Okulo Dekstra (OD) Okulo Sinistra (OS)
Tajam penglihatan 1/~ 6/6
Koreksi (lensometri) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Addisi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Distansia Pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kacamata Lama Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Enoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. SUPERSILIA
Warna Hitam Hitam
3
Simetris Simetris Simetris
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema Ada Tidak ada
Nyeri tekan Ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura palpebra Tidak ada Tidak ada
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
5. KONJUNGTIVA TARSALIS SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis Ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemis Tidak ada Tidak ada
Kemosis Ada Tidak ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Tidak ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Ada Tidak ada
4
Injeksi Siliar Ada Tidak ada
Injeksi Subkonjungtiva
Ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
7. SISTEM LAKRIMALIS
Punctum Lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8. SKLERA
Warna Merah Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Ada Tidak ada
9. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 12 mm 12 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
5
Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arkus Senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Tidak ada Tidak ada
10. BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dangkal Dalam
Kejernihan Keruh Jernih
Hifema Ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
11. IRIS
Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan
Kripte Gambaran baik Gambaran baik
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
12. PUPIL
Letak Isokor Isokor
Bentuk Iregular Bulat
Ukuran 1,4 mm 3 mm
Refleks Cahaya Negatif Positif
6
Langsung
Refleks Cahaya TakLangsung
Negatif Positif
13. LENSA
Kejernihan Keruh Jernih
Letak - -
Shadow Test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
14. BADAN KACA
Kejernihan Tidak dilakukan Jernih
15. FUNDUS OKULI
Batas Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Warna Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Rasio Arteri:Vena Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Makula Lutea Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Retina Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Eksudat Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Perdarahan Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Sikatriks Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
Ablasio Tidak dilakukan Tidak ada kelainan
7
16. PALPASI
Nyeri Tekan Ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
17. KAMPUS VISI
Uji Konfrontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Tanggal 19 September 2011
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 GDS 154 mg/dL 80-120 mg/dL
2 HBSAg Negatif Negatif
3 Ureum 29,7 10-50 mg/dL
4 Kreatinin 1,26 0,6-1,36 mg/dL
5 SGOT 21,8 7-36 U/L
6 SGPT 8,2 7-32 U/L
7 LDH 206 120-240 U/L
8 CK-MB 1 ˂22 U/L
8
9 Albumin 4,92 3,5-5,3 g/dL
10 Elektrolit Na 139,66 135,37 – 145 mmol/L
11 Elektrolit K 4,19 3,48 - 5,50 mmol/L
12 Elektrolit Cl 103,91 96,00 – 106 mmol/L
13 Cholesterol total 133 ˂220 mg/dL
14 Waktu Perdarahan 1 menit 2-6 menit
15 Waktu Pembekuan 9 menit 7-16 menit
IV. RESUME
Pasien seorang laki-laki berusia 39 tahun, datang dengan keluhan utama mata kanan
tertusuk paku. Paku yang menusuk mata pasien adalah paku baru yang belum berkarat. Setelah
menusuk mata kanan pasien, menembus melalui konjungtiva inferior. Paku langsung terlepas
dan mengenai pelipis pasien. Mata kanan pasien kemudian mengeluarkan darah dan cairan bola
mata, dan terasa sakit.
Setelah kejadian pasien langsung dibawa menuju RSUD Wates, tetapi pasien hanya
diekplorasi saja. Pasien kemudian dirujuk ke RS Mata Dr.Yap.
Pada pemeriksaan didapatkan, status generalis dalam batas normal. Status oftalmologis
didapatkan;
VOD : 1/~
VOS : 6/6
OD: Konjungtiva merah meradang, lensa keruh, sklera hemorrhagi, merah, palpebra inferior
keluar sekret, diameter pupil 1,4mm
OS: Emetrop
V. DIAGNOSIS KERJA
OD Trauma Okuli Penetrans dengan prolaps iris dan Hifema
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
- USG mata
- Foto Rontgrn Orbita dengan marker (ring atau lensa kontak comberg untuk
menentukan ada / tidaknya atau letak benda asing
- ERG untuk mengetahui fungsi retina
- VER untuk mengetahui jalur penglihatan ke makula lutea
- Tonometri aplanasi
VII. PENATALAKSANAAN
A. Non Medikamentosa
Tirah baring dengan elevasi 30-60 derajat.
B. Medikamentosa
1. Injeksi ATS untuk mencegah tetanus
2. Injeksi Intravitral vankomisin 250mg sebagai profilaksis infeksi
3. Injeksi Ciprofloksasin 200 gr / 8 jam iv
4. Transamine Acid 4 X 250mg sebagai koagulansia
5. Sulfas Atropine 1% untuk mencegah blok pupil dan mengistirahatkan iris (efek midriasis).
6. Hidrokortison 0,5% topikal untuk mengurangi komplikasi iritis dan perdarahan sekunder
7. Beri asetazolamide 250 mg 3X1 peroral bila TIO tinggi.
C. Bedah
1. Scleral Hecting
2. Parasentesis, untuk mengeluarkan darah dan nanah dari COA
10
X. PROGNOSISOD OS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam Dubia ad BonamAd Fungsionam : Dubia ad malam Dubia ad BonamAd Sanationam : Dubia Dubia ad Bonam
XI. TINJAUAN PUSTAKA
Trauma Okuli Penetrans
Pendahuluan
Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma . Bola mata
terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang-tulang yang kuat. Kelopak mata dapat
menutup dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat
mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak mata,
terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di
keluarkan. Kebanyakn trauma mata adalah ringan, namun karena luka memar yang luas pada
sekeliling struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya.
Trauma mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda, kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang parah. Kecelakaan di
rumah, kekerasan, ledakan, cedera akibat olah raga, dan kecelakaan lalulintas merupakan
keadaan keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata.
Perforasi bola mata merupakan keaadaan yang gawat untuk bola mata karena pada
keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat mengakibatkan kerusakan
susunan anatomis dan fungsional jaringan intraokuler. Trauma tembus dapat berbentuk perforasi
skelera, prolaps badan kaca maupun prolaps badan siliar.
11
Epidemiologi
Terdapat sekitar 2,4 juta okuler dan orbita di Amerika serikat setiap tahunnya, dimana
20.000 sampai 68.0000dengan trauma yang mengamcam penglihatan dan 40.000 ornag
menderita kehilangan penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya. Hal ini hanya di dahului
oleh katarak sebagai penyebab kerusakan penglihatan Di AS dan trauma merupakan penyebab
paling banyak dari kebutaan unilateral.
United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi epidemiologi
yang digunakan secara umum di AS. Menurut data dari USEIR, rata-rata umur orang yang
terkena trauma okuli perforans adalah 29 tahun, dan laki-laki lebih sering terkena di banding
dengan perempuan. Menurut studi epidemiologi international, kebanyakan orang yang terkana
trauma okuli perforans adalah laki-laki umur 25 sampai 30 tahun, sering mnegkonsumsi alcohol,
trauma terjadi di rumah. Selain itu cedera akibat olah raga dan kekerasan merupakan keadaan
yang paling sering menyebabkan trauma.
Pada studi yang lain, di simpulkan bahwa olahraga dihubungkan dengan trauma pada
pemakai kacamata umumnya terjadi pada usia di bawah 18 tahun dan jatuh dihubungkan dengan
trauma pada pemakai kaca mata umumnya terjadi pada usia 65 tahun atau lebih. Meskipun
kacamata dihubungkan dengan trauma yang terjadi, resep kacamata dan non resep kacamata
hitam telah ditemukan untuk memberikan perlingdungan yang menghasilkan insidens yang
rendah pada trauma serius mata bagi penggunannya.
Anatomi
Bola mata orang dewasa memiliki bentuk yang hampir bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan dan tipis. Knjungtiva dapat
dibagi dalam 3 zona gegrafis : palpepra, forniks dan bulbar. Bagian bulbar mulai dari
mukokutaneus jungtion dari kelopk mata dan melindunginya pada pemukaan dalam. Bagian ini
melekat erat pada tarsus. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbikulare di fornices
dan melipat berkali-kali, sehingga memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik sekretorik. Kecuali di limbus, konjungtiva bulbaris melekat
longgar ke kapsul tenon dan skelera dibawahnya.
12
Sklera adalah pembungkus fibrosa yang menjadi pelindung dari sekitar 4/5 permukaan
mata. Jaringan ini kontras dengan kornea yang transparan, dimana skelera padat dan putih serta
bersambung dengan kornea di sebelah anterior dan dura meter optikus di belakang. Insersi
skelera pada otot rektus sangat tipis yaitu skitar 0,3 mm dan bertambah 1 mm ketebalannya di
posterior. Skelera menjadi tipis dan berjalan melingtang pada lamina kribrosa, dimnana akson
dari sel ganglion keluar untuk membentuk nervus optic. Nutrisi sklelera lewat pembuluh darah
dipasok oleh episkelera yaitu lapisan tipis dari jaringan elastic halus yang membungkus
permukaan luar skleera anterior.
Kornea menmpati pertengahan dari rongga bola mata anterior yang terletak diantara
sklerea. Kornea sendiri merupakan lapisan avaskuler dan menjadi salah satu medi refraksi
( bersama dengan humor aquous membentuk lensa positif sebesar 43 dioptri). Kornea memiliki
permukaan posterior lebih cembung daripada anterior sehingga rata mempunyai ketebalan sekitar
11,5 mm (untuk orang dewasa). Kornea memiliki lima lapisan yang berbeda dari anterior ke
posteror, yaitu : epitel, membranan Bowman, stroma, membrane Descman dan endotel. Kornea
mendapat suplai makan dari humor aqous, pembuluh-pembulh darah sekitar limbus dan air mata.
Trasparansi kornea oleh strukturnya yang seragan, avaskularitasnya dan deturgenisnya.
Lapisan setelah kornea adalah Uvea. JAringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan sclera
dan uvea dibatas oleh ruang yang potensila mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahn pada
ruda paksa yang disebut perdarah suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri dari iris, badan siliar (terletak pada uvea anterior) dan koroid
(erletak pada uvea posteror). Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mat. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang
sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh simpatis. Tot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lense untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuoas humor)
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sclera.
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan hamper transparan. Tebalnya
sekitar 4 mm dan diametarnya 9 mm. Lensa terletak di belakang pupil yang dipengang di daerah
ekuator pada badan siliar melalui Zonula Zinni. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau
saraf di lensa.
13
Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat
difokuskan di daerah macula lutea.
Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan. Permukaan luar retina
sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina, sehingga juga bertumouk dengan
membrana Bruch koroid dan sclera. Di sebahagian besar tempat, retina dan epiteliaum pigmen
retina mudah terpisah sehingga membentuk suatu ruang subretina, seperti yang terjadi pada
ablasio retina.
Terdapat enam otot pengerak bola mata dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di
daerah tempral atas di dalam rongga orbaita.
Patofisiologi
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup,
countercoup, equatorial, dan global reposititioning. Cuop adalah kekuatan yang disebabkan
langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop,
dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbuta. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari
bola mta cenderung mengambang dan merupah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola
mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seprti yang diharapkan.
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar bola mata
(konjungtiva) yang disebabkan oleh benda sing. Meskipun demiian kabanyakan trauma ini
adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya
atau perlengketan pada kornea yang mana hal ini dapat menjadi serius.
Trauma tembus bola mata dapat denga atau tanpa masuknya benda sing intraocular.
Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sclera dengan prolaps badan kaca disertai dengan
perdarahan badan kaca. Dapat juga perforasi sclera ini disertai dengan prolaps badan siliar.
Gambaran Klinis
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata , maka akan
terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:
- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi
14
- Tajam penglihatan yang menurun akibat tedapatnya kekeruhan media refrakta secara
langsung atau tidak langsung akibat ruma tembus tersebut
- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata
- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea
- Bentuk dan letak pupil berubah.
- Terlihatnya rupture pada kornea atau sclera
- Adanya hifema pada bilik mata depan
- Terdapat jaringan yang di prolaps seperti cairan mata, irirs lensa, badan kaca atau retina
Diagnosis
Diagnosis trauma okuli perforans dapat di tegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang jika tersedi. Pada anamnesis informasi yang di
perolah dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya trauma., bahan penyebab truma dan
pekrjaan untuk mengetahui objek penyebabnya. Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman
penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera. Harus di catat apakah gagnguan penglihatan
bersifat prograsif lambat atau berawitan mendadak. HArus dicurigai adanya benda asing
intraokuler apabila terdapat riwayat me-malu, mengasah atau kedakan. Cedera pada anak dengan
riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang diderita, harus di curigai akan adanya
penganiayaan anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khussus pada detail terjadinya trauma,
riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit, pengobatan sebelumnnya dan elergi.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara hati-hati dan manipulasi sedapat mungkin
diminimalisir. Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan. Apabila ganguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi cahaya, diskriminasi
dua titik, dan adanya defek pupil eferan. Periksa motilitas mata dan sensasi kulit perorbita dan
lakukan palpasi untuk mencari defek pada bagian tepi tulang orbita. Pada pemeriksaan kornea
dan konjungtiva bila luka tidak menyebankan rupture bola mata, maka dilakukan eversi kelopak
mata untuk mengetahui lokasi benda tersebut sejelas-jelasnya. Kedalaman dan kejernihan
kamera anterior dicatat. Ukuran bentuk dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan
dengan mata yang lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil di mata yang cedera.
15
Pemiriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di segmen
anterior bola mata. Tes fluoresisn dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera
kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mnegetahui tekanan bola
mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk
dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing yang masuk
cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata.
Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa, kemusian diuji
pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga
akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.
Pemeriksaan Ct0scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi benda asing. MRI
kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam. Electroretinography (ERG) berguna
untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan pada pasien yang
tidak berkomunikasi dengan pemeriksaan.
Bila dalaminspeksi terlihat rupture bola mata , atau adanya kecenderungan rupture bola
mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan lagi. Mata dilindungi dengan pelingdung tanpa bebat,
kemudian dirujuk ke se spesialis mata. Dokumentasi foto bermanfaat untuk tujuan-tujuan
medikolegal pada semua kasus trauma eksternal.
Penatalaksanaan
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gwat darurat dan harus segera
mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti:
- Infeksi
- Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika
Pada setiap timdakan bertujuan untuk :
- Mempertahan bola mata
- Mempertahankan penglihatan
Pada setipa keadaan , harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila masih
terdapat kempuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan. Bila terdapat benda asing, maka
sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan banda asing tersebut.
16
Penatalaksanaan pasien dengan trauma okuli perforans adalah :
1. Penata laksanaan sebelum tiba di rumah sakit:
- Mata tidak bolah dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak
- Tidak boleh dilakukan menipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata
- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan
- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mnegantisipasi tindakan operasi
2. Penatalaksanaan di rumah sakit:
- Pemberian antibiotic spectrum luas
- Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi
- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi
- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila bila mata
intak)
- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
Komplikasi
Komplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli perforans :
- Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis
- Katarak traumatic
- Galukoma sekunder
- Oftalmika simpatika
Prognosis
Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor, seperti:
- Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik
- Tempat luka pada bola mata
- Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing
- Benda asing megnetik atau non megnetik
- Dalamnya luka tembus, apakahvtumpul atau luka ganda
- Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata Edisi 3. Fakultas kedokteran universitas indonesia. Jakarta.
2004.
2. Gunawan, Wasidi. Kegawatdaruratan mata. Diakses melalui
http://dc340.4shared.com/doc/UIfEI7Y3/preview.html tanggal 22 September 2011 pukul
14.20
3. Ramdani, Bily M. Penatalaksanaan Trauma Tembus Bola Mata Pada Laki-laki Usia 52
Tahun. Diakses melalui http://www.fkumyecase.net/ tanggal 22 September 2011 pukul 14.25
4. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 2007
5. Preparation of intravitreal antibiotics for endophthalmitis. Diakses melalui
http://www.mrcophth.com/usefulclinicalinformation/antibiotics.html tanggal 22 September
2011 pukul 15.15
18
19