riwayat putri nurjanu / nibong belegong web viewmendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si...

105
Hikayat Keramat Gadong Buding adalah desa terdekat wilayah Kecamatan Kelapa Kampit,berjarak sekitar 44 kilometer dari Tanjungpandan,ibu kota Kabupaten Belitung .Penduduk desa ini memiliki legenda “ kebanggaan “, Keramat Gadong. Kisah ini terjadi jauh sebelum datang penjajah.Di saat jalan raya yang menghubungkan Tanjungpandan – Manggar ( seperti sekarang ini ) belum ada.Saat sebagian besar penduduk memilih tinggal di pedalaman untuk menghindarkan gangguan lanun yang suka merampok,serta menculik wanita dan anak-anak. Di antara penduduk Belitung yang tinggal dii pedalaman tersebut terdapatlah satu keluarga bermukim di sekitar daerah Buding mengarah ke Pering .Keluarga ini mengandalkan hidup dari hasil ladang ,hingga mereka selalu berpindah-pindah mengikuti ladang yang di buka.Kepala keluarga itu bernama Kuman Manor.Ia memiliki seorang istri yang sedang mengandung anak keduanya dan seorang anak perempuan bernama Taila. Hatta.Suatu hari,saat sedang musim mengetam padi,kubok ( kumpulan rumah di tengah perladangan / ume,red.) Kuman Manor di datangi serombongan lanun di bawah pimpinan Panglima Usup.Mereka datang melalui Pantai Pering ,bermaksud merampok dan berbuat aoa saja yang menurut mereka baik. Tapi kedatangan kelompok lanun ini ke kubok Kuman Manor nampaknya tak sesuai harapan semula.Mereka tidak bisa berbuat sekehendak hati terhadap penduduk di kubok itu,karena Kuman Manor adalah orang yang tidak gampang di taklukkan.Hingga terjadilah perang tanding mengandalkan pedang,tombak,keris,petumang,dan lain-lain senjata antara para lanun pimpinan Panglima Usup melawan penduduk kubok Kuman Manor. Dalam perang tanding itu satu demi satu lanun tewas di tangan Kuman Manor.Sedang dia sendiri jangankan luka,tergorespun tidak.Perang tanding ini di akhiri dengan menyerahnya Panglima Usup dalam kondisi sangat kritis dengan luka parah di sekujur tubuh.Oleh Kuman Manor,Panglima Usup yang sudah menyerah

Upload: trinhtram

Post on 30-Jan-2018

296 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hikayat Keramat GadongBuding adalah desa terdekat wilayah Kecamatan Kelapa Kampit,berjarak sekitar 44 kilometer dari Tanjungpandan,ibu kota Kabupaten Belitung.Penduduk desa ini memiliki legenda “ kebanggaan “, Keramat Gadong.

Kisah ini terjadi jauh sebelum datang penjajah.Di saat jalan raya yang menghubungkan Tanjungpandan – Manggar ( seperti sekarang ini ) belum ada.Saat sebagian besar penduduk memilih tinggal di pedalaman untuk menghindarkan gangguan lanun yang suka merampok,serta menculik wanita dan anak-anak.

Di antara penduduk Belitung yang tinggal dii pedalaman tersebut terdapatlah satu keluarga bermukim di sekitar daerah Buding mengarah ke Pering.Keluarga ini mengandalkan hidup dari hasil ladang,hingga mereka selalu berpindah-pindah mengikuti ladang yang di buka.Kepala keluarga itu bernama Kuman Manor.Ia memiliki seorang istri yang sedang mengandung anak keduanya dan seorang anak perempuan bernama Taila.

Hatta.Suatu hari,saat sedang musim mengetam padi,kubok ( kumpulan rumah di tengah perladangan / ume,red.) Kuman Manor di datangi serombongan lanun di bawah pimpinan Panglima Usup.Mereka datang melalui Pantai Pering,bermaksud merampok dan berbuat aoa saja yang menurut mereka baik.

Tapi kedatangan kelompok lanun ini ke kubok Kuman Manor nampaknya tak sesuai harapan semula.Mereka tidak bisa berbuat sekehendak hati terhadap penduduk di kubok itu,karena Kuman Manor adalah orang yang tidak gampang di taklukkan.Hingga terjadilah perang tanding mengandalkan pedang,tombak,keris,petumang,dan lain-lain senjata antara para lanun pimpinan Panglima Usup melawan penduduk kubok Kuman Manor.

Dalam perang tanding itu satu demi satu lanun tewas di tangan Kuman Manor.Sedang dia sendiri jangankan luka,tergorespun tidak.Perang tanding ini di akhiri dengan menyerahnya Panglima Usup dalam kondisi sangat kritis dengan luka parah di sekujur tubuh.Oleh Kuman Manor,Panglima Usup yang sudah menyerah dengan luka parah itu bukan nya di bunuh,malah di bawanya kerumah untuk di obati.

Berhari-hari setelah diobati Panglima Usup dan kebetulan yang sehari-harinya tinggal di rumah Kuman Manor berangsur sembuh.Kebaikan keluarga ini rupanya telah membuat hati Panglima Usup tergugah.Hingga ia kemudian menganggap Kuman Manor sebagai orang tua sendiri.Sementara Kuman Manor yang belum memiliki anak laki-laki juga tak keberatan mengangkatnya sebagai anaknya.

Sesudah berbulan-bulan berdiam di rumah Kuman Manor,timbul keinginan Panglima Usup untuk berlayar.Keinginan itu ia utarakan kepada ayah dan ibu angkatnya yang kemudian tidak keberatan mengabulkan permintaan tersebut.Oleh ibu angkatnya dimasaklah berbagai macam makanan untuk sangu ( bekal,red ) selama dalam pelayaran.Keesokan harinya,diantara kedua orang tua angkatnya,Panglima Usup berangkat dari Pantai Pering,Ia menggunakan perahu yang dulu di gunakan untuk merompak,berangkat ke laut lepas menuju pulau Daek.

Page 2: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Selang beberapa kemudian,Panglima Usup yang sudah mempunyai anak buah para lanun lagi,datang menemui Kuman Manor.Bukan untuk merampok,melainkan bersilaturahmi kepada orang tua angkatnya.Untuk kedua orang tua dan adik angkatnya Panglima Usup membawa banyak sekali oleh-oleh ,hingga ia di sambut dengan penuh suka cita oleh Kuman Manor.Setelah kedatangan itu,berulangkali Panglima Usup datang dan pergi menemui kerluarga Kuman Manor.Dan setiap kali Panglima Usup datang selalu disambut dengan makanan kesukaannya,kukus.

Alkisah,pada suatu hari yang seharusnya menjadi waktu kedatangan Panglima Usup,ia tidak datang.Hingga ibu angkatnya khawatir dan gelisah ,kalau-kalau terjadi sesuatu dengannya.Berbeda dengan istrinya,Kuman Manor tak khawatir sedikitpun.Ia malah berfikir suatu waktu Panglima Usup pasti akan datang kembali bukan untuk bersilaturahmi,tetapi membalas dendam.Pikiran it uterus menerus berkecamuk di hati Kuman Manor.

Merasa waktu kedatangan sudah dekat,istri Kuman Manor menyiapkan berbagai makanan untuk menyambut kedatangan Panglima Usup.Sementara itu Kuman Manor tidak mau menyambut Panglima usup.Hingga membuat istrinya ,yang sedang bersusah payah menyiapkan makanan,marah.Karena itulah,setelah berfikir sejenak,Kuman Manor memutuskan akan berangkat besok pagi-pagi sebelum terbang lalat bersama isrinya.Ia juga minta istrinya memasak nasi ketan.

Esok harinya,setelah subuh,mereka berangkat.Namun,sepanjang perjalanan perasaan yang mengganjal fikiran Kuman Manor terus berkecamuk,sehingga ia mengurungkan niat melanjutkan sisa perjalanan.Mengingat pula ketika itu istrinya sedang hamil tua.Beliau khawatir akan terjadi sesuatu yang tak beres.Namun,atas desakan istrinya,walau berat hati,mereka tetap meneruskan perjalanan.

Singkat cerita begitu Kuman Manor sampai di pinggir Pantai Pering,tampak perahu lanun tengah berlayar mengarah ke pantai.Dugaan bahwa Panglima Usup yang dulu mengaku sebagai anak angkatnya akan melakukan balas dendam nampaknya akan segera terbukti.Dan hal betul-betul terbukti,ketika setelah dekat pantai perahu-perahu lanun mengepung Kuman Manor dari segala penjuru.

Melihat Kuman Manor sudah terkepung,Panglima Usup tak mau menyiakan kesempatan yang telah lama ia rencanakan itu.Begitu Kuman Manor telah betul-betul terpojok,ia langsung menyerang dari segala penjuru.Kuman Manor berusaha mempertahankan diri dari serangan ganas para lanun tersebut.Tapi,walau ia seorang yang tangkas dan sakti atau mungkin ajal sudah dekat,akhirnya tertangkap dan di bawa masuk ke perahu.

Di atas perahu itulah kelompok lanun mengeroyok Kuman Manor habis-habisan.Nah,dalam pengeroyokan itu Kuman Manor meminta agar istrinya dibebaskan karena sedang hamil tua.Perimintaan itu di turuti Panglima Usup.

Setelah menurunkan istri Kuman Manor,tanpa perikemanusiaan Panglima Usup memotong leher Kuman Manor hingga hampir putus.Setelah itu ia berteriak,” Mulai sekarang habislah panglima daratan Pulau Belitung.” Sekejap kemudian ia pun melemparkan Kuman Manor yang telah diikat dengan leher hampir putus ke laut.

Tapi,sebuah keajaiban terjadi.Tubuh Kuman Manor yang telah terikat dengan leher hampir putus terlihat menggeliat dan berteriak,” aku ndak mati,naikan agik aku ke perahu.” Terkejut

Page 3: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

dengan teriakan itu,segera anak buah Panglima Usup menaikan kembali tubuh Kuman Manor ke atas perahu.Sesampai di atas perahu Panglima Usup langsung menebas perut Kuman Manor hingga isi perutnya terburai keluar.Setelah itu,kembali Panglima Usup melemparkan tubuh Kuman Manor ke laut.

Dan,untuk yang kedua kalinya,keajaiban terjadi.Tubuh Kuman Manor kembali menggelepar dan berteriak.” Aku ndak mati.Tapi mun benar mikak nak muno aku,naikan aku ke perahu,lalu mikak cabut kuku induk jari kaki kanan aku.”

Oleh para lanun,Kuman Manor segera dinaikan lagi ke perahu dan langsung mencabut kuku induk jari kaki kanan nya.Setelah memastikan Kuman Manor betul-betul tewas,mayatnya di lemparkan kembali ke laut.Setelah itulah baru mayat Kuman Manor terkubur di laut.

Tak lama berselang setelah Kuman Manor terbunuh,istrinya melahirkan anak keduanya,seorang bayi laki-laki,yang kemudian hari di kenal sebagai Keramat Gadong.

Berselang 15 tahun,Keramat Gadong tumbuh besar dan mulai tahu tentang arti ayah-ibu.Karena tak pernah bertemu,ia pun bertanya hal ihwal ayahnya.Oleh ibunya ia selalu mendapatkan jawaban kurang jelas.Setelah dewasa,bahkan ibunya tak juga memberikan jawaban pasti mengenai keberadaan ayahnya.

Penasaran dengan keberadaan sang ayah,Keramat Gadong pun lalu bertanya kepada Makciknya,Yak Linong.

“ Kemane la Bapak aku ne Cik,kiape bentuk badan belau to,” Tanya Keramat Gadong.

Yak Linong menjawab,” Bapak kau to gede badannye,tapi belau la mati debuno Panglima Usup,urang Daek.”

“ Aku nak beliaten ken Bapak,” Lanjut Keramat Gadong.

“ Kiape kau nak beliaten ken belau,kaluk la mati,” Jawab Yak Linong.

“ Tapi,aku nak beliaten,suat munggak’e “ Desak Keramat Gadong lagi.

Di desak demikian,Yak Linong pun menjawab seadanya,” Mun kau nak beliaten kan Bapak kau,kau harus betarak antare Aik Buding kan Aik Linggang.Lalu kau harus mawak sangu tujo ikok ketupat.”

Setelah mendapat keterangan Yak Linong,esok harinya Keramat Gadong meminta ibunya menyiapkan tujuh ketupat untuk sangu.

Di malam pertama betarak, Keramat Gadong makan satu ketupat,tapi ia belum juga bertemu ayahnya.Begitu juga dengan ketupat kedua,ketiga hingga keenam.

Pada malam ketujuh,ketupat terakhir ia makan.Begitu ketupatnya habis,ia memohon kepada yang Kuasa agar dapat bertemu roh ayahnya.Setelah beberapa waktu tepekur,ia pun tertidur nyenyak.Dalam tidur itu lah ia bermimpi bertemu arwah ayahnya sambil berujar , “ Kau ndak akan betemu ken aku,karene aku la de alam lain.Tapi,ape kehendak kau akan ku kabulkan.”

Page 4: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Dalam mimpi itu,Keramat Gadong tidak meminta apa-apa dari roh ayahnya,kecuali mau menuntut balas atas kematiannya.Karena itu roh ayahnya langsung berujar,” Baikla mun kitu se,karene aku di alam lain,kau de alam lain,mun kau nak ngelanggar tana Daek,sape la aku.Sebab aku duluk e mati de tangan Panglima Usup urang Daek.”

Setelah itu Keramat Gadong bersumpah,”Setiap keturunan Keramat Gadong dak kuang bekawan kan urang Daek.Karene mun bekawan,kawan itu la nok kan ngembuno kamek.” Keramat Gadong juga berpesan kepada anak cucu nya kelak,” Mun keturunan aku ade ape-ape umpamenye kesusahan dan sebagainye,tunu kemenyan,panggil name aku,pasti aku datang.”

Begitu kisah pertemuan Keramat Gadong dengan roh ayahnya.Setelah pertemuan itu, Keramat Gadong tinggal berpindah-pindah di hutan antara Buding – Penirukan.Sehari-hari ia berladang sambil menyebarkan agama Islam.Dalam syiarnya, Keramat Gadong memiliki bekal kesaktian di cincang tak mempan,di rendam tidak mati dan di baker tidak di makan api serta berani menghadapi tantangan selalu menggunakan senjata andalan.Di antaranya tombak,pedang,dan dua buah petunangan.Sementara kakaknya,Taila berkeluarga dengan orang Langkang,yang kemudian di temukan penginggalan Keramat Gadong.

Hingga tahun 1986-an senjata penginggalan Keramat Gadong masih di pelihara keturunan nya,Pak Kadir,berupa tirok dan sebuah pedang.Benda penginggalan tersebut,oleh Belanda pernah di minta disimpan di Museum Tanjungpandan ( Belitung ).Tapi,benda-benda itu tak lama di simpan di Museum,sebab tak boleh di bawa kemana-mana,ia harus dipelihara oleh keturunan nya.Benda warisan itu masih mempunyai kekuatan magis,semisal untuk tangkal dan pengobatan.

Tentang akhir riwayat Keramat Gadong,beliau menginggal dunia tidak terkubur dan raib menjelang subuh.

Pada malam beliau raib, Keramat Gadong mengumplkan semua anak cucunya di kubok di tengah ume.Kira-kira menjelang Subuh,salah satu cucunya mengingatkan,” Be kakik tek ngape lum debangunek,arine la siang,la kan subo.” Karena waktu subuh sudah masuk,cucunya menyibakan kelambu tempat Keramat Gadong tidur sendiri,tanpa di temani istrinya.Tapi apa yang di temukan kemudian,hanya sebuah bantal guling yang di tutupi kain.Setelah kain penutup di buka,ternyata Keramat Gadong tak ada di dalam.Ia raib,hingga yang di kuburkan oleh keluarganya hanyalah bantal guling yang di temukan di dalam kelambu.

Kuburan bantal guling itu sendiri terletak di Pering,yang kemudian menjadi tempat orang bernazar.

Semasa hidupnya,beliau pernah menanam racun di Aik Tembako,yang terletak kea rah menuju Laut Sandong.Aik Tembako ini ketika sedang musim kemarau tidak boleh di ambil,karena mengandung racun yang memabukan.Konon,racun itu di tanam beliau sebagai salah satu strategi untuk mematikan para lanun yang suka mengambil air di tempat tersebut.Hingga begitu para lanun itu meminum air tersebut,maka akan matilah mereka.

**~~~**

Page 5: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

** Sebagaimana informasi pada cerita di atas,bahwa makam Keramat Gadong berada di sekitar Pering. Dan menurut informasi dari salah satu sumber yang di temui crew jelajahbelitung, keberadaan makam Keramat Gadong memang berada di sekitar Laut Pering dan Desa Penirukan.Mungkin pada lain kesempatan kami akan menelusuri lokasi tersebut,dan mengambil data gambar makam Keramat Gadong untuk menambah bukti kan sejarah tersebut.

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 6: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Buku Dan Peta Situs Kerajaan BalokPada zaman dulu di Pulau Belitung ini mempunyai Kerajaan.Salah satu kerajaan besar yang pernah ada adalah Kerajaan Balok.Sebagian dari masyarakat Pulau Belitung mungkin ada yang mengetahui tentang sejarah-sejarah Kerajaan Balok ini.Akan tetapi sebagian pula ada yang tidak mengetahui nya sama sekali.

Seperti saya ( Heru Suhendaka ) sebelumnya hanya mendengar cerita orang saja,bahwa dulu pernah berdiri sebuah kerajaan yang besar di Daerah Balok.Dengan rasa ingin tau dan ketertarikan ingin menelusuri kebenaran hal tersebut,di tambah saat ini saya berdomisili di daerah Dusun Air Nangka ( Balok Baru ) membuat saya mengetahui jelas akan kebenaran bahwa dulu pernah berdirinya sebuah Kerajaan di Daerah Balok.

Hal tersebut di kuatkan oleh beberapa bukti peninggalan sejarah Kerajaan Balok yang telah saya jelajahi.Dalam menelusuri bukti-bukti tersebut saya di dampingi oleh salah satu warga balok yang banyak mengetahui tentang sejarah Kerajaan Balok.Beliau bernama pak Si’in.Karena saya masih penasaran dan belum puas,akhirnya saya berkunjung ke rumah juru kunci / pemandu Situs Kerajaan Balok yang bernama Pak Sakri,yang ternyata beliau ini masih ada hubungan keluarga dengan istri saya.

Dengan Pak Sakri ini saya di ceritakan panjang lebar mengenai sejarah-sejarah Kerajaan Balok.Karena beliau mengetahui bahwa saya tertarik ingin mengetahui sejarah Kerajaan Balok secara khusus dan Sejarah Pulau Belitung secara umum,beliau meminjam kan dua buah buku yang bisa menjadi sumber pengatahuan saya,dan tentunya nanti akan saya sharing kepada anda semua.Salah satu buku yang pak Sakri pinjam kan kepada saya,adalah buku Cerita Legenda Situs Kerajaan Balok yang tidak lain,penulisnya adalah beliau.

Pak Sakri

Di akhir kunjungan saya kerumah Pak Sakri,beliau berpesan agar saya mempublish semua cerita di dalam buku yang beliau pinjmakan,agar semua masyarakat Pulau Belitung maupun masyarakat luar mengetahuhi akan sejarah-sejarah Pulau Belitung.Selain itu Pak Sakri juga

Page 7: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

menjanjikan di lain kesempatan beliau akan memandu saya untuk mengunjungi semua tempat-tempat sejarah Kerajaan balok

Ketika sampai di rumah, saya langsung membuka dan memaca buku Cerita Legenda Situs Kerajaan Balok.Beberapa sejarah Kerajaan balok terpaparkan secara jelas pada buku tersebut.Tidak hanya itu di dalam buku yang di tulis Pak Sakri tersebut juga terlampir Peta Situs Kerajaan Balok.Dimana Semua Lokasi/tempat sejarah Kerajaan Balok Di gambarkan pada Peta tersebut.Saya berpikir,mungkin dengan adanya Peta tersebut,akan lebih mempermudah orang/wisatawan untuk menuju lokasi atau tempat sejarah Kerajaan Balok

Cover Buku Cerita Situs Kerajaan Balok

Peta Situs Kerajaan Balok

Beberapa cerita yang terdapat pada buku Cerita Situs Kerajaan balok adalah sebagai berikut :

1. Sejarah Kerajaan balok ( di balok lama )2. Datuk Bujang Itam3. Keramat Sisilan

Page 8: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

4. Keramat Kelumpai5. Padang Penyengat6. Aik penyengat7. Lubang naga8. Perigi Berdarah9. Sumpah/kutukan Antara Raja Balok dan Raja Badau10. Pangkalan Kapor11. Perahu Lanun12. Tanah Tegalik13. Tebing Tinggi/Balok baru

Sebagaimana pesan dari Pak Sakri,agar saya mempublish cerita tersebut kepada masyarakat luas.Untuk saat ini saya sedang bekerja dalam hal tersebut.Isyallah pada setiap cerita,akan saya lampirkan foto-foto agar menambah bukti kebenaran dari setiap cerita tersebut.Untuk cerita Sejarah Kerajaan balok akan saya tempatkan pada kategori Sejarah Kerajaan Balok

 

Page 9: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Riwayat Putri Nurjanu / Nibong BelegongBeberapa ratus tahun lalu,di kampong Aik Kelekak Nangkak ( sekarang Dusun Dudat ),tinggalah seorang ibu tua bernama Dayang Samak bersama anaknya-anaknya.Di rumah itu juga tinggal seorang gadis dari seberang bernama Nurjanu.

Gadis ini konon dikabarkan berparas sempurna.Berkulit bening,laksana kaca.Hingga dilukiskan jika ia minum,air yang ia minum itu bisa terlihat ketika lewat di kerongkongan nya.Rambut panjangnya di lukiskan : bila di bersihkan perlu tujuh ramunan ( bahasa local berate kayu penjemur pakaian ,red ) untuk menjemur.Hebat nian bunga Aik Kelekak Nangka ini.

Penduduk Aik Kelekak Nangkak sendiri hanya berjumlah seratus bubungan rumah atau seratus kepala keluarga.Selain berladang,kehidupan mereka sehari-hari bergantung pada mencari pekarangan untuk di buat pekasam.Kendati jarak kelekak ini cukup jauh dari laut,tak menyurutkan mereka untuk pergi dan pulang ke tempat kerjanya dengan teratur.

Begitulah kehidupan sehari-hari penduduk kelekak ini.Begitu pula kehidupan Dayang Samak.Namun kerja Putri Nurjanu seharian hanya bersolek.Hal tersebut merupakan kehendak Dayang Samak yang takut kalau kulit dan kecantikan Nurjanu akan jadi rusak kalau ikut kerja.

Dalam keseharian Nurjanu memiliki teman bicara bernama Bujang Dultalip.Dengan pemuda inilah seharian di bicara apa saja.Sementara penduduk kelekak yang menyaksikan kelakuan Nurjanu dan Dultalip tak sedikit pun merasa jengah.Mereka malah bangga,karena dengan adanya Nurjanu,kelekak mereka jadi terkenal ke wilayah sekitar,hingga banyak orang yang singgah sekedar ingin melihat.

Penduduk yang hidup mengandlkan pekarangan dari hari ke hari kehidupan nya makin membaik.Sementara yang berladang pun panen padinya makin melimpah.Hingga Dayang Samak merasa perlu untuk merayakan nya.Dengan disponsori Dayang Samak,penduduk setempat sepakat patungan untuk membeli alat becampak seperti : Tawak-tawak,Gendang dan gong besar,sedang,kecil,serta sejumlah alat pukul lainnya seperti Kelinang.Setelah terkumpul uang untuk membeli perlengkapan muasik itu,maka kehidupan di kelekak itu pun jadi makin meriah.

Singakat cerita,Dayang Samak oleh penduduk kelekak ini rupanya juga telah merubah corak rumah penduduk.Kalau sebelumnya rumah mereka hanya berasal dari kulit kayu dan lantai gelegar saja,kini banyak penduduk yang membuat lebih dari itu,malah ada yang mulai membuat rumah berlantaikan tanah.begitupun dengan Dayang Samak,sebagai Bos ia berfikiran harus lebih dari yang lain,hingga ia pun membangun rumah tinggi,dan menjadi paling tinggi di Dudat saat itu.Dan ,kehidupan di rumah tinggi yang di lengkapi Nurjanu pun berubah total.Dari hanya seorang gadis cantik saja berubah menjadi gadis sombong dan angkuh.

Pokonya lengkaplah ia menjadi seorang gadis yang cantik,sombong dan angkuh.Sebagai primadona kelekak kemana-mana ia tak pernah lepas dari kawalan Bujang Dultalip.Setiap mentas campak ia selalau memilih berpasangan dengan laki-laki paling ganteng di antara

Page 10: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

yang ikut campak.Hingga membuat laki-laki yang tidak bisa becampak dengan nya menjadi rendah diri dan tak mau ikut becampak.

Setiap sore,sambil menjuntai kedua kakinya yang bagus itu,Nurjanu selalu duduk berangin-angin di bagian atas rumah tinggalnya.Bila ada lelaki yang lewat,walau hanya sekedar melihat,kontan ia akan meludahi orang tersebut.

Suatu ketika terjadi peristiwa ia meludahi seorang pemuda yang konon dari daerah Belantu.Begitu Nurjanu meludah ia langsung menatap dan memungut ludah Nurjanu yang jatuh dekat kakinya.Kemudian ia meneruskan perjalanan di iringi derail tawa penuh penghinaan dari Nurjanu.” Wanita cantik itu harus di beri pelajaran.Jangan karena cantik ia jadi sombong,” gerutu pemuda itu dalam hati dengan penuh dendam.ia pun langsung pulang ke Belantu,sambil merencanakan pembalasan atas penghinaan Nurjanu.

Suatu hari penduduk melihat pemuda itu kembali ke Aik Kelekak Nangkak.Di tangan kirinya ia menjinjing sebuah keranjang bambu.Matanya selalu mengawasi kemana perginya Nurjanu setiap pagi dan sore.Rupanya pemuda Belantu ini mengawasi gerak-gerik Nurjanu untuk mengetahui dimanakah si Jelita yang sombong itu mandi.

Akhirnya ia pun tahu,dikawal Bujang Dultalip,Nurjanu selalu mandi di Air Magnum.Setelah di ketahui tempat dimana Nurjanu mandi.suatu siang ia pergi ke bagian hulu air Magnum.Tak ada yang tahu apa kegiatan pemuda itu di sana.

Beberapa waktu setelah pemuda itu pergi ke hulu Air Magnum,di tempat tersebut tumbuh sebatang pohon bamboo aneh.Mengetahui ada pohon bamboo aneh yang tumbuh di bagian hulu,Nurjanu pun dating untuk melihat.Tapi,setelah sampai ke pohon bamboo tersebut,ia sama sekali tak melihat ada yang aneh,ia pun berujar, “ Ndak ade ape-ape bulo ne “

Setelah itu ia pun kembali ke tempat ia biasa mandi sambil tertawa cekikikan seperti ada yang menggelikan hatinya.Namun,apa yang terjadi kemudia ? Nurjanu berteriak histeris hingga mengundang Bujang Dultalip untuk mendekat.Apa yang di temukan Dultalip sangat mengagetkan.Nurjanu telah terbujur kaku.Putri sombong itu telah mati.Dultalip pun lalu membawa mayat Nurjanu ke rumah Dayang Samak dan di kuburkan di sebuah tempat yang tak jauh dari rumah tersebut.

Begitulah kisah kematian Nurjanu,karena racun yang di tanam pemuda asal Belantu yang bersamaan dengan tumbuhnya bamboo aneh di huli Air Magnum.Sejak saat itu tak seorang pun penduduk kelekak tersebut berani mandi di Air Magnum,sebab akan mati seketika.Konon,dari kisah inilah racun Belantu jadi terkenal.

Merasa takut akan jatuh korban berikut semua penduduk Aik Kelekak Nangkak hijrah ke kampong yang saat ini bernama Prepat,sekitar lima kilometer dari Dudat.Mereka membawa seluruh barang-barang mereka,termasuk alat musik pengiring untuk becampak.Di tempat baru itu mereka pun teteap melanjutkan kehidupan mereka dengan mencari pekarangan untuk di buat pekasam.Mereka juga tak lupa sesekali menghibur diri dengan menari campak setelah letih bekerja seharian.

Namun,setiap kali penduduk Prepat becampak dengan menggunakan alat musik dari Dudat,seringkali terlihat seorang putri cantik di tengah mereka ikut menyaksikan orang becampak.Di duga ia adalah arwah Nurjanu yang penasaran.

Page 11: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Pada suatu malam Dayang Samak mendapat mimpi bahwa untuk menenangkan arwah Nurjanu,gong besar pengiring musik campak harus dikuburkan tak jauh dari kuburan Nurjanu.Akhirnya,setelah bermufakat dengan tetua kampong,diaraklah gong besar itu dari perpat ke Kelekak Aik Nangkak untuk di kuburkan dengan makam Nurjanu.

Beberapa tahun setelah gong tersebut di kuburkan,di atas kedua kuburan tersebut muncul masing-masing sebatang pohon nobong ( nibung ).Sejak saat itulah kubur dan tempat gong tadi terkenal dengan sebutan Nibong Belegong,yang diinterpretasikan pohon nibung yang ada gongnya.

Menurut si empunya cerita hingga saat ini peralatan musik campak dari Dudat itu masih bisa dimainkan.Namun,kalau suara gong terdengar sember maka harus di bersihkan dengan air pekasam dari Dudat,setelah itu gong itu pun akan berbunyi nyaring kembali.Malah suaranya akan terdengar makin nyaring jika malam semakin larut.

Saat ini di tempat Nibong Belegong tadi,jika tepalat mate,sering terdengar suara gong lalu disusul mucul putri Nurjanu sedang menari

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 12: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Telage Muyang ManisDi bagian Tenggara Kecamatan Membalong terdapatlah sebuah teluk agak besar,yakni Teluk Balok.Ke dalam teluk ini bermuara sebuah sungai yang terbilang besar dan panjang menurut ukuran penduduk setempat,yang di kenali sebagai Sungai Kembiri.

Konon,pada suatu ketika,sebelum Agama Islam masuk ke Belitung,disisi sungai ini berlabuh sebuah perahu.

Sebelumnya perahhu tersebut telah beberapa hari memudiki sungai sampai jauh ke hulu hingga tiba pada sebuah lemong ( lekukan sungai yang airnya lebih dalam,red ),tempat Sungai Kemibiri ini terbelah dua.Aliran dari sebelah kiri agak dalam airnya daripada air sebelah kanan.Ke arah kiri inilah perahu tersebut melaju.

Setelah berhari-hari memudiki sungai ini,perahu ini akhirnya tiba di satu tempat yang mereka anggap baik sebagai tempat pemukiman.Setelah mendarat,awak perahuh segera mempersiapkan diri membuat tempat untuk bermukim.Mereka menebang hutan dan membuka ladang.

Dalam berladang pendatang baru ini sangat tekun,hingga tidak heran jika usaha mereka sangat berhasil.Tanaman yang di tanam pun tumbuh subur.Keberhasilan ini mendorong penduduk yang lebih dulu dating dan tinggal tak jauh dari pemukiman baru tersebut untuk mendekatkan diri,hingga kemudian berkembang menjadi persahabatan.

Pendatang baru ini di pimpin seorang yang bernama Tuk Pancor.Dan istrinya di panggil Nek Pancor.Kagum dengan keberhasilan anak buak buah Tuk Pancor dalam berladang,penduduk yang bermukim di sekitarnya mulai berpindah mendekati Kelekak Tuk Pancor.Daerah itu akhirnya berkembang pesat dan kemudian dikenal dengan Kelekak Tuk Pancor.Dan dari sinilah riwayat ini di mulai.

Satu ketika ‘ barat hijau ‘ ( satu musim kemarau sangat panjang yang dating lebih cepat dari kemarau umumnya,red.) menyerang Belitung,termasuk kelekak Tuk Pancor.Akibat air sungai dan sumur-sumur sumber air minum penduduk lebih cepat kering,membuat penghuni kelekak Tuk Pancor kesulitan air.Satu-satu nya sumber air yang masih tersisa terletak di antara dua buah bukit,puluhan kilometer jauhnya dari kelekak Tuk Pancor.Namanya Selangan Libot.Selangan dalam bahasa setempat berarti di antara dan Libot berarti bukit.Secarah harfiah Selangat Libot berarti di antara dua bukit.

Sepanjang musim barat hijau,setiap hari Tuk Pancor dan penduduk setempat berjalan kaki ke Selangan Libot untuk mengambil air.Dari pagi-pagi buta hingga gelap malam mereka bergantian ke sumber air tersebut.

Satu hari,di tengah terik sengatan matahari,anak Tuk Pancor,bernama Manis,sedang asik bermain di sekitar rumah.Setelah lama bermain,Manis kehausan.Ia kembali ke rumah,untuk minum.Namun semua tempat air sudah kosong melompong.Tak menemukan air di rumahnya,Manis pun mencari air ke rumah tetangga.Namun,mereka tak ada di rumah.Semuanya sedang mengambil air di selangan libot.Tak dapat air minum,Manis meraung-raung pulang kerumahnya.

Page 13: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Melihat Manis menangis meraung-raung, Tuk Pancor bergegas menemuinya dan berusaha menyabarkan agar berhenti menangis sambil menjanjikan akan mencarikan nya air minum.Meski telah di bujuk,bukan berhenti,tangisan Manis malah makin menjadi-jadi.bahkan,lebih keras dari sebelumnya. Tuk Pancor pun panik.Dalam kepanikan itulah Tuk Pancor segera mengambil tempat air dan langsung bergegas menuju selangan libot untuk mengambil air minum.

Sementara Manis terus saja menangis.Sambil menagis di kaki tangga rumah,ia menghentak-hentakan kakinya ke tanah.Lama kelamaan tanah tempat ia menghentakan kaki semakin dalam dan lebar.Saat rasa hausnya memuncak,sambil menunduk ke tanah tempat ia menghentak-hentakan kakinya,Manis pun meratap,” Kaluk aku agik kan diberik hidup,keluarkan aik dari tempat ini”

Aneh bin ajaib,atas kehendak yang Kuasa,saat itu juga keluar air yang jernih dari tempat tersebut.Manis pun bersorak kegirangan.Sekejap kemudian ia pun meminum air tersebut sepuas-puasnya hingga hilang rasa hausnya.

Tak lan berselang,dengan terengah-engah, Tuk Pancor kembali dari selangan libot.Kuduan tangan nya menjinjing gerebog ( tempat air,red ) penuh berisi air.Namun,apa yang ia lihat? Terheran-heran Tuk Pancor menemukan Manis kelihatan segar bugar dan sedang bermain dengan gembiranya,justru dengan air.Padahal,ketika ia di tinggalkan,Manis sedang menangis meraung-raung.

Mendapati kondisi Manis yang segar bugar, Tuk Pancor segera menanyakan bagaimana ceritanya hingga ia memperoleh air. Tuk Pancor juga berusaha melarang Manis terus bermain dengan air tersebut,mengingat air begitu sulitnya di dapat saat itu.Manis pun menceritakan ihwal datangnya air tersebut.Sejak itu penduduk setempat tak pernah lagi mengalami kesulitan air untuk keperluan sehari-hari.

Sumur atau telaga,dengan garis tengah sekitar 1 meter sedalam 60 centimeter ini,hingga sekarang masih ada dan di kenal masyarakat setempat dengan nama Telage Muyang Manis.

Biasanya pada upacara Nirok Nanggok,upacara adat pengambilan ikan di musim kemarau,dari sinilah air pertama untuk semua peserta upacara diambil.Upacara pengambilan air itu di pimpin seorang dukun aik ( dukun air,red ) dan di mulai dengan memasang sesajen biasanya terdiri dari kembang setaman dan kemenyan di emapat sisi sumur.Setelah dibacakan mentera secara perlahan,dari tempat sisi sumur,yang semula kering kerontang,keluar air hingga terisi penuh.Dalam upacara Nirok Nanggok,dari sumur inilah semua perserta upacara mendapatkan air minum.

Sumur ini pun bisa terbilang penuh mistis.Sebab syarat mutlak peserta upacara ini harus beragama islam.Pernah,satu kejadian,sekitar awal 1970-an,tanpa di ketahui sebelumnya,ada seorang Cina ikut dalam upacara tersebut.Kedatangan nya untuk bermain judi ke lokasi tersebut.Dengan sekejap air Telage Muyang Manis kering.Setelah di ketahui ada seorang Cina di lokasi tersebut,kepala adapt segera mengusirnya.Sekejap kemudian sumur itu pun berair kembali.

Situs Telage Muyang Manis ini,hingga sekarang masih ada dan di anggap sakaral oleh masyarakat setempat,dan selalu menjadi lokasi Upacara Nirok Nanggok.

Page 14: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Asal Usul Nama Padang Buang AnakDiwirayatkan kira-kira abad XIII, Pulau Belitung mengalami musim Barat Ijau, yakni kemarau panjang yang melebihi kemarau yang datang biasanya. Kemarau ini mengakibatkan dimana—mana terjadi kekurangan air baik untuk keperluan minum maupun kebutuhan rumah tangga.

Tersebutlah, dalam musim tersebut, seorang ibu bernama Dambe’ berjalan terseok-seok sambil menggendong seorang anaknya kesana-kemari. Anak yang ada dalam gendongnya itu baru bisa merangkak. Tangan kirinya menjinjing sebuah gerebog (tempat air berasal dan tempurung kelapa yang diambil dagingnya tanpa memecahkan tempurung, red.). Sementara tangan kanannya mengapit anaknya. Sudah setengah hari Mak Dambe’ mencari air sambil menggendong anaknya itu. Terakhir Ia menyusuri kaki gunung Tajam tapi belum juga mendapatkan air. Sementara anaknya sudah mulai menangis kehausan. Saking haus dan kecapekan ia duduk melepas lelah di atas sebuah batu sambil melavangkan pandangan mencari petunjuk dimana bisa mendapatkan air.

Selang beberapa lama, ia melihat seekor Binat (kura-kura darat, red.) sedang berjalan merambahi tanah menjauh dari batu tempat ia melepas lelah. Melihat binat itu, Mak Darmbe’ pun berfikir untuk mengikuti saja karena pasti ia akan mendatangi sumber air.

Namun ada satu hal yang menghalanginya untuk mengikuti binat tersebut. Anak di pangkuannya bagaimana pun jupa adalah darah dagingnya. Tapi begitu dilihat binat sudah kian menjauh ia memutuskan untuk mengikutinya dan akan meninggalkan anaknya di dekat batu tempatnya beristirahat. Agar anaknya tak pergi kermana-mana, ia pun meletakkan anaknya di atas tanah yang telah dipagari susunan batu berbentuk empat persegi panjang.

Setelah merasa anaknya akan aman dan tidak akan bisa pergi kermana-mana Mak Dambe’ bergegas menyusul binat tadi. Beberapa lama berjalan akhirnya binat yang ia ikuti mengarah ke sebuah lembah. Ternyata di lembah itu terdapat sumber air dari sebuah celah batu. Mak Dambe’ pun segera mengisi gerebog nya dan minum sepuas-puasnya.

Setelah puas minum banulah Mak Dambe’ tersadar bahwa ia harus segera kembali ke batu tempatnya tadi beristirahat untuk mengambil anaknya yang ia tinggalkan di sana. Hampir terbenam matahari barulah Ia mencapai batu tersebut.

Namun, apa yang Ia temui? Susunan batu yang memagari tempat ia menaruh anaknya sudah hancur. Ia pun segera mengamati sekeliling tempat tersebut. Alangkah kagetnya dia. Di tanah tampak bekas kaki seekor binatang berukur sangat besar dan tetasan darah di dekatnya. Mak Dambe’ pun mengikuti tapak kaki binatang tersebut yang ternyata mengarah ke puncak Gunung Tajam. Namun, kendati terus mengikuti tapak kaki itu anaknya tak juga ditemukan.

Tak berhasil menemukan anaknya, dengan rasa sedih, kecewa, menyesal bercampur putus asa dan kehilangan yang sangat, Mak Dambe’ kembali ke pondoknya. Sekembali ke pondoknya, berhari-hari ia tak bercampur dengan tetangganya. Seharian hanya duduk di tangga pondok, menangisi anaknya yang hilang tak tentu rimba.

Page 15: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Lama kelamaan Mak Dambe’ tak tahan mendengar pertanyaan para tetangga karena melihat tingkah lakunya yang lain dari biasa. Ia pun akhirnya menceritakan semua hal ikhwal penderitaannya. Setelah itu barulah tetangganya tahu musibah yang menimpa Mak Dambe’.

Sejak saat itulah masyarakat setempat menyebut daerah dimana Mak Dambe’ telah meninggalkan anaknya sehagai Padang Buang Anak, karena di tempat itulah masyarakat beranggapan Mak Dambe’ telah membuang anaknya.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 16: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Si KantanPada zaman sebelum Agama Islam masuk dan berkembang di Belitung,tersebutlah seorang janda miskin yang hidup bersama seorang anaknya bernama Kantan.Dua anak beranak ini tinggal di sebuah kelekak yang sekarang bernama Cerucuk.Mereka hidup dari hasil menangkap ikan atau hasil laut lain nya serta buruan di hutan sekitar tempat tinggal nya.

Hidup sebagai janda beranak satu,terasa sangatlah berat bagi ibu Kantan.Namun,akibat kerja keras ibunya,Si Kantan bisa tumbuh sebaagaimana layaknya manusia biasa dan bisa mandiri tanpa menggantungkan hidup pada orang tuanya setelah mulai menginjak dewasa.

Dalam kedewasaan itulah,saat Kantan berujar kepada ibunya bahwa,ia bermaksud mencoba kehidupan lain di luar kelekaknya.Singkatnya ia ingin merantau,mencoba peruntungan di tempat lain,kalau-kalau kehidupan nya bisa berubah lebih baik.Tak bisa mencegah keinginan anaknya,ibu si Kantan akhirnya harus merelakan anaknya merantau,sambil terus berdoa agar apa yg di cita-citakan anak nya terkabul.

Kepergian anaknya itu dirasakan sangat berat oleh ibu si Kantan.Apa-apa yang semula di kerjakan berdua,sepeninggal Kantan harus di kerjakan nya sendiri.Karena kerja berat itulah,fisik ibu si Kantan terlihat menjadi lebih tua dari umur sebenarnya.

Bulan berganti ,tahun pun berubah.Bertahun-tahun setelah kepergian nya,Kantan kembali dari perantauan nya dengan keadaan yang sangat bertolak belakang di banding saat berangkat meninggalkan kampungnya.Rupanya ia telah berhasil menjadikan kehidupanya jauh lebih baik.Ia sudah menjadi seorang saudagar yang kaya raya.Kantan pun telah memiliki seorang istri yang cantik jelita,hingga ketika akan kembali ke kampung halaman nya Kantan harus mencarikan nya sejumlah dayang terlebih dahulu.

Sebagai perantau sukses,Kantan kembali dengan lima sekoci barang bawaan.Kelima sekoci tersebut di penuhi berbagai barang yang bagus dan mahal,serta biantang peliharaan baik untuk di konsumsi selama dalam perjalanan maupun untuk di pelihara.

Mendengar Kantan akan pulang,ibunya bergegas menyiapkan kedatangan anaknya.Ia menyediakan makanan kesukaan anak semata wayang nya itu.,yaitu panggan lutong dalam jumlah banyak.Ibu si Kantan tauu bahwa anaknya akan datang bersama awak kapalnya yang banyak.Bersama sejumlah makanan itulah kemudian ibu si Kantan menuju muara Sungai Cerucuk,dimana perahu si Kantan akan berlabuh.

Setibanya di pinggir sungai,ibu si Kantan melihat perahu anaknya yang telah siap merapat.Para awak kapalnya mulai melempar sauh dan mengikatkan tali ke daratan.

Melihat kedatangan anaknya,segera ibu si Kantan naik ke perahu,bermaksud menyambut anaknya.Begitu sampai di perahu ia melihat si Kantan telah berubah sama sekali.Maklum sekarang ia telah menjadi seorang yang kaya raya.

“ Kantan,anak ku,balik juak kau akhirnye,”kata ibunya kepada si Kantan

Page 17: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

“ Sape ikam ne nek ? Barani amat ngakuk jadi umak aku.Umak aku la lamak mati,jadi ikam ne pasti urang lain nok ngakuk jadi umak aku karene aku la kaya ,” hardik Kantan kepada ibunya dengan sombongnya.

Mendengar percakapan Kantan seorang nenek tua,istri si Kantan langsung mendekat dan berujar,” Tuanku,perhatikanlah baik-baik nenek tua itu.Barangkali nenek tua itu memang ibumu dan jelas sekali sudah berubah.Tuanku belum pernah kembali selama ini.Hingga jelas matamu memandang lain.Amatilah baik-baik.”

Kendati sudah di nasehati istrinya,Kantan tetap tak mau mendengar,bahkan ia menghardik istrinya.

“ Kurang ajar kau.Kau kubawa kesini bukan untuk jadi penasehat ku.Kau adalah isitriku.Kau harus tunduk pada kehendak ku.Ayo masuk ke dalam,” hardik Kantan kepada istrinya setengah berteriak.

Mendengar pertengkaran dua suami isitri itu,,ibu si Kantan menjadi sedih.Kemudian ia pun berkata,” auk la mun gitu se Tan ai.Kaluk ndak nak ngakuek aku umak kau,aku nok bini hine ini balik sajak.Kitu rumpenye kau ngembalasan urang nok ngelaheren kau,nyusuek kau,lalu ngenggedeen kau sampai kau pegi berangkat ngerantau.”

Usai berkata kemudian ,ibu si Kantan pun turun dari perahu anaknya.Namun,sambil berjalan meninggalkan perahu si Kantan dalam hatinya ia memohon ampunan dewata sambil berdoa semoga dewata memberikan kutukan kepada anak nya yang telah mendurhakai dirinya sebagai orang tua.

Belum sempat ibu si Kantan menginjakan kakinya di darat,seketika terjadi peristiwa yang tak di duga-duga.Hujan turun dengan lebatnya,laksana di curahkan dari langit,di sertai angina rebut dan Guntur menggelegar.Melihat kejadian itu ibu si Kantan segera menyelamatkan diri di daratan.

Setiba di daratan,dari tepi pantai ia melihat anak nya si Kantan dia terpaku walau badai mengguncang sangat hebat.Di depan matanya pula ibu si Kantan melihat perahu anak nya perlahan tenggelam.Di balik suara badai,sayup-sayup ia mendengar seruan anaknya yang berteriak,” Umak….umak…, ampunek anak ikam ne.” Tapi nasi sudah jadi bubur,ibu si Kantan tak bisa mengampuni anaknya yang durhhaka.Secara peralahan perahu si Kantan berikut lima sekoci bawaannya berserta istri,para dayang pengiringnya serta awak kapalnya,tenggelam.

Menurut cerita turun temurun bangkai kapal si Kantan itu kemudian menjadi cikal bakal Pulau Kapal.Sebuah pulau kecil yang terletak persis di tengah alur muara Sungai Cerucuk.

Cerita burung yang berkembang di masyarakat,jika dalam keadaaan kotor ( tepalat mate,red ) kita bisa melihat itik,angsa,ayam dan biantang peliharaan lainya berkeliaran di Pulau Kapal.Dan sering pula orang mendengar teriakan memilukan memanggil,” Umak…umak….umak….,ampunek anak ikam ne Mak.”

Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa,hanya orang-orang khususnyalah yang bisa sampai ke batu berbentuk seperti perahu yang ada di pulau tersebut.Sebab di sekeliling batu

Page 18: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

tersebut arusnya berputar-putar hingga sering menyebabkan kecelakaan bagi perahu atau rakit yang mencoba mendekat.

Akan halnya ibu si Kantan,hingga saat ini kuburan nya masih ada,berupa songgokan tanah ( istilah setempat pansuk,red) terletak di aik bujang dalam keadaan tak terpelihara.Kuburan itu sering di datangi oleh orang-orang sesat,yang ingin mendapatkan sesuatu dengan cara mudah,semisal meminta angka nomor buntut.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 19: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hikayat Tuk LayangDi sebuah kelekak sekitar Buding,saat penduduk Belitung masih tinggal di pedalaman guna menghindari gangguan lanun,tinggal satu keluarga dengan satu anak yang hidup sangat bersahaja.Keluarga itu di kepalahi seorang suami yang di kenali masyarakat dengan panggilan Tuk Layang.

Tuk laying adalah seorang yang memilik ilmu tinggi,baik di darat maupun di laut.Tak heran penduduk setempat merasa tentram,karena Tuk Layang bisa menjadi tempat berlindung dari gangguan para lanun yang saat itu suka menyerang perkampungan penduduk.Sementara ketika dilaut,para lanun selalu akan menjauh jika melihat Tuk Layang sedang mendayung sendiri perahunya.

Sehari-hari,Tuk Layang tak pernah lepas dari Tembako Sugi ( mengunyah tembakau lalu menyelipkan nya di sudut bibir yang menjadi salah satu kebiasaan penduduk Belitung masa lalu dan masih ada di masa sekarang,red ).Salah satu kehebatan Tuk Layang adalha memiliki tenaga yang tak terduga kuat nya serta ilmu gerak cepat.Tuk Layang juga menyukai makanan burung-burung hasil buruan yang banyak terdapat di hutan sekitar tempat tinggal nya.

Untuk memenuhi makanan kesukaan nya itu,suatu pagi Tuk Layang pergi berburu ke hutan di sekitar Sungai Buding.Dalam perjalanan,tiba-tibadari arah hulu sungai,Tuk Layang mendengar riuh rendah.Dari suaranya,Tuk Layang yakin bahwa,Burung Bayan itu jumlahnya mencapai ratusan.

Mendengar suara itu bergegas Tuk Layang mendatangi arah asal suara.Ternyata dugaan Tuk Layang benar.Begitu sampai di sebuah pohon medang yang rindang,nampak ratusan burung bayan yang sedang asik makan buah pohon tersebut.melihat burung yang begitu banyak,Tuk Layang sudah bersiap untuk memanjat pohon tersebut.Tapi,setelah diamatinya,pohon tersebut sulit untuk di panjat.Karena masih pagi,pohon basah,hingga kalau di panjat kemungkinan akan jatuh.

Tak mau ambil resiko,Tuk Layang lalu duduk di bawah pohon tersebut.Mencari akal bagaimana caranya agar bisa mendapatkan semua burung di pohon medang itu tanpa perlu memanjatnya.Setalah agak lama berpikir,Tuk Layang nampak berdiri dan berjalan menuju pinggir sungai.Sekejab kemudian ia nampak membawa batu berukuran kepala manusia dewasa yang di ambil dari sungai tersebut.Begitu sampai di bawah pohon tadi,dengan sekuat tenaga,Tuk Layang melemparkan batu kali tadi ke bagian tengah pohon medang,dimana burung-burung bayan sedang asik makan buahnya.

Saking kuatnya Tuk Layang melempar,begitu batu kali mengenai sasaran,pohon tersebut terguncang sangat keras.Sekejap kemudian,satu per satu burung bayan di pohon tersebut berjatuhan ke tanah,hingga jumlah nya mencapai ratusan ekor.Pendek kata,hari itu,dengan sekali lempar Tuk Layang berhasil mendapatkan ratusan burung bayan kesukaan nya.

Konon,menurut ceita penduduk setempat,batu kali yang di gunakan Tuk Layang untuk melempar burung tersangkut di salah satu dahan pohon di sebelahnya,dan belum jatuh hingga saat ini.Batu itulah,kemudian di kenali sebagai Batu Bayan dan ada juga yang menyebutnya Batu Tuk Layang.

Page 20: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Nah,karena banyak nya burung bayan yang jatuh,Tuk Layang harus berulang kali mengangkutnya ke rumah.Oleh Nek Layang ( Istri Tuk laying ,red ) burung-burung tadi di pisahkan menjadi dua bagian.Sebagian untuk lauk-pauk makan hari itu,dan sebagian lagi di awetkan ( diasinkan ) untuk cadangan makanan di hari-hari mendatang.

Cuma,untuk menggarami burung sebanyak itu,persedian garam Nek Layang ternyata tak cukup.Garam yang ada di rumah hanya cukup untuk memasak hari itu saja,sementara untuk menggarami yang lainya tak ada lagi.

Tahu Nek Layang kehabisan garam,Tuk Layang pun berkata pada istrinya,” Mun kitu se,kau tunggu la suat de ruma.Kau buatek la duluk burong-burong idang degaramek tek.Biar aku pegi ke jawe duluk meli garam sekalian kan meli tembako sugi.”

Belum sempat Nek Layang menjawab,Tuk Layang telah berada di atas perahu di pinggir Sungai Buding.Lalu,hanya dengan tiga kayuhan,Tuk Layang pun sampai ke jawa.Setelah membeli garam dan tembako sugi untuk persedian sebulan,Tuk Layang pun segera kembali ke Belitung.Juga dengan menggunakan kekuatan penuh,karena khawatir Nek Layang sudah selesai membersihkan burung bayan yang akan di garami.

Namun,baru satu kayuhan,Tuk Layang melihat beberapa titik hitam di depan nya.Karena itu Tuk Layang pun segera melambatkan laju perahunya.Rupanya titik-titik hitam tadi adalah gerombolan para lanun yang sudah siap mencegatnya,karena tahu Tuk Layang baru saja membeli garam dan jumlahnya banyak.Mengetahui para lanun mau mencegatnya,Tuk Layang segera menghentikan perahu,hingga nampak seperti sedang mengalami kerusakan.

Sementara perahunya melambat Tuk Layang mengunyah tembako sugi.Siasat Tuk Layang rupanya berhasil mengecoh para lanun,menyangka perahu Tuk Layang rusak mereka segera mendekat.Namun,apa yang terjadi kemudian ?

Begitu perahu para lanun sudah mencapai jarak sepenyemburan sugi,tanpa di duga Tuk Layang menyemburkan sugi dari mulutnya ke arah perahu para lanun.Tak ayal,akibat semburan sugi yang begitu kuat,perahu para lanun itu pun pecah,sementara awak nya tenggelam di laut.Sementara perahu-perahu yang masih Selamat dari semburan sugi Tuk Layang segera kabur,segera menjauh.

Singkat cerita,setelah para lanun pergi,Tuk Layang pun segera kembali ke Sungai Buding.Dengan dua kayuhan dia sudah sampai di pinggir Sungai Buding.Cuma,begitu sampai di rumah betapa kagetnya Tuk Layang.Nek Layang rupanya belum juga selesai membersihkan burung-burung yang akan di garami.Padahal,waktu itu,matahari sudah condong ke barat.Akhirnya,Tuk Layang jugalah yang harus menyelesaikan perkerjaan tersebut.

Tempat terjadinya peristiwa ini,Tuk Layang Melempar burung bayan,hingga kini,masih bisa di lihat di sekitar Sungai Buding,,sekitar kilometer 44 dari Kota Tanjungpandan menuju Manggar.

Lokasi persisinya terletak di sebelah kiri jalan,agak kedalam sejajar dengan aliran Sungai Buding menuju muara.

Page 21: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Tentang cerita kepergian Tuk Layang ke jawa,walau mengakui versi pertamanya,membeli garam dan tembako sugi,sebagian masyarakat punya versi lain.Memelesetkan nya menjadi semacam joke agak porono,menyegarkan

Konon,saking banyak nya burung bayan yang di bawa pulang ke rumah,Tuk Layang ikut membantu Nek Layang menyianginya.Tuk Layang menyianginya burung tersebut duduk sambil memangku anaknya.Sementara nek Layang menyiangi burung tersebut persis di depan Tuk Layang sambil berjongkok.

Karena asik menyiangi burung bayan yang begitu banyak,Nek Layang jadi Kurang Senange’an,hingga tak sadar dirinya tebengang ( kain/rok tersingkap hingga perkakas yang terlindung di baliknya bisa di lihat orang lain,( orang Belitung mestinya tahu isitilah ini,red ) Nah,tidak tahan melihat Nek Layang tebengang,rupanya perkakas Tuk Layang bereaksi keras.Saking kuatnya reaksi perkakas Tuk Layang,anak di pangkuan nya terpelanting hingga ke jawa.

Karena itulah,menurut sebagian penduduk,kepergian Tuk Layang ke jawa sebenarnya bukan untuk membeli garam dan temabako sugi,tapi untuk menjemput anaknya yang terpelanting karena lentingan perkakas Tuk Layang yang tidak tahan melihat Nek Layang Tebengang.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 22: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hikayat Raja BerekorCerita ini merupakan kegiatan dari asal usul Pulau Belitung.Dimana terdapat sebuah pulau hanyut yang di akibatkan kemurkaan seorang raja di Bali akibat anaknya mengandung anak akibat hubungan nya dengan anjing kesayangan nya.

Hatta setelah tiba waktunya,sang putri yang mengandung akibat hubungan dengan anjing kesayangan nya,melahirkan seorang bayi laki-laki.Berbeda dengan bayi normal,sekujur tubuh bayi tersebut penuh di tumbuhi bulu-bulu subur serta memiliki sebuah ekor kecil,layaknya anjing.

Ringkas cerita,karena persediaan makanan kiriman dari istana sebelum di kutuk ayahnya telah menipis,sang putrid pun mulai menggantungkan hidup dari alam.Untuk membesarkan anaknya,di temani anjing kesayangan nya ia berburu biantang apa saja yang ada di hutan,menangkap ikann di sungai,serta memakan tumbuhan hutan apa saja yang bisa di makan.Oleh ibunya,setelah beranjak besar,si anak berekor di ajarkan cara berburu dan menangkap ikan di sungai.

Satu hari,si anak berekor berburu sendiri ke hutan.Dalam hutan ia bertemu sepasang burung ( di sebutkan sebagai burung kutilang,red) yang sedang memberi makan anaknya.Sedianya ia akan memanah burung-buruba tersebut.Namun mengingat burung tersebut sedang memberi makan ankanya,anak berekor pun mengurungkan niatnya.Dalam hatinya malah tibul rasa kasihan melihat keharmonisan keluarga burung tersebut.

Sepanjang hari itu,ia merasa sangat terkesan dengan keluarga burung tersebut.Sepanjang perjalanan ia terus terbayang kemesraan burung tersebut.Hingga tak seokor burung pun berhasil ia panah hari itu.

Setiba di rumah,ia pun segera menghampiri ibunya dan bertanya, “ Mak ,dimane aya aku ne ? “

Di Tanya demikian,si Ibu kaget.Lalu menjawab “ Aya kau ndak ade “

Tak puas dengan jawaban ibunya,si anak pun lantas berujar,” Ndak mungkin anak manusie ndak ade aya.Sedangkan binatang sajak macam burong kutilang nok aku liat de bang utan tadik ade umak bapak e.”

Walau di desak,sang putrid tetap tak menjawab.Hingga kemudian anak nya berkata keras kepada ibunya.” Sebutla benar-benar demane aya aku ? kaluk,ikam ndak,ikam aku buno.” sergahnya dengan bengis.

Mendengar ancaman tersebut,karuan si ibu ketakutan.Sebab anaknya kini telah menjadi laki-laki dewasa bertubuh tinggi besar,berotot,pemberani,tangkas dan sangat kuat.Akhirnya,setelah berkali-kali di ancam,sang ibu pun berkata,” Aya kau to si Tumang,asuk kesayangen kite.”

Mendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh dari ibunya.Dalam hitungan detik terdengar lengkingan pendek tapi nyaring si Tumang.Sekejap kemudian,Nampak anjing itu

Page 23: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

telah terkapar di atas tanah.Kepalanya hancur,akibat bantingan keras si anak.Tumang,anjing kesayangan sang putrid,yang adalah ayah biologis si anak berekor,mati mengenaskan akabat di banting anak ny sendiri.Bangkai nya lalu di hanyutkan di sungai.

Begitulah,waktu pun terus berjalan.Si anak berekor telah tumbuh menjadi seorang pemuda normal yang gagah perkasa,namun ekornya makin panjang.Satu hari,kepada ibunya,pemuda berekor itu minta izin untuk menjelajahi daerah lain.Oleh ibunya ia di sarankan membuat perahu.

Singat cerita.setelah perahu dan berbagai perlengkapan serta perbekalan selesai di siapkan,pemuda bereokor pun berangkat.berlayar mengarungi samudra tanpa tahu arah tujuan pasti,hingga akhirnya mencapai daratan pulau Sumatra,yang masuk wilayah kekuasaan Raja Palembang.

Mengetahui daerah tempatnya mendarat termasuk wilayah kekuasaan Raja Palembang,pemuda berekor itu pun datang menghadap ke istana.Kepada Raja Palembang ia mengajukan diri untuk menjadi raja.Raja Palembang setuju dengan usulan tersebut.Namun syaratnya,ia harus memerintah di daerah asalnya,dan daerah tersebut menjadi taklukan Raja Palembang.

Syarat Raja Palembang itu di terima pemuda berekor,hinga jadilah ia sebagai seorang Raja di daerah asalnya yang kemudian terkenal dengan Raja Berekor.Namun,sebelum kembali ke daerah asalnya,ia di bekali perlengkapan secukupnya dan rakyat berasal dari daerah taklukan Raja Palembang Konon jumlahnya setara dengan delapan gantang butir padi.

Di kisahkan setiba di Belitung,Raja Berekor mendirikan istana di sekitar Aik Bebulak,Kelekak Usang kea rah perawas,sejajar dengan aliran sungai Cerucuk yang melintasi Kampung Perawas sekarang ini.Singgasananya terbuat dari sebuah tempayan besar.Dii atas tempayan besar itulah di letakan satu keeping papan dari kayu ulin yang di beri lobang,sebagai tempatnya memasukan ekor ketika duduok di sanggasana.Alhasil,kemanapun Raja Berekor ini pergi tempat duduk itu selalu di bawa.

Dalam menjalankan pemerintahan,Raja Berekor di dampingi Sembilan pembantu,terdiri atas : perdana mentri,hulubalang dan pesuruh yang salah satunya bernama sikum.Selain itu di tangkap pula sejumlah perempuan untuk di jadikan juru masak dan dayang-dayang istana.Dengan dukungan sejumlah pembantunya,pemerintahan Raja Berekor berjalan baik dan sesuai dengan kehendak raja.Pendek kata,setiap kehendak raja selalu di turuti para pembantu nya,yang sebenarnya takut dengan kekekaran dan kebengisan nya.Satu hari seorang juru masak istana membuat kelalaian .Saat menyiapkan makanan siang buat sang raja ,salah satu jarinya tersayat pisau, hingga darahnya menetes dalam makanan yang sedang disiapkan .Ketika makanan tersebut dihidangkan kepada sang raja bukan mainnya takut juru masak .

Tapi ,apa yang terjadi kemudian ?Setelah dihidangkan sang raja memakannya dengan lahap .Sekonyong-konyong ,Raja berekor tertawa terbahak-bahak ,sambil berteriak keras kepada Perdana Mentrinya .

“Perdana Mentri panggil juru masak !”Perdana Mentri pun langsung memanggil juru masak dan kembali menghadap sang raja bersama juru masak tak lama kemudian .

Page 24: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

“Ampun Baginda hamba datang ngadap ,”ujar Perdana mentri di ikuti juru masak .

‘Juru masak !Nyaman benar kau masak sari ne ‘,rasenye lebe nyaman dari masakan nok lauda-uda .Bahan ape nok kau masokkan de dalamnye ?tanyak raja berekor .

Ditanya demikian ,juru masak gemetaran .mukanya pucat pasi .Keringat dingin mengucur deras didahinya .

“Ampun, tuan ku ,hamba masak macam biase sajak,ndak ade nok demasokan bang masakan itu .semuenye bumbu masakan kan bahan nok ade dedapor kitelah.,”jawab juru masak itu gemetaran .,”Akh ,ndak mungkin !” sergah sang raja .”cuba terus terang ,pasti ade nik lebeh dari biase e,” sergah sang raja lagi.

Takut dengan raja,juru masak itu pun dengan pasrah dan terbata-bata berujar,”seingat hamba,waktu mengiris sayor,ujung tangan hamba teriris pisuk lalu bannyak keluar dara.Dara itu tecampor kan bumbu tadik” jawab juru masak sambil gemetaran.

Mendengar jawaban si juru masak,sang raja tersenyum sambil mengangguk-angguk kecil.Dalam hatinya terbayang mungkin darah manusia di campur daging manusia lebih enak rasanya.Hingga akhirnya muncul keinginan untuk memakan daging manusia.Sesaat kemudian ia pun berkata kepada perdana mentri

“Perdana Mentri,ngape kite ndak nyubak makan daging manusie sajak ?” Tanya raja lagi.

“ Hamba,…ndak sampai ati tuanku,” jawab Perdana Mentri ketakutan.

Di jawab demikian,meledaklah kemarahan sang raja.Sambil menghunus pedang ia berteriak, “ turutek perinta aku ! kaluk ndak kau nok aku buno “

Akhirnya dengan sangat terpaksa Perdana Mentri menuruti kehendak raja itu.Membunuh manusia untuk di jadikan santapan raja.Korban pertamanya adalah juru masak.Rupanya dugaan raja bengis itu benar.Ketika menyantap daging sang juru masak ia Nampak merasakan kenikmatan tiada tara.

Sejak saat itu,setiap hari,pasti ada rakyatnya yang di korbankan untuk di jadikan santapan raja pemakan manusia itu.Semua jenis dan tingkatan umur di coba.Anak-anak,orang dewasa,orang tua,laki-laki,maupun perempuan.Malahan terkadang dalam sehari lebih dari satu orang yang menjadi korban.

Akibatnya,rakyat semakin takut.Kerajaan pun semakin sepi.Semua rakyat berdiam diri di rumah,menghindar agar tidak menjadi santapan raja.Akhirnya,rakyat yang semula begitu banyak hari demi hari menjadi kian sedikit.Sementara para pembantu istana tak berdaya mengatasi tabiat buruk raja yang buas dan kejam itu.

Satu saat,tanpa di ketahui para hulu baling istana rakyat melarikan diri ke daerah Belantu,Sijuk,Buding dan daerah lainya.Sedang yang belum melarikan diri dan jumlahnya sangat sedikit,kemudian mendapat giliran menjadi santtapan raja.Hingga akhirnya yang tertinggal hanya Sembilan orang pembantu raja saja.Mengetahui rakyat nya sudah tak ada lagi di kerajaan,Raja Berekor pun menjadi gelisah dan menanyakannya kepada Sembilan pembantu nya.Oleh mereka di jawab bahwa,rakyat telahh habis dijadikan santapan raja.

Page 25: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Karena haus dengan daran dan daging manusia,raja pun bermaksud memakan ke Sembilan pembantunya yang masih tersisa di istana.Namun bagaimana caranya ? Segera la raja bengis ini memanggil ke Sembilan pembantunya dan mengadakan seyembara yang terdiri dari dua buah teka teki berbunyi : “ DELIPAT KEMBANG DELIKOR,DELIMA KEMBANG DELIKAM “

“ Barang siape ndak dapat ngenjawabnye,kan aku buno.Untuk itu mikak kuberik waktu duak ari untuk ngenjawabnye,” ungkap raja.

Mendapat seyembara tersebut ke Sembilan pembantu raja itu segera bermusyawarah.Salah satunya adalah pak Sikum.Orang tua ini sudah lama mengabdi pada kerajaan.Hingga ia tahu persis keadaan kerajaan.Setelah bermusyawarah,ke Sembilan orang ini pun akhirnya berhasil memecahkan teka teki tersebut.” DELIPAT KEMBANG DELIKOR “ berarti berarti empat orang dimakan waktu lohor ( siang ) dan DELIMA KEMBANG DELIKAM berarti lima orang di makan waktu malam.

Setelah berhasil memecahkan teka-teki tersebut tiba-tiba pak Sikum berteriak,” Kite harus ngadilek raje lalim itu “

Tapi,lanjut dia,”kite ndak mungkin ngembunonye secare terang-terangen.Sebab die sakti,die juak kebal kan senjate tajam.”

Menghadapi kenyataan itu,semua yang hadir terdiam.Namun,tiba-tiba Pak Sikum teringat sesuatu.” De istana ne tersimpan duak buah alu sakti terbuat dari kayu simpor laki.Alu sakti itu la nok dapat ngembuno raje,” ujarnya setengah berteriak.

Untuk melaksanakan niatnya,Sembilan pembantu raja itu pun mencuri dua buah alu sakti tersebut.Lalu,mereka menyususn rencana pembunuhan terhadap raja bengis itu.Disepakati waktunya saat mereka menghadap raja ketika batas waktu yang di berikan habis.

Batas waktu yang di terapkan raja pun tiba.Ke Sembilan pembantu raja datang menghadap.Namun,dari singgasananya,raja merasa kejanggalan pada para pembantunya.Dua di antara mereka tidak membawa tombak seperti biasa,api membawa alu.Hingga Raja Berekor menjadi agak sedikit curiga.

Masih curiga,raja pun menanyakan apakah mereka sudah berhasil menjawab teka-teki yang di ajukan nya dua hari lalu.

Pertanyaan raja itu,secara berpantun di jawab Perdana Mentri,dengan membalikan teka-teki yang di ajukan :

DELIPAT KEMBANG DELIKORDELIPAT KEMBANG DELIKAMURANG LIMAK NGIBIT IKORURANG EMPAT SERETE NIKAM

Belum sempat,raja bereaksi pak Sikum,langsung membalas pantun Perdana Mentri :

SAK DUA DAUN SIMPORKETIGE DAUN GENALU

Page 26: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

URANG LIMAK NGIBIT IKORURANG DUA NGEMPOK KEN ALU

Mendengar jawaban tersebut,sadarlah Raja Berekir bahwa pantun itu adalah siasat Sembilan para pembantunya untuk membunuhnya.Seketika murkalah Raja Berekor.Ia bangkit dari singgasananya,hingga tanpa di sadari ekornya turut keluar dari lobang tempayan.

Begitu melihat ekor sang raja keluar,serentak para pembantu raja itu menyerang.Lima orang memegangi ekor,empat lainya masing-masing dua orang memukul kepala raja bengis dan kejam itu dengan alu sakti dan menusuknya dengan keris.Akibatnya seketika tubuh raja yang besar dan kekar itu pun tumbang bersimbah darah.Mayatnya,oleh Sembilan pembantunya,di hanyutkan ke sungai.Dengan begitu tamatlah riwayat Raja Berekor,pemangsa manusia yang begitu bengis dan kejam itu.

***

Kayu simpor laki ini meurut kepercayaan orang Belitung sebagai penagkal binaang buas dan berbisa,seperti harimau dan ular.Menurut cerita kesaktian simpor laki ini di dukung oleh pepatah lama di Belitung yang berbunyi :

ALU SEGIOK GIONGSEGALE-GALE UBISEKUCAK-SEKUCONGTENTONG KAYU BINGKOK,BINGKOK DEMAKAN APIALU UKAN SEMBARANG ALUALU TEBUAT DARI SIMPOR LAKISIFAT NOK BEIKORAMUN TEPELASA KAN SIMPOR LAKITENTU MATI

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 27: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Riwayat Keramat PesakAlkisah,pada masa menjelang Agama Islam masuk dan berkembang di Belitung,sebuah perahu dalam keadaan compang-camping nampak terapung-apung menuju ke bagian hilir Muara Sungai Pesak.Perahu yang di tumpangi seorang laki-laki berasal dari Brunai bernama Deraman Jaya Sakti dan istrinya itu akhirnya terdampar di sisi sungai,yang sekarang di kenal dengan kampong Simpang Pesak.

Kondisi mereka berdua sangat mengenaskan.Pakaian yang di kenakan sudah compang-camping.Persedian makanan tidak ada.Sementara perahu yang mereka tumpangi sudah tak bisa di gunakan.Mengingat kondisi tersebut,Deraman memutuskan menetap di daerah tempatnya terdampar,untuk mencoba kehidupan baru.Sebuah gubuk sederhana pun didirikan.Bahan-bahannya di ambil dari kayu-kayu di sekitar tempat kapal nya terdampar.Sebagai atap di gunakan bahan-bahan dari bekas kain layer yang sudah tak terpakai lagi.

Belum berbilang bulan,kedatangan Deraman telah mengejutkan Raja Balok.Saat itu pusat pemerintahan Kerajaan Balok terdapat di daerah yang sekarang di kenal dengan Dusun Balok Lama,berjarak cukup jauh dari Simpang Pesak.Kendati demikian Pesak,saat itu masuk dalam wilayah Kerajaan Balok.

Raja Balok,saat itu,di kenal selalu mencurigai setiap kedatangan orang asing ke wilayahnya.Ia juga selalu meminta sejumlah nilai tertentu kepada orang asing yang datang untuk mendapatkan izin tinggal.

Mengetahui kedatangan Deraman tersebut,Raja Balok mengutus seorang penghubung.Setelah bertemu,penghubung itu pun menyampaikan pesan bahwa,Deraman agar segera menghadap ke Isatan Raja Balok,untuk mengabarkan hal ihwal maksud dan tujuan kedatangan nya.Mendapat pesan demikian,hari itu juga Deraman datang menghadap Raja Balok.

Setelah mengetahui maksud kedatangan Deraman,Raja Balok pun lalu memperbolehkan Deraman menetap dan mendiami pondoknya.Cuma syaratnya,ia harus membayar sejukung emas.

Mendengar keputusan Raja Balok,awalnya Deraman merasa keberatan.Tapi setelah di pikir-pikir bahwa ia bukan seorang miskin di negri asalnya,Deraman pun setuju dengan parsyaratan yang di ajukan tersebut.Tetapi ia minta waktu sebulan untuk mempersiapkan diri guna memenuhi syarat tersebut dan menyediakan perahu atau jukung untuk mengisi emas nya.Raja Balok pun menyetujui permintaan Deraman.

Maka pulanglah Deraman ke pondoknya.Setelah berembug dengan istrinya,di putuskan bahwa ia akan kembali ke Brunai utnuk mengambil emas bahkan segala benda dan barang yang akan di perlukan selama mereka bermukim di Belitung.Ke esokan harinya,Deraman pun segera menyipkan sebuah perahu baru.Setelah berhari-hari,selesailah perahu tersebut berikut segala perlengkapan sederhana yang kira-kira memenuhi syarat untuk bias sampai ke Brunai.Istrinya menyiapkan panggang lutong,makanan awet di jalan dan kebutuhan suaminya seperti sarung dan berbagai helai pakaian yang di buat dari kain robekan layar.

Page 28: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Setelah semua persiapan selesai berangkatlah Deraman dari muara Sungai Pesak menuju Brunai.Barhari-hari Deraman menggunakan waktu mendarat itu dengan sebaik-baiknya.Di sediakan nya emas satu jukung untuk syarat tadi,dan sebatang bibit kayu pelepak,setempurong batu garam ( pasir garam ),seekor kucing,seekor ayam jantan dan beberapa barang lain nya untuk di bawa ke Belitung.

Singkat cerita dengan bekal tersebut Deraman kembali berlayar ke Belitung.Selama berlayar,ayam jantan yang ia bawa,selalu berkubang dalam kapur garam,hingga melekat pada bulu-bulunya.Di tengah perjalanan ia di cegat gerombolan lanun.Saat di cegat para lanun itu,ayam jantan milik Deraman segera terbang ke tiang-tiang layar perhau lanun tersebut.Di atas tiang layar itulah,kemudian ayam jantan itu mengepak-ngepakan sayapnya yang penuh berisi pasir garam,hingga membuat para lanun kelilipan,dan menjadi kalang kabut.Bertepatan dengan itu Deraman menyerang para lanun,hingga habis semua nya.

Setiba di Belitung,Deraman langsung menghadap sang Raja di istana nya.Kepada Raja ia minta agar transaksi di lakukan di pinggir muara Sungai Pesak,dekat perahu dan sejukung emas di tambatkan.Mendengar Deraman sudah siap dengan syarat untuk menetap di wilayahnya Raja Balok pun setuju dan berangkat di iringi pengawal lengkap.

Tiba di pinggir sungai dekat perahunya di tambatkan terjadilah transaksi.Tapi,sekali lagi,Deraman minta dengan hormat sebelum transaksi “ ditandatangani “ agar Raja Balok juga menerima tawaran dari Deraman.

“ Baginde,baik e gini jak.Jukong dan emas di dalam nye kamu ambik,tapi aku nanam pelepak ne dari kampong aku de sanak.Lauda itu aku nebarkan kapor garam ne de sekitarnye.Jadi kayu ini kan jadi batas kediaman aku mun die tumbo kelak,” begitu permintaan Deraman.

Karena permintaan itu di nilai tidak ada artinya,Raja Balok pun mengizinkan penanaman kayu pelepak dan penaburan pasir garam tersebut.Demikianlah akhirnya Deraman pun dapat tinggal di daerah Pesak ini.

Cuman dari batas penanaman sebatang pohon Pelepak tadi,berkembanglah pohon tadi menjadi meluas sampai ke wilayah km 62 sekarang.Anehnya justru di daerah Dusun balok sendiri tidak tumbuh sama sekali.Dari penuturan narasumber cerita ini,di ketahui bahwa batas perdukunan Balok dan Pesak,yaitu daerah asal pohon pelepak tadi dan yang ada pohon pelepak sedang daerah perdukunan Balok yang tidak ada pohon pelepak.

Deraman juga memiliki sebuah senjata bernama keris candrik ( panjangnya sejengkal ).Ketika musim kemarau panjang meyerang kelekaknya,Deraman kesulitan mendapatkan sumber mata air untuk di jadikan sumur,mesti hamper semua wilayah itu telah di jelajahinya.Dalam keadaan demikian Deraman mencabut keris candrik dan menancapkan nya ke tanah dekat pondok nya sambil berkata “ De sinek la baru kau akan keluar,atau kamek akan mati semue ! “ sekejap setelah ia mencabut keris candrik dari dalam tanah,keluarlah air dari tempat ia mencapkan keris candriknya tadi.Sumber air itulah yang sekarang berada dekat kuburan nya atau tak jauh dari lairan Sungai Pesak yang berair asin,namun sumur air itu tetap tawar.

Setelah lama bermukim di daerah Pesak,Deraman pun punya seorang anak perempuan kesayangan.Sebagaimana di ketahui pohon durian bias tumbuh dimana saja.namun,di Pesak pohon durian baru tumbuh dua tiga keturunan ke belakang.

Page 29: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Menurut cerita hal itu terjadi juga berkenaan dengan keberadaan Deraman Jayasakti.Seperti umumnya di kampong-kampung di Belitung,musim durian merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain jauh dari rumah.

Di kisahkan ,pada saat musim repak durian sedang jujo,anak perempuan Deraman berada sendiri di pondok durian nya utnuk menunggu durian jatuh.Dalam kesenyapan kelekak,tiba-tiba terdengar suara gemerisik di ikuti suara gedebuk tanda ada durian jatuh.Namun,suara itu di ikuti jeritan anak kecil.

Mendengar suara jeritan tersebut Deraman segera menghentikan pekerjaan nya dan bergegas menuju pondok durian nya.Begitu sampai di pondok durian betapa kagetnya dia.Anak kesayangan nya sudah terbaring dengan kepala berlumuran darah.Karena terbawa rasa sedih yang teramat sangat atas kejadian yang menimpa putri kesayangan nya itu dengan marah ia pun berucap “ selama tujuh turunan kampong ini ndak kan detempo durin ! “ Lalu,jenazah putri kesayangan nya itu pun ia makam kan di pinggir Sungai Pesak saat ini.

Sepeninggal putri kesayangan nya Deraman sangat terpukul,hingga mengkhawatirkan istrinya.Rupanya putri kesayangan nya itu tak dapat tergantikan dengan kesenangan lain.satu-satu teman permainan Deraman hanya tinggal kucing dan ayam jantan yang di bawanya dari Brunai.Namun,karena bukan manusi,keduanya hanya bisa di ajak bermain di luar rumah saja.

Yang merasa Deraman merasa aneh adalah keakraban kedua biantang itu kepadanya.Kemana Deraman pergi,kedua biantang itu selalu mengikuti.Bahkan kedua binatang itu selalu ikut di saat ia pergi berburu.namun,keikutsertaan kedua binatang itu tak membuat repot,malah membawa berkah.Setiap pergi berburu ia selalu mendapat hasil mulai lutong kecil,kera serta binatang lainya,hingga berlebih dan bisa di awetkan dalam bentuk pekasam sebagai makanan persediaan..sampai-sampai pekasam dari hasil buruan itu mencapai tujuh tempayan.begitu lah kehidupan Deraman sepeninggal putri kesayangan nya.

Suatu hari ,datanglah sebuah perahu dengan beberapa anak buah.Dari penampilan dan wajahnya,para pendatang itu terliahat tak ganas,malah penuh sinar kebijakan dan kebaikan.Deraman memperhatikan bentuk perahu mereka,hingga akhirnya tahu lah ia bahwa para pendatang itu berasal dari Brunai juga.

Deraman pun menyambut mereka dan segera menemui kepala perahu tersebut dan menanyakan maksud kedatangan mereka.Setelah ngobrol sana-sini,kepala perahu pun menyampaikan maksud kedatangannya.Dari Brunai ia mendapat tugas untuk meng-islamkan semua orang Brunai yang berada di luar Brunai,terutama di pulau-pulau di sebrang lautan.Maka kepala perahu itu pun memanggil seorang ahli agama yang akan mengjarkan agama islam kepada Deraman khususnya dan kepada penduduk setempat pada umumnya.

Setelah mendengar dan menyimak semua hokum dan ketentuan Islam,Deraman pun berakata : “kaluk gitu aku lum kan masuk islam.Aku nak ngabisen duluk tujo tempayan pekasan berisi pekasan daging lutong dan kerak.” Mendengar hal itu maklum kepala perahu kenapa Deraman belum mau masuk Islam.

Menurut penuturan,belum sempat menghabiskan tujuh tempayan pekasam lutong dan kera tersebut Deraman telah keburu meninggal dunia.

Page 30: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Keramat ini terletak di sebelah kiri arah ke km 62 dari jembatan Sungai Pesak,bergabung dengan kuburan umum tapi di pelihara dan di kelola khusus oleh ahli waris nya.Bentuk kuburan dan misan nya menggambarkan Islam dan sumur di dekatnya bergaris tengah 60 cm dengan kedalaman 70 cm,berair tawar walaupun hanya beberapa meter dari lairan Sungai Pesak yang berair asin.

Semua penduduk Pesak sangat menjaga kebersihan lingkungan ini karena jika sembarangan menggunakan air sumur ini,bada akan gatal-gatal.Menurut narasumber,sumur ini menjadi alamat terakhir penduduk saat musim kemarau panjang.

Desan Pesak sendiri memiliki kekhususan melaksanakan ruwahan di rumah masing-masing,tapi di lakukan bersama berpusat di sekitar Makam Datuk Keramat Pesak.sebab Deraman Jayasakti di anggap sebagai cikal bakal penduduk Desa pesak saat ini.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 31: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Seniang GaruAlkisah di sebuah kelekak ( kampung kecil ) di daerah Gunung Beluru,Kecamatan Membalong,Belitung,tinggalah tujuh bersaudara.Mereka tinggal di kelekak yang sama,namun rumah tempat tinggal mereka terpisah satu sama lain.Enam dari mereka sudah berkeluarga dan tinggal bersama suami masing-masing.Sedangkan si bungsu,yang belum menikah,tinggal sendiri di rumah peninggalan orang tuanya.

Sulung dari tujuh bersaudara tersebut,oleh adik-adiknya,di panggil Kak Nam.Lalu berturut-turut,Kak Mak,Kak Pat,Kak Ge,kak Ua dan Kak Tu.Sedangkan si bungsu tetap di panggiil Bungsu.

Sebagaimana umumnya penduduk kelekak di Belitung,saat itu,sumber kehidupan tujuh bersaudara ini mengandalkan alam,seperti dari hasil berburu,menangkap ikan baik darat maupun laut,dan menanam padi.

Satu hari tujuh bersaudara ini bersama-sama pergi nanggok ikan di sungai.Pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat ke sungai.Setelah hampir setengah hari,si bungsu belum juga mendapatkan hasil.Tak seekor ikann pun ia peroleh.Padahal ke enam kakanya maasing-masing sudah mendapatkan se-ambong penuh.

Akan halnya si bungsu,setiap kali ia mengangkat tanggok selalu saja ia dapatkan sepotong kayu hitam.Berkali-kali ia mengangkat tanggok,setiap kali pula kayu yang telah dii buang masuk ke dalam tanggok nya.Setelah memperhatikan arus sungai itu,si bungsu pun menemukan kejanggalan dengan kayu tersebut.

Melihat arus air,seharusnya kayu hitam itu tidak akan masuk. Ke dalam tanggok nya,sebab ia menghadap mengikuti arus.Cuma faktanya,kayu itu justru melawan arus dan masuk ke dalam tanggoknya.Melihat kejanggalan itu,tanpa piker panjang,kayu itupun ia masukan ke ambongnya.,lalu ia pun kembali menanggok.

Namun,kendati matahari sudah berada di atas ubun-ubun,tetap saja tak memperoleh hasil.Dengan sedih ia berhenti menanggok.Untuk mengelabuhi kakaknya,dan menyembunyikan kayu hitam di dalam ambong,ia mengisi ambong dengan daun-daun.Ia meras malu,karena tak mendapatkan hasil.Apalagi,untuk kegiatan yang mereka lakukan bersama,selama ini si Bungsu selalau menjadi bulan-bulanan dalam keusilan kakaknya.

Enjelang sore tujuh bersaudara itu pulang.Si bungsu berjalan paling belakang.Ia takut isi ambong miliknya di ketahui ke enam kakanya yang usil.kebetulan pula rumahnya terletak di deretan paling ujung.

Saking lelahnya,begitu tiba di rumah ambong yang berisi kayu hitam tadi ,digeletakannya begitu saja didekat tangga .Dibawa rasa kesal-karena tak dapat ikan –si Bungsu masuk rumah dan langsung tidur .Saking lelapnya ,ia di buahi mimpi indah.dalam mimpi ia merasa ada yang mengusap-usap dan membelaimya .

Begitu bagun dari tidur lelapnya ,bertapa terkejut si Bungsu .Disebelahnya tergolek seorang pemuda tampan .Dari tubuhnya menebar bau wangi .Tampa rasa takut si pemuda itu langsung menutup mulut si Bunngsu ketika ia mau berteriak .

Page 32: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

“jangan besurak ,aku ukan urang jahat .tenang saja. berjanjilah duluk ,’kau dak kan besurak kaluk mulut kau ku bukak’kan ,”ucap pemuda itu .si Bungsu pun mengangguk .Lalu pemuda itu melepaskan bekapan tangannya .

“siape kau ne sebenare ?Ape maksud kau berani-berani tidu’de sebela aku ?”Tanyak siBungsu .

“Name aku Bujang Megat .Asal usulku dari sepotong kayu nokkau ambik de sungai tadik pagi ,”jawab pemuda itu .

Ditatapnya wajah Bujang Megat dan bertapa bahagianya si Bungsu karena pemuda itu sesuai idaman hatinya selama ini.Ia pun berkhayal bertapa bahagia jika megat menjadi suaminya .

Sejenak suasana hening.Dan ketika siBungsu mau beranjak dari pembaringan ,Megat menahannya,”jangan pegi,”kata megat .”Biarlah kite bebincang –bincang de pembaringan ne,”lanjutnya.

Masih dipembaringan siBungsu pun bercerita tentang keadaan pribadinya kepada megat .Setelah tahu lantar belakang si Bungsu ,timbul hasrat megat untuk membantu meringankan beban siBungsu .Ia pun,dengan berani mengutarakan niatnya untuk mempersunting siBungsu .

Tapi,alangkah terkejutnya megat ketika si Bungsu menjawab ,”karena aku agik ade sedare ,lebeh baik kite tunggu saja ‘kiape keputusan kakak-kakak aku ,utamenye kak nam nok kame’anggap penganti urang tue ,”

Artinya ,megat masih harus menunggu keputusan dari enam saudara siBungsu .karena itu megat harus pula menceritakan asal-usulnya .Cuma,kepada si Bungsu ,megat merasa tidak akan mampu menceritakan seluru asal-usul hidupnya .”lalu ape nak kau ,”begitu hasut siBungsu yang hatinya sudah kepincut berat dengan megat .Dalam hati ia juga telah memutuskan akan menyerahkan dirinya secara utuh kepada megat.

“kaluk gitu se,baik la.Lebe baik kite sembunye sajak duluk de ruma ne.Sementare kau nunggu waktu nok tepat untuk nyampaikan segale hal tadi ‘kan kakak-kakak kau,”jawab megat .

Namun ,sambung si Bungsu ,ada satu hal yang belum ia ceritakan tentrang kakak-kakaknya.Terutama kak nam yang saat ini menjadi penganti orang tua mereka .Keenam adiknya sangat takut kepada kak nam ,yang berperangai buruk .Selalu ingin memiliki apa saja barang kesayangan adik-adiknya.” Ku akuek,aku khawatir kaluk ngeliat kau,timbul sifat serakanya lalu die berusahe ngerebut kau dari tanganku,” ucap si Bungsu.

“Kaluk imang itu hambatan nok kan kite adapek,baikla kite batahan sajak mcam kate aku tadik,” jawab Megat.

Akhirnya putuslah mufakat.Mereka berdua untuk sementara akan menyembunyikan Megat sampai saat yang tepat tiba untuk menyampaikan perihal mereka kepada kakak-kakanya.

Si Bungsu pun segera bangkit dari pembaringan untuk menyiapkan makan malam seadanya.Untuk membersihkan badan,Megat pun baru pergi ke sumur pada malam hari tanpa

Page 33: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

penerangan apapun,agar tak di lihat orang.Mereka berdua pun akhirnya melalui malam itu berdua sambil mengatur strategi menyembunyikan Megat.

Sebagai bagian dari rencana,si Bungsu menjahit kelambu tujuh lapis.Mereka telah sepakat,Megat tidak di perbolehkan keluar rumah dan hanya boleh tinggal di tempat tidur dengan lapisan tujuh kelambu.Dengan cara demikianlah,mereka melalui waktu-waktu berikutnya bak sepasang remaja tengah mabuk kepayang.

Kehadiran Megat tak urung merubah perilaku si Bungsu.Wajahnya selalu ceria.Tak lagi muram seperti sebelumnya.Halaman rumah dan dalamnya pun bersih layaknya kediaman orang yang sudah berkeluarga.Dan megat,menjadi pria pingitan.

Siang hari si Bungsu harus menahan hasrat bermesraan dengan sang pujaan hati yang bersebunyi di balik kelambu.Megat pun harus menahan diri,tetap berdiam di balik kelambu.Padahal ia sangat ingin menikmati udara segar di luar.Karena nya,mereka baru bisa menikmati keindahan itu dengan penuh canda dan taw aria pada malam hari.

Perubahan pada si Bungsu tak luput dari perhatian Kak Nam.Suatu hari Kak Nam berkunjung kerumah si Bungsu.Betapa kaget dia menemui suasana rumah yang tertata apik dengan bau wewangian yang begitu semerbak.Pasti telah terjadi sesuatu yang hebat,duga Kak Nam dalam hati.

“Akhir-akhir ne kau keliatan beruba,Su,” kata Kak Nam.” Malam-malam aku rajin ngendengar kau ketawak cekikikan macam agik becakap ken urang,” lanjutnya.

“ Eu,kakak ne ade-ade sajak,” sahut Bungsu.”biase-biase sajak kak,” jawabnya lagi. “ Itong-itong nyiapek dirik jadi urang ruma nok baik.Makenye suasane de ruma ne ku buat macam ini.Lalu,kaluk malam aku rajin becakap-cakap kan binatang lain nak ku bawak masok bang ruma.De ruma ne pun ndak ade sape-sape,” jawab si Bungsu lagi.

Kak Nam,sebetulnya belum puas dengan jawaban si Bungsu.Ia masih tetap penasaran.Agar tak mengundang curiga,ia mengiakan saja jawaban adik terkecilnya itu.

Seminggu kemudian Kak Nam kembali mengunjungi Si Bungsu.Ketika itu si Bungsu masih masak di dapur.Kak Nam ingin makan sirih.Namun di keminangan ( Tempat sirih ,red ) ia hanya menemukan pinang dan sirih.Sementara kapurnya tak ada.Ia pun lalu bertanya, “ Su,aku nak makan sire.Demane kau narok kapor ? “

Tanpa sadar,si Bungsu menjawab,”Ambil la sendirik bang kelambu.Selamalam isak kamek ambik sukit idang nyire”

Mendengar jawaban itu,Kak Nam langsung ke kamar dan membuka kelambu.Amboi,alangkah banyak lapisan kelambu adikku ini,gumamnya dalam hati.

Tapi,begitu membuka kelambu,ia betul-betul kaget.Di dalam kelambu ia menemukan kenyataan yang betul-betul diluar dugaannya.Seorang pemuda tampan,Bujang Megat,tergolek dalam keadaan tertidur pulas.

Page 34: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Akhirnya,tahulah Kak Nam bahwa,dengan pemuda inilah selama ini si Bungsu bercanda sekaligus telah merubah total perilakunya.Melihat pemuda tampan itu,muncul sifat serakahnya dan dalam hatinya ia ingin memiliknya.

Setelah itu Kak Nam pun mengambil tempat sirih yang terletak dekat kepala Megat,menghampiri adiknya. “ Su,nok bang kelambu ne ku ambik ye,idang mainen aku de ruma,” tiba-tiba Kak Nam kepada si Bungsu.

Mendengar ucapan Kak Nam bukan lang kepalang kegetnya si Bungsu.Tahulah ia apa yang telah terjadi.Tapi berat juga baginya untuk memberikan jawaban yang menyenangkan.Sementara,jika di tolak,kakaknya akan marah besar.Kalau di terima ia pun akan kehilangan pemuda idaman nya itu.

Akhirnya di kuatkan juga untuk mengaakan yang sebenarnya kepada Kak Nam.” Kak Nam,untuk nok sikok ini aku mintak dengan sangat kakak ngerti.Nok lain kuang de ambik,tapi nok ini jangan.Gimane pun ini la harte aku nok paling kuhargaiek kan kusayangek,” jawab si Bungsu.”Kaluk kakak setuju,kamek kan cepat-cepat nika,” lanjutnya.

Mendapati jawaban itu sikap serakah dalam diri Kak Nam kian mengembang,Rupanya ia pun sudah menyiapkan hasutan untuk menggagalkan pernikahan adiknya.

“ Ye la mun kitu se.Tapi kau la tau ke ape-ape ajak nok harus delakukan sebagai urang bini?” Tanya Kak Nam.

“ La kak,aku la belajar kan nyubak e sendirik de ruma ne semampu aku,” jawab si Bungsu.

Kaluk gitu,cubak la sebut ape sajak nak la kau cube,Kata Kak Nam.

“Pagi-pagi akuu nyiapek pelampunen ( sarapan pagi,red).Uda itu kusediaken pakaian idang ke bang utan,lalu kusesaek bajuk kutor,nyiapek makan siang nye,kan nyiapek kupi waktu die bangun tiduk sure-sure.Malam hari,kaluk die nak,aku nyiapek dirik ngelayanek nye selaku urang bini nok baik.Lalu sebagai seurang bini nok lakinya kerje bang utan,aku nak apal dimane die narok parang,kapak,beliong kan nok lain nye.Jelas kak ?” cerita si Bungsu.

“Mak nang hebat kitu kau ne su.Laki kau rupenye nak kau manjakan macam raje.Padahal kau,persis macam babuk nye.Selaku kakak paling tue,aku ndak sependapat kan care kau ngelayanek laki macam kau sebutkan tadik.Itu same sajak kan ngenjatuek martabat keluarge kite.Cubak kau liat sendirik abang kau de ruma.kaluk nak makan,masak sendirik,nak minum muat sendirik.Semuenye serba sendirik.Sunggo kan kitu te mane berani ninggalkan aku,” Kak Nam mencoba menghasut adiknya.

Setelah di fikirkan benar juga pendapat Kak Nam.Di pengaruhi rasa takut kepada Kak Nam serta rasa khawatir akan di jadikan budak di rumah sendiri,si Bungsu pun membenarkan dan menyetujui pendapat kakanya.” Mun gitu baik la kak,aku nak nyubak ape nok la kakak saranek tadik,” ungkapnya.

“ Nah itu baru adek kakak.Kini semuenye,temasok biak bujang nok ade de ruma ne ku kabarkan kan sedare kite nok lain.,” jawabnya Kak Nam sambil memeluk adiknya.

Page 35: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Keesokan hari,semua kakaknya mengetahui latar belakang perubahan si Bungsu.Namun,semuanya tak setuju saran Kan Nam.Tetapi,karena takut,mereka hanya bisa mengurut dada saja,tanpa bisa menemukan jalan keluar bagi si Bungsu.Pahit sekali apa yang di alami si Bungsu.Mendapatkan jodoh tapi di sarankan untuk tidak menjadi istri yang baik.

Dengan hati mantap dan keteguhan hati,si Bungsu melakukan apa yang di sarankan Kan Nam.Dan betapa kagetnya Megat,ketika bangun pada suatu pagi.Ia tidak menemukan sarapan seperti biasanya.Si Bungu tidak bangun pagi seperti biasanya.Ia hanya melihat sebuah beliung yang di letakan sedemikian rupa di atas pintu,sehingga begitu itu di buka beliung akan tepat mengenai kepalanya,hingga Megat akan mati seketika.

Mendapati kondisi demikian,segeralah ia membangunnkan si Bungsu,untuk meminta penjelasan.Begitu bangun si Bungsu pun langsung menceritakan apa yang terjadi.Setelah di jelaskan mengertilah Megat maksud tersembunyi di balik saran Kak Nam.” Beliong nok de atas pintu to untuk ngembuno aku kan ?” hardiknya kepada si Bungsu

Ketahuilah,lanjut dia,” ape nok la kau gawekan untuk aku selamak ini la benar la,mimang kitu la nok saharusnye di berik kan laki.” Jangan lupak,kite harus nyering setiap saran dari siape pun,termasuk dari kakak sendirik.Licik benar kakak kau ti Bungsu,Hardik Megat.

Di hardik demikian,bukan main marah si Bungsu.”beraninye ka ungula-ngulakan kakak aku.Dasar ndak tau de untong.la ku layanek lahir batin,ukan terimak kase,tapi ngula-ngulakan kakak aku.Dasar manusie kayu,kau megat,” si Bungsu balik menghardik Megat.

Mendengar hardikan si Bungsu yang membawa-bawa sejarahnya,Megat sadar hasutan Kak Nam sudah begitu marasuk dalam diri si Bungsu.Megat hanya bisa menerima dengan kepala dingin.

Lalu ia pun berkate,” auk la mun kitu se Su.Karene matahari la tinggi tulong sediekan tujo ikok teluk rebus,untuk sangu aku balik ke bang utan sarkembali ke hutan sarine?

Dengan berat hati,si Bungsu menyiapkan bekal untuk Megat.Sambil menyediakan bekal buat Megat,seketika ia sadar bahwa Megat benar.Setelah lepat dan telur di bungkus,si Bungsu pun meminta Megat tak kembali ke hutan hari ini.Namun walau si Bungsu bersikeras melarangnya,hati Megat telah bulat kembali ke hutan.

Megat pun berusaha merayu si Bungsu dengan nyanyian,syair dan pantun asmara sehingga ia tertidur.Inilah saat yang di tunggu-tunggu Megat,dan pergilah ia meninggalkan si Bungsu yang sedang tertidur lelap.

Ketika si Bungsu terbangun,Megat sudah tidak ada lagi di rumah.Di carinya ke rumah kakak-kakaknya,juga tak di temui.Termasuk kerumah Kak Na,kali-kali ia menculik Megat.

Lalu ,si Bungsu pun menyusul ke hutan.Di hutan ia menemukan Megat sedang duduk melamun.Ketika ia mendekat terkejutlah Megat.Si Bungsu pun merangkul Megat,merayu mengajak pulang.Sementara Megat safar bahwa ia tidak boleh takluk dengan rayuan itu.

Ia pun kembali bernyanyi dan berpantun untuk menenangkan hati si Bungsu.Tak lama kemudian si Bungsu tertidut.Kesempatan itu di gunakan Megat unttuk melanjutkan perjalanannya.Sambil berjalan ia berfikir,kalau terus berjalan ia akan kelelahan dan pasti si

Page 36: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Bungsu akan menemukan nya kembali.Sedang untuk menyanyi dan berpantun ia sudah tak bisa lagi.Sudah habis nyanyian dann pantun yang ia ketahui.

Akhirnya ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam lekukan pohon kayu yang telah lapuk.Konon,pohon kayu tempat Megat bersembunyi itu adalah Pohon Gahru.

Adalah si Bungsu yang tertidur oleh senandung nyanyian dan pantun Megat.Ketika terbangun Megat tak ada lagi di dekatnya.Ia pun menangis tak henti-hentinya di tengah hutan.

Ketika di temukan penduduk kampung yang tengah berasuk ( berburu menggunakan anjing,red) si Bungsu tak dapat di bujuk-bujuk untuk kembali.Ia terus menangis dan memanggil Megat.Tapi nasi sudah jadi bubur.Bersembunyi di lubang kayu sekaligus mengakhiri petualang Megat di dunia manusia.Ia telah kembali ke asalnya,sepotong kayu.

Konon,dari cerita itu,setelah itulah kayu gahru berbau wangi.Wewangian itu di pancarkan dari tubuh Bujang megat yang selalu memancarkan wewangian.

Menurut cerita pada pencari kayu gahru,marak di Belitung pada 1983-1984,setiap ke hutan selalu membawa bekal tujuh telur rebus dan tujuh lepat,dan sebagai pemotong selalu menggunakan beliung.

Menurut cerita pula,setelah di temukan penduduk kampung meninggal dunia di hutan.Arwahnya terus berkeliaran di hutan-hutan Belitung.Ia mencari Bujang Megat,sang idaman hati,yang telah berubah menjadi Seniang Garu.

Narasumber tidak memberikan syair pantun dan nyanyian yang di ssenandungkan Bujang Megat.Syair itu merupakan mantera gaib untuk mencari gahru.Bahkan,menurut Pak Pek,jika syarat tujuh telur rebus dan tujuh lepat serta beliung terpenuhi,dengan mantera berupa pantun dan syair yang pernah di nyayikan Bujang Megat,seniang garu yang terdapat di tengah pohon garu akan bersinar.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 37: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Kisah Dongeng Tuk BurodCerita ini merupakan salah satu dari dua versi lain tentang Padang Buang Anak, sebuah hamparan padang tandus tanpa ditumbuhi pohon besar yang seluas mata memandang hanya ditumbuhi rumput setinggi lutut orang dewasa, terletak di sekitar kaki Gunung Tajam ke arah Air Batu Buding, Kelapa Kampit. Namun, dari dua versi yang ada, dongeng Tu’ Burod lahir lebih dulu, sebab ia menceritakan tentang asal kejadian suatu tempat, bukan asal penyebutan satu tempat. Ceritanya bermula di saat penduduk Belitung masih banyak memukimi daerah hutan di hulu-hulu sungai, guna menghindarkan para lanun. Dalam kondisi demikian, di sebuah keleka’ (kampung kecil, red.) di sekitar kaki Gunung Tajam sekarang, terdapatlah satu keluarga besar. Keluarga itu memiliki beberapa orang anak perempuan yang telah kawin dengan laki-laki dari keleka’ tetangganya. Salah satunya bernama Burod. Dibanding para menantu yang ada, Burod memiliki tabiat berbeda. Ia dikenali sebagai pemuda yang malas. Kehidupan keluarga besar tersebut terbilang cukup sederhana.

Sehari-hari mereka sepenuhnya tergantung pada alam, dari berladang di ume, berburu hewan di hutan dan menangkap ikan di kubok-kubok sekitar daerah tersebut. Seperti kebanyakan penduduk pada masa itu, di satu akhir musim panas menjelang musim penghujan, penduduk keleka’ mulai nebas (menebang pohon untuk dibakar sebagai persiapan awal membuka ladang, red.). Hal sama juga dilakukan keluarga besar Burod. Dipimpin sang mertua, Burod dan ipar-ipar yang lain berangkat ke hutan yang telah dibagikan dukun (kepala adat) secara merata. Setiap orang rata-rata mendapat bagian 20 surik atau setara dengan dua hektar (satu surik = 10 X 10 meter, red.). Dari pembagian tersebut tanah Burod berada paling ujung dari seluruh kawasan ume yang akan digarap. Singkat cerita karena musim kemarau sudah hampir habis, semua penduduk dan ipar-ipar Burod sudah selesai nebas pohon di ume masing-masing.

Namun tidak demikian halnya dengan Burod. Setiap hari kerjaannya hanya duduk-duduk sambil makan makan sangu berupa rebus kembilik (umbi-umbian berukuran seujung jari kaki hingga seujung jempol, red.). Sambil mengunyah rebus kembili’ ia berkhayal menebangi pohon di depannya. Sesudah menebang pohon ini, lalu ke pohon itu dan seterusnya, ia berkhayal. Di ujung khayalnya rebus kembili’ pun habis, sementara tak satu pohon pun yang telah ia tebang, sementara semua orang di keleka’ itu telah selesai nebas. Melihat kelakuan menantunya itu sang mertua pun menegurnya. “Rod, Rod, malas benar kau ne. Kerjaannye nggak ngabise’ rebus kembili’ sangu. Mane tebasan kau? Urang la uda, kau lum ape-ape. Sebile kan nebase Rod!?,” tegur mertuanya. “Tunggu suat pak, aku ngabise’ sangu ne dulu,” jawab Burod tak senang ditegur mertuanya. Sejenak kemudian, setelah menghabiskan sangu rebus kembili’-nya, ia pun bergegas mengambil parang dan berjalan ke hutan yang menjadi bagiannya. Di pinggir hutan itu ia berbicara pada parangnya, “Nah, parang. Kalu’ kau mimang nurut kan aku, tige kali tetak (ayunan, red.) kau musti ngabiskan utan seluas pandangan mate aku!” Usai berkata demikian ia pun segera mengayunkan parangnya tiga kali.

Aneh bin ajaib, sekejap kemudian semua pohon yang ada di hadapannya habis rebah semua. Semua yang melihat tindakan Burod jadi heran.Dan, salah satu ipar Burod berujar, “Inila akhirnye. Aya becakap nyinggong perasaan die, jadi die mara.” Mendengar percapakan itu Burod hanya bergeming. Sejurus kemudian ia pulang, diiringi mertua dan ipar-iparnya. Setelah kejadian itu seminggu lamanya keluarga besar itu beristirahat total. Agar udah dibakar, mereka harus menunggu kayu-kayu tebangan tersebut kering dulu. Pada minggu

Page 38: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

berikutnya, setelah semua kayu itu kering, kayu-kayu tebangan tersebut pun dibakar dengan menyisakan reba’ (rebahan pohon kayu yang tidak terbakar, red.) di sana-sini. Reba’ itupun kemudian segera dikumpulkan. Sebagian besar digunakan sebagai pembatas surik-surik di ume masing-masing. Berbeda dengan ipar-iparnya, Burod sama sekali tak terlihat sibuk. Bukannya membakar potongan pohon bekas tebangannya, ia malah tidur pulas di membarongan (pondok di ume baru, red.) miliknya. Melihat kondisi itu tak ada satu pun ipar-iparnya yang berani membangunkannya. Mereka takut ngomong salah. Menjelang sore barulah Burod dibangunkan dan pulang beriringan. Malam harinya, sambil duduk-duduk di ruang tengah mertuanya, keluarga besar ini membicarakan proses berikutnya, yaitu nugal (menanam bibit padi di tanah, red.). Lazimnya nugal dilakukan dengan cara menancapkan kayu runcing ke tanah yang sudah diberi batas reba’ per surik.

Sedianya keluarga besar ini selalu mengawali ladang secara bersama-sama. Cuma, kali ini muncul masalah. Ume belum bisa ditugal. Biang keroknya Burod. Bekas tebangan pohon di bagian ume miliknya belum dibakar. Mendengar ia dimasalahkan keluarganya dan dianggap sebagai biang kerok keterlambatan Burod pun angkat bicara. “La, isok la baru aku nunu. Mika’ tau beres la, usa gado, kite pasti serete nugal maupun ngetamnye kelak,” tegas Burod. Mendengar kepastian dari Burod, mereka pun segera mengakhiri pertemuan keluarga itu, lalu beristirahat. Keesokan paginya, tanpa diduga-duga, turun hujan. Walau tidak lebat, cukup untuk membatalkan rencana Burod membakar tebangan di lahan ume miliknya. Gusar melihat Burod yang tenang-tenang saja, sang mertua menegur Burod. “Kiape kau kan nunu mun ari ujan macam ini Rod!?,” sergah mertuanya ketus. Ditegur begitu, sambil menggeliatkan badannya di atas tikar pembaringan Burod pun menjawab, “Ikam diam saja’ Pak. Ikam dudok saja’ de ruma ne.” Setelah itu ia pun segera berdiri, mencuci muka dan melampun (sarapan pagi, red.). Usai melampun, Burod menyambar parang dan topi pandan miliknya. Tak lama kemudian dari belakang rumah ia menebang sebatang pohon pisang paling besar yang belum berbuah dan dibawanya masuk ke dapur. Setelah disulut dengan api dapur, Burod pun menjadikan pohon pisang yang telah menyala cukup besar itu sebagai obor untuk membakar kayu humanya.

Sambil berjalan setenang-tenangnya Burod segera menuju pinggir hutan bagiannya. Sesampai di pinggir hutan itu, dengan lantang ia berkata, “Nah, api. Kalu’ kau mimang bekawan kan aku, kau makan la kayu setinggi nok dapat kau bedan sedalam nok dapat kau makan!” Sekejap kemudian terbakarlah kayu tebangan Burod di tengah hujan pagi itu. Tak satupun kayu yang dapat bertahan dari hantaman api Burod. Bahkan, humus-humus atau kayu-kayu dan daun-daun kering di tanah sedalam satu meter termakan habis musnah. Malah sampai ke akar-akar tunggul di dalam tanah. Sehabis hutan itu terbakar oleh api Burod, yang tersisa adalah asap mengepul dan tanah huma Burod hangus total. Saking hangusnya hingga tak ada lagi bagian tanah yang dapat ditumbuhi padi. Alkisah Burod tak bisa nugal karena tanahnya, bukan saja kayu tebangannya, turut terbakar. Itulah sebabnya sampai sekarang Kawasan Padang Buang Anak tidak ditumbuhi oleh kayu besar. Menurut cerita yang berkembang turun temurun, karena kehebatannya itulah, kemudian hari Tu’ Burod mengubah jalan hidupnya yang malas itu. Pada setiap musim menanam padi dimulai, sebelumnya Tu’ Burod selalu disibukkan dengan panggilan untuk menjadi buruh upahan menebas dan membakar tebasan tersebut. Konon kabarnya hutan tebasan dan garapan Burod selalu menghasilkan padi yang melebihi padi garapan orang lain. Dan, upah kerja bagi Burod bukannya barang mewah, tetapi hanya nasi anyam, alias kerak nasi.

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 39: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Cerita Asal Mula Nama Kampung Belantu / Keramat Pinang GadingTak  jauh dari Gunung Beluru, Kecamatan Membalong, ada sebuah keleka’ dikenal dengan Keleka’ Nanga’. Disinilah terletak kuburan yang dikenal dengan Keramat Pinang Gading, tokoh utama cerita ini. Di antara rumah-rumah yang ada di Keleka’ Nanga’ ini, terdapatlah sebuah belandongan (rumah beratapkan daun nanga’ yang disirat, berlantaikan kayu berlapiskan tuntong –kulit kayu terunjam, red.) Di rumah itu tinggal Pak Inda bersama istrinya Bu’ Tumina. Sepasang suami istri yang hidup rukun dan damai ini belum dikaruniai seorang anak. Kendati demikian ketiadaan anak itu tak mengurangi rasa sayang antara keduanya. Kemana pun mereka pergi selalu berdua. Penderitaan salah satu adalah penderitaan keduanya. Begitu pula kesenangan. Ibarat burung tiong, kemana jantan terbang disitulah betina ikut terbang. Sehari-hari hidup mereka bersumber dari usaha bertanam padi (ume). Tiap tahun pada bulan nyiur, mereka menugal (menanam padi ladang red.), jagung dan palawija lainnya. Pak Inda termasuk rajin berusaha di laut, untuk menangkap ikan dengan membuat dan memasang sero. Suatu pagi, saat sedang musim mengetam (menuai) padi, Pak Inda berpamitan pada istrinya, untuk menidau (menengok sero, red.) kalau-kalau mengena ikan banyak.

Ia berpesan kepada istrinya, “Biar aku saja yang pergi, kau tinggal di rumah menjemur padi.” Ketika Pak Inda tiba di tepi laut, air laut yang sedang berangsur surut. Saat berjalan menuju seronya, kaki Pak Inda tersandung sepotong bambu yang hanyut bersama sampah laut. Bambu itu ia ambil lalu dilemparkannya ke tengah laut agar hanyut ke tempat lain. Ketika ia tiba dekat seronya, ia kembali tersandung sepotong bambu. Lalu ia pun mengambil bambu tersebut. Setelah diamati, ternyata itu bambu yang tadi juga. Karena merasa tak butuh bambu Pak Inda pun mencampakkan bambu itu ke belakang sero, agar ikut terbawa arus hanyut ke tempat lain. Selesai dengan urusan bambu tadi, Pak Inda langsung sibuk dengan kegiatannya, menangguk ikan di dalam sero. Rupanya hari itu seronya banyak mengena. Setelah dimasukkan ambong, ikan-ikan tadi dicucuki-nya dengan rotan.

Sambil menggandar ikan-ikan hasil seronya, sebagian diambin (dipanggul), sebagian ditentengnya, ia mengarungi air laut yang telah surut dan berjalan menuju pantai. Di tengah perjalanannya menuju pantai, ketiga kali kakinya terkait sebatang bambu, yang setelah diamati ternyata bambu yang sudah dua kali dibuangnya tadi. Karena sudah tiga kali tersandung bambu yang sama, terlintas dalam fikirannya … aneh sekali kejadian ini. Air laut telah surut, lazimnya benda itu hanyut terbawa arus. Tetapi kenyataannya, bambu itu hanyut melawan arus. Ia pun berfikir, pasti bambu ini bukan sembarang bambu, ada ada sesuatu yang terkait dengan bambu tersebut. Akhirnya, bambu itu pun ia ambil dan digunakannya untuk memikul ikan-ikan perolehannya. Ketika makan siang, perihal bambu aneh yang kemudian ia jadikan pikulan ikan tadi pagi diceritakan Pak Inda pada istrinya. Oleh istrinya bambu itu diletakkannya di halaman depan rumahnya kalau-kalau diperlukan untuk menindih tikar jemuran padinya agar tidak tergulung oleh tiupan angin.

Selang beberapa hari setelah kejadian itu, tak ada peristiwa apa-apa dengan bambu tersebut. Namun, pada suatu hari Jumat, kira-kira matahari mulai tergelincir pertanda waktu sholat Dzuhur tiba, ketika pak Inda sedang tidur-tiduran berbantal sebang, secara tiba-tiba terdengar suara letusan sangat keras diikuti suara tangisan bayi. Suara itu datang dari tempat ia menjemur padi. Setelah dilihat ternyata, suara ledakan keras tadi berasal dari bambu yang

Page 40: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

dibawanya dari laut. Anehnya, dari pecahan bambu itu keluar seorang bayi. Dari muka sang jabang bayi terpancar cahaya yang menyilaukan mata. Melihat bayi tersebut, Bu Tumina, istri Pak Inda, segera menggendongnya. Setelah itu ia segera memandikan, menyelimuti dengan kain bersih dan meninabobokkannya. Ringkas cerita bayi itu dipelihara dan menjadi anak pasangan bahagia yang sudah lama mengidamkan anak ini. Bayi itu sendiri kemudian diberi nama Puteri Pinang Gading. Setelah usianya beranjak besar, kelihatanlah bahwa Pinang Gading memiliki keistimewaan khusus, yaitu kesenangannya akan panah sehingga tak henti-hentinya ia selalu minta dibuatkan anak panah dari bambu. Akhirnya ia pun menjadi seorang anak yang mahir sekali menggunakan panahnya.Setelah berusia sekitar 15 tahun ia malah menjadi seorang pemanah yang tiada tandingan. Bidikannya tak pernah meleset dan setiap ia pergi berburu selalu membawa hasil memuaskan sekali bagi Pak Inda dan Bu’ Tumina.

Perangainya sehari-hari pun sangat menyenangkan, baik terhadap kedua orang tuanya maupun kerabat dan tetangganya di Keleka Nanga’. Malah sejak Pinang Gading ada, kehidupan suami istri tersebut sama sekali berubah. Hasil tangkapan ikan dari sero-nya selalu melimpah ruah, setiap bertanam padi hasilnya selalu memuaskan. Pendeknya sejak pasangan ini memelihara Pinang Gading kehidupan mereka berubah makmur, hingga bertambah sayanglah keduanya kepada Pidang Gading. KONON, tak jauh dari Keleka’ Nanga’ terdapat Keleka’ Remban. Keleka’ ini setiap tahun selalu ditimpa musibah yang ditimbulkan makluk menyerupai seekor burung raksasa. Burung raksasa yang kabarnya hidup di Pegunungan Bita, di sebelah Timur Danau Ranau, itu selalu memangsa penduduk Keleka’ Remban setiap habis panen. Hingga dari tahun ke tahun penduduk keleka’ itu menyusut. Baik akibat dimangsa burung raksana itu maupun karena banyak yang pindah dari keleka’ tersebut. Umumnya, selain pindah ke keleka’ sebelahnya, untuk menghindarkan burung raksasa tadi, sebagian penduduk memilih tinggal di gua-gua di celah-celah gunung di daerah itu. Sementara bagi penduduk yang masih memilih tinggal sebagian besar menggunakan remban, yaitu kayu-kayuan yang disusun dan dijalin dengan rotan sega’ atau berebat. Mereka menamakan burung yang sering menyerang itu Burung Gerude, yang konon kabarnya berkepala tujuh.

Akan halnya musibah yang menimpa penduduk Keleka’ Remban itu tersiar ke keleka’ tetangga dan membuat mereka prihatin dan was-was, jangan-jangan suatu hari nanti mereka yang akan dapat giliran diserang. Ketika musibah itu terjadi usia Pinang Gading sudah menginjak 21 tahun dan kemahiran memanahnya semakin hebat. Ia pun sudah mendengar akan keganasan burung raksasa tersebut. Karena tak tahan diteror, seluruh tetua keleka’ bermusyawarah untuk membinasakan burung tersebut dengan jalan memanahnya. Satu-satunya pemanah yang paling mahir saat itu siapa lagi kalau bukan Pinang Gading. Sebagai anak yang berperangai baik Pinang Gading tentu saja tersentuh hatinya dan tergugah serta bersedia menjalankan tugas sebagai pemanah Burung Gerude tersebut. Untuk menunaikan tugasnya, Pinang Gading pun segera membuat anak panah khusus untuk mematikan burung raksasa tersebut. Ia pun merendam anak panahnya dengan berbagai jenis racun. Setelah persiapan usai dilakukan, pada suatu hari burung yang ditakuti itu datang ke Keleka’ Remban untuk mengganggu penduduk. Melihat kedatangan burung pembinasa tersebut, Pinaang Gading yang sebelumnya telah diungsikan di stu tempat strategis, mulai mempersiapkan busur panahnya dengan anak panah beracun siap ditembakkan. Akhirnya, ketika si burung raksasa itu mematuk orang tua yang memang sengaja diumpankan, saat itu juga Pinang Gading melepaskan tali busur panahnya.

Seketika anak panah beracun meluncur deras menuju sasarannya, tepat di leher si burung buas itu. Karena anak panah yang digunakan Pinang Gading telah direndam anake macam racun, tak ayal burung itu pun langsung mati. Burung itu jatuh bergemuruh di atas tanah,

Page 41: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

menggelepar sesaat dan sekejap kemudian mati. Dari masing-masing dari tujuh kepala burung itu kemudian keluar air tujuh warna. Lalu akan halnya anak panah Pinang Gading, saking deras dan kuatnya ia menarik busur, setelah menembus leher burung raksasa terus melesat ke atas dan jatuh kembali menancap di tanah. Menurut cerita yang berkembang turun temurun, anak panah yang menancap di tanah tadi tumbuh subur menjadi sebatang pohon bambu. Namun, setiap ada penduduk yang menebang pohon bambu itu akan menemui ajalnya, sehingga lama-kelamaan tak ada lagi penduduk yang berani menebangnya. Rupa-rupanya racun yang digunakan Pinang Gading begitu kuatnya, hingga terus melekat pada anak panahnya. Bahkan hingga anak panahnya tumbuh kembali menjadi pohon bambu yang subur. Karena itulah kemudian penduduk setempat menyebut pohon bambu itu sebagai buluh hantu. (Buluh adalah bahasa lokal untuk bambu, red.) Lama kelamaan penyebutannya berubah menjadi BELANTU, hingga kemudian daerah tersebut juga dinamai daerah Belantu. Akan halnya Pinang Gading, setelah berhasil memusnahkan burung raksasa tersebut, namanya kian termashur di seluruh keleka’ di daearah Belantu. Namun, sebagai manusia biasa, setelah usianya tua, meninggal di tempatnya ‘lahir’ di Keleka’ Nanga’. Makamnya yang kini terdapat di kampung kecil di kaki Gunung Beluru, Membalong, itu hingga kini dikeramatkan penduduk setempat.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 42: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Kik Cuan Melawan LimpaiPada zaman dahulu kala ,tak beberapa jauh dari Kampung Simpang Tiga,termasuk wilayah Kecamatan Gantung ,hidup seorang petani bersama istri dan anak gadisnya.Oleh penduduk setempat ia dipanggil Kik Cuan .Sebagai seorang petani Kik Cuan senantiasa berada disekitar lingkungan ladangnya ,yang umumnya berada ditengah hutan .Hingga ia menjadi sangat akrab kehidupan hutan dan segalah macam isinya .

Satu-satunya anak perempuan Kik Cuan bernama jerimai .Sebagai seorang perempuan,tentunya ,ia harus berkeluarga . Dan,ketika tiba saatnya,Jerimai pun dinikahkan Kik Cuan dengan seorang pemuda dari kamoung setempat .Pernikahan ini diramaikan dengan berbagai acara ,termasuk kedurian bagi orang kampung.

Beberapa waktu setelah perhelatan pernikahan Jerimai,kampung dimana Kik Cuan tinggal sering ada kejadian seorang anak yang bermain dipinggir hutan ,pemandian(bahasa setempat disebut aik arongan,red),bahkan diladang .Selain ditempat-tempat tersebut ,tidak kerap pula ada kejadian terbongkar nya kuburan orang yang baru saja meninggal.Baru saja jenazah orang meninggal dimakamkan ,keesokan harinya kuburan tersebut terbongkar secara teratur ,seperti diseruduk semacam moncong binatang yang tersisa dari jenazah yang terbongkar itu ,biasanya ,hanyalah jari kuku dan kain kafan .

Kejadian-kejadian ini menimbulkan suasana tenang dikampung Kik Cuan.Siang malam penduduk kampung selalu berjaga-jaga .Penduduk laki –laki selain menjaga diladang pada siang hari berjaga-jaga dikampung pada malam hari .Sementara kaum perempuan,selain menyiapkan makan bagi keluarga ,tak boleh lengah mengawasi anak-anak mereka ketika bermain dipinggir hutan atau ditengah ladang.

Dalam kondisi demikian ,suatu hari ,keluarga Kik Cuan mendapat undagan kedurian pernikahan anak temannya yang tinggal diwilayah Simpang Tige,sekarang rencananya ,Kik Cuan akan pergi keundangan tersebut karena temannya itu dulu banyak membantunya saat pernikahan jerimai .Lagi pula, ia tak mau menyinggung perasaan keluarga yang sudah susah-susah mengundangnya .

Cuma rawanya kondisi kampung saat itu,selalu menjadi pemikirannya untuk memenuhi undagan temannya .Sebab ia sangat tahu perjalanan menuju Kampung Simpang Tige yang akan ditempuhnya penuh resiko .Apalagi ia harus membawa seluruh anggota keluarganya ,trmasuk jerimai yang masih pengantin baru.

Mengantisipasi hal-hal tidak di inginkan keluarga Ki’ Cuan akan berangkat berombangan ,bersama-sama orang kampung.Sementara karena masih ada urusan yang harus di selesaikan sebelum berangkat, Ki’ Cuan menyusul kemudian.

Rupanya,Jerimai yang harus nya berangkat bersama rombongan orang kampung ,terlambat.Hingga ia harus berjalan sendirian, terpisah agak jauh dari rombongan didepannya .Tetapi ditengah perjalanan ,tak ada yang tahu apa yang menimpah jerimai ,sang penganten baru .

Sementara itu, dirumah ,setelah menyelesaikan tugasnya Kik Cuan bergegas menujuh rombongan keluarganya yang telah lebih duluh berangkat. Ditengah perjalanan ,Kik Cuan

Page 43: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

terkejut .Ia menemukan selembar selendang berlumuran darah dan sisa potongan tangan didekatnya .Apa yang terjadi ?Setelah mengamat-amati selendang berlumuran darah dan sisa potongan tangan tadi,yakinlah Kik Cuan telah terjadi sesuatu pada Jerimai .

Sebab selendang yang ias temukan dikenali sebagai selendang milik Jerimai yang digunakan ketika berangkat ke undangan tersebut.. Lalu dikuku jari sisa potongan tangan pun ia yakini tangan Jerimai ,sebab dikukunya terlihat pacar (kutek tradisional yang biasa di gunakan untuk pengantin,red) .

Menghadapi kenyataan itu dengan perasaan marah Kik Cuan mempercepat langkanya menujuh tempat kedurian,yakinlah ia bahwa jerimai telah mejadi korban mahluk yang meenggegarkan kampungnya akhir-akhir ini .Sebab jerimai tak ada ditempat kedurian tersebut.Setelah menceritakan temuannya itu kepada istri dan menantunya ,Ketiga orang itu pun kembali kekampungnya .

Di antara rumah,istri dan menantu Ki’ Cuan menangis sejadi-jadi nya.Malam hari nya Ki’ Cuan bermimpi yang membinasakan anak nya adalah makhluk buas.,Se ekor limpai. ( Oleh penduduk Belitung makhluk ini di gambarkan seperti babi,namun berukuran sangat besar,dan di yakini ini adalah makhluk jadi-jadian,red.).Keesoakan harinya, Ki’ Cuan mendatangi lokasi kejadian yang menimpa anaknya dan meminta pertanggungjawaban siapa yang telah membinasakan Jerimai.Sekejap kemudian,keluarlah limpai.Kepada limpai, Ki’ Cuan mengatakan akan menuntut balas atas kematian anaknya.Di tantang demikian limpai setuju dan bersedia duel dengan kehendak Ki’ Cuan.

Tujuh hari berikutnya,di daerah sekitar Genting Apit,terjadilah duel hidup mati antara Ki’ Cuan melawan Limpai.Mencapai tengah hari Ki’ Cuan telah mengeluarkan segenap kemampuan nya.Tapi,Limpai belum juga dapat di kalahkan.Walau semua senjata seperti Tombak,Keris,dan Parang sudah di gunakan,tapi tetap saja,Limpai tak bisa di kalahkan.

Lalu,keduanya sepakat beristirahat.Sambil bersitirahat Ki’ Cuan makan sirih dan campuran nya dengan urak ( lesung kecil sepanjang 15 cm dan berdiameter sekitar 5 cm,dari kayu atau bamboo,berfungsi sebagai wadah pelumat capuran sirih.Untuk melumatkan campuran sirih di dalamnya di gunakan alu kecil dari besi bergagang kayu biasa disebut mata urak,red.).Sebagian dari sirih yang telah di lumatkan,dan sebelumnya telah di mantrai,di berikan nya kepada Limpai.

Setelah itu perkelahian pun di lanjutkan.Karena tidak ada senjata lagi yang bisa di gunakan, Ki’ Cuan menjadikan mate urak sebagai senjata.Pertempuran berjalan terus.Namun keduanya masih terus bisa bertahan.Selama itu Ki’ Cuan terus berusaha mengambil kesempatan untuk berada di bawah perut Limpai.Pada saat itulah Ki’ Cuan menusukan matanya urak nya ke perut Limpai.Sekejap kemudian makhluk yang telah menggegerkan kampung Ki’ Cuan ini pun roboh.

Sebelum Limpai menghembuskan nafas terakhir,Limpai bersupah : “ Mulai saat ini setiap keturunun Ki’ Cuan tetap akan jadi muso bebuyutan ku. “

Karena sumpah itulah,hingga kini,masih banyak yang percaya,di tempat Ki’ Cuan bertempur melaawan Limpai – daerah sekitar Genting Apit,jika menyebutkan diri sebagai keturunan Ki’ Cuan,Limpai akan datang ke tempat tersebut.Sebab,itu sama saja artinya,mengundang limpai untuk berkelahi (Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib)

Page 44: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Riwayat Batu Meja/Batu RakitPada zaman dahulu,karena ancaman yang terus menerus dari para lanun atau bajak laut yang datang merapok ,membunuh dan menculik perempuan,hidup dipinggir pantai bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi penduduk pulau Belitung .Begitu pula juga dengan kehidupan didaerah Sijuk .penduduk daerah ini lebih memilih berdiam jauh dihutan-hutan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berkebun kecil-kecilan,Hingga hasilnya hanya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

Diantara penduduk tersebut ,adalah seorang pemuda gagah berani bernama Bujang Anom .Ia berpikiran bahwa hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan tidak menyenangkan tersebut tak dapat dibiarkan begitu saja.Hingga satu-satunya cara yang dapat dilakukan adalah hanya dengan melawan lanun tersebut .

Pemikiran Bujang Anom ini wajar .sebab ia dikenal sebagai pemuda yang memiliki kesaktian luar biasa .Sehari-hari ,Bujang Anom suka duduk diatas sebuah batu besar tak jauh dari pantai,Disekitar muara sungai Sijuk .Dari batu besar itu lah ia selalu mengintip kedatangan para lanun saat ingin menyerang penduduk yang tinggal di pedalaman melalui muara sungai Sijuk .

Hatta,suatu hari dari kejauhan nampak beberapa buah perahu mendekat kearah muara sungai Sijuk .Mengetahui kedatagan para lanun tersebut ,penduduk pun segera bersiaga .Bersembunyi-bunyi disemak-semak dengan senjata siap ditangan.Sementa itu ,Bujang Anom bersiap diatas batu besar tempat ia biasa duduk untuk mengamati kedatangan para lanun tersebut .

Dengan segala kegarangannya ,beberapa puluh tombak dar ibibir pantai ,dengan senjata terhunus para lanun telah bersiap –siap turun dari perahu .Namun, belum sempat menginjakan kaki didasar laut yang sedang surut,secara tiba-tiba dari balik sebuah batu besar muncul seorang pemuda.Pemuda yang tak sama kali bersenjata itu adalah Bujang Anom.

Kemunculan Bujang Anom yang sangat tiba-tiba itu,kontan membuat para lanun terkaget-kaget.Hingga mereka urung turun dari perahu.Malah hiruk pikuk teriakan para lanun yang siap turun ke pantai pun sontak berubah hening.Belum habis rasa kaget para lanun itu,tiba-tiba Bujang Anom memungut sebuah kerang besar berduri sangat tajam.Sekejab kemudian,dengan kedua belah kakinya,Bujang Anom menyepak-nyepak kerang berduri sangat tajam itu,bak memainkan bola kulit.

Pemandangan itu membuat para lanun kian terperangah.Kejadian seperti itu,dalam sejarah kejahatan mereka belum pernah di temui.Hingga mereka berpikiran,pastilah pemudah yang menyepak-nyepak kerang berduri itu bukan orang sembarangan.Tak mau mati konyol,seorang pemimpin para lanun itu turun ke pantai,mendatangi Bujang Anom.”Boleh kah kami masuk dan menambatkan tali sauh kami,hai orang muda,”serunya

“Tidak bisa “ jawab Bujang Anom,”Daerah ini bukan tempat bagi orang-orang jahat,”lanjutnya lagi sambil naik ke atas batu tempat dia bisa duduk.Sambil berdiri di atas batu itu,ia berteriak menantang,”Kalau ada yang berani melewati batu ini langkahi dulu mayatku !! “.Sekejab kemudian Bujang Anom menendang kerang berduri kea rah sebuah perahu para lanun hingga perahu itu karam dan hanyut di bawa arus sungai Sijuk.

Page 45: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Melihat situasi tak menguntungkan ini,pemimpin lanun yang tadi berbicara dengan Bujang Anom bertanya kembali.” Dimana penduduk daerah sini ? Siapa kepala adatnya ?”. “ Akulah orang nya “ jawab Bujang Anom lantang.” Seluruh anak buahku,penduduk sekitar tempat ini,berada di gunung.”Selangkah kau mendarat di tanah seluruh perahu ku hancurkan,” teriak Bujang Anom lagi.

Mendapatkan jawaban demikian seketika terkesimalah para lanun tadi.Karena situassi tak menguntungkan tersebut mereka pun urung melanjutkan rencana jahatnya.Sekejap kemudian mereka memutar balik perahu masing-masing dan kembali ke tengah laut.

Namun,aneh bin ajaib.Begitu perahu para lanun berbalik arah menuju ke tengah lautan,seketika itu juga Bujang Anom raib.Tak ada jejak yang mereka tinggalkan,keuali sebuah batu besar dengan permukaan datar,mirip sebuah meja.

Sementara itu semua penduduk yang sebelumnya memang telah siap dengan senjata di tangan,satu persatu mulai menampakan diri,keluar dari semak-semak.Tapi,tak urung mereka pun di liputi ke heranan luar biasa.Buajang Anom yang selama ini mereka kenal sebagai manusia biasa,tiba-tiba menghilang,malah sejak kejadian itu,Bujang Anom tak pernah lagi muncul di tengah penduduk.Singkat cerita,sejak kejadian tersebut,penduduk Sijuk bisa hidup damai dari gangguan para lanun.Perlahan mereka pun mulai menggantungkan hidup dari hasil laut.

Sementara batu tempat Bujang Anom berdiri,oleh penduduk setempat dinamai Batu Meja—sebagian penduduk ada yang menyebutnya Batu Rakit,dan di keramatkan.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 46: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Riwayat Keramat BujangDi satu bagian hutan, dikenal dengan nama Ai’ Membiding, Desa Bantan, terdapat dua buah makam, yaitu Makam Tu’ Rangga Tuban dan isterinya dan di Gunung/Bukit Bujang terdapat pula makam, dikenal sebagai Keramat Bujang. Dari dan untuk ketiga tokoh ini diceritakan tentang kehebatan Tu’ Rangga Tuban dan Bujang.

Menurut cerita yang berkembang di daerah Bantan,tu”rangga tuban berasal dari tanah jawa.beliau mempunyai dua istri dan seorang anak angkat bernama Bujang .kehebatan tu” rangga tuban ini sangat dikenal dan termasyhur keseluruh wilayah sekitar bantam kecik.

Dalam kesehariannya ,dilengan kirinya selalu terpasang sebuah batu asah yank dikenakan jika akan bertempur menghadapi musuh-musuh yang datang dari sungai dekat kampung bantan ,yaitu Ai”sapai.batu asah ini sekarang masih ada dan jika kita akan mengasah parang didaerah tersebut parang akan cepat tajam tapi selalu mengakibatkan luka bagi pemiliknya atau orang yang mengasah pisau ditempat itu.

Tu”Rangga tuban terkenal sebagai seorang pembuat perahu yang hebat di daera bantan,hingga didaerah ini terdapat satu tempat bernama lemong perahu ,yaitu tempat bekas Tu”Rangga tuban membuat perahu .

Satu hari,Tu”Rangga tuban melakukan perjalanan kepalembang..Disana Tu”Rangga tuban sempat membeli seekor burung puyuh yazng sangat lincah .Hingga dia menjadi direpotkan oleh burung tersebut .Akibatnya pada waktu jam tidur ia tidak bisa barang sekejab karena harus menjaga agar burung tersebut tidak lepas kelaut.Akibatnya Tu” Rangga tuban baru tidur pada siang hari ,sementara penjagaan burung itu diserahkan kepada awak perahunya .

Setiba di Belitung Tu”Rangga tuban pun segara pulang dan langsung mengurus burung puyuhnya.Satu ketika ,saat sedang tidak dirumah ,burung itu lepas dari sangkarnya .Hingga Tu”Rangga tuban terpaksa harus menagkapnya kembali .Disusunya batu-batu besar untuk mernghalagi burung itu meloncat dan batu –batu ini sekarang masih ada tersusun sedemikian rupa sehingga burung puyuh tidak bisa melompatinya .Sekarang penduduk setempat masih percaya bahwa orang yang mengencigi batu tersebut akan jatuh sakit .Begitula diantara kehebatan Rangga tuban.

***

BAGAIMANA dengan kehebatan anak angkatnya ,Bujang?Pendek kata semua kehebatan Rangga tuban ditturunkan kepadanya,sehingga ia bisa menandingi ayah angkatnya itu.Namun,dasar anak berotot pendekar ,dengan berlatih sendiri,ia malah melebihi kehebatan ayah angkatnya .

Melihat hal itu, timbul rasa takut dan khawatir dalam diri Rangga tuban.Hingga muncul niat jahatnya untuk menghabisi Bujang. Apalagi ia pikir toh bujang bukan anak kandung sendiri. ia hanya seorang anak yang diambil dari kampung sebelah-yang sebagian penduduknya adalah orang –orang jahat ,berhasil ia musnakan .

Karena niat buruk itu bujang mendapat perlakuan lain dari biasa.kalau selama ini pergaulannya dengan penduduk setempat benar-benar diperhatikan,sekarang ia diberi

Page 47: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

kebebesan sama sekali .Melihat perubahan itu bujang jadi curiga .Tapi,setelah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan kepada ayah angkatnya,ia merasa tak punya salah apapun.ia selalu menghormati ayahnya,walau tahu ia hanya anak angkat.”Barang kali beliau benci karena merasa tersaingi dengan kehebatan dalam ilmu silat atau pun kesaktian lainnya ,”begitu dugaan bujang .

Tu”Rangga tuban juga selalu mecari-cari seteru dengan bujang .Ada-ada saja yang ia lakukan .mulai menyembunyikan parang milik bujang hingga membuang tommbaknya.

Satu ketika bujang tidak diberi makan sama sekali .Disinilah bujang kemudian merasa kalah .Bagaimana pun ia adalah anak penurut dan selalu mengikuti perintah orang tua.Misalnya,ia baru akan makan setelah disuruh orang tuanya seusai mereka makan .Tapi, kali itu tidak .Bujang pun kelaparan karena tubuhnya melemah ,ia tertidur sambil menahan lapar .

“Berhasil siasatku”, begitu latah Rangga tuban .Dengan demikian ,pikiranya,semua harta milik bujang akan jatuh ketangannya .untuk menyembunyikan niat jahat itu, bujang yang sedang tertidur lelap pun dibawa ke ume mereka dan ditidurkan dipondok di ume tersebutan . .

Malam hari pondok tersebut ia baker .Rangga tubakaan pun mengatur seolah-olah pondok itu dibakar tampa disengaja.Melihat pondok yang terbakar tersebut, berbondong-bondong penduduk sekitar memadamkan api yang makin mengganas .

Setelah api berhasil ditaklukkan apa yang terjadi dengan Bujang?Tampa diduga-duga ,Bujang keluar dari puing pondok yang masih berasap .setelah tahu yang terbakar pondok ume ,Bujang sadar bahwa ayahnya lah yang membawanya kepondok itu ,lalu memmbakarnya.

Bujang betul-betul heran dengan sikap ayahnya itu.yang ia fikir, mungkin ayahnya merasa tak mau dikalahkan siapapun termasuk anaknya sendiri .

Untuk mempercepat kehendak ayahnya itu pun bujang pun angkat bicara “Aya sebelumnye aku mohon map .ak la tau sejak lamak’,ikam nak nyawe aku..Tapi, untuk itu,ndao k kana de gunenye ngeluarkan semue ilmu ikam .sebab aku baru kan mati kalu’jari manisku dicucok kan ujong daun lalang “,

Tapi,sebelum dilakukan ia meminta agar permohonannya dikabulkan .”kuborkan aku antare langit kan bumi same-same kan harteku nok ade de ruma .masokan kedalam tajau lalu kuborkan sebela kiri ‘aku.Ampun kan semue sala aku”, Itulah permintaan bujang .

Usai mendegar permintaan dan mendegar kelemahan angkatnya ,Rangga tuban segera mengambil ujung lalang lalu menusukanya kejari manis bujang .setelah itu bujang pun meninggal dunia.

Sesuai permintaan bujang Rangga tuban pun menguburkannya diatas sebuah bukit bersama-sama dengan tajau (berisi emas ) disisi kirinya.Hingga habisla harapan Rangga tuban untuk memiliki harta bujang.

Page 48: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Sekarang tempat dimana bujang dikuburkan dikenal dengan nama bukit bujang dan kuburanya dikeramatkan orang dengan sebutan Keramat Bujang .

***

MENGENAI harta bujang yang ikut dsikuburkan ,saat ini, dikenal dengan tempayan Bujang Pernah suatu waktu,puluhan tahun silam,dua lelaki berniat,meminta harta tersebut.Maka bertapalah orang tersebut di kermat bujang.Setelah tiga hari tiga malam,rog Bujang dating menghampiri mereka sambil berkata,”Mikak kuang ngambik harte aku,tapi harus nyerakan dara urang nok di sayangek,” Sekejap kemudian raiblah roh Bujang.

Setelah berpikir sesaat kedua orang itupun kembali ke rumah nya sambil memikirkan apakah mereka harus meyerahkan darah orang yang mereka sayangi atau tidak mendapatkan harta yang mereka idam-idamkan.

Akhirnya,kedua orang itu pun menemukan jalan keluar.Yaitu,memalsukan darah segar dengan pati samak ( getah samak yang berwarna merah mirip darah.red ).Untuk melaksanakan rencananya,segerala mereka menebangi batang samak sekitar tempat tersebut dan mengumpulkan nya dalam sebuah wajan dan segera menyerahkan nya ke Keramat Bujang.

Tak lama kemudian datanglah roh Bujang dan memberi petunjuk agar menggali sebelah kiri kuburan tersebut.Sekitar tiga jam menggali tampak tutup tembikar yang tak lain dan tak bukan adalah tutup tempayan Bujang.Mereka pun segera melebarkan galian hingga akhirnya menemukan tempayan yang utuh dan mengikatnya pada sebuah pikulan agar mudah di angkat.Setelah semua beres,dengan bersemangat,mereka langsung turun dari bukit itu.

Setiba di Tebat Bedong,saking gembiranya,pemikul yang berada di depan berkata, “ Eu,rupenye balau nok de atas kuang juak de akalek.Pakai pati samak jak kite dapat ngambik harte karun nye,ndak perlu pakai dara segar segale.”

Sekejap setelah pemikul di depan mengakhiri ucapanya,aneh bin ajaib,pengikat tempayan itu putus dan menggelinding ke atas bukit serta masuk kembali ke tempat semula.Sementara tanah bekas galian bergrak sendiri menutup lobang galian.HIngga saat ini tak satupun ada yang berani meminta harta Kerama Bujang tersebut.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 49: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Sejarah Dan Misteri Batu Buyung/Batu BuyongDi antara bebarapa objek wisata yang ada di pulau Belitung,salah satu yang sering di kunjungi wisatawan local adalah batu buyung.

Obyek wisata ini berada di daerah paling ujung di selatan Pulau Belitung,terletak sekitar 110 km dari kota Tanjungpandan,batu Buyung bisa di capai menggunakan kendaraan roda dua maupun empat.

Kelebihan obyek wisata ini adalah sebuah batu seukuran lapangan bulu tangkis yang terlihat agak unik.Layaknya sebuah batu yang memang di letak kan di atas sebuah batu datar lain nya.

Selain sebagai tempat wisata,kawasan obyek wisata Batu Buyung ini juga di kenali masyarakat sebagai tepat yang memiliki nuansa magis cukup kuat.Hingga kerapkali orang-orang mendatangi Batu Buyung untuk bernazar,semisal meminta sesuatu seperti nomor buntut dan sejenisnya.

Banyaknya masyarakat yang menjadikan Batu Buyung sebagai tempat bernazar,tak terlepas dari cerita di balik keberadaan dan asal usul Batu Buyung itu sendiri.Yang konon hanya sebuah batu kecil seukuran kepala bayi ( buyng.red ) yang berasal dari Kerjaan Majapahit.

Di kisahkan,dalam satu misi perluasan wilayah,satu armada kecil dari kerajaan Majapahit melihat sebuah ” gosong ” yang aneh.Tampak seperti gosong,tapi pemandangan dari laut sangatlah indah.Terpesona dengan keindahan gosong tersebut,serempak semua awak perahu menghentikan pekerjaan.Mereka memilih menikmati keindahan tersebut daripada melakukan pekerjaan.

Namun demikian,kendati memiliki kesempatan,mereka tak berani langsung mendarat ke gosong tersebut.Takjub dengan keindahan gosong tersebu,para awak perahu kerajaan Majapahit seperti merasakan hanya mendatangi sebuah pulau tak ta berpenghuni saja..Tapi bedasarkan pengalaman di pulau-pulau lain,mereka merasa yakin bahwa gososng yang indah ini pasti ada penghuni nya.Dengan keyakinan tersebutlah kemudian mereka menyempatkan diri singgah sebentar untuk sekedar beristirahat sambil menikmati indahnya gosong tersebut.

Sesampai di tanah jawa,pimpinan armada kecil itupun segera melapor kepada raja.Menceritakan pulau temuan yang anggap ganjil dan penuh misteri ini.Mendapat laporan demikian raja merasa perlu untuk segera menanggapinya.Pertemuan singkat pun di gelar untuk memutuskan apakah pulau tersebut akan di beri tanda sebagai milik majapahit.Di akhir pertemuan raja menginstruksikan hulubalang membuat sebuah tanda berupa subuah batu yang di buat dari batu dapur ( Tanah liat yang di bulatkan,biasanya di gunakan untuk membuat dapur api di rumah-rumah di kampong,sebesar kepala buyung-bayi.red ).Mendapat instruksi demikian hulubalang pun segera menyiapkan sebuah batu dapur lengkap dengan tali rantai yang panjang sebagai pengikat pulau tersebut dari pulau jawa.

Setelah semua perlengkapan siap rombongan kedua pun berangkat menuju pulau misterius tadi.Berbeda dengan misi sebelumnya,kali ini anggota rombongan jauh lebih banyak.Singkat

Page 50: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

cerita setelah rombongan tadi sampai di pulau misterius tadi,mereka segera meletakan Batu Buyung di tempat nya sekrang ini.Dari Btu Buyung ini pula lalu di ikatkan rantai hingga sampai ke pulau jawa.Sedang sebagian kecil tetap tinggal untuk mengawasi sekaligus menjaga pulau tersebut agar tidak di ambil orang lain.Penjaga inilah yang konon masih menghuni daerah dimana batu tersebut di letak kan.Kepada beliaulah orang-orang minta sesuatu untuk kemudahan yang bersifat duniawi.

Saat ini Batu Buyung tadi sudah tidak seperti keadaannya pertama kali di bawa dari tanah jawa,yang hanya seukuran kepala bayi.Tapi sudah membesar hingga menjadi seukuran lapangan bulutangkis.Namun,yang aneh bin ajaib,letak Bati Buyung ini persis seperti sebuah batu yang memang di geletakan di atas sebuah batu datar lain nya.

Menurut pendapat setengah orang,jika batu ini di dorong baramai-ramai ia akan tergeser ke lautan.Tetapi karena sekarang sudah di anggap batu berpenghuni,maka orang tak berani lagimembuktikan nya.Pendapat lain juga mengatakan bahwa,penghuni Batu Buyung saat ini ada tiga orang.Yaitu Bujang Tanggok ( Melayu/Islam ),Taopekong Gambar Melayang ( Cina/Khong Hu Cu ), dan Penderas kilat Di Awan ( Kulit Putih/Kristen )

Pendapat lain juga menyebutkan bahwa,permintaan sesuatu kepada penunggu Batu Buyung ini akan bisa di kabulkan setelah peminta melakukan pertapaan yang sangat berat ujian nya.Mula-mula pertapa di lemparkan ke Gunung Baginda,lalu oleh penghuni Gunung Batu Beginda di kembalikan ke Batu Buyung.Lempar melempar itu terjadi sebanyak tujuh kali secara berulang-ulang.Nah,jika di pertapa berhasil melewati ujian pertama ini,maka si pertapa akan di lemparkan ke sebuah gosong bernama GOSONG PARAK ,untuk uji secara magis.Setelah seorang pertapa berhasil melewati ujian terakhir ini,barulah apa yang di inginkan dan di sampaikan pertapa sebelumnya akan di kabulkan.

Memang sejauh ini tak ada yang menceritakan sudah berapa banyak pertapa yang di kabulkan permintaan nya.Namun,sebagian masyarakat tetap yakin bahwa,batu yang semula hanya berukuran kepala bayi itu telah berubah menjadi sebesar lapangan buluhtangkis itu,tetap di jaga oleh pasukan yang di kirim oleh Raja Majapahit ketika menguasai Pulau Belitung,hingga jadi terkesan angker.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 51: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Sumur Berdarah/Perigi BerdarahCerita ini ada kaitan nya dengan cerita “Hiakyat Padang Penyengat “. Pada zaman kerajaan Balok berdiri,dari raja-rajanya sampai ke prajurit Kerjaan belum ada yang memilik senjata api.Yang di pakai hanya senjata Keris,Tombak,Lade,Kujor,Badik,Pedang ataupun parang panjang

Keris yang di pakai Raja Balok itu log 9,keris ini sangat sakti,hampir sama dengan keris Empu Gandring zaman Kerjaan kediri dulu.Keris ini di simpan di Keramat Sisilan.Keramat Sisilan sangat terkenal sakti nya,boleh di katakan sakti mandra guna,apa saja yang di katakan pasti jadi.

Senjata inilah yang di pakai perang untuk melawan musuh,baik untuk melawan lanun maupun perperangan antar kerajaan.Apabila terjadi perperangan,kerusuhan ( perkelahian ),selesai terjadi tragedy tersebut semua senjata di cuci pada perigi berdarah ( Sumur Berdarah.Red ) .Setelah itu barulah di simpan oleh pemilik nya.

Jadi Perigi berdarah ini gunanya adalah untuk mencuci senjata kerajaan yang pada senjata itu ada darah yang melekat.Darah-daah itulah yang di bersihkan di perigi itu,sehingga warga setempat menyebut nya dengan PERIGI BERDARAH/TELAGA BERDARAH

Setelah Raja-raja wafat,kerajaan Balok tidak ada lagi senajata-senjata prajurit,semuanya di kumpulkan dan di simpan pada perigi berdarah,kecuali senjata Raja dan pembantunya di simpan pada makam masing-masing.

Menurut Informan,sekarang keadaan perigi berdarah tidak tampak seperti dahulu karena sudah termakan oleh waktu,sebab mengingat sekarang ini sudah abad 21,sedangkan berdirinya kerajaan balok pada abad 17.

NB :Cerita ini saya tulis kembali yang sumber Cerita saya dapatkan berasal dari Masyarakat Balok yang di rangkum menjadi sebuah buku dan bertujuan untuk melestarikan budaya belitung khusus nya daerah balok.

Tunggu update kami selanjutnya!!!

Page 52: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Antu BerasukCerita yang telah tertutur dari mulut ke mulut dan berkembang luas di masyarakat Belitung ini bermula di sebuah kelekak ( kampong kecil zaman dulu,red.) yang sekarang bernama Simpang Tiga,Kecamatan Gantung,Belitung Timur.Hingga sekarang cerita ini menjadi semacam buku pegangan oleh para pemburu.

Berasuk merupakan salah satu cara berburu binatang huta,terutama pelanduk dengan bantuan anjing pemburu.Oleh karena asuk ( anjing,bahasa Belitung,red.) memainkan peran cukup besar,maka pemburuan ini di sebut nama berasuk.secara harfiah berarti hantu sedang berburu.

Umumnya,orang-orang yang sering berburu pada malam hari,pernah bahkan sering mendengar lolongan anjing menyayat hati menggambarkan kepiluan.Suara lolongan-lolongan anjing itu terdengar berasal dari hutan-hutan,terutama ketika bulan sedang purnama penuh.Konon,kabarnya suara lolongan itu pertanda sedang ada antu berasuk

Prosesi berasuk sendiri lazimnya di lakukan berkelompok dengan anggota 3 s/d 5 pemburu.Untuk mengarahkan binatang buruan biasanya terlebih dahulu memasang pepa ( penghalang,red ) terbuat dari ranting pohon kecil sepanjang 60 s/d 70 yang ditidurkan hingga setinggi 40 s/d 50 cm. pepa ini berfungsi sebagai pagar agar pelanduk yang terkurung dan tidak bisa melopatinya.Pepa ini lazimnya bisa mencapai 5 s/d 6 km,atau di sesuaikan dengan jumlah anggota dalam kelompok pemburuan tersebut.Pada rentangan pepa ,dalam jarak antara 80 s/d 100 meter sengaja di kosongkan untuk memasang jerat pelanduk atau lapun.

Lalu dimana fungsi anjing ? Nah anjing-anjing pemburu yang memang sudah terlatih biasanya di lepas di hutan.Dalam satu perburuan,jika terdengar suara salakan,berarti anjing sudah melihat seekor pelanduk dan segera mengejarkan.Berdasar suara salakan anjing itulah para pemburu mmendatangi arah darimana suara gonggongan tersebut berasal.

Akan halnya pelanduk yang terkurung dalam pepa biasanya tidak bisa keluar.Satu-satunya jalan keluar adalah ruang kosong pada rentangan pepa yang telah di pasangi lapun.Saat keluar di lubang itulah pelanduk akan terjerat atau masuk lapun.Pelanduk hasil buruan,bagian kepala di serahkan kepada kepala kampong sisanya di bagi rata antara anggota kelompok perburuan.

Kisah antu berasuk sendiri bermula di masa hidup penduduk Belitung masih betul-betul mengharapkan pada alam,terutama kepada hutan dimana orang Belitung masih banyak meninggali daerah pedalaman guna menghindari diri dari serangan para lanun atau bajak laut.

Alkisah,di sutu kelekak,sekarang Simpang Tiga,tinggalah sepasang suami istri.Sang suami adalah pemburu handal.Kehidupan keluarga itu tengah di naungi kebahagian.Sang istri sedang hamil.

Lazimnya orang yang sedang hamil,sang istri mengidamkan makanan yang aneh-aneh,dan harus dipenuhi.Suatu hari ia berkata pada sang suami,ngidam ingin makan daging “ pelanduk buting laki “.merasa kehendak itu adalh keinginan si jabang bayi dalam kandungan sang istri dan kecintaan mendalam pada istrinya,sang suami pun menyanggupi untuk memnuhi permintaan tersebut.

Page 53: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Singkat cerita setelah menyipkan perlengkapan,besama teman nya dan seekor anjing,ia berangkat ke hutan,mencari pelandok bunting laki,aku lum ken balik.”

Berhari-hari pemburu itu bersama teman-teman nya menjelajahi hutan untuk memenuhi kehendak istri.Tapi setiap berhasil mengkap pelanduk,yang bunting sekalipun,selalu pelanduk betina.Entah sampai kapan pelanduk laki bunting tidak akan di dapatkan.Naun demikian sang pemburu itu tetap bersikeras tidak akan pulang sebelum kehendak istri nya terpenuhi.

Karena sudah lebih dua pecan di dalam hutan,teman si peburu minta izin pulang ke kampung.Sang pemburu itupun tidak keberatan kepada teman nya,sebelum pulang,ia berpesan agar istri tetap bersabar karena pelanduk bunting laki belum di temukan karena itulah ia belum mau pulang ke rumah.

Setiba di kampung,teman si pemburu itupun menyampaikan pesan suaminya kepada istri nya.Ia juga menceritakan segala hal ihkwal perburuan nya yang selalu mendapatkan pelanduk betina yang bunting,tak pernah ketemu berjenis laki-laki

Mendengar cerita itu,betapa sedih hati sang istri pemburu.Sebab suaminya telah salah menerima ucapan nya sebab yang dia maksud bukanlah pelanduk laki yang bunting,tapi pelanduk betina,bunting yang dalam perut nya laki-laki.

Tiga bulan setelah kepergian suaminya berburu,denga bantuan pengguling ( bidan kampung,red. ),sang istri pun melahirkan bayi laki-laki.Sementara itu tak satupun penduduk kelekak,tersebut yang tau menau kabar sang pemburu di dalam hutan.

Puluhan tahun berlalu.Sang anak beranjak tumbuh besar,menjadi pemuda yang gagah.Namun,ia tetap bertanya-tanya,kenapa tak pernah melihat ayah nya.Maka ia pun menanyakan hal ikhwal ayah nya kepada sang ibu.Di desak anak satu-satunya sang ibu pun dengan berat hati menceritakan bahwa,ayahnya sedang pergi ke hutan untuk mencari pelanduk bunting laki buat dirinya semasa masih dala kandungan dan belum kembali hingga sekarang.

Mendengar cerita itu,sang anak merasa bahwa kepergian ayahnya yang tidak kembali lagi karena ia sendiri.Hingga,sejak mendengar cerita itu,ia berusaha untuk mencari ayah nya.Jalan pertema adalah menanyakan dimana ia bisa menemuhi ayahnya kepada teman ayahnya terakhir berasuk dulu.Oleh teman si pemburu,ia di beritau bahwa ayahnya sering terlihat di pinggir hutan dekat arungan/arongen ( aliran anak sungai yang melintas di sekitar pemukiman yang sering di gunakan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan air.red ).

Mendapat informasi tersebut,segera si anak pemburu itu menuju arungan di tepi hutan seeperti yang di tunjukan menunggu kemunculan ayahnya.Namun,setelah beberapa kali menunggu,sang ayah tak juga muncul.Karena itu ia pun mengubah cara untuk melihat dan menemuhi ayanya.,dengan cara bersembunyi.

Suatu sore tampak ayahnya terlihat singgah di tepi hutan dekat arungan.melihat keemunculan ayahnya,bukan kepalang gembiranya sang anak.Tak sadar ia memanggil nama ayahnya sambil berlari menghambur ke tempat ayahnya berdiri.Terperanjat ( terkejut dan kaget.red ) mendengar suara panggilan seorang anak dan berlari menghambur ke arahnya sang ayahpun segera berlari masuk kedalam hutan.

Page 54: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Kendati hasrat untuk melihat sang ayah telah terpenuhi,tetap saja sang anak belum merasa puas.Ia pun segera duduk di bekas ayahnya tadi duduk.Saking menahan jengkel ia menebang sebatang pohon rotan segab ( satu jenis rotan.red ).Sambil berjongkok potongan rotan tadi di buatnya simpai ( anyaman rotan berbentuk lingkaran yang biasa di gunakan untuk pengikat.red ) dengan menggunakan lipatan lutut dan pahanya sebagai ukuran.Setelah selesai,simpai tiupun di lepaskan nya dari lipatan kakinya.Karena hari sudah gelap,ia bergegas dengan meninggalkan simpai nya begitu saja.

Esok paginya sang anak kembali lagi ke pinggir hutan itu bermaksud untuk mengambil simpai nya yang tertinggal.Tapi apa yang di lihatnya ? Di kejauhan ia melihat ayahnya sedang asyik bermain-main dengan simpai nya kemaren.Sesekali simpai itu ia masukan ke atas kepala,ke lengan nya,kebesaran.Penasaran tak bisa mengenakan simpai tadi,ia pun segera duduk berjongkok.Tanpa sadar ia memasukan simpai ke lipatan lutut dan pahanya,hingga masuklah simpai tersebut dengan pas.Hingga ia tak bisa berdiri.

Melihat simpai itu masuk ke lipatan paha dan lutut ayahnya,sang anak pun segera berlari menghampiri.Ia pun segera menangkap ayahnya sambil menangis sesunggukan.

“ Sape kau lup ? ( siapa kamu ? ) “ Tanya sang ayah kepada sang anak yang memeluk nya itu,sambil terkaget-kaget.

Di Tanya demikian,si anak tak menjawab sepatah kata pun.Ia hanya mengelus-ngelus jenggot ayahnya yang panjang.

Dengan gemetar di pegang nya tangan si anak,sambil bertanya kembali, “ Sape kau ne sebenare anak mude ? “( Siapa kamu sebenarnya anak muda ? )

Si anak pun segera menjawab,” aku adalah anakmu,ayah aku lah anak yang ada di dalam perut ibu ketika ayah pergi berburu mencari pelanduk bunting laki,”

Mendengar jawaban si anak,sang ayah kerasa betapa lama waktu telah di lewatkan nya untuk mencari pelanduk bunting laki.Kalau melihat anak yang besar dan kuat di hadapanya,pastilah sudah pulahan tahun..Menyadari hal itu,ingin rasanya ia kembai pulang ke rumah tinggal bersama anak dan istrinya.Tapi karena ia telah bersumpa bahwa,ia tidak akan kembali sebelum membawa pelanduk bunting laki di tangan nya ia mengurungkan niat tersebut.

Sang anak pun terus berusaha membujuk ayahnya agar segera kembali.Lagi pula,idaman ibunya sudah tidak mungkin di mintai karena si anak sudah lahir dan sudah tumbuh sehat dan baik.

Kendati sudah di bujuk-bujuk sang ayah tetap bersikeras akan terus mengembara di hutan belantara mencari pelanduk bunting laki.Ia pun berkata pada anaknya.” Baiklah nak,sekarang kau pulang lah.Sampaikan kepada ibumu,aku tak akan kembali sebelum pelanduk bunting laki ada di tanganku.”

Cuma pesan ku,lanjut si pemburu,”Jika kau pergi berasuk perhatikan pesan ini.Jika berasuk bulan purnama sembilan ( hari kesembilan bulan muncul ),jangan kau ambil pelanduk yang lekat di sebelah kiri,tengah dan kanan dari lapunmu.Pelanduk itu bagian ku.Lalu,jika bulan raya tujuh belas ( hari ke -17 bulan muncul,purnama penuh ),itu bagian ku.Dan kalau bulan purnama sudah ke -27 dan seterusnya,kami sudah ke laut untuk mencari ikan.’

Page 55: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Mendengar pesan itu,si anak jadi heran kenapa ayahnya masih juga mau mendapatkan pelanduk.Seteleh di terangkan si ayah,barulah ia tahu bahwa,ayahnya telah terikat oleh sumpah di hadapan ibunya.Dengan berat hati,si anakpun mohon diri kepada ayah nya sambil berujar.” Ayah,bagaimanapun kau tetap ayahku.Namun jika ayah tidak mau kembali ke rumah,apa boleh buat.Ananda akan mematuhi pesan ayah dan akan ku jaga ibu baik-baik.Ananda mohon pamit ayah,” Sesudah mengucapkan kata-kata perpisahan itu,sang anak pun melepaskan simpai yang “ Menjerat “ kaki ayahnya dan sang ayah segera menghilang ke hutan belantara,melanjutkan pemburuan nya.

Setiba di rumahSang anak menceritakan perihal pertemuan dengan ayahnya di pinggir hutan tadi.Sang ibu pun isa memahami bahwa suaminya tak akan kembali ke masyarakat ramai dan ia segera berdoa semoga kesalahanya di ampunkan yang kuasa.Sejak itu kedua anak beranak ini selalu memperhatikan tanda-tanda purnama dan sang anak selalu melakukan ayahnya demi “ pengabdian “ kepada sang ayah.

***

Menurut informasi,setiap pemburu yang mendapatkan pelanduk di lapun mereka pada bulan ke sembilan,tak pernah mereka mengambil pelanduk-pelanduk yang terjerat di lapun pertama,tengah dan akhir.Demikian pula ketika pada purnama penuh tujuh belas,mereka tak pernah mengambil pelanduk yang lekat di lapun yang selang seling.

Bahkan,menurut cerita,banyak pemburu di belitung tak berani pergi berburu ke hutan pada malam purnama penuh tujuh belas hari bulan,karena mereka takut atau khawatir bertemu dengan antu berasuk.Namun,bagi pemburu berpengalaman,bulan purnama tujuh belas itu justru menjai saat yang tepat untuk berburu.Konon kabarnya,mereka dapat mengajak antu berasuk tadi untuk bekerjasama berasuk dengan sistem bagi hasil.Jika kena lapun ganjil berarti punya antu berasuk dan jika kena lapun genap berarti milik pemburu.Pada malam tujuh belas ini sering terdengar lolongan asuk merindukan tulang,konon kabarnya suara lolongan itu adalah milik anjing si suami tadi yang masih terus gentayangan di hutan-hutan bersama sang tuan nya.

————————————————–**——————————————————-

Arti Kata Dalam Bahasa Belitung Pada Cerita Di Atas

Kelekak : Kampung/desa kecil zaman duluAsuk : AnjingBerasuk : Salah satu cara berburu binatang huta,terutama pelanduk dengan bantuan anjing pemburuPepa : Penghalang terbuat dari ranting pohon kecil sepanjang 60 s/d 70 yang ditidurkan hingga setinggi 40 s/d 50 cmArungan/Arongen : aliran anak sungai yang melintas di sekitar pemukiman yang sering di gunakan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan airPengguling : Bidan kampung,biasanya bertugas membantu wanita yang ingin melahirkanBunting : HamilSape : SiapaLup : Merupakan penggalan kata dari kata KULUP yang berarti panggilan atau kata sapaan untuk laki-laki yang masih remajaLapun : Jerat untuk memburu pelanduk

Page 56: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Antu Berasuk : Secara harfiah berarti hantu sedang berburuTerperanjat : Terkejut atau KagetSimpai : Anyaman rotan berbentuk lingkaran yang biasa di gunakan untuk pengikat

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 57: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Asal Usul Atau Sejarah Beripat Dan BeregongDi kisahkan,pada zaman dahulu,di kelekak Gelaggang (sekarang desa Mentigi) tinggal seorang gadis.Dizamannya ia bisa dikatakan yang tercantik.Kecantikkan si gadis itu telah membuat para pemuda baik dari kelekak gelaggang, maupun kelekak sekitar,ingin mempersuntingnya.

Namun,lantaran banyaknya lamaran datang,orang tua si gadis sulit untuk memutuskan siapa pemuda yang patut ia terima sebagai menantunya.Apalagi orang tua juga tahu bahwa,sebagian besar pelamar itu berilmu tinggi.Misalnyalnya,hanya dengan menunjuk saja ,burung yang berterbangan akan jatuh .atau pohon yang ditampar bisa langsung meranggas dan sebagainya.karena itulah,selain sulit menerima,orang tua sigadis juga kesulitan untuk menolak.

Dalam kebinggungn itulah akhirnya orang tua si gadis itu pun menemukan jawaban.Ia tidak akan menolak atau menerima satupun dari lamaran tersebut.Ia akan baru menerima lamaran tersebut dengan satu syarat .Yaitu yang berhak mendapatkan anak nya adalah lelaki pemenang undian,dimana undian nya di tetapkan sendiri oleh peminang,tanpa campur tangan nya

Diberi syarat demikian,para peminang setuju.Mereka sepakat untuk melakukan permainan pukul-pukulan dengan rotan,mengadu ilmu masing-masing.Siapa yang kena di bagian punggung di nyatakan kalah.Tapi,jika kedua-duanya sama terkena pukulan,yang keluar sebagai pemenang adalah adalah yang menerima pukulan paling sedikit.Mereka juga sepakat menentukan hari permainan.

Hari yang disepakati itupun tiba .Hari itu para peminang berkumpul di satu gelanggang yang telah disediakan .siap memainkan adu pukul –pukulan dengan rotan.Sementara itu,baik penduduk kelekak gelaggang maupun dari kelekak sekitar,berduyun-duyun datang ke geleggang untuk menyaksikan adu sakti tersebut.Sebagai pengiring dipukul gong,kelinang,tawak-tawak,gendang dan ditiuplah serunai.

Seiring bunyi-bunyian tersebut ,jago-jago tadi pun mulai ngigal (menari berputar-putar,red.)sambil berseru :”ini die no”ritembab,cube pute (nah, ini die dari kelekak ketembab,coba lawan).seruan itu sambil ngigal ,disambut jago lain,dengan beseru :”ini no”ri balai ulu,nda”nulak pasang”.Sementara yang lain berseru pula,”ni buntake no”riNandong ,dirit bangkai_e”.(ini dari kelekak nandong ,diseret bangkainya,tidak akan mundur).Dan lain-lain seruan yang menandakan keberanian mengahadapi siapa saja.Pendek kata,di seling alat musik,terjadi perang seruan antara para jago tadi.

Sementara itu jago-jago lain memperhatikan untuk mencari pasangan beripatnya dan bila ada yang telah menyetuujui,masuklah ia ke gelanggang tepat ngigal tadi.,sambil menepuk punggung bahu pengigal tadi berteriak “ kiape re “ ( gimana sudara ) seruan itu akan di jawab pengigal musuh dengan jawaban “ Tulai “ ( Jadi.)

Page 58: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Menurut cerita dalam pertandingan tersebut,karena sebagian peserta adalah orang-orang berilmu tinggi dan sama-sama tidak terkalahkan,tidak seorang pun yang kalah maupun menang.

Demikian dongeng ringkas tentang beregong/beripat.Atraksi budaya beregong /beripat,saat ini sudah jarang dimainkan.Biasanya dimaikan pada acara tertentu saja,seperti acara Maras Taun.

Namun untuk menggelarnya tidak mudah,karena harus dimainkan dengan pendukung lengkap.Di mulai dari selamatan,pembangunan rumah tinggi ( balai peregongan ) setinggi 6 s/d 7 meter yang di beri tangga buat para penabuh naik untuk memainkan alat musik pukul,seperti : dua buuang gong besar,satu buah tawak-tawak,delapan buah kelinang,dua buah gendang panang serta sebuah serunai.Untuk menaikan alat-alat musik ini ke balai peregongan harus di pimpin seorang dukun atau ahli waris pemilik gong.

Permainan beregong/beripat ini di pimpin seorang dukun kampung di bantuu seorang juru pisah dan pencatat.Permainan itu di selenggarakan pada malam hari.Setelah gong di bunyikan ramailah pemain menari-nari ( ngigal ) sambil berseru-seru seperti seruan peminang putrid cantik yang menjadii pemicu adanya permainan ini di zaman dahulu.Jika seorang telah mendapat lawan,mereka berdua pergi ke tempat dukun,lalu petugas menanyakan apakah sudah kenal sebelumnya dan lain-lain.Ada juga isyarat bahwa jago yang bertanding tidak boleh datang dari kampung yang sejalan.

Setelah dukun tidak keberatan,keduanya membuka baju mereka dan harus terlepas dari pinggang ke atas.Untuk melindungi kepala dan telinga,bagian kepala di tutup dengan sehelai kain.Sementara tangan kiri dii kebat ( bungkus.red ) guna menangkis pukulan lawan,juga menggunakan kain sampai sebatas lutut.

Sebelum di mulaii dukun pun akan memberi tahu peraturan yang harus di taati,semisal : tidak boleh menyerang dengan mengecoh ( menyerunduk ),harus saling serang dan tidak menyerang bagian kepala ataupun bagian pinggang ke bawah.Pukulan yang di anggap sah adalah yang kena bagian belakang.

Sebelum pertandingan di mulai kedua rotan pemain di periksa dan di ukur sama panjang,kemudian di gosok dengan air jampi-jampi ( mantra ) yang sudah di sediakan sebelumnya.Konon kabarnya,air jampi ini berkhasiat untuk menahan sakit meskipun kena pukulan berbekas besar (bintor,istilah setempat.red ) tapi baru terasa sakitnya setelah sampai di rumah.

Setelah rotan di beri air jampi,semuanya bersiap-siap.Kedua pemain pun masuk ke gelanggang di iringi tampik sorak penonton.

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 59: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hikayat Putri Sri PingaiCerita ini ada hubungan nya dengan kisah Tuk Pancor yang setelah sekian lama bermukim di kelekaknya tak juga memperoleh seorang anak.Hingga sunyilah rumah nya sepanjang hari.

Suatu hari pada musim selatan,air laut sedang surut pada pagi hari,Tuk Pancor dan Nek Pancor menghilir ke laut untuk menangkap ikan.hari itu,dari pagi air sudah bergerak pasang,belum seekor ikan pun yang berhasil di tangkpa oleh pasangan suami istri.

Satu ketika alat pengakap ikan mereka berhasil menangkap beberapa ekor ikan dan sepotong bamboo.setelah ikan di ambil bambu itu pun di buang kembali ke laut.anehnya,ketika mereka kembali mengangkat pengakap ikan nya,selalu saja bambu itu terikut.hal ini membuat Tuk Pancor gusar.setelah berulang kali terjadi bamboo tadi ia ambil dan di letak kan di dalam kapal.ketika air semakin pasang, pasangan suami istri ini pun memutuskan pulang.

Matahari sudah hampir tenggelam ketika pasangan suami istri sudah sampai di rumah.Nek Pancor langsung membenahi hasil tangkapan hari itu.sebagian di siapkan untuk hidangann santap malam.dan sebagian lagi unttuk di garami ( di keringkan ).sedangkan Tuk Pancor membenahi alat penangkap ikan.bambu yang mereka bawa pulang tadi di taruh di kaki tangga di depan pondok.

Ke esokan paginya Tuk Pancor bermaksud berburu kijang ke hutan.Nek Pancor memasak nasi untuk bekal alat penangkap kijang –(di sebut lapum) telah di siapkan.setelah hsemua siap,Tuk Pancor berangkat ke hutan.cuaca pagi itu sangat cerah.

Sepeninggal suaminya berburu Nek Pancor bersiap-siap untu menjemur padi di halaman depan rumah.padi sebanyak satu ambin.( 2 kaleng minyak anah ),di hamparkan di atas sehelai tikar.untuk menjaga agar tikar tidak di terbangkan angina,pada setiap sisinya dipasang kayu melintang.salah satunya bambu yang di bawa suaminya dari laut kemarin.Nek Pancor duduk menunggui jemuran padi sambil sesekali masuk ke dalam rumah.

Satu keanehan luar biasa terjadi.cuaca yang tadi nya cerah dan terang benderang seketika menjadi gelap gulita,seperti malam hari.awan gelap menggumpal-gumpal seiring dating gerimis.titik-titik hujan pun secara perlahan berubah menjadi hujan lebat.dalam lebatnya hujan,tiba-tiba terdengar suara letusan keras.Nek Pancor,yang sedang sibuk mengangkat jemuran padi,terkejut bukan alang-kepalang mendengar letusan itu.

Nek Pancor lebih terkejut lagi, dengan apa yang dia dengar setelah letusan itu.sayup-sayup, di antara deru angina dan hujan,terdengar suara tangisan bayi.semula Nek Pancor tak percaya dengan apa yang di dengar nya itu.dalam hati,ia hanya beroikir, “ah ini gak salah pendengaran saja.”tapi ,begitu ia memusatkan perhatian ke asal suara letusan dasyat tadi, yakin lah ia bahwa itu bukan salah pendengaran.

Bukan hanya itu ia malah kaget,kerena bamboo yang ia gunakan untuk menggalang jemuran padi telah terbelah dua.lebih kaget lagi ia ketika melihat persis di tengah belahan bamboo tadi terdapat jabang bayi sedang menangis.Nek Pancor pun segera mengambil bayi itu dan segera membersihkan nya.setelah di bersihkan ,bayi itu ia selimutidan nini bobok kan hingga bayi itu berhenti menangis dan tertidur.

Page 60: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Seiring dengan itu hujan di luar pun turun semakin lebat.mbak di curahkan dari langit saja.air mulai menggenang di mana-mana.jemuran padi yang belum sempat di angkat Nek Pancor mengambang di halaman.

Di tengah hutan,Tuk Pancor yang tengah berburu di hutan juga kehujanan.dalam hujan lebat itu ia berhasil menangkap seeokor kijang besar dan gemuk.hasil tangkapan itu,membuat ia seeakan-akan tidak merasakan sedikitpun dingin nya hujan.kijang hasil buruan itu ia panggul di atas pundak dan bergegas pulang kembali menuju pondok.

Sementara hujan pun tak ada tanda-tanda akan berhenti.Malah terus makin hujan.Tiba pada suatu lemong ( cekukan sungai,red ) yang ari nya telah meluap perjalanan Tuk Pancor terhenti.Ia tak bisa menyerbang.Titian lemong telah raib terbawa arus air.Dihadapakan dengan kondisi demikian Tuk Pancor meletakan kijang nya dan memotong batang kayu jemang yang ukuran nya agak besar.setelah itu batang jemang ia rebahkan melitang hingga ujung nya hingga ke ujung serbang.sesaat kemudian Tuk Pancor kembali memanggul kijang nya dan menyebrangi titian dari kayu jemang tadi dengan langkah bergegas.Hingga sekarang,tempat Tuk Pancor meyerbang tadi di kenal dengan sebutan LEMONG TITI JEMANG,yang berarti cerukan sungai yang memilik jembatan dari batang jemang.

Singakat cerita,dalam lebatnya hujan,setelah bergegas akhirnya Tuk Pancor pun sampai di pinggir ladangnya.dari jauh dia bisa mulai melihat pondok.kian lama kian dekat.begitu memasuki halaman pondoknya ia tertegun mendapati hamparan tikar yang penuh padi mengambang.tak urung cemas dan curiga pun muncul dalam hatinya.apalagi semua pintu dan jendela tertutup,kecuali jendela kamar.

Dalam kecemasan nya Tuk Pancor memanggil-manggil istri nya.Tapi,kendati telah berkali-kali memanggil,tak ada jawaban.Dengan cemas, ia pun segera meletakan hasil buruan nya di tangga pondok.Sekejap kemudian ia masuk ke dalam pondok dengan parang terhunus di tangan kanan.Air dari pakaiannya yang basah bercocoran di lantai pondok.Di carinya Nek Pancor ke dapur.Tak ada,yang ia temukan hanyalah periok nasi yang sedang terjerang di atas tungku.

Terakhir,ia masuk ke kamar tidur.Bukan alang kepalang kaget Tuk Pancor ketika menyaksikan apa yang ia dapati di kamar itu.Nek Pancor sedang asing mengeloni bayi.Melihat kedatangan sumainya Nek Pancor pun segera memberi isarat gar tidak berisik.Tuk Pancor meras legah karena tidak terjadi sesuatu,seperti yang ia cemaskan sebelumnya.Tapi,hatinya dipenuhi tanda Tanya,darimana asal usul bayi tersebut ?

Saat Tuk Pancor sedang berganti pakaian perlahan-lahan Nek Pancor bangkit sambil berjingkat ia mengamit lengan suaminya dan mengajak kedapur.Nek Pancor pun kemudian menyeritakan hal ihkwal sang bayi.Terjawablah teka teki sang bayi bagi Tuk Pancor.

Dengann penuh kegembiraan pasangan suami istri inipun mengangkat anak si bayi tadi dan memberi nama “ SRI PINGAI “.Namun, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak Tuk Pancor sering memanggilnya manis.

Seiring dengan itu hujan pun mulai redah teringan kijang hasil buruan masih terletak di tergeletak di tangga depan pondoknya.Tuk Pancor bergegas keluar.Tak lama kemudian ia telah membuat api untuk mencabuti bulu kijang tadi.ketika Nek Pancor mau membantu ia melarang nya dan menyuruh agar Nek Pancor menjaga Sri Pingai.Semua urusan masak di

Page 61: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

ambil alih oleh Tuk Pancor.Setelah kehadiran Sri Pingai kehidupan pasangan suai istri ini selalu di penuhi kegembiraan.

Belasan tahun berlalu.Sri Pingai pun menjadi kembang kelekak “ TUK PANCOR”. Tapi belum seorang pun yang berani dan berhasil menggaet hatinya.

Suatu hari sebuah kapal mendarat dipinggir sungai sekitar kelekak “ Tuk Pancor”.Pemilik kapal itu kemudian di kenali bernama TEMANGGUNG SINGARANU.sebagai perjaka tulen,tentulah hatinya tergerak untuk menentukan pasangan hidup.

Pada suatu sore yang cerah Temanggung Singaranu berjalan-jalan di kelekak Tuk Pancor untuk besilaturahmi dengan penduduk kelekak.Sebagai pendatang baru,ia harus segera menyatu dengan masyarakat setempat.Sedang asik berjalan-asik ia meliaht seorang gadis cantik dengan rambut hitam tergerai sampai ke punggung,berhidung mancung dengan mata bersinar.Siapa gerangan dia,Tanya Temanggung dalam hati.

Karena merasa masih baru tinggal di daerah itu,Teanggung tentu saja masih menjaga diri untuk mendekati gadis cantik tadi.Namun sepanjang perjalan keliling kelekak ia tak bisa menghilangkan bayangan Si Gadis.Bahkan diamanapun dan kemanapun ia pergi selalu saja wajah sang gadis membayang di pelupuk matanya.

Setelah mencari tau kesana keamari,ia pun tau bahwa si gadis yang telah menggoda nya itu adalah Sri Pingai,anak Tuk Pancor,Kepala Kelekak yang sangat di segani penduduk setempat.Dan sekitar awak kapalnya.Dengan sikap berani Singaranu segera menghadap ke Pancor untuk melamar Sri Pingai.

Namun adat setepat tak bisa begitu saja menerima lamaran.Karena itulah Tuk Pancor pun belum mengiakan dan merestui kehendak Singaranu betapa pun ia menyadari bahwa hidup nya tak lama lagi dan Sri Pingai sudah cukup dewasa untuk berkeluarga.Maka tuk pancro pun meminta waktu 7 hari untuk memikirkan sebelum menjawab Singaranu

Tuk Pancor berpikiran bagaimana pun ia harus tau dulu asal muasal Singaranu sebagai calon suami Sri Pingai.Selama 7 hari tersebut,dengan menggunakan pihak lain tuk Pancor mencari keterangan tentang asal muasal Singaranu,kepada awak kapal atau anak buah kapal Singaranu.

Setelah mengetahui asal muasal Singaranu dan menilai cocok sebagai suami Sri Pingai,sampai lah waktu untuk menjawab lamaran Singaranu.Musyawarah keluarga dan saudara Tuk Pancor dan kaum tua lainya serta kemauann Sri Pingai sendiri bulat untuk meemutuskan menerima lamaran Singaranu.Berita gembira itu pun di sampikan kepada singarnu yang sudah tak sabar menunggu.

Setelah mendengar kabar gembira itu,Singaranu merasa legah.Karena baru kali inilah hatinya baru tergerak untuk berkeluarga dan ternyata keinginan itu mendapat sambutan baik dari keluarga Sri Pingai.Maka ia pun berjanji pada dirinya sendiri akan mengurus dan membela istrinya dengan sebaik-baik nya dan berusaha untuk tidak jauh-jauh dari Sri Pingai,apalagi setelah ia tau bahwa Sri Pingai adalah anak kesayangan Tuk Pancor.

Hari yang dii nanti-nanti itu pun tiba.Tuk Pancor menggelar perhelatann besar selama 7 hari 7 malam yang tiada tanding nya pada waktu itu.Segala bentuk permainan adapt setempat di

Page 62: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

gelar.Masyarakat kelekak Tuk Pancor bahkan dari kelekak yang jauh letak nya berdatangan untuk menghadiri perhelaan tersebut.Pendek kata,selama sepekan itu, kelekak Tuk Pancor berubah menjadi tak ubah seperti pasar malam.

Demikian lah,setelah perhelatan usai,Sri Pingai dan Singaranu menjadi sepasang suami istri dan tetap tinggal di rumah Tuk Pancor.Singaranu betul-betul tipe suami yang di harapkan Tuk Pancor dan Nek Pancor.Mengingat keduanya sudah tua, dan sudah mulai sakit-sakitan tanggung jawab rumah tangga itupun di ambil alih pasangan muda itu.

Namun ajal tetap ada di tangan kuasa.Suatu hari Nek Pancor menderita sakit keras.Tak lama kemudian ajal dating menjempunya.

Kematian Nek Pancor ini membuat Sri Pingai sedih bukan alang kepalang.Belum habis masa berkabung Sri Pingai,Tuk Pancor menyusul kepergian Nek Pancor.Tuk pancor di makam kan di kelekak,itu juga,berdampingan dengan makam isitri nya.( kini,makam keduanya bisa di temukan di bekas kelekak Tuk Pancor,tak jauh sekitar 8 km dari kembiri menuju arah air kundor membalong.Red )

Di tinggal kedua orang tua nya secara beriringan,tak pelak membuat keluarga muda yang masih mengharap bimbingan keduanya. Ini terpukul.Terlebih-lebih Sri Pingai.Setiap pergi mandi ke sungai tempat biasa ia sering di mandikan masihh kecil oleh mendiang Nek Pancor,setiap kali pula ia menangis.Menyadari kejadian itu,Singaranu tak mau berdiam diri.kalau di biarkan berlarut-larut bisa-bisa Sri Pingai menjadi gila.Singaranu pun berdiskusi dengan anak buah nya di kapal.Seorang anak buah Singaranu pun berujar,”Juragan,ku kira lebih baik kita membawa Sri Pingai ke tanah sebrang,ketenah kelahiran juaragan.apalagi selama ini juaragan belum pernah mengatakan keberadaan juragan.karena itu,inilah saat nya sekaligus untuk merubah sikap Sri Pingai.barangkali ia perlu suasana baru untuk menerima kematian orang tuanya”.

Mendengar saran simpatik tersebut Singaranu memutuskan untuk kembali ke negri asal nya memperkenal kan sang istri kepada keluarga nya,sekaligus menghibur istrinya yang terus berduka.Di siapkan lah segala macam bekal yang akan di bawa selama perjalanan,Bagian di dalam kapal juga di ubah,dengan memberi keperluan khusus untuk keperluan Sri Pingai dan Singaranu untuk beristirahat.

Tepat pada ssat keberangkatan kapal Singaranu,Semua kelekak Tuk Pancor pergi mengantar.mereka sangat terkesan dengan kehadiran Singarnu selama ini.Ia selalu memberikan bantuan pemecahan masalah yang di hadapai penduduk kelekak.Bahkan tak segan- segan mengerahkan anak buah kapal nya jika terjadi gangguan keamanan dari luar,seperti bajak laut/lanun.Itulah sebenarnya mengapa peenduduk kelekak Tuk Pancor rela meninggalkan ume barang sesaat. Untuk melepas kepergian Sri Pingai dan Singarnu menuju negrii sebrang.Bahkan,sebagian ada yang mengantar hingga ke muara sungia kembiri.

Begitu kapal Singarnu melepas jangkar tak urung isak tangis penduduk kelekak Tuk Pancor menggema di iringi lambaian.Seiring gerimis,perlahan kapal Singaranu bergerak meninggal kan kelekak Tuk Pancor menyusuri sungai kembiri menuju ke muara.Sebelumm akhirnya menuju laut lepas.

Rupanya alam pun ikut larut melepaskan kepergian Sri Pingai. setelah kapal Singaranu lepas dari muara sungai kembiiri dan berada di laut lepas turun hujan deras.seperti di curahkan dari

Page 63: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

langit.Persis seperti kondisi saat bamboo tempat asal Sri Pingai meledak.Seiring dengan itu gelombang laut pun mulai meninggi dan mengganas.

Dari pinggir sungai kembiri,sebagian penduduk yang mengantar kepergian Sri Pingai sampai muara,samar-samar menyaksikan kapal Singaranu terombang-ambing di permainkan gelombang laut yang kian mengganas dalam hantaman badai kapal itu pecah terbelah dua.Semua penumpang nya tak ada yang selamat termasuk pasangan Sri pingai dan Singaranu.Sejak kejadian itu penduduk kelekak Pancor pun hanya saja bisa mengingat-ingat Sri pingai.

Konon sejak kejadian itu hingga berapa tahun silam masyarakat sekitar kerap menemukan seekor buaya berbintik kuning di punggung dan dadanya di iringi seekor buaya gemuk dan pendek hilir mudik di sungai kembiri.Kedua buaya itu sering berhenti di tempat Sri Pingai semasa masih hidup di mandikan Nek Pancor serta berenang bersama teman sepermainan.Memperhatikan tingkah lakunya,masyarakat setempat beranggapan bahwa kedua buaya tersebut adalah jelmaan Sri Pingai dan Singaranu yang masih menghuni sungai kembiri.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 64: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hikayat Padang PenyengatKisah ini bermula dari kedatangan Adipati Cakaningrat I ke Belitung,yang semulanya bermukim di daerah Balok (Balok Lama) pada akhir abad 16 awal abad 17,di riwayatkan sebagai keturunan langsung bupati Mataram yang pertama.Menurut riwayat seetempat,saat Cakaningrat pertama datang di belitung,telah ada sebuah wilayah “kerajaan” local,yaitu kerjaan Badau yang takluk pada majapahit.Kerjaan ini didirikan seseorang bangsawan berasal dari Gresik,yang kemudian di kenali sebagai “Datuk Mayang Gresik” dan menamakan diri “Kiai Ronggo Udo”.

Berbeda dengan Cakaningrat Datuk Mayang Gresik mendarat di sungai Berang,dan kemudian menempati daerah gunung badau,antara daerah Pelulusan dan Nyuruk sekarang ini,dimana terdapat makam raja badau.Raja terakhir dari generasi ini adalah Kiai Ronggo Udo.Sayangnya beliau tidak mempunyai keturunan laki-laki.Beliau hanya mempunyai anak gadis bernama Nyai Sitti (Dewi) Kesuma yang kemudian menjadi isitri raja balok pertama yaitu Kiai Rangga atau Adipati Cakaningrat I atau Kiai gede Jakub.

Pada suatu waktu terjadi perselisihan antara kerajaan balok dan kerajaan badau,tentang siapa membawahi siapa.Raja balok mengklaim bahwa raja badau harus berada di bawahnya.Namun Raja badau tidak menerima keadaan ini,karena merasa lebih dulu dating ke belitung,di buktikan dengan adanya umbul-umbul merah putih yang di bawah dari majapahit ketika datuk mayang gresik tiba di belitung.Bukti-bukti sejarah tersebut hingga kini masih tersimpan di Museum Badau.

Keberatan Raja badau itu,membuat raja balok tidak senang dan kurang puas terhadap raja badau.Hingga setiap kali ada pertamuan antara keduanya,selalu terjadi adu mulut walau belum menjurus kepada adu fisik.

Setelah kesalapahaman itu berlarut-larut suatu hari datanglah utusan dari raja balok ke kerajaan badau untuk menyampaikan ajakan adu kekuatan atau perang tanding di kerjaan balok.Oleh raja badau utusan ini utusan ini disuruh menyampaikan kepada raja balok,agar siap menerima kedatangan guna memenuhi tantangan tersebut.Namun sebelum pulang orang-orang raja badau terlebih dahulu menggunduli kepala utusan raja balok tersebut.

Setiba di balok,murkalah raja balok atas perlakuan kurang ajar terhadap anah buah nya itu.waktu itu membotaki seorang utusan adalah penghinaan besar bagi kubu yang mengurus.Hingga Taja balok makin bersemangat untuk segera perang tanding dengan raja badau.

Akhirnya.waktu perang tanding itupun tiba.raja balok sudah menyiapkan penyambutan besar-besaran bagi raja badau disuatu lapangan terbuka,tempat ia biasa melatih para pengawalnya berperang,yaitu padang penyengat.raja badau merasa sangat gembira ketika tiba di lapangan itu,karena merasa akan menang dalam pertandingan tersebut.Kegembiraan raja badau itu rupanya tercium oleh raja balok,yang ia sindirkan dengan kegembiraan terakhir sebagai orang yang akan takluk

Maka di mulailah perang tanding antara kedua pasukan kerajaan.Namun,kendati semua system perang dan pertandingan sudah di lakukan tak ada juga pihak yang menyatakan diri sebagi pemenang maupun merasa kalah.Pada pertandingan terakhir tibalah giliran raja balok

Page 65: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

dan raja badau untuk saling adu kemampuan.Karena korban yang jatuh sudah sangat banyak mereka sepakat untuk tidak melakukan duel fisik secaa terbuka yakini adu sepak takraw.

Sebagai tamu raja badau yang di beri kesempatan pertama dan berhasil menyepak raga hingga 10 meter.Ketika giliran raja balok tiba suasana menjadi sunyi senyap,hening.dan raja balok mampu menyepak raga hingga lebih ari 12 meter.

Melihat kenyataan bahwa dirinya kalah dari raja balok,raja badaupun bersumpah,”Mulai detik ini tujuh keturunan kita tidak boleh bersatu (kawin) kalau ini di langgar maka celaka lah semuanya.”

Sesuai peran tanding semua anggota pasukan menuju sebuah telaga untuk membersihkan senjata tajam masing-masing,saking banyaknya anggota pasukan yang mencuci senjata,seketika air telaga itu menjadi merah,hingga kemudian telaga itu di kenal dengan sebutan TELAGA DARA.

Akan sumpah raja badau,hingga keturunan ketujuh memang masih perlu di perdebatkan.Namun,di desa bantam ada seorang tua dari badau berkeluarga dengan orang balok dan sudah delapan anaknya meninggal dunia.Setiap kematiannya sama,satu kakak tidak pernah punya adik.jika adik lahir maka sang kakak akan meninggal dunia,dan begitu seterusnya.Apakah itu karena sumpah Raja Badau ? wallahualam Bissawab.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 66: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hikayat Tuk KundoSekitar kilometer 30 dari Tanjungpandan menuju Kelapa Kampit, terdapat terdapat sebuah kampung bernama Parit Gunong. Berjarak 300 meter dibelakang kampung yang terletak di kaki Gunung Tajam ini, terdapat sebuah kuburan Islam, dimana salah satunya adalah Makam Datu’ Kundo. Beliau adalah salah satu dari murid Syekh Said Husein Abdullah, penyebar Agama Islam di Belitung.

Diceritakan ketika Tu’ Kundo datang ke daerah ini, kehidupan penduduknya masih diliputi suasana animisme. Tidak ada suasana Islam sama sekali. Sehari-hari, selain dari hasil buruan pelanduk, rusa dan burung, penduduk masih memakan lutong, kera serta Gadog (babi hutan, red.).Dalam suasana dan situasi seperi itulah Tu’ kundo dengan penuh semangat mcnyebarkan Agama Islam. Dalam riwayatnya tak diketahui asal-usulnya, apakah pendatang dari luar pulau atau penduduk setempat yang berguru pada Syekh Said Husein Abdullah. Namun, umum mengakui Tu‘ kundo sebagai penyebar Islam paling berhasil di antara tujuh murid Syekh Said Husein Abdullah.

Di kampung Parit Gunong ini, Tu’ Kundo menetap di pondok Mak Gadog, seorang janda yang memiliki gadis yang menginjak dewasa. Suatu hari datanglah lamaran untuk putri Mak Gadog. Karena tak ada keluarga yang ditunggu serta tak ada yang diajak bermusyawarah lagi, Mak Gadog pun menyetujui lamaran tersebut.

Setelah lamaran diterirna, dipersiapkanlah segala sesuatu yang berhubungan dengan acara kenduri yang akan dilaksanakan sesudah panen Mak Gadog tahun ini.jadi untuk persiapan, beras sudah tak ada persoalan lagi, tinggal lagi lauk-pauk kundangan. Maka Mak Gadogpun berusaha untuk mencari ikan d sungai dengan memasang tekalak. Perangkap ikan ini terbuat dan bambu yang dianyam berhentuk seperti terornpet dengan bagian depan agak kecil dan membesar pada bagian badan lalu mengecil lagi pada bagian belakang. Pemasangannya, bagian depan diletakkan menghadap arus air, hingga ikan yang yang masuk dan terkurung di bagian tengah namun tak bisa keluar lewat belakang karena ukurannya kecil.

Namun, ketika memasang tekalak, keberuntungan nampak masih belum berpihak pada Mak Gadog. Ditemani Tu’ Kundo, setiap malam mau mengambil ikan selalu saja tekalak-nya kosong melompong.

Pada suatu malam, tu’ Kundo datang seorang diri ke tempat Mak Gadog memasang tekalak. Tu’ Kundo curiga, kalau-kalau ikan dalam tekalak telah terlebih dulu diambil orang lain. kira-kira menjelang subuh tiba-tiba Tu’ Kundo melihat kelabat sebuah bayangan mendekati tekalak Mak gadog. Di tangan bayangan itu nampak benda berkilat memancarkan sinar warna keemasan. Melihat bayangaan itu, Tu’ Kundo segera bersembunyi dibalik sebuah pohon besar tak jauh dari tekalak Mak Gadog, sambil memperhatikan sosok dibalik bayangan tersebut.

Setelah diamati dengan seksama, Tu’ Kundo bisa melihat jelas bayangan tersebut. Yang ternyata seorang tua berbaju putih memegang sebuah tongkat berwarna keemasan. Yakin dengan apa yang diamatinya, segera Tu’ Kundo menyerang, karena mengira pastilah orang tua tersebut yang selama ini mencuri ikan-ikan dalam tekalak Mak Gadog. Rupanya kakek tua itu bukan sembarang orang. Kendati sempat melakukan perlawanan ia akhirnya bisa

Page 67: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

dikalahkan Tu’ Kundo. Namun belum sempat Tu’ Kundo membunuhnya, tiba-tiba kakek tua itu berkata, “Nak jangan kite lanjutkan perkelahian ini. Jangan ade di antare kite nok harus mati, sebab kan ngerugikan kite sendiri. Sekarang, gini saja’ Sebutkan ape saja’ nok kau endake, semue pasti kan kukabulkan.”

Tu’ Kundo heran dengan perkataan orang tua ini. Sebab terdengar seperti bukan orang sembarangan. Kanena itu diputuskanlah untuk tidak membunuhnya. Kepada orang tua itu Tu’ Kundo hanya minta nani mulut. “Kek, beri’ aku nani mulut,” ujar Tu’ Kundo.

Mendengar permintaan Tu’ Kundo, orang tua itu kembali bertanya, “untuk ape kau minta nani mulut, nak?”

“Untuk ngembantu’ ngalakan urang-urang nok nyalae’ aturan dan ndak nurut kan aturan agama kamek,” jawab Tu’ Kundo.

Mendengar jawab Tu’ Kundo, orang tua itupun membuka mulut Tu’ Kundo dan meludahinya sebanyak lima kali. Setelah itu, orang tua itu pun menghilang seiring datangnya pagi.

Ketika hari sudah semakin terang, Tu’ Kundo segera mengambil ikan dari tekalak Mak gadog. hari itu karena datang lebih dulu, Tu’ Kundo berhasil membawa ikan banyak sekali. Dalam perjalanan pulang Tu’ Kundo mencoba apa yang telah didapatnya dari orang tua tadi. Diarahkan pandangannya pada burung yang sedang berkicau, sambil berkata, “Sine’ kau burong” ajaib, semua burung yang dipanggil Tu’ Kundo terbang ke arahnya dan hinggap di pundak, hingga membuatnya kewalahan. Rupanya, kata Tu’ Kundo dalam hati, betul apa yang dikatakan orang tentang kehebatan seseorang yang memiliki nani mulut. Kalau begitu, fikir Tu’ Kundo, lebih baik ku musnahkan saja kera dan lutong di pohon-pohon yang ada di hutan ini. Sebab, masih banyak penduduk yang telah memeluk agama Islam saat itu yang memakan kera dan lutong.

Karena itu setiap melalui pohon yang dihuni kera dan lutong di sepanjang perjalanannya pulang Tu’ Kundo selalu berteriak “Matilah mika’ semue !” Usai berkata demikian serempak kera dan lutong yang ada di pohon berjatuhan ke tanah. Mati karena tuah nani milut Tu’ Kundo.

Setibanya di rumah, Tu’ Kundo menyerahkan semua ikan basil tangkapannya kepada Mak Gadog. Namun, ia tidak menceritakan pertemuannya dengan orang tua di dekat tekalak Mak Gadog.Sebenarnya dengan Mak Gadog ini, Tu’ Kundo merasa berhutang budi, karena telah menyediakannya tempat tinggal. Tapi menghadapi Mak Gadog ini sangat hati—hati dan tidak mauburu-buru meng-Islamkan-nya. Akhirnya, dengan kesabaran dan caranya sedikit demi sedikit Tu’ Kundo bisa mengajak Mak Gadog ke jalan Islam. Bahkan, ketika kendurian anaknya, Tu’ Kundo bisa meminta Mak Gadog untuk tidak menyediakan makanan yang diharamkan, seperti gadog, kera dan lutong.

Jadilah akhirnya Tu’ Kundo sebagai juru bicara Mak Gadog setiap ada tamu yang menanyakan tetang makanan kepada Mak Gadog “Mak Gadog ndak ade nyediakan nok ini agi’. Mun gi’ tadi’ se mimang banyak panggang gadog, kera kan lutong,” kata Tu’ Kundo kepada setiap tamu Mak Gadog.

Page 68: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Hingga akhirnya satu di antara undangan Mak Gadog berkomentar, “Mak Gadog ne mimang la beruba andang-andangan ini. Biasenye belau ne ndak keabisan nok itu te’. Tapi kitu te nda’ bagi’ barang sekerubitan.”

Mendengar komentar tamunya, Mak Gadog pun menyahut, “Sebenare aku tu ndak ade agik ko kan nok kitu. La kukaperkan semuenye.”

Lalu Tu’ Kundo pun menyambung, ” Mun Mak la ngaperkannye, make gadog, kera, lutong tadi’ jadi kaper semuenye.”

Rupanya kejadian pada selamatan anak Mak Gadog secara perlahan telah membuka hati penduduk Parit Gunong untuk mengikuti ajaran Islam.

Sementara, oleh Tu’ Kundo, cara-cara menyebarkan islam seperti di rumah Mak Gadog dikembangkan sebagai model dalam penyebaran agama Islam di daerah-daerah lain di kemudian hari. Setiap turun ke keleka’, dusun, kampung, ume, gunung dan lembahnye sekitar tempat tinggalnya dan wilayah sekitar tak pernah ada pemaksaan oleh Tu’ Kundo kepada penduduk, tapi dengan memanfaatkan situasi yang sedang terjadi di masyarakat. Hingga dalam syiarnya tidak pernah terjadi konflik masyarakat yang di—Islam—kaunya. Malah, dengan caranya itu, Tu’ Kundo jadi sangat populer di masyarakat.

Singkat cerita, setelah Usianya bertambah tua, Tu’ Kundo menghabiskan sisa hidupnya dengan mcnjadi imam jamaah mesjid Mesjid Air Batu Buding. Di situlah beliau menjadi guru mengaji sekaligus tempat bertanya masyarakat tentang segala yang berkaitan dengan Islam. Malah, menurut sebuah sumber, ada sebuah kitab suci Al Quran yang hurufnya sebesar jari kelingking bayi. Kitab suci tersebut dikenal dengan Al Quran Tu’ Kundo.

Di akhir hayatnya, Tu’ Kundo oleh masyarakat dimakamkan di sebuah pekuburan di Kampung Parit Gunong. Tak ada yang istimewa dengan makam beliau. Bentuknya sama seperti makam yang lain. Tapi oleh kuncen makam Tu’ Kundo, dipercava bahwa beliaulah yang hingga saat ini menjadi semacam penjaga penduduk Parit Gunong, terutama hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 69: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Asal Mula Keramat Gunung TajamPada masa pemerintahan Kiai Agus Bustam, bergelar Depati Cakraningrat IV (1700-1740 M) di Kerajaan Balok, Belitung, seorang mubalig Islam bernama Sayid Hasan bin Abdullah atau Syekh Abubakar Abdullah datang ke Belitung melalui Sungai Buding, sekitar 45 kilometer (km) dari Tanjung Pandan. Muhaligh asal Aceh ini bermaksud datang ke Belitung untuk menyebarkan agama Islam dan bermukim di Desa Buding.

Dari Desa Buding ini, beliau menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Pulau Belitung. Dalam penyebaran dan melakukan syiar Islam, Ia dibantu Tu’ Kundo, seorang muridnya yang terkenal. Tu’ Kundo inilah yang sering menobatkan orang yang sering dianggap kafir untuk masuk islam. Tugas cukup berat bagi seorang mubaligh. Karena itu tidak mengherankan kalau keduanya selalu mendapatkan tantangan. Namun, dengan hati tabah kedua mubaligh ini terus menjalankan kegiatan syiarnya. Singkat cerita, tanpa terasa sudah banvak daerah yang penduduknya telah masuk Islam. Setiap daerah yang penduduk nya telah masuk Islam, didirikan sebuah mesjid untuk tempat ibadah. Mesjid pertama yang dibangun Syekh Abuhakar Abdullah berada di Kampung Badau, sekitar 22 km dari Tanjungpandan.

Kuatnya syiar yang dilakukan Syekh Abubakar Abdullah hingga banyak penduduk masuk agama Islam, tak pelak membuat Kiai Agus Bustam yang pada saat itu tengah memerintah di Kerajaan Balok merasa takut kehilangan kepercayaan dari rakyatnya. Hingga ia melakukan berbagai cara agar kepercayaan rakyat kepadanya tak berkurang. Bahkan, ia tak segan-segan untuk bertempur.

Suatu ketika, Kiai Agus Bustam mendatangi Syekh Abubakar Abdullah untuk membunuhnya. Syekh Abdullah tak gentar. Sebagai seorang mubaligh beliau tak takut meninggal. Upaya Kiai Bustam untuk membunuhnya ia hadapi dengan gagah berani, hingga terjadilah perang tanding antara keduanya. Namun, setelah bertempur cukup lama dan berbagai jurus sudah dikeluarkan Kiai Agus Bustam, Syekh Abdullah tak juga terbunuh. Hingga akhirnya, Syekh tersebut berujar kepada Kiai Agus Bustam, “Raje kalu’ mimang benar-benar nak muno aku, ndak usa gini carenye. Tapi cukup pakai jarum emas nok ade bang keminangan aku terus cucokkan ke ujong jempol kaki kanan aku.”

Rupanya niat Kiai Agus Bustam untuk membunuh Syekh Abdullah memang telah bulat. Setelah tahu kelemahan Syekh Abdullah, tanpa membuang waktu ia mengambil jarum emas di keminangan Syekh Abdullah dan menusukkannya ke jari yang disebutkan. Seketika itu juga syekh dari Aceh itu roboh. Wafat meninggalkan dunia yang fana berbalut amal kebaikan serta nama besar sebagai penyebar agama Islam pertama di Belitung.

Sebenarnya, kepada Tu’ Kundo, Syekh Abdullah pernah berpesan, “Kalu’ aku mati kelak, kuborkan aku di antare langit dan bumi“. Namun, karena saat meningal Tu’ Kundo sedang di luar Belitung, oleh pengikut yang lain jenazah Syekh Abdullah dimakamkan pada sebidang tanah di sekitar hulu Sungai Air Batu, Buding.

Dua—tiga bulan setelah kematian Syekh Abdulhah, Tu’ Kundo kembali ke Belitung. Diceritakanlah oleh para pengikutnya kepada Tu’ Kundo tentang apa yang terjadi pada Syekh Abubakar Abdullah. Mendengar cerita itu, Tu’ Kundo terdiam. Tak tahu apa yang harus diperbuat. Yang ia ingat hanya pesan Syekh Abdullah kepadanya tempo hari.

Page 70: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Ingat pesan itu, ia pun berpikir keras menafsirkannya. Setelah difikir-fikir mengertilah Tu’ Kundo, yang dimaksud dikubur antara langit dan bumi adalah di atas puncak tertinggi gunung yang ada di Belitung.

Nah tak jauh dan makam Syekh Abdullah terdapat Gunung Tajam, gunung tertinggi di Belitung dengan dua puncak, kerap disebut Gunung Tajam laki dan Gunung Tajam bini. Diantara dua puncak ini, yang tertinggi adalah Gunung Tajam bini. Karena itulah, kemudian Tu’ Kundo memutuskan untuk memindahkan jasad Syekh Abdullah dari hulu Sungai Air Batu Buding ke puncak Gunung Tajam bini, yang berjarak sekitar delelapan kilometer.

Singkat cerita bersama pengikutnya yang lain, Tu’ Kando pun membongkar makam Syekh Abdullah. Satu keajaiban terjadi selama pembongkaran makam itu dilakukan. Jasad Syekh Abdullah yang sudah dimakamkan selama kurang lebih tiga bulan tak sedikit pun ada perubahan. Kalau pun ada hanya sebuah koreng kecil pada ujung jempol kaki kanannya, bekas tusukan jarum mas. Juga tak ada bau busuk yang menebar. Malah yang terjadi sebaliknya. Bau wangi merebak kemana-mana. Sebelum dibawa ke puncak Gunung Tajam laki, jasad Syekh Abdullah dibungkus dengan kulit kayu kepang.

Namun, masalah baru kembali dihadapi Tu’ Kundo. mengingat jalan dari hulu sungai Air Batu Buding menuju puncak Gunung Tajam laki yang berjarak sekitar delapan kilometer, hanya jalan setapak, Tu’ Kundo dan pengikut Syekh Abdullah kesulitan untuk menemukan jalan menuju puncak dan menentukan tempat yang cocok untuk untuk pemakaman. Untuk itulah kemudian mereka menetapkan kucing kesayangan Syekh Abdullah sebagai penuntun menuju puncak.

Singkat cerita, dengan dibungkus kulit kayu kepang, Tu’ Kundo beserta pengikut lainnya dan masyarakat mengiringi kucing kesayangan Syekh Abdullah menuju puncak Gunung Tajam. Satu keajaiban kembali terjadi. Sepanjang perjalanan menuju puncak tak hentinya semerbak bau kembang setaman.

Keajaiban lain juga terjadi, sesampainya di satu tanah datar di puncak Gunung Tajam laki, kucing kesayangan Syekh Abdullah mati. Kematian kucing tersebut dianggap Tu’ Kundo sebagai syarat bahwa di tempat itulah jasad Syekh Abdullah harus di makamkan. Sesuai dengan amanah, di tempat itulah kemudian jasad Syekh Abdullah dimakamkan.

Saat menggali kuburan untuk Syekh Abdullah kembali keajaiban terjadi. Selama tujuh hari tujuh malam penggalian, silih berganti menebar bau wangi dan busuk. Hal itu membuat masyarkat yang ikut ke pemakaman tersebut pulang, hingga akhirnnya menyisakan tujuh murid Syekh Abdullah. Akhirnya, setelah penggalian kuburan selesai jasad Syekh dimakamkan, sementara di ujung kakinya dimakamkan kucing kesayangan beliau.

Karena dikuburkan di puncak Gunung Tajam, Sayid Hasan bin Abdullah atau Syekh Abubakar Abdullah kemudian hari dikenal sebagai Keramat Gunung Tajam atau Datuk Gunung Tajam. Kini, makam Keramat Gunung Tajam itu menjadi tempat ziarah, yang selalu ramai dikunjungi orang terutama umat Islam

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib

Page 71: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

Asal Usul Pulau BelitungPada zaman dahulu, di Pulau Bali memerintahlah seorang raja yang adil dan bijaksana. Karena bijaksana dan adilnya, sang Raja sangat disegani dan disayangi rakyatnya. Dikisahkan sang Raja ini mempunyai seorang putri yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal hingga ke berbagai pelosok. Hingga setelah menginjak dewasa, banyak pemuda daerah lain hendak melamarnya untuk dijadikan istri.

Suatu hari di antara para pemuda yang datang melamar itu terdapatlah seorang putra mahkota. Namun apa hendak dikata, lamaran itu ditolak putri sang Putri, sehingga Baginda merasa heran. Begitulah yang terjadi hingga lamaran tujuh putra mahkota kerajaan lain selalu ditolak sang putri.

“Mengapa putriku selalu menolak setiap lamaran yang datang?” begitu tanya baginda dalam hati. Baginda raja merasa heran dengan kelakuan putrinya itu. Ia juga malu kepada raja-raja sekitarnya serta khawatir kalau-kalau ada sesuatu yang disembunyikan putrinya.

Karena penolakan tersebut selalu terjadi berulang-ulang, baginda pun bermusyawarah dengan permaisuri. Mencari tahu apa yang membuat sang putri menolak setiap lamaran pemuda yang ingin menjadikannya sebagai istri. Akhirnya, sepakatlah mereka berdua untuk memanggil sang putri dan menanyakan langsung kepadanya.

Pada satu saat permasisuri pun memiliki kesempatan yang tepat untuk memanggil putrinya dan menanyakan latar belakang tingkah lakunya. “Anakku yang cantik, mengapa selama ini ananda selalu menolak lamaran yang datang?” tanya sang permaisuri.

Ditanya demikian sang putri sempat terdiam sesaat. Akhirnya dengan berat hati, sedih bercampur malu sang putri pun menerangkan sikapnya. “Bukanlah ananda tidak mau menerima lamaran itu. Tapi, merasa malu dengan penyakit yang sedang ananda derita ini,” jawab sang Putri. “Penyakit apakah yang sedang Ananda derita?” tanya sang Permaisuri lagi.

Ditanya demikian sang putri kembali terdiam. Dia tak berani menatap ibunya. Sang Permaisuri pun segera mendekati sang Putri dan memeluk putri kesayangannya itu. Dalam pelukan permaisuri, sambil terisak, sang Putri pun menceritakan ihwal penyakit yang sedang ia derita. Ia menderita penyakit kelamin.

Mendengar jawaban itu, permaisuri pun mengerti dan merasa sedih dengan nasib putrinya itu dan menyampaikannya kepada baginda. Mendengar berita itu baginda sangat bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat sayembara. Dipanggilnya hulubalang istana.

“Hai hulubalang, buatlah sebuah pengumuman ke seluruh negeri ini. Barang siapa dapat menyembuhkan sang putri, sebagai hadiah akan dinikahkan dengan putriku,” perintah baginda.

Disebarkanlah pengumuman itu ke seluruh negeri. Banyak orang yang datang untuk mencoba menyembuhkan sang putri. Namun, setelah berbagai ikhtiar dilakukan, tak satu pun yang berhasil. Putuslah harapan baginda terhadap kesembuhan putrinya. Karena tak berhasil,

Page 72: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

baginda pun memilih menempuh jalan lain. Mengasingkan sang putri ke sebuah semenanjung, di sebelah utara Pulau Bali.

Setelah segala sesuatu disiapkan, diantar baginda dan permaisuri beserta pembantu-pembantu istana yang telah ditentukan, sang putri berangkat ke tempat pengasingannya. Sesampai di tempat yang dituju, di tengah hutan, sang putri ditinggal sendiri. Kemudian, setelah memohon kepada dewata bagi perlindungan anaknya, dengan sedih baginda pun meninggalkan tempat tersebut.

Sebetulnya di hutan itu sang putri tak sendiri. Ia ditemani seekor anjing, bernama Tumang. Sesekali waktu datang beberapa orang pembantu istana datang melihat keadaannya sambil membawakan segala keperluan hidup.

Suatu hari, ketika sang putri sedang buang air kecil, dilihat oleh Tumang, anjing peliharaannya itu. Lalu, Tumang pun menjilati air kencing sang putri, juga sisa-sisa air kencing yang melekat di kemaluan sang putri. Sang putri pun membiarkannya. Kejadian seperti itu berlangsung hampir setiap kali sang putri kencing dan cukup lama. Satu keanehan terjadi. Penyakit yang diderita sang putri berangsur sembuh.

Sudah menjadi hukum alam bahwa, manusia adalah makhluk yang lemah. Begitu juga dengan sang putri. Sebagai seorang gadis remaja, ia juga mendambakan kehangatan kasih mesra seorang kekasih. Karena tanpa pengawasan, ditambah lagi asmara yang sedang menggelora, maka perbuatan dengan anjingnya itu berubah sebagai pelampiasan nafsunya yang sedang menggelora. Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, kebiasaan sang putri berujung menjadi hubungan kelamin antara kedua makhluk berlainan jenis dan keturunan itu, hingga akhirnya sang putri pun mengandung.

Ketika rombongan dari istana datang meninjau, kelihatanlah bahwa keadaan putri telah berubah dari biasanya. Melihat keadaan itu, pemimpin rombongan menanyakan kejadian sebenarnya yang dialami sang putri. Setelah didesak, sang putri pun berterus terang dan menceritakan apa yang telah dilakukannya dengan si Tumang.

Begitu kembali ke istana, kabar buruk itu pun langsung disampaikan pemimpin rombongan kepada baginda dan permaisuri. Begitu mendengar kabar tersebut, bukan main murkanya baginda. Ingin rasanya ia segera menyudahi putrinya itu.

Setelah beberapa hari berfikir, baginda mendapat cara untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa putrinya tersebut. Pada suatu malam, baginda mensucikan diri dan memohon kepada dewata agar putrinya dihukum dengan jalan menghancurkan tempat yang dihuni putrinya berhubung tempat tersebut telah menjadi kotor, sehingga akan mencemarkan nama baik baginda.

Dengan kehendak dewata, beberapa hari kemudian turun hujan sangat deras disertai angin ribut yang sangat besar. Sekejap kemudian putuslah bagian semenanjung utara Pulau Bali yang ditempati sang putri diasingkan, lalu hanyut terapung-apung dibawa gelombang ke utara.

ADALAH Datu’ Malim Angin dan Datu’ Langgar Tuban, yang sedang memancing ikan menggunakan perahu sampan. Tengah asyik memancing, mereka berdua dikejutkan

Page 73: Riwayat Putri Nurjanu / Nibong Belegong Web viewMendengar jawaban tersebut,bukan main marah nya si anak berekor.Sekejap kemudian ia telah berhasil mengkap Tumang yang berdiri tak jauh

pemandangan aneh. Tak jauh dari tempat mereka memancing nampak sebuah pulau hanyut melintas terbawa arus laut.

Dalam keheranan, Datu’ Malim Angin segera mengayuh sampannya dan mengejar pulau hanyut tersebut. Begitu berhasil mencapai salah satu bagian pulau tersebut, Datu’ Malim Angin segera naik ke daratan dan mengikatkan tali sauh pada potongan sebatang pohon (konon kabarnya pohon mali berduri, red.). Setelah mengikatkan tali sauh di potongan pohon tersebut, Datu’ Malim Angin segera menancapkannya pada sebuah gunung dan melemparkan jangkarnya ke laut. Seketika pulau hanyut itu pun berhenti. Namun, karena baru terikat pada satu tiang, pulau itu terus berputar.

Melihat pulau tersebut masih terus berputar-putar, Datu’ Malim Angin pun berlari ke arah berlawan dari kayu pertama tadi. Pada sebuah gunung Datu’ Malim Angin berhenti dan mematahkan sebatang pohon baru’ (pohon waru, red.), lalu menancapkannya pada puncak gunung dimana ia tadi berhenti. Setelah itu barulah pulau hanyut tersebut berhenti berputar.

Secara turun temurun cerita pulau Bali yang Terpotong ini berkembang secara lisan di masyarakat. Lama kelamaan penyebutannya berubah menjadi Belitong.

Konon, gunung tempat pertama Datu’ Malim Angin menambatkan tali sauhnya dikenal dengan Gunung Baginde, terletak di Kampung Padang Kandis, Membalong. Gunung ini, oleh mereka yang percaya, dikenal sebagai pancang Selatan Pulau Belitung. Dan, juga menurut mereka yang percaya, sampai sekarang Datu’ Malim Angin masih ‘mendiami’ / menguasai gunung tersebut. Sedang gunung kedua, adalah Gunung Burung Mandi.

 

Sumber Cerita : Buku Cerita Kampung Rakyat Belitung oleh Bule Sahib