rpp kurikulum 2013

12
FENOMENA GOSIP KAUM IBU DI DESA HUTA MOPUTI KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO Yelva Infan W. Mohamad Faried Th. Musa, S. Sos, MA Funco Tanipu, ST, MA Program Studi Sosiologi Abstrak Jurnal ini merupakan hasil Penelitian tentang Fenomena Gosip kaum ibu di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, dalam masyarakatnya gosip bagi kaum ibu tertentu menjadi salah satu pekerjaan sampingan yang mereka lakukan dalam kesehariannya. Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa diartikan sebagai, suatu kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang ketika berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya dinamakan dengan pergaulan, dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia, marah/sabar, dan bisa mengontrol emosi. Peranan percakapan sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas pergaulan. Masalah yang diteliti mencakup dua permasalahan berikut ini. (1) bagaimana fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato? (2) apakah gosip kaum ibu dapat merubah hubungan sosial mereka dalam masyarakat di desa Huta Moputi kecamatan Dengilo? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Gosip untuk menganalisis permasalahan pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka/ dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato dipengaruhi oleh kebiasaan mereka yang sering bercerita dengan orang lain sehingga tanpa disadari pembicaraan tersebut sudah mengarah pada pembicaraan negatif yakni bergosip, serta kebiasaan bergosip ini menjadikan hubungan sosial diantara penggosip menjadi renggang diakibatkan tersebarnya berita mengenai seseorang yang digosipkan tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gosip atau biasa disebut dengan rumor khususnya tentang urusan pribadi orang lain, ini merupakan salah satu cara yang paling umum dilakukan untuk berbagi fakta dan sudut pandang, tapi juga memiliki reputasi tentang adanya kesalahan dan variasi mengenai informasi yang disampaikan. Kata kunci : Fenomena, Gosip, Kaum ibu, bercerita, interaksi. Menuliskan narasi masyarakat di Indonesia secara sosiologis merupakan ruang yang sangat menarik, karena sosiologi itu sendiri berbicara mengenai masyarakat. Sejarah panjang tentang tumbuh dan berkembangnya masyarakat di

Upload: dolfie-eky-pratama

Post on 18-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

rpp

TRANSCRIPT

FENOMENA GOSIP KAUM IBU DI DESA HUTA MOPUTI

KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO

Yelva Infan W. Mohamad

Faried Th. Musa, S. Sos, MA

Funco Tanipu, ST, MA

Program Studi Sosiologi

Abstrak

Jurnal ini merupakan hasil Penelitian tentang Fenomena Gosip kaum ibu di Desa

Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, dalam masyarakatnya

gosip bagi kaum ibu tertentu menjadi salah satu pekerjaan sampingan yang

mereka lakukan dalam kesehariannya. Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa

diartikan sebagai, suatu kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang

ketika berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya

dinamakan dengan pergaulan, dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia,

marah/sabar, dan bisa mengontrol emosi. Peranan percakapan sangat berpengaruh

dalam menentukan kualitas pergaulan. Masalah yang diteliti mencakup dua

permasalahan berikut ini. (1) bagaimana fenomena gosip kaum ibu di desa Huta

Moputi kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato? (2) apakah gosip kaum ibu

dapat merubah hubungan sosial mereka dalam masyarakat di desa Huta Moputi

kecamatan Dengilo? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Gosip

untuk menganalisis permasalahan pertama dan kedua. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

observasi, wawancara, dan studi pustaka/ dokumentasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan

Dengilo Kabupaten Pohuwato dipengaruhi oleh kebiasaan mereka yang sering

bercerita dengan orang lain sehingga tanpa disadari pembicaraan tersebut sudah

mengarah pada pembicaraan negatif yakni bergosip, serta kebiasaan bergosip ini

menjadikan hubungan sosial diantara penggosip menjadi renggang diakibatkan

tersebarnya berita mengenai seseorang yang digosipkan tersebut. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah gosip atau biasa disebut dengan rumor khususnya tentang

urusan pribadi orang lain, ini merupakan salah satu cara yang paling umum

dilakukan untuk berbagi fakta dan sudut pandang, tapi juga memiliki reputasi

tentang adanya kesalahan dan variasi mengenai informasi yang disampaikan.

Kata kunci : Fenomena, Gosip, Kaum ibu, bercerita, interaksi.

Menuliskan narasi masyarakat di Indonesia secara sosiologis merupakan

ruang yang sangat menarik, karena sosiologi itu sendiri berbicara mengenai

masyarakat. Sejarah panjang tentang tumbuh dan berkembangnya masyarakat di

Indonesia salah satunya berpola pada pengembangan interaksi sosial manusia itu

sendiri.

Interaksi yang kebanyakan orang melakukannya ini ialah suatu tindakan

atau aksi yang dibalas dengan reaksi. Interaksi tidak dapat dilakukan secara

sendiri, tetapi harus ada orang atau kelompok lain sebagai mitra untuk

berinteraksi. Tanpa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan sosial

(masyarakat). Karena ada interaksi sosial, terbentuklah kehidupan bersama. Dari

adanya kehidupan bersama itulah timbul proses sosial. Proses sosial adalah

hubungan timbal-balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui

interaksi antar individu masyarakat.1 Adapun salah satu bentuk hubungan dari

interaksi sosial atau komunikasi ini yang mungkin di anggap tidak menyenangkan

adalah gosip.

Dikategorikan sebagai bentuk komunikasi yang tidak menyenangkan

karena pada umumnya gosip telah dianggap sebagai omongan-omongan tak

menyenangkan terhadap orang lain. Omongan itu umumnya terkait aib atau

keburukan pihak lain. Tidak mengherankan jika dampak dari gosip dianggap

berbahaya pada diri orang yang dibicarakan sampai pihak yang menyebarkannya.

Bahkan pada keyakinan agama, membicarakan aib orang lain atau gosip adalah

tingkah laku yang diharamkan. John L. Locke, ahli linguistik mengatakan bahwa

“… Sebenarnya kata "gosip" memiliki citra yang buruk untuk didengar.

Namun, sebenarnya obrolan yang kerap dilakukan "di balik punggung"

orang yang dibicarakan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan moral

di komunitasnya. Dengan membicarakan beberapa hal, perempuan bisa

melindungi dirinya dari kesalahan atau perbuatan buruk yang dilakukan

atau dialami orang lain. Dan bagi mereka yang suka bergosip sebenarnya

mereka lebih peduli tentang masalah orang lain…”2

Memahami pernyataan John L. Locke di atas, menunjukan bahwa gosip

tidak hanya memiliki citra yang buruk saja akan tetapi gosip memberikan

1 Soerjono Soekanto, (2012 ). Sosiologi suatu pengantar, PT .Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal

54 2 Kompas.com , gosip bisa tunjukan kepedulian seseorang. [online]

www.http///Gosip.Bisa.Tunjukkan.Kepedulian.Seseorang.htm diakses tgl 02 desember 2012 pukul.

11.00 am

pelayanan moral di komunitasnya, Yang berarti dengan membicarakan beberapa

hal mengenai masalahnya , perempuan bisa melindungi dirinya dari kesalahan

atau perbuatan buruk yang dilakukannya atau orang lain.

Bergosip biasanya diawali ketika seseorang berkumpul bersama temannya,

lalu berbicara mengenai suatu hal, misalnya mengenai tetangganya, musuhnya

bahkan mengenai selebritis. Gosip bisa dikatakan sebagai obrolan atau cerita

mengenai hal pribadi orang lain yang biasa kebenarannya belum bisa dipastikan

100%. Bergosip juga bisa jadi ajang menyebarkan rumor atau malah menyebarkan

aib orang lain. Sehingga gosip sering dikaitkan dengan hal yang negatif. Hal ini

diungkapkan oleh Baumester et.al :

“…dilihat secara umum memang masyarakat lebih senang untuk

mendengar hal-hal buruk dari orang lain ketimbang berita-berita yang

bagus. Hal ini didasari bahwa ketika membicarakan yang buruk kita

mengetahui bahwa ada pihak-pihak yang melanggar norma sosial,

sehingga informasi ini begitu menarik. Sementara itu, informasi yang

sekedar menyampaikan bahwa orang-orang patuh pada norma dianggap

biasa-biasa saja, karena hal yang demikian tidak begitu menarik atau

penting bagi mereka.3

Pada umumya yang melakukan gosip kebanyakan dari kalangan ibu-ibu

atau perempuan, hanya sedikit dari mereka laki-laki yang suka bergosip. Gosip

tidak hanya dapat mereka lakukan di sungai saja, tetapi di tempat-tempat lain pun

dapat dilakukan selagi memungkinkan mereka dapat bergosip. Gosip juga tidak

mengenal lingkungan dimana seseorang berada. Karena gosip bisa saja bergulir di

dalam tempat kerja (kantor), sekolah, rumah dan lain sebagainya.

Secara umum dapat kita lihat fenomena ini terjadi di karenakan rasa

keingintahan seseorang terhadap sesatu yang menarik baginya. Sehingganya

keintahuan ini menjdikannya ingin tahu terhadap pribadi orang lain. Karena pada

3 Dalam Eko A. Meinarno, et.al. Apakah Gosip Bisa Menjadi Kontrol Sosial?, dimuat dalam Jurnal

Psikologi Pitutur, vol. 1, Tahun 2011, hal 79

dasarnya gosip merupakan heterogen fenomena dalam isi, bentuk, dan fungsi, ini

dapat diwujudkan secara berbeda seluruh rentang kehidupan. Gosip walaupun

hanya sekedar gurawan atau cerita belaka ia dapat mengisi waktu seseorang dan

dapat dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sekaligus

sesuatu yang praktis dilakukan atau ingin mempengaruhi seseorang baik sadar

maupun tidak sadar mengenai gosip tentang seseorang yang dibicarakan dimana

ada kepentingan tertentu dari yang disampaikan. Yang menarik dari penelitian

gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato ini

adalah kebanyakan dari gosip memberikan kontribusi negatif ataupun positif pada

umumnya, namun dampak dari pada gosip inilah menjadikannya sesuatu yang

perlu di kaji, dikarenakan dampak dari gosip ini bisa mengubah hubungan sosial

dalam suatu masyarakat. Mengubah dalam artian yang tadinya sebelum adanya

gosip yang beredar mengenai salah seorang yang terkait oleh gosip dari

masyarakat tersebut, kondisinya tidak ada permasalahan, akan tetapi ketika gosip

itu beredar maka, hubungan sosial antara yang di gosipkan dengan pelaku gosip

terjadi suatu permasalahan. Di sinilah terjadi perubahan pada hubungan sosial

dalam masyarakat.

Dilihat dari struktur sosial masyarakat desa Huta Moputi, pada umumnya

struktur sosial di pedesaan ini adalah struktur sosialnya yang bersifat sederhana,

karena dilihat dari mata pencahariannya yang mayoritas hampir sama atau

seragam, aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas pada persoalan bagaimana

cara mempertahankan hidup dan mencapai kebutuhan hidupnya. Struktur sosial

dipedesaan ini terkait mengenai pola hubungan sosialnya, interaksi yang terjalin

secara intens, terutama oleh kaum ibu itu sendiri dan terciptanya interdependensi

yang berlangsung secara terus menerus dan akan membentuk sebuah pola yang

terorganisir serta fungsi dan peranan yang ada di struktur sosial pedesaan. Pola-

pola tersebut terungkap sebagai abstraksi dari keseluruhan tingkahlaku dan

aktivitas nyata anggota masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.4

4 Nasrullah Nazir, (2008). Struktur Sosial dan struktural Fungsional, Widya Padjajaran, Bandung.

Hal 17

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fenomena

gosip kaum ibu di desa Huta Moputih Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato.

Dan ingin mengetahui apakah gosip kaum ibu bisa merubah hubungan sosial

mereka dalam masyarakat di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten

Pohuwato

Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologis. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap

makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang

terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,

sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang

dikaji.

Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu sampel atau

informan yang dipilih bukan untuk mewakili populasi tetapi mewakili

informasinya dan masalahnya secara mendalam sehingga dapat dipercaya untuk

menjadi sumber data yang mantap. Digunakan oleh peneliti jika memiliki

pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan informannya.

Pertimbangannya bahwa informan tersebut dinilai memiliki banyak pengetahuan

dan pengalaman tentang objek penelitian. Sedangkan jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data-data yang menyangkut fenomena

gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka faktor-faktor yang diteliti adalah kegiatan

kaum ibu, yakni aktifitas mereka sehari-hari (bergosip).

Data sekunder tertuju pada data-data kognitif yaitu pengetahuan ilmiah

yang berupa data monografi kelurahan / desa, data responden, keadaan lingkungan

dan data lokasi penelitian dan dokumen-dokumen resmi lainnya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara triangulasi yakni

observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Sedangkan untuk

menganalisis data dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Penelitian ini dilaksanakan di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo

Kabupaten Pohuwato. Lokasi ini didasari alasan subyektif peneliti dimana dengan

pertimbangan dikarenakan peneliti melihat fenomena gosip kaum ibu di desa Huta

Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, secara signifikan memberikan

dampak pada hubungannya di masyarakat, sehingga peneliti tertarik untuk

menelitinya, berhubung mengingat kaum ibu adalah pendidik bagi anak-anaknya,

bekerja dalam rumah tangga dan bekerja di luar rumah. Tak lupa pertimbangan

biaya dan kemudahan dalam menjangkau tempat penelitianpun di pertimbangkan.

Serta Terdapat berbagai implikasi sosiologis dibalik munculnya gosip.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa diartikan sebagai, suatu

kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang ketika berinteraksi dengan

orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya dinamakan dengan pergaulan,

dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia, marah/sabar, dan bisa mengontrol

emosi. Peranan percakapan inilah yang sangat berpengaruh dalam menentukan

kualitas pergaulan. Percakapan antarmanusia ini akan produktif jika bertujuan

untuk hal-hal yang positif, seperti belajar, berdakwah, bisnis dan lainnya. Tidak

produktif jika tanpa tujuan yang jelas, seperti ngobrol tanpa arah, dan bergosip.

Bergosip dalam masyarakat Gorontalo disebut dengan “Karlota” yang

artinya membicarakan pribadi orang lain, begitupun sama halnya dengan

masyarakat yang ada di desa Huta Moputi. Hal ini hanya merupakan perbedaan

pada penyebutanya saja, yang pada intinya membicarakan pribadi orang lain, baik

itu bersifat positif maupun negatif. Tetapi dalam penelitian ini, penyebutanya

dijabarkan secara umum yakni Gosip.

Dalam kalangan masyarakat di desa Huta Moputi khususnya kaum ibu,

secara struktur sosial, Pada umumnya struktur sosial di pedesaan ini adalah

struktur sosial yang bersifat sederhana karena dilihat dari mata pencahariannya

yang mayoritas sama atau seragam, aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas

pada persoalan bagaimana cara mempertahankan hidup dan mencapai

kebutuhannya. Dari hasil observasi dilapangan, mayoritas penduduk desa Huta

Moputi bermata pencaharian sebagai petani, adapun kaum ibunya sekitar 29%

bekerja di dalam rumah (URT). Karena banyak dari pada kaum ibu yang bergelut

di dalam rumah, kegiatan atau pun aktivitasnya sehari-hari hanya disekitaran itu

saja . Oleh karena itu tidak mengherankan ketika disela-sela aktivitas mereka, ada

kegiatan lain yang dilakukan, yakni bergosip. Dari segi pendidikan masyarakat

desa Huta Moputi terbanyak yang tergolong pada tingkat tidak lulus sekolah dasar

dan tidak sekolah. Dan hal inipun kaum perempuan berjumlah 315 jiwa, selisi 1

dengan laki-laki atau berjumlah 316 jiwa.

Dalam kajian ini, peneliti akan membahas mengenai Fenomena Gosip

Kaum Ibu di Desa Huta Moputi. Dimana dalam teorinya, Gosip menurut Foster

merupakan pertukaran informasi (bisa positif maupun negatif) terhadap pihak

ketiga yang tak hadir dari kejadian pertukaran informasi tadi. Tentunya dengan

definisi tadi perlu dipertegas dengan tiga hal utama yang membedakanya, yaitu

(1) pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang

berlangsung ; (2) isi dari komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau

penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik itu bersifat negatif

maupun positif ; dan (3) pentingnya faktor situasional dalam percakapan. 5

Adapun temuan dari pada fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi

Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato yakni terkait mengenai gosip yang

menurut Foster pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang

berlangsung, peneliti menemukan pada saat observasi, terhadap kegiatan kaum ibu

khususnya ibu-ibu rumah tangga yang ada di desa Huta Moputi Kecamatan

Dengilo Kabupaten Pohuwato. Terlihat dalam kegiatan mereka sehari-hari,

mereka sering berinteraksi atau bercerita dengan orang lain terlebih dengan

sesamanya (kaum ibu), yang pada umumnya masyarakat lainpun sering

melakukannya, walaupun dalam pembicaraan mereka awali dengan bentuk

sapaan, namun pada akhirnya mereka membicarakan orang lain, yang kemudian

5 Eko Meinarno, Op.cit., hal. 80

tadinya hanya beberapa orang saja yang ikut dalam pembicaraan, selang berapa

menit kemudian sudah bertambah menjadi tiga dan seterusnya.6

Hal ini berdasarkan penuturan dari ibu JL mengenai kebiasaan bercerita

dalam kehidupan sehari-hari.

“ …ia, jaba bacirita dengan orang-orang tantu, kalau tidak ba cerita baru

bagaimana…”7

Isi dari gosip atau biasanya dikenal dengan kata “karlota” ini pun beragam,

karena pada dasarnya gosip merupakan heterogen fenomena dalam isi, bentuk,

dan fungsi, ini dapat diwujudkan secara berbeda seluruh rentang kehidupan. Oleh

sebab itu tema yang banyak di ceritakan oleh masyarakat setempat biasanya

mengenai perselingkuhan, keluarga, sesekali mengenai perekonomian mereka

maupun orang lain.

Seperti yang dikatakan oleh ibu SN (28 Thn) saat di wawancarai :

“…yang biasa di cerita, paling-paling mengenai keluarga…apalagi

mengenai anak. Kalau mengenai orang lain bo sadiki…”8

Hal ini menunjukan bahwa interaksi dalam masyarakat pada umumnya

adalah salah satu hal yang utama, akan tetapi kebiasaan bercerita inilah yang

kebanyakan mengarah kepada hal-hal yang kurang menyenangkan contohnya saja

gosip yang awal mulanya terbentuk dari kebiasaan seseorang yang sering

membicarakan orang lain. Walaupun dalam isi gosip tersebut tidak semuanya

mengarah kepada hal-hal yang negatif, akan tetapi kebanyakan gosip yang beredar

dalam masyarakat di desa Huta moputi lebih banyak mengarah pada hal-hal yang

negatif.

Tempat dimana dilakukannya gosip menjadi pertimbangan bagi

sipenggosip, hal ini pun terjadi pada kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi

Kecamatan Dengilo, di mana dalam hal ini, kebiasaan bergosip banyak di lakukan

di sungai, warung, rumah, dan sebagainya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa

6 Observasi tanggal 15 maret 2013 hari sabtu pukul 09.30 Wita

7 Wawancara dengan ibu JL tanggal 20 maret 2013 pukul 11.30 Wita

8 Wawancara dengan ibu SN tanggal 21 Maret pukul 10.00 Wita

tempat dan suasana yang nyaman serta adanya teman untuk berbagi cerita,

merupakan salah satu pertimbangan bagi kaum ibu untuk melakukan aktifitas

gosip.

Gosip digunakan sebagai media informasi yang terkait dengan kebutuhan

setiap individu ataupun kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi, tujuannya adalah

untuk mengetahui peta sosial yang ada disekelilingnya sehingga kebiasaan ini

dapat mereka lakukan baik dalam ruang lingkup sedang bekerja maupun tidak.

Dan isi dari gosip yang dilakukan oleh kaum ibu salah satunya mengenai

kebiasaan seseorang yang mencuri, ketika diketahui oleh masyarakat sekitar

bahwa ada yang melakukan pencurian, maka hal tersebut menurut salah satu kaum

ibu yang pada saat di wawancara ia mengatakan bahwa orang yang seperti itulah

adalah orang yang sudah melakukan pelanggaran sehingganya hal tersebut patut

untuk di ceritakan kepada orang lainnya. Dengan demikian adanya gosip,

individu maupun kelompok yang bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan

sosial akan dibicarakan kepada orang lain. Penekanannya pada ketidak patuhan

orang tadi pada norma, sehingga orang yang mendengar gosip ini berfikir untuk

mengikuti aturan yang berlaku dari pada digosipkan.

Tersebarnya gosip dapat memberikan perubahan tersendiri bagi

sipenggosip dengan yang digosipkan, baik dalam hubungan sosialnya di

masyarakat atau dengan individu itu sendiri. Fenomena gosip kaum ibu di desa

Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, secara signifikan

memberikan dampak pada hubungan sosialnya dalam masyarakat, hubungan yang

dimaksud adalah gosip dari pada kaum ibu itu sendiri ketika tersebar dalam

masyarakat. Maka, tentunya kondisi maupun keadaan yang tadinya harmonis atau

stabil dalam artian tidak ada masalah, ketika tersebarnya gosip oleh salah seorang

atau kaum ibu kepada ibu-ibu lainnya maka, keadaan atau kondisi tadi menjadi

berubah. Mengapa demikian karena tersebarnya gosip tadi menyebabkan

seseorang dari yang digosipkan menjadi malu, merasa terasing, dan bahkan susah

untuk berkomunikasi lagi dengan sesamanya atau dalam masyarakat tersebut.

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Gosip pada dasarnya

merupakan rasa keingintahuan seseorang terhadap sesuatu hal yang dianggap

menarik baginya. Rasa ingin tahu itu merupakan anugrah dari Allah SWT buat

kita. Sejak lahir kita sudah punya rasa itu, tetapi jika rasa ini dipupuk dengan baik

maka akan berbuah dengan yang baik. (2) Gosip tidak hanya bersifat negatif tetapi

gosip pun bersifat positif. (3) Dalam masyarakat desa Huta Moputi khususnya

Kaum ibu, gosip atau biasanya dikenal dengan “karlota” kaum ibu ini, sudah

menjadi kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang lain, kebiasaan ini semakin

hari-semakin berulang-ulang, sehingganya membicarakan orang lain menjadi

suatu hal yang lumrah untuk dilakukan. (4) Tempatpun dipetimbangkan oleh

mereka yang suka bergosip, contohnya saja, tempat yang biasanya dijadikan

sebagai tempat bergosip adalah sungai, warung, rumah, dan lain-lain. (5) Dampak

dari pada gosip inipun bisa membuat hubungan sosial mereka dalam masyarakat

menjadi renggang. Hal tersebut tergantung dari isi gosip yang beredar.

Saran

Gosip dalam masyarakat saat ini sudah menjadi suatu kebiasaan

bercerita dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu peneliti menyarankan

beberapa hal yang kiranya dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam bertindak.

1. Kepada Masyarakat

Khususnya para orang tua (kaum ibu) walau gosip mungkin secara

alamiah sudah ada dalam setiap lingkungan sosial tetapi manusia tidak terlahir

untuk bergosip. Anak-anak belajar seni komunikasi melalui lingkungannya. Mulai

bicara dengan sopan pada orang tua, tidak berkata kasar pada orang lain, atau

menggunakan tata bahasa yang tidak baik termasuk kebiasaan menggosipkan

orang lain. Dengan kata lain, meski kita punya kecenderungan untuk menyukai

gosip tetapi kesukaan itu tidak harus dipupuk. Malah kita, dapat mengajarkan

anak-anak untuk menghindari gosip dengan cara “menjaga lisan” agar tidak

sering-sering membicarakan berita negative tentang orang lain.

2. Kepada yang mendengar gosip

Bergosip adalah penyakit lisan, yang bisa membahayakan nasib kita dan

orang lain. Senantiasa meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa atas

bahaya lisan kita dan berfikir terlebih dahulu (akan manfaatnya atau dampak

negatif yang diakibatkannya) sebelum bertutur. Ketika kita menyadari akan

kekeliruan ucapan kita, cepatlah sadari, dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Jauhkanlah diri dari kebiasaan mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan

sebainya tidak berbicara berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu. Hendaknya

tidak menyebarkan sesuatu yang kita ketahui kepada teman, ataupun orang lain,

dikarenakan hal tersebut bisa membuat suatu keadaan menjadi rumit dengan

adanya obrolan negatif tentang orang lain tersebut.

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. (2001). Metode penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Idrus, Muhamad. (2009). Metode penelitian ilmu sosial. Erlangga, Yogyakarta.

Mulyana, Deddy. (2008). Metode penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya,

Bandung

Nazsir, Nasrullah, R. (2008). Struktur social dan struktur fungsional, Widya

Padjaran. Bandung.

Olenburger, C, Jane & Moor A. Helen., (2002). Sosiologi wanita. Rineke Cipta,

Jakarta.

Sarwono, Jonathan. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Graha

ilmu, Yogyakarta .

Satori, Djam’an & Komariah, Aan. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Alfabeta. Bandung.

Sihabudin, Ahmad, H. (2011). Komunikasi antar budaya. PT Bumi Aksara,

Jakarta.

Soekanto Soerjono. (2012) Sosiologi suatu pengantar, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. CV. Alfabeta, Bandung .

Su’udi, Ahmad. (2011). Bebas gosip pasti sip. Gramedia. Jakarta.

Usman, Sunyoto. (2012). SOSIOLOGI sejarah, Teori dan Metodologi. pustaka

pelajar, Yogyakarta.

Meinarno, Eko & Bagaskara, Sunu. Rosalina, K.P. Mely. (2011). Apakah Gosip

Bisa menjadi Kontrol Sosial?. Di muat dalam jurnal psikologi. Vol.1.

Adibowo, Rino. 2011. Perubahan social. [online]

www.http//rinoadibowo.blogspot.com/2011/04/perubahn-sosial.html

25/10/2012 pukul 10.00

Highlight. Berbincang Ringan Tanpa Menyakiti Lawan, 2012 [online]

www.http//85440.htm diakses tgl. 08/03/12. Pukul 09.33 Wib

Ivonna Astrid. Apa yang Membuat Orang Senang Bergosip?, [online]

www.http//apayangmembuatorangsenangbergosip.htm diakses

tgl.10/04/2013 pukul 10.46 Wita

Setyanti, Andhika, Christina. gossip bisa tunjukan kepedulian seseorang ? 2011.

[online] www.http//GosipBisaTunjukkanKepedulianSeseorang.htm

diakses pada tgl 24/12/2012 pukul 12.00.