ronde keperawatan fix

70
MAKALAH ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN MATA AJAR MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP LANTAI 4 RSUA SURABAYA DISUSUN OLEH : DEBY SEPTIAWAN 131311123006 TIA KUMALA DEWI 131311123015 SRI MULIA ASTUTI 131311123024 YENY RACHMAWATI 131311123041 IMAM TRI SUTRISNA 131311123064 ANNISA QURNIAWATI 131311123075 SAVERINUS SUHARDI 131311123027 ISNAENI MUBAROKAH 131311123059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS 1

Upload: rafika-rosyda

Post on 18-Jan-2016

288 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

ronde keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Ronde Keperawatan Fix

MAKALAH ROLE PLAY RONDE KEPERAWATAN

MATA AJAR MANAJEMEN KEPERAWATANDI RUANG RAWAT INAP LANTAI 4 RSUA SURABAYA

DISUSUN OLEH :

DEBY SEPTIAWAN 131311123006

TIA KUMALA DEWI 131311123015

SRI MULIA ASTUTI 131311123024

YENY RACHMAWATI 131311123041

IMAM TRI SUTRISNA 131311123064

ANNISA QURNIAWATI 131311123075

SAVERINUS SUHARDI 131311123027

ISNAENI MUBAROKAH 131311123059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA2014

KATA PENGANTAR

1

Page 2: Ronde Keperawatan Fix

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan

rahmat-Nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah

yang berjudul “Ronde Keperawatan” dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Manajemen Keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini penulis melewati proses

bimbingan dengan dosen pembimbing/Fasilitator. Ucapan terima kasih penulis

haturkan kepada ibu Risky Fitria selaku dosen pembimbing/Fasilitator dalam

pelaksanaan kegiatan Small Group Discussion (SGD) yang telah memberikan

masukan serta bimbingan kepada penulis sehingga tersusunnya makalah ini.

Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, tetapi suatu

karya tidaklah lepas dari sebuah kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 2 oktober 2014

Kelompok 6 (B16 Pagi)

DAFTAR ISI

2

Page 3: Ronde Keperawatan Fix

Cover Dalam.................................................................................................... i

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................................ 3

2.1 Pengertian ronde keperawatan.................................................................... 3

2.2 Manfaat ...................................................................................................... 3

2.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

2.4 Kriteria Pasien ........................................................................................... 4

2.5 Metode ....................................................................................................... 4

2.6 Peralatan .................................................................................................... 4

2.7 Langkah-langkah ....................................................................................... 5

2.8 Peran anggota tim ...................................................................................... 6

2.9 Kriteria Evaluasi ........................................................................................ 7

2.10 Proposal Ronde ........................................................................................ 9

BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 14

4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14

4.2 Saran .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

LAMPIRAN ....................................................................................................16

Lampiran 1........................................................................................................16

Lampiran 2 .......................................................................................................38

Lampiran 2 .......................................................................................................39

3

Page 4: Ronde Keperawatan Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ronde keperawatan merupakan bentuk dari pelaksanaan Model Asuhan

Keperawatan dengan metode Keperawatan Primer, dan metode pemberian pelayanan

keperawatan yang harus ditingkatkan dan dimantapkan. Ronde keperawatan ditujukan

untuk menggali dan membahas lebih mendetail mengenai masalah keperawatan yang

ditemukan pada pasien sehingga dengan adanya ronde keperawatan diharapkan dapat

memecahan masalah melalui berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan

(Nursalam, 2014).

Selama ini, ronde keperawatan jarang dilakukan di ruang rawat Inap Lantai 4

RSUA.maka dari itu kami mencoba menerapkan proses ronde keperawatan agar tetap

terus dilaksanankan secara berkesinambungan.

Ronde keperawatan adalah sarana perawat untuk membahas masalah

keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan

keperawatan, serta divisi terkait (medis, gizi, rehabilitasi medik, dan sebagainya).

Ronde keperawatan juga merupakan suatu lahan belajar bagi perawat dengan harapan

dapat meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan serta berpikir kritis

perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan

pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dalam pelaksanaan

ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan

tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien

(Nursalam, 2011).

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kelompok 6 akan mengadakan kegiatan

role play ronde keperawatan di kelas selama proses pembelajaran manajemen dengan

materi ronde keperawatan berlangsung.

4

Page 5: Ronde Keperawatan Fix

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Pelaksanaan ronde keperawatan menjadikan mahasiswa mampu menyelesaikan

masalah pasien dengan berpikir kritis.

2. Tujuan khusus :

Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu :

a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis

b. Meningkatkan kemampuan validasi data pada klien

c. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan

d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada

masalah pasien dan berbasis pada hasil penelitian terkini.

e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja ronde.

f. Menumbuhkan kemampuan berdiskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.

C. Manfaat

1. Bagi Pasien :

a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa

penyembuhan.

b. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.

c. Memenuhi kebutuhan pasien

2. Bagi Perawat :

a. Meningkatkan kognitif dan afektif dan psikomotor perawat.

b. Meningkatkan kerjasama antar tim

c. Menciptakan kerja perawat profesional.

3. Bagi rumah sakit :

a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

b. Menurunkan lama hari perawatan pasien.

5

Page 6: Ronde Keperawatan Fix

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ronde Keperawatan

1. Pengertian Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah kepeerawatan pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu melibatkan

pasien dalam membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Saat –saat dalam

kasus tertentu ronde keperawatan dilaksanakan oleh perawat primer dan atau

konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh

anggota tim kesehatan (Nursalam,2002 dalam Nursalam 2011).

Ronde memiliki ciri-ciri:

a. Pasien dilibatkan

b. Keluarga pasien dilibatkan

c. Pasien adalah focus kegiatan

d. PA,PP, dan konselor melakukan diskusi bersama

e. Konselor memfasilitasi kreatifitas

f. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA,PP dalam meningkatkan

kemampuan mengatasi masalah.

2. Manfaat

a. Masalah paien dapat teratasi

b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional

d. Terciptanya kerjasama antar tim kesehatan

e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar

3. Tujuan

a. Tujuan umum

Menyelesaikan masalh pasien melalui berpikir kritis

b. Tujuan khusus

1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sitematis

6

Page 7: Ronde Keperawatan Fix

2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien

3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

4) Menumbuhkan pikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada

masalah pasien

5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatn

6) Meningkatkankemampuan justifikasi

7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

4. Kriteria pasien

a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan

tindakan keperawatan.

b. Pasien dengan kasus baru atau langka

5. Metode

Diskusi

6. Peralatan

a. Sarana diskusi: buku, pulpen

b. Status/dokumentasi keperawatan

c. Materi yang disampaikan secara lisan

7

Page 8: Ronde Keperawatan Fix

7. Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan

8

PP

Penetapan pasien

- Apa diagnosis keperawatan?

- Apa data yang mendukung?

- Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?

- Apa hambatan yang ditemukan?

Penyajian masalah

Validasi data

Persiapan pasien : Inform consent Hasil pengkajian/validasi

data

PP, konselor, KARU

Lanjutan diskusi di nurse station

Lanjutan diskusi kesimpulan dan rekomendasi

Tahap Praronde

Tahap Pelaksanaan

di Nurse Station

Tahap Ronde di Bed Klien

Tahap Pasca Ronde

Page 9: Ronde Keperawatan Fix

Keterangan

1. Pra ronde

a. Menentukan kasus dan topic (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang

langka)

b. Menentukan tim ronde

c. Mencari sumber atau literatur

d. Membuat proposal

e. Mempersiapkan pasien : inform consent dan pengkajian

f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan data yang mendukung asuhan keperawatan

yang dilakukan serta segala hambatan yang terjadi

2. Pelaksanaan ronde

a. Penjelasan pasien tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada

masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah

dilaksanankan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan

b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan

tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

3. Pasca ronde

a. Evaluasi, revisi dan perbaikan

b. Kesimpulan dan rekomndasi penegak diagnosis, intervensi keperawatan

selanjutnya.

8. Peran masing-masing anggota tim

Kegiatan ronde merupakan kegiatan menyelesaikan masalah pasien oleh

perawat dengan melibatkan keluarga pasien, berbagai tim kesehatan lainya. Perawat

memiliki perannya masing-masing agar kegiatan ronde ini berjalan lancar.

9

Page 10: Ronde Keperawatan Fix

Table 2.1 Peran anggota tim

No Perawat Peran

1 Perawat primer a. Menjelaskan data pasien yang mendukung

masalah pasien

b. Menjelaskan diagnosis keperawatan

c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan

d. Menjelaskan hasil yang didapat

e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah)

tindakan yang diambil

f. Menggali masalah-masalah pasien yang

belum terkaji

2 Perawat konselor a. Memberi justifikasi

b. Memberi reinforcement

c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan

intervensi keperawatan serta rasional

tindakan

d. Mengarahkan dan koreksi

e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang

telah dipelajari.

9. Kriteria evaluasi

a. Struktur :

1) Persyaratan administrative (informd consent, alat daln lainya)

2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan

3) Persiapan dilakukan sebelumnya.

b. Proses

1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah

ditetapkan

10

Page 11: Ronde Keperawatan Fix

c. Hasil

1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan

2) Masalah pasien daapt teratasi

3) Perawat dapat:

a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis

b) Meningkatkan cara berpikir yang sitematis

c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan

e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada

masalah pasien

f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan

g) Meningkatkan kemampuan justifikasi

h) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja (nursalam, 2014)

11

Page 12: Ronde Keperawatan Fix

B. PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

Topik : Diabetes melitus

Sasaran : Tn F

Hari/tanggal : jumat, 3 oktober 2014

Waktu : 09.00

Tujuan

1. Tujuan UmumMenyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi yaitu

2. Tujuan Khusus Menjastifikasi masalah yang belum teratasi Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim

kesehatan lain Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien Menurumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien

Sasaran

Tn F beserta keluarga

Materi (Masalah Ronde)

Pembahasan mengenai luka gangren klien yang masih mengeluarkan pus yang sudah

dilakukan perawatan selama 4 hari dan GDS 320 mg/dl tidak mengalami perbaikan

sudah dilakukan tekni rawat luka yang asetik dan medikamentosa selama

perawatan.pengamatan sebelum ronde selama 7 hari. Sehingga muncul diagnosa

Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (robekan, tekanan)

ditandai dengan Ada luka pada kaki kanan, keadaan luka bau, bernanah, dan nekrotik.

Pengkajian

Nama pasien Tn. Y, berjenis kelamin laki-laki, Umur 50 tahun, dengan diagnosa

Medis DM dengan Gangren. Keluhan Utama saat ini pasien mengungkapkan adanya

luka dan lukanya tidak sembuh-sembuh. Pasien mengungkapkan luka terjadi sejak 2

minggu yang lalu SMRS dan tidak diketahui penyebabnya. Pasien mengungkapkan

12

Page 13: Ronde Keperawatan Fix

ia menderita DM sejak 10 tahun yang lalu dan pernah dirawat di RS dengan DM.

pasien tidak pernah lagi minum obat DM lagi dan tidak pernah kontrol. Pasien

mengungkapkan saat dirawat, pasien tidak pernah dijelaskan tentang perawatan luka

pada DM.telah dilakukan pemeriksaan fisik :

A. Status Kesehatan Umum

1. Kesadaran : komposmentis

2. GCS : 4-5-6

3. TD : 140/80 mmHg

4. Nadi : 80 x/menit

5. Respirasi : 24 x/menit

6. Temp : 37,5 0C

B. Pemeriksaan persistem (B1-B6)

1. Breathing : -

2. Blood : -

Inspeks : kulit kaki pucat

Palpasi : pulsasi arteri darah pedis posterior menurun, CRT > 3 detik,

akral dingin

3. Brain : Penurunan sensasi rasa pada kaki

4. Bowel : Mual muntah (-), BAB 2x sehari

5. Bladder : -

6. Bone :

Inspeksi :Kulit kering, terdapat kalus pada kaki kiri, diameter luka 7 cm, luka

tampak kotor, terdapat pus dan jaringan nekrotik, berbau. Tidak terdapat rambut

atau bulu2 kaki pada kaki kanan.

Palpasi : Turgor kulit jelek.

C. Pemeriksaan Penunjang

GDS : 320 mg/dl

Kultur : Enterobacter aerogenes

Leukosit : 15,5 x 10 9/L

Trombosit : 280 x 109/L (normal 150 x109/L – 450 x109/L )

13

Page 14: Ronde Keperawatan Fix

Metode

Diskusi

Media

1. Dokumen/status pasien2. Sarana diskusi:kertas,pulpen3. Materi yang disampaikan secara lisan

Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan pasien

Tempat

1 hari sebelum Ronde

Pra-ronde

Praronde.1. Menetukan kasus

dan topic2. Menentukan tim

ronde3. Menentukan

literature4. Membuat

proposal5. Mempersiapkan

pasien6. Diskusi

pelakasanaan

Perawat Primer, KARU

-

5 menit Ronde Pembukaan.1. Salam pembuka2. Memperkenalkan

tim ronde3. Menyampaikan

identitas dan masalah pasien

4. Menjelaskan tujuan ronde

Kepala ruangan

-

30 menit Penyajian masalah.1. Memberikan

salam dan memperkenalkan pasien kepada tim ronde

2. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan

PP - Nurse station

14

Page 15: Ronde Keperawatan Fix

pasien3. Menjelaskan

masalah pasien, tindakan yang telah dilakukan, serta menetapkan prioritas untuk didiskusikan dan mendiskusikan masukan atau tambahan dari PP lain atau dari tim medis.

Validasi data.4. Mencocokkan

dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan

5. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut.

Karu, PP, Perawat Konselor

Memberikan respon dan menjawab pertanyaan

Ruang Perawatan

6. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

7. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan

Karu

Evaluasi Pasca-ronde

1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi

Karu, Supervisor, Perawat

Nurse station

15

Page 16: Ronde Keperawatan Fix

keperawatan dan disiplin terkait

2. Penutup

Konselor

Kriteria Evaluasi

1. Struktura. Ronde keperawatan dilakasanakan di ruang b. Peserta perawat ronde keperawatan hadir ditempat keperawatan hadir

ditempat pelaksanaan ronde keperawatanc. Persiapan dilakukan sebelumnya.

2. Proses.a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhirb. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang

telah ditentukan3. Hasil

a. Pasien puas dengan hasil kegiatanb. Masalah pasien dapat teratasic. Perawat dapat:

1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien3) Meningkatkan kemampuan menetukan diagnose keperawatan.

Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada pemasalah pasien

4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan5) Meningkatkan kemampuan justifikasi6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

Pengorganisasian

1. Kepala ruangan : Yeny Rachmawati S.Kep.Ns2. PP I : Deby S. S.Kep.Ns

PP II : Tia Kumala S.Kep,Ns3. PA I : Sri Mulia Astuti. Amd.Kep

PA II : Isnaeni M Amd.Kep4. Tim Gizi : Annisa Qurniawati5. Dokter : dr. Saverinus

16

Page 17: Ronde Keperawatan Fix

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Ronde keperawatan berguna untuk menggali dan membahas lebih mendetail

mengenai masalah keperawatan bersama tim medis lainya dengan melibatkan pasien

dan kelurga dalam memecahkan masalah pasien.ronde keperawatan memiliki ciri-ciri

Pasien dilibatkan

1. Keluarga pasien dilibatkan

2. Pasien adalah focus kegiatan

3. PA,PP, dan konselor melakukan diskusi bersama

4. Konselor memfasilitasi kreatifitas

5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA,PP dalam meningkatkan

kemampuan mengatasi masalah.

Ronde keperawatan memiliki beberapa manfaat yaitu :

1. Masalah pasien dapat teratasi

2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional

4. Terciptanya kerjasama antar tim kesehatan

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar

3.2 Saran

Ronde keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang bisa

diandalkan. Bila perawat menemui kesulitan memecahkan masalah atau kemajuan

kesehatan pasien yang kurang memuaskan, ronde keperawatan ini merupakan

langkah yang tepat.

17

Page 18: Ronde Keperawatan Fix

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Medica Aesculpalus FKUI : Jakarta

Bhavsar, Abdhish . 2012. medscape reference, diabetic Retinopathy ,

(http://emedicine.medscape.com/article/1225122-overview) akses : 28

September 2012

Carpenito, L. J. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis (9

ed.). Jakarta: EGC.

Elizabeth J. Corwin. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta

Greenspan&Baxter. (2000). Endokrinologi Dasar Dan Klinik (4

ed.). Jakarta: EGC.

nursalam. (2014). manajemen keperawatan. jakarta: salemba medika.

Silvia, Price & Lorraine M (2003). Patofisiologi : Konsep klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta

18

Page 19: Ronde Keperawatan Fix

Lampiran 1

A. Asuhan keperawatan diabetes melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan

hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi

insulin atau berkurangnya efektifitasbiologis dari insulin (atau keduanya)

(Greenspan & Baxter, 2000)

2. Klasifikasi

Menurut Greenspan & Baxter (2000), klasifikasi Diabetes Melitus dibagi

menjadi 2 yaitu:

a. DM tipe 1 (Tergantung insulin)

Merupakan bentuk diabetes millitus yang berat dan disertai ketosis pada

kasus-kasus yang tidak ditangani. Sekitar 10-20% kasus diabetes di Amerika Utara

dan Eropa adalah tipe tergantung insulin. Tipe ini merupakan gangguan katabolik

dimana tidak ada insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat, dan sel-sel β

pankreas gagal berespon terhadap semua rangsang insulinogenik yang telah

diketahui. Tanpa adanya insulin, ketiga jaringan sasaran utama insulin (hati, otot,

lemak) tidak hanya gagal mengambil zat-zat gizi yang telah diabsorpsi sebagai mana

mestinya, bahkan juga terus melanjutkan mengeluarkan glukosa, aam amino, dan

asam lemak ke dalam aliran darah dari depot cadangannya masing-masing. Lebih

jauh, perubahan dalam metabolisme, lemak mengarah pada pembentukan dan

akumulasi benda-benda keton.

b. DM tipe II (tidak bergantung pada insulin)

Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum dengan jumlah

penderita yang lebih banyak dibanding tipe 1. Penderita tipe 2 mencapai 90-95% dari

keseluruhan penderita diabetes. DM tipe ini tidak disebabkan karena kurangnya

sekresi insulin tetapi disebabkan karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu

merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut resistensi insulin.

19

Page 20: Ronde Keperawatan Fix

Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara maju sebagai akibat dari obesitas,

gaya hidup kurang gerak, penuaan.

Selain resistensi insulin, pada penderita Tipe 2 juga bisa muncul gangguan

sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian tidak

terjadi pengrusakan sel-sel beta langerhans secara autoimun sebagaimana yang terjadi

pada tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita Tipe 2 hanya

bersifat relatif.

3. Komplikasi Diabetes

a. Komplikasi Akut

Menurut Anies (2006)

1) Hipoglikemia: keadaan penurunan kadar glukosa darah dengan gejala berupa

gelisah, tekanan daraah turun, lapar, mual, lemah, lesu, keringat dingin, gangguan

menghitung sederhana, bibir dan tangan gemetar, sampai koma.

2) Hiperglikemia: keadaan kelebihan gula darah yang biasanya disebabkan karena

makan yang berlebihan, stress emosional, penghentian obat DM secara

mendadak. Gejalanya berupa penurunan kesadaran serta kekurangan cairan

(dehidrasi). Komplikasi karena hiperglikemia terdiri dari ketoasidosis diabetic

(KAD), koma hiperosmolar hiperglikemi non ketosis (KHONK), asidosi laktat.

b. Komplikasi Kronis

1) Makrovaskuler

a) Penyakit pembuluh darah jantung (Penyakit Jantung Koroner)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan

oleh penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis (kekakuan

arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada dinding

arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Kabo, 2008).

Menurut Sudoyo (2009), dasar terjadinya resiko penyakit jantung koroner

pada penderita DM belum diketahui secara pasti. Dari hasil penelitian didapatkan

kenyataan bahwa :

(1) Angka kejadian sterosklerosis lebih tinggi pada pasien DM dibanding populasi

non DM.

20

Page 21: Ronde Keperawatan Fix

(2) Pasien DM mempunyai resiko tinggi untuk mengalami trombosis, penurunan

fibrinolisis dan peningkatan respon inflamasi.

(3) Pada pasien DM terjadi glikosilasi protein yang akan mempengaruhi integritas

dinding pembuluh darah.

Menurut Sudoyo (2009), Etiologi dan Patofisiologi sindrom resistensi

insulin atau sindrom metabolik pada pasien DM dapat terjadi akibat:

(1) Hiperglikemia kronik menyebabkan disfungsi endotel melalui berbagai

mekanisme antara lain:

(a) Hiperglikemia kronik menyebabkan glikosilasi non enzimatik dari protein dan

makromolekul seperti DNA, yang akan mengakibatkan perubahan sifat antigenik

dari protein dan DNA. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan teklana

intravaskuler akibat gangguan keseimbangan nitrat oksida (NO) dan

prostaglandin.

(b)Hiperglikemia meningkatkan aktivasi PKC intraseluler sehingga akan

menyebabkan gangguan NADPH pool yang akan menghambat produksi NO.

(c)Overekspresi growth factors meningkatkan proliferasi sel endotel dan otot polos

pembuluh darah sehingga akan terjadi neovaskularisasi.

(d)Hiperglikemi akan meningkatkan sintesis diacylglyerol (DAG) melalui jalur

glikolitik. Peningkatan konsentrasi DAG akan meningkatkan aktivitas PKC.

Baik DAG maupun PKC berperan dalam memodulasi terjadinya vasokontriksi.

(e)Sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stress oksidatif. Keadaan

hipergliemia akan meningkatkan tendensi untuk terjadinya stress oksidatif dan

penigkatan oxidized lipoprotein terutama samll dense LDH-cholesterol

(oksidized LDL) yang lebih bersifat aterogenik. Disamping itu peningkatan

konsentrasi asam lemak bebas dan keadaan hiperglikemia dapat meningkatkan

oksidasi fosfolipid dan protein.

(f) Hipergliemia akan disertai dengan tendensi protrombotik dan agregasi pletelet.

Keadaan ini akan berhubungan dengan beberapa faktor antara lain penurunan

produksi NO dan penurunan aktivitas fibrinolitik akibat peningkatan konsentrasi

PAI-1. Di samping itu pada DM tipe 2 terjadi peningkatan aktivitas koagulasi

21

Page 22: Ronde Keperawatan Fix

akibat pengaruh berbagai faktor seperti pembentukan advanced glycosylation an

products (AGEs) dan penurunan sintesis heparin sulfat.

(g)Resistensi Insulin dan Hiperinsulinemia

Adanya reseptor terhadap insulin yaitu IGF-I dan IGF-II pada sel-sel pembuluh

darah besar dan kecil dengan karakteristik ikatan yang sama dengan yang ada

pada sel-sel lain. Peneliti ini menyatakan bahwa reseptor IGF-I dan IGF-II pada

sel endotel terbukti berperan secara fisiologik dalam proses terjadinya

komplikasi vaskular pada pasien DM.

(h)Hipermilinemi

Amilin atau disebut juga Islet Amyloid Polypeptide (IAPP) merupakan

polipeptida yang mempunyai 37 gugus asam amino, disintesis dan disekresi oleh

sel-sel beta pankreas bersama-sama dengan insulin. Jadi keadaan hiperinsulinemi

akan disertai dengan hiperamilinemi dan sebaliknya bila terjadi penurunan

konsentrasi insulin akan disertai pula dengan hipoamilinemi.

(i) Inflamasi

Dalam beberapa tahun terakhir, terbukti bahwa inflamasi tidak hanya

menimbulkan komplikasi sindrom koroner akut, tetapi juga merupakan penyebab

utama dalam proses terjadinya dan progresivitas aterosklerosis..

(j) Trombosis/Fibrinolisis

Diabetes melitus akan disertai dengan keadaan protrombotik yaitu perubahan-

perubahan proses trombosis dan fibrinolisis. Kelainan ini disebabkan karena

adanya resistensi insulin terutama yang terjadi pada pasien DM tipe 2.

(k)Dislipidemia

Dislipidemia ini akan menimbulkan stres oksidatif umum terjadi pada keadaan

resistensi insulin/sindrom metabolik dan DM tipe 2. Keadaan ini terjadi akibat

gangguan metabolisme lipoprotein yang sering disebut sebagai lipid triad,

meliputi peningkatan konsentrasi VLDL atau trigliserida, penurunan konsentrasi

kolesterol HDL, Terbentuknya small dense LDL yang lebih bersifat aterogenik.

b. Hipertensi

22

Page 23: Ronde Keperawatan Fix

Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi insulin/sindrom

metabolik dan sering menyertai DM tipe 2. Sedangkan pada pasien DM tipe 1,

hipertensi dapat terjadi bila sudah ditemukan tanda-tanda gangguan fungsi ginjal

yang dtandai dengan mikroalbuminuri. Adanya hipertensi akan memperberat endotel

dan meningkatkan resiko Penyakit Jantung koroner. Hipertensi disertai dengan

peningkatan stress oksidatifdan aktifitas spesies oksigen radikal, yang selanjutnya

akan memediasi terjadinya kerusakan pembuluh darah akibat aktifitas Ang II dan

penurunan aktivitas enzim SOD, Sebaliknya glukotoksisitas akan menyebabkan

peningkatan aktivitas RAAS sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya

hipertensi. Penelitian terbaru mendapatkan adanya penigkatan konsentrasi amilin

(hiperamilinemia) pada individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi dan

dengan resistensi insulin.

c. Hiperhomosisteinemia

Pada pasien DM baik DM tipe 1 maupun DM tipe 2 ditemukan poimorfisme

gen dari enzim methylene tetrahydrofolate reductase yang dapat menyebabkan

hiperhomosisteinensi. Polimorfisme gen ini terutama terjadi pada pasien yang

kekurangan asam folat di dalam dietnya. Hiperhomosisteinensi terutama mengalami

peningkatan bila terjadi gangguan fungsi ginjal. Peningkatan konsentrasi homosistein

biasanya menyertai penurunan laju filtrasi glomerulus. Hiperhomosisteinemi dapat

menyebabkan inaktivasi nitrat oksida melalui hambatannya terhadap ekspresi

gluthatione perixidase (GPx).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Sudoyo (2009), Pada pasien DM penyakit jantung koroner dapat

memberikan manifestasi klinis berupa iskemi atau infark miokard kadang-kadang

tidak disertai dengan nyeri dada yang khas (angina pektoris). Keadaan ini dikenal

dengan Silent Myocardial Ischaemia atau Silent Myocardial Infarction (SMI).

Terjadinya SMI pada pasien DM diduga disebabkan karena:

a. Gangguan sensitivitas sentral terhadap rasa nyeri.

b. Penurunan konsentrasi endorphin.

c. Neuropati perifer yang menyebabkan denervasi sensorik.

23

Page 24: Ronde Keperawatan Fix

5. Diagnosis

Menurut Sudoyo (2009), diagnosis penyakit jantung koroner pada pasien

Diabetes Melitus ditegakkan berdasarkan:

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

b. Pada pasien DM tipe 1, yang umunya datang tanpa disertai faktor-faktor resiko

tradisional, lamanya mendeita DM dapat dijadikan sebagai prediktor penting

terhadap timbulnya penyakit jantung koroner. Karena DM tipe 1 sering terjadi

pada usia muda, penyakit jantung koroner dapat terjadi pada usia antara 30

sampai 40 tahun. Sebaliknya pada pasien DM tipe 2 sering disertai dengan

berbagai faktor resiko, dan PJK biasanya terjadi pada usia 50 tahun ke atas.

Sering kali DM baru terdiagnosis pada saat pasien datang dengan keluhan angina,

infark miokard atau payah jantung. Sedangkan pada pasien DM dengan SMI,

gejala yang timbul biasanya tidak khas seperti mudah capek, dyspnoe d’effort atau

dispepsia.

c. Pemeriksaan laboratorium terdiri atas:

1) Darah Rutin

2) Konsentrasi gula darah puasa

3) Profil Lipid: kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, Trigliserida

4) Enzim-enzim jantung

5) C-reactive protein (CRP)

6) Mikroalbumineri atau proteinuri

7) Elektrokardiografi

8) Uji latih (treadmill test)

9) Pemeriksaan foto dada

10) Ekokardiografi

11) Pemeriksaan standar yang disarankan (golden standard) adalah angiografi koroner

(kateterisasi)

The American Diabetes Association (2009) merekomendasikan pemeriksaan-

pemeriksaan sebagai berikut:

24

Page 25: Ronde Keperawatan Fix

1) Elektrokardiografi (EKG) sebagai pemeriksaan awal terhadap setiap pasien DM.

2) Uji latih (treadmill test) dilakukan terhadap pasien DM dengan:

a) Gejala-gejala angina pektoris

b) Dyspnoe d’effort

c) Gejala gastrointestinal

d) EKG istirahat menunjukkan tanda-tanda iskemi atau infark miokard

e) Disertai penyakit arteri perifer atau oklusi arteri karotis

f) Disertai adanya 2 atau lebih faktor-faktor risiko kardiovaskuler sebagai berikut:

kolesterol total ≥240 mg/dl, kolesterol LDL ≥160mg/dl, kolesterol HDL

≥35mg/dl, tekanan darah >140/90 mmHg, merokok, riwayat keluarga menderita

PJK, mikroalbuminuria atau proteinuria.

6. Penatalaksanaan

Menurut Sudoyo (2009), berdasarkan rekomendasi ADA, penatalaksanaan

terhadap semua pasien DM terutama ditujukan terhadap penurunan resiko

kardiovaskuler secara komprehensif, yaitu meliputi:

a. Pengobatan hiperglikemia, dengan diet, obat-obat hipoglikemiak oral atau insulin

b. Pengobatan terhadap dyslipidemia

c. Pemberian aspirin

d. Pengobatan terhadap hipertensi untuk mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg

dengan ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers (ARB) atau penyekat β dan

diuretic

e. Menasehati pasien untuk berhenti merokok

25

Page 26: Ronde Keperawatan Fix

B. Asuhan Keperawatan

Contoh kasus

Tuan Yuda berusia 50 tahun dirawat dengan diagnosa DM. (DM sejak 10 tahun

yang lalu). Terdapat luka atau ulkus pada telapak kaki kiri dan jari-jarinya, keadaan

luka tampak kotor, kehitaman, berbau, terdapat nanah/pus. Pasien mengungkapkan

luka timbul sejak 2 minggu yang lalu, dan pasien tidak mengetahui penyebab

timbulnya luka. Pasien mengatakan lukanya tidak sembuh-sembuh padahal sudah

diobati dengan obat serbuk yang dibeli dari toko jamu tradisional sebelum dirawat di

RS. Sudah dirawat di rawat inap lantai 4 RSUA selama seminggu namun tak kunjung

ada perbaikan pada lukanya. Memasuki hari ke 21 luka masih terdapat pus/nanah.

1. Pengkajian Keperawatan

a. Anamnesa

1) Nama : Tn. Y

2) Jenis Kelamin : laki-laki

3) Umur : 50 tahun

4) Alamat : Desa X Surabaya

5) Pekerjaan : buruh pabrik

6) Diagnosa Medis : DM dengan Gangren

7) Keluhan Utama :

Pasien mengungkapkan adanya luka dan lukanya tidak sembuh-

sembuh

8) Keluhan Penyakit Sekarang :

Pasien mengungkapkan luka terjadi sejak 2 minggu yang lalu dan

tidak diketahui penyebabnya.

9) Keluhan Penyakit Dahulu

26

Page 27: Ronde Keperawatan Fix

Pasien mengungkapkan ia menderita DM sejak 10 tahun yang lalu

dan pernah dirawat di RS dengan DM. pasien tidak pernah lagi minum obat

DM lagi dan tidak pernah kontrol. Pasien mengungkapkan saat dirawat,

pasien tidak pernah dijelaskan tentang perawatan luka pada DM.

10) Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengungkapkan ibu pasien juga menderita DM.

11) Riwayat Psikososial : -

b. Pemeriksaan Fisik

Status Kesehatan Umum

7. Kesadaran : komposmentis

8. GCS : 4-5-6

9. TD : 140/80 mmHg

10. Nadi : 80 x/menit

11. Respirasi : 24 x/menit

12. Temp : 37,5 0C

Pemeriksaan persistem (B1-B6)

1. Breathing : -

2. Blood : -

Inspeks : kulit kaki pucat

Palpasi : pulsasi arteri darah pedis posterior menurun, CRT > 3

detik, akral dingin

3. Brain : Penurunan sensasi rasa pada kaki

4. Bowel : Mual muntah (-), BAB 2x sehari

5. Bladder : -

6. Bone :

Inspeksi :Kulit kering, terdapat kalus pada kaki kiri, diameter luka 7 cm,

luka tampak kotor, terdapat pus dan jaringan nekrotik, berbau. Tidak

terdapat rambut atau bulu2 kaki pada kaki kanan.

Palpasi : Turgor kulit jelek.

c. Pemeriksaan Penunjang

27

Page 28: Ronde Keperawatan Fix

GDS : 320 mg/dl

Kultur : Enterobacter aerogenes

Leukosit : 15,5 x 10 9/L

Trombosit : 280 x 109/L (normal 150 x109/L – 450 x109/L )

d. Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH1. Ds : pasien mengungkapkan

terdapat luka pada kaki kanan

sejak 2 minggu SMRS

Do :

- Ada luka pada kaki kiri,

keadaan luka bau, bernanah,

dan nekrotik

- Luas luka 9 cm

- Kulit disekitar luka merah

- GDA 320 mg/dl

- Kultur:Enterobacter aerogenes

- Leukosit : 15,5 x 10 9/L

:

aerogenesLeukosit

15,5 x 10 9

Faktor mekanik

(tekanan/robekan)

Kerusakan

integritas jaringan

(Masalah Ronde

Keperawatan)

2. Ds : pasien mengatakan terdapat

luka di kaki yang tidak sembuh-

sembuh

Do :

- terdapat ulkus (+), nekrotik

(+), ekstrimitas dingin dan

Penurunan

sirkulasi/ aliran

darah perifer

Ketidakefektifan

perfusi jaringan

28

Page 29: Ronde Keperawatan Fix

pucat (+)

- pulsasi arteri dorsalis pedis

posterior lemah

- CRT >3 detik, kulit kering,

kalus (+) pada kaki kiri

- Tidak terdapat rambut atau

bulu2 kaki pada kaki kanan

2. Diagnosa keperawatan

a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (robekan,

tekanan) ditandai dengan Ada luka pada kaki kanan, keadaan luka bau, bernanah,

dan nekrotik (Masalah ronde Keperawatan)

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran

darah ditandai dengan terdapat ulkus (+), nekrotik(+), ekstrimitas dingin dan

pucat (+), pulsasi arteri dorsalis pedis posterior lemah, CRT >3 detik, kulit kering,

kalus (+) pada kaki kiri, Tidak terdapat rambut atau bulu2 kaki pada kaki kanan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (robekan,

tekanan) ditandai dengan Ada luka pada kaki kanan, keadaan luka bau, bernanah,

dan nekrotik. (Masalah ronde Keperawatan)

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, menunjukan

perbaikan integritas jaringan

Kriteria hasil:

1. Keutuhan kulit

2. Tidak ada lesi

3. Tidak terjadi nekrosis

4. Tidak ada tanda infeksi

5. Perfusi jaringan baik

Intervensi:

1) Kaji keadaan luka, catat perubahan ukuran, warna, dan drainage.

29

Page 30: Ronde Keperawatan Fix

Rasional: Untuk memantau kemajuan atau perbaikan proses inflamasi.

2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic.

Rasional: untuk mencegah penyebaran infeksi.

3) Anjurkan individu untuk melakukan mobilitas secara maksimal untuk

mencegah penekanan yang lama.

Rasional: Jika tekanan pada jaringan lunak melebihi tekanan intrakapiler,

oklusi kapiler dan hipoksia yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan

jaringan.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan debridemen dan nekrotomi.

Rasional: Debridemen dan nekrotomi berfungsi menghilangkan jaringan mati,

dan mempercepat epitelisasi jaringan baru.

5) Kolaborasi pemeriksaan kultur.

Rasional: Untuk menentukan jenis antibiotik sesuai sensuai sensitivitas

kuman.

6) Lakukan kolaborasi pemberian insulin dan antibiotik

Rasional : pemberian insulin untuk menurunkan kadar gula darah dan

antibiotok untuk membunuh kuman

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran

darah ditandai dengan terdapat ulkus (+), nekrotik(+), ekstrimitas dingin dan

pucat (+), pulsasi arteri dorsalis pedis posterior lemah, CRT >3 detik, kulit

kering, kalus (+) pada kaki kiri, Tidak terdapat rambut atau bulu2 kaki pada kaki

kanan.

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, menunjukkan

keadekuatan perfusi jaringan perifer.

Kriteria hasil:

a. Denyut nadi perifer teraba kuat

b. Warna kulit sekitar luka tak pucat/sianosis

c. Kulit sekitar luka teraba hangat

30

Page 31: Ronde Keperawatan Fix

d. Oedema tidak terjadi, luka tidak bertambah parah

e. Sensorik dan motorik membaik

Intervensi:

1) Kaji status sirkulasi dan sensasi perifer, seperti kaji nadi perifer, adanya

edema, pengisian ulang perifer, warna dan suhu ekstremitas, adanya tanda

parastesia (kebas, kesemutan).

Rasional: Untuk mengetahuiderajat keadekuatan sirkulasi perifer dan sensasi

perifer.

2) Anjurkan pasien untuk tidak mengelevasikan ekstremitas yang terkena.

Rasional: posisi elevasi akan mempersulit aliran darah ke perifer, selain itu

akan mempermudah bakteri yang bersifat anaerob untuk menyebar ke jaringan

lain..

3) Anjurkan pasien untuk mengimobilisasikan kaki pasien .

Rasional: mobilisasi kaki yang sudah mengalami kematian jaringan

memperburuk kondisi perfusi ke perifer karena akan memerlukan

oksigenyang lebih banyak

4) Kurangi atau hilangkan kompresi vena eksternal seperti menyilangkan kaki

dan letakkan bantal dibawah lutut.

Rasional: Kompresi vena eksternal mengganggu aliran vena

5) Edukasi ke pasien untuk menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti

merokok dan menjaga BB tetap ideal.

6) Rasional: Efek nikotin pada sistem kardiovaskular turut menyebabkan

penyakit arteri koroner, strok dan hipertensi, dan penyakit vaskuler perifer.

Kondisi BB yang berlebih meningkatkan beban kerja jantung sehingga

menyebabkan hipertesi

31

Page 32: Ronde Keperawatan Fix

4. Implementasi dan Evaluasi

Senin, 1 September 2014

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

1 08.0

0

08.1

5

08.3

0

09.0

0

09.2

0

09.0

0

11.0

1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

Lula:merah, jaringan nekrotik,pus, 9

cm

2. Melakukan perawatan luka dengan

teknik aseptic.

3. Menganjurkan individu untuk

melakukan mobilitas secara

maksimal untuk mencegah

penekanan yang lama.

4. Melakukan kolaborasi dengan dokter

untuk melakukan debridemen dan

nekrotomi.

5. Melakukan kolaborasi pemeriksaan

kultur.

6. Melakukan kolaborasi pemberian

insulin

Lantus 3x4 iu

Aa

AaAa

Aa

Aa

Aa

Aa

S:klien mengatakan terdapat luka pada kaki kirinyaO:- Terdapat lesi

masih ada pus, jaringan nekrosis

- Terdapat tanda infeksi

- Ukuran luka 9 cm

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,6 dilanjutkan

32

Page 33: Ronde Keperawatan Fix

0

17.0

0

2 08.0

0

08.0

5

08.1

0

08.1

0

08.1

0

1. Mengkaji status sirkulasi dan sensasi

perifer, seperti kaji nadi perifer,

adanya edema, pengisian ulang

perifer, warna dan suhu ekstremitas,

adanya tanda parastesia (kebas,

kesemutan).

Denyut Nadi perifer lemah, edema,

warna pucat, suhu dingin.

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

4. Mengurangi atau hilangkan

kompresi vena eksternal seperti

menyilangkan kaki dan letakkan

bantal 2 dibawah lutut.

5. Memnerikan edukasi ke pasien

untuk menerapkan pola hidup sehat

seperti berhenti merokok dan

menjaga BB tetap ideal.

Aa

Aa

Aa

Aa

Aa

S:klien mengatakan terdapat luka pada kaki kirinyaO: Denyut nadi

perifer teraba lemah

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Oedema pada daerah luka

Terdapat lesi masih ada pus, jaringan nekrosis

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan

Selasa, 2 September 2014

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

33

Page 34: Ronde Keperawatan Fix

1 08.1

5

08.1

5

07.0

0

11.0

0

17.0

0

09.0

0

14.0

0

20.0

0

1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

2. Melakukan perawatan luka dengan

teknik aseptic.

3. Melakukan kolaborasi pemberian

insulin

Lantus 3x4 iu

4. Melakukan kolaborasi pemberian

antibiotic

Levofloxacin

Ava

AvaAva

S:klien mengatakan balutan luka tampak basah.O:- Terdapat lesi

masih ada pus- Terdapat

tanda infeksi- Ukuran luka

9 cmA: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

2 08.1

5

08.1

5

1. Mengkaji status sirkulasi dan sensasi

perifer, seperti kaji nadi perifer,

adanya edema, pengisian ulang

perifer, warna dan suhu ekstremitas,

adanya tanda parastesia (kebas,

kesemutan).

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

Ava

Ava

S:-O: Denyut nadi

perifer teraba lemah

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Oedema pada daerah luka

34

Page 35: Ronde Keperawatan Fix

08.1

5

08.1

5

08.1

5

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

4. Mengurangi atau hilangkan kompresi

vena eksternal seperti menyilangkan

kaki dan letakkan bantal 2 dibawah

lutut.

Ava

Ava

Ava

Terdapat lesi masih ada pus, jaringan nekrosis

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Rabu, 3 september 2014

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

1 08.15

08.15

07.00

11.00

17.00

08.00

14.00

20.00

1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

Luka:pus,ukuran 9 cm

2. Melakukan perawatan luka dengan

teknik aseptic.

3. Melakukan kolaborasi pemberian

insulin

Lantus 3x4iu

4. Melakukan kolaborasi pemberian

antibiotic

Sac

Sac

sac

S:klien mengatakan balutan lukanya masih merembesO:- Terdapat lesi

masih ada pus- Terdapat

tanda infeksi- Ukuran luka

9 cmA: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

35

Page 36: Ronde Keperawatan Fix

2 08.15

08.15

08.15

08.15

1. Mengkaji status sirkulasi dan

sensasi perifer, seperti kaji nadi

perifer, adanya edema, pengisian

ulang perifer, warna dan suhu

ekstremitas, adanya tanda parastesia

(kebas, kesemutan).

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

4. Mengurangi atau hilangkan

kompresi vena eksternal seperti

menyilangkan kaki dan letakkan

bantal 2 dibawah lutut.

Sac

sac

sac

sac

S:-O: Denyut nadi

perifer teraba lemah

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Oedema pada daerah luka

Terdapat lesi masih ada pus, jaringan nekrosis

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Kamis, 4 september 2014

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

1 08.15 1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

Luka: pus,tanda infeksi +,8 cm

2. Melakukan perawatan luka dengan

Sa

Sa

S:-O:- Terdapat lesi

masih ada pus

namun sudah

36

Page 37: Ronde Keperawatan Fix

08.15

08.30

07.00

11.00

18.00

09.00

teknik aseptic.

3. Menganjurkan individu untuk

melakukan mobilitas secara

maksimal untuk mencegah

penekanan yang lama.

4. Melakukan kolaborasi pemberian

insulin

Lantus 3x4 iu

5. Melakukan kolaborasi pemberian

antibiotic

cevofloxacin

Sa

Sa

Sa

berkurang

sedikit

- Terdapat

tanda infeksi

- Ukuran luka 8 cm

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,4,5 dilanjutkan

2 08.15

08.15

08.15

08.15

1. Mengkaji status sirkulasi dan

sensasi perifer, seperti kaji nadi

perifer, adanya edema, pengisian

ulang perifer, warna dan suhu

ekstremitas, adanya tanda parastesia

(kebas, kesemutan).

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

4. Mengurangi atau hilangkan

kompresi vena eksternal seperti

menyilangkan kaki dan letakkan

bantal 2 dibawah lutut.

Sa

sa

sa

sa

sa

S:-O: Warna kulit

sekitar luka sedikit pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Oedema pada daerah luka

Terdapat lesi

masih ada pus,

A: masalah belum

teratasi

P: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Jumat, 5 september 2014

37

Page 38: Ronde Keperawatan Fix

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

1 08.15

08.15

08.30

07.00

11.00

18.00

09.00

1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

Luka: pus,nekrotik, tanda infeksi +,

8cm

2. Melakukan perawatan luka dengan

teknik aseptic.

3. Menganjurkan individu untuk

melakukan mobilitas secara

maksimal untuk mencegah

penekanan yang lama.

4. Melakukan kolaborasi pemberian

insulin

Lnatus 3x4 iu

5. Melakukan kolaborasi pemberian

antibiotic

Sa

Sa

Sa

Sa

Sa

S:klien mengatakan terdapat luka pada kaki kirinyaO:- Terdapat lesi

masih ada

pus, jaringan

nekrosis

muncul

kembali

- Terdapat

tanda infeksi

- Ukuran luka 8 cm

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,4,5 dilanjutkan

2 08.15

08.15

08.15

08.15

1. Mengkaji status sirkulasi dan

sensasi perifer, seperti kaji nadi

perifer, adanya edema, pengisian

ulang perifer, warna dan suhu

ekstremitas, adanya tanda parastesia

(kebas, kesemutan).

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

Sa

sa

sa

sa

S:-O: Denyut nadi

perifer teraba lemah

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Oedema pada daerah luka

Terdapat lesi masih ada pus, jaringan

38

Page 39: Ronde Keperawatan Fix

08.15

4. Mengurangi atau hilangkan

kompresi vena eksternal seperti

menyilangkan kaki dan letakkan

bantal 2 dibawah lutut.

sanekrosis

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Sabtu, 6 september 2014

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

1 08.15

08.15

08.30

07.00

11.00

18.00

09.00

1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

Luka : pus, jarring nekrotik, tanda

infaksi +, 6 cm

2. Melakukan perawatan luka

dengan teknik aseptic

3. Melakukan kolaborasi dengan

dokter untuk melakukan

debridemen dan nekrotomi.

4. Melakukan kolaborasi

pemberian insulin

3x4iu

5. Melakukan kolaborasi

pemberian antibiotic

cevofloxacin

Sa

sasa

S:klien mengatakan terdapat luka pada kaki kirinyaO:- Terdapat lesi

masih ada pus

terdapat tanda

infeksi

- Ukuran luka 6 cm

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,4,5 dilanjutkan

2 08.15 1. Mengkaji status sirkulasi dan

sensasi perifer, seperti kaji nadi

perifer, adanya edema, pengisian

ulang perifer, warna dan suhu

ekstremitas, adanya tanda parastesia

Sa

sa

S:klien mengatakan terdapat luka pada kaki kirinyaO: Denyut nadi

perifer teraba lemah

39

Page 40: Ronde Keperawatan Fix

08.15

08.15

08.15

08.15

(kebas, kesemutan).

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

4. Mengurangi atau hilangkan

kompresi vena eksternal seperti

menyilangkan kaki dan letakkan

bantal 2 dibawah lutut.

sa

sa

sa

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Terdapat lesi masih ada pus, jaringan nekrosis

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Minggu, 7 September 2014

No Dx

JamImplementasi TTD Evaluasi

1 08.15

08.15

07.00

11.00

18.00

09.00

1. Mengkaji keadaan luka, catat

perubahan ukuran, warna, dan

drainage.

Luka: pus +, tanda infeksi +,6 cm

2. Melakukan perawatan luka dengan

teknik aseptic.

3. Melakukan kolaborasi pemberian

insulin

Lantus 3 4iu

4. Melakukan kolaborasi pemberian

antibiotic

Cevofloxacin

Sa

sasa

S:O:- Terdapat lesi

masih ada pus

namun sudah

berkurang,

jaringan

nekrosis

muncul

kembali

- Ukuran luka 6 cm

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

2 08.15 1. Mengkaji status sirkulasi dan

sensasi perifer, seperti kaji nadi

Sa S:klien mengatakan

40

Page 41: Ronde Keperawatan Fix

08.15

08.15

08.15

perifer, adanya edema, pengisian

ulang perifer, warna dan suhu

ekstremitas, adanya tanda

parastesia (kebas, kesemutan).

2. menganjurkan pasien untuk tidak

mengelevasikan ekstremitas yang

terkena.

3. Menganjurkan pasien untuk

mengimobilisasikan kaki pasien .

4. Mengurangi atau hilangkan

kompresi vena eksternal seperti

menyilangkan kaki dan letakkan

bantal 2 dibawah lutut.

sa

sa

sa

sa

terdapat luka pada kaki kirinyaO: Denyut nadi

perifer teraba lemah

Warna kulit sekitar luka pucat

Kulit sekitar luka teraba dingin

Oedema pada daerah luka

Terdapat lesi masih ada pus, jaringan nekrosis

A: masalah belum teratasiP: intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ny M

Umur : 45 tahun

Alamat : desa X sby

Adalah suami/istri/orangtua/anak dari pasien :

41

Page 42: Ronde Keperawatan Fix

Nama : Tn Y

Umur : 50 tahun

Alamat : desa X sby

Ruangan : rawat inap lantai 4 RSUA

No. RM :999990000

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Surabaya,

Perawat yang menerangkan Penanggungjawab

HH JJ

Yeni rachmawati S.kep.Ns Ny M

Saksi – saksi tanda tangan

1. Isnaeni S.Kep.Ns ……AA………2. Sri mulia Astuti ……BB………

Lampiran 3

SKENARIO ROLE PLAY

Assalamualaikum wr,wr..

Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah

keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat selain itu melibatkan pasien dalam

membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Tahapan ronde ini terdiri

beberapa tahapan yang akan digambarkan pada roleplay kali ini.

1 hari sebelum ronde

(Tempat Nurse station)

42

Page 43: Ronde Keperawatan Fix

Dalam Tahapan ini

a. Menetukan kasus dan topic

b. Menentukan tim ronde

c. Menentukan literature

d. Membuat proposal

e. Mempersiapkan pasien

f. Diskusi pelakasanaan

Terjadi percakapan antara PA 1 dengan PA 2 dan dilajutkan percakapan dengan PP

1...

PA 1 (sri) : pagi bu is…

PA 2 (isnaeni) : pagi mbk sri…bagaimana dengan pasien Tn Y ini

kelanjutanya?

PA 1(sri) : iya bu…kok luka gangrene nya sedikit kemajuanya…masih saja ada

pus nya dan luka nya berwarna hitam…padahal sudah dirawat luka. (menentukan

topic). Mari kita konsulakan ke perawat primer…

PA2(isnaeni) : ayoo mbak..

PP 1(Deby): iya mbak bagaimana perkembangan Tn Y?

PA 1(sri) : jadi begini pak…hasil observasi hari ini menunjukkan luka

ganggerenya masih keluar pus nya dan terdapat jaringan nekrotiknya pada jari

kelingking kaki kiri...

PP 1(deby) : baikalah besok kita lakukan ronde keperawatan saya akan

mengundang tim gizi dan dokter…

PA1(sri) : saya akan segera mempersiapkan pasiennya bu...serta akan say

persiapkan inform consentnya..

PP 1(deby) : ah ada ners tia...sibuk bu?

PP 2(Tia) : iya ners deb....lg gak sibuk kok..ada apa?

PP 1 (deby) : begini ners tia...saya ada pasien Tn Y...pasien ini sudah dirawat 3

minggu tapi gangren nya tak kunjung sembuh masih saja bernanah.

PP 2(tia) : loh iya...pasti ada yang tidak beres ini mas deb...lebih baik dilakukan

ronde keperawatan coba dilaporkan KARU...nanti saya coba batu cari literaturnya

43

Page 44: Ronde Keperawatan Fix

PP 1 (deby) : baiklah makasih mbak tia

PP1 pergi menemui KARU pukul 12.00....

PP 1(deby) : selamat siang bu...

KARU : iya selamat siang...ada apa mas deby

PP 1 (deby) : begini bu saya mau melaporkan mengenai pasien Y...sampai saat ini

gangrene nya belum mengalami kemajuan.

KARU : baiklah kita adakan ronde keperawatan saja. Saya akan menghubungi

tim lainya dan besok diadakan jam 09.00

Hari H ronde keperawatan

(Tempat Nurse station)

1. Pembukaan

Tahapan

a. Salam pembuka

b. Memperkenalkan tim ronde

c. Menyampaikan identitas dan masalah pasien

d. Menjelaskan tujuan ronde

Kepala ruangan(yeni) : assalamualaikum wr,wb…dan salam sejahtera bagi

kita semua…terimakasih atas kedatanganya dr saver, bu nisa dari tim gizi, bu is dan

mbak sri sebagai pearwat ruangan. Sebelumnya kita berdoa dulu..menurut agama dan

kepercayaan masing-masing..berdoa mulai…

Pada hari ini kita berkumpul untuk membahas masalah kesehatan yang

dialami Tn Y yang belum tercapai sesuai kriteria hasilnya. Dimana

a. Nama : Tn. Y

b. Sex : laki-laki

c. Umur : 50 tahun

d. Alamat : Desa X Surabaya

e. Pekerjaan : buruh pabrik

f. Diagnosa Medis : DM dengan Gangren

44

Page 45: Ronde Keperawatan Fix

g. Keluhan Utama : Pasien mengungkapkan adanya luka dan lukanya

tidak sembuh-sembuh

Kepala ruangan(yeni) : baik lah untuk mempersingkat waktu…selanjutnya

saya serahkan kepada bu isnaeni untuk memaparkan tentang askep Tn. Y.

2. Penyajian masalah.

Tempat di nurse station

Tahapan

a. Memberikan salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada tim rondeb. Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasienc. Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilakasanakan dan

menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan

PP 1(sri) : assalamualaikum..wr,wb…selamat pagi…hari ini kita akan

melakukan ronde pada kasus Tn Y yang ditemani istrinya Ny M...selanjutnya saya

akan membacakan riwayat Tn. Y..(membaca riwayat penyakit dan keperawatan,

menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilakukan dan

menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan)

Pasien, keluarga pasien, dr saver, tim gizi, KARU, perawat konselor menyimak…

Kepala ruangan (yeni): terimakasih kepada bu is yang telah memaparkan…

selanjutnya kita akan melakukan validasi data dengan melakukan pemeriksaan

kepada klien…

3. Validasi data

Tempat bed Tn Y

Tahapan

a. Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah disampaikan b. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut.

memasuki keruangan pasien…

kepala ruangan : selamat pagi Tn Y…ini dengan istrinya Ny M ya…

Ny M(tia) : iya ners…

Kepala ruangan : bagaimana keadaan bapak hari ini?tidurnya semalam

nyenyak?

45

Page 46: Ronde Keperawatan Fix

Tn Y(imam) : sering terbangun ners, karena terbiasa tidur dirumah jadi

kurang merasa nyaman saya…

Kepala rungan(yeni) : oh jadi begitu…dicoba untuk melakukan beberapa tindakan

ya pak…direndam kakinya at obis amenggunakan aroma terapi mungkin juga bias

mendengarkan musik untuk meningkatkan kenyamanan ato relaks selama tidurnya..

Tn Y(imam) : jadi hal seperti itu bisa ya ners…

Dr saver dan perawat memeriksa luka, dan dilakukan pengkajian lainyanya….

Dr saver : permisi ya pak saya akan memeriksa…

Dilihat dari keadaan jari kelingking kaki kiri klien yang sudah menghitam, berbau,

mengeluarkan pus, perfusi ke area itu sudah tidak bagus alangkah baik nya bila itu

diangkat saja, kalaupun kelingking bapak ini tetap dipertahankan hasilnya malah

tidak bagus…monggo bapak pikirkan dulu jika bapak berkenan saat visite sore saya

akan melakukan tindakannya…

Tn Y(imam) : tapi saya masih takut dan ragu…bagaimana nanti rasanya

dok?

Dr saver : mungkin hanya sedikit nyeri karena syaraf-syaraf dibagia ini

juga sudah rusak…

Tn Y(imam) : baiklah dok akan saya bicarakan lagi dengan istri saya…

Dr saver : iya silahkan…

Tim gizi(annisa) : melihat kasus pada pasien ini dari segi dietny sebenarnya DM

gangrene dengan DM pada umumnya sama hanya saja beda pada asupan

proteinnya…dimana memiliki tujuan yaitu

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan berat badan normal

c. Mempertahankan glukosa darah

d. Menekan perkembangan komplikasi angiopati diabetic

e. Memberikan modifikasi diet sesuai keadaan paien

f. Menarik dan mudah diterima

Sedangkan untuk syarat dietnya:

a. Energy cukup untuk mempertahankan BB ideal

46

Page 47: Ronde Keperawatan Fix

b. Kebutuhan proteinya 20%

c. Kebutuhan lemak 20%

d. Kebutuhan karbohidrat 60%

e. Serat 25 % dengan manfaat mengendalikan kadar gula darah

f. Cukup mineral dan vitamin

g. Interval makan 3 jam sekali

h. Posri kecil diberikan sering

Tim gizi(annisa) : bapaknya bagaimana dengan makan nya bu?selama

perawatan ini..

Ny M (tia) : waduh bu…susah di bilangingnya…bapak ini sering nyolong-

nyolong makan yang manis berlemak…kalo makan se enaknya suka nyemil jajan

yang dibawakan saudara-saura disaat saya tidak ada…makanan di RS malah tidak

dihabiskan kadang-kadang…

Tim gizi(annisa) : oh jadi begitu ya bu…begini bapak kesembuhan kaki bapak

ini tidak hanya dapat disembuhkan dengan obat-obatan namun faktor nutrisi juga

ikut berperan…bagaimana bapak bisa sembuh kalau susah mengatur dietnya…ayo

mulai sekarang membenahi dirinya..

Tn Y(imam) : habis makanan dari sini saya kurang selera, tidak ada rasanya

bu…

Tim gizi (annisa) : memang masakannya sudah ditakar bapak sesuai keadaan

bapak…

Tn Y(imam) : iya bu…

…………………………………..

Dr saver : terapinya tetap lanjutkan antibiotiknya, dan insulinya tetap

jalan. Selanjutnya pada visite nanti sore saya akan melakukan debridemen jaringan

yang sudah menjadi gangrene bila pasien berkenan dan melakukan amputasi

sebagian.

PP2 (isnaeni) : iya dok…

Dr saver : ya sudah ya ners saya mau pindah ke ruangan sebelah..

PP2 (isnaeni) : iya dok terimakasih ya..

47

Page 48: Ronde Keperawatan Fix

Dr saver : iya sama-sama..

Tim gizi(annisa): mbk ini dietny tetap sama hanya sedikit yang saya rubah yaitu

kandungan protein dan seratnya saja. Untuk makanan nya mungkin harus sedikit

dijaga mengingat pasiennya ini agak bandel…

PP1(sri) : iya bu terima kasih ya..

Tim gizi(annisa) :iya sama-sama

Justifikasi olek KARU

Tempat di bed Tn Y

Tahapan

a. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

b. Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan

Kepala ruangan(yeni): jadi diagnose utama kerusakan integritas jaringan

berhubungan dengan faktor mekanik (robekan, tekanan) ditandai dengan Ada luka

pada kaki kanan, keadaan luka bau, bernanah, dan nekrotik perlu kita tambahi

intervensinya..

Sesuai advis dokter dan tim gizi tadi..beberapa intervensi yang bisa kita lakukan

a. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic.

b. Anjurkan individu untuk melakukan mobilitas secara maksimal untuk mencegah

penekanan yang lama.

c. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan debridemen dan nekrotomi..

d. Kolaborasi pemeriksaan tim gizi.

Kepala ruangan(yeni) : baikalah terima kasih Tn Y dan Ny M….kami kembali

keruangan perawat dahulu

Evaluasi

Tempat Nurse Station

Tahapan

a. Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatanb. Penutup

48

Page 49: Ronde Keperawatan Fix

KARU : dari validasi ke pasien tadi kita sudah menemukan beberapa fakta

yang mendukung mengenai masalah klien..dari perawat, tim dokter, tim gizi sudah

mengutarakan intervensi untuk kasus Tn Y ini…

Mungkin ada tambahan yang mau dismapaikan…

Baiklah kalau tidak ada ronde keperawatan bisa kita akhiri…wassalamualaikum

wr,wb

49