risalah dakwah fakultas kedokteranmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/rmdfk-fuldfk...risalah...

102

Upload: dodat

Post on 01-May-2018

262 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi
Page 2: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

RISALAH

MANAJEMEN

DAKWAH

FAKULTAS

KEDOKTERAN

Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia

2012-2013

Page 3: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

BOARD OF EXPERTS

Muhammad Tanri Arrizasyifaa

Pundra Adhisatya P

Sayyid Hakam

Tazkia Fatimah

Cyntia Evinur Ananda

Muhammad Ilman

Rialta Hamda

Heri Wahyudi

Indri Noor Hidayati

Rahayu Purwita Sari

Reqgi First Trasia

Page 4: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Foreword

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mengkaruniakan nikmat

yang berlimpah kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan

umat manusia sepanjang masa Rasulullah SAW.

Menyeru pada agama Allah adalah sebaik-baik pekerjaan sebagaimana firman Allah SWT:

”Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,

mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang

yang menyerah diri?’" – QS. Fushilat 41:33

Maka dalam melakukan kegiatan ini hendaknya para aktifis dakwah bersungguh-sungguh

dengan mencurahkan tenaga dan pikiran terbaiknya. Sudah menjadi salah satu karakteristiknya,

bahwa jalan dakwah itu panjang dan banyak tantangan. Untuk mengatasi hal ini maka metode

dakwah yang efektif dan efisien pun perlu dikembangkan, terkhusus dalam lingkungan dakwah di

kampus fakultas kedokeran. Alhamdulillah, saat ini hampir di seluruh fakultas kedokteran di

Indonesia telah ada suatu lembaga dakwah fakultas kedokteran (LDFK) di dalamnya. Namun ternyata

dalam keberjalanannya tetap banyak ditemui permasalahan dalam managemen lembaga dakwah

fakultas kedokteran ini, hal ini terjadi baik pada pada LDFK yang relatif baru ataupun yang sudah

cukup lama berdiri.

FULDFK Indonesia dalam hal ini sebagai wadah LDFK se-Indonesia, merasa perlu untuk

menyusun suatu Risalah Managemen Dakwah Fakultas Kedokteran (RMDFK) yang bisa dijadikan

rujukan dan panduan dalam mengelola LDFK. Hal ini sejalan dengan Renstra FULDFK Indonesia yaitu

”LDFK Berjaya 2017” , dimana diharapkan 80% LDFK berstatus sebagai LDFK Mandiri, karena jika

LDFK tersebut berstrata mandiri berarti kegiatan syiar islam, kaderisasi dan dakwah islam pada

umumnya berjalan dengan produktif, sehingga diharapkan semakin banyak nantinya lulusan fakultas

kedokteran yang berafiliasi kepada islam dan siap mendukung dakwah baik di dalam maupun diluar

profesi.

Setelah digagas lebih dari 2 tahun yang lalu, akhirnya sebuah panduan komprehensif untuk

manajemen dakwah di kampus fakultas kedokteran yaitu Risalah Managemen Dakwah Fakultas

Kedokteran (RMDFK) selesai dibuat. Dalam pembuatannya dihimpun berbagai pemikiran dan

pengalaman dari para kader dakwah terbaik yang telah mendalami dan membaktikan dirinya di

medan dakwah fakultas kedokteran. Di dalamnya dijelaskan bagaimana cara memanagemen LDFK

dari berbagaimacam aspek. LDFK hendaknya dapat dengan bijak menerapkan isi dari RMDFK sesuai

dengan kondisi di masing-masing LDFK, karena kondisi satu LDFK dengan LDFK yang lainnya

tentulah tidak sama seluruhnya. Sehingga semoga kita para aktifis dakwah di lingkungan kampus

Page 5: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

fakultas kedokteran dapat menjadi aktifis dakwah yang Profesional, yaitu bagian dari umat yang siap

memberikan bakti terbaik untuk dakwah, sebagaimana firman Allah SWT

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang

yang beruntung.“ – QS. Ali Imran 3:104

Surakarta, 25 Mei 2013

Ketua Umum FULDFK Indonesia

Yasjudan Rastrama Putra

Page 6: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Daftar isi

dakwah kita 1

Muhammad Tanri Arrizasyifaa

manajemen ldfK 5

Pundra Adhisatya P

manajemen tarbiyah 18

Sayyid Hakam

syiar universal 41

Tazkia Fatimah

syiar akademi & profesi 44

Cyntia Evinur Ananda

syiar kemasjidan 51

Muhammad Ilman

sistem organ kepengurusan ekstra ldfk 54

Rialta Hamda

dakwah profesi kedokteran 67

Heri Wahyudi

regulasi keuangan 78

Indri Noor Hidayati

penelitian & pengembangan 81

Rahayu Purwita Sari

syiar media 87

Reqgi First Trasia

syiar kemuslimahan 94

Reqgi First Trasia

Page 7: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH KITA | 1

1

DAKWAH KITA

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. – QS. An-Nahl : 125

"..Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu

tetap mempelajarinya”. – QS Ali Imran : 79

audaraku, Allah ‘Azza Wa Jalla menakdirkan manusia hidup di dunia dengan disertai pedoman hidup yang sempurna. Dia utus RasulNya dengan membawa risalah Islam sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Hidup dalam naungan Islam adalah nikmat tak ternilai yang tidak bisa

diganti dengan apapun karena ia adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Untuk itu, kita sepatutnya bersyukur menjadi seorang muslim. Rasa syukur itu selayaknya kita nyatakan dalam bentuk berusaha sebaik mungkin untuk menjadi muslim yang sebenar-benar muslim.

Proses menjadi muslim ideal adalah proses berkelanjutan karena tabiat manusia yang tidak

mungkin sempurna. Seiring berjalannya waktu, proses kita berusaha menjadi muslim ideal yang

dicontohkan oleh Rasulullah ShallaLlahu ‘Alayhi Wa Sallam harus terus berjalan. Selalu ada ruang

untuk terus membina diri dan menambah amal shaleh seiring kehidupan yang masih Allah izinkan

untuk berlanjut. Kuncinya satu saja: Islam.

S

Page 8: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH KITA | 2

Bersamaan dengan proses kita membina diri, kewajiban lain yang tidak dapat terpisahkan dari

keislaman kita adalah berdakwah. Menyampaikan kebenaran Islam kepada orang lain melalui

berbagai cara adalah kewajiban yang tidak boleh kita abaikan. Seperti pada ayat yang tersebut di

atas, generasi rabbani adalah generasi yang mengajarkan Alkitab dan tetap mempelajarinya.

Dalam ayat yang lain, Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman, “Dan hendaklah ada di antara

kamu segolongan umat yang menyerukan kebaikan, menyuruh yang ma’ruf, dan mencegah yang

munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. [QS Ali Imran (3) : 104]

Ayat tersebut diperkuat oleh ayat berikut, “Demi masa! Sesungguhnya manusia itu benar-benar

dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. [QS

Al ‘Ashr (103) : 1-3]

Oleh karena itu, kita harus berdakwah agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.

***

Dakwah secara bahasa berarti jeritan, seruan, atau permohonan. Ketika seseorang mengatakan

da’autu fulaanan, itu berarti berteriak atau memanggilnya. Adapun menurut syara’ (istilah), dakwah

memiliki beberapa definisi. Di sini akan disebutkan sebagian dari definisi tersebut.

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman

kepada Allah dan kepada apa yang dibawa Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang mereka

beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.

Sementara itu, Fathi Yakan mengatakan, “Dakwah adalah penghancuran jahiliyah dengan

segala bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum.

Setelah itu pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik dalam wujud

kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundang-undangan dan cara hidup, maupun dalam

segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan kehidupan.

Dapat kita simpulkan, dakwah Islam pada hakikatnya adalah seruan untuk berubah. Ia

merupakan usaha mentransformasi manusia pada tataran individu maupun masyarakat dari

kehidupan yang penuh kegelapan jahiliyyah menuju kehidupan yang mencerminkan cahaya Islam.

Perubahan individu menuju pribadi muslim sejati (syakhsiyyah islamiyyah) dilakukan dalam kerangka

transformasi sosial, karena terbentuknya pribadi muslim bukanlah akhir dari perjuangan dakwah.

Pribadi-pribadi muslim harus juga terbentuk menjadi pribadi-pribadi da’i (syakhsiyyah da’iyyah)

sehingga mampu berperan aktif dalam melakukan perubahan sosial.

Cita-cita akhir dari dakwah ini digambarkan oleh ayat, “Dan perangilah mereka itu, sehingga

tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka

berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang

yang zalim”. [QS. Al Baqarah (2) : 193]

Fitnah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah syirik, sebagaimana ayat berikut, “Kelak kamu

akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang bermaksud supaya mereka aman dari pada kamu

dan aman (pula) dari kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik), merekapun terjun

kedalamnya”. [QS. An Nisaa (4) : 91]

Page 9: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH KITA | 3

***

Saudaraku, dakwah yang kita lakukan juga merupakan cara kita menyelamatkan diri dari siksa

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala baik di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat

menyelamatkanmu? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah

dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang

mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam

jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai

(yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang beriman. [QS Ash Shaff (61) : 10-13]

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru

kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu[605], ketahuilah bahwa sesungguhnya

Allah membatasi antara manusia dan hatinya[606] dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan

dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang

zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. [QS Al Anfaal (8) :

24-25]

Dalam Al Quran, orang-orang kafir laknatullah juga digambarkan dengan ketidakpedulian

mereka melihat kemungkaran. Allah berfirman, “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang

tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka

perbuat itu”. [QS Al Maaidah (5) : 79]

“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita

kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu

menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. [QS An Nisaa (4) : 104]

“Apabila Allah memberi hidayah kepada seorang hamba melalui upayamu, maka itu lebih baik

bagimu daripada yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.” (HR. Bukhari – Muslim)

“Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya

dengan tangan (kekuasaan)-nya. Jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan

lisannya. Jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan hatinya. Dan itulah selemah-

lemahnya Iman dan setelah itu tidak ada lagi iman sedikitpun.” (HR.Muslim)

“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, hendaklah kamu menyuruh kepada

kemakrufan, mencegah dari kemungkaran atau Allah menyegerakan pengiriman siksa dari sisi-Nya,

kemudian kamu berdoa kepada-Nya, lalu Dia tidak memperkenankan doamu.” (HR. Ibnu Majah dan

Tirmidzi]

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” [QS Ali Imran (3) : 110]

Dakwah bukan aktivitas mubah yang dikerjakan hanya di saat luang atau ibadah sunnah yang

dikerjakan selagi bersemangat saja atau fardhu kifayah yang cukup dilakukan oleh segelintir orang.

Page 10: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH KITA | 4

Dakwah adalah aktivitas fardhu’ain yang yang dilaksanakan oleh setiap orang yang mengaku sebagai

muslim.

Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu

Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi

penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:

"Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan

lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh

mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. [QS Ash Shaff (61) : 14]

“Hai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan!” [QS. Al Muddatstsir

(74) : 1-2]

“Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan

kamu hakim dalam per-kara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan

dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan

sepenuhnya.” [QS. An Nisaa (4): 65]

“Sesungguhnya Kami telah Menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) Petunjuk dan Cahaya

(yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang

berserah diri kepada Allah, oleh orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan

mereka diperintahkan memelihara Kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena

itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu

menukar Ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut

apa yang Diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Maa‟idah (5) :

44]

“Adakah yang lebih baik perkataannya selain dari orang-orang yang menyeru kepada Allah swt

dan mereka beramal shalih dan berkata sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang berserah

diri?” (QS. Fushilat 41:33-34)

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepa-damu dari Tuhanmu: dan jika engkau

tidak melakukannya (apa yang Diperintahkan itu, berarti), kamu tidak menyampai -kan Amanat-Nya.

Allah Memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak Memberi Petunjuk

kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al Maidah 5:67)

“Sungguh, sekiranya Allah memberikan hidayah kepada seorang lelaki lantaran (dakwah)-mu,

itu lebih baik daripada seekor unta merah.” (HR Bukhari dan Muslim)

“Barang siapa yang menghidupkan sunnah hasanah dalam Islam, maka baginya pahala dan

pahala orang yang telah mengikutinya tanpa terkurangi pahala mereka walau sedikitpun. Dan

barangsiapa yang menghidupkan sunnah yang jelek dalam Islam, baginya adalah dosa dan dosa

orang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim)

Page 11: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 5

2

MANAJEMEN LDFK

Visi & Misi

1. Pendahuluan

Peraturan-peraturan dasar LDK merupakan fondasi, kiblat, dan referensi utama –tentunya

selain Qur’an dan As-Sunnah—penyelenggaraan organisasi LDK. Ibarat sebuah rumah, fondasi saja

tidak cukup untuk menjadikan sebuah rumah nyaman ditinggali sekaligus melindungi penghuninya.

Sebuah rumah tidak cukup memiliki lantai dan pilar saja, tetapi juga butuh atap, jendela,

perabotan, bahkan mungkin membutuhkan kolam renang dan taman nan indah di hamparan teras.

Agar sebuah rumah dapat mencapai bentuk idealnya, seorang arsitek –saat mulai memulai proses

pembangunan rumah-- harus mempunyai visualisasi yang jelas, tegas, terencana, dan konsisten

mengenai bentuk akhir rumah yang kelak akan hadir. Tanpa visualisasi yang jelas dari sang arsitek,

lantai dan pilar hanya akan ada tanpa makna, batu bata dan semen akan tersusun tanpa arah tak

berguna, dan pada akhirnya merugikan dan mengecewakan semua pihak.

Visualisasi arsitek tadi, dapat dianalogikan sebagai visi dan misi penyelenggaran LDK yang

ada di kepala rekan-rekan pelaku LDK, terutama rekan-rekan top manager. Visi dan misi bukanlah

semata rangkaian kata sulit nan indah untuk menggambarkan kegagahan gagasan para pelaku

LDK. Rekan-rekan LDK –terutama para top manager—harus paham betul mengenai visualisasi yang

ada di kepala mereka. Visi dan misi organisasi, termasuk LDK, harus dibangun atas kesadaran

penuh dan kecerdasan membaca lingkungan atas peran yang akan diambil LDK untuk

kemanfaatan. Visi harus hidup, sederhana, tergambar jelas bagi seluruh segmen pelaku LDK

terkait, pun begitu dengan misi. Pada bagian ini, kita akan sama-sama belajar membangun dan

memahami visualisasi ini; bagaimana menyepadankan kegagahan gagasan dengan kekuatan

Page 12: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 6

makna-obyektifitas demi tercapainya LDK yang bekerja dengan efektif dan efisien bagi

kepentingan dakwah.

a. Definisi dan Karakteristik

Menurut Wibisono (2006), visi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau

impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Bila

disederhanakan, visi adalah penyataan want to be dari sebuah organisasi. Visi merupakan

impian komprehensif, kejelasan dan keluasan pandangan, kejelasan persepsi dan pemahaman

tentang sebuah organisasi. Visi akan digunakan dalam penyelenggaraan organisasi yang

menyentuh banyak aspek, sumber daya, dan sudut pandang. Untuk itu, sebuah visi harus

dapat menjadi sebuah ilham dan inspirasi setiap gerak sumber daya pada sebuah organisasi;

mendamaikan semua sudut pandang dan menjadi prinsip-prinsip yang menggelorakan ghirah

pelaku-pelaku organisasi. Untuk merumuskan visi, menurut B.S Wibowo dalam buku SHOOT,

terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yakni:

- Visi adalah yang tampak di khayal atau kemampuan untuk melihat pada inti persoalan - Visi adalah bagaimana anggota lembaga tersebut bersepakat untuk mencapainya - Visi adalah sebuah ekspresi atas harapan - Visi merupakan penjabaran bagaimana wujud suatu lembaga apabila tujuannya tercapai - Visi ditulis dalam bentuk tujuan dalam satu kalimat pendek - Visi sebaiknya pendek, singkat, dan spesifik - Visi sebaiknya relevan dengan lembaga, dapat dicapai, dan memuaskan - Visi hendaknya dapat diukur pencapaiannya, sehingga dapat dikembangkan jika sudah

tercapai - Visi sebaiknya yang kasat mata sehingga semua orang dapat melihat tujuan dan dapat

menyetujui imajinasinya - Visi tidak lepas dari sejarah pendirian dan perkembangan lembaga

Sedangkan misi menurut Wheelen (dikutip oleh WIbisono, 2006) adalah rangkaian

kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan keberadaan sebuah organisasi. Dalam konteks

perusahaan, misi memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, meliputi

produk maupun jasa. Menurut A.B.Susanto, misi adalah bagaimana untuk menghadirkan

impian-impian pada pernyataan visi menjadi kenyataan Menurut Dengan kata lain, misi

adalah pernyataan tentang apa-apa yang harus dikerjakan oleh sebuah organisasi dalam

rangka usahanya mewujudkan visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata dan spesifik untuk

dituju serta dapat menggambarkan garis besar pencapaian visi. Menurut Asropi, pernyataan

misi diawali oleh sebuah kata kerja. Menurut buku RMDFK Gamais ITB, terdapat beberapa

core points dari misi yang harus kita perhatikan. Misi harus dibangun dalam rangka menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut :

- Siapa kita?

- Apa maksud dan tujuan keberadaan organisasi kita ?

- Masalah apa yang ingin kita pecahkan ?

- Apa yang akan kita lakukan untuk memecahkan masalah tersebut ?

- Apa filosofi dan prinsip nilai yang organisasi kita miliki ?

- Kekhususan apa yang organisasi kita miliki yang tidak ada pada organisasi lain ?

Page 13: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 7

Selain fokus pada objective pernyataan misi, kita juga perlu memperhatikan –meskipun ini

bersifat sunnah-- sisi ‘estetika’ dari sebuah pernyataan misi. Mari kembali kita ingat, pernyataan

misi sejatinya adalah pernyataan langkah-langkah, kepribadian, dan kristalisasi nilai-nilai juang

sebuah organisasi. Pernyataan misi bukanlah sajian puitis kegagahan gagasan para aktivis, justru

para aktivis mempunyai pekerjaan rumah untuk membuat pernyataan misi yang esensial nan

penuh makna menjadi sebuah sajian yang begitu menarik, sederhana, mudah dicerna khalayak,

dan dapat membangun sebuah self-image yang positif bagi LDK.

2. Penyusunan Visi dan Misi

Tidak ada perencanaan yang sempurna, pun tidak ada pula satu cara baku yang wajib –atau

diklaim sebagai cara terbaik- untuk digunakan dalam penyusunan visi dan misi. Namun, penulis

bermaksud menyampaikan beberapa rekomendasi dan wawasan mengenai metode penyusunan

visi dan misi.

a. Penyusunan visi pada dasarnya dilakukan dalam bentuk pola top-down atau bottom-up. Pada pola top-down, eksplorasi pemikiran dan identifikasi masalah diawali dan didominasi oleh pimpinan-pimpinan organisasi. Pimpinan organisasi melakukan brainstorming untuk mengidentifikasi masalah, mendiskusikan solusi, dan merumuskan citra-citra masa depan yang diinginkan bagi organisasi. Sebaliknya, pada bottom-up¸ para pimpinan organisasi ‘blusukan’ untuk mencari masukan-masukan tentang permasalahan dan keinginan konstituen mengenai organisasi tempat mengabdi, dalam hal ini LDK. Selain pada konstituen, masukan-masukan pun bisa didapatkan dari rekan-rekan organisasi lain di satu kampus, para alumnus-alumnus organisasi, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan organisasi seperti Dekanat Fakultas/Rektorat Universitas. Kedua pola ini (top-down dan bottom-up) dapat dilakukan bersamaan dalam metode campuran.

b. Menurut Maruli Tua Silalahi, terdapat langkah-langkah umum yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dalam penyusunan misi, meliputi:

- Melakukan proses brainstorming dengan mensejajarkan beberapa kata yang

menggambarkan organisasi

- Penyusunan prioritas dan pemfokusan pada kata-kata yang paling penting

- Mengkombinasikan kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat atau paragraph yang

menggambarkan organisasi/perusahaan

- Mengedit kata-kata sampai terdengar benar atau sampai setiap orang kelelahan untuk

adu argumentasi berkaitan dengan kata atau frase favorit mereka

3. LDK Kedokteran, what so special ?

Bila sedikit kita kilas balik, perlu kita selalu ingat bahwa salah satu tujuan dakwah kampus

ialah terciptanya –atau setidaknya membantu terciptanya—masyarakat yang madani. Pendidikan

kedokteran mempunyai tugas yang cukup penting dalam pencapaian tujuan ini, yang mana tentu

LDK mempunyai peran yang harus diambil disini. Dalam perspektif sosial masyarakat Indonesia

saat ini, dokter dipandang sebagai profesi yang memiliki banyak keutamaan dan kewibawaan sosial

yang menonjol. Hal ini adalah potensi, yang mana berarti bahwa profesi dokter merupakan profesi

strategis untuk menyampaikan kebaikan-kebaikan pada masyarakat. Selain itu, profesi dokter

mempunyai ikatan kolegalisme dan identitas ke-profesi-an yang kuat di kalangan masyarakat.

Terlebih lagi, isu-isu mengenai kualitas etika seorang dokter saat ini sedang menjadi santapan

politik dan sasaran pemberitaan media yang begitu menarik.

Page 14: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 8

Adalah pekerjaan besar bagi LDK untuk mempunyai visualisasi jauh ke depan mengenai kualitas

dokter –terutama dokter muslim—di kalangan masyarakat kelak. LDK mempunyai titik kontribusi

membentuk kader-kader dokter muslim yang menjadi representasi akhlak dokter Indonesia. Wibawa

sosial yang tinggi membawa konsekuensi luhur bahwa akhlak seorang dokter akan menjadi teladan

bagi masyarakat luas, atau setidaknya masyarakat sekitar. Begitulah sejatinya visi sebuah LDK;

membentuk kader-kader dokter muslim yang kelak akan jadi teladan nan jelita akidah dan akhlaknya

bagi pasien, masyarakat luas, dan bagi wajah keprofesian dokter Indonesia, dalam rangka mengikat

ridha Allah SWT.

Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Garis Besar Haluan

Dakwah, dan Rencana Strategis Dakwah

Organisasi –dalam menjalankan roda organisasinya—sebaiknya memiliki aturan-aturan dasar

yang menjadi aturan main dalam menjalankan kegiatannya. Aturan ini tentu meliputi banyak aspek

dan bertujuan supaya organisasi memiliki kekuatan dan konsistensi dalam menjalankan rodanya. Pun

begitu untuk organisasi lembaga dakwah kampus Fakultas Kedokteran. Banyak jenis aturan dasar

yang dilahirkan organisasi, karena sesungguhnya hal tersebut bukanlah kaku, namun dibuat sesuai

kebutuhan organisasi. Pada tulisan ini, penulis akan membahas mengenai Anggaran Dasar (AD),

Anggaran Rumah Tangga (ART), Garis Besar Haluan, dan Rencana Strategis.

Anggaran Dasar (AD)

Anggaran Dasar mencakup prinsip-prinsip fundamental dan mendasar bagi sebuah organisasi.

Didalamnya terkandung hal-hal mendasar bagi sebuah organisasi (termasuk Lembaga Dakwah

Fakultas Kedokteran), seperti: nama organisasi, azas organisasi, waktu pendirian organisasi, struktur

organisasi, pertemuan-pertemuan organisasi, dan hal lainnya. Anggaran Dasar (AD) harus

diformulasikan dengan sangat hati-hati dan selalu diperbaharui secara up-to-date untuk memenuhi

kebutuhan organisasi. Tidak ada susunan baku dan wajib bagi sebuah Anggaran Dasar (AD)

organisasi. Komposisi dan susunan Anggaran Dasar (AD) dibentuk sesuai kebutuhan dan kesepakatan

anggota organisasi pada forum-forum yang telah dilegitimasi. Berikut ini adalah referensi susunan

poin-poin dalam Anggaran Dasar (AD) sebuah organisasi; sebagai contoh dan masukan bagi rekan-

rekan aktivis dakwah, supaya dapat dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan Anggaran Dasar

(AD) yang ada.

Menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB

1. Pendahuluan : Pada bagian ini, dijelaskan mengenai identitas dan karakteristik organisasi, yang

meliputi;

a. Nama Organisasi

b. Tempat dan Kedudukan

c. Waktu Pendirian

d. Status

e. Lambang

Page 15: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 9

2. Azas, Sifat, Orientasi, dan Tujuan Organisasi : Bagian ini menggambarkan tentang arahan dan

tujuan sebuah organisasi.

3. Usaha : Bagian ini menjelaskan mengenai usaha-usaha yang dilakukan sebuah organisasi agar

mencapai tujuan yang telah disepakati

4. Objek : Bagian ini menjelaskan mengenai objek yang menjadi sasaran kerja sebuah organisasi.

Sebagai contoh, sasaran dakwah bagi Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran adalah mahasiswa,

dosen, karyawan, dan organisasi-organisasi terkait

5. Kekuasaan Tertinggi Organisasi : Penjelasan mengenai badan tertinggi yang memimpin organisasi.

Dalam organisasi dakwah biasanya menggunakan istilah Majelis Syuro, Majelis Dakwah, dan yang

lainnya

6. Struktur Organisasi : Komponen-komponen struktural sebuah organisasi. Cakupan mengenai

sejauh mana Anggaran Dasar mengatur struktur organisasi dapat disepakati pada masing-masing

organisasi

7. Kepengurusan

8. Keanggotaan : Bagian yang menjelaskan mengenai gambaran tentang keanggotaan (hak,

kewajiban, jenis, dst) sebuah organisasi

9. Pertemuan Organisasi : Bagian ini meliputi agenda-agenda apa saja yang harus dilakukan

organisasi. Didalamnya dijelaskan jenis-jenis pertemuan (Musyawarah Besar, Musyawarah Luar

Biasa, dst.), hierarki permusyawaratan dan ketetapan.

10. Keuangan : Penjelasan mengenai anggaran organisasi; perubahan, mekanisme, dan asal-muasal.

Menurut Lagrange College

1. Preamble

Pernyataan dari anggota organisasi bahwa Anggaran Dasar (AD) telah disepakati dan disahkan

secara sadar sebagai instrument guiding organisasi

2. Article I : Name

Nama organisasi

3. Article II : Purpose and/or Mission Statement

Pernyataaan tujuan sebuah kelompok/organisasi

4. Article III : Membership

Section 1. Cakupan keanggotaan organisasi, dalam konteks LDK FK –mungkin— adalah

mahasiswa muslim di Fakultas Kedokteran masing-masing.

Section 2. Pernyataan bahwa keanggotaan oganisasi tidak memberikan diskriminasi pada

ras, agama, warna kulit, asal daerah, cacat fisik maupun mental, dan lainnya

Section 3. Hal-hal lain yang berkaitan dengan keanggotaan aktif

5. Article IV : Officers

Section 1. Pernyataan bahwa pengurus organisasi harus dipilih dari anggota-anggota aktif

organisasi (ataupun dengan syarat lain yang telah disepakati)

Section 2. Pernyataan komposisi minimal sebuah kepengurusan. Sebagai contoh; Ketua,

Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan lainnya.

Section 3 Elections

Page 16: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 10

Pernyataan mengenai mekanisme pemilihan pengurus organisasi. Penjelasan ini meliputi waktu

pemilihan (periode), persyaratan forum (mayoritas, kuorum, dihadiri anggota aktif, dst.), dan

lainnya sesuai kesepakatan

Section 4. Officer Duties

Menjelaskan deskripsi kerja badan pengurus harian (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara).

Dalam aplikasinya, penjelasan mengenai hal ini dapat disesuaikan

Section 5. Menjelaskan mengenai Badan Pengawas Organisasi

6. Article V : Dues and Finance

Section 1. Menjelaskan mengenai mekanisme pelaporan keuangan dalam sebuah periode

Section 2. Menjabarkan cara-cara organisasi memperoleh dukungan dana

7. Article VI : Meetings

Section 1. Menjelaskan waktu pelaksanaan pertemuan tahunan

Section 2. Menjelaskan waktu pelaksanaan pertemuan rutin organisasi (mingguan,

bulanan, dan lainnya)

Section 3. Peraturan-peraturan yang menjadi guideline dilaksanakannya pertemuan-

pertemuan organisasi. Sebagai contoh, di kampus-kampus biasanya menggunakan mekanisme

sidang.

Section 4. Penjelasan mengenai agenda-agenda yang HARUS dijalankan pada

pertemuan-pertemuan rutin organisasi

Section 5. Kriteria kuorum pertemuan-pertemuan organisasi

8. Article VII : Removal from Office

Penjelasan mengenai syarat-syarat diberhentikannya seseorang dari posisinya sebagai anggota

organisasi

9. Constitutional Amendments

Penjelasan mengenai syarat-syarat dan tatacara dilakukannya amandemen/perubahan pada

Anggaran Dasar (AD)

10. Ratification

Lembar pengesahan Anggaran Dasar (AD) pada forum yang telah sah dan memenuhi kriteria kuota

forum. Dilampirkan tanda tangan pihak terkait dan tanggal pengesahan.

Dua contoh diatas hanya merupakan referensi mengenai komposisi dan format Anggaran Dasar

(AD). Setiap organisasi tentu memiliki prinsip, kesepakatan, dan kebutuhan yang berbeda-beda

terkait Anggaran Dasar (AD) yang ada.

Anggaran Rumah Tangga

Anggaran Rumah Tangga (ART) adalah penjelasan yang lebih detail dari Anggaran Dasar (AD)

itu sendiri, meskipun terdapat hal-hal yang sebelumnya tidak disebutkan pada Anggaran Dasar (AD)

namun diatur pada Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Rumah Tangga (ART) kurang-lebih

berisi turunan dari Anggaran Dasar (AD) supaya anggota organisasi dapat lebih memahami dan

melaksanakan amanat-amanat dari Anggaran Dasar (AD) secara lebih tepat guna. Selain itu,

Anggaran Rumah Tangga (ART) dapat membantu anggota organisasi untuk lebih mudah

menginternalisasikan pedoman-pedoman kerja organisasi yang terdapat pada Anggaran Dasar (AD)

dengan lebih tepat. Anggaran Rumah Tangga (ART) berisi prosedur-prosedur tetap organisasi. Sama

seperti Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) pun harus diformulasikan dengan

Page 17: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 11

sangat hati-hati dan selalu diperbaharui secara up-to-date untuk memenuhi kebutuhan organisasi.

Tidak ada susunan baku dan wajib bagi sebuah Anggaran Rumah Tangga (ART) organisasi. Komposisi

dan susunan Anggaran Rumah Tangga (ART) dibentuk sesuai kebutuhan dan kesepakatan anggota

organisasi pada forum-forum yang telah dilegitimasi. Berikut ini adalah referensi susunan poin-poin

dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) sebuah organisasi; sebagai contoh dan masukan bagi rekan-

rekan aktivis dakwah, supaya dapat dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan Anggaran Rumah

Tangga (ART) yang ada.

Menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB

1. Organisasi : Perihal organisasi, penjelasan lambang, menjelaskan lebih rinci mengenai struktur

organisasi (tugas, wilayah kerja, kedudukan, hak, kewajiban, lama kepengurusan, mekanisme

pengunduran diri dan wewenang struktur)

2. Keanggotaan : Jenis-jenis keanggotaan, syarat-syarat keanggotaan, hak dan kewajiban anggota,

sanksi, dan lainnya

3. Pembinaan Anggota dan Kader : Menjelaskan jenis dan perangkat pembinaan yang diberikan

organisasi kepada anggota maupun kader organisasi

4. Musyawarah dan Rapat : Menjelaskan kedudukan, syarat, adab, pimpinan, peserta, dan peraturan

lain yang terkait dengan rapat dan musyawarah organisasi

5. Pertemuan dan Kerjasama : Menjelaskan bentuk-bentuk pertemuan dan lingkup kerjasama yang

akan dijalankan organisasi

6. Ketentuan Penutup : Peraturan pengubahan Anggaran Rumah Tangga (ART) dan ratifikasi

Anggaran Rumah Tangga (ART)

Menurut Student Organization of Ohio State University

Article I – Parliamentary Authority

Penjelasan mengenai peraturan yang digunakan dalam pemerintahan organisasi (khususnya

mengenai forum-forum penting organisasi). Organisasi-organisasi pelajar/mahasiswa di Amerika

Serikat banyak menggunakan Robert’s Rule of Order sebagai panduan tatalaksana forum agar berjalan

dengan baik dan benar-benar memperhatikan dan melibatkan setiap anggota organisasi secara

berkeadilan dan efisien

Article II – Membershipp

Penjelasan mengenai persyaratan, kategori, pembayaran, pengakhiran, dan hal-hal teknis lain terkait

keanggotaan organisasi

Article III – Election / Appointment of Government Leadership

Penjelasan mengenai pemilihan struktur-struktur tertentu pada organisasi; waktu, metode, prosedur,

dan hal teknis lainnya.

Article IV – Executive Committee (if needed)

Penjelasan tentang struktur pimpinan pada organisasi dan tanggungjawabnya

Artivle V – Standing Committees (if needed)

Penjelasan tentang kerja-kerja spesifik struktur-struktur yang ada pada organisasi dan

pertanggungjawabannya

Article VI – Advisor/Advisory Board Responsibilities

Page 18: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 12

Penjelasan mengenai badan pengawas organisasi

Article VII – Meeting Requirements

Peraturan mengenai kuota forum dan persyaratan-persyaratan lain untuk menyatakan bahwa sebuah

forum dapat diselenggarakan

Article VII – Method of Amending By-Laws

Tatacara dan persyaratan untuk dapat dilakukannya perubahan pada Anggaran Rumah Tangga (ART)

Garis Besar Haluan Dakwah/Organisasi

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) telah memuat gambaran besar,

tujuan, dan frame besar organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi membutuhkan anak

tangga yang terstruktur, tegas, dan sistematis supaya setiap langkah kerja organisasi dapat dibatasi

dan mengarah pada satu tujuan besar yang sama. Anak tangga ini –pada umumnya— bernama Garis

Besar Haluan Organisasi. Dalam konteks lembaga dakwah kampus, tentu tujuan besar dan ruh

perjuangan kita adalah menyampaikan kebaikan pada konstituen organisasi: dakwah. Untuk itu,

pada lingkungan lembaga dakwah kampus, termasuk lembaga dakwah kampus Fakultas Kedokteran,

dikenal pula istilah Garis Besar Haluan Dakwah.

Garis Besar Haluan Dakwah dapat diartikan sebagai pernyataan kehendak anggota/konstituen

organisasi pada forum yang dilegitimasi untuk menyusun program pengembangan yang menyeluruh,

terpadu, dan berkelanjutan. Didalamnya terdapat rumusan arah dan strategi perkembangan dakwah

secara bertahap untuk mencapai tujuan dakwah organisasi. Sistematika penyusunan dan pola (tahap-

tahap) pengembangan organisasi ditentukan secara musyawarah oleh anggota organisasi. Berikut

adalah referensi substansi dan susunan Garis Besar Haluan Dakwah/Organisasi menurut Risalah

Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB dan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

(ISMKI).

Menurut Risalah Manajemen Dakwah Kampus FSLDK-Gamais ITB

1. Pendahuluan

a. Pengantar : Latar belakang dan harapan atas GBHD terhadap pencapaian target organisasi

b. Pengertian GBHD

c. Fungsi GBHD

d. Landasan GBHD

e. Ruang Lingkup : Penjelasan mengenai sistematika susunan bab-bab GBHD

2. Pola Dasar Dakwah LDK : Bagian ini menjelaskan makna dakwah sebagai pijakan dasar kegiatan-

kegiatan dakwah yang dilakukan oleh lembaga dakwah kampus

a. Pengantar : Latar belakang dakwah, tujuan dakwah

b. Definisi Dakwah

c. Metode Dakwah

d. Karakteristik Dakwah : Bagian ini menjelaskan karakter macam apa yang ingin dimunculkan

pada dakwah LDK terkait dalam rangka memenuhi tujuan atau target dakwah pada

konstituen. Karakter diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan mad’u setempat dan dapat

terinternalisasi dengan baik pada setiap anggota maupun kader lembaga dakwah kampus

Page 19: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 13

e. Tahapan Dakwah : Penjelasan tahapan dakwah secara keilmuan, dan juga menjelaskan

tahapan-tahapan dakwah yang akan dilakukan oleh lembaga dakwah kampus

3. Pola Umum Dakwah LDK

a. Pengantar : Penjelasan sedikit spesifik mengenai lembaga dakwah kampus terkait; latar

belakang dan peran yang diharapkan ada pada lembaga dakwah kampus terkait

b. Prinsip-Prinsip Dasar : Prinsip dasar sebagai landasan arah gerak sebuah lembaga dakwah

kampus

c. Dakwah Kampus : Penjelasan mengenai dakwah kampus meliputi; definisi, tujuan, sasaran,

objek, dan ruang lingkup

d. Tujuan LDK : Visi lembaga dakwah kampus terkait

e. Strategi Implementasi : Penjelasan mengenai strategi lembaga dakwah kampus untuk

mencapai tujuannya. Penjelasan strategi dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

4. Kerangka Umum Program Satu Tahun : Bagian GBHD sebelumnya telah menjabarkan target-target

capaian organisasi dalam sebuah rentang waktu. Bagian Kerangka Umum Program Satu Tahun

kemudian menjelaskan porsi kerja yang akan dilakukan oleh satu kepengurusan. Kerangka ini dapat

dijadikan acuan membuat program dan evaluasi bagi kepengurusan, supaya tetap synchronized

dengan tujuan besar organisasi

a. Pengantar : Bagian yang menjelaskan visi sebuah organisasi

b. Analisis SWOT (atau dapat dengan metode lain). Analisis ini dilakukan supaya anggota dan

kader LDK dapat mengetahui kondisi LDK secara obyektif, sehingga dapat menjalankan

program sesuai dengan kemampuan dan hambatan yang dihadapi

c. Sasaran Akhir : Bagian yang menjelaskan harapan yang ingin dicapai saat akhir masa

berlakunya kepengurusan

d. Pengembangan Sektor Spesifik : Dalam menentukan langkah dan porsi kerja, sebuah

organisasi dapat memilih prioritas pengembangan yang tepat sesuai dengan kondisi

organisasi. Bagian ini menjelaskan mengenai bagian-bagian mana yang mendapatkan porsi

khusus untuk pengembangan, atas alasan yang telah disepakati

Sistematika GBHO Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

(ISMKI)

1. Pendahuluan

a. Pengertian : Definisi dan tujuan GBHO bagi ISMKI

b. Hubungan AD/ART dengan GBHO

c. Maksud dan Tujuan GBHO

2. Pola GBHO : Tujuan besar yang tersusun atas langkah-langkah dalam jangka waktu yang telah

ditentukan

a. Pola Dasar Pengembangan ISMKI secara nasional yang memuat hal-hal yang mendasar serta tidak

dibatasi oleh waktu, yang merupakan dasar bagi pengembangan ISMKI dalam mewujudkan tujuan

bersama.

b. Pola Umum Pengembangan Jangka Panjang yang menunjukkan arah dan strategi pengembangan

ISMKI jangka panjang yang meliputi waktu 5 (lima) tahun dan disusun berdasarkan pola dasar

pengembangan ISMKI

Page 20: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 14

c. Pola Umum Pengembangan Jangka Pendek yang disusun berdasarkan pola umum

pengembangan jangka panjang yang merupakan kelanjutan dan peningkatan ISMKI setiap 1 (satu)

periode kepengurusan dan mencapai sasaran/tujuan yang ditetapkan dalam pola umum

pengembangan jangka panjang.

3. Isi GBHO

a. Pola Dasar Pengembangan ISMKI

- Tujuan Pengembangan ISMKI

- Hakikat Pengembangan ISMKI

- Potensi Dasar Pengembangan ISMKI

b. Pola Pengembangan Jangka Panjang

1) Definisi ‘Jangka Panjang’

2) Arahan Pengembangan Jangka Panjang

3) Sasaran Pengembangan Jangka Panjang

a) Bidang Internal : Sumber daya manusia, aktivitas nyata, kontribusi dalam kebijakan, kultur

organisasi, keorganisasian

b) Bidang Eksternal

c. Pola Pengembangan Jangka Pendek

1) Arah Pengembangan Jangka Pendek

2) Sasaran (per Bidang Internal dan Eksternal)

3) Strategi dan Indikator Keberhasilan (per Bidang Internal dan Eksternal)

4. Penutup

Kebijakan Turunan Lain

Aspek-aspek yang telah kita bahas diatas adalah fondasi dan landasan bergerak organisasi, yang

kelak akan menjadi referensi dari kebijakan-kebijakan turunan dalam rangka mencapai tujuan

organisasi, sampai tingkat program kerja. Kebijakan turunan yang lahir dari rahim fondasi organisasi

tersebut diatas ialah –tergantung istilah— rencana strategis organisasi/prioritas strategis

organisasi/cetak biru organisasi (blueprint), atau istilah lain dengan maksud yang sama. Kebijakan

turunan ini –bagaimanapun format dan proses pembuatannya— berisi komando-komando strategis

untuk memberikan anak tangga yang nyata dan efisien bagi arah gerak organisasi. Bagaimanapun

format dan proses pembuatannya, pada umumnya kebijakan-kebijakan turunan tersebut terdiri atas

beberapa aspek (pada tiap poin kebijakan), yakni:

1. Landasan Dikeluarkannya Kebijakan (dari AD, ART, maupun GBHO)

a. Visi Poin Kebijakan

b. Derivasi Visi (Initiative) : Poin-poin yang harus dilakukan untuk mencapai Visi Poin Kebijakan

c. Luaran (Outcome) : Hasil akhir yang diharapkan pada program dan pada organisasi terkait poin

kebijakan

d. Penanggungjawab

1) Sektor/Bidang Tertentu pada Organisasi

2) Tim Spesifik

- Ketua

- Anggota

Page 21: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 15

2. Resource : Sumber daya lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan poin kebijakan

(contoh: sarana yang mutakhir, penambahan waktu kerja, dan lainnya)

3. Interdependencies : Keterkaitan bidang/sektor lain maupun kebijakan organisasi secara umum

untuk mendukung pelaksanaan poin kebijakan, terutama ketergantungan pada bidang/sektor

pendukung organisasi, seperti HRD, IT, dan bendahara (contoh: penekanan budget oleh bendahara)

4. Target waktu Pelaksanaan dan Penyelesaian : Dapat dibuat dalam beberapa bentuk, yaitu per-

kuartal, per-bulan, per-minggu, maupun tanggal spesifik

Penyusunan Struktur Kepengurusan

Tujuan sebuah organisasi tentu tidak dapat tercapai bila dijalankan sendirian oleh seorang

kepala organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi, seorang kepala organisasi membutuhkan

sebuah komposisi dan susunan tim yang mendukungnya untuk memenuhi tanggung jawab;

tercapainya tujuan organisasi lembaga dakwah fakultas. Munculnya divisi ini, bagian itu, biro ini, seksi

itu, sepatutnya lahir dari assessment kepala lembaga –dan tim tentunya- yang bersumber dari

kebutuhan organisasi agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur sebuah organisasi

harus berdasarkan fungsi-fungsi yang dibutuhkan organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya

(function-based structure), bukan berdasarkan kepengurusan organisasi periode sebelumnya atau

menjiplak struktur organisasi serupa di tempat lain. Untuk itu, penting bagi kepala organisasi untuk

melakukan penyamarataan persepsi dan brainstorming bersama tim inti organisasi sebelum memulai

kepengurusan, termasuk sebelum membuat struktur organisasi. Hal ini penting supaya frame yang

dibentuk pada kepengurusan –termasuk struktur- lahir dari kebutuhan aktual organisasi secara

akurat, bukan turunan maupun jiplakan. Kepala organisasi dan tim harus bener-bener paham akan

sampai mana organisasi melangkah. Berangkat dari visi tersebut; rencana kerja, program, dan

struktur organisasi yang relevan akan muncul.

Maka, tidak ada manual atau standar struktur organisasi yang ideal dan dapat berlaku bagi

semua lembaga dakwah, termasuk lembaga dakwah Fakultas Kedokteran. Meskipun demikian,

terdapat beberapa fondasi dasar pembentukan struktur organisasi bagi lembaga dakwah. Menurut

Ridwansyah Yusuf (Mantan Kepala Gamais ITB), pada dasarnya struktur dan fungsi organisasi dakwah

terbagi menjadi tiga segmen sektor; sektor utama/dakwah, sektor pendukung, dan sektor istimewa.

Mari kita bahas satu persatu.

a. Sektor Utama/Sektor Dakwah

Sektor Utama/Dakwah terdiri atas bagian Syiar dan Kaderisasi. Kedua bidang ini merupakan

bagian paling utama pada sebuah Lembaga Dakwah (termasuk lembaga dakwah Fakultas

Kedokteran), karena merupakan ruh dan tujuan utama dakwah itu sendiri. Dari kedua bidang ini,

kelak masing-masing organisasi dapat membuat cabang-cabang spesifik sesuai kebutuhan aktual

lembaga dan kampus, misalnya Syiar (Syiar Media, Syiar Kajian Kedokteran) dan Kaderisasi

(Mentoring, Pengembangan Organisasi).

b. Sektor Pendukung

Sektor Pendukung adalah bidang yang mendukung kinerja organisasi untuk ketercapaian tujuan

organisasi, terutama Sektor Utama. Bagian-bagian yang terdapat pada sektor ini antara lain

pendanaan, jejaring, solid internal organisasi, dan bagian-bagian lain (tergantung ciri khas masing-

masing lembaga dakwah).

Page 22: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 16

c. Sektor Istimewa

Sektor Istimewa adalah bidang-bidang khusus pada organisasi lembaga dakwah, contohnya

Bidang Keakhwatan. Keberadaan sektor ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

khusus pada sebuah organisasi, ditinjau dari budaya dan peluang di kampus/organisasi.

Selain ketiga sektor diatas, organisasi dakwah dapat mempunyai perangkat-perangkat yang

mendukung kinerja organisasi, seperti Badan Semi Otonom, Badan Pertimbangan, Dewan Syariah,

Majelis Syuro, maupun bidang lain.

Terdapat poin-poin pertimbangan bagi kepala organisasi (dan tim) untuk menentukan struktur

organisasi; yang mana akan berkaitan dengan bagaimana organisasi ini akan bekerja.

a. Rencana Kerja Organisasi

Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, bahwa struktur organisasi merupakan turunan relevan

dari rencana kerja organisasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Maka, komposisi sebuah

struktur harus relevan dengan rencana kerja yang akan dibebankan kepadanya.

b. Kuantitas Sumber Daya Manusia

Struktur organisasi yang kita bentuk perlu mempertimbangkan kuantitas sumber daya manusia

yang kelak siap mengisi pos-pos organisasi. Bagi Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran, hal ini

perlu menjadi perhatian. Dengan kultur dan kondisi akademik Fakultas Kedokteran, biasanya tidak

akan terlalu banyak sumber daya yang menjadi bagian Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran.

Struktur organisasi –dalam konteks fungsional-- harus kita sesuaikan dengan jumlah sumber daya

yang ada, baik dengan penyesuaian vertikal maupun penyesuaian horizontal (dijelaskan

kemudian). Tidak terlalu gemuk, namun tetap dapat memenuhi kebutuhan kerja organisasi.

c. Kapasitas Sumber Daya Manusia

Struktur organisasi pun dapat disesuaikan dengan kapasitas orang-orang yang mengisinya,

terutama bagi kepala-kepala bagian/seksi/sektor. Semakin baik kapasitas kepala

bagian/seksi/sektor, maka kepala organisasi dapat menempatkan sub-bagian/seksi/sektor maupun

staf sejumlah yang dibutuhkan. Bila sekiranya kapasistas yang ada kurang memadai, maka struktur

organisasi dapat disesuaikan, baik secara vertikal maupun horizontal (dijelaskan kemudian).

d. Kegemukan Vertikal dan Horizontal

Struktur organisasi secara vertikal artinya adalah garis koordinasi dari atas ke bawah, artinya dari

satu tingkat struktur ke struktur yang lebih rendah. Dalam struktur organisasi, kegemukan secara

vertikal perlu menjadi perhatian. Struktur vertikal bermakna transfer substansi –bukan hanya

instruksi- dari satu struktur ke struktur yang lebih rendah. Semakin banyak struktur vertikal, maka

pembagian proporsi tugas secara fungsional akan semakin baik (bila berjalan ideal). Panjangnya

struktur vertikal tentu memiliki resiko, yakni rentannya miskoordinasi dan mispersepsi

mengenai sebuah substansi. Untuk menghindari ini, tingkat struktur organisasi secara vertikal

harus dibuat sependek mungkin. Sebagai contoh, mari kita perbandingkan alur koordinasi 3 tingkat

(kepala-kepala bidang-kepala seksi) dengan koordinasi 5 tingkat (kepala-kepala sektor-kepala

bidang-kepala seksi-kepala subseksi); untuk menyampaikan substansi pada dari tingkat teratas

hingga tingkat terbawah, tentu koordinasi 3 tingkat akan lebih efisien dan jauh dari resiko.

Sedangkan secara horizontal, struktur organisasi adalah jumlah keberadaan struktur-struktur

setingkat. Struktur horizontal bermakna pembagian tugas-tugas/diversifikasi pembagian tugas-tugas

organisasi dalam bagian masing-masing. Struktur horizontal perlu dibuat efisien supaya tugas-tugas

Page 23: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN LDFK | 17

yang telah dibagi sesuai dengan ranah masing-masing bidang pada organisasi, tidak menimbulkan

masalah baru dengan adanya irisan-irisan tugas yang tak dipahami dengan baik oleh anggota

organisasi.

Page 24: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 18

3

MANAJEMEN TARBIYAH

Pengertian Tarbiyyah

Secara bahasa, tarbiyyah berarti pendidikan atau pembinaan. Tarbiyyah Islamiyah berarti

pendidikan atau pembinaan nilai-nilai Islam. Secara istilah, ulama-ulama memiliki penafsiran yang

berbeda terhadap kata tarbiyyah. Namun, Dr. Ali Abdul Halim memberikan penafsiran yang dapat

menunjukkan hakikat dari tarbiyyah itu sendiri, yaitu cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah

manusia, baik secara langsung (melalui kata-kata) maupun tidak langsung (melalui keteladanan) untuk

memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian di atas, terdapat kata kunci-kata kunci yang perlu digarisbawahi:

Cara: metode dalam berinteraksi dan berhubungan

Ideal: sesuatu yang paling baik, paling utama, paling efektif

Interaksi: merupakan persoalan yang paling sulit dan rumit

Fitrah: tabiat manusia beserta segala unsur yang melekat kepadanya

Langsung: berupa pengajaran, pengarahan pribadi

Tidak langsung: berupa contoh dan keteladanan

Tarbiyyah merupakan suatu hal yang paling esensial dalam dakwah. Pengelolaannya harus

menjadi prioritas paling pertama karena ialah inti dari usaha membawa manusia dari kegelapan

menuju cahaya. Tarbiyyah memiliki sifat terstruktur, bertahap, intensif, dan lama. Berbeda dengan

syi’ar yang sifatnya sporadik (acak), tidak ada tahapan, parsial, dan singkat. Output yang diharapkan

dari tabiyyah ini adalah manusia yang tidak hanya memiliki wawasan keilmuan, namun juga

pemikiran, karakter, dan amal islam.

Page 25: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 19

Tarbiyyah pula yang menjaga aktivitas dakwah dan lembaganya kokoh dan tetap eksis. Para

aktivis dakwah yang hanya mendapat nilai-nilai Islam secara parsial dan instan hanya akan menjadi

kader karbitan, yang sangat beresiko untuk berjatuhan di tengah jalan. Manusia yang dibentuk

melalui proses tarbiyyah yang bertahap dan lama adalah kader militant, yang insyaAllah memiliki

pijakan kokoh sepanjang jalan dakwah.

Karakteristik dan keteguhan orang-orang yang telah tertarbiyyah tergambarkan melalui firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka

kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun

mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap

orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka

mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas

(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Al Maidah: 54)

Tujuan Tarbiyyah

Tarbiyyah islamiyah, sesuai dengan pengertiannya, merupakan proses mempersiapkan orang-

orang dengan menyentuh seluruh aspek kehidupannya: ruh, fisik, dan akal. Karena itu, tarbiyyah

memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia yang shalih, yang kemudian manusia shalih tersebut

bertanggung jawab untuk menshalihkan yang lainnya.

Secara ringkas, tarbiyyah dilakukan agar dapat mencetak manusia yang memiliki kriteria

sebagai berikut:

a. kepribadian muslim (syaksiyah islamiyah),

b. kepribadian penyeru/da’i (syaksiyah da’iyah).

Kepribadian muslim merupakan karakter yang telah tercelup dalam nilai-nilai Islam seutuhnya

(kaffah). Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu

turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208)

Sedangkan kepribadian da’i merupakan karakter yang senantiasa menyerukan orang-orang untuk

keluar dari kegelapan menuju cahaya Islam.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,

dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-

orang yang fasik.” (Ali Imran: 110)

Paradigma Tarbiyyah Terkini

1. Terbuka

Istilah tarbiyyah bukanlah hal asing bagi lembaga dakwah, termasuk lembaga dakwah kampus

(LDK). Kegiatan tarbiyyah telah diprogramkan oleh departemen khusus melalui berbagai perangkat.

Hampir setiap lembaga dakwah mewajibkan anggota atau pengurusnya untuk mengikuti kegiatan

tarbiyyah.

Page 26: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 20

Tarbiyyah merupakan kegiatan dakwah yang bersifat eksklusif. Hal ini dikarenakan tarbiyyah

berbeda dengan syiar, yang memiliki sasaran umum dengan materi yang umum pula. Pada tarbiyyah,

pesertanya adalah orang-orang tertentu dan materinya bersifat mendalam yang disampaikan secara

bertahap.

Setiap orang memiliki tingkat penerimaan yang berbeda, karena itulah tarbiyyah dijadikan

bertahap. Materi yang disampaikan pun mendalam, sehingga perlu pengkhususan dalam

penyampaian materi.

Meskipun begitu, kesan eksklusif merupakan citra yang negatif bagi masyarakat awam. Para

anggota/pengurus LDK pun dicap sebagai orang-orang eksklusif dan antisosial. Mereka yang tidak

terlibat di LDK akan menganggap bahwa kegiatan pengajian hanya dikhususkan bagi pengurus LDK

yang sudah soleh.

Paradigma ini sangat urgen untuk diperbaiki. Da’wah di era sekarang ialah da’wah terbuka,

artinya setiap aktivis dan aktivitas da’wah wajib menyentuh seluruh manusia dari berbagai kalangan,

mulai dari yang paling “jauh” hingga yang paling “hanif”. Begitu pun tarbiyyah. Setiap pelaku da’wah

harus merekonstruksi pemikirannya bahwa ia harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengajak

setiap manusia kepada tarbiyyah.

Pada konteks kampus, tentu sasarannya adalah mahasiswa. Sasaran dari program tarbiyyah di

kampus bukan hanya pengurus LDK tapi seluruh mahasiswa muslim. Slogan yang perlu ditumbuhkan

di setiap kampus adalan “Tarbiyyah untuk semua!”

Kesimpulannya, rekrutmen peserta tarbiyyah haruslah dibuat seinklusif mungkin. Barulah dalam

pelaksanaannya dibuat “eksklusif” agar mendapat hasil yang optimal.

2. Dinamis dan Produktif

Terdapat dua masalah yang umum ditemukan ketika program tarbiyyah telah dilaksanakan.

Yang pertama ialah statis atau tidak ada perkembangan yang signifikan. Yang kedua ialah jenuh atau

membosankan.

Tarbiyyah bisa menjadi sekedar rutinitas belaka tanpa makna. Tidak punya tujuan yang ingin

dicapai, tidak ada kurikulum yang disusun secara bertahap, tidak ada metode yang jelas, asal jalan,

merupakan penyebab tidak berkembangnya program tarbiyyah. Layaknya berjalan di tempat, tidak

punya tujuan, arah, pencapaian yang diinginkan, selamanya ia takkan pernah beranjak dari

tempatnya.

Ketika suatu LDK mencanangkan program tarbiyyah, orientasi yang pelu diperhatikan adalah

oritentasi proses dan hasil. Pada oritentasi proses, perlu diingat bahwa objek dari proses tersebut

adalah manusia. Berbeda dengan mesin, manusia memiliki sisi kemanusiaan yang perlu disentuh

dengan lembut. Bila sisi ini tidak diperhatikan, masalah-masalah klasik program tarbiyyah kampus

akan selalu bermunculan: jenuh, penurunan semangat, tidak optimal, kehilangan esensi, bahkan

hilang dari jalan dakwah.

Hasil atau ouput tentu tidak bisa diabaikan. Proses tarbiyyah yang asal jalan atau tidak

terencana dengan baik tidak akan pernah bisa membentuk kader yang diharapkan. Tidak akan ada

perkembangan kualitas keimanan, wawasan, dan perilaku peserta tarbiyyah yang tidak punya tujuan.

Page 27: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 21

LDK pun akan semakin terpuruk karena kualitas kadernya yamg tidak mumpuni. Jika LDK mati, para

mahasiswa yang menjadi tumpuan harapan bangsa akan sama saja seperti para pengisi bangsa saat

ini yang korup. Pada akhirnya, cita-cita kita semua untuk menegakkan nilai Islam di negeri ini hanya

sebuah utopia belaka.

Agar sukses, diperlukan program tarbiyyah yang bersifat dinamis dan produktif. Kegiatan-

kegiatan yang beragam adalah kunci untuk menjadikan tarbiyyah dinamis. Penyusunan tujuan dan

output yang diinginkan dari tarbiyyah dan perencanaan yang baik untuk mencapainya amat vital agar

tarbiyyah bersifat produktif.

Tahapan Tarbiyyah

Secara umum, ada 4 tahap dalam proses tarbiyyah. Keempat tahap tersebut adalah pengenalan

(ta’rif), pembentukan (takwin), pengorganisasian (tanfidz), dan pemberdayaan (tadrib)

Gambar 1 Tahapan Tarbiyyah

a. Pengenalan

Ini adalah tahap yang dimulai ketika mahasiswa baru masuk, atau peserta yang baru memulai

mengikuti tarbiyyah. Perlu digarisbawahi, bahwa penerimaan mahasiswa baru adalah momen yang

sangat krusial. Mahasiswa baru (maba) adalah orang-orang yang akan memulai fase baru dalam

kehidupan mereka, dan di saat-saat seperti inilah mereka mudah untuk diajak kepada sesuatu yang

baru.

Tujuan utama dari tahap pengenalan adalah membuat mereka nyaman dan betah dengan

kegiatan tarbiyyah. Penting diperhatikan bahwa menyampaikan materi yang serius atau memberi

tahu mereka bahwa “ini-itu tidak boleh dalam Islam” di awal hanya akan membuat mereka terpental

dan takkan kembali. Awalnya mereka yang mencoba antusias dengan kegiatan tarbiyyah dapat

berubah menjadi antipasti.

Pengenalan (ta'rif) Pembentukan

(takwin) Pengorganisasian

(tanfidz) Pemberdayaan

(tadrib)

Page 28: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 22

Contoh sederhana: jika ada peserta tarbiyyah yang merokok, pacaran, atau masih melakukan

perbuatan maksiat lainnya, akan lebih bijak untuk dibiarkan terlebih dahulu. Ajak mereka untuk

mengaji, rihlah, mabit (yang ringan), dan kegiatan lainnya yang membuat mereka merasa mendapat

banyak teman. Peringatan untuk hal-hal di atas bisa dilakukan kemudian setelah mereka mulai

menunjukkan komitmen dengan kegiatan tarbiyyah.

Agenda pengenalan tarbiyyah juga bisa berupa atau disatukan dengan agenda syiar LDK.

Contoh: kegiatan balai pengobatan atau khitanan massal yang diselenggarakan LDK dengan

mengajak seluruh mahasiswa muslim, yang di akhir acara dilakukan rekrutmen kegiatan tarbiyyah.

b. Pembentukan

Proses pembentukan kader sesuai dengan tujuan tarbiyyah baru dimulai pada tahap

pembentukan. Output yang hendak dicapai adalah terbentuknya kader dengan kepribadian muslim.

Tahap ini hanya dimulai jika peserta tarbiyyah dirasa sudah nyaman dengan keluarga barunya dan

menunjukkan komitmennya. Materi-materi tarbiyyah mulai dimasukkan pada tahap ini. Pembebanan

seperti tugas dan penumbuhan komitmen seperti kegiatan tarbiyyah harus diprioritaskan di atas

segala kegiatan yang lain juga bisa diberikan jika dirasa objek sudah siap.

Pemberian muatan-muatan tarbiyyah harus dilakukan secara perlahan dan lambat. Perlahan,

agar objek tidak merasa kaget dan tidak nyaman. Objek di sini adalah manusia yang masing-masing

memiliki karakter sangat beragam dan memiliki sisi kemanusiaan yang sulit dimengerti satu sama

lain. Proses tarbiyyah bukan seperti kuliah yang sekedar memberikan ilmu, tapi membentuk manusia.

Karena itu, perlu sentuhan yang memanusiakan objek tarbiyyah.

Lambat, karena kader yang ingin dibentuk bukanlah kader karbitan. Tarbiyyah bukanlah

program supertraining beberapa hari—yang mampu membuat pesertanya berurai air mata hebat—

namun setelahnya lepas kontrol. Tidak ada istilah cepat atau akselerasi dalam tarbiyyah (catatan:

akselerasi hanya bisa diberikan kepada kader yang memang sebelumnya telah mengikuti program

tarbiyyah dengan intensif, misalnya di sekolah). Semua prosesya harus dijalani dengan lambat agar

tiap kader meresapi panjang dan berlikunya jalan yang akan mereka tempuh. Proses yang lambat

juga akan menguji siapa saja yang benar-benar tegar di jalan Allah dan yang berjatuhan di tengah.

Di “akhir” tahap ini, para kader sudah perlu ditumbuhkan kesadaran untuk berdakwah. Dimulai

dengan munculnya sense of crisis, mereka mulai merasa ada yang tidak benar dengan kondisi umat

Islam saat ini. Materi seperti Qadhayatul Ummah (permasalahan umat) dan Ghazwul Fikr (perang

pemikiran) dipahamkan. Setelah itu, mereka mulai dikenalkan dengan da’wah.

Berikut adalah firman Allah yang menyatakan wajibnya dakwah:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang

beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat

menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al Asr: 1-3)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali

Imran: 104)

“Telah dilaknati orang-orang kafir dan Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang

demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu

Page 29: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 23

tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu

mereka perbuat itu.” (Al Maidah: 78-79)

Materi-materi yang umum diberikan pada program tarbiyyah kampus akan dibahas lebih detil

pada subbab selanjutnya.

c. Pengorganisasian

Jika kader mulai memiliki wawasan Islami, memahami nilai-nilainya dengan baik, dan

mengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, maka para kader tangguh tersebut harus

dihimpunkan agar tidak berserak. Mereka mulai diajak dengan agenda-agenda LDK. Keterikatan

dengan LDK mulai ditumbuhkan dan dibangun. Hal-hal internal LDK sepert visi-misi, struktur,

rencaca strategis, program-program, dan lain-lain perlu diperkenalkan.

Pada tahap perngorganisasian, konsep yang perlu ditanamkan adalah da’wah harus dilakukan

secara berjamaah. Da’wah yang melulu secara sendiri-sendiri tidak akan efektif, hasilnya sempit, dan

tidak mampu menyebarkan nilai Islam secara luas. Jamaah adalah sesuatu yang mutlak ada dalam

berdakwah.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur

seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash Shaff: 4)

Salah satu jamaah yang bisa mereka ikuti adalah LDK masing-masing kampus.

d. Pemberdayaan

Setelah para kader mulai membentuk kepribadian Islami, dipahamkan mengenai urgensi

dakwah, dan diorganisasikan dalam jamaah LDK, saatnya mereka yang bergerak. Jika sebelumnya

hanya sebagai “penikmat dakwah”, giliran mereka yang turun berdakwah kepada sekitar.

Program-program dakwah LDK diamanahkan kepada para kader tersebut, program-program dakwah

selanjutnya sudah harus mereka yang memikirkan, dan sudah waktunya pula mereka menjadi

mentor/murobbi.

Satu poin penting dalam tahap pemberdayaan atau tahap dakwah ini adalah manajemen syuro.

Syuro adalah penopang dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat. Tidak pernah syuro ditinggalkan

terutama untuk hal-hal yang krusial. Manajemen syuro yang baik insyaAllah akan menghasilkan

perencanaan yang baik, dan perencanaan yang baik insyaAllah akan membuahkan eksekusi yang

baik.

Perangkat-Perangkat Tarbiyyah

HALAQAH/MENTORING/LIQO/USROH

Halaqah adalah perangkat paling utama dalam tarbiyyah. Ia merupakan sarana yang mutlak ada

dan tidak bisa digantikan dengan sarana lain.

Halaqah, dalam aktivitas sehari-hari, memiliki beragam nama. Halaqah, dari bahasa Arab,

secara bahasa artinya lingkaran. Mentoring, dari bahasa Inggris, merupakan aktivitas membina. Liqo

memiliki arti pertemuan, sedangkan usroh artinya keluarga.

Page 30: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 24

Unsur-unsur yang terdapat pada halaqah adalah murobbi (mentor), mutarobbi (adik

mentor/mentee), dan materi. Terkadang ada juga astor (asisten mentor), yang biasanya merupakan

calon mentor baru. Jumlah mutarobbi tidak boleh banyak. Paling sedikit tiga dan paling banyak dua

belas.

Halaqah harus dijalankan secara rutin, yaitu seminggu sekali, minimal 2 minggu sekali.

Diharapkan dengan demikian terjalin keterikatan kekeluargaan antar unsur halaqah. Murobbi pun

dapat memantau secara berkesinambungan kondisi mutarobbi. Pertemua rutin seminggu sekali juga

bermanfaat untuk me-recharge ruhiyah mutarobbi maupun murobbi.

Biasanya halaqah dilakukan dalam bentuk lingkaran kecil sambil lesehan. Ini bertujuan agar

tebangun kedekatan antar murobbi dengan mutarobbi dan sesama mutarobbi. Untuk mencairkan

suasana dan membangun ketertarikan peserta, berbagai makanan ringan dapat diletakkan di tengah.

UNSUR-UNSUR HALAQAH

Murobbi

Murobbi adalah pengisi materi halaqah dan pembina para mutarobbi. Tergantung kebiasaan

setempat, dinamisasi kelompok, atau jenjang tarbiyyah, murobbi dapat sekaligus menjadi pemimpin

kegiatan halaqah atau sekedar pemberi materi (kegiatan halaqah dipimpin oleh salah satu murobbi).

Murobbi dapat merupakan sesama mahasiswa yang satu jurusan/fakultas yang satu atau

beberapa tingkat di atas mutarobbi (bahkan bisa satu tingkat yang sama). Biasanya, demi

kenyamanan peserta halaqah, murobbi berada beberapa tingkat di atas mereka. Bisa pula pementor

berasal dari fakultas atau jurusan yang berbeda, dari kampus yang berbeda, bahkan bukan

merupakan mahasiswa.

Umumnya mutarobbi mengekspektasikan murobbi sebagai kakak yang memiliki wawasan Islam

yang banyak. Selain itu, peserta tarbiyyah akan sangat berkaca pada aktivitas dan perilaku sehari-hari

murobbi, terlebih jika berada pada fakultas yang sama. Akibatnya, murobbi dianggap sebagai orang

yang setara dengan ustadz.

Paradigma di atas tidaklah salah, namun jangan sampai hal tersebut membuat para kader

enggan menjadi murobbi. Berbagai jurus dikeluarkan: belum berilmu banyak, belum pantas, belum

bagus bacaan Al Qurannya, dll. Begitu pula ketika dituntut untuk mulai turun berdakwah, alasan yang

sama pun diberlakukan.

Perlu ditekankan, bahwa tujuan utama tarbiyyah kampus bukanlah membuat kadernya menjadi

ustadz atau syaikh. Apabila ada di antara kader yang memang berminat untuk menekuni ilmu syariat

lebih mendalam maka itu adalah persoalan yang berbeda.

Hasil akhir dari dakwah kampus fakultas kedokteran adalah sama seperti mahasiswa kedokteran

lainnya, yaitu menjadi seorang dokter. Namun, dakwah kampus memiliki tujuan bukan untuk

menghasilkan dokter biasa, namun dokter muslim yang berkepribadian Islami dan aktif berdakwah di

dunia profesinya.

Meskpun begitu, menyiapkan materi dan topik halaqah dengan baik merupakan kewajiban tiap

murobbi. Halaqah yang tidak terencana dengan apik hanya akan membuat kegiatan tersebut menjadi

Page 31: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 25

asal jalan; jauh dari kriteria dinamis dan produktif. Karena itu, murobbi dituntut untuk terus

memperbaiki sikap dan perilakunya, membaikkan bacaan Al Qurannya, dan menambah wawasan

keislamannya. Murobbi bukanlah orang yang sudah paripurna, namun menjadi murobbi adalah

bagian dari usaha untuk memperbaiki diri menjadi muslim yang lebih baik.

Bagaimana membentuk murobbi, kriteria yang diperlukan, dan menanggulangi masalah klasik

dari proses pembentukan murobbi akan dibahas pada subbab selanjutnya.

Mutarobbi

Peserta halaqah, yang mendengarkan materi disampaikan murobbi disebut mutarobbi.

Mengikuti paradigma tarbiyyah terbuka, peserta halaqah seharusnya bukan lagi eksklusif pengurus

LDK. Seluruh muslim di kampus, apakah ia aktivis LDK atau aktivis organisasi lain harus dirangkul

dengan semenarik mungkin.

Orang-orang yang paling mudah ditarik untuk menjadi mutarobbi adalah mahasiswa baru.

Mereka, karena memasuki dunia baru, akan mencari teman, kelompok pergaulan, komunitas, dan

kakak yang dapat membimbing mereka selama hidup di kampus. Karena itu, halaqah tidaklah

sekedar aktivitas pengajian belaka, tapi ia juga harus peduli dengan kegiatan sehari-hari tiap

pesertanya. Murobbi bukan sekedar guru ngaji, tapi ia juga teman, sahabat, dan kakak bagi

mutarobbinya. Mutarobbi bukan sekedar anak sekolah pengajian, tapi teman dan adik yang perlu

dibimbing di dalam dan di luar kegiatan halaqah.

Suasana kekeluargaan harus dapat dinikmati mutarobbi. Salah satu indikator sederhana dari

nuansa kekeluargaan adalah ketika mutarobbi mulai mengutarakan masalah-masalahnya ke

kelompok halaqah atau ke murobbi secara pribadi. Terlebih jika ia mulai curhat masalah pribadinya.

Di saat seperti inilah murobbi dapat merangkulnya lebih erat.

Materi Halaqah

Materi disampaikan sesuai dengan tahap yang diberlakukan. Untuk kelompok halaqah yang

baru berjalan, tidak perlu ada materi khusus. Tujuan utama adalah tiap mutarobbi merasa nyaman

dengan kelompok dan teruratama ke murobbinya. Jika mutarobbi sudah menumbuhkan kepercayaan

ke murobbinya, hal-hal lanjut seperti penumbuhan komitmen dan pembebanan tugas akan dilakukan

mutarobbi tanpa banyak keluh kesah.

Jika tahap penyamanan dirasa cukup, maka materi-materi inti tarbiyyah mulai diberikan. Ilmu-

ilmu syariat yang disampaikan berupa aqidah, ibadah, tazkiyatunnafs, dll. Selain itu, dapat pula

materi-materi pengembangan diri. Karena masa mahasiswa ialah masa seseorang memiliki

antusiasme paling tinggi untuk belajar, maka materi-materi peningkatan kualitas diri seperti

kepemimpinan dan organisasi urgen pula untuk disampaikan.

Penting juga menyampaikan bahasan sesuai kondisi yang sedang dialami kampus atau para

mutarobbi. Atau topic materi berasal dari permasalahan yang disampaikan salah seorang peserta.

Intinya, materi dapat dibuat sefleksibel mungkin, dengan catatan materi-materi inti tarbiyyah tetap

memiliki prosi untuk disampaikan.

Kita perlu menggarisbawahi bahwa halaqah bukanlah sarana utama untuk mendalami ilmu

syariat. Murobbi juga merupakan mahasiswa yang sedang belajar ilmu kedokteran atau ilmu lain

Page 32: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 26

sesuai jurusannya. Mungkin hanya sedikit saja murobbi yang merupakan lulusan pesantren atau

sekolah Islam terpadu. Sisanya adalah mahasiswa yang juga sedang mempelajari Islam.

Topik materi yang bisa disampaikan di halaqah adalah yang memang bisa disampaikan oleh

orang awam. Materi-materi advanced seperti fiqh harus disampaikan oleh narasumber yang memang

menguasainya. Sarana yang digunakan pun umumnya bukanlah halaqah melainkan tasqif/kajian.

Sekali lagi yang perlu diingat adalah tarbiyyah kampus tidaklah mencetak syaikh yang mendalami

ilmu syariat.

Pembahasan mengenai apa saja materi yang dapat diberikan akan disampaikan di subba Output

Tarbiyyah.

SUSUNAN ACARA HALAQAH

Selain perangkat, halaqah juga memiliki susunan acara. Ada susunan baku yang banyak diikuti

oleh kelompok-kelompok halaqah di berbagai daerah. Namun, kegiatannya dapat disesuaikan

dengan kenyamanan dan kebiasaan tiap kelompok.

Berikut adalah susunan yang biasa dilakukan pada halaqah:

a. Pembukaan

Kegiatan halaqah dibukan dengan protocol standar membuka acara: hamdalah dan salawat.

Pembukaan bisa dilakukan oleh murobbi, sehingga murobbi yang memegang acara dari awal

hingga akhir, atau dilakukan oleh salah satu peserta. Pada cara yang terakhir, murobbi hanya

berperan sebagai pengisi materi, sedangkan MC diserahkan kepada yang lain.

b. Tilawah Quran

Tilawah umumya dilakukan secara bergiriliran. Masing-masing membaca ½ halaman atau 1

halaman, tergantung kondisi kelompok. Melalui agenda ini murobbi bisa menilai perkembangan

kelancaran tilawah binaannya

Bagi kelompok yang sudah berada di jenjang yang tinggi, disarankan tilawah Quran diganti

dengan setoran hapalan Quran.

c. Tausiyah Singkat atau Pembacaan Hadis atau Pembacaan Berita Terkini

Ada baiknya tiap peserta dilibatkan dalam setiap halaqah. Salah satu cara sederhana adalah

dengan memberikan kesempatan peserta untuk tausiyah singkat sebelum masuk ke penyampaian

materi oleh murobbi. Biasanya susah bila langsung menembak salah satu untuk tausiyah halaqah

berjalan. Karena itu, sebaiknya orang yang akan tausiyah ditentukan pada pertemuan sebelumnya.

Pembacaan hadis selain menambah keterlibatan peserta juga menambah wawasan mengenai

hadis. Hadis yang dibaca dapat dimulai dengan hadis arba’in. Ada juga tambahan agenda berupa

pembacaan berita, terutama berita yang menyangkut dunia Islam. Selain menjadi kelompok up to

date dengan info-info terbaru, kegiatan ini juga dapat menumbuhkan jiwa solidaritas dengan

saudara-saudara seiman di luar tanah air.

d. Materi Utama dan Diskusi

Topik inti halaqah disampaikan oleh murobbi. Dahulu, metode penyamapaian yang umum

digunakan adalah dengan menulis “panah-panah” huruf arab di papan tulis. Sekarang, ada banyak

cara yang bisa digunakan untuk membuat penyampaian materi.

Page 33: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 27

Pada kelompok yang sudah mencapai tahap pembentukan, dianjurkan mutarobbi mencatat

hal-hal penting dari materi yang disampaikan. Menulis di buku catatan ketika materi sedang

disampaikan lebih terasa manfaatnya ketimbang hanya meng-copy materi melalui flashdisk.

Setelah materi utama selesai disampaikan, diskusi 2 arah dapat dibuka. Bersifat 2 arah karena

mungkin tidak semua pertanyaan dapat murobbi jawab. Bisa saja peserta lain lebih luas

wawasannya. Hal ini juga akan membuat kelompok halaqah menjadi hidup. Jika ada hal yang tidak

diketahui oleh murobbi, jangan sungkan menjadikannya sebagai PR bersama untuk didiskusikan di

pertemuan selanjutnya.

e. Penyampaian Rawa’I (Berita Gembira), Qadhaya (Masalah), dan Seputar Aktivitas Kampus

Berbagi berita gembira dan masalah akan mencairkan dan mengakrabkan kelompok halaqah.

Bila ada mutarobbi yang mau mengutarakan masalahnya di kelompok, itu menunjukkan

kepercayaan di dalam kelompok tersebut telah tumbuh. Atau, bisa saja seorang mutarobbi enggan

menyampaikannya di depan semua teman kelompoknya dan hanya ingin berbicara berdua dengan

murobbinya.

Aktivitas sehari-hari peserta halaqah tentu sangat beragam. Kegiatan akademik, kegiatan

kemahasiswaan, kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa; semua hal tersebut jika dibahas bersama

dalam kelompok tentu akan meramaikan suasana. Murobbi karena lebih berpengalaman mungkin

bisa membagikan pengalamannya dalam hal akademik atau kemahasiswaan. Atau, mungkin ada

anggota peserta halaqah yang prestasi akademiknya menonjol atau dikenal sebagai aktivis

kemahasiswaan, yang akan menghidupkan pembicaraan. Tidak perlu sungkan pula untuk

mendiskusikan kegiatan-kegiatan LDK di dalam kelompok.

f. Penutupan

Bila sebuah forum dibuka, maka harus ditutup pula dengan hamdalah. Jika mau, dapat

ditambah dengan pembacaan doa. Kebanyakan kelompok halaqah menutup lingkarannya dengan

membaca doa robitoh.

Penutupan bisa dilakukan oleh murobbi, MC, atau orang lain yang ditunjuk secara khusus.

MENGELOLA HALAQAH KAMPUS

Kualitas kader LDK sangatlah ditentukan oleh kualitas halaqahnya. Kualitas halaqah dtentukan

oleh bagaimana LDK mengelolanya. Sekali lagi ditekankan, halaqah merupakan perangkat tarbiyyah

paling utama dan tak tergantikan. Umumnya, LDK memiki Departeman Tarbiyyah atau Pembinaan

yang mengatur penyelenggaraan halaqah kampus.

a. Rekrutmen Peserta

Waktu yang paling krusial adalah ketika penerimaan mahasiswa baru. Kondisi tiap kampus

berbeda pada saat rekrutmen ini.

Bagi kampus yang terdapat acara “wawancara agama” pada rangkaian penerimaan mahasiswa

barunya, momen ini dapat dimanfaatkan untuk merekrut sekaligus melakukan penjaringan.

“Penjaringan” di sini artinya menetukan secara kasar pemahaman dan penghayatan nila-nila Islam

mahasiswa baru. Tidak sedikit mahasiswa baru yang memang sebelumnya aktif di rohis sekolah,

DKM masyarakat rumah, atau telah mengikuti halaqah sejak lama.

Proses penjaringan amat berperan dalam penentuan kelompok halaqah. Mereka yang

sebelumnya aktif di rohis sekolah, telah intens mengikuti halaqah, bekepribadian hanif, bahkan

telah mengenal dakwah harus dipisah dengan mereka yang belum pernah mengaji sama sekali.

Page 34: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 28

Harapan dari pengelompokan seperti ini adalah agar mereka yang “menjanjikan” memang

difasilitasi untuk berkembang. Jangan sampai peserta yang semangat untuk mengaji terhambat

karena teman-teman sekelompoknya yang malas.

Dahulu, mahasiswa baru yang hanif digabungkan kelompoknya dengan mereka yang “anak

gaul” baru mengaji, dengan harapan anak gaul tersebut terus diajak mengaji oleh yang

hanif.Namun menurut pengalaman penulis, hal tersebut tidaklah efektif dan bahkan menghambat

perkembangan mutarobbi yang hanif tersebut.

Proses “akselerasi” pun memungkinkan dilaksanakan melalui pengelompokan seperti ini.

Jika tidak ada wawancara agama, gunakan metode lain seperti penyebaran lembar kuesioner.

Jawaban lembar kuesioner tersebut dinilai dan diberi kategori sesuai dengan pemahaman

keislamannya. Manfaatkan sesi rohani atau jam istirahat salat di acara penerimaan mahasiswa

baru. Contoh lembar wawancara agama KAMI AsySyifaa FK Unpad dilampirkan di akhir buku

ini.

Beruntung bagi kampus yang berhasil merangkul pihak dekanat agar menjadikan halaqah

sebagai bagian dari kuliah agama untuk mahasiswa baru. Kewajiban mahasiswa baru untuk

halaqah, walau hanya semester pertama, merupakan modal yang sangat berharga. Meskipun pada

pelaksanaannya banyak yang kabur atau enggan lanjut setelah masuk semester dua, setidaknya

memudahkan LDK untuk merekrut peserta. Tinggal bagaimana selama satu semester tersebut LDK

mengelola dan murobbi menyamankan suasana halaqah.

Bila kegiatan halaqah wajib masih belum ada, disarankan kepada LDK untuk tidak bosan terus

memperjuangkannya. Lakukan pendekatan kepada dekanat, misalnya sering mengundang mereka

ke acara-acara LDK.

b. Rekrutmen Murobbi

Fakultas kedokteran memiliki ciri khasnya tersendiri. Menurut pemantauan penulis,

kebanyakan mahasiswa FK bersifat eksklusif dibandingkan dengan mahasiswa fakultas lain. Jam

kuliah yang padat dan tugas yang banyak membuat mahasiswa FK jarang bergaul dengan

mahasiswa fakultas lain.

Oleh Karena itu, disarankan murobbi untuk mahasiswa FK berasal dari fakultas yang sama.

Murobbi akan lebih mengerti kesibukan mutarobbinya dibandingkan bila murobbi dari fakultas lain.

Mutarobbi juga akan merasa nyaman bila dibina oleh sesama teman sejawat kelak.

Penarikan murobbi dari fakultas lain, atau bahkan nonmahasiswa, hanya dilakukan jika

memang sudah tidak ada stok murobbi di FK. Bila perlu, satu murobbi memegang beberapa

kelompok bila tidak mengganggu kegiatan akademiknya. Hal ini membut proses rekrutmen

murobbi dari kalangan mahasiswa FK sendiri sangat penting.

Rekrutmen murobbi secara lebih detil akan dibahas di subbab “Membentuk Murobbi”.

c. Menggairahkan Perjalanan Halaqah

Ada 2 rumus utama agar halaqah berjalan secara menggairahkan: “dinamis” dan “produktif”.

Dinamis berarti tidak monoton, antijenuh, dan kreatif. Walau secara default halaqah diadakan

dalam bentuk lingkaran sambil lesehan dengan susunan acara pembukaan-penutupan, saat ini ada

banyak cara yang digunakan untuk menjadikannya bergairah.

Page 35: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 29

Gambar 2 Halaqah di Pantai; Asyik, Kan?

Sumber: http://farm4.static.flickr.com/3061/2575878801_2ee1857091.jpg

Metode penyampaian tidak harus berupa ceramah satu arah, tapi bisa juga melalui games,

bedah buku, dll. Media audio-visual, bila digunakan secara optimal, akan meningkatkan antusiasme

peserta. Materi pun tidak perlu selalu terpaku pada muwashaffat. Asalkan topic utama telah

tersampaikan, variasi-variasi materi yang menarik dapat pula dihidangkan. Tempat halaqah

sebaiknya tidak monoton hanya di masjid. Alam terbuka bahkan tempat makan merupakan salah

satu tempat halaqah yang amat menarik. Sesekali, agar terdapat vatiasi, murobbi tamu dapat

diundang untuk mengisi materi.

Produktif memilki arti halaqah berjalan mencapai tujuan yang diharapkan. Dinamisasi dan

variasi memang diperlukan, namun jangan sampai membuat halaqah menjadi keluar jalur.

Agar mencapai tujuan utama, maka diperlukan tujuan-tujuan kecil atau perantara. Dalam

proses tarbiyyah, hal tersebut dikenal sebagai pencapaian tiap jenjang. Pencapaian-pencapaian

tersebut perlu dievaluasi secara berkala oleh murobbi atau LDK. Bila satu jenjang telah tercapai,

maka muatan halaqah yang disampaikan dimaksudkan agar para peserta dapat mencapai jenjang

berikutnya.

Untuk lebih mengetahui bagaimana menggairahkan halaqah, silakan baca buku

“Menggairahkan Perjalanan Halaqah” karya Satria Hadi Lubis, penerbit Pro-U Media.

d. Evaluasi

Proses keberjalanan tiap kelompok halaqah perlu dievaluasi. Hal ini untuk menilai

keberlangsungan halaqah tersebut sesuai tujuan dan pesertanya telah mencapai output yang

diharapkan.

Walaupun kesibukan tiap murobbi bermacam-macam, upayakanlah penyediaan waktu khusus

agar seluruh murobbi dapat berkumpul bersama penyelenggara halaqah kampus secar berkala.

Dengan bertemu langsung, tiap murobbi dapat menyampaikan masalah kelompoknya secara

mendetil. Murobbi lain dapat memberi masukan. Tips dan trik suatu kelompok bisa sukses pun

dapat dibagikan. Penyelenggara halaqah, misalnya departemen tarbiyyah, lebih dapat menangkap

masalah tiap kelompok dan menemukan solusinya bersama.

Memang sangatlah sulit mengumpulkan semua murobbi di satu waktu, terlebih murobbinya

dari fakultas lain atau nonmahasiswa. Jika memang demikian, minimal penyelenggara halaqah

memantau perkembangannya melalui sms, email, dsb. Murobbi menilai antusiasme dan

pencapaian output atau muwashaffat. Murobbi pula yang menentukan apakah binaannya layak

naik jenjang atau tidak. Penyelenggara halaqah hanya menerima laporan dan memfasilitasi bila ada

kader yang sudah waktunya naik jenjang.

Page 36: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 30

Evaluasi juga dapat mendeteksi kelompok yang bermasalah. Misalnya kelompok yang hanya

satu-dua orang yang hadir, murobbi yang jarang hadir, atau adanya ketidakcocokan teman

sekelompok atau mutarobbi dan murobbi. Masalah yang terakhir disebutkan umum dijumpai pada

kelompok akhawat. Diharapkan, dengan adanya evaluasi, murobbi dan penyelenggara halaqah

dapat menemukan solusi bersama.

TASQIF/KAJIAN

Berbeda dengan halaqah, tasqif merupakan agenda tarbiyyah yang ditujukan untuk banyak

orang dengan satu narasumber. Fokus utama tasqif adalah penyampaian wawasan atau ilmu secara

mendalam. Hal-hal seperti mengenal mutarobbi secara mendalam, perhatian terhadap masalah-

masalah mutarobbi, dan mengevaluasi perkembangan mutarobbi tidak dilakukan di tasqif.

Narasumber tasqif adalah seorang ulama atau ustadz yang memang menguasai materi yang

disampaikan. Materi yang disampaikan pun berupa ilmu-ilmu syariat yang mendalam dan yang

memang hanya bisa disampaikan oleh ahlinya. Peserta tasqif adalah peserta tarbiyyah, dalam hal

ini adalah peserta halaqah juga.

Tasqif berbeda dengan ceramah atau agenda tabligh yang diselenggerakan syiar. Seperti

halaqah, tasqif dijalankan sesuai dengan kurikulum tarbiyyah dan pesertanya pun khusus peseta

tarbiyyah. Ia juga bersifat rutin, walau tidk serutin halaqah, dan pelaksanaannya bertujuan

mencapai output/muwashaffat tarbiyyah yang tidak bisa dicapai melalui halaqah.

Tasqif juga dapat disamakan dengan agenda halaqah gabungan. Biasanya diadakan seminggu

sekali, namun dapat disesuaikan untuk mencapa tujuan tarbiyyah masing-masing lembaga

kampus.

MABIT/BERMALAM DAN JALASAH RUHIYAH

Mabit, biasa kita kenal sebagai “malam bina iman dan taqwa”, merupakan salah satu sarana

tarbiyyah, namun bukan sarana khusus. Apa yang disampaikan pada mabit adalah materi tarbiyyah

sarana tasqif/halaqah gabungan, dengan modifikasi bentuk berupa bermalam di masjid.

Hal lebih yang bisa didapat dari mabit adalah penguatan atau penyegaran ruhiyah. Agenda

yang biasa ada, selain kajian, adalah qiyamulail (salat malam). Ada pula yang menambahkannya

dengan renungan atau muhasabah malam. Semua kegiatan itu bermanfaat untuk memperkuat

ruhiyah peserta.

Sangat disarankan mabit didakan khusus untuk ikhwan. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan

dam membiasakan adab-adab Islami kepada peserta tarbiyyah. Bagi akhawat, agenda penguatan

ruhiyah dapat dilakukan melalui jalasah ruhiyah. Kegiatan jalasah ruhiyah umumnya diadakan hari

minggu pagi atau siang, setelah ikhwan selesai mengadakan mabit. Agenda utama berupa taujih

dari narasumber/ustadz yang muatan utama materinya untuk menyegarkan ruhiyah.

Jika pada akhirnya mabit tetap diselenggarakan untuk ikhwan dan akhawat, ada beberapa

adab yang perlu diperhatikan. Adab-adab ini bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan peserta

tarbiyyah beradab Islami. Beberapa di antaranya yaitu:

1. agenda gabungan ikhwan-akhawat hanya diselenggarakan di waktu sore dan pagi hari,

2. agenda malam (kajian malam, QL berjamaah, dll) dipisah antara ikhwan-akhawat,

3. ikhwan dan akhawat istirahat malam di gedung yang berbeda. Misal: ikhwan di masjid, akhawat di

gedung kuliah.

Page 37: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 31

RIHLAH/MELAKUKAN PERJALANAN/TAFAKUR ALAM

Salah satu sarana yang amat popular dan disukai adalah rihlah. Umumnya, rihlah merupakan

agenda yang bertujuan untu menumbuhkan ukhuwwah antarpengurus LDK. Namun, rihlah juga

dapat dijalankan untuk memperkut kekeluargaan antarpeserta tarbiyyah dengan murobbi. Halaqah

di alam terbuka juga salah satu bentuk mendinamiskan kegiatan halaqah.

Dengan rihlah juga diharapkan peserta tarbiyyah menyadari pentingnya tarbiyyah jasadiyah.

Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak semua peserta tarbiyyah memiliki fisik yang kuat. Karena

itu, perlu penyesuaian, yang terpenting tujuan dari rihlah tercapai.

MUKHAYYAM/BERKEMAH

Seperti mabit dan rihlah, mukhayyam bukanlah sarana utama. Tujuan-tujuan yang dapat

dicapai dari mukhayyam adalah pembinaan fisik, mempererat ukhuwwah, penguatan ruhiyah

(dengan qiyamulail berjamaah), dan tafakur alam.

JENJANG KADERISASI

Kader adalah seluruh mahasiswa muslim yang mengikuti kegiatan tarbiyyah. Mengikuti

paradigma tarbiyyah terbuka, peserta kegiatan tarbiyyah tidaklah hanya pengurus LDK, melainkan

seluruh muslim yang memang berminat mengikuti tarbiyyah.

Penting untuk membuat jenjang kaderisasi karena pada dasarnya dakwah itu memiliki sifat

bertahap. Adanya tahap-tahap kaderisasi akan lebih memudahkan untuk assessment pencapaian

output tarbiyyah yang diinginkan dari peserta.

Jenjang kaderisasi baiknya memiliki hubungan dengan status kepengurusan di LDK. Contoh:

pengurus yang menjadi badan pengurus harian (BPH) atau ketua organisasi idealnya adalah yang

berada pada jenjang kader tertinggi. Namun, yang biasa menjadi masalah adalah tidak cukupnya

kader jenjang tertinggi untuk menjadi BPH. Atau, jumlah kader jenjang tertinggi sangat sedkit dan

mereka lebih dibutuhkan di posisi lain, kepala departemen tarbiyyah misalnya. Karena itu,

hubungan jenjang pengurus dan posisi kepengurusan bisa dibuat fleksibel.

Keterangan: DS: Dewan Syuro; BPH: Badan Pengurus Harian

Gambar 3 Contoh Keterkaitan Jenjang Kaderisasi dengan Kepengurusan

Tiap LDK memiliki jenjang kaderisasi yang berbeda-beda. Umumnya kaderisasi dibagi menjadi 4

jenjang, yaitu kader mula, kader muda, kader madya, dan kader purna. Pada tulisan ini, penulis akan

membagikan contoh jenjang tarbiyyah KAMI AsySyifaa’ FK Unpad.

Terdapat 3 jenjang kaderisasi di KAMI AsySyifaa’ FK Unpad: Beginner, Learner, dan Leader.

Page 38: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 32

a. Beginner

Kader beginner adalah semua mahasiswa muslim yang masih beradaptasi dalam proses

tarbiyyah dan masih belum ada kewajiban dalam prosesnya. Dengan kata lain, kader beginner

adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti kegiatan tarbiyyah.

Fokus pencapaian kader jenjang ini adalah membuat mereka mengenal dan tertarik dengan

tarbiyyah hingga ingin terus mengikuti tarbiyyah. Penyampaian materi bukanlah agenda utama di

jenjang ini, sehingga tidak materi khusus yang disampaikan. Topik materi bisa disesuaikan untuk

membuat peserta nyaman dan tertarik. Begitu pula dengan kegiatan tarbiyyah. Maksimalkan

mungkin pada tahap ini terbangun kedekatan antara murobbi dan mutarobbi.

b. Learner

Kader Learner adalah mahasiswa muslim FKUP yang fokus mengikuti tarbiyyah dan di tengah-

tengahnya dengan dakwah. Pada jenjang ini, proses tarbiyyah mulai difokuskan ke materi-materi

untuk mencapai target tertentu yang telah disusun penyelenggara. Target-target tersebut berupa

10 muwashaffat.

Di KAMI AsySyifaa’ FK Unpad, kader beginner menjadi kader learner apabila bersedia untuk

mengikuti halaqah lanjutan pasca halaqah wajib selama 3 bulan. Sebelum mengikuti halaqah

learner, tiap kader harus mengikuti proses yang disebut dengan Training for Beginner.

Training for Beginner (TFB) merupakan dauroh/pelatihan 1 hari. Syarat peserta yang boleh

mengikuti TFB adalah presentasi kehadiran halaqah wajib minimal 80%. Tujuan dari TFB adalah

membangun pemahaman akan urgensi tarbiyyah sehingga kader secara sadar mengikuti proses

tarbiyyah secara kontinyu.

Output utama yang diharapkan dari tarbiyyah Learner adalah kader memiliki kepribadian

muslim dan komitmen dengan tarbiyyah.

c. Leader

Merupakan muslim FK Unpad yang memegang amanah dakwah dan memiliki kapasitas

memimpin. Aplikasi utama dari memegang amanah dakwah adalah menjadi murobbi/mentor.

Kader dianggap memiliki kapasitas memimpin jika telah mendapatkan materi kepemimpinan.

Target muwashaffat Leader berbeda dengan Learner, yaitu lebih tinggi secara kuantitas dan

kualitas. Pencapaian yang diharapkan tidak lagi sekedar kepribadian muslim, tapi juga kepribadian

aktivis dakwah. Artinya, kader secara sadar memiliki motivasi yang kuat untuk berdakwah.

Selain kesadaran untuk berdakwah, Leader juga dituntut untuk komitmen dengan tarbiyyah

dan memprioritaskannya di atas kegiatan (di luar kegiatan primer seperti kuliah).

Untuk mencapai jenjang Leader, Learner harus mengikuti proses tarbiyyah selama 1 tahun

secara sehat (kehadiran > 80%) dan direkomendasikan oleh murobbi sesuai dengan pencapaian

muwashaffat. Kader yang memenuhi syarat akan diundang secara khusus untuk mengikuti Training

for Learner (TFL). Pada TFL, konten yang ditekankan adalah penanaman urgensi dan motivasi

untuk berdakwah.

Terdapat 2 dauroh yang diadakan untuk jenjang Leader. Dauroh pertama dilaksanakan di

pertengahan masa Leader, dengan tujuan upgrading dan penjagaan semanga untuk tetap

memegang amanah dakwah. Dauroh kedua dilakukan di akhir masa Leader atau jelang menjadi

koas. Dauroh ini disebut juga dengan dauroh prakoas, bertujuan memberikan gambarakan

kehidupan koas dan mempersiapkan kader untuk menghadapinya dengan tetap menjaga

kesehatan tarbiyyah.

Page 39: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 33

OUTPUT TARBIYYAH

a. 10 Muwashafat

Output atau hasil akhir dari kader tarbiyyah tergambar dari 10 muwashaffat. Muwashaffat

merupakan pilar-pilar asasi yang harus terwujud pada diri seorang aktivis dakwah. Pilar-pilar ini

yang akan menjadikannya teladan dan contoh bagi orang-orang di sekitarnya.

Terdapat 10 pilar yang diharapkan dimiliki oleh kader tarbiyyah, yaitu Salimul Aqidah (aqidah

yang Selamat), Sahihul Ibadah (ibadah yang benar, Matinul Khuluq (akhlak yang tangguh), Qadirun

‘alal Kasbi (kemampuan berpenghasilan), Qawiyul Jism (jasmani yang kuat), Haritsun ala Waqtihi

(efisien menjaga waktu), Mutsaqqaful Fikr (wawasan pikiran yang Luas), Mujahidun Linafsihi

(bersungguh-sungguh atas dirinya), Munazhzham fi syu’unihi (teratur dalam urusannya), dan Nafi’un

lighairihi (berguna bagi orang lain)

i. Salimul Aqidah

Aqidah merupakan inti dari ajaran Islam yang dibawa oleh semua Rasul Allah. Misi utama

mereka adalah menyeru manusia untuk bersujud hanya kepada Allah SWT. Pembersihan aqidah

harus menjadi prioritas dalam dakwah.

Aqidah yang jernih ialah yang tidak terkotori oleh berbagai pemikiran dan pemahaman yang

tidak sesuai dengan Al Quran dan as sunnah. Dengan aqidah yang benar, seseorang akan mampu

menentukan tujuan hidupnya dan meluruskan tata nilai kehidupannya sehingga tidak tersesat dan

tertipu oleh dunia yang fana.

Aqidah yang bernar pula yang akan menghasilkan dokter-dokter berakhlak mulia, yang

menjalankan profesinya hanya karena keuntungan melainkan ridho Allah dan kebahagiaan di

akhirat.

ii. Shahihul Ibadah

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.

Adz-Dzariyat: 56)

Hakikatnya hidup ini adalah ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT di atas. Ibadah tidak

hanya sebatas aktivitas ritual seperti salat, puasa, dan haji. Namun, seluruh aktivitas dalam hidup

ini haruslah menjadi ibadah. Makan, tidur, belajar, bahkan bermain sekalipun hanya akan sia-sia di

hadapan Allah jika tidak diniatkan untuk ibadah.

Prioritas utama dalam ibadah tentu adalah ibadah wajib. Ketika berusaha memperbaiki ibadah

diri sendiri ataupun orang lain, ibadah wajib dululah yang perlu diperbaiki. Setelah ibadah-ibadah

wajib sudah tidak lagi tersa berat untuk dijalankan, barulah menumbuhkan keinginan dan usaha

untuk menjalankan ibadah sunnah.

Melaksanakan ibadah-ibadah khusus merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

iman dan menghidupkan ruh yang mati. Kualitas iman yang baik dan ruh yang hidup tergambar dari

kondisi ibadah keseharian.

iii. Matinul Khuluq

Akhlak merupakan hal yang paing mudah dilihat untuk menggambarkan kualitas seseorang.

Orang-orang cenderung akan senang bergaul dan respek terhadap orang yang berakhlak baik dan

menyenangkan. Sering kali orang yang paling didengar oleh komunitas atau masyarakat bukanlah

orang yang paling banyak atau luas ilmunya, tapi yang berakhlak baik.

Akhlak baik juga membuat orang-orang segan, hingga perilaku lemah lembut dan bijaksana

seorang aktivis dakwah akan diteladani. Dakwah yang paling efektif ialah melalui keteladanan,

Page 40: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 34

bukan dengan ceramah panjang lebar. Kader tarbiyyah hendaknya memperhatikan akhlaknya,

selain sebagai bentuk ibadah kepada sesama manusia, juga akan menumbuhkan rasa simpat

orang-orang terhadap tarbiyyah.

“Tidak ada sesuatu yang diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlaq yang baik, dan

sesungguhnya pemilik akhlaq yang baik benar-benar akan mencapai derajat (orang-orang yang

mengerjakan) puasa dan shalat.” (HR. Tirmidzi)

iv. Qadirun ‘alal Kasbi

Salah satu ciri orang mukmin ialah produktif dan tidak meminta-minta. Kerja yang produktif

erat kaitannya dengan bersabar terhadap rasa malas. Orang-orang saleh terdahulu menjaga

kehormatan dengan mengharamkan mereka dari meminta-minta. JIka sedang membutuhkan,

mereka akan minta diperkerjakan atau mencari kerja.

Ibadah juga mendorong seseorang kepada profesionalisme kerja.

“Sesungguhnya Allah menyukai bila salah seorang di antara kamu bekerja dan membagusi

kerjanya.” (Majma‟uz Zawa‟id, 4/10)

Jika belum mampu berpenghasilan dan masih ditanggung oleh keluarga, maka minimal yang

perlu dimiliki adalah kemampuan merencanakan keperluan dan pemenuhannya. Pengaturan

pengeluaran dan pemasukan sebaiknya dipelajari sedini mungkin.

v. Qawiyul Jism

“Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari seorang mukmin yang

lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan.” (HR. Muslim)

Fisik yang kuat merupakan hal yang vital bagi setiap manusia. Bagaimana mungkin seseorang

menjadi produktif bila sering sakit-sakitan? Dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat pun tidak

bisa dipisahkan dengan kekuatan fisik. Jika tidak ada tarbiyyah jasadiyah, sudah tentu Islam tidak

akan menyebar seperti saat ini.

Rasulullah saw. pun mewajibkan bagi setiap muslim untuk menjaga kesehatan fisiknya.

“Sesungguhnya badanmu memiliki hak atas dirimu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

vi. Haritsun ala Waqtihi

Waktu bukanlah uang, karena ia lebih berharga daripada itu. Waktu adalah kehidupan; jika

seseorang menyia-nyiakan waktunya, maka ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Kewajiban-

kewajiban yang dimiliki oleh seorang muslim jauh lebih banyak daripada waktu yang tersedia.

Tujuan-tujuan dakwah agar terealisasi membutuhkan segenap jiwa, harta, dan waktu. Karena

itu, nikmat yang Allah berikan berupa lapangnya waktu hendaknya dipersembahkan untuk dakwah.

Waktu hanya dapat digunakan untuk 2 hal: kegiatan yang bermanfaat atau kegiatan yang sia-sia.

Jika tidak ada manfaat yang dihasilkan dari suatu aktivitas, berarti ia tidak bernilai apa-apa di mata

Allah.

“Ada dua nikmat di mana banyak manusia yang terlena dengan kedua nikmat itu: yaitu kesehatan

dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Setiap manusia memiliki jatah waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam satu hari. Dalam 24 jam

itu ada orang yang bisa mengatur negara, namun ada juga yang mengatur dirinya sendiri tidak

mampu. Kemampuan mengatur waktu akan sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik merupakan kunci dari orang-orang sukses.

vii. Mustsaqqaful Fikr

Islam sangat menyerukan penganutnya untuk menuntut ilmu dan pengetahuan. Ketika

seorang aktivis dakwah akan mengajak orang-orang pada kebaikan, hendaknya ia memiliki

Page 41: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 35

wawasan yang luas. Hal ini akan mempermudah komunikasi aktivis dakwah dan sekitarnya, juga

akan menumbuhkan simpati mereka dengan dakwah.

Di masa sekarang, sudah bukan zamannya lagi aktivis Islam yang kurang pergaulan dan

mengasingkan diri. Penting untuk memiliki beragam informasi yang ada, karena itu akan

mempermudah interaksi dengan sekitar. Islam adalah agama yang terasing, namun bagi muslim

“terasing” di sini adalah secara hati, sedangan fisik harus berbaur dengan sekitar.

Wawasan yang luas juga dapat dlihat dari kepeduliannya terhadap sekitar dengan selalu

mengakses berita dan informasi. Kondisi umat muslim saat ini di berbagai belahan dunia—

Rohingnya, Pattani, Gaza, Suriah, Mesir—seharusnya mendapat perhatian bagi setiap peserta

tarbiyyah.

viii. Mujahidun Linafsihi

Besungguh-sungguh terhadap diri sendiri merupakan cerminan kesungguhan seseorang

mengendalikan hawa nafsunya. Sedangkan nafsu merupakan formulasi antara kecendeungan-

kecendeungan baik dan jahat. Karena itu, bersungguh-sungguh untuk melawan kecenerungan

yang buruk dan bersabar untuk melaksanakan kecenderungan yang baik merupakan perwujudan

muslim yang berjihad atas dirinya sendiri.

Orang yang akalnya merdeka ialah ia yang mampu mengendalikan hawa nafsu, bukan

sebaliknya.

ix. Munazhzham fi Syu’unihi

Tujuan dan cita-cita besar haruslah disusun, direncanakan, dan dilaksanakan dengan sangat

rapi. Urusan dan pekerjaan yang dapat diatur sedemikian rupa akan menghasilkan efisiensi waktu,

tenaga, bahkan dana.

x. Nafi’un Lighairihi

“Siapa yang sedang menyampaikan hajat saudaranya maka Alalh akan melaksanakan hajatnya.

Dan siapa yang membebaskan kesukaran seorang muslim, Allah akan membebaskan kesusahannya di

hari Qiamat.” (HR. Bukhari)

Layaknya pohon kokoh yang berbuah: daunnya yang rindang memberi keteduhan bagi orang

yang kepanasan dan buah yang dihasilkannya memberi gizi bagi orang yang lapar, begitu pula

muslim yang bermanfaat. Bahkan ketika orang-orang melempar pohon itu dengan batu, ia

membalasnya dengan buah.

Seorang muslim hakikatnya dituntut untuk memberikan kontribusi bagi kehidupan manusia

hingga nafas terakhirnya berhembus. Kehidupan seseorang tidak diperhitungkan dengan bilangan

tahun yang dilaluinya sejak kelahiran hingga kematiannya, tetapi diperhitungkan dengan karya-

karya yang dilakukannya selama hidupnya.

Dan manfaat apakah yang lebih utama bagi manusia daripada mendakwahkan manusia

kepada Allah dan menunjukkan mereka kepada jalan lurus yang akan mewujudkan kebahagiaan di

dunia dan akhirat?

“Barang siapa memberikan satu contoh perbuatan yang baik dalam Islam, maka ia akan

mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang melakukan perbuatan itu setelahnya tanpa

mengurangi sedikit pun pahala orang yang melakukannya. Dan barang siapa yang memberikan satu

conto perbuatan yang buruk dalam Islam, maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang yang

melakukan perbuatan itu setelahnya tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa orang yang

melakukannya.” (HR. Muslim)

Page 42: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 36

b. Assessment Muwashaffat

Muwashaffat merupakan indikator tersampaikannya materi-materi tarbiyyah dan tercapainnya

hasil tarbiyyah yang dinginkan. Penilaian pencapaian muwashaffat penting dilakukan untuk menilai

apakah kegiatan tarbiyyah tersebut bersifat produktif atau tidak. Jika muwashaffat jenjang tertentu

yang diharapkan telah tercapai, kader tersebut telah layak untuk menapaki jenjang selanjutnya.

Evaluasi muwashaffat, berdasarkan pengalaman penulis, bukanlah hal yang sederhana. Ia tidak

seperti penilaian yang dilakukan guru agama terhadap lembar ujian muridnya. Walaupun sebaiknya

penilaian dilakukan seobjektif mungkin (secara kuantitatif tercapai atau tidak), assessment

subjektif dari mentor atau murobbi sangatlah penting. Murobbi adalah orang yang dharapkan

sangat memahami kondisi binaannya. Karena itu, evaluasi muwashaffat haruslah dilakukan oleh

murobbi.

Berikut beberapa cara mengassess muwashaffat peserta tarbiyyah:

a. bertanya langsung; murobbi bertanya langsung kepada setiap binaannya mengenai pencapaian

muwashaffat yang diharapkan. Pertanyaan ini bisa dilakukan di setiap akhir halaqah,

b. menanyakan kondisi peserta tarbiyyah melalui teman-teman dekatnya. Pada umumnya, teman-

teman dekatlah yang paling mengetahui kondisi seseorang, dan yang paling mampu

menggambarkan keadaan sebenarya,

c. lembar kuesioner. Teknik ini mirip dengan bertanya langsung, hanya melalui kuesioner,

d. penilaian subjektif. Proses ini juga amatah penting. Beberapa hal yang perlu dinilai oleh murobbi

secara subjektif:

- antusiasme mutarobbi terhadap kegiatan halaqah

- pemahamannya terhadap materi-materi tarbiyyah yang disampaikan

- rasa percaya mutarobbi terhadap murobbi

- motivasinya untuk terus belajar Islam

- awareness terhadap permasalahan umat di sekitarnya

Pengelola tarbiyyah (misal: departemen pembinaan), melakukan evaluasi semacam ini melalui

murobbi. Waktu dan mekanismenya bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing LDFK.

MEMBENTUK MUROBBI

Posisi murobbi sangatlah penting dalam proses tarbiyyah. Inti dari tarbiyyah, yaitu halaqah,

tidak akan berjalan bila tidak ada murobbi. Berapa banyak orang-orang yang terhambat untuk

halaqah karena tidak adanya murobbi?

Kader yang sedikitnya telah menjalani satu tahun halaqah harus dipersiapkan untuk menjadi

murobbi. Satu tahun dirasa cukup bagi kader untuk meresapi konten-konten tarbiyyah, terutama

bagi mereka yang menjalani halaqah dengan sehat dan antusias. Murobbi pun berperan untuk

menilai binaan-binaannya yang potensial—dan harus—menjadi murobbi selanjutnya.

a. Menghalau Keraguan

Kelangkaan murobbi yang mengakibatkan banyaknya kader yang tidak bisa halaqah umumnya

disebabkan oleh proses regenarasi murobbi yang kurang baik. LDFK mungkin terlalu bergantung

pada murobbi yang berasal dari luar FK atau kampus. Padahal, mahasiswa FK cenderung lebih

nyaman bila dibina oleh sesame mahasiswa FK. Hal ini dikarenakan mahasiswa FK cenderung

Page 43: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 37

eksklusif, tidak banyak yang bergaul dengan mahasiswa fakultas lain, dan juga jadwal akademik

yang padat. Bila murobbi berasal dari fakultas yang sama, mereka berharap sang murobbi tersebut

lebih dapat mengerti dan memenuhi kebutuhan mereka.

Namun, banyak hambatan yang menghadang untuk mencetek murobbi. Penghalau utama

tersebut adalah “alasan-alasan klasik”. Jawaban apa yang didapat ketika seorang kader ditawari

untuk menjadi murobbi?

“Belum siap”

“Belum pantas”

“Wah, masa orang kayak saya jadi murobbi”

Kebanyakan menganggap bahwa murobbi itu adalah “orang suci”, “seorang ustadz atau

syaikh, “tidak pernah salah”, atau “bagaikan malaikat”. Kemudian, mereka pun menilai diri mereka

sendiri: “baca Quran belum lancar”, “masih banyak maksiat (kecil)”, “hafalan belum banyak”, “tidak

bisa menulis arab”, dll.

Hal-hal seperti inilah yang harus segera diberantas dari dalam benak setiap kader.

Murobbilah yang harus menepis keraguan ini. Bila masih menolak juga walau telah diyakinkan

sedemikian rupa, ajaklah ia untuk bicara empat mata. Pendekatan hati amatlah diperlukan.

Sadarkan bahwa ia telah dipercaya oleh murobbinya sendiri untuk memegang binaan. Benarkan

pemahamannya, bahwa menjadi murobbi bukanlah berarti sudah harus berilmu tinggi dan bebas

dari kesalahan. Justru menjadi murobbi merupakan sarana untuk terus menuntut ilmu dan

memperbaiki diri. Bahkan, menjadi murobbi merupakan “jalan pintas” untuk meningkatkan kualitas

diri.

Jika sudah ada keinginan untuk menjadi murobbi, namun masih ada kendala dalam hal teknis—

seperti tidak biasa memimpin forum, tidak bisa bicara di depan orang banyak, tidak tahu

bagaimana mencairkan suasana, dll—ajaklah ia untuk menjadi asisten mentor (astor).

Sistem astor dapat dijadikan salah satu sarana pelatihan untuk menjadi murobbi. Contoh, pada

kelompok baru, yang menjadi mentor atau murobbi utama merupakan yang sudah lebih siap atau

lebih senior, sedangkan calon murobbi tersebut mendampinginya ketika halaqah dilangsungkan.

Astor tersebut juga bisa dibuat lebih aktif dengan menambahkan materi yang telah disampaikan

mentor utama. Diharapkan calon murobbi tersebut dapat mempelajari hal-hal teknis secara

langsung dan menjadi siap untuk membina.

b. Sekolah Murobbi

Agar dapat mempersiapkan murobbi dengan lebih matang, ada baiknya pengelola tarbiyyah

mengadakan sekolah murobbi. Konten utama dari sekolah ini adalah menepis keraguan, motivasi

menjadi murobbi, teknik mengelola halaqah, dan bagaimana membina dengan hati.

Sekolah ini diadakan beberapa bulan sebelum kehadiran kelompok baru atau mahasiswa baru

ke kampus. Pesertanya adalah kader-kader yang direkomendasikan oleh murobbi untuk

mengikutinya. Dengan kata lain, rekrutmen sekolah ini bersifat undangan atau tertutup.

Bentuk kegiatan dapat dibuat one day/two days training atau beberapa pertemuan dalam

sekian minggu/bulan. Penulis lebih memilih bentuk terakhir karena efeknya yang lebih berjangka

panjang. Di akhir pertemuan, baiknya diadakan semacam simulasi halaqah: peserta sekolah

memimpin pertemuan halaqah. Peserta simulasi dapat berasal dari peserta atau panitia sekolah,

Page 44: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 38

sehingga simulasi dilakukan bergiliran. Setelah simulasi selesai, panitia atau peserta lain

memberikan evaluasi dan masukan.

Jika ingin simulasi terasa lebih nyata, panitia sekolah dapat mendatangkan anak-anak SMA

untuk dijadikan peserta simulasi halaqah.

c. Maintenance Murobbi

Salah satu hal yang sebaiknya tidak dilupakan adalah bagaimana menjaga kualitas murobbi,

termasuk motivasi.

Idealnya, pengelola tarbiyyah rutin mengadakan pertemuan talaqi materi untuk murobbi

dengan mengundang narasumber (ustadz/ulama). Materi yang ditalaqi tidaklah perlu semuanya

yang akan disampaikan dalam halaqah. Yang utama adalah materi yang memang butuh referensi

dari pihak yang memang menguasainya.

Selain talaqi, pertemuan ini juga bisa digunakan untuk training motivasi bagi murobbi. Baiknya,

training motivasi ini lebih ke dalam bentuk penguatan ruhiyah murobbi agar tetap istiqomah

berdakwah. Evaluasi keberlangsungan halaqah juga dapat dilakukan di pertemuan ini jika waktunya

cukup lapang.

Memang yang paling baik adalah pengelola dan para murobbi rutin bertatap muka untuk

agenda-agenda di atas, satu atau dua bulan sekali misalnya. Namun jika sulit untuk mengumpulkan

mereka, talaqi dapat disampaikan via tulisan, email, dll. Peningkatan motivasi dapat dilakukan

secara tidak langsung melalui komunikasi yang intens antara pengelola dan murobbi, begitu juga

dengan evaluasi.

Intinya, perlu komunikasi yang aktif antara pengelola dengan para murobbi.

PROSES TRANSFER KELOMPOK HALAQAH

a. Urgensi Halaqah Pascakampus

Proses tarbiyyah di kampus tidaklah selamanya, mengingat masa kuliah di kampus hanya

beberapa tahun saja. Amat mudah bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan halaqah, karena ada

lembaga yang mengatur dan menyelenggarakannya (yaitu LDFK). Namun, setelah masa

mahasiswa berakhir, bagaimana kelanjutan halaqah? Kepada siapa mereka harus mengaji? Apakah

masih ada pihak penyelenggara halaqah setelah selesai masa kampus? Dan pertanyaan paling

dasar: apakah masih perlu ikut halaqah setelah keluar kampus nanti?

Untuk pertanyaan terakhir, tentu saja jawabannya: YA! Proses mengaji atau belajar Islam

bersifat seumur hidup. Ilmu Allah amat luas dan tidak akan pernah habis untuk digali. Terlebih,

dunia luar adalah dunia yang “jauh dari ideal”, tidak seperti kampus.

Jika menuntut ilmu Islam harus terus dilakukan seumur hidup, apakah memang harus dalam

bentuk halaqah? Bukankah saat ini belajar Islam begitu mudah, bisa melalui buku, radio, TV,

internet, atau pengajian-pengajian terbuka di masjid-masjid?

Seperti yang disampaikan di atas, bahwa halaqah merupakan sarana utama dalam tarbiyyah.

Keberadaannya mutlak dan tidak bisa diganti oleh sarana lain. Tidak hanya karena ia bersifat

intensif sepekan atau dua pecan sekali (halaqah yang sehat adalah sepekan sekali), namun juga

keberadaan murobbi yang terus memberi penyegaran ruhiyah, perhatian, dan juga lingkaran

orang-orang soleh adalah sangat dibutuhkan. Terlebih, kita sering mendengar bahwa kampus

Page 45: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 39

adalah “dunia idealita” sedangkan dunia kerja adalah “dunia realita”. Keberadaan halaqah tidak

bisa dihilangkan pada setiap kondisi.

Bagi mahasiswa kedokteran, setelah melewati masa kampus/sarjana, akan memasuki dunia

koasisten atau profesi. Ada FK yang letaknya berjauhan dengan rumah sakit pendidikan, ada juga

yang dekat. Mahasiswa yang mengikuti masa profesi di RS yang letaknya berjauhan dengan FK

lebih sulit dikondisikan proses transfer halaqahnya.

b. Masa-Masa Berjatuhan

Kampus memiliki atmosfer yang sangat ideal, setidaknya bila dibandingkan dengan di luarnya.

Kebanyakan mahasiswa kuliah tidak sambil mencari penghasilan. Dunia kerja yang penuh intrik pun

tidak dikenal di kampus.

Masa profesi/koasisten merupakan masa peralihan. Namun, semangat dan antusiasme yang

pernah dirasakan ketika masa sarjana perlahan-perlahan mulai luntur di masa ini. Kemudian,

semangat untuk belajar Islam pun menghilang, lepaslah sudah ikatan terhadap tarbiyyah.

Kita masih bisa bersyukur apabila kader, yang dulunya aktif tarbiyyah bahkan berdakwah,

putus halaqah namun masih bersifat hanif. Namun, tidak sedikit pula yang mengundurkan diri dari

halaqah kemudian bersikap dan beraktivitas seolah tidak pernah mengikuti tarbiyyah.

Walaupun keingianan untuk tetap tarbiyyah memang berasal dari dalam hati masing-masing,

namun pengelola tarbiyyah harus memfasilitasi sedemikian rupa agar tiap kader ketika memasuki

masa baru langsung bisa halaqah. Jika dari awal saja halaqah para kader terhambat akibat tidak ada

yang memfasilitasi proses transfer, itu hanya akan mempermudah langkah mereka untuk

berjatuhan dari jalan dakwah.

c. Mentransfer Binaan

Seharusnya proses transfer amatlah simple. Proses ini sepenuhnya berada di tangan murobbi.

Hal ini dikarenakan pengelola tarbiyyah (departemen tarbiyyah) tidak lagi memiliki wewenang

terhadap dunia pascakampus. Namun proses halaqah haruslah tetap berjalan, sehingga murobbilah

yang harus mencari penggantinya.

Perlu diperhatikan bahwa transfer binaan harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum mutarobbi

tersebut pergi. Pihak murobbi harus diingatkan untuk mencari murobbi pengganti,

mengkontaknya, dan memberikan informasi-informasi terkait mutarobbi ke murobbi yang baru.

Bila sudah ada murobbi baru yang siap memegang, maka murobbi lama setidaknya mesti

memastikan bahwa mutarobbi dan murobbi baru tersebut dapat bertemu.

Keberhasilan proses transfer ini bergantung pada 2 hal: antusiasme murobbi dan antusiasme

mutarobbi. Untuk menumbuhkan antusiasme murobbi, merupakan tugas pengelola untuk terus

mengingatkan. Jika pada akhirnya murobbi tidak mencari penggantinya sama sekali—biasanya

karena murobbi tersebut sudah lama tidak komunikasi dengan mutarobbi—pengelolalah yang

berkewajiban untuk mencari murobbi pengganti.

Untuk antusiasme mutarobbi, hal tersebut tentu bergantung pada kesehatan halaqahnya.

Kader yang aktif mengikuti halaqah pada umumnya akan lebih mudah ditransfer, bahkan kader

tersebut akan menanyakan bagaimana kelanjutan halaqahnya pascakampus. Kesehatan halaqah

bergantung pada 2 faktor: murobbi dan mutarobbi. Murobbi yang jarang sekali mengadakan

Page 46: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

MANAJEMEN tarbiyah | 40

pertemuan akan berimbas pada turunnya semangat mutarobbi untuk halaqah. Akibatnya, walau

difasilitasi untuk transfer kelompok, kader tersebut sudah enggan untuk mengaji.

Poin terpenting dari proses ini adalah keaktifan pengelola tarbiyyah untuk terus memfollow up

para murobbi untuk mencarikan murobbi pengganti. Jika ada kader yang ingin lanjut halaqah,

namun sudah lama tidak halaqah karena sudah lama tidak ada pertemuan atau murobbinya sulit

dihubungi, kewajiban pengelolalah menyelamatkan kader tersebut.

Selain itu, pengelola pun harus memastikan bahwa halaqah yang ada di kampus berjalan

dengan baik. Seperti telah disebutkan, mutarobbi atau kelompok yang sudah jarang melakukan

pertemuan, entah karena hambatan di murobbi atau mutarobbinya, prognosisnya akan lebih buruk

untuk ditransfer. Jika menemukan kelompok yang jarang pertemuan karena faktor murobbi, segera

cari murobbi pengganti atau gabungkan dengan kelompok lain yang berjalan dengan baik.

Page 47: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar UNIVERSAL | 41

4

SYIAR UNIVERSAL

Urgensi

Syiar merupakan ujung tombak dari sebuah gerakan dakwah. Melalui mekanisme ia bekerja :

1. Sebagai pembungkus kado Apabila pembinaan keislaman merupakan sebuah kado, syiar adalah pembungkusnya. Kertas kado cantik yang akan membuat orang penasaran dengan isi sebuah kado. Sesuatu yang akan membuat orang tertarik untuk memulai langkahnya mendalami Islam dengan lebih jauh, dalam, dan serius. Syiar menonjolkan hal-hal yang bisa membuat orang tertarik pada Islam : hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari, hal yang sedang tren, hal yang penuh kontroversi, dsb.

2. Sebagai corong sebuah gerakan dakwah Ada dua fungsi dari mekanisme ini :

a. Yang pertama adalah sebagai media propaganda Merubah orang dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tahu menjadi peduli. Dari peduli menjadi terinspirasi untuk beraksi.

b. Yang kedua adalah sebagai pengcounter Segala kesalahpahaman yang tersebar sehingga merongrong agama kita, harus diluruskan. Departemen syiar harus menjadi yang terdepan dalam hal ini.

3. Sebagai wadah pendidikan bagi para subyek syiar Jangan sampai para juru syiar menyampaikan hal yang dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sehingga, tradisi keilmuan bagi juru-juru syiar harus ditumbuhsuburkan : membaca buku, berdiskusi, dll. Contoh : Jangan sampai terjadi seorang juru syiar bersuara lantang tentang kemerdekaan Palestina (misalnya), namun ketika seorang obyek syiar bertanya tentang “sejarah penjajahan

Page 48: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar UNIVERSAL | 42

palestina/bedanya yahudi dengan zionis/dsb”, juru-juru syiar itu bengong tidak bisa menjelaskan. Hal ini justru akan berbalik menjadi bumerang bagi kegiatan dakwah.

Syiar paling baik dan efektif adalah masing-masing individu juru syiar itu sendiri. Sehingga

pendidikan dan pembinaan terus menerus bagi juru-juru syiar adalah mutlak. “Sebuah contoh lebih

manjur daripada sejuta nasehat”.

Lingkup Kerja

Lingkup cara bersyiar : banyak sekali. Cara memoles apapun yang bisa digunakan untuk menjadi bungkus yang cantik. Lingkup bahan bersyiar : Syiar bisa membahas apa yang dibahas tarbiyah. Aqidah, syariah, bisa. Bedanya : kita menangkap suatu realita dan kemudian mengembalikannya pada quran dan sunnah. Kalau kajian tarbiyah : mereka memaparkan quran dan sunnah dan memberi contoh-contoh realita.

Kajian

Bagaimana menyelenggarakan kajian yang bermakna bagi anggota dan obyek syiar? (idealnya) - Menentukan tema : berdasarkan isu-isu panas yang sedang terjadi/tren, berdasarkan

momentum (hari kartini, musim ujian, nakba day, dll), mengangkat tema sendiri. - Menentukan apa saja yang harus dibahas dari tema tersebut. Poin-poin ini diberi nama :

learning issue. - Berbagi learning issue. Akan lebih baik jika 1 learning issue dikerjakan oleh lebih dari satu

orang. Supaya wawasan dan ilmu lebih bertambah. - Setiap anggota divisi syiar mengerjakan learning issue : studi literatur, bertanya pada orang

yang kompeten, dll. - Kajian : setiap anggota mempresentasikan LInya. Mengambil kesimpulan. Lebih baik lagi

sampai menentukan sikap. Menyusun rencana publikasi. - Melakukan konfirmasi : mengkroscek hasil kajian dengan ilmunya orang yang lebih

berkompeten. - Mendokumentasikan hasil kajian menjadi dokumen rapi yang bisa dibaca siapa saja dan kapan

saja

Usulan Program Kerja

- Kajian rutin anggota - Publikasi hasil kajian dengan cara yang sekreatif mungkin : seminar, propaganda media,

festival poster,sehari berkafiyeh, dll. - Bulan syiar : rentang waktu tertentu dimana departemen-departemen syiar meningkatkan

intensitas syiarnya sehingga tidak ada obyek syiar yang tidak terpapar oleh syiar. - Peringatan hari besar islam&hari-hari penting yg sekiranya bisa dieksplorasi untuk

menyebarkan nilai-nilai keislaman (hari kartini, world hijab day, nakba day, dll) - Syiar pelayanan : menyentuh kehidupan sehari-hari dan kebutuhan “dasar” obyek-obyek

syiar. - Optimalisasi media - Upgrading pengurus : terutama membekali juru-juru syiar dengan kemampuan yang

menunjang seperti kemampuan edit foto, disain sederhana, dll. Hal-hal kecil semacam ini selalu jadi masalah klasik.

Page 49: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar UNIVERSAL | 43

- Pengumpulan hasil-hasil kajian syiar menjadi sesuatu yang bisa diakses siapa saja sehingga bisa menjadi media rujukan. (contoh : seorang mahasiswa ingin tahu hukum rokok dalam islam. Dia teringat dulu departemen syiar DKM pernah mengkajinya, dia mengakses blog departemen syiar, atau pergi ke perpustakaan masjid untuk membaca dokumen-dokumen hasil kajian)

Page 50: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 44

5

syiar akademi & profesi

Urgensi

Islam adalah agama yang syammil (sempurna). Universalitas islam ini meliputi 3 dimensi yaitu

syumuliyatul zaman (universal dalam zaman), Syumuliyatul Minhaj (pedoman hidup yang universal)

dan syumuliyatul makan (Universal dalam tempat). Dalam syumuliyatul Minhaj ini, kita diminta untuk

berdakwah sehingga ajaran islam ini terus tersebar.

Dakwah bertujuan mengajak manusia kepada kebenaran dan mencegah mereka melakukan

perbuatan yang dilarang Allah. Dikatakan bahwa dakwah harus disampaikan dengan Hikmah. Jangan

sampai ada cara yang tidak baik karena bisa menyebabkan kontraproduktif dengan dakwah.

Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah

mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS

an-Nahl [16]: 125).

Sebagai muslim kita harus menjalani kehidupan sesuai dengan pedoman agama kita yaitu Al

Qur’an. Begitu juga dalam menjalankan aktivitas kita sebagai dokter nantinya. Ketika melakukan

suatu tindakan harusnya hal yang kita jadikan pertimbangan untuk menjalankannya adalah Islam.

Nah, untuk bisa mencapai tingkatan ini tentunya kita mulai dari hal-hal dasar dulu dan dekat dengan

bidang kita. Sesuai bidang kita yaitu syiar maka disini kita untuk mendekatkan muslim kepada Islam

itu lewat hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran. Jadi concern kita disini memang benar- benar

hal-hal dalam kemudian ditinjau dari aspek kedokteran.

Di Al Qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan mengenai ilmu yang kita pelajari

dikedokteran. Contoh tersering adalah ayat mengenai embrio.

Page 51: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 45

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus

dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah,

Pencipta Yang Paling Baik. (QS 23 : 12-14)

Kalau kita bandingkan dengan yang kita pelajari maka terlihat bahwa ilmu yang baru diketahui

ilmuwan sudah ada didalam Al Qur’an. Aspek ini bisa terus kita gali untuk semakin meningkatkan

keimanan dan meningkatkan kecintaan kita kepada Allah SWT. Aspek ini juga bisa menggaet teman-

teman yang menyukai ilmu-ilmu kedokteran untuk mulai mempelajari islam. Lewat aspek ini,

kecintaan kita baik terhadap ilmu kedokteran maupun Islam akan terus meningkat. Sehingga tidak

ada kata bosan untuk terus mencari ilmu. Ini juga merupakan bagian dari usaha kita untuk berdakwah

sesuai ‘bahasa kaumnya’.

Konsep kedokteran Islam tidak terbatas pada thibbun nabawi saja, namun lebih luas lagi.

Misalnya bagaimana dalam kehidupan sehari-hari dalam keprofesian kita menggunakan Islam dalam

kerangka pemikiran kita. Misalnya dalam penggunaan kertas kita seefektif mungkin untuk menjauhi

hal-hal yang mubazir.

Contoh lainnya menggunakan paradigm positif dalam menghadapi penyakit.

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau

kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-

kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)

Dengan memahami hal ini tentunya kita yang sedang diuji dengan sakit akan cenderung lebih

sabar dalam menghadapinya. Kalau dokternya sudah paham, perlahan-lahan hal ini bisa ditanamkan

kepada pasiennya. Sehingga apapun yang terjadi terhadap diri kita, kita akan lebih positif dalam

menghadapinya dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Sang maha penyembuh.

Atau ketika menghadapi masalah etika, misalnya Aborsi. Kondisi yang bisa saja kita hadapi ini

akan kita pertimbangkan berdasarkan aturan Islam. Penting untuk menyiarkan Islam lewat aspek

kedokteran ini, khususnya bagi para calon dokter. Perlahan-lahan kita ‘meracuni’ pola fikir para calon

dokter dengan hal-hal yang baik .

Lingkup kerja

Sasaran : Syiar akademi dan profesi di lingkungan kampus bisa melibatkan banyak pihak

diantaranya : mahasiswa kedokteran, dokter, staf di Fakultas Kedokteran tersebut.

Page 52: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 46

Kajian (how to? teknis? Rekomendasi bahan kajian)

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk kajian. Tergantung kepada kenyamanan internal

departemen tersebut. beberapa hal yang pernah penulis lakukan saat menjadi kadiv medical islam

DKM Asy Syifaa’ FK Unpad adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tema kajian. Penentuan tema kajian ini bisa dilakukan dengan beberapa cara.

- Menyebar angket kepada mahasiswa fakultas kedokteran. Bisa dilakukan lewat kotak angket maupun menyebarkan secara langsung kepada tiap tingkat. Didalam angket tersebut diberikan beberapa pilihan tema disertai pertanyaan terbuka mengenai topik yan ingin diketahui oleh mahasiswa tersebut….

- Tentukan berdasarkan system yang sedang dibahas saat itu. - Timbang kebutuhan lapangan saat itu apa, sehingga hasil kajian yang didapatkan

diharapkan bisa menjawab kebutuhan di lapangan 2. Tanamkan terlebih dahulu urgensi kenapa tema itu dipilih terutama kepada peserta kajian

(pengurus departemen tersebut). 3. Tentukan waktu yang fix untuk kajian. 4. Dalam satu tema, contohnya “manfaat puasa terhadap kesehatan”. tema ini akan dibahas dari

sisi kedokteran dan sisi islamnya, baik berupa fiqih atau masalah lainnya. - Untuk sisi kedokteran bisa dibahas dari sudut pandang anatomi, fisiologi ataupun hal

lainnya yang disesuaikan dengan tujuan kajian tersebut. - Begitu juga dengan sisi islamnya, bisa dibahas dari tinjauan fiqih.

5. Dari tema yang diangkat, ditentukan hal-hal yang ingin digali. Pada pertemuan pertama, hal-hal tersebut di list lalu ditugaskan kepada masing-masing anggota untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut.

6. Pada pertemuan selanjutnya, masing-masing anggota melakukan presentasi tugas-tugas tersebut. setelah dipresentasikan, lakukan tanya jawab. Setiap pertanyaan maupun jawaban dinotulensikan. Apabila ada pertanyaan yang belum bisa dijawab, maka pertanyaan tersebut dicatat dan dijadikan tugas untuk pertemuan selanjutnya.

7. Setiap argumen yang dikeluarkan dalam kajian harus bisa dipertanggungjawabkan (disertai referensinya)

Referensi untuk tugas:

- untuk sisi kedokterannya : merujuk pada buku kedokteran atau website/blog/buku dari penulis yang sudah valid kebenarannya berdasarkan hasil konfirmasi ke buku kedokteran

- untuk sisi Islam : merujuk pada Alqur’an dan Hadist atau buku-buku keislaman lainnya

- Dalam kajian, peserta tidak menafsirkan ayat didalam Alqur’an. apabila ada hal yang dibingungkan mengenai suatu ayat,langsung dibaca lagi tafsirnya dan harus mengetahui asbabun nuzulnya (sebab-sebab turunnya ayat).

Beberapa buku maupun situs yang bisa dijadikan referensi : - Al Qur’an - Riyadhus Shalihin - Tafsir Al Qur’an - textbook kedokteran tercinta . - zadul maad jilid 4 karangan ibnu qayyim al jauziyah. - Buku ‘bunga rampai kedokteran islam’ - Situs : http://omarkasule.tripod.com/ - Buku karangan pak Tauhid Nur Azhar.

Page 53: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 47

- Hasil penelitian yang udah dipublikasikan diinternet (jurnal) - Dan banyak sumber lainnya.

8. ada mekanisme konfirmasi kepada ahli dibidang masing-masing: - Sisi kedokteran (basic science dan lain lain) dikonfirmasikan kepada dokter yang

mempunyai kompetensi sesuai bidang yang sedang dikaji - Sisi Islam dikonfirmasikan kepada ustad yang mempunyai kompetensi sesuai bidang

yang sedang dikaji 9. Keputusan kajian yang akan dipublikasikan disepakati dulu oleh semua peserta kajian dan setelah

dikonfirmasi lagi ke Dokter dan / ustad. 10. Setelah selesai mengkaji suatu tema, maka sampailah kita pada fase publikasi hasil kajian.

Publikasi bisa dilakukan pada satu pertemuan rutin. Waktu melakukan kajian berama divisi medical islam DKM Asy Syifaa’ FK Unpad, kami mengerjakannya dalam waktu 3 minggu. Lalu hasil kajiannya dipublikasikan melalui ta’lim dari divisi kedokteran islam.

Berikut beberapa contoh publikasi dari kajian yang pernah dilakukan :

Tema aktivasi otak tengah ini masih merupakan kontroversi. Tema ini berhasil mengundang banyak orang pada ta’lim pertama divisi Medical islam DKM Asy Syifaa’ FK Unpad. Ta’lim ini mempunyai 2 sesi. Sesi pertama merupakan presentasi hasil kajian oleh mahasiswa kemudian dilanjutkan oleh narasumber yaitu seorang dokter.

Page 54: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 48

Medical Islam Exhibition 2 ini merupakan puncak syiar kedokteran islam yang dilakukan oleh

divisi Medical Islam DKM Asy Syifaa’ tahun 2011. Event ini dilaksanakan seharian dengan

menampilkan beberapa rangkaian acara dengan tema besar mengenai “Keajaiban Sholat”. Lewat

event ini saya semakin menyadari bahwa antusias mahasiswa maupun masyarakat umum

terhadap kedokteran islam sangat tinggi.

11. Notulensikan semua hasil kajian, baik berupa file maupun foto. Hasil kajian ini bisa diturunkan

kepada pengurus tahun selanjutnya. Sebaiknya dibuat juga situs yang memuat semua kegiatan yang pernah dilakukan oleh departemen tersebut supaya notulensi kegiatan tersebut tersusun rapid an mudah diakses oleh pengurus selanjutnya Usulan program kerja

1. Kajian rutin setiap minggu 2. Ta’lim rutin sebagai media syiar hasil kajian 3. Pembuatan buletin kedokteran islam 4. Pelatihan untuk peningkatan kompetensi dokter muslim

Adapun untuk aspek yang bisa dikembangkan dalam pemilihan tema meliputi banyak hal. Berikut merupakan contoh aspek yang dibuat oleh dr Hilmi Sulaiman Rathomi (ketua Tim core competence FK UI) .

Page 55: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 49

1. Aspek aqidah Artinya kita berusaha meningkatkan pemahaman tauhid dan level keimanan melalui ilmu kedokteran. Memahamkan kepada manusia untuk terus memikirkan penciptaan Allah dimuka bumi. Aspek ini dicapai dengan cara mengkaji ayat Al Qur’an maupun hadist yang berkaitan dengan kesehatan, mencari hikmah kesehatan dari ibadah.

Contoh tema : - Manfaat shalat terhadap kesehatan - mengkaji ayat mengenai embriologi, kulit dan lain-lain - Mengkaji mengenai potensi otak dan perintah kepada manusia untuk terus berfikir dan mengambil hikmah di muka bumi.

2. Aspek akhlaq Aspek ini dicapai dengan mengkaji bagaimana etika praktik kedokteran yang dilakukan oleh para dokter muslim.

3. Aspek Fiqih, Aspek ini dicapai dengan mengkaji hukum halal/haramnya suatu tindakan medis (kontemporer) lewat kacamata syari’ah.

4. Aspek shirah kita belajar dan mengambil hikmah dari praktik pengobatan di masa nabi dan para sahabat, serta periode emas kedokteran islam, sehingga dapat kita terapkan di masa sekarang untuk kembali mencapai puncak kedokteran islam.

5. Aspek kafa’ah kita berupaya mendorong peningkatan kompetensi para dokter muslim, baik dari sisi medis dan non medis agar memiki kualifikasi yang mumpuni untuk melakukan praktik kedokteran secara maksimal. Contoh aplikasinya : pemahaman manfaat khitan terhadap kesehatan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan khitan.

Page 56: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar AKADEMI & PROFESI | 50

Kurikulum Kedokteran Islam

Kurikulum kedokteran islam merupakan kurikulum yang memuat mengenai aspek-aspek islam

dari setiap pembahasan kedokteran yang didapatkan ketika kuliah. Kurikulum kedokteran ini bisa

dipakai sebagai acuan untuk mentoring atau dimasukkan kedalam kurikulum pelajaran agama di

masing-masing universitas. Saat ini departemen kajian kedokteran islam DEP FULDFK telah

membuat contoh kurikulim kedokteran islam yang bisa diterapkan. Harapannya dengan adanya

kurikulum ini, syiar kedokteran islam bisa menjangkau sasaran yang lebih luas dan dilaksanakan

dengan konsisten.

Page 57: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar KEMASJIDAN | 51

6

SYIAR kemasjidan

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak

takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk

golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” – QS. At-Taubah : 18

Urgensi

Hampir seluruh muslim sivitas akademika fakultas pasti mengunjungi masjid atau setidaknya

pernah mengunjungi masjid kampus baik untuk melakukan ibadah shalat ataupun kegiatan lainnya.

Dikarenakan dapat dipastikan ramainya muslim yang datang ke masjid setiap harinya, membuat

masjid yang lembaga dakwah fakultas miliki ini menjadi sarana yang potensial untuk dimanfaatkan

dalam bersyiar. Masjid merupakan sarana utama yang dapat digunakan untuk melaksanakan semua

kegiatan dari lembaga dakwah fakultas. Lembaga Dakwah Fakultas dapat Mengoptimalkan fungsi

masjid menjadi sarana yang produktif dalam pelaksanaan agenda-agenda syiar keislaman. Untuk

mengoptimalkan serta memberikan manfaat besar dalam penyelenggaraan syiar islam di fakultas,

Lembaga dakwah fakultas berperan dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas syiar islam di

dalam masjid serta diimbangi dengan tersedianya fasilitas penunjang berbagai aktivitas di dalam

masjid. Bukan hanya menjadikan masjid sebagai sarana untuk beribadah wajib saja namun juga LDF

mengupayakan terciptanya berbagai aktivitas islami lainnya, seperti aktivitas kajian islami dan politik,

aktivitas pendidikan dan pembinaan islam, aktivitas sosial dan budaya, tepat untuk syuro’ serta

Page 58: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar KEMASJIDAN | 52

aktivitas umum seperti perekonomian maupun akademik. Masjid oleh sebagian orang juga

difungsikan sebagai tempat beristirahat sejenak dari kegiatan perkuliahan ataupun menjadi tempat

untuk silaturrahim dan sekadar bertegur sapa dengan teman-teman kampus. Dimasjidlah berbagai

aktivitas islami maupun umum tersebut terlaksana. Hal umum lainnya yang mungkin sering kita

temukan adalah mahasiswa menggunakan masjid sebagai tempat diskusi mengenai materi akademik

kita, tempat belajar bersama dan juga tempat untuk mengerjakan tugas kuliah. Dengan adanya

beragam aktivitas di masjid dapat menciptakan masjid yang ramai setiap waktu tidak hanya saat

shalat berjamaah saja. Dengan pengelolaan masjid yang baik dan profesional ditunjang dengan

aktivitas dan fasilitas yang baik pula diharapkan masjid bisa menjadi salah satu tempat yang paling

nyaman untuk sivitas akademika dan menarik banyak massa untuk belajar islam. Peran Syiar masjid

juga menyangkut perihal manajemen masjid bagaimana mengelola sarana ibadah ini menjadi tempat

yang bermanfaat. Disini kita menempatkan sarana masjid yang LDF miliki sebagai sarana yang

bermanfaat besar bagi seluruh sivitas akademika dan juga sebagai pusat kegiatan dari dakwah LDF.

Lembaga Dakwah Fakultas harus menjadi penggerak utama dalam membangun dan

mengembangkan sebuah masjid menuju masjid ideal. Melalui sarana masjid yang dikelola secara

optimal dengan berbagai aktivitas islam dan ditunjang fasilitas yang membuat sivitas akademika

nyaman dan tertarik untuk beraktivitas dimasjid, kita dapat membangun peradaban islam dimulai

dari masjid-masjid fakultas yang kita miliki.

Lingkup kerja

Dari uraian mengenai urgensi syiar kemasjidan diatas maka, lingkup kerja dari syiar kemasjidan dapat diktegorikan menjadi dua hal: 1. Manajemen pengelolaan masjid: syiar kemasjidan bertanggung jawab dalam memastikan

membuat masjid menjadi nyaman, memastikan tersedianya fasilitas penunjang kegiatan di masjid seperti alat shalat, pengeras suara, serta fasilitas penunjang lainnya yang dibutuhkan. Selain itu juga kemasjidan bertanggung jawab atas kebersihan serta kerapihan dari masjid dengan cara meregulasi piket untuk kebersihan masjid membuat aturan-aturan sebagai upaya membuat masjid menjadi rapih dan bersih, serta mengelola fasilitas tambahan seperti perpustakaan masjid dan koperasi masjid.

2. Melaksanakan agenda-agenda yang bertujuan sebagai upaya membuat masjid menjadi tempat ramai dan aktif untuk kegiatan-kegiatan islami, menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan utama dalam bersyiar.

Usulan program kerja

1. Tahsin: memfasilitasi semua mahasiswa yang ingin memperbaiki bacaan al-qur’an

2. Kajian Islam/ta’lim: bisa dijadikan agenda rutin pekanan atau bulanan, untuk materi yang diberikan dapat berupa kajian fiqh-fiqh dengan menghadirkan ustad yang ahli dibidangnya. Kajian Islam/ta’lim juga bisa dikemas sekaligus dengan kegiatan buka bersama puasa sunnah senin-kamis dengan menyediakan ta’jil gratis bagi mahasiswa yang menghadiri kegiatan kajian islam/ta’lim tersebut.

3. Pelaksanaan shalat jum’at: meregulasi pelaksanaan kegiatan shalat jumat rutin, menyediakan khatib dan muazin.

Page 59: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

Syiar KEMASJIDAN | 53

4. Perpustakaan masjid: menyediakan berbagai buku islami maupu buku umum dan juga al-qur’an yang dapat dipinjam dan dibaca bebas oleh sivitas akademika

5. Pembacaan hadist/kultum setiap ba’da shalat: pemberian siraman rohani singkat diwaktu yang singkat. Waktu-waktu ba’da shalat merupakan waktu dimana mahasiswa berdatangan ke masjid.

6. Pengadaan air minum gratis: menyediakan air minum isi ulang yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai penghilang dahaga

7. Bersih-bersih masjid: membersihkan masjid secara rutin untuk menciptakan lingkungan yang nyaman

8. Pelatihan khatib dan menjadi khatib jum’at: membuka kesempatan untuk mahasiswa yang ingin belajar menjadi khatib dan langsung mempraktikkannya disaat khutbah jum’at

9. Gebyar Ramadhan: tarawih, buka bersama, i’tikaf, penerimaan zakat

10. Qurban: pelaksanaan pemotongan hewan qurban, menjadi panitia penerima hewan qurban.

11. Pengadaan mading keislaman: mengisi masjid dengan informasi-informasi seputar islam melalui papan pengumuman atau papan informasi di dalam masjid.

12. Pengadaan kotak infak masjid: sarana mahasiswa untuk beramal

13. Mabit: mengadakan agenda rutin malam bina iman dan taqwa berupa kajian malam, shalat malam.

14. Kegiatan sosial: kita dapat membuat agenda bakti sosial didalam masjid seperti mengundang anak jalanan, anak yatim-piatu, warga sekitar kampus dalam kegiatan keislaman atau kegiatan kesehatan.

15. Tahfidz

16. Penyediaan fasilitas penunjang masjid: wi fi, kipas angin, pengeras suara, Air conditioner

17. Penyediaan alat sholat: sarung,sajadah dan mukena

18. Event syiar: bedah buku, bedah film ataupun training motivasi

19. Konsultasi keislaman: penyediaan kotak tanya ustad, kita dapat menyediakan sebuah kotak didepan masjid beserta dengan kertas dan alat tulisnya. Hal ini bertujuan apabila ada mahasiswa yang ingin menanyakan beberapa hal seputar keislaman, kertas-kertas pertanyaan nantinya akan diberikan ke ustad yang sesuai dan hasilnya diberikan kepada mahasiswa yang bertanya

20. Pengadaan koperasi islami: menyediakan keperluan-keperluan mahasiswa berupa alat tulis, fotokopi, makanan serta minuman

Page 60: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 54

7

sistem organ kepengurusan

ekstra ldfk

“dan (bagi) orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan

mereka, melaksanakan shalat, serta urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami

berikan kepada mereka.” – QS. Asy-Syura : 38

-Al Baqarah : 233-

“…Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar

persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya…”

-Ali Imran : 15-

“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah, engkau (Muhammd) bersikap lemah lembut terhadap mereka.

Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari

sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (tertentu). Kemudian apabila engkau telah

membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakal kepada-Nya.”

ari awali pemahaman kita pada bagian ini dengan kembali kepada hal yang asasi,

pegangan umat islam, yakni Al Qur’an.

Al Baqarah : 233 menjelaskan tentang bagaimana seharusnya hubungan suami istri

saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan anak-anak, seperti menyapih

anak. Ali Imran : 15 mengisahkan tentang perintah Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW

M

Page 61: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 55

untuk memusyawarahkan persoalan-persoalan tertentu dengan sahabat atau anggota

masyarakatnya. Asy-Syura : 38 menyatakan bahwa Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dan

kekal di sisiNya bagi orang-orang yang dinyatakan dalam ayat tersebut. Ayat ini turun sebagai pujian

kepada kelompok muslim Madinah (anshar) yang bersedia membela Nabi SAW dan menyepakati hal

tersebut melalui musyawarah yang mereka laksanakan di rumah Abu Ayyub Al-Anshari.

Dari ketiga ayat di atas dapat disimpulkan bahwa musyawarah adalah hal yang sangat penting

dalam setiap segi kehidupan. Penghasilan suatu keputusan haruslah dibuahkan dari musyawarah.

Baik itu dalam hal kecil hingga besar, mulai dari urusan rumah tangga dan anak-anak, hingga urusan

pemerintahan dan negara.

DR. Taufiq Asy-Syawi dalam bukunya yang berjudul “Syura” menjelaskan tentang asas

musyawarah dalam arti universal yaitu eksistensi jamaah, hak-hak, dan pertanggungawabannya

diambil dari solidaritas seluruh individu. Pendapat, kehendak, maupun pemikiran orang-orang yang

terlibat dalam musyawarah merupakan representasi dari solidaritas kolektif. Ketetapan yang diambil

didasarkan kepada hasil tukar pikiran dan perbincangan di antara mereka, yang dalam hal ini setiap

peserta musyawarah memiliki kebebasan mengeluarkan pendapat dan membantah pendapat orang

lain.

Saya tidak bermaksud mengulangi pembahasan sebelumnya mengenai “Manajemen Syura”,

akan tetapi, apa yang akan dijelaskan pada bab ini tidak terlepas dari pemahaman kita mengenai

musyawarah. Urgensi, bentuk, serta fungsi dari organ ekstra kepengurusan LDFK bisa jadi merupakan

hal yang sangat rumit atau mungkin simpel sama sekali. Kondisi ini sangat ditentukan oleh variasi

SWOT masing-masing LDFK. Oleh karena itu, yang ingin saya tegaskan disini bahwa prinsip organ

ekstra tersebut adalah “Musyawarah”. Kondisi idealnya adalah setiap keputusan yang dihasilkan oleh

sebuah LDFK merupakan keputusan yang terbaik secara proses maupun hasil dan itu tak akan

mungkin diraih tanpa suatu musyawarah yang baik pula. InsyaAllah, keberadaan organ ekstra ini

merupakan sarana untuk menghadirkan musyawarah-musyawarah yang baik, sehingga dapat

menghasilkan keputusan-keputusan yang juga baik.

Definisi

Sebelum melangkah lebih jauh, mari sedikit kita pudarkan kebingungan, “apa sih organ ektsra

yang dimaksud dalam bab ini?” Saya yakin, sebagai mahasiswa kedokteran teman-teman sudah tidak

asing lagi dengan kata ‘organ’. Kamus Kedokteran Dorland mendefinisikan kata organ sebagai bagian

tubuh yang mempunyai fungsi khusus. Terjawab sudah kata organ. Lalu, “apa maksudnya ‘ekstra’?”

Ekstra disini berasal dari kata eksternal (di luar dari sesuatu). Jadi, organ ekstra adalah suatu badan

yang mempunyai fungsi khusus di luar ‘sesuatu’. Apakah sesuatu itu? Seperti judul bab ini, sesuatu itu

adalah kepengurusan LDFK. Berarti organ ekstra kepengurusan LDFK bisa didefinisikan sebagai

sesuatu apapun itu yang berada di luar kepengurusan LDFK namun keberadaannya memiliki fungsi

tertentu. Kepengurusan yang saya maksud disini adalah Pengurus Harian -begitulah saya

membahasakannya-, it means orang-orang yang terlibat dalam kerja-kerja rutin / eksekutif /

pelaksana dari LDFK, mulai dari ketua hingga staf.

Terkait dengan pembahasan sebelumnya, kenapa akhirnya saya membahas ini, karena sesuatu

yang berada di luar pengurus harian tersebut akan membantu terwujudnya keputusan-keputusan

Page 62: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 56

terbaik melalui berbagai macam variasi mekanisme musyawarah yang bisa tercipta. Variasi

musyawarah bergantung dari bagaimana variasi bentuk organ ekstra dan hubungannya dengan

pengurus harian. Namun, sebelum hal itu kita bahas, mari kita dalami dulu mengenai urgensinya,

karena hal tersebut yang akan menjadi faktor signifikansi bermanfaat atau tidaknya keberadaan

suatu organ ekstra. Bisa jadi suatu LDFK tidak butuh ada organ ekstra, karena tidak mencapai

urgensinya, seperti yang akan saya paparkan setelah ini. Penasaran? Yuuuk, lanjut terus bacanya

Urgensi dan Peran Organ Ekstra

Banyak LDFK menerapkan sistem yang inklusif dalam keangotaannya. Maksudnya, LDFK

tersebut tidak hanya beranggotakan orang-orang yang terlibat dalam pengurus harian saja, namun

juga mahasiswa muslim yang tidak mengikuti kepengurusan. Karena banyak yang berpikiran bahwa

LDFK bukanlah milik mereka yang aktif atau ikut kepengurusan saja. LDFK adalah wadah keagamaan

di fakultas yang seyogyanya menghimpun seluruh muslim, milik semua muslim, namun di banyak

kampus yang jumlah mahasiswa muslimnya cukup banyak, tidak semua berminat / bersedia untuk

terlibat aktif di LDFK, beda halnya seperti organisasi keagamaan lain seperti keluarga mahasiswa

katolik, protestan, atau budha yang cenderung jumlah mahasiswanya lebih sedikit dibanding muslim

sehingga semua orang secara otomatis terlibat dalam organisasi himpunan mereka masing-masing.

Tapi, kondisi ini tidak bisa digeneralisir, karena tidak semua kampus fakultas kedokteran memiliki

jumlah mahasiswa muslim yang lebih banyak.

Kembali kepada topik pembahasan LDFK yang inklusif. Pertanyaannya adalah, “apakah hakikat

dari LDFK yang beranggotakan semua muslim?”, “apakah ini hanya sekedar simbol atau sebatas

slogan pencitraan?” Fenomena yang mungkin terjadi adalah anggota non pengurus tak pernah

terdeskripsikan secara jelas peran serta yang bisa mereka perbuat untuk LDFK maupun hak yang

mereka bisa dapat dari adanya LDFK. Setiap aturan harus memiliki konsekuensi tertentu terhadap

adanya aturan tersebut. Jika akhirnya keberadaan sebuah aturan tidak signifikan dampaknya, ada hal

yang harus dievaluasi, entah itu ‘aturannya memang tidak perlu ada’ atau ‘ada sesuatu yang kurang

tepat dalam pelaksanaannya’. Begitu juga dengan AD/ART LDFK yang mengatur bahwa anggotanya

adalah seluruh muslim. Harus ada konsekuensi nyata dari hal tersebut. Entah itu akhirnya anggota

non pengurus menjadi punya peluang untuk berkontribusi kepada LDFK maupun mereka menjadi

punya hak tertentu terhadap LDFK. Jika salah satu dari dua hal tersebut tak ada pada anggota non

pengurus, saya pikir tak perlulah menylogankan ‘LDFK kita adalah milik semua muslim’, karena pada

akhirnya tak ada bedanya dengan ‘LDFK ini beranggotakan orang-orang yang terlibat aktif di

dalamnya’ saja. Bukan bermaksud skeptis, setidaknya kita mencoba untuk berintegritas dalam level

lembaga dan mungkin secara kinerja akan menjadi lebih baik jika kita mengakui bahwa LDFK kita

memang eksklusif karena program bisa difokuskan untuk internal pengurus. Kondisi ini mungkin

untuk terjadi pada LDFK yang jumlah mahasiswa muslim di fakultasnya minoritas.

Page 63: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 57

Menciptakan hak anggota non pengurus adalah hal yang mudah. Hak anggota non pengurus

bisa kita rancang dengan mencantumkan di AD/ART bahwa setiap muslim di fakultas berhak untuk

mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh LDFK seperti mentoring, ta’lim, ataupun acara-

acara yang lainnya . Mudah, karena tak perlu menuntut effort dari anggota non pengurus. Lalu

bagaimana dengan peran? Anggota non pengurus bukanlah orang yang mendaftarkan diri secara

volunteer untuk meluangkan tenaganya secara sukarela demi keberlangsungan LDFK. Aneh

memang, menuntut peran dari orang yang tak punya kewajiban terikat kepada organisasi. Namun,

kita sedang mencoba menjalankan konskuensi AD/ART yang menginginkan semua muslim menjadi

anggota dari LDFK. Untuk itulah organ ekstra hadir, mencoba menjembatani kesempatan untuk

berperan di LDFK tanpa harus menjadi pengurus harian. Berperan disini, bukan berarti memberi

kewajiban kepada anggota non pengurus, akan tetapi, cukup memberikan peluang kepada mereka.

Mereka akhirnya ingin berperan atau tidak, itu akhirnya pilihan masing-masing. At least, setidaknya

kita telah mencoba menjalankan konsekuensi dari AD/ART.

Lalu, peran apa saja sebenarnya yang bisa dilakukan oleh angota non pengurus dengan adanya

organ ekstra? Yang perlu diingat, pengurus harian sebagai eksekutif bertanggung jawab terhadap

berlangsungnya aktifitas harian LDFK. Berarti, organ ekstra berperan untuk hal-hal yang di luar

aktifitas keseharian tersebut, dalam hal ini, sepertinya tak salah jika saya bahasakan sebagai ‘hal-hal

strategis’. Hal strategis apa saja yang dapat dilakukan oleh organ ekstra? InsyaAllah akan saya bahas

di bagian selanjutnya

Perangkat Organ Ekstra

Terdiri dari apa saja organ ekstra, bagaimana fungsinya, bagaimana mekanisme kerjanya bisa

sangat bervariasi, tergantung kondisi LDFK masing-masing, yang pada prinsipnya melibatkan orang-

orang di luar kepengurusan harian untuk hal-hal strategis. Hal yang saya paparkan di bawah ini

bukanlah suatu hal yang mutlak, mungkin masih banyak hal yang luput dari pengamatan,

pembelajaran, serta pengalaman saya. Meski tak sempurna, insyaAllah tak ada salahnya membagi hal

tersebut lewat tulisan ini.

Berikut adalah perangkat-perangkat yang dapat diadakan pada organ ekstra beserta fungsi-

fungsi terkait hal strategis organisasi yang dapat dilaksanakannya:

1. Musyawarah Besar atau Muktamar Tak ada perbedaan yang signifikan antara musyawarah besar atau muktamar, hanya beda

nama dan mungkin pencitraan saja. Untuk membuat lebih simpel serta menyeragamkan penggunaan sebutan perangkat jenis ini pada tulisan ini, saya akan mengistilahkannya dengan “Mubes” (Musyawarah Besar).

Core point dari Mubes adalah:

a. Musyawarah insidental Musyawarah insidental adalah musyawarah yang tidak terus-terusan dilaksanakan

oleh pengurus. Musyawarah yang tidak terus-terusan ini dapat diadakan dengan berbagai macam tujuan. Contoh, jika ada suatu hal di luar dugaan yang terjadi pada LDFK, dan hal tersebut berkaitan dengan eksistensi organisasi, maka LDFK dapat melangsungkan suatu musyawarah istimewa. Namun, tujuan tersebut juga tak mesti selalu hal yang di luar dugaan, seperti musyawarah awal atau akhir tahun sebuah LDFK. Musyawarah tersebut rutin diadakan setiap tahun dan tentunya harus terencana dengan baik, it means bukan hal

Page 64: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 58

yang di luar dugaan. Agenda-agenda yang biasa ada disana seperti penetapan AD/ART atau GBHD baru maupun revisi, pemilihan ketua, pelaporan LPJ, pengesahan proker setahun ke depan, dan lain-lain. Oleh karena itu, mungkin kurang tepat jika saya sebut Mubes sebagai musyawarah yang ‘insidental murni’ karena dia dapat bersifat rutin yang tahunan. Namun, saya tetap memilih kata insidental karena pada prinsipnya dia hanya musyawarah yang dilaksanakan pada momen-momen tertentu saja.

b. Tidak berbadan pengurus tetap Karena musyawarah-nya insidental, maka panitia yang bertugas melaksanakan

musyawarahnya pun cukup bersifat temporary, dibentuk ketika akan dilangsungkan acara dan seketika bubar setelah musyawarah selesai. Musyawarah diadakan oleh panitia khusus, namun dapat dihadiri oleh orang-orang yang tidak terlibat di Pengurus Harian.

2. Dewan Pertimbangan / Penasihat Organisasi (DPO) atau Majelis Syura Seperti perangkat sebelumnya, Dewan Pertimbangan / Penasihat Organisasi (DPO) dan

Majelis Syura tak memiliki perbedaan yang signifikan. DPO sendiri, mau namanya ‘pertimbangan’ atau ‘penasihat’, cukup sesuaikan dengan keadaan masing-masing LDFK. Oleh karena itu, dengan alasan yang sama seperti perangkat sebelumnya, dalam tulisan ini, untuk jenis perangkat ini saya memilih istilah “MS” (Majelis Syura).

Core point dari MS mungkin akan berkebalikan dengan Mubes, namun mereka tak sepenuhnya berseberangan dalam hal fungsi, karena MS dapat mengambil beberapa fungsi dari Mubes atau MS membantu terlaksananya Mubes sesuai fungsi-fungsi yang telah dipaparkan di atas. Selain itu, MS juga bisa menjalankan fungsi selain yang dapat dilaksanakan Mubes, yaitu ‘pengawasan’.

Jadi, apa saja core point MS yang berkebalikan dengan Mubes tersebut?

a. Musyawarah rutin Musyawarah yang diadakan majelis syura bukan hanya musyawarah-musyawarah

yang dilaksanakan pada momen tertentu saja. Akan tetapi ada bahasan yang harus dirapatkan oleh MS dalam pertemuan yang tak hanya satu atau dua kali saja setahun. Bahasan apa saja yang dibahas dalam MS? Hal tersebut akan sangat berhubungan dengan peran apa yang dibebankan kepada MS. Apa saja yang diperankan oleh MS insyaAllah akan lebih terjelaskan pada bagian selanjutnya tentang struktur organ ekstra.

b. Berbadan pengurus tetap Jika Mubes diadakan oleh panitia insidental, MS diurus oleh suatu kepengurusan yang

menjabat dalam jangka waktu tertentu, mostly satu tahun atau sama dengan lama masa jabatan pengurus harian. Orang-orang yang telah diamanahkan di MS pada awal masa kepengurusan bertanggung jawab terhadap kelangsungan MS termasuk kewenangan-kewenangan strategis yang dimilikinya.

Hal inilah yang akhirnya membuat requirement keanggotaan MS dan Pengurus Harian berbeda, karena orang-orang yang berada di MS memiliki kewenangan khusus terkait hal-hal yang strategis bagi organisasi. Oleh karena itu, kita tidak bisa memilih orang secara sembarangan untuk terlibat di MS. Seperti yang terjadi di Keluarga Muslim (KAMI) Asy-Syifaa’ FK Unpad yang mensyaratkan: 1) Jenjang kader tarbiyah tertinggi, dan 2) Pernah menjadi Pengurus Harian, untuk dapat dipilih menjadi anggota MS.

Jika akhirnya LDFK teman-teman menjadikan jenjang kader tarbiyah tertinggi sebagai syarat dan ternyata kader pada level tersebut berjumlah cukup banyak, MS bahkan dapat dipersempit dengan membentuk TIMS (Tim Inti Majelis Syura). TIMS dibentuk untuk menciptakan syura kecil dengan jumlah orang terbatas dengan kewenangan khusus, supaya

Page 65: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 59

efektifitas dapat dicapai. Bayangkan jika kader level tertinggi di kampus teman-teman berjumlah 50 orang dan syura harus berlangsung dengan frekuensi 1x1 bulan atau bahkan 1x2 minggu, sudah pasti sang pemimpin syura akan kewalahan untuk melangsungkan pertemuan.

Jika sekarang pertanyaannya adalah kenapa tidak dari awal membentuk MS dengan jumlah yang sedikit? Kenapa harus rumit-rumit membentuk lingkaran di dalam lingkaran (baca: TIMS di dalam MS)? Hal tersebut menjadi alternatif bagi LDFK yang ingin memberikan peluang kontribusi yang sama kepada setiap kader level tertinggi terhadap hal srategis organisasi, namun tetap efektif dalam keberjalanannya. Jadi, kesehariannya MS dijalankan oleh TIMS, dan beberapa kewenangan khusus dimusyawarahkan di MS. Ingat, kondisi ini baru bisa terjadi pada LDFK yang mensyaratkan jenjang kader tarbiyah tertinggi pada keanggotaannya dan orang-orang yang berada pada jenjang tarbiyah tertinggi tersebut berjumlah banyak.

3. Dewan Syariah Jika perangkat 1 & 2 diadakan dalam rangka meningkatkan kesempatan kontribusi bagi

anggota non pengurus harian, perangkat 3 & 4 lebih ditujukan kepada penambahan pertimbangan bagi organisasi dari komponen non mahasiswa.

Dewan Syariah, seperti namanya, dia adalah perangkat yang terdiri dari orang-orang yang paham ‘syariah islam’. Oleh karena itu, LDFK dapat melibatkan ustadz/ah dalam perangkat ini, seperti Gamais ITB yang mencantumkan hal tersebut dalam Blueprint 2008-2013 nya. Tidaklah sebuah keharusan, akan tetapi, jika LDFK teman-teman sudah berada dalam kondisi yang cukup establish untuk meningkatkan arus koordinasi, insyaAllah akan lebih baik jika proker atau hal strategis di LDFK ikut dipertimbangkan sesuai atau tidaknya dengan syariat oleh orang yang memang berkapabilitas untuk itu, seperti ustadz/ah. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan integritas lembaga yang kental dengan kegiatan-kegiatan islami.

4. Pembina Dewan Syariah dan Pembina dapat serupa fungsinya, meskipun pembina dapat memiliki

peran yang lebih. Mereka sangat terbedakan oleh komponen yang terlibat di dalamnya. Jika Dewan Syariah melibatkan ustadz/ah karena kapabilitas keislamannya, Pembina melibatkan dosen fakultas. Selain dapat menambah pertimbangan organisasi, Pembina insyaAllah juga dapat memudahkan kita dalam hal birokrasi, karena lembaga kita bukanlah lembaga independen yang lepas di masyarakat, akan tetapi merupakan organisasi kemahasiswaan yang terikat dengan lembaga pendidikan. Semoga dengan keberadaan Pembina, LDFK mendapatkan bargaining position yang lebih baik di dekanat maupun kemahasiswaan.

Bentuk Struktur dan Alur Hubungan antara Organ Ekstra dengan

Pengurus Harian

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa pengadaan perangkat organisasi dapat bervariasi tergantung bagaimana kondisi LDFK masing-masing. Ketika perangkat organisasi lebih dari satu, maka penting untuk memperhatikan organigram karena beda bentuk akan menghasilkan mekanisme kerja yang juga berbeda. Oleh karena itu, dalam organisasi tidak ada benar dan salah, yang ada hanya tepat dan tidak tepat, tergantung analisis ‘kekinian’ dan ‘kedisinian’ LDFK masing-masing.

Di bawah akan diuraikan apa saja opsi yang dapat dipilih terkait pengadaan perangkat organisasi dan alur hubungannya. Karena kondisi LDFK berbeda-beda, maka silahkan teman-teman

Page 66: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 60

sesuaikan organigram di bawah dengan situasi kampus masing-masing. InsyaAllah, apa yang akan dipaparkan di bawah diurutkan mulai dari yang paling urgen sehingga teman-teman dapat menganalisis dan menentukan berdasarkan prioritas.

Note:

Garis panah tidak putus-putus: alur komando / instruksional

Garis putus-putus: alur koordinasi

Penjelasan Simbol Organigram

1. LDFK dengan perangkat organisasi tunggal

Jika fase dakwah Rasulullah memiliki fase Makkiyah, dimana pada saat awal itu jumlah pengikut Rasul masih sangat sedikit, begitu juga hal yang dapat terjadi pada LDFK. Pada saat suatu LDFK baru terbentuk, maka hal yang paling urgen untuk dikokohkan dan distabilkan keberlangsungannya adalah ‘Pengurus Harian’. Karena yang menjadi fokus kita pada saat itu adalah untuk memunculkan dan mempertahankan eksistensi organisasi dan itu akan berkaitan dengan pembinaan para kader dan pengurus. Jadi, pada situasi ini, semua hal dikerjakan oleh PH. Mulai dari eksekusi proker hingga hal-hal strategis seperti regenerasi kepengurusan, LPJ, dan lain-lain.

2. LDFK dengan 2 perangkat organisasi Jika LDFK telah berada dalam kondisi yang cukup establish dan SDM cukup, maka LDFK

dapat mengembangkan organigram dengan menambah satu perangkat organ ekstra dengan tujuan: 1) Mengurangi beban kerja Pengurus Harian dan meningkatkan fokus kerja masing-masing perangkat, dan 2) Menjawab urgensi seperti yang telah disampaikan di atas.

Jika hanya ingin menambah satu perangkat organisasi, maka kita harus memilih antara Mubes dan MS. Manapun Berikut analisis masing-masingnya:

Dalam hal ini Mubes

memiliki garis komando

terhadap PH. Mubes menjadi

lembaga tertinggi LDFK

sehingga setiap hal yang

diputuskan dalam

Bentuk

organigram seperti di

atas mirip dengan yang

di sebelah kiri, MS

memiliki komando

terhadap PH. Akan

Pada bentuk struktur

di atas, tidak ada

perangkat yang berperan

sebagai lembaga tertinggi,

karena hubungan yang

muncul antara PH dan MS

PH

MS PH

Mubes

PH

MS

PH

Page 67: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 61

musyawarah tersebut harus

dipatuhi oleh PH. Berikut hal-

hal strategis yang dapat

menjadi tanggung jawab

Mubes:

a. Pemilihan dan penetapan

ketua LDFK.

b. LPJ kepengurusan

c. Pengesahan revisi

AD/ART atau dasar

organisasi lain seperti

GBHD, Renstra, dan lain-

lain.

d. Perumusan dan

penetapan amanat atau

rekomendasi

kepengurusan.

e. Mengatasi keadaan

tertentu yang dianggap

darurat, termasuk

pembubaran organisasi.

f. Dan lain-lain.

Selain hal yang telah

diuraikan di atas (baca:

eksekusi program kerja),

menjadi tanggung jawab PH.

tetapi, jika sebelumnya

Mubes sebagai lembaga

tertinggi berupa forum

insidental yang dapat

dihadiri oleh banyak

orang sehingga banyak

dapat berpartisipasi

terhadap hal strategis di

organisasi, pada

organigram ini MS

sebagai lembaga

tertinggi diisi oleh

kalangan terbatas

(orang-orang yang telah

ditetapkan dalam

musyawarah

sebelumnya, sesuai

kualifikasi yang

diharapkan). Jika

berpegangan pada

urgensi yang telah

disampaikan

sebelumnya, maka

seharusnya MS pada

bentuk struktur seperti

ini dapat melibatkan

orang yang tidak berada

di PH. Untuk tetap

menjaga kualitas hasil

keputusan, maka

dibuatlah persyaratan

keanggotaan yang

support untuk hal itu.

Wewenang yang

dapat diemban pada MS

disini mirip dengan

Mubes sebelumnya,

hanya berbeda pada

orang yang terlibat

dalam memutuskan hal

strategis tersebut.

adalah hubungan

koordinasi.

Pada kasus ini, MS

tidak bisa menghasilkan

kebijakan-kebijakan

strategis, karena hal

strategis antar lembaga

hanya dapat dijalankan

dengan hubungan

instruksional. Lalu, apa

saja yang dapat

dikoordinasikan? Yaitu

adalah hal-hal yang tidak

menjadi keharusan bagi

PH untuk

menjalankannya, seperti

‘saran’. Maka, dalam hal

ini, sebenarnya MS hanya

berfungsi sebagai

‘penasihat’, sedangkan

hal-hal strategis seperti

yang telah diuraikan

sebelumnya diputuskan di

internal PH.

Namun, agar

inklusifitas dapat dicapai,

MS tetap dapat

melibatkan orang non PH

dengan kualifikasi

tertentu.

Page 68: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 62

3. LDFK dengan 3 perangkat organisasi

LDFK dengan 3 perangkat organisasi melibatkan semua perangkat yang telah dijelaskan di atas: PH, Mubes, dan MS. Variasi bentuk struktur di bawah lebih kepada mekanisme kerja dan alur hubungan antar perangkat organisasi. Dalam hal ini, sama seperti sebelumnya, Mubes dihadiri oleh PH ditambah dengan muslim non PH, sedangkan MS adalah tim kecil yang beranggotakan orang-orang dengan kualifikasi tertentu, baik dari PH maupun anggota non PH.

Pada organigram ini, PH bertanggung

jawab kepada MS, dan MS bertanggung

jawab kepada Mubes. Oleh karena itu, yang

berperan sebagai lembaga pemegang

kekuasaan tertinggi adalah Mubes. Apa saja

konsekuensi yang bisa muncul dari hal

tersebut?

a. Mubes sebagai lembaga tertinggi

bertugas untuk memilih ketua MS dan

menetapkan anggota MS yang

terpilih. Dan MS bertugas untuk

memilih ketua PH dan melantik

anggota PH.

b. Karena telah memiliki organ ekstra,

yang jelas sekarang PH tak perlu lagi

pusing tentang hal-hal yang sifatnya

strategis, karena beban tersebut telah

di share kepada MS dan Mubes. Jadi,

PH cukup fokus terhadap eksekutif.

c. Tentang interaksi antara PH dan MS,

MS memiliki jalur instruksional

kepada PH. Dalam kesehariannya, MS

Pada organigram ini, PH bertanggung

jawab kepada Mubes, dan Mubes

bertanggung jawab kepada MS. Oleh

karena itu, yang berperan sebagai lembaga

pemegang kekuasaan tertinggi adalah MS.

Salah satu latar belakang memunculkan

MS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi

adalah mengusahakan pemutusan

kebijakan tertinggi oleh orang-orang yang

ahli atau representatif. Hal ini berguna

untuk meminimalisir hasil keputusan yang

tidak berkualitas dikarenakan tidak

capable-nya peserta musyawarah atau

mencegah orang yang punya niatan tidak

baik terhadap LDFK dengan hadir di

Mubes.

Lalu apa saja konsekuensi yang bisa

muncul dari hal yang telah dipaparkan di

atas?

a. Regenerasi ketua dan anggota MS

dibicarakan dan disepakati internal

MS. Sedangkan pemilihan ketua PH

Mubes MS

MS Mubes

PH PH

Page 69: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 63

dapat menjadi pengawas / penasihat

PH yang memiliki hak intervensi.

Selain menjadi pengawas proker, MS

pun dapat menjadi guardian of value

PH terhadap dasar organisasi seperti

AD/ART, GBHD, atau Renstra. Untuk

LPJ, PH akan mempertanggung

jawabkan kepada MS.

d. Untuk menyelenggarakan Mubes, MS

bisa langsung menjadi panitia

penyelenggara atau membentuk

sebuah tim khusus untuk hal tersebut.

Di Mubes akan ada LPJ MS dan juga

LPJ dari PH yang telah diserahkan

kepada MS. Jika ada hal-hal darurat

yang terjadi, itu dibicarakan di Mubes,

karena disini Mubes adalah pemegang

kekuasaan tertinggi.

dimusyawarahkan di dalam Mubes,

namun karena kekuasaan tertinggi

masih dipegang oleh MS, maka setiap

keputusan yang dihasilkan di Mubes

juga harus disetujui oleh MS yang

juga hadir pada Mubes tersebut,

termasuk perihal pemilihan ketua PH.

Perlu diingat, karena pada Mubes

banyak kalangan yang dapat

menghadirinya (tidak hanya PH), hal

ini dapat bermanfaat untuk

mengurangi citra eksklusif yang

mungkin muncul pada MS

dikarenakan superioritas

wewenangnya.

b. Sama dengan sebelumnya, disini PH

cukup fokus dengan tanggung jawab

eksekutifnya.

c. MS tidak memiliki jalur interaksi

langsung dengan PH. Oleh karena itu,

MS tidak memiliki fungsi pengawasan

seperti struktur sebelumnya. Jika MS

memiliki keinginan untuk berinteraksi

dengan PH, maka itu bisa

disampaikan pada amanat atau

rekomendasi kepengurusan yang

disepakati pada Mubes.

d. LPJ PH disampaikan pada Mubes

yang ditujukan kepada MS sebagai

lembaga tertinggi.

e. Revisi atau penetapan AD/ART,

GBHD, dan Renstra dapat dilakukan

di Mubes dengan persetujuan MS

yang juga hadir pada musyawarah.

f. Jika ada hal darurat yang terjadi pada

LDFK, hal tersebut dapat dibicarakan

internal MS ataupun pada

Muysawarah Istimewa yang diinisiasi

atas kehendak MS.

Page 70: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 64

Pada organigram ini, MS dan PH

sama- sama bertanggung jawab kepada

Mubes. Oleh karena itu, disini, yang

menjadi lembaga pemegang kekuasaan

tertinggi adalah Mubes. Bedanya dengan

struktur sebelumnya yang sama-sama

Mubes sebagai lembaga tertinggi adalah

‘jenjang birokrasi’ yang lebih singkat.

Dalam hal ini, MS tak perlu menjadi

perantara antara PH dan Mubes. Lalu, apa

saja hal yang dapat menjadi konsekuensi

dengan bentuk organigram di atas?

a. Pemilihan ketua MS dan PH

dilaksanakan di dalam Mubes.

b. Masih sama dengan sebelumnya,

disini PH cukup fokus dengan

tanggung jawab eksekutifnya.

c. Pada organigram ini, hal-hal strategis

diputuskan di dalam Mubes, jika ada

diskusi-diskusi panjang yang

dibutuhkan di luar Mubes, bisa

dilaksanakan oleh MS, namun MS

tidak memiliki power untuk

pengesahan. Contoh, ketika ada hal

Pada organigram ini, MS adalah

lembaga pemegang kekuasaan tertinggi.

Mubes bertanggung jawab kepada MS.

Uniknya organigram ini adalah, PH

memiliki 2 garis komando ke atas, yaitu

kepada Mubes dan MS. Bagaimana

maksundnya?

1. Garis komando menuju Mubes yang

dilanjutkan dengan MS bermakna,

jika ada hal yang PH pertanggung

jawabkan di dalam Mubes, maka hal

tersebut masih perlu di-acc oleh MS.

Hal ini mirip dengan apa yang telah

dijelaskan pada organigram dengan 3

perangkat sebelumnya, yang

lembaga tertingginya adalah MS.

2. Nah, yang menjadi beda dengan

organigram sebelumnya adalah garis

komando MS yang langsung ke PH.

Hal ini lebih kepada aktifitas

instruksional yang dapat dilakukan

oleh MS terhadap PH, seperti

pengawasan. Jika sebelumnya MS

tidak bisa menjadi pengawas karena

PH MS

Mubes

Mubes

MS

PH

Page 71: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 65

darurat terjadi pada LDFK, maka

dilaksanakanlah suatu Musyawarah

Istimewa dengan format Mubes. Jika

ternyata keputusan pending karena

banyak pertimbangan yang harus

dipikirkan lagi berdasarkan analisis-

analisis ilmiah, maka MS dapat

menjadi tim khusus untuk

mengemban amanah tersebut.

Setelah MS membuat analisis situasi,

maka itu disampaikan di Mubes dan

keputusan dibuat saat Mubes. Contoh

lain, jika Mubes memutuskan bahwa

AD/ART perlu di revisi, atau perlu

dirancangnya suatu Renstra, maka MS

dapat menjadi tim yang

melaksanakan tugas tersebut,

merevisi AD/ART atau meng-create

Renstra. Setelah revisi AD/ART selesai

atau Renstra berhasil dibuat, maka

pengesahan dasar organisasi tersebut

dilakukan di Mubes, tidak serta merta

apa yang telah dihasilkan MS

langsung sah dan siap untuk

dieksekusi oleh PH.

d. Garis koordinasi antara MS dan PH

menggambarkan bahwa MS tidak

punya hak instruksional kepada PH.

Oleh karena itu, seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, hal-hal

interventif yang dihasilkan oleh MS

harus dibawa ke Mubes terlebih

dahulu. Dalam hal ini, MS dapat

menjadi badan pengawas atau

penasihat bagi PH, akan tetapi,

evaluasi yang dihasilkan dan

disampaikan oleh MS kepada PH

hanya bersifat saran, bukan suatu hal

yang harus dilaksanakan oleh PH.

tidak memiliki garis hubungan

langsung kepada PH, maka pada

organigram ini, MS dapat menjadi

badan pengawas karena memiliki

garis komando langsung kepada PH.

Page 72: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 66

4. Pilihan tambahan perangkat organisasi

Selain dari perangkat-perangkat yang telah dijelaskan dalam variasi bentuk organigram di atas, masih ada tiga perangkat lagi yang dapat ditambahkan kepada LDFK. Tiga perangkat tersebut adalah TIMS (Tim Inti Majelis Syura), DS (Dewan Syariah), dan Pembina. Saya sengaja tidak membuat variasi bentuk organgiram yang dapat diadakan dengan keberadaan tiga perangkat ini, karena pada prinsipnya tiga perangkat ini adalah perangkat yang dapat ditambahkan ke delam bentuk struktur manapun. Khusus TIMS, dia dapat ditambahkan ke struktur yang ada MS-nya, jika tidak ada MS, maka tak perlu ada TIMS. Ingat, sebelum menambahkan salah satu atau lebih dari tiga perangkat tersebut, jangan lupa untuk melakukan analisis kebutuhan serta fungsi dari perangkat yang akan diadakan, seperti yang telah disampaikan pada sub bab sebelumnya.

Sekian dulu yang bisa saya tulis tentang sistem organ ekstra kepengurusan LDFK. Saya yakin ada banyak kekurangan dari tulisan ini, oleh karena itu saya harap teman-teman dapat memaafkannya. Tulisan pada bab ini mengandung beberapa hal yang prinsip, namun juga ada hal yang didasarkan kepada pemikiran dan pengalaman pribadi saya. Sekali lagi saya mengingatkan, bahwa apa yang telah disampaikan pada bab ini bukanlah hal yang mutlak, karena mungkin banyak hal yang luput oleh saya. Namun, dibalik segala kekurangan tersebut, semoga masih ada manfaat yang dapat diterima oleh teman-teman di LDFK masing-masing.

Salam semangat untuk para penerus dakwah islam di LDFK seluruh Indonesia. Semoga jerih payah yang kita lakukan saat ini, tidak hanya sekedar menyedot energi kehidupan kita dan akhirnya membuat kita berhenti. Meski tak begitu nyata manfaat yang terasa saat ini, semoga banyak misteri kebahagiaan Allah yang terkuak nanti. Semoga langkah kecil kita di LDFK saat ini dapat menjadi batu pijakan menuju kedokeran Indonesia yang madani, pelayanan kesehatan yang rahmatal lil alamin, dan menghimpun kita di surgaNya kelak, ammin ya rabb…

TIMS

DS

Pembina

Page 73: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 67

8

dakwah profesi kedokteran

lhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Saya merasa gembira bisa bercengkerama dengan ikhwan wa akhwat sekalian melalui rangkuman ini dengan suasana ukhuwah yang sangat berkesan. Pertama, ijinkan saya menyampaikan rasa bangga kepada

para muharriq dakwah yang tulisannya saya muat dan kepada antum/na semua bahwasanya tidak ada cinta yang dapat saya sembunyikan. Kita bermu’ahadah dalam dakwah sebab cinta, dan atas nama cinta lillahi ta’ala pastilah kemenangan dakwah ini dapat kita raih. Aamiin.

Semoga catatan kecil ini dapat bermanfaat.

Analisis Medan Dakwah Keprofesian

1. Makna

Mari kita mulai pengenalan dakwah ini perlahan. Dakwah bila diartikan secara etimologis (bahasa) dapat berarti panggilan, seruan, atau permohonan. Artinya bila seseorang mengatakan “da’autu fulaanan”, itu berarti berteriak atau memanggilnya. Dalam pengertian ini dakwah secara alamiah ditafsirkan sebagai tabligh. Sedangkan menurut syara’ (istilah), dakwah memiliki beberapa definisi. Namun, dari semua pengertian dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada penghambaan Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka meninggalkan thagut dan beriman kepada Allah dalam rangka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju Dienul Islam.

“Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

(QS. An-Nahl : 125) Berdakwah merupakan syariat yang diajarkan dan hukumnya fardhu kifayah. Jadi saya akan

coba membahas sedikit tentang fardhu kifayah menurut Imam Abu Hanifah. Menurut beliau, fardhu ‘ain adalah sesuatu yang menjadi wajib bagi dirinya. Misalnya, sebelum seseorang menikah, dia tidak

A

Page 74: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 68

memiliki fardhu apapun terhadap calon istrinya. Tetapi ketika telah menikah, maka menafkahi istrinya, mempergauli istrinya dengan baik itu menjadi kewajban yang harus ditunaikan. Pada saat itu kewajibannya tersebut menjadi fardhu ‘ain. Apabila contoh fardhu ‘ain itu shalat, shaum di bulan ramadhan, haji, itu fiqih klasik, anak SD pun tahu. Tetapi kita advance sedikit, yang namanya fardhu ‘ain itu adalah suatu kewajiban yang sudah ditimpakan kepada kita, maka itu menjadi fardhu ‘ain bagi kita. Oleh sebab itu yang menjadi fardhu ‘ain bagi kita belum tentu menjadi fardhu ‘ain bagi orang lain.

Sedangkan fardhu kifayah sendiri contohnya bagaimana? Ya.. shalat mayit, memandikan jenazah, itu disebutnya fiqih klasik. Tapi dalam fiqih yang lebih advance, fardhu kifayah itu misalnya ilmu kebidanan. Kalau umat Islam tidak ada yang belajar ilmu kebidanan, maka semua umat Islam berdosa. Tapi kalau ada umat Islam yang sudah belajar ilmu tersebut, maka ilmu tersebut menjadi fardhu ‘ain untuk dirinya dan menjadi fardhu kifayah bagi orang lain.

Ikhwah sekalian, oleh karena itu ketika antum berada dalam profesi antum masing-masing, itu sebenarnya menjadi fardhu ‘ain bagi diri antum dan menjadi fardhu kifayah (menutupi) yang lainnya. Jadi ada kewajiban untuk meningkatkan keilmuan karena ilmu itu dinamis dan terus berkembang. Jadi, kewajiban bagi orang yang sudah ada dalam profesinya, kewajibannyalah (fardhu ‘ain) untuk terus mengembangkan keilmuan dan profesionalitasnya. Sebagai umat Islam, apalagi dari kalangan ilmuwan, tidak boleh ada rasa puas. Artinya bahwa dakwah ini tidak boleh diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. Karena hal itu disebabkan terdapat sedemikian banyak perintah dalam Al-Qur’an dan Sunah rasululah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran.

2. Hakikat

Perkembangan teknologi telah semakin mutakhir. Pada saat ini jika diperhatikan, keadaan dunia saat ini sudah jauh lebih berkembang dan alur masuknya informasi begitu cepat. Maka hal tersebut pun berdampak kepada cara berdakwah. Imam Hasan Al Banna pernah menyampaikan:

“Sarana-sarana propaganda saat ini tidak seperti dahulu yang hanya melalui khutbah-khutbah, ceramah-ceramah, pertemuan, ataupun surat-menyurat. Tetapi saat ini, seruan itu disebarkan melalui majalah, koran, film, panggung teater, radio dan media lain yang beragam. Sarana-sarana itu telah berhasil menembus semua jalan menuju akal dan hati khalayak, baik pria maupun wanita, di rumah-rumah, di toko-toko, di pabrik-pabrik, bahkan di sawah-sawah mereka. Maka adalah wajib bagi para pengemban misi dakwah ini untuk juga menguasai semua sarana tersebut agar dakwah mereka membuahkan hasil yang memuaskan.”

Jika diperhatikan, benarlah apa yang beliau sampaikan. Untuk mencapai kesuksesan dakwah saat ini, para kader dakwah harus menguasai semua bidang yang ada. Dari kesehatan, politik, perekonomian, media massa, perdagangan, bahkan sampai bidang kesenian. Dalam pengoptimalan dakwah kekinian, ternyata begitu banyak bidang yang harus dikuasai oleh ummat Islam untuk men-sukseskan dakwah ini. Bagaimana caranya agar kita dapat mengoptimalkan semua itu? Dakwah profesi merupakan salah satu yang menjawab pertanyaan tersebut.

Dalam hal ini, dakwah profesi adalah dakwah yang berorientasi untuk menggunakan segenap sumber daya berpusat pada disiplin ilmu tertentu yang bertujuan untuk kemaslahatan ummat. Sehingga mengapa dikatakan bahwa dakwah profesi ini dapat menjadi solusi dari permasalahan dakwah Islam? Ini dikarenakan bidang-bidang ilmu diatas tentu akan sulit dikuasai hanya oleh segelintir orang saja, demi kesuksesan dakwah ini, oleh karena itu dengan membentuk gerakan dakwah yang berorientasi pada minat dan bakat dari setiap orang terhadap profesinya, maka langkah untuk menguasai setiap bidang ilmu yang ada akan lebih mudah. Hingga kemaslahatan ummat dapat lebih mudah dicapai.

Page 75: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 69

3. Urgensi

Muncul lagi pertanyaan, seberapa pentingkah dakwah profesi ini? Narasinya ialah sebuah keharusan. Dakwah profesi ini sangat penting, dikarenakan setiap profesi pastinya akan terjun langsung ke masyarakat, entah itu dengan cara menggunakan pendekatan ruhaniah seperti seorang ustadz, menggunakan pendekatan politik dan kenegaraan seperti politikus dan anggota dewan, entah itu menggunakan pendekatan kesehatan seperti dokter dan tenaga kesehatan lain, entah itu menggunakan pendekatan media dan jurnalistik seperti wartawan atau penulis, ataupun dengan cara lain tergantung dari minat dan bakat setiap orang tersebut. Dengan menggunakan orientasi profesi, maka seruan dakwah bisa mengalir ke setiap aliran disiplin ilmu hingga mencapai tujuan kita, yaitu masyarakat dunia. Begitu hebatnya dakwah profesi ini.

Sehingga dalam menjalankan dakwah profesi ini, perlu suatu langkah yang tertata dan teratur agar dakwah ini tidak putus di tengah jalan. Karena sasaran perubahan kita begitu luas, yaitu masyarakat, maka kita perlu mendapatkan akses dakwah pada pusat-pusat perubahan, yaitu markaz at taghyir. Dalam tahap awal, pusat perubahan yang kita akses adalah wilayah ilmiyah, yaitu kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Setelah itu kita mengakses wilayah sya’biyah (masyarakat umum) melalui masjid-masjid dan pengajian umum.

Lembaga Pendidikan itu pada dasarnya adalah milik umat. Sesudah itu, dakwah dalam amal thullabi dilanjutkan dengan amal mihani (dakwah profesi). Seyogyanya memang amal thullabi dan amal mihani itu disinergikan, karena mengarahkan kemampuan profesional harus dimulai sejak masa mahasiswa.

Sedangkan dakwah Profesi adalah dakwah pasca kampus, setelah mahasiswa lepas dari dunia kampus. Dakwah profesi sendiri termasuk ke Amal mihani yg terdiri dari dakwah di kalangan perusahaan (tenaga kerja) dan pengembangan profesi.

Misi dakwah sendiri adalah kemaslahatan dan membuktikan bahwa islam itu solusi dari permasalahan yang terjadi saat ini. Ada beberapa modal awal dakwah profesi untuk menjawab tantangan tadi, yakni meliputi wilayah private sector, public sector dan sector ketiga dan untuk kesemua sector itu diperlukan SDM-SDM yang strategis. Dan yang utama dari kita adalah mengenal diri sendiri terlebih dulu.

Untuk mewujudkan misi itu semua dilakukan grand strategi dakwah melalui strategi mobilitas dakwah vertical dan horizontal. Strategi mobilitas vertical adalah penyebaran kader dalam kebijakan-kebijakan publik. Para kader disebar ke berbagai bidang ilmu, sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya. Sedangkan strategi dakwah horizontal adalah kader terjun ke kalangan masyarakat dan menyiapakan masyarakat supaya menerima manhaj islam.

Untuk menjalankan hal tersebut, maka diperlukan semangat totalitas dan tidak setengah-setengah dalam berjuang. Selalu berusaha melakukan yang terbaik di setiap detik dan waktu yang tersedia. Selalu membuka pikiran untuk menerima masukan-masukan membangun dari bidang ilmu lain dan dinalarkan dengan ilmu yang ia miliki untuk kepentingan seruan ini. Diperlukan pula manajemen waktu yang baik untuk mengatur waktu antara berjuang dalam bidangnya, belajar untuk memperluas dan memperdalam spesialisasinya, dan waktu istirahat untuk memulihkan sejenak kondisi badan, tenaga, dan pikiran yang lelah untuk menyegarkan diri agar dapat melangkah lebih jauh dan lebih jauh lagi.

Namun, harus disadari bahwa perusahaan-perusahaan umum itu tidak bisa atau sulit dijadikan lembaga perjuangan, sehingga hanya dipenuhi dengan karir, ma’isyah (pekerjaan), rekrutmen dan pengembangan kafa’ah saja. Yang masih lemah dari para aktivis adalah memasuki lembaga-lembaga profesi. Itulah yang bisa dijadikan lembaga perjuangan. Tetapi kenyataannya sekarang lembaga-lembaga profesi itu banyak yang lemah dari sisi perjuangan, hanya sekadar tempat kumpul-kumpul, bagi-bagi proyek, dan kadang-kadang peningkatan kafa’ah saja. Fenomena kelemahan lembaga profesi ini bukan hanya di Indonesia, tetapi terjadi di mana-mana.

Dakwah Islamiyah memandang situasi itu sebagai sesuatu yang besar, bahkan keharusan perjuangan. Di Mesir, tahun 1960-1970 an, aktivitas kemahasiswaan berjaya dan mulai memasuki

Page 76: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 70

dakwah profesi. Lembaga-lembaga profesi yang tadinya lemah, maka sepuluh tahun kemudian menjadi kuat dan hampir 90% organisasi profesi dikuasai aktivis dakwah. Ikhwan dan akhwat yang masuk ke lembaga profesi harus kompetitif, jujur dan amanah. Aktivis Kristen Koptik di Mesir pun memilih dan mengakui kepemimpinan aktivis dakwah yang dinilai paling amanah dan memiliki etos perjuangan.

Semua proses tersebut berjalan secara wajar dan terjadi pemberdayaan yang luar biasa terhadap lembaga profesi. Lembaga profesi teknik (persatuan insinyur) tidak hanya bekerja pada bidang teknik, tetapi juga membuat RUU dan advokasi keteknikan yang bernuansa Islam, karena aktivis dakwah mampu mewarnai lembaga tersebut. Akhirnya lembaga profesi itu bertindak seperti partai politik dan pressure groups terhadap pemerintah. Karena aktivis mewarnai dan menguasai banyak lembaga profesi, maka seakan-akan mereka memiliki banyak partai politik dan kelompok penekan yang mengontrol pemerintah dengan kebijakan dasar yang sama.

Pada tahun 1995, pemerintah Mesir menyadari hal itu, sehingga lembaga-lembaga profesi mau dibredel, tetapi sulit karena terkait dengan institusi negara, infrastruktur dan suprastruktur politik. Kalau dibubarkan sulit, karena bertentangan dengan UU dan bisa membentuk lembaga yang baru lagi. Kalau kantornya ditutup, pemerintah dituntut lewat pengadilan. Aktivis bisa membuka kantor yang baru, atau menguasai dan mewarnai lembaga profesi sejenis. Kalau aktivisnya ditangkapi dan dipenjarakan, industri dan pelayanan jasa (terutama rumah sakit, konsultan proyek, dan pengacara) akan mengeluh, karena tidak bisa berjalan, sebab tidak ada tenaga ahlinya. Maka, proses pembangunan pun bisa terhambat.

Kelompok Salsabil di Mesir, misalnya, membuat perusahaan komputer dan berkembang sampai bisa mengikuti tender penyediaan software di Departemen Pertahanan Mesir, karena murah dan paling baik, akhirnya menang. Setelah pejabat militer sadar bahwa perusahaan tersebut milik aktivis dakwah, maka mereka ketakutan dan menggerebek serta menyegel kantornya. Peristiwa itu menjadi berita besar, karena secara beramai-ramai lembaga profesi di Mesir bersuara, mulai dari lembaga profesi teknik, komputer, pengacara dan lainnya, hingga akhirnya dibebaskan dan dibuka kembali.

Para dokter di Mesir juga menggelar acara munasharah untuk kasus Bosnia sampai terkumpul dana sebesar US$ 4 juta, tetapi dilarang pemerintah. Akhirnya kasus itu menjadi berita besar lagi, karena dibela oleh lembaga profesi kedokteran, keperawatan, pengacara dan sebagainya. Kasus itu dibawa ke pengadilan dan akhirnya dinyatakan menang, walaupun dananya terpaksa dibagi dua (fifty-fifty) untuk lembaga pemerintah dan lembaga dakwah.

Jika terjadi bencana alam, gempa bumi, kebakaran dan sebagainya, aktivis selalu terdepan bersama masyarakat menyantuni korban. Itu semua adalah hasil dakwah thullabi yang dilanjutkan dakwah profesi. Yang lebih penting lagi di mihwar muassasi ini, tanpa pengembangan profesi akan sulit, karena kita membutuhkan para ahli dalam bidangnya yang bisa menjawab dan menjelaskan tantangan zaman melalui kacamata Islam. Konsep-konsep Islam harus dirumuskan dan dilaksanakan sebagai solusi bagi persoalan bangsa ini. Semuanya itu mengharuskan kita, mau tidak mau, untuk terjun dalam lembaga profesi demi mengoptimalkan potensi dakwah didalamnya.

Rekomendasi Bentuk dan Manajemen Wajihah Dakwah Profesi

1. Dakwah Profesi di Mesir dan Tunisia

Antum tahu, gerakan Islam Tunisia hampir 40 tahun ditekan, tidak bergerak. Untuk shalat shubuh saja di mesjid susah, apalagi anak muda, pasti dicurigai. Di Tunisia pernah ada kasus ada anak muda digebukin aparat karena shalat shubuh di mesjid. Ternyata dia anak dubes Saudi. Akhirnya jadi masalah. Tetapi ketika kerannya dibuka, Gerakan Islam yang paling siap adalah Nahdhah, yang selama 40 tahun ditekan. Kenapa? karena pengorganisasian yang mereka lakukan. Induknya dihabisi tapi jaringannya tetap hidup, walaupun pemimpinnya di luar negeri. Syeikh Rashid Ghannouchi itu divonis hukuman mati kemudian lari ke Inggris. setelah selesai revolusi Tunisia, kembali ke negerinya,

Page 77: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 71

luar biasa sambutannya. Yang harus kita ambil pelajaran dari mereka adalah kesiapan mereka. Keran dibuka, ternyata siap, semua lini profesi siap.

Di Mesir, gerakan Islam tidak bisa muncul sehingga yang digunakan, mulai 1975, adalah kendaraan ikatan profesi. Mereka merancang grand design bagaimana gerakan profesi ini menjadi pengganti gerakan Islam. Sehingga tidak ada satu ikatan profesi pun yang tidak dikuasai oleh gerakan Islam. Kemarin kita tanya, kalau kita rencanakan di tingkat kabupaten/kota itu pengurusnya ada 15, dan yang dari gerakan Islam minimal 8 diantaranya. Itu sudah 50% + 1. Untuk tingkat propinsi pengurusnya sekitar 28 orang, minimal 16-nya dari gerakan Islam. Tingkat pusat 45 orang, minimal 23 dari gerakan Islam. Jadi ketika keran dibuka mereka siap, di lini apapun karena gerakan profesi ini mereka bangun dengan baik.

Di sana, ikatan sarjana hukum, yang menguasainya adalah gerakan Islam. Sehingga jika ada orang-orang gerakan Islam yang diadili, tidak ada yang dimasukan ke pengadilan sipil, semua militer. Karena kalau di pengadilan sipil, sudah pasti lolos. Karena memang tidak ada buktinya. Kalau di militer itu sistemnya main comot, masukin penjara, selesai urusan. Yang dipakai adalah undang-undang darurat yang sampai sekarang masih ada. Sehinga ribuan orang yang dulu divonis kemudian lari belum bisa kembali karena undang-undangnya masih ada. Pelajaran yang ingin kita ambil adalah persiapan infrastruktur yang mereka bangun sebelum akhirnya memenangkan bidang-bidang dakwah yang ada.

2. Kepemimpinan dan Ketokohan Melalui Jalur Profesi

Ikhwah sekalian, jalur-jalur profesi ini harus kita jadikan sebagai panggung untuk memunculkan tokoh di dalam keprofesiannya. Ketua IDI dari Gerakan Islam, hingga pucuk pimpinan Kementerian kesehatan adalah kader kita. Kita ini ahli dalam memunculkan tokoh. Kenapa tidak kita munculkan dokter yang memiliki intima terhadap gerakan Islam yang kita jadikan tokoh?

Yang bagus pengelolaan profesinya itu misalnya Yordania, dimana rata-rata semuanya itu dikuasai. Jadi kalau kata ikatan profesi besok kita mogok kerja, itu sudah merupakan suatu pressure bagi pengambil kebijakan. Apoteker mogok semua, ya sudah tidak ada apotek yang buka. Itu untuk menuntut sebuah kebijakan. Akhirnya para pengambil kebijakan juga berpikir tentang kekuatan profesi ini. Public pressure, begitu sebutannya.

Kenapa di Mesir itu ikatan profesi memiliki kekuatan yang luar biasa? karena misalnya ada sarjana farmasi, ketika dia tamat kuliah dan mau membangun usaha yang bergerak dalam bidang farmasi, usahanya itu tidak bisa mendapatkn ijin kalau tidak ada rekomendasi dari ikatan farmasi. Kalau di kita profesi yang sudah tersertifikasi baru sedikit, misalnya dokter. Kalau di sana semua seperti itu, sehingga ada kebutuhan untuk begabung di ikatan profesi, dan ini kemudian menjadi wadah untuk melakukan nasyrul fikrah. Berapa banyak mahasiwa yang di kampusnya tidak tersentuh dakwah, dia tersentuh dakwah ketika masuk ikatan profesi tersebut. Karena bagi kita, ada misi nasyrul fikrah di ikatan-ikatan profesi tersebut, disamping sebagai panggung untuk memunculkan tokoh dari gerakan Islam.

Kita di Indonesia dan FULDFK khususnya ini masih meretas jalan. Walaupun ini sudah digarap sejak dulu, tetapi tidak secara fokus dan belum terorganisir dalam sebuah rencana jangka panjang. Nah kita sekarang ingin fokus memunculkan tokoh-tokoh yang capable di dalam profesinya, mampu melahirkan organisasi-organisasi profesi yang akan memberikan pengaruh terhadap perubahan yang ada di Indonesia.

3. Dakwah Core Competence

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan pengetahuan mereka. Adakah kalian suka jika Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari)

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka..”

Page 78: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 72

(QS. Ibrahim:4) Pada kesempatan kali ini ijinkan saya meminjam rule model kurikulum dakwah profesi sahabat

di FSI FKUI. Dakwah Core Competence sendiri adalah Dakwah berbasis kompetensi utama atau profesi. Dua dalil naqli di atas menjadi latar belakang utama mengapa Dakwah core competence perlu diaplikasikan.

Dakwah berbasis kompetensi ini dapat mempermudah kita dalam bersosialisasi dan berdakwah. Sekaligus. Adalah sebuah sunnatullah jika kita lebih mudah menerima suatu hal yang masih berkaitan dengan pengalaman kita sebelumnya. Jika ada dua hal yang diutarakan kepada kita, yang satu belum kita kenal sama sekali, dan yang lain sudah cukup familiar dengan dunia kita, maka secara otomatis kita akan lebih mudah mencerna hal yang kedua. Sebagai mahasiswa kedokteran (baca: calon dokter), yang memiliki medan Dakwah primer kampus FK, kompetensi utama kita tentunya adalah ilmu kedokteran yang kita pelajari. Maka dari itu, entry point dari kegiatan syiar islam kepada masyarakat kampus FK adalah melalui isu-isu kedokteran, bukan yang lain.

Konsep Dakwah CC yang dirumuskan ini dapat dilihat dalam gambar 1. Di ilustrasi ini, digambarkan bahwa minimal ada 5 aspek yang mesti tercakup dalam pelaksanaan Dakwah CC.

1. Aqidah (Believe)>>Meningkatkan pemahaman tauhid dan keimanan melalui ilmu

kedokteran

- Mengemukakan berbagai isyarat kedokteran dan kesehatan dalam Alquran/Hadits

- Mengungkap hikmah setiap ibadah, serta perintah dan larangan Allah dari segi medis

- Mencari ibrah dari peristiwa di bidang medis yang terjadi dalam keseharian

2. Akhlaq (Attitude)>>Menyempurnakan etika, sikap, dan perilaku dokter muslim

- Menjadi shalih secara pribadi dan sosial

- Menerapkan etika kedokteran islami

- Memiliki etos kerja dokter muslim

3. Fiqh (Law)>>Aplikasi syariah dalam praktik kedokteran

- Mengkaji penerapan syariat islam dalam dunia kedokteran

- Melakukan pengkajian hukum islam yang masih kontroversi dalam bidang kedokteran

kontemporer

Gambar 1.

Page 79: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 73

4. Shirah (History)>>Refleksi sejarah perkembangan kedokteran islam

- Mengkaji praktek kedokteran pada masa nabi&sahabat

- Membahas profil para dokter muslim pada masa kejayaan islam untuk menumbuhkan

motivasi

- Mencari solusi peningkatan mutu berkesinambungan dunia kedokteran dengan bercermin

pada shirah

5. Kafa'ah (Competence)>>Meningkatkan kualitas kompetensi dokter muslim

- Meningkatkan kompetensi non-medis (komunikator, pemimpin masyarakat, manajer,

pembuat keputusan, pengayom, berjiwa peneliti)

- Meningkatkan penguasan kompetensi dalam hal keilmuan&tindakan di bidang medis

- Menyuplai motivasi untuk berprestasi dalam bidang kedokteran/kesehatan

Dakwah CC ini dapat menjadi gambaran paling layak. Sebuah model penguatan dakwah pra dan

nantinya pasca kampus, terutama dalam pembentukan kepribadian seorang dokter muslim.

Menjaga Keistiqamahan Dakwah dan Tarbiyah Dalam Menjalani Dunia

Profesi

1. Prolog

Istiqamah adalah berlaku lurus dalam nilai-nilai Islam dan meneguhkan pendirian dalam berlaku lurus tersebut. Menurut tafsir al-misbah Quraish Shihab, istiqomah difahami dalam arti kesungguhan dalam konsistensi dan setia melaksanakan (keimanan kepada Allah).

“Tetap luruslah engkau sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (QS. Huud: 112) “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka

meneguhkan pendirian mereka ….” (QS. Fushshilat: 30-32) “Katakanlah aku beriman, kemudian beristiqomahlah (dalam keimanan itu).” (HR. Muslim) Sedangkan Istiqomah dalam profesi merupakan cermin kesungguhan dalam konsisten dan setia

berlaku lurus pada segenap upaya mengembangkan dan mengaplikasikan nahi mungkar serta amar ma’ruf dengan cara “law as social engineering” yaitu mencapai keseimbangan nilai-nilai kesehatan : tujuan mulia kedokteran, keselamatan pasien & martabat profesi.

Dalam hal ini tidak sedikit kita menyaksikan. Di ranah-ranah kampus, kader-kader dakwah berguguran karena tidak tahannya dalam menanggung amanah dakwah. Dalam menjalani dunia profesi, bermunculan kasus-kasus malpraktik akibat tuntutan kerja, beban kerja dan lemahnya iman. Saya boleh bilang. Sedikit banyak kita keliru. Ketika kita memahami aktivitas da’wi malah menjadi stressor kehidupan profesi kita, maka sebenarnya kita belum menjadikan profesi sebagai sarana memenangkan dakwah. Akhirnya saat kita bergerak dengan setiap helaan nafas, tiap-tiap energinya berasal dari dakwah. Dakwah yang hidup dan dakwahlah yang menghidupi segenap waktu kita dalam menjalani aktivitas yang berkualitas.

2. Sebuah Cerita

Dalam sejarah kenabian Nabi Muhammad SAW adalah lukisan seorang manusia biasa yang mendapat keistimewaan dengan diangkat menjadi rasul untuk menyampaikan risalah-Nya kepada ummat manusia. Sehingga dalam menghadapi permasalahan dakwah, Rasulullahlah yang paling patut menjadi panutan kita dalam memberi inspirasi kehidupan.

Mungkin agak berbeda dari kisah-kisah pembawa agama lain yang didewakan atau dituhankan oleh pengikutnya yang justru menimbulkan kesulitan tersendiri bagi ummatnya untuk mengikutinya karena tokoh panutannya bukanlah manusia biasa. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah

Page 80: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 74

manusia biasa yang seperti ummatnya juga, maka segala ucapan, dan tindakan baginda bisa menjadi suri tauladan dan bisa diikuti bagi ummatnya, tidak terkecuali dalam berdakwah.

Hal pertama yang dapat diambil ibrah pada dakwah Rasulullah SAW adalah ketegaran diri, baik fisik maupun psikis, untuk menghadapi orang-orang yang akan didakwahi. Ketegaran ini bukan didapatkan begitu saja bagaikan durian runtuh, namun hasil gemblengan dengan teriring berjalannya waktu. Sejak sebelum lahir Rasulullah SAW sudah diuji dengan menjadi anak yatim, yang ditinggalkan oleh ayahnya, Abdullah bin Abdul Mutthalib, selagi baginda masih dua bulan dalam kandungan ibunya. Pada usia enam tahun yaitu saat usia yang sangat membutuhkan kasih saying ibu bapak, ibu tercintanya meninggalkan baginda untuk selama-lamanya. Setelah ibunya meninggal, baginda diasuh oleh kakeknya Abdul Mutthalib. Belum lagi seumur jagung bersama kakeknya, kakeknya lebih dahulu menghadap Ilahi.

Hanya pada usia delapan tahun Rasulullah telah berpindah untuk yang ketiga kalinya yaitu ke asuhan pamannya Abu Thalib. Baginda dapat bersama pamannya hingga dewasa. Walaupun Rasulullah SAW adalah keturunan bani Hisyam yang mulia diantara suku bangsa yang terhormat, Quraisy, baginda di masa remajanya mau menjadi penggembala kambing kepunyaan orang lain untuk mendapatkan upah.

Ikhwah? Apakah kita masih harus mencari inspirasi yang lebih hebat dari seorang manusia biasa? Rasulullah masih manusia biasa, bukan malaikat. Maka kodrat kita pun tak akan jauh berbeda dalam menghadapi permasalahan dakwah ini insya Allah. Ikhwah sekalian, yang kini saya pahami adalah bahwa saya yakin kita semua adalah orang-orang yang telah mewakafkan diri kita untuk dakwah. Artinya dimanapun posisi, pekerjaan kita, semua kita perjuangkan untuk keberhasilan dakwah ini. Maka, bila tujuan dakwah ini adalah Yang Maha Tinggi, tidak ada lagi ruang tersisa untuk kita mengeluh di dalam hati.

3. Muwashafat Tarbiyah

Maka dari itu, antum harus membuat benteng dalam menghadapi gangguan-gangguan dalam dakwah dan tarbiyah selama menjalani aktivitas profesi. Sedangkan benteng seorang mukmin adalah muwashafat-nya. Kepribadian Islam. Kepribadian yang akan menjadi benteng dalam menjaga keistiqamahan dakwah dan tarbiyah. Kepribadian yang terbentuk oleh pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Bentuk tubuh, wajah, keserasian fisik dan sebagainya bukan unsur pembentuk kepribadian.

Pola pikir Islam (Aqliyah Islamiyah) adalah jika seseorang selalu berlandaskan aqidah Islam dalam memikirkan sesuatu hal dalam upaya mengambil suatu keputusan. Sehingga jika landasannya bukan Islam, maka pola pikirnya merupakan pola pikir yang lain. Sedangkan pola sikap Islami (Nafsiyah Islamiyah) adalah jika seseorang dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan dorongan nalurinya berdasarkan Islam. Jika pemenuhan tersebut tidak dilakukan dengan cara seperti itu, maka pola sikapnya merupakan pola sikap yang lain. Tidaklah cukup jika kepribadian Islam hanya tercermin pada pola sikapnya yang Islami, sementara pola pikirnya tidak. Karena nantinya malah beribadah kepada Allah dengan kebodohan. Misalnya, kita berpuasa pada hari yang diharamkan. Bisa juga kita bersodaqoh dengan riba, dengan anggapan bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kata lain, sebenarnya melakukan kesalahan tetapi menyangka telah melakukan kebajikan. Akibatnya, dalam memenuhi tuntutan naluri (gharizah) dan kebutuhan jasmani (hajatul udhawiyah) tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Ini kesalahan yang banyak terjadi di sekitar kita. Sesungguhnya kepribadian Islam tidak akan berjalan dengan lurus, kecuali jika pola pikir orang tersebut adalah pola pikir Islami dan pola sikapnya adalah pola sikap Islami.

Dokter yang berkepribadian Islami bukan berarti didalam dirinya tidak pernah ada kesalahan. Tetapi (kalau ada), kesalahan tersebut tidak akan mempengaruhi kepribadiannya selama kesalahanya bukan perkara pangkal, melainkan pengecualian (kadang terjadi, kadang tidak). Alasannya, karena manusia bukanlah malaikat. Dia bisa saja melakukan kesalahan, lalu memohon ampunan dan

Page 81: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 75

bertaubat. Bisa juga dia melakukan kebenaran, lalu memuji Allah atas kebaikan, karunia, dan hidayah-Nya.

Poin kepribadian seorang muslim seperti yang disampaikan oleh Hasan al-Banna yaitu, Seorang kader inti harus memiliki aqidah yang bersih (salimul aqidah), ibadah yang benar (shahihul ibadah), akhlak yang baik (matinul khuluq), kekuatan jasmani (qowiyyul jismi), intelek dalam berfikir (mutsaqqal fikri), bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi), pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi), teratur dalam segala urusan (munazhzhamun fi syuunihi), mandiri (qadirun ala kasbi), bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi), kesemuanya harus sesuai dengan parameter syariah. Contoh sederhana, seorang dokter dengan keahliannya mengobati orang sakit dituntut selalu menjaga kerahasiaan rekam medis pasiennya. Hal ini belum dapat dikatakan dokter yang berakhlak baik ketika dokter tersebut hanya menjaga rahasia medis atas dasar kemanusiaan dan atas dasar etika profesi dokter. Namun dokter bisa dikatakan berakhlak baik ketika dokter yang bersangkutan meyakini dengan betul bahwa menjaga rahasia adalah perintah syariat Islam. Dengan keyakinan inilah maka predikat baik bisa didapat. Karena parameter baik atau tidak baik dengan neraca yang pasti, yakni syariah Islam.

Dakwah profesi merupakan dakwah tahap lanjutan dari fase dakwah kampus. Pada fase inilah idealisme yang dulu terhujam dengan kuat di dada para aktivis dakwah akan diuji. Keimanan menjadi modal utama untuk merealisasikan pendidikan (tarbiyah) dan persaudaraan (ukhuwah) di medan dakwah yang sangat berbeda dari medan dakwah kampus yang dulu pernah digeluti. Baik itu berbeda dari segi lingkungan, budaya, maupun berbeda dari segi individu-individunya.

Peran Strategis Dakwah Dokter dan Dunia Kedokteran

1. Awal Perkembangan Sebelum Islam

Keilmuan yang berkembang dan praktek-prakteknya tidak tanpa mula. Tapi mempunyai sejarah panjang yang dihasilkan para pendahulu hingga hasilnya dapat dilihat saat ini. Awal mula kelahirannya dimulai pada masa peradaban Yunani. Dan bangsa-bangsa lain sekitar pada masa itu.

Dalam peradaban Yunani, orang Yunani Kuno mempercayai Asclepius sebagai dewa kesehatan. Pada era ini, menurut penulis Canterbury Tales, Geoffrey Chaucer, di Yunani telah muncul beberapa dokter atau tabib terkemuka. Tokoh Yunani yang banyak berkontribusi mengembangkan ilmu kedokteran adalah Hippocrates atau `Ypocras' (5-4 SM). Dia adalah tabib Yunani yang menulis dasar-dasar pengobatan.

2. Pada Masa Peradaban Islam

Perkembangan kedokteran Islam melalui tiga periode pasang-surut. Periode pertama dimulai dengan gerakan penerjemahan literatur kedokteran dari Yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-8 Masehi. Pada masa ini, sarjana dari Syiria dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan litelatur dari Yunani dan Syiria kedalam bahasa Arab.

Rujukan pertama kedokteran terpelajar dibawah kekuasaan khalifah dinasti Umayyah, yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradisi Helenistik. Pada abad ke-8 sejumlah keluarga dinasti Umayyah diceritakan memerintahkan penterjemahan teks medis dan kimiawi dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukkan bahwa khalifah dinasti Umayyah, Umar ibn Abdul Aziz (p.717-20) memerintahkan penterjemhan dari bahasa Siria ke bahasa Arab sebuah buku pegangan medis abad ketujuh yang ditulis oleh pangeran Aleksandria Ahrun.

Pengalihbahasaan literatur medis meningkat drastis dibawah kekuasaan Khalifah Al-Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Para dokter dari Nestoria dari kota Gundishpur dipekerjakan dalam kegiatan ini. Sejumlah sarjana Islam pun terkemuka ikut ambil bagian dalam proses transfer pengetahuan itu. Tercatat sejumlah tokoh seperti, Yuhanna Ibn Masawayah (w. 857), Jurjis Ibn-

Page 82: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 76

Bakhtisliu, serta Hunain Ibn Ishak (808-873 M) ikut menerjemahkan literatur kuno dan dokter masa awal.

Karya-karya original ditulis dalam bahasa Arab oleh Hunayn. Beberapa risalah yang ditulisnya, diantaranya al-Masail fi al-Tibb lil-Mutaallimin (masalah kedokteran bagi para pelajar) dan Kitab al-Asyr Maqalat fi al-Ayn (sepuluh risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inovatif, walaupun sangat sedikit memaparkan observasi baru. Karya yang paling terkenal dalam periode awal ini disusun oleh Ali Ibn Sahl Rabban al-Tabari (783-858), Firdaws al-Hikmah. Dengan mengadopsi satu pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari beragam praktek, karya ini merupakan karya kedokteran Arab komprehensif pertama yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran waktu itu.

Perkembangan tradisi dan keberagaman yang nampak pada kedokteran Arab pertama, dikatan John dapat dilacak sampai pada warisan Helenistik. Dari pada khazanah kedokteran India. walaupun keilmuan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat dipelajari. Warisan ilmiah Yunani menjadi dominan, khususnya helenistik, John Esposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu tradisi mendorong untuk pendekatan kritis dan selektif “. Seperti dalam sains Arab awal.

Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang begitu pesat. Sejumlah RS (RS) besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam, RS tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru. Tak heran, bila penelitian dan pengembangan yang begitu gencar telah menghasilkan ilmu medis baru. Era kejayaan peradaban Islam ini telah melahirkan sejumlah dokter terkemuka dan berpengaruh di dunia kedokteran, hingga sekarang.

Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon. Al-Razi (841-926 M) dikenal di Barat dengan nama Razes. Ia pernah menjadi dokter istana Pangerang Abu Saleh Al-Mansur, penguasa Khorosan. Ia lalu pindah ke Baghdad dan menjadi dokter kepala di RS Baghdad dan dokter pribadi khalifah. Buku kedokteran yang dihasilkannya berjudul “Al-Mansuri” (Liber Al-Mansofis) dan “Al-Hawi”.

Tokoh kedokteran lainnya adalah Al-Zahrawi (930-1013 M) atau dikenal di Barat Abulcasis. Dia adalah ahli bedah terkemuka di Arab. Al-Zahrawi menempuh pendidikan di Universitas Cordoba. Dia menjadi dokter istana pada masa Khalifah Abdel Rahman III. Sebagain besar hidupnya didedikasikan untuk menulis buku-buku kedokteran dan khususnya masalah bedah.

Salah satu dari empat buku kedokteran yang ditulisnya berjudul, 'Al-Tastif Liman Ajiz'an Al-Ta'lif' - ensiklopedia ilmu bedah terbaik pada abad pertengahan. Buku itu digunakan di Eropa hingga abad ke-17. Al-Zahrawi menerapkan cautery untuk mengendalikan pendarahan. Dia juga menggunakan alkohol dan lilin untuk mengentikan pendarahan dari tengkorak selama membedah tengkorak. Al-Zahrawi juga menulis buku tentang tentang operasi gigi.

Dokter Muslim yang juga sangat termasyhur adalah Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037 M). Salah satu kitab kedokteran fenomela yang berhasil ditulisnya adalah Al-Qanun fi Al-Tibb atau Canon of Medicine. Kitab itu menjadi semacam ensiklopedia kesehatan dan kedokteran yang berisi satu juta kata. Hingga abad ke-17, kitab itu masih menjadi referensi sekolah kedokteran di Eropa.

Tokoh kedokteran era keemasan Islam adalah Ibnu Rusdy atau Averroes (1126-1198 M). Dokter kelahiran Granada, Spanyol itu sangat dikagumi sarjana di di Eropa. Kontribusinya dalam dunia kedokteran tercantum dalam karyanya berjudul 'Al- Kulliyat fi Al-Tibb' (Colliyet). Buku itu berisi rangkuman ilmu kedokteran. Buku kedokteran lainnya berjudul 'Al-Taisir' mengupas praktik-praktik kedokteran.

Setelah abad ke-13 M, ilmu kedokteran yang dikembangkan sarjana-sarjana Islam mengalami masa stagnasi. Perlahan kemudian surut dan mengalami kemunduran, seiring runtuhnya era kejayaan Islam di abad pertengahan.

Page 83: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

DAKWAH PROFESI KEDOKTERAN | 77

3. Kekhasan Dakwah Kedokteran

Dunia telah berabad-abad mengakui betapa pentingnya profesi seorang dokter. Serta Menyaksikan kejayaan Islam dalam era keemasan dunia kedokteran. Hassan Al Banna menyampaikan, “Menjadilah engkau 2 hal, karena keduanya memudahkan engkau dalam berdakwah: Guru atau Dokter.”

Dakwah kedokteran menjadi penting karena izzah dokter yang memiliki superioritas amal dalam masyarakat. Dalam kelangsungan dakwah, medan strata yang menjadikan dokter sebagai qudwah intelektual dan patut menjadi pemimpin di kalangannya. Antum boleh menyaksikan video Bung Tomo, bagaimana beliau dalam membakar semangat arek-arek suroboyo. Beliau dikenal baik sebagai pahlawan sekaligus dokter yang dihormati. Maka, penjagaan dakwah dan tarbiyah ini menjadi perhatian khusus, terlebih dalam menyuburmakmurkan calon-calon Bung Tomo masa depan. Yaitu dokter muslim yang memiliki afiliasi terhadap dakwah dan dokter muslim yang menjadikan profesinya, sebagai sarana demi menjemput kemenangan dakwah. Sebuah Profesi Langit.

…………………………………………………………………………………………………………… “Kita di Masa Depan Adalah orang Yang Memiliki Pekerjaan Membanggakan. Suatu Pekerjaan

yang Sempat Menjadi Cita-Cita banyak Orang. Warna Seragam Kita nanti sudah menunjukkan betapa mulia dan berharganya aktivitas kita Dan Siraman Warna Putih itu telah Membuat Semua Orang Dengan Rela Menyandarkan Kepercayaan pada Kita”

(Eko Prasetyo dalam “Orang Miskin Dilarang Sakit”, Resist book 2004)

Page 84: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

REGULASI KEUANGAN | 78

9

REGULASI KEUANGAN

ebuah organisasi ibarat tubuh manusia, dimana terdiri dari bagian-bagian tubuh yang saling

melengkapi sehingga manusia tersebut mampu menjalankan kehidupan sehari-harinya

dengan baik. Dan salah satu bagian dari tubuh organisasi tersebut adalah bidang keuangan.

Keuangan adalah salah satu bagian vital organisasi karena setiap kegiatan dibutuhkan dana untuk

menjalankannya. Oleh karena itu, dana menempati peran yang besar dalam sebuah organisasi.

Namun, masalah keuangan adalah hal yang sangat sensitif sehingga sangat diperlukan ketelitian dan

pertanggungjawaban dalam mengelola serta menggunakannya.

1. Rencana anggaran

Merencanakan anggaran merupakan langkah awal dalam pengelolaan dana. Rencana anggaran

dibuat untuk memprediksi dana yang akan masuk dan keluar selama satu kepengurusan sehingga

dana yang didapat mampu mencukupi kebutuhan dana yang akan dikeluarkan, tak lain adalah untuk

memperlancar kinerja kegiatan-kegiatan FULDFK. Rencana anggaran disusun oleh bendahara dan

departemen-departemen.

a. Rencana anggaran oleh bendahara

Anggaran yang dibuat oleh bendahara adalah anggaran yang akan didapatkan oleh organisasi

selama satu kepengurusan dimana anggaran tersebut akan digunakan untuk menjalankan program-

program FULDFK.

Dana didapatkan dari iuran wajib kepada seluruh LDF yang menjadi anggota FULDFK. Iuran

wajib yang dibebankan disesuaikan berdasarkan kemapanan keadaan keuangan masing-masing LDF.

Hal ini dilakukan karena FULDFK tidak ingin memberatkan LDF dengan adanya iuran wajib tersebut.

Namun, dibutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati menjadi

S

Page 85: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

REGULASI KEUANGAN | 79

program kerja FULDFK. Setiap LDF yang telah membayar iuran wajib akan mendapat e-kwitansi

sebagai tanda bukti pembayaran.

b. Rencana anggaran oleh departemen

Anggaran yang dibuat oleh departemen adalah anggaran yang akan digunakan oleh

departemen tersebut selama satu kepengurusan dimana anggaran tersebut disesuaikan berdasarkan

program kerja tiap departemen. Anggaran yang dibuat diharapkan berdasarkan kebutuhan dan

disusun dengan sangat relevan.

2. Rencana pengelolaan dana

Dana yang didapat dan dikeluarkan diharapkan sesuai dengan anggara yang telah dibuat. Oleh

karena itu, diperlukan pengelolaan dana yang baik dan benar. Dana akan didapatkan dari iuran wajib

dan donatur.

a. Iuran wajib

Dana yang didapatkan dari iuran wajib digunakan untuk melaksanakan program-program

FULDFK dimana dana yang akan diberikan berdasarkan oleh anggaran yang telah dibuat. Kegiatan-

kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan oleh tiap kepengurusan. Iuran

wajib diharapkan mampu membantu kegiatan nasional maupun wilayah FULDFK dalam hal

keuangan.

b. Donatur

Dana yang berasal dari donator adalah dana yang bersifat spontan maupun individual. Dana

donatur yang bersifat spontan adalah dana yang didapatkan karena adanya kegiatan yang dilakukan

secara spontan tanpa ada rencana sebelumnya, contoh penggalangan dana untuk korban bencana

alam. Sedangkan dana donatur yang bersifat individual adalah dana yang didapatkan dari donatur

karena keinginan sendiri dari donatur tersebut untuk mendonasikan uangnya dengan tujuan untuk

membantu memperlancar kegiatan-kegiatan FULDFK diluar program kerja rutin.

Dana donatur yang bersifat spontan didapatkan dalam jangka waktu yang ditentukan dan hanya

sesaat karena dana tersebut akan disalurkan langsung dalam waktu dekat. Seluruh dana yang

didapatkan akan disalurkan seluruhnya secara langsung kepada target yang dituju.

3. Pelaporan keuangan

Bendahara berkewajiban mencatat setiap dana yang masuk dan keluar. Dan setiap individu atau

departemen yang menggunakan dana berkewajiban untuk membuat rekapan dana yang masuk dan

keluar sebaik mungkin sehingga dana tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Rekapan

tersebut dilaporkan kepada bendahara supaya dapat diketahui dengan jelas untuk apa dan

bagaimana dana tersebut digunakan. Pelaporan keuangan sebaiknya dilampirkan dengan bukti-bukti

pembayaran sehingga rekapan dana dapat dikonfirmasi dengan baik oleh bukti-bukti pembayaran

tersebut.

4. Manajemen keuangan

FULDFK merupakan organisasi yang besar dan luas sehingga terbagi menjadi empat wilayah

besar. Dimana setiap wilayah memiliki bendahara wilayah yang akan mengatur perihal keuangan

Page 86: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

REGULASI KEUANGAN | 80

dalam wilayah tersebut. Selain itu, bendahara wilayah bertugas untuk memonitoring keuangan LDF

karena diharapkan bahwa LDF-LDF yang menjadi anggota FULDFK memiliki kemapanan dalam hal

organisasi, khususnya tentang keuangan. Oleh karena itu, sharing antar LDF sangat berpengaruh

untuk progresivitas kemajuan LDF.

Page 87: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 81

10

PENELITIAN & PENGEMBANGAN

etiap masa mempunyai cara tersendiri dalam menulis, sejalan dengan cara penduduk masa

tersebut dalam memahami dan memberikan sesuatu. Karenanya, harus ada pembaruan sejalan

dengan kemajuan akal manusia dan perubahan metode riset, berpikir, dan mengambil

kesimpulan. Untuk menjawab perubahan dan kemajuan tersebut tidak cukup hanya dengan kata-kata

yang keluar secara refleks, atau ceramah yang membangkitkan perasaan, atau kata-kata yang dapat

mengobarkan emosi. Akan tetapi, para aktivis dakwah berkewajiban memberikan gambaran kepada

manusia dengan gambaran yang logis, cermat, dan jelas; yang dibangun di atas kaidah-kaidah riset

ilmiah; dan membeberkan kepada manusia cara-cara yang aplikatif dan produktif yang telah mereka

persiapkan untuk mewujudkan apa yang diinginkan; dan agar dapat mengatasi tantangan yang akan

mereka hadapi, maka hal-hal di atas harus ada dalam perjalanan dakwah.”

(Risalah Da’watuna fi Thaurin Jadid, Hasan Al-Banna)

Sejarah perjuangan dakwah Rasulullah sesungguhnya memberikan banyak hikmah dan

pelajaran bagi aktivis dakwah saat ini. Perjalanan dakwah selama lebih kurang 23 tahun yang

dilakukan Rasulullah dan para sahabat amatlah bernilai bila dikaji dan dianalisis sengan cermat. Atas

tuntunan Allah, Rasulullah berhasil melakukan inovasi untuk setiap tahapan dakwah pada zamannya.

Ketika dakwah beliau di kota Mekah dan perkampungan sekitarnya tidak begitu mendapatkan

sambutan yang positif, beliau melihat ada potensi lain yang bisa dilakukan, yaitu mendakwahi para

kabilah yang datang dari luar kota Mekah pada musim-musim haji. Pertemuan ini dilakukan

Rasulullah di luar kota Mekah bersama kaum Auz dan Khazraj tepatnya di daerah yang bernama al

‘aqabah dan dalam catatan sejarah dikenal dengan bai’atul aqabah al ula. Perwakilan kaum Auz dan

Khazraj terdiri dari 12 orang yang telah menyatakan keislaman mereka. Kreativitas dakwah

Rasulullah tidak terhenti sampai di situ saja, lalu ia mengutus Mus’ab bin ‘Umair yang dikenal sebagai

duta Islam pertama untuk kembali ke Yatsrib bersama kaum Auz dan Khazraj. Peristiwa hijrah kaum

muslimin menuju Yatsrib juga menganding nilai-nilai dakwah kreatif dan inovatif. Pertama kali yang

S

Page 88: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 82

dilakukan Rasulullah saw di Madinah atau tepatnya di qubah adalah membangun Masjid. Dalam

perspektif Islam, masjid tidak sebatas sebagai tempat ibadah vertikal antara hamba dan Rabb-Nya.

Akan tetapi Masjid juga bisa berfungsi sebagai tempat menata kehidupan sosial masyarakat. Karena

Islam dengan tegas mengakui bahwa manusia terdiri dari dua sisi yang harus selalu seimbang, yaitu

materiil dan sprituil. Setelah sarana dibangun, maka Rasulullah berfikir perlu adanya pembangunan

dan pengembangan sumber daya manusia untuk menjalankan fungsi dalam sebuah sistem kehidupan

yang baru. Maka nabi segera mengambil inisiatif untuk mempersaudarakan antara kaum Muhajirin

dan Anshar. Sebab, persaudaraan ini akan mempercepat proses perubahan sosial di tengah

komunitas masyarakat. Kaum Muhajirin yang lebih memiliki skill dalam sistem perdagangan kembali

menghidupkan pasar, dan bahkan dalam sejarah tercatat bahwa Rasulullah adalah orang pertama

yang membangun pasar sebagai pusat ekonomi di Madinah. Kaum Anshar pun tetap dalam profesi

mereka semula sebagai petani yang lebih spesifik mengurus pertanian.

Dalam proses selanjutnya, karena persaudaraan yang Rasul bina berdasarkan nilai keimanan

dan keikhlasan, secara alami dan bertahap mulai tercipta takaful ijtima’iy (solidaritas sosial) di antara

komunitas sosial yang sangat plural di kota Madinah. Bahkan nilai ukhuwah itu tercatat indah dalam

berbagai kisah mengharu biru bagaimana ketika Saad bin Rabi’ menawarkan harta dan salah satu

istrinya untuk diberikan kepada Abdurrahman bin Auf. Namun akhirnya Abdurrahman bin Auf lebih

memilih untuk memulai kehidupan barunya sebagai pedagang dan menolak secara halus tawaran

saudaranya, sampai akhirnya ia berhasil menjadi saudagar yang berhasil.

Kehidupan yang singkat ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak mungkin kita mampu

bertahan dalam ruang waktu yang begitu pelik ini kecuali ketika kita mampu beradaptasi dengan

dinamika kehidupan yang terjadi. Semuanya berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Hasan Al Banna

pernah berkata, “Janganlah melawan kaidah-kaidah yang berlaku di alam ini, sebab ia akan

mengalahkanmu. Tetapi tundukkanlah dia, manfaatkanlah arusnya, dan gunakanlah sebagiannya

untuk menaklukkan sebagian yang lain…”. Kehidupan dakwah di fakultas kedokteran pun juga

demikian, akan tetap memerlukan pembaruan. Tidak bisa tidak, dinamika kehidupan yang terus

berubah akan senantiasa menuntut kita untuk pandai memanfaatkan momentum, melakukan

pembaruan. Pembaruan dakwah di fakultas kedokteran menuntut kita untuk melakukan penelitian

dan pengembangan demi menghasilkan strategi tepat guna. Strategi yang sesuai jaman dan realitas.

Terkait ini, setiap kampus tentu memiliki strategi tersendiri sesuai dengan keadaan kampus yang

bersangkutan.

Page 89: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 83

Mind Map Penelitian dan Pengembangan Dakwah

Data

Seringkali kita kurang perhatian tehadap pengumpulan data. Kita tidak terbiasa disiplin

mengumpulkan data-data, karena menganggapnya kurang penting sehingga seringkali lewat begitu

saja. Karena data yang tidak lengkap, aktivis dakwah sering berasumsi keliru. Akibatnya strategi dan

kebijakan dakwah yang diambil tidak tepat. Padahal data membuat segala sesuatu menjadi ilmiah

saat akan membuat kebijakan. Ada dua jenis data yang dibutuhkan LDFK.

1. Data Rutin

Data rutin diperlukan LDFK dlam mengetahui perkembangan dari sebuah keadaan. Data ini

biasanya diperbarui dalan kurun waktu tertentu. Isi data rutin adalah nominal atau angka-angka.

Contohnya adalah jumlah mahasiswa muslim, jumlah mahasiswa yang mengikuti mentoring, jumlah

civitas akademika yang muslim, jumlah mahasiswi muslim yang berjilbab, jumlah peserta yang hadir

dalam ta’lim atau pelatihan, jumlah uang kas LDFK, dan lain-lain. Data rutin ini bisa dirangkum dalam

Data

Analisis internal dan

eksternal LDFK

Perumusan grand design

dakwah

menentukan parameter

keberhasilan

Menentapkan alternatif

program

Menentukan program

yang tepat

Pelaksanaan program dakwah

Monitoring

Evaluasi

Page 90: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 84

buku data LDFK, dimana setiap departemen atau divisi sebuah LDFK dapat mengambil kebijakan

sesuai rangkuman data tersebut.

2. Data Insidental

Data ini diambil pada saat-saat tertentu berdasarkan kebutuhan LDFK. Data ini berperan dalam

pengambilan kebijakan jangka pendek. Contoh, penentuan tema kajian ilmiah, penentuan tema

buletin jumat, tema mading bulanan, kenyamanan civitas terhadap kondisi masjid/musola dan

sebagainya.

Ada dua metode pengambilan data yang dapat dilakukan LDFK. Pertama adalalah sensus.

Metode ini dilakukan secara menyeluruh terhadap objek data. Misalnya, data mahasiswa baru bisa

kita dapatkan lewat akademik kampus atau bekerja sama dengan BEM. Data mahasiswi muslim yang

berjilbab, bisa kita dapatkan dengan menyebarkan form pada tiap angkatan dan meminta bantuan

mereka untuk mengisinya. Pada data sensus ini benar-benar melibatkan seluruh mahasiswa. Hasil

dari sensus adalah bentuk data kuantitatif. Metode kedua adalah survei. Dalam survei ada 2 hal

penting yang harus diperhatikan yaitu pertanyaan survei dan pengambilan sampel. Pertanyaan yang

diajukan haruslah menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga akan menghasilkan jawaban

sesuai yang kita harapkan. Sedangkan pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai cara

dengan memperhatikan nilai objektivitas.

Tinjauan (Analisis) Internal dan Eksternal LDFK

Tahap pertama dalam pembaruan, kita perlu melihat potensi serta kelemahan LDFK kita serta

daya dukung eksternal dan tantangan yang datang dari luar terkait LDFK kita. Barangkali kita lebih

mengenalnya dengan istilah SWOT. Dalam tahap ini LDFK harus mampu melihat potensi yang

dimiliki seperti jumlah kader yang banyak, status LDFK sudah legal atau dana dakwah mencukupi.

Selain itu dilihat pula kelemahan yang ada dengan harapan dapat diperbaiki di masa yang akan

datang, misalnya fasilitas kesekretariatan yang minim, belum memiliki alur kaderisasi yang jelas, atau

budaya hedonisme yang kental di kampus. Setelah melihat keadaan internal, maka kita tinjau

keadaan eksternal, misalnya keberadaan LDK, FULDFK, dan ikatan ikatan alumni. Semua tinjauan ini

harus disertai dengan data dan fakta yang jelas.

Perumusan Grand Design Dakwah

Grand Design Dakwah adalah gambaran umum mengenai pola dan arah gerak LDFK di

beberapa tahun mendatang. Lamanya tahun yang direncanakan sesuai dengan kemampuan LDFK,

misalnya setahun kedepan, 3 tahun kedepan, menurut perkiraan masa yang akan datang. Bentuk

penyusunan Grand Design Dakwah bermula dari konsep global, yakni meliputi gerak umum LDFK,

dimulai dari visi, misi, sistem, alur dan sebagainya. Lalu dilanjutkan dengan penyusunan yang lebih

bersifat sektoral tergantung bidang atau departemen yang ada dalam LDFK. Perumusan Grand

Design Dakwah ini bertujuan agar ada sustainability development atau pembangunan yang

berkelanjutan dari LDFK, sehingga penerus kita di masa yang akan datang bisa melanjutkan

perjuangan LDFK.

Page 91: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 85

Menentukan Parameter Keberhasilan

Parameter keberhasilan ini diharapkan bisa sebagai pedoman kuantitatif maupun kualitatif

target keberhasilan setiap periode. Jika perencanaan dibuat untuk 3 tahun, maka perlu ada target

pencapaian per satu tahun. Parameter keberhasilan ini harus objektif dan terukur, contoh :

1. 50% kader mula menjadi kader madya

2. Memiliki pemasukan dana 10 juta rupiah

3. Menerbitkan tentir kuliah

4. Aktif mengikuti kegiatan FULDFK tingkat wilayah dan nasional

5. 75% mahasiswi muslim mengenakan jilbab

Menetapkan Alternatif Program Dakwah

Pada tahapan ini LDFK mulai menyusun dan membuat strategi program yang sekiranya cocok

dan tepat untuk memenuhi parameter keberhasilan yang telah dirancang. Tim perumus masih

mencoba memberikan alternatif yang memungkinkan. Dalam fase ini pula brainstorming ide dan

inovasi program diharapkan dapat berkembang, agar penentuan program bisa tepat. Pengambilan

data untuk melihat preference dan taste dari mahasiswa perlu dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa

“give what they need, don’t give them what we need”. Gunakan orientasi outside to inside.

Menentukan Program Dakwah

Tahap ini biasanya dirangkumkan dalam program kerja (proker) tahunan. Biasanya pula,

program kerja dibuat oleh setiap departemen atau divisi di LDFK. Dalam penyusunan proker tahunan

perlu diperhatikan aspek detail seperti dana yang dibutuhkan, deskripsi agenda, parameter

keberhasilan, waktu yang direncanakan dan penanggung jawab agenda dakwah. Dengan sistematika

seperti ini diharapkan dapat memudahkan dalam mengeksekusi dan penerus kita dapat melihat

dokumen peninggalan kita sebagai dokumen yang bisa dipahami. Setelah adanya penentuan proker

ada dua tahap lagi bagi sebuah LDFK yang perlu dilakukan sebelum proker dieksekusi.

1. Auditing dana. Setiap agenda dakwah memerlukan dana, dan kadang dana yang ada di

LDFK terbatas, oleh karena itu diperlukan auditing keuangan, agar setiap proker

mendapat hak yang proporsional. Dengan adanya auditing ini, departemen bisa konsisten

dalam pengelolaan dana.

2. Sinkronisasi timeline. Untuk menghindari bentrokaan jadwal, maka perlu dilakukan

sinkronisasi timeline agar semua agenda dakwah dapat berjalan dengan baik.

Setelah dua hal ini dilakukan LDFK sudah bisa mengeksekusi proker dakwah yang telah disusun.

Pelaksanaan Program Dakwah

Tahap pelaksanaan adalah tahap yang paling penting dalam dakwah, karena LDK mendidik kita

untuk menjadi kader yang produktif dalam beramal. Dalam tahapan pelaksanaan ini tidak ada

penjelasan khusus, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Keadaan ruhiyah kader, jangan sampai karena bekerja terlalu banyak, membuat dia

semakin jauh dari Allah.

Page 92: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

PENELITIAN & PENGEMBANGAN | 86

2. Keadaan nuansa kekeluargaan di dalam LDFK, karena nuansa kekeluargaan ini akan

membuat kader nyaman dan produktif.

3. Kondisi akademik kader. Jangan sampai pula agenda dakwah yang disusun, membuat

kondisi akademik kader menurun, sehingga penempatan kader perlu diperhatikan.

Monitoring

Tahapan ini berfungsi untuk memastikan program kerja berjalan dengan baik, dan parameter

keberhasilan yang sudah direncanakan sesuai target. Monitoring ini pula menjalankan fungsi evaluasi

berkala, agar penyimpangan dan kesalahan yang ada bisa diantisipasi dengan segera.

Evaluasi

Tahap terakhir dalan siklus perencanaan dakwah, adalah evaluasi dakwah. Bentuk evaluasi

dakwah sangat beragam pendekatannya, dimulai dari pendekatan agenda dakwah itu sendiri, dimana

kita menilai apakah agenda tersebut sudah memenuhi parameter keberhasilan, atau melalui

pendekatan kader, terkait hasil rekruitmen kader setelah agenda dakwah, dan pendekatan objek

dakwah, terkait tanggapan mereka terhadap agenda yang ada. Evaluasi untuk LDFK biasanya

termaktubkan dalam LPJ tahunan. Pentingnya evaluasi ini sekaligus memberikan rekomendasi

terhadap rencana dakwah tahun mendatang. Dengan adanya evaluasi yang baik dan data yang kuat,

maka akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perencanaan dakwah.

Tahapan-tahapan di atas memberi gambaran bahwa untuk membuat gerak dakwah yang

progresif, kader dakwah perlu membuka pikiran dan cermat memperhatikan kondisi dan kebutuhan

objek dakwah. Inspirasi bisa datang dari mana saja, selama kita tetap berpegang pada nilai-nilai

objektivitas, maka strategi dakwah kita akan tepat sasaran.

Page 93: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 87

11

SYIAR MEDIA

akwah dalam artian bahasa berarti menyampaikan dan dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan dalam kata marketing. Sebuah makna yang menurut hemat saya sangat tepat, karena pada konteks dakwah kita di kampus, apa yang kita lakukan di kampus adalah

memang memarketisasi dakwah itu sendiri. Dengan berbagai varian metode yang digunakan dan dengan berbagai cara pengemasan isi dari dakwah itu sendiri. Beruntunglah Islam diturunkan oleh Allah dalam keadaan sesempurna mungkin, sehingga isi dari dakwah atau konten dakwah yang kita lakukan sudah terdapat di Al Qur’an dan As Sunnah. Tinggal bagaimana kita sebagai da’I pandai merekayasa metode yang tepat agar objek dakwah dapat tertarik dan mudah untuk memahami isi dari dakwah yang dilakukan.

Salah satu poin penting yang perlu diperhatikan dalam memarketisasi dakwah adalah cara publikasi yang dilakukan oleh lembaga dakwah agar objek dakwah mendapat kesan yang tepat tentang Islam itu sendiri. Seperti yang sering di perlihatkan di media massa, Islam sering kali di korelasikan dengan fundamentalis, teroris dan anti-kedamaian. Itu semua merupakan buah dari suksesnya media mempermainkan Islam itu sendiri. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab bagi kita seorang da’I untuk bisa meng-antitesis paradigma Islam yang salah dengan merekayasa media yang bisa digerakkan dengan harapan ada perubahan opini di masyarakat tentang Islam.

Disini bisa kita lihat bahwa dengan membuat publikasi yang efektif dalam men-syiar kan Islam adalah sebuah cara tersendiri untuk membangun citra Islam. Selain itu publikasi juga berperan dalam memainkan opini dan propaganda di sebuah komunitas.

Lembaga dakwah kampus harus bisa menampilkan Islam yang humble sehingga objek dakwah lebih tertarik. Pilih kata-kata yang tepat untuk mempermainkan opini.

D

Page 94: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 88

Page 95: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 89

Dengan citra yang baik ini tentu resistensi objek dakwah akan jauh berkurang, dan ketika objek dakwah sudah jatuh hati dengan citra yang dibangun, maka selanjutnyan untuk menanamkan nilai Islam lebih lanjut akan lebih mudah untuk dilakukan.

Peran publikasi lainnya adalah untuk menginformasikan sebuah kegiatan kepada masyarakat kampus. Hal penting yang perlu diperhatikan selain desain dan pemilihan kata adalah isi dari publikasi itu sendiri, seperti; (1) waktu; (2) tempat; (3) acara; (4) contact person; (5) kelebihan acara ini. Kelima unsure publikasi acara ini harus ada dalam setiap publikasi acara agar tidak terjadi asymmetric information pada objek dakwah. Berikut adalah beberapa contoh publikasi acara yang telah dikemas dengan baik dan telah terbukti berhasil mendatangkan simpatisan objek dakwah. Pemilihan media publikasi 1. Poster

Poster merupakan sebuah media fisik ( biasanya menggunakan kertas ) dengan ukuran A4,A3, dan A2. Dipasang atau ditempel di papan pengumuman atau ditempat umum lainnya. Keuntungan poster adalah dapat dicetak dalam jumlah banyak dan jika di tempatkan di lokasi-lokasi strategis akan membentuk sebuah nuansa tersendiri. Selain itu poster bisa dicetak dalam bentuk hitam putih maupun berwarna, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lembaga dakwah. Varian dari poster sangat beragam, peragaman bentuk poster yang tidak harus persegi empat juga bisa menjadi bahan kreasi, seperti membuat poster berbentuk segitiga atau lingkaran yang membuat ”eye catching” tersendiri. Peragaman lain bisa dengan memodifikasi tempat menempel, sebagai contoh dalam sebuah mading kampus. Dimana semua papan madding ditempel terlebih dahulu dengan kertas putih, dan ditengah-tengahnya baru ditempel satu buah poster full color, cara ini membuat kesan tersendiri. Contoh poster : 2. Baliho

Publikasi dalam ukursan besar, dan dengan bahan yang berkualitas tentunya. Baliho mempunyai keunggulan dari segi ukuran dan menimbulkan kesan “wah” pada sebuah agenda tertentu. Karena biasanya baliho hanya dipasang satu buah atau maksimal dua buah saja di kampus, maka desain yang diberikan haruslah yang terbaik. Isi pesan harus tepat dan kesan yang ditimbulkan

Page 96: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 90

dengan permainan warna dan desain ( serta ukuran tentunya ) juga akan berdampak pada objek dakwah. Baliho ini juga bisa membentuk kesan hegemoni terhadap dakwah pula. 3. Pamflet / Leaflet

Pesan atau publikasi dalam ukuran kecil. Varian dari pamphlet atau leaflet sangat beragam, dapat dibentuk dalam rupa kertas tausiyah, pembatas buku, kartu ucapan, stiker, dan sebagainya. Walau memang bentuk dasar pamphlet adalah semacam brosur dan bentuk dasar leaflet adalah poster dalam ukuran kecil. Pamflet dan leaflet ini di desain untuk diberikan kepada seluruh objek dakwah, atau bisa dikatakan lebih personal. Sehingga jumlah produksi dari jenis media ini dalam jumlah yang sangat besar, disesuaikan dengan jumlah objek dakwah itu sendiri.

4. Banner

Jenis media ini bisa bercabang menjadi dua jenis, yakni vertical banner atau sering dikenal dengan umbul-umbul, dan horizontal banner yang sering disebut dengan spanduk. Pada masa kini harga produksi untuk spanduk dan umbul-umbul dengan kualitas printed sudah sangat terjangkau. Harga spanduk sekitar Rp.100.000 per spanduk dan umbul-umbul sekitar Rp.20.000 per umbul-umbul. Selain itu karena kemudahan teknologi printing ini, alangkah baiknya jika spanduk dan umbul-umbul di desain dengan full warna, atau dengan komposisi gambar dan foto untuk memberikan kesan elegansi dakwah

Page 97: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 91

5. Instalasi

Bentuk media kreatif yang sangat nyeni. Bisa dalam bentuk semacam patung dari kertas dan bambu, balon udara, lampion, seni dari sampah atau botol bekas dan lainnya. Memang untuk membuat instalasi membutuhkan ketekunan dan bakat seni tersendiri, maka dibutuhkan pula kader yang mempunyai sense of art yang baik. Varian dari instalasi sangat beragam, akan tetapi pastinya instalasi adalah sesuatu yang bisa dipajang. 6. Buletin

Buletin adalah media tertulis yang memungkinkan untuk memuat banyak tulisan dan pesan. Biasanya buletin bertransformasi dari bentuk kertas A4 di lipat dua, lalu lebih dai satu A4 yang ditumpuk sehingga tampak seperti buku, lalu bertrasformasi akhir seperti sebuah majalah. Terkait buletin sangat banyak varian isi yang bisa dikembangka seperti rubrik khusus,komik, profil kader, TTS, tips n trick, kisah, humor, tausiyah dan berbagai lainnya. Referensi untuk buletin bisa dari majalah atau tabloid umum yang beredar, coba adopsi hal-hal yang bisa menjadi daya tarik tersendiri dalam penyampaian pesan Islam kepada objek dakwah. Contoh bagian dari buletin :

7. Multimedia

Pemanfaatan dunia maya sebagai media publikasi, seperti dengan website, blog, CD interaktiif, slide powerpoint, film, music, animasi dan lainnya. Multimedia saat ini sedang berkembang pesat,

Page 98: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 92

dan jika lembaga dakwah bisa memanfaatkan hal ini dengan baik, maka akan menjadi competitive advantage tersendiri bagi lembaga dakwah tersebut. Keuntungan dari multimedia adalah biaya yang murah, bahkan bisa cenderung gratis, hanya memang membutuhkan keahilian khusus untuk bisa membuat media advance ini.

Pengelolaan Publikasi

1. Content Isi atau value yang akan disampaikan, biasanya ini tidak menjadi terlalu sulit karena pedoman

kita dalam berislam sudah sangat jelas dan tegas, sehingga Anda tinggal perlu mengemasnya dengan baik. Ada sebuah catatan tambahan saja tentang prinsip syiar di kampus, yakni give what they need atau berikan apa yang objek dakwah butuhkan. Terkadang lembaga dakwah sering kali menjalankan agenda syiar yang tidak sesuai dengan kebutuhan dari objek dakwah sehingga terjadi miss match antara demand and supply, dan berakibat pada ketidaktertarikan objek dakwah terhadap agenda yang dilakukan. Pengalaman saya melihat bahwa terkadang kita perlu berpikir sebagaimana objek dakwah dan konsekuensi nya adalah kita perlu menurunkan sedikit standar keIslaman kita untuk bisa memahami kebutuhan objek dakwah. Anda tidak bisa langsung memberikan materi yang berat kepada objek dakwah, harus dimulai dari sesuatu yang ringan terlebih dahulu. 2. Packaging Pengemasan disini meliputi beberapa hal , antara lain ;

(1) Pemilihan kata, dimana sangat penting untuk membuat opini tertentu. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami dan diingat. Bisa jadi dengan menggunakan istilah yang sedang berkembang di masyarakat umum bisa membantu untuk mempermudah objek dakwah megingat pesat yang kita sampaikan.

(2) Pemilihan desain, pilihlah desain yang lembut dan tenang sehingga objek dakwah bisa melihat citra Islam yang bersahabat. Pilih pula warna yang sesuai, warna cerah bisa menjadi solusi untuk membuat citra menyenangkan.

(3) Pemilihan bentuk media, media yang digunakan juga harus sesuai, coba pilih media yang sekirannya unik dan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi objek dakwah.

3. Branding Penamaan dalam sebuah publikasi sangat penting, biasanya GAMAIS memiliki nama tersendri

untuk setiap agendanya dan bisa berubah setiap tahunnya, semua dilakukan untuk me-refresh citra yang ada walau memang untuk beberapa agenda yang sudah menjadi tradisi selalu kami gunakan penamaan yang sama. Sebagai contoh penamaan atau branding ;

- Mentoring diberi brand Islamic Learning Group - Penyambutnan Mahasiswa Baru diberi brand Look Inside my Environment - Syiar Ramadhan diberi brand Ramadhan Festival atau METAMORPHISIS - Agenda Idul Adha diberi brand BBQ ( bagi-bagi Qurban ) - Agenda sumbangan sosial diberi brand PAY 1 GET 2 - Agenda pembinaan kader diberi brand OASIS, GAMAIS Integrated Training, GAMAIS Super

Camp, Youth Islamic Student Camp, Diklat Mahasiswa Muslim, Syahrut Tarbiyah GAMAIS. 4. Positioning

Setelah membuat media beserta isinya, yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah penempatan dari media itu sendiri. Dimana penempatan media jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit, perhatikan juga rasio antara media publikasi dengan objek dakwah. Perhatikan pula rasio keterjangkauan objek dakwah, rasio jarak perjalanan di kampus, rasio ruang kuliah dan pusat massa, range waktu mobiliasi mahasiswa, rute utama sirkulasi mahasiswa, gedung kuliah utama dan sekunder, dan kondisi sosial budaya dari mahasiswa di kampus Anda.

Page 99: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR MEDIA | 93

5. Impact Hasil atau dampak dari publikasi yang dijalankan. Jika publikasi yang dilakukan bersifat isu atau

opini, maka dampak yang diharapkan adalah adanya perubahan opini di objek dakwah. Dan jika publikasi yang dilakukan bersifat informasi acara maka parameter keberhasilannya adalah dengan jumlah yang hadir dalam acara tersebut. Buat perangkat penilaian khusus akan dampak yang terjadi. Untuk publikasi isu bisa menggunakan perangkan angket untuk menilai keberhasilan publikasi, sedangkan perangkat lembar absensi acara bisa digunakan untuk menilai keberhasilan publikasi yang bersifat informasi acara.

Page 100: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR KEMUSLIMAHAN | 94

ebenarnya apa urgensi dakwah muslimah dan sejauh mana ruang lingkupnya ? Apakah perlu ada

bidang khusus yang menangani permasalahan muslimah di sebuah lembaga dakwah ?

Sesuai yang disabdakan Muhammad Rasulullah bahwa “Wanita adalah tiang Negara !”. Hancur

atau majunya suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya.

Seorang penyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila kamu siapkan dengan

baik. Berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya. Begitu juga, orang-orang bijak

banyak yang mengaitkan keberhasilan para tokoh dan pemimpin dengan peran dan bantuan kaum

wanita lewat ungkapan “Dibalik keberhasilan setiap pembesar, ada wanita!” Tidak dapat dipungkiri

bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya yang akan meneruskan tongkat estafet

peradaban ini. Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa

mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya. Namun,

kesadaran akan hal tersebut belum dimiliki oleh para perempuan secara umum dan para muslimah

pada khususnya. Untuk itu, da’wah muslimah sebagai bagian dari da’wah semesta memiliki arti

penting mengembalikan pemahaman yang benar tentang peran wanita yang sesuai fitrah dan

posisinya dalam Islam. Proses perubahan tak akan terjadi seketika tapi dibutuhkan studi yang mapan,

terencana, sistematis, terorganisir secara rapi yang direalisasikan melalui gerakan dakwah yang solid.

Karena itu, da’wah muslimah juga harus ditata, dikelola dan diorganisir secara baik dan teratur

dengan kepemimpinan yang kokoh dan manajemen yang baik, yang tertuang dalam suatu wadah

pergerakan.

Urgensi dari dakwah muslimah sangat diyakini menjadi salah satu bagian penting dalam

dakwah, bahkan seorang bijak mengatakan pembagian porsi dakwah muslimah dengan dakwah

S

Page 101: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR KEMUSLIMAHAN | 95

keseluruhan, adalah jika dakwah itu adalah lingkaran, maka dakwah muslimah sebesar setengah

lingkaran. Pergerakan dakwah muslimah seperti yang kita ketahui telah bergulir sejak zaman Nabi

Muhammad, dimana Nabi menempatkan Istrinya sebagai pemimpin para muslimah. Peran sentral

dari muslimah yang juga telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan urgensi yang saya

nilai sebagai landasan mendasar mengapa kita perlu menjalankan dakwah khusus muslimah di

kampus.

Wakil ketua lembaga untuk seluruh muslimah. Dimana ia menjadi tangan kanan seorang

ketua lembaga. Ketika zaman Rasul, siti Aisyah memerankan peran ini dengan baik. Ia yang

memberikan arahan untuk para muslimah, memberikan pembinaan, menyampaikan aspirasi

muslimah di syuro, dan sebagai panglima dakwah untuk para muslimah itu sendiri. Posisi seorang

kepala muslimah hanya satu tingkat di bawah seorang kepala lembaga dakwah.

Pemimpin untuk seluruh koordinator akhwat. Jika seorang kepala lembaga mengkoordinir,

membina, dan memimpin langsung kepala departemen di bawahnya. Maka sosok kepala muslimah

ini berperan sebagai pengkoordinir, pembina dan pemimpin bagai para koordinator akhwat seluruh

departemen. Peran ini diharapkan dapat membuat daya rangkul antara kader pria dan perempuan

seimbang.

Sebagai pelakasna bidang dakwah muslimah. Fungsi mendasarnya yang ketiga adalah

menjalankan dakwah muslimah itu sendiri, baik itu agenda kaderisasi, syiar maupun jaringan

muslimah.

Lingkup dakwah muslimah itu sendiri sangat luas dan meliputi seluruh aspek dakwah kampus,

antara lain :

Kaderisasi¸ yang dilakukan khusus untuk para muslimah. Berbagai agenda kaderisasi butuh

ditambahkan kepada para muslimah agar dapat menjadi sosok muslimah ideal. Penambahan agenda

kaderisasi ini diharapkan dapat membuat para muslimah ini dapat memahami perannya sebagai

individu, anak, Istri, Ibu, dan da’iyah. Tuntutan peran dalam berbagai bidang kehidupan, baik

kehidupan rumah tangga, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan pemerintahan, dalam rangka

mengemban amanah da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar, membutuhkan bekal yang cukup bagi

akhwat muslimah untuk menjalankan peran multi dimensi yang di pikul. Sehingga Kampus memiliki

tanggung jawab dalam berpartisipasi dalam membentuk muslimah shalehah yang syamil dengan

kehadiran bidang muslimah lembaga dakwah yang melakukan program berupa Pembinaan dan

Pengembangan Potensi Muslimah.

Syiar, secara metode variasi syiar muslimah tidak berbeda jauh dengan dakwah pada

umumnya. Akan tetapi syiar muslimah ini mempunyai kekhususan di bidang materi yang akan

disampaikan. Karena syiar merupakan bagian dari kaderisasi massal, maka akan tetap mengacu pada

pembentukan karakter muslimah yang memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu, dan

da’iyah. Contoh beberapa materi yang bisa disampaikan antara lain ; konsep diri muslimah, kewajiban

seorang muslimah, fiqih darah wanita, fiqih thaharah, figur muslimah teladan, urgensi dan peran

muslimah dalam dakwah, etika interaksi perempuan dan pria, akhlak seorang muslimah, perawatan diri

seorang wanita, career planning, dakwah dan rumah tangga, basic lifeskill bagi muslimah, dan muslimah

pembelajar.

Jaringan, dalam membangun dakwah kita perlu juga untuk mengembangkan jaringan agar

dakwah yang dilakukan akan lebih kuat dan bermanfaat. Bidang kemuslimahan yang ada diharapkan

pula dapat meluaskan jaringannya ke sesama lembaga dakwah lain. Selama lembaga dakwah

Page 102: RISALAH DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERANmedicalzone.org/wp-content/uploads/2014/07/RMDFK-FULDFK...RISALAH MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS KEDOKTERAN Departemen Pengembangan LDFK dan Kaderisasi

SYIAR KEMUSLIMAHAN | 96

tersebut masih bertujuan untuk menegakkan Islam, cobalah untuk membangun komunikasi dengan

mereka.

Untuk mewujudkan dakwah muslimah yang baik dan tepat sasaran diperlukan langkah yang

bisa ditempuh dalam dakwah muslimah ini sendiri. Bidang muslimah disebuah lembaga dakwah

dapat melakukan tiga hal utama sebagai langkah awal. Langkah awal ini diharapkan dapat dijalankan

untuk menetralisir segala paradigma tentang muslimah yang salah.

a. Meluruskan paradigma muslimah agar sesuai dengan fitrahnya. Saat ini banyak pandangan

yang salah tentang sebenarnya bagaimana seorang muslimah itu. Atau bahkan paradigma

tentang perempuan itu sendiri. Ada sebuah pandangan emansipasi wanita secara berlebihan

yang membuat peran sebagai penopan rumah tangga menjadi lemah. Ada pandangan

feminisme yang perlu diluruskan dengan koridor Islam. Perlu dijelaskan pula kepada objek

dakwah, bahwa Islam tidak memandang perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga, akan

tetapi ada peran perempuan yang sangat besar.

b. Membudayakan gaya hidup islami kepada para muslimah , gaya hidup atau lifestyle dari

seorang muslimah yang baik. Gaya hidup ini bisa dalam dua pendekatan, yakni simbolik dan

kebiasaan. Secara simbolik yakni dengan membudayakan penggunan jilbab, dan terkait

kebiasaan seperti tutur kata, cara tertawa, atau kebiasaan pulang tidak larut malam.

c. Membentuk karakter muslimah yang tawazun, menyeimbangkan secara individu yakni

keseimbangan antara fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah. Serta keseimbangan perannya sebagai

ibu, istri dan anak. Sehingga terbentuk sosok muslimah yang memiliki pemahaman yang

komprehensif terhadap perannya.