ringkasan - universitas pamulanglppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/... · masukan dari...
TRANSCRIPT
Ringkasan
Smart mobility salah satu dari komponen smart city yang yang merupakan gerakan cerdas dalam penanganan permasalahan terkait pengelolaan lalu lintas yang berbasis information technology (IT) secara sustainable. Pemerintah Kota Tangerang Selatan berupaya dapat mengelola kotanya secara cerdas dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Tetapi pada prinsipnya menjadikan kota cerdas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Predikat kota urban menjadikan Kota Tangerang Selatan berkembang pesat, begitu juga dengan laju pertambahan penduduk. Banyak pendatang dari luar kota yang menjadikan Kota Tangerang tempat mengembangkan karir. Efek laju pertumbuhan penduduk salah satunya volume kendaraan di Kota Tangerang Selatan terus meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk berdampak pada semua sektor yaitu kemacetan lalu lintas, penumpukan sampah, polusi, dan penataan kota secara keseluruhan. Program smart city hadir untuk mengelola kota secara cerdas dengan basis IT dengan tujuan memberikan layanan informasi pada masyarakat secara mudah dan cepat sehingga permasalahan dapat segera ditangani.
Fokus permasalahan penelitian ini yaitu faktor apa saja yang menjadi kendala
ketercapaian smart mobility dalam upaya menuju konsep smart city di Kota Tangerang
Selatan. Adapun tujuan penelitian untuk menganalisa faktor-faktor yang menjadi
kendala ketercapaian smart mobility dalam upaya menuju konsep smart city di Kota
Tangerang Selatan
Metode analisis data adalah mendeskripsikan teknik analisis apa yang digunakan
oleh peneliti untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan (Sanusi Anwar, 2011).
Pada penelitian diggunakan metode analisa statistik deskriptif, yaitu analisa yang
dimaksudkan untuk menjelaskan data dari satu variabel yang diteliti. Sumber data
penelitian adalah studi literatur, observasi dan wawancara dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Lokasi penelitian di Kota Tangerang Selatan,
Provinsi Banten.
Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa faktor-faktor kendala ketercapaian
smart mobility dalam upaya menuju konsep smart city di Kota Tangerang Selatan antara
lain aspek: 1) Peraturan Pemerintah Daerah, yaitu belum keluarnya Peraturan
Pemerintah yang menjadi payung induk program smart city sehingga pelaksanaannya
belum optimal; 2) Sumber Daya Manusia, yaitu mininnya jumlah sumber daya manusia
yang latar belakang pendidikannya berbasis IT, sehingga siap menjalankan program
smart city; 3) Anggaran, hal ini karena sifatnya sentralisasi dan terkait birokrasi
sehingga membutuhkan waktu untuk merealisasikan anggaran sementara permasalahan
di lapangan membutuhkan penanganan yang cepat; dan 4) Kesadaran Masyarakat,
bahwasanya kesadaran masyarakan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mewujudkan ketercapaian smart mobility menuju konsep smart city, karena program ini
diperuntukkan masyarakat sehingga masyarakat harus mendukung ketercapaian
program smart city secara optimal.
Kata kunci: smart city, smart mobility
PRAKATA
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir penelitian.
Laporan akhir penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan tanggung jawab
terhadap Kemenristek Dikti yang telah memberikan dana hibah penelitian bagi
penelitian dosen pemula, dengan judul “Faktor-Faktor Kendala Ketercapaian Smart
Mobility Dalam Upaya Menuju Konsep Smart City Kota Tangerang Selatan”
Penyusunan laporan akhir penelitian ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti berharap
mendapatkan dukungan moral dan spiritual, kritik dan saran agar lapran akhir penelitian
nanti dapat tersusun dengan lancar dan bermanfaat. Atas dukungannya peneliti
sampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Dayat Hidayat, S.E, M.M selaku Rektor Universitas Pamulang;
2. Dr. Nur Jaman AM, S.Pd, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Pamulang;
3. Saiful Anwar, S.Pd., S.E., M.M selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi;
4. Dr. Ali Maddinsyah, S.E, M.M selaku Ketua LPPM yang senantiasa memberikan
dukungan dan arahan dalam penelitian dosen;
5. Dian Anggraini, S.T., M.Si selaku Kasie Diskominfo yang telah dengan sabar
memberikan informasi tentang smart city;
6. Heris Cahya, A.Md selaku Kordinator Pelaksana lalu Lintas Tangerang Selatan
sebagai informan tentang smart mobility;
7. Asikin dan Her Darmawan selaku pelaksana yang dengan senang hati memaparkan
tentang smart city Kota Tangerang Selatan;
8. Suami yang senantia mendampingi proses penelitian.
9. Seluruh pihak terkait yang tidak peneliti sebutkan, yang telah memberikan bantuan
dan dorongan, sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini
Semoga Allah SWT akan memberikan balasan atas semua amalan yang telah
diberikan serta pahala yang berlimpah, aamiin.
Peneliti sadar, masih perlu banyak dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak dalam penyelenggaraan penelitian ini, untuk itu besar harapan peneliti dapat
masukan dari berbagai pihak sebagai bahan perbaikan dan penyusunan dengan harapan
pada akhirnya laporan akhir penelitian nanti ini dapat disajikan sebagai buah karya yang
bermanfaat untuk kalangan yang lebih luas.
Pamulang, Nopember 2018
Ketua Peneliti,
Gunartin, S.E., M.M
NIDN. 0409047203
DAFTAR ISI
Judul........................................ ............................................................................ i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Ringkasan ........................................................................................................... iii
Prakata ................................................................................................................ iv
Daftar Isi .............................................................................................................. vi
Daftar Tabel ........................................................................................................ vii
Daftar Gambar ................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Konteks Penelitia ................................................................................. 1
1.2 Fokus Penelitian .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.5 Target Luaran ...................................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 6
2.1 Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan ......................................... 6
2.2 Smart City ........................................................................................... 11
2.3 Smart Mobility ..................................................................................... 13
2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ..................................... 16
3.1 Tujuan ................................................................................................. 16
3.2 Manfaat Penelitian .............................................................................. 16
BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................... 18
4.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 18
4.2 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 18
4.3 Kehadiran Peneliti ................................................................................ 18
4.4 Jenis Data ............................................................................................ 19
4.5 Metode Pengumpulan Sampel ............................................................. 19
4.6 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 20
4.7 Metode Analisis Data ........................................................................... 22
4.8 Definisi Operasional ............................................................................ 23
BAB V. HASIL DAN LUARAN ........................................................................ 24
5.1 Hasil Temuan ....................................................................................... 24
5.2 Pembahasan ......................................................................................... 33
5.3 Luaran Penelitian ................................................................................ 41
BAB VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA ............................................... 42
6.1 Rencana Tahap Berikutnya .................................................................. 42
6.2 Rencana Yang Ditargetkan ................................................................. 42
6.3 Rencana Penelitian Kedepan ............................................................... 42
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44
7.1 Kesimpulan .......................................................................................... 44
7.2 Saran ................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 46
Lampiran 1. Dokumen Pengambilan Data di Diskominfo (22 Februari 2018)
Lampiran 2. Dokumen Pengambilan Data di Diskominfo (!8 April 2018)
Lampiran 3. Dokumen Pengambilan Data di Dishub (7 Mei 2018)
Lampiran 4. Poster
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 15
Tabel 5.1 Kondisi Jalan Per Kecamatan Kota Tangerang Selatan ....................... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar Peta Tangerang Selatan........................................................................... 7
Gambar Komponen Smart City ............................................................................ 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian
Kota cerdas (smart city) merupakan kota impian setiap pemerintah daerah,
karena dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada
diharapkan mampu mengelola tata kota dengan kecanggihan teknologi sehingga
permasalahan-permasalahan yang ada dapat diminimalisasikan dan terlebih bila
permasalahan dapat diubah menjadi sesuatu yang mendatangkan manfaat. Contoh,
sampah merupakan masalah yang butuh perhatian khusus, kalau keberadaan
sampah tersebut dapat diolah (daur ulang) dan mempunyai nilai tambah, tidak saja
memberi manfaat bagi masyarakat tetapi juga bisa membuka lapangan pekerjaan.
Adanya otonom daerah, dimana kota diberi kewenangan untuk mengelola
dan memanfaatkan sumber daya yang ada, termasuk membangun daerahnya
menjadi kota cerdas. Tidak saja merubah kotanya menjadi bagus dari sisi fisik
tetapi juga membangun sinergi dengan masyarakat setempat dalam menyikapi atau
menangani setiap permasalahan yang ada. Permasalahan yang terus bertambah
dalam tata kelola kota seiring dengan perkembangan kota itu sendiri. Tentu hal ini
dibutuhkan manajemen tata kelola kota dengan konsep perencanaan berkelanjutan.
Konsep kota cerdas menjadi alternatif untuk pengembangan kota dalam
memberikan layanan yang efektif dan efisien pada masyarakat.
Pembangunan kota cerdas (smart city) tidak bisa lepas dari teknologi,
dimana smart city merupakan kota yang mampu menggunakan sumber daya secara
lebih efektif dan efisien, serta ramah lingkungan. Menurut Nijkamp (2009)
menganggap sebuah kota dapat dikatakan cerdas ketika memiliki manajemen
2
sumber daya alam (SDA) yang bijaksana melalui tata pemerintahan yang
partisipatif. Pemanfaatan sumber daya ini dengan berbasis teknologi akan
memberikan efisiensi dalam pelayanan publik.
Smart city berusaha menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
demi memperbaiki efisiensi yang keberlanjutan mengurangi biaya dan konsumsi
sumber daya. Perlu dilakukan analisa oleh pemerintah dan pihak berwenang
setempat untuk mengetahui permasalahan yang, misalnya penanganan lalu lintas,
pemanfaatan energi, dan pengelolaan limbah. Teknologi ini bermanfaat untuk
penataan kota yang lebih baik dan memungkinkan pemerintah menyesuaikan
pelayanan publiknya dengan masyarakat setempat.
Terdapat 6 (enam) komponen dalam smart city yaitu smart environment,
smart living, smarat mobility, smart economy, smart people dan smart mobility
dapat diartikan sebagai pergerakan yang cerdas yaitu sistem pergerakan yang
memungkinkan terjadinya pemenuhan kebutuhan dengan pergerakan seminim
mungkin dan secepat mungkin. Smart mobility merupakan bagian dari komponen
smart city yang mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat.
Sehingga dengan adanya smart mobility dapat memberikan layanan publik untuk
transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta dapat mengatasi permasalahan
publik seperti kemacetan lalu lintas, pelanggaran lalu lintas, polusi, sampah, dan
masalah parkir.
Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan
Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah barat Jakarta dan 90 km
sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten Wilayah. Kota Tangerang
Selatan termasuk di wilayah Jabotabek karena kota ini merupakan hasil pemekaran
3
dari Kabupaten Tangerang. Rencana ini berawal dari keinginan warga di wilayah
selatan untuk mensejahterakan masyarakat. Tangerang Selatan termasuk kota satelit
dari ibukota Jakarta dan daerah urban dari ibu kota.
Pada tanggal 29 Oktober 2008, pembentukan Kota Tangerang Selatan
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia. Dengan usia yang masih relatif
muda dan predikat sebagai kota urban tentu banyak permasalahan yang terjadi,
yang tentunya membutuhkan perhatian dari semua pihak untuk membangun kota
Tangerang Selatan. Sebagai upaya percepatan pembangunan kota Tangerang
Selatan, pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan yang mensinergikan
program pemerintah dengan pihak swasta dan masyarakat. Karena pembangunan
kota tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung
jawab seluruh lapisan masyarakat.
Kemajuan suatu kota tentu tidak bisa terlepas dari infrastruktur, dari segi
sarana dan prasarana, beberapa daerah di Tangerang Selatan memang terbilang
cukup maju, apalagi daerah yang sarana prasarananya ditambah penyediaannya
oleh developer swasta seperti BSD City dengan motto “Big City Big Opportunity”,
Namun beberapa daerah seperti Pamulang, Cisauk dan lainnya memiliki sarana
prasarana yang kurang nyaman seperti jaringan jalan yang rusak dan kondisi
transportasi yang macet. Untuk itu Kota Tangerang Selatan memprioritaskan
pembebasan lahan untuk jalan dan terus memperbaiki kondisi jaringan jalan di kota
ini. Berikut adalah beberapa program infrastruktur Kota Tangerang Selatan sebagai
berikut, 1) program pembangunan jalan dan jembatan, 2) program pembangunan
system informasi/data base jalan dan jembatan, 3) program pengembangan dan
pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya, 4) program
4
pembangunan saluran drainase/gorong-gorong, 5) program pengendalian banjir, 6)
program inspeksi kondisi jalan dan jembatan dan 7) program pembangunan
gedung/fasilitas pemerintahan. Ditinjau dari program infrastruktur di atas yang
menjadi perhatian khusus pemerintah Tangerang Selatan adalah masalah yang
terkait dengan smart mobility, yaitu banyaknya jalan yang rusak dan menimbulkan
kemacetan di beberapa daerah.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengalisa dengan
harapan mampu memberikan kontribusi pada pemerintah setempat melalui kegiatan
penelitian dengan tema “Analisa Faktor-Faktor Kendala Ketercapaian Smart
Mobility Dalam Upaya Menuju Konsep Smart City (Studi Pada Kota
Tangerang Selatan)”
1.2 Fokus Penelitian
Mengacu pada konteks penelitian di atas bahwa konsep smart city sudah
dicanangkan pada tahun 2016 untuk Kota Tangerang Selatan tetapi hingga sekarang
predikat kota cerdas belum tercapai. Fenomena ini yang membuat fokus peneliti
untuk mengeksplorasi dan menganalisa fenomena tentang faktor-faktor apa yang
menjadi kendala ketercapaian smart mobility dalam upaya menuju konsep smart
city Kota Tangerang Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengelola kota secara cerdas menjadi tujuan pemerintahan Kota Tangerang
Selatan. Hal ini tentu membutuhkan waktu dan proses untuk dapat
mewujudkannya. Meskipun pada tahun 2016 sudah dicanangkan sebagai kota
cerdas namun waktu dua tahun belum cukup untuk mencapai predikat sebagai kota
5
cerdas. Banyak faktor yang menjadi kendala ketercapaian smart city Kota
Tangerang Selatan. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa
dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi kendala kercapaian smart mobility
dalam upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Tujuan lain dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat terhadap:
1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan masukan
kepada pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk mengambil kebijakan
dalam upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan.
2. Akademisi
Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan serta dapat menyajikan
informasi mengenai faktor-faktor kendala ketercapaian smart mobility dalam
upaya menuju konsep smart city.
3. Penulis
Hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan dan memperluas
pengetahuan peneliti dalam riset faktor-faktor kendala ketercapaian smart
mobility dalam upaya menuju konsep smart city.
4. Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk digunakan
sebagai acuan dan referensi pada penelitian selanjutnya.
1.5 Target Luaran
1. Publikasi Ilmiah di Jurnal Inovasi Pascasarjana
2. Book Chapter “Transportasi Publik Sebagai Indikator Smart Mobility”
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Gambaran Umum Kota Tangerang Selatan
a. Visi dan Misi Kota Tangerang Selatan
Membangun dan menata Kota Tangerang Selatan tentunya memerlukan
konsep perencanaan yang matang, terpadu dan terintergrasi, yang dimulai
dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
yang didasari oleh visi dan misi.
1) Visi
Terwujudnya kota Mandiri, Damai, Asri dan Sejahtera – Tangerang
Selatan Kota MANIS (The Charming City). Pada hakekatnya “Kota Mandiri,
Pada hakekatnya “Kota Mandiri, Damai, dan Sejahtera” merupakan ruang
bermukim dan berinteraksi yang dihuni oleh masyarakat heterogen menurut
status sosial, identitas etnik ( genealogi, bahasa, adat, istiadat dan tradisi ),
agama dan mata pencarian. Hal ini dapat dicapai dengan mewujudkan suatu
ruang fisik, ekonomi, dan sosial budaya secara terintegrasi dan sinergis yang
diarahkan pada tiga orientasi, yaitu: 1) pengembangan kawasan dan fasilitas
kota; 2) Pengelolaan, pengembangan dan pelestarian sumber daya lokal; 3)
pemenuhan pelayanan dasar dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat
(happiness and satisfaction inliving together) .
2) Misi
a) Meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat
b) Meningkatkan keharmonisan fungsi ruang kota yang berwawasan
lingkungan
7
c) Menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan
d) Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan masyarakat
e) Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa
f) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
Sebagai implementasi melaksanakan visi dan misi tersebut, program
pembangunan kota Tangerang Selatan melalui tiga tahapan:
a) Tahap inisiasi dan restrukturisasi
b) Tahap akselerasi dan penguatan
c) Tahap pengembangan
b. Batas wilayah
Sumber: situs resmi Pemkot Tangerang Selatan
Batasan wilayah Kota Tangerang Selatan
Utara : Kota Tangerang dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Selatan : Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Kota Depok)
Barat : Kabupaten Tangerang
Timur : Provinsi Jawa Barat (Kota Depok) dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
8
c. Demografi
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh BPS Kota
Tangerang Selatan jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan adalah 1.290.322
jiwa pada tahun 2010. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 652.281
jiwa sedangkan perempuan 638.041 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar
102,23, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak
dibandingkan jumlah perempuan.
d. Kepadatan
Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai
8.766 orang/Km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur
yaitu 11.589 orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu
4.475 orang/Km2.Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan kecenderungan
peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, yang bukan hanya
disebabkan oleh pertambahan secara alamiah, tetapi juga tidak terlepas dari
kecenderungan masuknya para migran yang disebabkan oleh daya tarik Kota
Tangerang Selatan seperti banyaknya perumahan-perumahan baru yang
dibangun sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan
menjadi limpahan penduduk dari Kota Jakarta. Hal tersebut akan menyebabkan
dibutuhkannya ruang yang memadai dengan lapangan kerja baru untuk
mengimbangi pertambahan tenaga kerja.
e. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2010
menunjukkan bahwa kelompok umur dengan jumlah penduduk terbesar adalah
9
25-29 tahun (10,61%) dan kelompok umur 30-34 tahun (10,03%) sedangkan
kelompok umur dengan jumlah penduduk terkecil adalah kelompok umur 70-74
tahun, yaitu sebesar 0,70%. Hal ini dapat menjadi potensi bagi kota Tangerang
Selatan, karena dengan banyaknya usia produktif yaitu 25-29 tahun kota
Tangerang Selatan dapat menjadi kota yang lebih maju dan menaikan
pendapatan asli daerah/PAD Tangerang Selatan. Dari segi jumlah penduduk,
Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Banten setelah
Kota Tangerang serta terbesar kelima di kawasan Jabodetabek setelah Jakarta,
Bekasi, Tangerang, dan Depok.
f. Ekonomi
Salah satu faktor terbentuknya Kota Tangerang Selatan sendiri adalah
dari sektor Ekonominya, karena saat Tangerang Selatan masih bergabung
dengan Tangerang, PAD Tangerang Selatan berjumlah 309 Miliar pertahunnya
atau 60% dari PAD seluruh daerah Kabupaten Tangerang yang membuat
Tangerang Selatan layak untuk menjadi kota sendiri dan lepas dari Tangerang
Selatan.
Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Tangerang
Selatan didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi
(30,29%) dan perdagangan hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga
memberikan kontribusi cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank,
persewaan dan jasa perusahaan (15,40%). Lima sektor lain masing-masing
memberikan kontribusi di bawah 10%. Struktur ekonomi tersebut menunjukkan
bahwa perekonomian Tangerang Selatan didominasi oleh sektor tersier, yaitu
pengangkutan dan komunikasi, perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa dan
10
bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir 90%.
Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi)
memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan dan
penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Jika dilihat
kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor primer dan sekunder
mengecil kontribusinya secara signifikan sedangkan sektor tersier meningkat
kontribusinya.
g. Sosial Budaya
Tangerang Selatan merupakan kota baru di daerah Banten yang hanya
ppunya sedikit kebudayaan daerah, malah dengan munculnya kota Tangerang
Selatan beberapa sektor wisata di kota ini terbilang wisata moderenyang
berpusat di sekitar kota mandiri BSD city seperti ocean park, ICE BSD,
Illumination Park AEON, Golf dan masih banyak lagi.
Dari permasalahan yang di hadapi sekarang, slogan resmi ”Mari
MenataTangsel Rumah Kita Bersama” menunjukan kehendak untuk menyapa,
mengajak dan mempromosikan kepada seluruh masyarakat secara bersama
memberikan sesuatu yang terbaik bagi Tangerang Selatan mengingat secara
simbolik merupakan sebuah tempat hidup dan beraktivitas bagi semua warga
Tangerang Selatan. Sepatutnya seluruh masyarakat Kota Tangerang Selatan dari
berbagai asal - usul, ras dan etnik, agama dan kepercayaan, serta status sosial
lainya memiliki semangat yang sama sebagai satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain sebagai warga yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama.
11
Oleh karena itu, Kota Tangerang Selatan harus di pandang sebagai
tempat berdiam, bermukim dan beraktivitas bersama, dan sejahtera bersama,
dibangun bersama, dipelihara bersama dan dikembangkan bersama untuk
kepentingan dan kemanfaatan bersama.
2.2 Smart City
Konsep smart city merupakan konsep kota dengan basis pelayanan
teknologi untuk mempercepat pembangunan daerah terutama dalam hal layanan
publik. Konsep smart city juga merupakan konsep mengatasi kendala dengan
menggunaakan teknologi untuk meningkatkan layanan publik. Layanan publik ini
diatur dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang pelayan publik.
Pelaksanaan pelayanan publik ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No 96 Tahun
2016.
Mengelola kota dengan konsep smart city telah diwacanakan oleh
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional dalam acara Konferensie-Indonesia
Initiative (KII) dan Smart Indonesia Initiatives (SII) Forum ke-1 di Bandung pada 15
Oktober 2015 dengan topik “Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia”. Berdasarkan
konferensi tersebut disajikan permasalahan dan tantangan perkotaan, meliputi:
1. Penentuan Standar Pelayanan Perkotaan;
2. Kualitas dan produktivitas sumber daya manusia;
3. Terbatasnya sumber pendanaan untuk pembiayaan pembangunan perkotaan;
4. Peraturan yang berorientasi kepada struktural;
5. Kualitas dan kapasistas sparatur pemerintah;
6. Rendahnya daya saing, produktivitas serta belum berkembangnya ekonomi
lokal.
12
Konsep smart city juga tertuang pada Laporan Akhir Kajian Penilaian dan
Penyusunan Blue Print Kota Tangerang Selatan. Dinyatakan bahwa mengelola kota
untuk menjadi cerdas berkelanjutan merupakan kewajiban yang tidak dapat dibantah
keberadaannya sesuai dengan kemampuannya dalam mengembangkan konsep kota
cerdas yang meliputi: intelegent sity, green city, digital city, liveable city dan
sustainable city. Hal ini didasarkan pada PP No 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Hal ini juga dikemukakan oleh Nurmandi (2014) bahwasannya Kota
Cerdas mengacu kepada 3 unsur penting yaitu faktor manusia, teknologi, dan
kelembagaan. Menurutnya, unsur penting yang menjadi ciri masyarakat kota cerdas
adalah kepercayaan, norma, dan jaringan. Selain itu, menurut Nijkamp (2009)
menganggap sebuah kota dapat dikatakan cerdas ketika memiliki manajemen
sumber daya alam (SDA) yang bijaksana melalui tata pemerintahan yang
partisipatif. Pengelolaan SDA ini untuk akan membentuk suatu konsep dalam
pelayanan yang diberikan oleh masyarakat.
Menurut Dawes (2008) menyatakan bahwa pengunaan teknologi dalam
berbagai kegiatan rutin yang dilaksanakan organisasi publik yaitu menyediakan
layanan publik, efektivitas dan efisiensi serta kualitas layanan dasar yang diberikan
pemerintah. Penyediaan layanan pemerintah ini dilakukan untuk memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Efektivitas dan efisiensi dalam yanan ini dalam
rangka percepatan pembangunan.
Penggunaan teknologi dalam pelayanan publik dapat memberikan
kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses kebutuah yang berkaiatan dengan
pemerintahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Cohen (2012), bahwa kota cerdas
13
merupakan pendekatan terpadu yang luas untuk meningkatkan efisiensi dari operasi
kota, kualitas hidup warga kotanya, dan menumbuhkan ekonomi lokal. Selain itu
dengan adanya pelayanan yang efisien juga dapat meminimalkan biaya yang tinggi.
Konsep memberikan layanan informasi yang mudah dan cepat bagi
masyarakat dengan menggunakan aplikasi teknologi juga dikemukakan oleh Candra
Eko (2016) dalam penelitiannya tentang smart city. Artnya dengan aplikasi
teknologi yang mampu memberikan informasi secara mudah dan cepat maka
permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat pula sehingga memberikan
kenyamanan, keamanan dan ketertiban.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat dimaknai bahwa
konsep smart city atau kota cerdas merupakan gambaran layanan publik yang
diberikan oleh pemerintah pada masyarakat. Pelayanan ini dapat berupa dalam
pelayan kesehatan, keamanan, kenyamanan hidup yang berbasis teknologi. Pelayan
publik dalam konsep smart city ini akan memberikan efisiensi dan efektifitas dalam
pengelolaaannya. Hal ini karena penerapan konsep smart city menggunakan
teknologi sebagai dasar dalam setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
2.3 Smart Mobility
a. Definisi Smart Mobility
Smart mobility merupakan salah satu komponen dari smart city atau kota
cerdas. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Giffinger (2007) yang menyatakan
bahwa terdapat 6 (enam) dimensi dari konsep kota cerdas yaitu 1) smart
government (pemerintahan cerdas), 2) Smart Environment (lingkungan cerdas),
3) smart people (masyarakat cerdas), 4) smart economy (ekonomi cerdas), 5)
smart living (kehidupan cerdas), dan 6) smart mobility ( smart mobility).
14
Sumber : Kementrian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Smart mobility dalam konsep smart city menggambarkan suatu
perkembangan lingkungan yang selalu berubah, seperti halnya kemacetan lalu
lintas yang semakin lama akan menjadi permasalahan tersendiri bagi kota besar
di Indonesia. Hal ini didukung oleh pendapat Boyne (2010) yang menyatakan
bahwa untuk menyikapi perubahan lingkungan yang dinamis disektor lalu lintas
diperlukan langkah inovasi, sebagai upaya menyikapi permasalahan lalu lintas
dengan adanya inovasi yang sesuai dengan kebutuhan konsep smart mobility.
Konsep smart mobility ini tidak dapat terwujud tanpa dukungan dari
semua elemen masyarakat, terutama dalam hal kesadaran masyarakat dalam hal
pelaksanaan smart mobility, yaitu bagaimana mengatasi permasalahan
kemacetan lalu lintas, mengelola sampah, paenanganan banjir dan sebagainya.
15
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat dalam mewujudkan konsep
smart city melalui salah satu komponen berupa smart mobility.
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis, Tahun dan
Judul
Metod
e
Peneli
tian
Teknik
Pengumpulan
dan Analisa
Data
Hasil Penelitian
(1) (2) (4) (5) (7)
1 Enceng & Hidayat, 2016.
Peningkatan Layanan
Publik Melalui Smart
Govermence dan Smart
Mobility
Kualit
atif
Wawancara,
observasi dan studi
pustaka dengan
analisa data
deskriptif kualitatif
Layanan publik di Kota Bandung
mengalami peningkatan secara
kuantitas dan kualitas setelah
penerapan smart governance &smart
mobility dalam kerangka smart city
2 Mujiyono, dkk. 2016.
Kesiapan Kota
Pekalongan Menuju Smart
City
Kualit
atif
Literatur, FGD,
Kuisioner dengan
teknik analisis
deskriptif kualitatif
Kota Pekalongan juga sudah
menerapkan dimensi mobilitas
cerdas melalui beberapa
Iindikator: jaringan batik.net,
aplikasi Sikupon, aplikasi ATCS
3 Anggraini & Rahmawati,
2017. Penentuan Variabel
Berpengaruh Terhadap
Pengembangan ampung
CerdasDalam Mewujutkan
Konsep Smart City
Kualit
atif
Literatur, FGD,
Kuisioner dengan
teknik analisis
deskriptif kualitatif
terdapat variabel berpengaruh
sesuai sub konsep dimensi smart
city, yang mana variabel
berpengaruh menyesuaikan karakter
kampung perkotaan dan masyarakat
didalamya.
4 Wahyudi dan Hariadi,
2016 Strategi
Pembangunan Smart City
dan tantangannya bagi
Masyarakat Kota
Kualit
atif
Studi pustaka,
wawancara dan
analisa data
deskriptif kualitatif
Tantangan diterapkannya smart city
di suatu daerah antara lain:
ketersediaan data dan informasi,
keamanan dan privasi, investasi
yang sangat besar, infrastruktur IT,
adaptasi sosial dan pengembangan
aplikasi.
16
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Mengelola kota secara cerdas menjadi tujuan pemerintahan Kota Tangerang
Selatan. Hal ini tentu membutuhkan waktu dan proses untuk dapat
mewujudkannya. Meskipun pada tahun 2016 sudah dicanangkan sebagai kota
cerdas namun waktu dua tahun belum cukup untuk mencapai predikat sebagai kota
cerdas. Banyak faktor yang menjadi kendala ketercapaian smart city Kota
Tangerang Selatan. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa
dan mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi kendala keterrcapaian smart
mobility dalam upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan.
Selain tujuan di atas, hasil analisa penelitian setelah diketahui faktor yang
menjadi kendala ketercapaian menuju konsep smart city, nantinya dapat dijadikan
dasar pertimbangan untuk perbaikan berkelanjutan pelaksanaan smart city di Kota
Tangerang Selatan
3.2 Manfaat Penelitian
Tujuan lain dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat terhadap:
1. Pemerintah Kota Tangerang Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi dan masukan
kepada pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk mengambil kebijakan
dalam upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan.
2. Akademisi
17
Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan serta dapat menyajikan
informasi mengenai faktor-faktor kendala ketercapaian smart mobility dalam
upaya menuju konsep smart city.
3. Penulis
Hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan dan memperluas
pengetahuan peneliti dalam riset faktor-faktor kendala ketercapaian smart
mobility dalam upaya menuju konsep smart city.
5. Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk digunakan
sebagai acuan dan referensi pada penelitian selanjutnya.
18
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu sumber untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan mengenai fenomena yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kota
Tangerang Selatan yang merupakan kota urban di Propinsi Banten.
4.2 Pendekatan Penelitian
Metode kualitatif menjadi pilihan peneliti pada penelitian ini dengan
pendekatan deskriptif yaitu fokus pada mengekspoloitasi fenomena dan
pendeskripsian faktor yang menjadi kendala ketercapaian smart mobility dalam
upaya menuju konsep smart city di Kota tangerang Selatan. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai situasi yang
dihadapi (Cooper dan Schindler, 2006). Penelitian kualitatif memberikan gambaran
mengenai objek yang akan diteliti.
4.3 Kehadiran Peneliti
Peneliti bertidak sebagai intrumen sekaligus pengumpul data, artinya
peneliti bersama tim terlibat penuh dalam melakukan observasi, wawancara dan
studi pustaka serta menganalisa informasi data yang diperoleh dari sumber data.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai partisipan penuh
untuk menganalisa faktor yang menjadi kendala ketercapaian smart mobility dalam
upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan.
19
4.4 Jenis Data
Data dalam penelitian mengacu pada fokus penelitian yaitu berupa faktor-
faktor kendala ketercapaian smart mobility dalam upaya menuju konsep smart city
Kota Tangerang Selatan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digolongkan
menjadi dua yaitu;
a. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari subjek penelitian dalam
bentuk verbal atau ucapan lisan dan perilaku subjek (narasumber penelitian)
yang berkaitan dengan relevansi kompetensi (Sugiyono, 2012)
b. Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer
berupa dokumen, foto, dan catatan lain yang dapat dipakai sebagai sumber data
(Sugiyono, 2012).
4.5 Metode Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
Populasi pada penelitian ini adalah Kota Tangerang Selatan.
b. Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang
diambil dari populasi harus representatif (mewakili) dari seluruh populasi.
20
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
nonprobability sample yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel (Sugiyono, 2012). Untuk menentukan besarnya sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu tersebut memiliki arti bahwa subyek yang dipilih dianggap paling dan
tahu tentang yang diharapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012).
Berdasarkan pertimbangan di atas, sampel sumber data primer yaitu Dian
Anggraeni, S.T., M.Si selaku Kepala Sie Diskominfo, Heri Darmawan, S.T
selaku koordinator pelaksanan, Asikin, S.T selaku pelaksana, Herris Yahya
selaku Pelaksanan Teknis Bidang Lalu Lintas dan Abi Irwansah selaku
pengguna jalan warga asli Tangerang Selatan.dan Dr. Sarwani, S.H., M.H selaku
akademisi.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012). Oleh karena itu
diperlukan ketelitian dan kevalidan data untuk menentukan kualitas data yang
didapatkan. Dalam hal ini, penelitian ini menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, meliputi:
21
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang
maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain (Sugiyono, 2012). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang
kondisi wilayah Kota Tangerang Selatan dan gejala-gejala atau fenomena yang
terjadi pada tempat penelitian melalui pengamatan langsung secara sistematis.
Observasi ini dilakukan di Kota Tangerang Selatan, yang menjadi obyek
penelitian.
b. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006) dokumentasi adalah mencari dan
mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, majalah, agenda, notulen rapat, dan sebagainya. Teknik
dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder. Data ini berupa data
profil Kota Tangerang Selatan.
c. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya kecil atau sedikit (Sugiyono, 2012).
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
22
untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2012). Informan pada penelitian ini
yaitu: Dian Anggraeni, S.T., M.Si selaku Kepala Sie Diskominfo, Heri
Darmawan, S.T selaku koordinator pelaksanan, Asikin, S.T selaku pelaksana,
Herris Yahya selaku Pelaksana Teknis Bidang Lalu Lintas dan Abi Irwansah
selaku pengguna jalan warga asli Tangerang Selatan.dan Dr. Sarwani, S.H., M.H
selaku akademisi.
4.7 Metode Analisis Data
Teknik analisa data adalah mendeskripsikan teknik analisis apa yang
digunakan oleh peneliti untu menganalisa data yang telah dikumpulkan (Sanusi
Anwar, 2011). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode analisa deskriptif
kualitatif, yaitu suatu analisa yang dimaksudkan untuk menjelaskan data dari satu
variabel yang diteliti. Pada metode ini, ukuran deskriptif yang sering digunakan
untuk mendeskripsikan data hasil penelitian sehingga penulis dapat menganalisa
serta mendeskripsikan faktor-faktor kendala ketercapaian smart mobility dalam
upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan. Metode analisa data pada
penelitian ini meliputi:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi
pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta
pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
b. Reduksi data,
Reduksi data yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada
23
waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak peneliti
memfokuskan wilayah penelitian.
c. Penyajian data
Penyajian data yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan
penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja,
keterkaitan kegiatan atau tabel.
d. Penarikan kesimpulan,
Penarikan kesimpulan yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus mengerti
dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan
menyusun pola-pola pengarahan.
4.8 Definsi Operasional
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penulisan ini antara lain;
a. Smart mobility merupakan salah satu komponen dari smart city yang
memfokuskan pada pergerakan cerdas dalam menangani permasalahan
kemacetan lalu lintas, pengelolaan sampah dan lain-lain.
b. Smart city merupakan suatu konsep tata kelola kota secara cerdas dalam
memperdayakan sumber daya yang dimiliki.
24
BAB V
HASIL DAN LUARAN
5.1 Temuan Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Smart City Kota Tangerang Selatan
Permasalah kota yang umum terjadi di kota di Indonesia meliputi: 1) segi
infrastruktur fisik seperti sampah, drainase, dan transportasi; 2) layanan daasar
berupa pendidikan dan kesehatan; 3) dan sosial-ekonomi. Secara umum
permasalahan itu muncul karena human errror (kesalahan sumber daya manusia)
dalam pengelolaan. Contoh, banjir merupakan dampak dari salah satunya
pembuangan sampah yang sembarangan, kemacetan lalu lintas salah satu
penyebabnya adalah jumlah penggunaan kendaraan pribadi ataupun umum yang
terus bertambah dan layanan umum karena birokrasi yang menjadi keluhan
masyarakat.
Kota Tangerang Selatan berdasarkan sajian informasi Badan Pusat
Statistik tahun 2014 berpenduduk 1.492.999 jiwa dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi mencapai ± 3,44%, dengan luas wilayah 147,19 km².
Dari informasi rasio jumlah penduduk dengan luas wilayah menunjukkan Kota
Tangerang Selatan merupakan katagori padat. Disamping itu, lokasi Kota
Tangerang Selatan yang sangat strategis sebagai wilayah hinterland bagi Kota
Jakarta sebagai ibukota negara berpotensi signifikan bagi perkembangan wilayah.
Dengan latar belakang tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan berkeinginan
mewujudkan kota layak huni untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang
begitu cepat dan pertumbuhan di berbagai sektor. Untuk itu Kota Tangerang
25
Selatan menyiapkan pembangunan kota yang terangkum dalam konsep kota masa
depan bernama Smart City.
1. Arahan Kebijakan Smart City Kota Tangerang Selatan
Bedasarkan arahan dari Walikota Tangerang Selatan, maka arahan
pengembangan smart city di Kota Tangerang Selatan ini adalah “Tangerang
Selatan Smart City adalah konsep kota yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk mengidentifikasi masalah-masalah perkotaan dengan
cepat. Dan yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana teknologi
mampu memperpendek jalur komunikasi antara Pemerintah dan Masyarakat”.
Berdasarkan arahan tersebut dan melihat potensi Tangerang Selatan
sebagai kota perdagangan dan jasa, maka pengembangan smart city di
Tangerang Selatan dititikberatkan kepada pemanfaatan teknologi informasi
dalam meningkatkan kualitas dan memberikan kemudahan layanan public
kepada masyarakat.
Layanan smart city Kota Tangerang Selatan merupakan konsep sistem
yang besar dan komplek, sehingga implementasinya membutuhkan perencanaan
yang matang dan realistis dengan mempertimbangkan semua aspek, karena.
perencanaan yang baik merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan
penerapan smart city di Kota Tangerang Selatan.
Keberhasilan penerapan konsep smart city di Kota Tangerang Selatan
tentu membutuhkan komitmen yang tinggi dari semua elemen masyarakat, yaitu
pemerintah, swasta dan masyarakat. Sinergi dari peran ketiga elemen sangat
diperlukan artinya, ketiga elemen masyarakat tersebut harus saling mendukung
dan selaras dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Kota Tangerang Selatan
26
melalui implementasi smart city yang merupakan proses berkelanjutan dari
keenam komponennya.
2. Smart Mobility Salah Satu Komponen Smart City
Smart mobility merupakan sistem transportasi yang cerdas dan efisien
dengan memanfaatkan jaringan untuk pergerakan kendaraan, orang dan barang
untuk mengurangi kemacetan (Blue Print Kota Tangerang Selatan 2016).
Dengan menggunakan pendekatan smartmobility diharapkan dapat mengurangi
kemacetan di kota Tangerang Selatan akibat meningkatnya jumlah kendaraan
pribadi.
Smart Mobility merupakan salah satu komponen dari smart city yang
terkait dengan layanan transportasi, Aplikasi transportasi merupakan aspek
pendukung peningkatan layanan sosial, dimana indikator ketercapaiannya
didasarkan pada aplikasi dengan fungsi yang meliputi:
a. Kondisi Jalan Terkait Dengan Kemacetan
Terdapat aplikasi ATCS di perempatan jalan yang memberikan
informasi mengenai kondisi di jalan setiap saat yang kemudian dapat
memberikan rekomendasi alternatif rute perjalanan apabila terjadi kemacetan.
b. Kondisi Jalan Terkait Dengan Kecelakaan
1) Terdapat emergency management system yang berfungsi untuk siaga
terhadap ancaman bencana/ kecelakaan, menganalisis lokasi rawan
kecelakaan, mampu merespon dengan baik saat terjadinya kecelakaan,
dapat segera memulihkan/ mengembalikan situasi ke seperti keadaan
sebelum terjadinya bencana dan mampu menerapkan aktifitas pencegahan
27
terjadinya bencana atau mengurangi tingkat kerusakan dari kecelakaan dan
bencana yg memang tidak dapat dihindari;
2) Intergrasi data kejadian kecelakaan dengan dinas kesehatan untuk
penanganan kecelakaan yang cepat dan tepat
c. Kepemilikan Kendaraan
1) Terdapat database kepemilikan kendaraan yang terintegrasi dengan data
kependudukan.
2) Terdapat sistem monitoring kepemilikan kendaraan, baik dari pemantauan
jumlah kendaraan maupun jenis kendaraan, sehingga dapat melakukan
perkiraan dampak kepemilikan kendaraan terhadap kemacetan dan
lingkungan.
3) Perijinan kepemilikan kendaraan telah menggunakan sistem perijinan yang
terintegrasi.
d. Layanan Transportasi
Terdapat Public Transport System (PTS) untuk pelayanan transportasi
umum bagi masyarakat, mulai dari informasi rute perjalanan, waktu
perjalanan dan waktu tunggu serta integrasi masing - masing moda.
e. Sistem Informasi Perjalanan
Terdapat Transport Information System (TIS) berupa sistem informasi
panduan kendaraan untuk mendapatkan rute jalan yang optimal dan kondisi
lalu lintas kendaraan
f. Sistem Parkir
1) Terdapat smart parking atau sistem yang menginformasikan ketersediaan
ruang parkir yang kosong dan titik - titik lokasi parkir.
28
2) Sektor infrastruktur dan transportasi telah menggunakan e-payment
Indikator di atas perlu diterapkan untuk ketercapaian smart mobility
dalam upaya menuju konsep smart city. Sumberdaya manusia sebagai motor
penggerak proses program smart city tentu memiliki peran yang sangat doniman
dalam mewujudkan ketercapaian konsep smart city. Artnya, sebaik apapun
program yang dibuat kalau sumberdaya manusianya tidak siap dengan program
tersebut maka program itu tidak akan memberi manfaat bagi masyarakat. Kota
Tangerang Selatan telah melakukan pemetaan terhadap 6 (enam) prioritas
penanganan kota terkait pengembangan implementasi smart city salah satu
transportasi publik yang bersih dan baik.
Untuk dapat memberikan layanan transportasi publik yang bersih dan
baik diperlukan saran prasarana infrastruktur jalan yang memadai agar dapat
menampung volume kenadaraan yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Untuk itu perbaikan infrastruktur jalan dengan mengundang pihak swasta untuk
turut berinvestasi sehingga penyediaan sarana prasarana transportasi publik yang
bersih dan baik dapat diwujudkan. Berikut Disajikan kondisi sarana prasarana
infrastrktur jalan pada tabel 5.1
Tabel 5.1 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan di Kota
Tangerang Selatan.
No Kecamatan Baik Rusak
Sedang
Rusak
Ringan
Rusak Berat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Setu 18,587 4,890 0,540 0,000
2 Serpong 42,921 7,880 1,320 0,000
3 Pamulang 65,228 19.220 1,205 0,000
4 Ciputat 45.084 9,981 1,180 0,000
5 Cipitat Timur 50.801 7,709 0,585 0,000
6 Pondok Aren 77,603 16,160 2,440 0,000
7 Serpong Utara 27,125 4,605 0,600 0,000
Jumlah 327,349 70,445 7,870 0,000 Sumber: Dinas Bina Marga Kota Tangerang Selatan (2016)
29
Seiring berjalannya waktu karena dilewati truk-truk yang besar,
dibeberapa ruas jalan masih dalam kondisi belum baik, kondisi ruas jalan rusak
sedang sepanjang 26,403 kilometer sedangkan yang rusak ringan sepanjang 2,94
kilometer dan ruas jalan dengan kondisi rusak berat sepanjang 3,04 kilometer
(Blue Print Kota Tangsel 2016)
Dilansir dari Wartakota Tribunnews (1 September 2016) Dinas
Perhububungan Kota Tangerang Selatan mengakui bahwa kemacetan kerap
terjadi akibat tidak seimbang jumlah pertumbumbuhan kendaraan dengan
kondisi infrastruktur jalan. Memang jalan kendaraan bertambah seiring
pertumbuhan penduduk sementara jalan belum mendukung untuk menampung
volume kendaraan,” kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota
Tangerang Selatan Dedi Mulyadi. Dedi juga juga mengatakan bahwa jumlah
kendaraan yang lalu lalang di Kota Tangerang Selatan terutama jalan besar
mengalami jalan besar cukup drastis. Contoh, Jalan Siliwangi yang
menghubungkan Serpong-Pamulang tahun 2015 sekitar 15.000 kendaraan per
hari yang lewat. Sekarang (2016) yang lewat setiap hari sekitar 20.000
kendaraan per hari. Hal inilah yang dapat menyebabkan kemacetan pada jam-
jam ramai pagi dan sore.
3. Faktor-Faktor Kendala Ketercapaian Smart Mobility Dalam Upaya Menuju
Konsep Smart City Kota Tangerang Selatan.
Ketercapaian smart city tentu menjadi dambaan semua kota besar
terutama yang sudah dicanangkan dalam target bahwa di tahun 2017 akan
menjadi smart city. Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota dari 25 kota
30
yang mendapat assesment kota cerdas. Ketercapaian sebagai kota cerdas
ditentukan oleh 3 (tiga) elemen, yaitu: manusia, proses dan teknologi. Tentu saja
manusia sebagai penggerak dan teknologi menjadi sarana perubahan percepatan
memerlukan proses yang sangat panjang serta perlunya komitmen dari seluruh
elemen masyarakat Kota Tangerang Selatan untuk dapat mewujudkannya.
Hasil wawancara dengan Bapak Asikin selaku pelaksana teknis
menyatakan bahwa ,”yang menjadi faktor terkendalanya smart mobility dalam
upaya menuju konsep smart city Kota Tangerang Selatan yaitu belum keluarnya
Peraturan Walikota yang menjadi payung induk smart city. Awalnya sudah mau
dibentuk Dewan Pelaksana tetapi karena ada perubahan kebijakan terkait
kedinasan maka Dewan Pelaksana tersebut belum jadi dibentu. Selain itu. peran
masyarakat belum optimal sekalipun sudah dilakukan sosialisasi melalui
pembinaan karang taruna ataupun komunitas-komutas/organisasi yang ada di
masyarakatwilayah Tangsel sepertinya masyarakat belum paham benar tentang
konsep smart city sehingga kurang peduli akan tujuan mulia dari smart city.
Hal itu juga dipertegas oleh Bapak Heri Darmawan, S.T selaku
koordinator pelaksanan menyatakan bahwa sebenarnya tahun 2015 sudah dibuat
Blue Print smart city Kota Tangsel, dan tahun 2016 sesuai dengan peraturan
smart city sudah mulai proses tetapi dipertengahan tahun 2016 terjadi perubahan
kebijakan bahwa ada pemekaran dari Dinas Komunikasi dan Informasi
(Diskominfo) dan awal tahun 217 Dinas Perhubungan secara resmi terpisah dari
Diskominfo. Sehingga baru bisa lebih fokus ke pelaksanaan konsep smart city
di tahun 2107. Diawali dengan setip UPD memberi road map peta jalan untuk
mengembangkan smart city, sedang masing-masing dinas biasanya sudah punya
31
aplikasi-aplikasi sendiri kaitannya dengan pelayanan publik. Contoh Sicapil
untuk pelayanan pembuatan KTP. Sekarang sudah mulai dikembangkan dengan
sistem online. Dengan mengembangkan inovasi teknologi, sesuai dengan moto,
visi mivi Bu Wali yaitu menjadikan Kota Tangsel sebagai kota cerdas,
berkualitas, punya daya saing berbasis teknologi. Untuk menuju kota cerdas
kendalanya pasti ada, untuk menjadi kota cerdas maka masyarakatnya harus
cerdas juga, dan itu yang menjadi kendali mencerdaskan masyarakat. Salah satu
cara yang dilakukan dari teknika Diskominfo dengan memberikan sosialisasi,
pelatihan dan pembinaan teknologo komunikasi baik untuk siswa maupun
masyarakat. Yang sudah dilakukan adalah memberikan pelatihan dan pembinaan
kepada siswa SMP dan SD bagaiman cara siswa-siswa itu memanfaatkan
teknologi semaksimal mungkin tetapi aman dan sehat. Sedang untuk masyarakat
sudah dilakukan 2 kali di tahun 2017 dan 2018. Untuk masyarakat sasarannya
adalah karang taruna atau pemudanya dari 7 kecamatan. Pada sosialisasi ini
semua UPD berinovasi menciptakan inovasi pelayanan kepada masysrakat. Dan
setiap tahun kami melakukan Forum Group Discusstion (FGD) tentang smart
city yang juga mengundang akademisi dari perguruan tinggi yang ada di
Tangerang Selatan agar turut memberikan sumbangsih dalam pengembangan
smart city. Jadi untuk tahapan, indikator penilaian dan target target yang ingin
dicapai sudah ada roap map nya atau peta jalan pada blue print 2015 yang
menjadi pedoman untuk pelaksanaan smart city. Selain terkendala masyarakat
yang harus dicerdaskan juga anggaran, karena kalau ada permasalahan yang
memerlukan anggaran dan belum termasuk anggaran tahun berjalan, baru bisa
32
diajukan untuk anggaran tahun berikutnya. Kadang hal-hal seperti itu yang
membuat penanganan parmasalahan tidak bisa segera.
Peneliti juga mendapatkan informasi dari Bu Dian Anggraini, S.T., M.Si
selaku Kepala Sie Diskominfo. Dari hasil wawancara, menurut Bu Dian yang
menjadi faktor kendala ketercapaian smart mobility dalam upaya menuju konsep
smart city yaitu sumber daya manusia (SDM) , Diskominfo masih minim SDM
yang basic pendidikannya IT. Di tahun 2018 masih akan kegiatan
pengembangan kapasitas SDM dengan mengadakan pelatihan aparatur-aparatur
Tangsel perwakilan UPD untuk dapat membuat web side dan akan melakukan
kerjasama dengan Cikarang yang sudah tersertifikasi dari London karena kalau
Tangsel mau mengadakan sendiri harus tersertifikasi BPKPP, jadi sementara
Tangsel menjalankan smart city sesuai sarana yang ada dulu.
Selain faktor minmnya SDM yang berbasis IT, pergantian kepada bidang
Diskominfo mempengaruhi kebijakan dan tugas pokok dan fungsi beda juga..
Sekarang ini selain fokusnya pada pengembangan SDM, juga fokus pda
Peraturan Daerah (Perda). Sekarang baru mau proses penyusunan Perda,
sementara baru ada Perwal, tugas poko dan fungsi saja, belum ada Peraturan
Propinsi, payung induk smart city belum punya dan penyelenggaraan
Diskominfo juga masih ada perubahan. Memang sudah dilakukan upaya
pelebaran jalan, sudah dilakukan penyediaan Trans Anggrek, anggota Dishub
sudah stanby pada jam-jam sibuk, tetapi jumlah volume kendaraan yang turun di
jalan terus bertambah dan peran masyarakat juga masih belum optimal. Saya
rasa itu yang menjadi faktor kendala ketercapaian smart city.
33
Beberapa informan dari Diskoninfo telah memberikan informasi data
mengenai faktor kendala ketercapaian smart city. Hasil wawancara dengan
Dishub juga mendukung informasi dari Diskominfo. Menurut Herris Yahya
selaku Pelaksanan Teknis Bidang Lalu Lintas faktor yang menjadi kendala
adalah SDM dan anggaran. Terutama SDM, contoh kalau ada kerusahan-
kerusakan tenaga IT nya masih belum ada jadi kalau ada kerusakan komponen
masih bingung dan masih harus minta tolong Diskominfo.. Selain itu juga
masalah anggaran, contoh di perempatan-perempatan sudah di pasang CCTV
untuk memantau kemacetan ataupun konsisi jalan, untuk itu butuh kapasitas
internet yang besar sementara Dishub tidak bisa mengajukan anggran sendiri
tetapi menunggu dari Diskominfo. Jadi masih tergantung juga pada Diskominfo
jadi Dishub belum mandiri. Seperti beberapa watu yang lalu pernah terjadi
trouble di sistem sehingga semua traffic light mati total kami tidak segera dapat
menangani karena harus menunggu tenaga IT dari Diskominfo.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran Umum Smart Mobility Kota Tengerang Selatan
Kota Tangerang Selatan diberi assesment menjadi kota cerdas (smart city)
bersama 25 kota lainnya sejak tahun 2015 dan mulai awal 2016 sudah dilakukan
proses untuk mengembangkan konsep smart city di Kota Tangsel. Dan sampai
sekarang proses itu masih tetap berjalan, dimana sinergisitas dari berbagai elemen
masyarakat sangat mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk ketercapaian
smart city ini.
Konssep Smart City merupakan alterntif baru sebagai solusi cerdas bagi
Kota Tangerang Selatan yang meliputi 3 (tiga) komponen yaitu teknologi, proses,
34
dan sumber daya manusia. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) memberikan kemudahan dalam layanan. Teknologi memiliki peran untuk
kecepatan terjadinya perubahan, proses merupakan tindakan solusi dalam
beraktivitas dan sumber daya manusia merupakan penggerak atas proses serta
pemanfaat teknologi. Khususnya smart mobility, indikator capaiannya sebagai
berikut:
1. Sistem Pengendali Lalu lintas Terpadu (ATCS dan ATMS)
2. Sistem Monitoring sarana dan prasarana jalan
3. Traveler Information System (TIS) untuk pemandu perjalanan
4. Sistem pengelolaan angkutan public
5. KEUR Online
6. Pembangunan Konsep park and ride (sistem transportasi terpadu)
7. Pengembangan Transportasi massal (circle tangsel)
8. Pelebaran jalan kota, jembatan dan lingkungan. penataan
9. SITU dan jalan perumahan
10. Smart Parking
Secara umum kondisi sosial di kota Tangerang selatan berada pada posisi
scaterred. Keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari merupakan target ideal dalam bagian ini. Berdasarkan kondisi ideal
maka terdapat beberapa kesenjangan dan harus segera dilakukan menanganan
kesenjangan tersebut guna mencapai target tersebut. Idealnya kondisi jalan raya
terpantau dengan baik secara real time. Bantuan ATCS dan ATMS sebagai modal
pengawasan jalan raya dan infrastruktur yang baik serta terawasi belum tertangani
35
dengan maksimal demikian pula dengan sarana dan prasaran jalan lain. Dibutuhkan
beberapa solusi cerdas untuk menutup gap ini yaitu:
1. Pemasangan ATCS dan ATMS
2. Sistem Monitoring Sarana dan Prasarana.
Saat ini kondisi infrastruktur jalan cukup baik. Namun terkait permasalahan
kemacetan masih belum tertangani dengan maksimal demikian pula dengan
sarana dan prasarana jalan lain.
3. Traveler information system untuk pemandu jalan
4. Sistem pelaporan sarana dan prasana jalan terkait permasalahan transportasi
5. Sistem pengelolaan angkutan public
6. Smart parking
Kota Tangerang Selatan sebenarnya sudah menjadi pilot project untuk kota
yang lain terutama sistem ATCS nya, memang belum semua perempatan yang
dipasang CCTV yang menghubungkan sistem dengan kondisi jalan, tetapi beberapa
usaha yang pernah dilakukan untuk pengembangan smart mobility yaitu:
1. Sistem Transport Cerdas atau biasa disebut dengan Intelligent
Transportation System (ITS)
Merupakan sistem yang dibangun dengan menerapkan teknologi maju
di bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi untuk membuat prasarana
dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan nyaman sekaligus
ramah lingkungan. Sistem ini mempunyai tujuan dasar untuk membuat sistem
transportasi yang mempunyai kecerdasan. Untuk mencapai ITS yang berjalan
dengan baik dan berkelanjutan, Dibangun Smart Transport Platform yang
merujuk pada pembangunan ekosistem transportasi. Platform ini diharapkan
dapat membantu menyelesaikan permasalahan transportasi di Kota Tangerang
36
Selatan karena peran serta dari seluruh komponen, mulai dari otoritas
transportasi, penyedia layanan transportasi pemerintah dan swasta, perbankan,
hingga masyarakat.
2. Area Traffict Management System (ATMS)
Merupakan aplikasi berbasis web yang mengintegrasikan Area Traffic-
light Control System (ATCS). Informasi yang ada pada aplikasi ini adalah status
lalulintas yang berupa video streaming, kecepatan dan kepadatan dari ruas jalan,
dan data statistic dari sensor yang terpasang pada ruas jalan. Melalui aplikasi ini
pengguna mendapatkan sekaligus memberikan informasi lalulintas yang sedang
terjadi di hadapannya. Di Kota Tangerang Selatan baru ada 4 (empat) titik yaitu
di perempatan: Muncul, Gaplek, German Center dan Alam Sutra BSD. ATCS
sangat membantu pengemdalian penggunaan jalan dengan sistemnya yang
otomatis memberikan informasi ke central atas kondisi lalu lintas di lapangan
(perempatan) sisi mana yang penuh dan yang lengan.
3. Smart Parking
Merupakan sebuah teknologi yang menggabungan keduanya yaitu
manajemen sistem perparkiran dengan aplikasi mobile yangterintegrasi dengan
teknologi cloud computing. Teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk
menginformasikan secara real time kepada calon pengendara sebelum berangkat
menuju lokasi yang dituju sehingga pengendara dapat mengambil keputusan
apakah keberangkatan tetap akan dilakukan atau tidak dengan kondisi lahan
parkir yang dapat terpantau dari genggaman. Selain itu juga bisa digunakan
untuk mencari lahan parkir alternatif yang bisa dicapai pengendara sehingga
dapat memecah konsentrasi kemacetan. Dengan demikian informasi yang
37
disajikan akan dapat dikonsumsi lebih tepat sasaran, efektif, dan efisien. Di
Tangerang Selatan sudah pernah dilakukan di Pasar Modern BSD, karena
mantainent system nya kurang optimal sekarang tidak lagi difungsikan.
Dalam prosesnya Kota Tangerang Selatan sudah menjalankan konsep
smart city yang tentunya untuk masing-masing UPD sesuai dengan komponen
dari smart city. Contoh, untuk layanan smart goverment Tangerang Selatan
sudah memiliki Sicapil yang memberikan informasi layanan masyarakat yang
akan membuat KTP, pembayaran PBB, serta layanan publik lainnya.
5.2.2 Faktor Faktor Kendala Ketercapaian Smart Mobility Dalam Upaya Menuju
Konsep Smart City Kota Tangerang Selatan
Pencanangan smart city di Kota Tangerang Selatan sebagai gagasan untuk
memberikan layanan kepada publik dan mengatasi permasalahan secara cepat dan
akurat dengan berbasis teknologi informasi (IT) sehingga layanan dapat dilakukan
secara online. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintahan Kota Tanggerang
Selatan untuk dapat mengimplementasikan konsep smart city. Contoh, untuk
mengurai kemacetan telah dipasang program Area Traffict Control System
(ATCS), yaitu program yang secara otomasis mengatur operasional traffict light
agar perannnya dapat optimal mengatur lalu lintas. Sistem ini dilengkapi CCTV
yang di link an dengan operator Dinas Perhubungan sehingga operator dapat
memantau kondisi di lapangan secara otomatis dan dapat segera menangani
permasalahan yang terjadi.
Berdasarkah hasil penelitian melalui pengamatan, dokumen dan
wawancara dengan informan diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang menjadi
kendala ketercapaian konsep smart city meliputi aspek:
38
1. Peraturan Daerah
a. Belum keluarnya Peraturan Daerah yang menjadi payung induk program
smart city meskipun konsep smart city di Kota Tangerang Selatan sudah
dicanangkan pada tahun 2016;
b. Adanya pergantian pemimpin yang berdampak pada regulasi sehingga juga
berdampak pada pengambilan kebijakan. Contoh, sebelumnya sudah akan
dibentuk Dewan Pelaksana smart city, karena Peraturan Walikota belum
keluar dan adanya pergantian Kepala Bidang Diskominfo maka
pembentukan Dewan Pelaksanan smart city belum jadi dibentuk.
2. Sumber Daya Manusia
a. Minimnya SDM yang latar belakang pendidikannya berbasis IT;
b. Kurangnya personil yang standby di kantor karena pada jam efektif,
terutama jam 7.00 WIB 80% pegawai Dinas Perhubungan Kota Tangerang
Selatan turun di jalan untuk membantu menertibkan lalu lintas;
c. Kurangnya koordinasi antar Unit Pelaksana Teknik (UPT).
3. Anggaran
a. Jika ada permasalahan di lapangan, penanganan masalah cenderung lama
karena proses birokrasi. Contoh apabila salah satu sistem ATCS mati maka
untuk segera menangani tidak bisa karena harus diajukan anggaran dulu dan
hal itu butuh waktu.
b. Berlakunya sistem sentralisasi, maka segala jalur anggaran
tersentral/terpusat;
39
c. Adanya kewenangan daerah, artinya kalau jalan itu merupakan jalur
propinsi maka pada saat terjadi kerusakan jalan, maka hal ini menjadi
kewenangan pemerintah propinsi untuk mengatasi masalah tersebut.
Contoh, pada saat jalan Siliwangi Pamulang rusak karena erosi maka
pemerintah Kota Tangerang Selatan tidak bisa mengambil tindakan karena
Jl. Siliwangi Pamulang merupakan kewenangan wilayah Propinsi Banten.
4. Masyarakat Kota Tangerang Selatan.
a. Masyarakat masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya keselamatan
diri dan orang lain;
b. Masyarakat Kota Tangerang Selatan belum memiliki budaya tertib lalu
lintas;
c. Kepemilikan kendaraan belum terkendali, artinya belum bisa diterapkan
aturan yang menegaskan bahwa satu keluarga satu kendaraan sehingga
volume kendaraan di jalan terus meningkat.
d. Kurang gencarnya sosialisasi dari pemerintah atas dicanangkannya konsep
smart city untuk Kota Tangerang selatan sehingga masyarakat banyak yang
masih awam tentang konsep smart city.
Setelah dilakukan analisa data dari hasil turun lapang baik yang
bersumber dari data dokumen, pengamatan dan wawancara, kesimpulan
sementara bahwa banyak faktor yang menjadi kendala untuk ketercapaian konsep
smart city di Kota Tangerang Selatan. Artinya, untuk dapat menjadi konsep smart
city di Kota Tangerang Selatan pelu sinergisitas dari berbagai elemen masyarakan
dan bertekat untuk mewujudkan Kota Tangerang Selatan sebagai kota cerdas tidak
hanya merupakan wacana atau sekedar sudah dicanangkan melainkan telah
40
menjadi komitmen masyarakat bersama pemerintah mewujudkan Kota Tangerang
Selatan menjadi kota cerdas.
Program yang baik adalah program yang siap dijalankan dengan konsep
yang matang dan memiliki dasar hukum yang kuat untuk menjalakannya seperti
Peraturan Daerah agar arah dan tujuannya jelas. Dan harus ditunjang oleh sumber
daya manusia yang ahli dibidangnya serta sarana prasarana yang memadai.
Karena tujuan dari konsep smart city adalah memberilakn layanan publik yang
cepat, tepat, efektif dan efisien, maka penting untuk mensosialisasikan program
kepada masyarakat agar mengerti dan mendukung tercapainya tujuan dari
program tersebut. Contoh, implementasi sistem ATCS yang secara otomatis
mengatur traffict light sesuai tingkat volume kendaraan yang berada dia area
traffict light perlu disosialisasikan agar masyarakat dapat tertib berlalu lintas.
Program dengan konsep dan perencanaan smart city yang matang serta
persiapan pelaksanaan program yang memadai akan meminimalkan kendala
ketercapaian konsep smart city di Kota Tangerang Selatan yang berkelanjutan
(sustainable). Tentu saja semua elemen smart city harus berjalan seiring bersama,
tidak bisa hanya smart mobility tetapi kelima elemen lainnya yang meliputi: smart
people, smart environment, smart economic, smart living, dan smart goverment
juga bersinergi mewujudkan kota cerdas.
Smart mobility yang merupakan bagian dari konsep program smart city di
Kota Tangerang Selatan meskipun sudah diimplementasikan aplikasi ATCS di
beberapa traffict light dengan tujuan untuk memberikan kualitas layanan kepada
masyarakat terkait transportasi masih belum optimal ketercapaiannya terbukti
masih banyak terjadi kemacetan di beberapa titik jalan karena memang baru
41
terpasang empat CCTV dan ini masih jauh dari cukup, perlu dilakukan
penambahan CCTV program smart mobility dapat optimal.
5.3 Luaran Penelitian
Ketua : Gunartin, S.E.,M.M
Perguruan Tinggi : Universitas Pamulang
Judul : Faktor-Faktor Kendala Ketercapaian Smart Mobility Dalam
Upaya Menuju Konsep Smart City Kota Tangerang Selatan
Skema : Penelitian Dosen Pemula
Waktu Kegiatan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
LUARAN YANG DIRENCANAKAN DAN JUMLAH CAPAIAN
No Luaran Yang Direncanakan Jumlah Capaian
1 Publikasi Ilmiah 1
2 Poster 1
CAPAIAN DISERTAI LAMPIRAN BUKTI LUARAN KEGIATAN
1. PUBLIKASI ILMIAH
No Keterangan
1 Klasifikasi Jurnal Nasional ber-ISSN
2 Nama Jurnal Yang Dituju Jurnal Inovasi Pascasarjana Unpam
3 Judul Faktor-Faktor Kendala Ketercapaian Smart
Mobility Dalam Upaya Menuju Konsep
Smart City Kota Tangerang Selatan
4 Status Dalam Proses
2. CAPAIAN LUARAN LAINNYA
No Capaian Keterangan
1 Luaran lain Poster Hasil Penelitian dengan judul
42
“Faktor-Faktor Kendala Ketercapaian Smart
Mobility Dalam Upaya Menuju Konsep
Smart City Kota Tangerang Selatan”
43
BAB VI
RENCANA TAHAP BERIKUTNYA
6.1 Rencana Tahap Berikutnya
1. Menyusun Laporan Akhir Penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Kendala
Ketercapaian Smart Mobility Dalam Upaya Menuju Konsep Smart City Kota
Tangerang Selatan.
2. Menyelesaikan publikasi ilmiah dengan judul “Faktor-Faktor Kendala
Ketercapaian Smart Mobility Dalam Upaya Menuju Konsep Smart City Kota
Tangerang Selatan” di Jurnal Kreatif yaitu jurnal nasional ber ISSN.
6.2 Rencana Yang Ditargetkan
1. Setelah melakukan penelitian ini, ditargetkan dapat memberikan sumbangsih
bagi Kota Tangerang Selatan dalam landasan pengambilan kebijakan untuk
kemajuan Kota Tangerang Selatan.
2. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu
Kontribusi yang dapat diberikan dari penelitian, perlu komitmen yang tinggi
untuk mewujudkan kota cerdas tidak sekedar assesment tetapi harus diwujudkan
visi misi pemerintah yang ingin menjadikan Kota Tangerang Selatan sebagai
kota cerdas dalam memberikan layanan publik.
6.3 Rencana Penelitian Kedepan
1. Mengajukan proposal Penelitian Dosen Pemula (PDP) yang temanya
berkaitan dengan tema sebelumnya tentang smart city dengan judul “Analisa
Efektifitas Bank Sampah Sebagai Alternatif Pengelolaan Sampah Dalam
Upaya Menuju Smart City Kota Tangerang Selatan”. untuk mendapatkan
44
dana hibah penelitian Kemenristek Dikti skema Penelitian Dosen Pemula
tahun anggaran 2019.
2. Dapat mengembangkan sistem pengelolaan sampah di Tangerang Selatan
baik dengan program bank sampah atau program lain yang lebih efektif.
45
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari turun lapang maka
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kendala ketercapaian smart
mobility Dalam Upaya Menuju Konsep Smart City di Kota Tangerang Selatan
antara lain aspek:
1. Peraturan Pemerintah Daerah
Yaitu belum keluarnya Peraturan Pemerintah yang menjadi payung induk
program smart city sehingga pelaksanaannya belum optimal.
2. Sumber Daya Manusia
Yaitu mininnya jumlah sumber daya manusia yang latar belakang
pendidikannya berbasis IT, sehingga siap menjalankan program smart city;
3. Anggaran
Dalam hal ini anggaran yang sifatnya sentralisasi dan terkait birokrasi sehingga
membutuhkan waktu untuk merealisasikan anggaran sementara permasalahan
di lapangan membutuhkan penanganan yang cepat.
4. Kesadaran Masyarakat
Kesadaran masyarakan mempunyai peran yang sangat besar dalam
mewujudkan ketercapaian smart mobility menuju konsep smart city, karena
program ini diperuntukkan masyarakat sehingga masyarakat harus mendukung
ketercapaian program smart city secara optimal.
46
7.2 Saran
1. Pemerintah dalam meluncurkan program perlu dikonsep dan direncanakan
secara matang yang berdasarkan hukum serta menyiapkan sumber daya
manusianya sehingga pelaksanaan program dapat berjalan secara efelktif dan
efisien dengan hasil yang maksimal.
2. Kebijakan pemerintah sudah tentu bertujuan untuk menyejahterakan
masyarakat, untuk itu perlu peran aktif masyarakat dalam mensukseskan
program pemerintah.
3. Perlu sinergisitas semua elemen masyarakat untuk mencapai tujuan setiap
program secara optimal.
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Boyne, G., Asworth R., and Tom E. 2010. Public Service Improvement: Theories
andEvidence. New York: Oxford Universty Press
Caragliu, A., Del Bo, C., and Nijkamp. 2009. “Smart Cities in Europe”, A paper
presented at the Third Central European Confrence in Regional Science, Kosice,
Slovak Republic.
Chandra Eko, 2016. Strategi Pembangunan Smart City dan tantangannya Bagi
Masyarakat Kota. Jurnal Strategi dan Bisnis Vol.4 No.2, 2016.
Cohen, B. “The Top 10 Smart Cities on The Planet”. Fast Company, 11 Januari 2012.
Cooper, Donald R., dan Pamela, S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis,.Volume 1.
Jakarta: PT Media Global Edikasi.
Dawes, S.S. 2008. The Evolution and Continuing Challenges of E-Governance. Public
Administration Review. Vol. 68. pp.86–102.
Enceng dan Hidayat, 2016. Peningkatan Layanan Publik Melalui Smart Governance
Dan Smart Mobility. Jurnal Administrasi Pembangunan, Volume 4, Nomor 2,
Maret 2016, hlm. 87-156.
Giffinger, R., Fertner, C., & Kramar, H. 2007. “City Ranking of European Medium
SizedCities”. Vienna University of Technology & Delft University of Technology
Laporan Akhir Kajian Penilaian dan Penyusunan Blue Print Kota Tangerang Selatan,
2016. PT Multimedia Solusi Prima.
Mujiyono, dkk. Kesiapan Kota Pekalongan Menuju Smart City. Jurnal Litbang Kota
Pekalongan Vol. 11 Tahun 2016
48
Nurmandi, A. 2006. Manajemen Perkotaan: Aktor, Organisasi, Pengelolaan Daerah
Perkotaan dan Metropolitan di Indonesia. Yogyakarta: Sinergi Publishing.
PP No 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang No 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik.
Sabrina. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
Untuk Bidang: Pendidikan, Managemen, Sosial, dan Teknik. Bandung: Alfabeta.
Sanusi Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis, Disertai contoh Proposal Penelitian
Bidang Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Wartakota Tribunnews, 1 September 2016. Jumlah Kendaraan di Kota Tangerang
Selatan. Di akses 19 Sepetember 2018.
Wahyudi dan Hariadi, 2016. Strategi Pembangunan Smart City dan tantangannya bagi
Masyarakat Kota. Jurnal Strategi dan Bisnis Vol.4, No. 2 | Oktober 2016.
Lampiran 1
Gambar. Dokumen Pengambilan Data di Diskominfo (22 Februari 2018)
Lampiran 2
Gambar. Dokumen Pengambilan Data di Diskominfo (18 April 2018)
Lampiran 3
Gambar. Dokumen Pengambilan Data Di Dishub (7 Mei 2018)
Gambar. Pengambilan Data di Laboratorium Dishub (7 Mei 2018)
Lampiran 4
HASILWAWANCARA 3
Peneliti : Peneliti. S.E., M.M
Nara Sumber : Dian Anggraini, S.T., M.Si (Kasie Diskominfo)
Hari, tgl : Rabu, 18 April 2018
Tempat : Ruang Kasie Diskominfo (Lantai 6 Gedung A Pemkot Tangerang
Selatan)
Peneliti Assalamu’alaikum Bu Dian, maaf mengganggu waktunya
Bu Dian Wa’alaikumsalam.. silakan-silakan apa yang bisa saya bantu
Peneliti Saya Atin, bu Dian.. dari Universitas Pamulang. Beberapa waktu yang
lalu kami sudah sowan ke Diskominfo, kebetulan bersamaan ada dengan
serah terima jabatan Kabid Diskominfo dari Bapak Solikin, S.Pd., M.Si
ke Bapak Isep Cuaisa, S.T., M.T., jadi belum ketemu bu Dian. Waktu itu
kami ditemui Bapak Asikin dan Bapak Heri Darmawan, S.T
Bu Dian Ya.. pak Asikin dan pak Heri juga sudah menyampaikan kalau ada tim
peneliti dari Universitas Pamulang, waktu itu kebetulan memang ada
acara serah terima jabatan Kabid Diskominfo baru..
Jadi apa yang bisa saya bantu..
Peneliti Saya dari Universitas Pamulang tertarik melakukan penelitian tentang
kota Tangerang Selatan dinyatakan sebagai salah satu dari 25 kota
menuju konsep Smartcity sejak tahun 2017. Namun sampai sekarang
belum ketuk palu terssertifikasi bahwasanya kota Tangerang Selatan
sebagai kota cerdas (smartcity)
Bu Dian Memang kota Tangerang Selatan sejak tahun 2016 sudah di statment kan
sebagai kota cerdas.. untuk mewujudkannya telah dibentuk Tim
Pelaksana yang mengacu pada Peraturan Walikota sesuai dengan Master
Plan atau Blue Print kota Tangerang Selatan.
Peneliti Apa dengan sudah dibentuknya Tim Pelaksana program Smart City ini
sudah dapat dibilang berjalan dengan lancar nggih bu Dian khususnya
aspek mobility
Bu Dian Harapannya memang kesana. Tim Pelaksana dibentuk untuk
melaksanakan Master Plan yang telah ditetapkan dalam upaya
mewujudkan Kota Tangerang Selatan sebagai kota cerdas.
Peneliti Kalau ditinjau dari statmentnya ssebagai kota cerdas dari tahun 2016
sampai sekarang memang masih proses, kira-kira apa njih bu Dian yang
menjadi faktor kendalanya
Bu Dian Menurut saya kendalanya adalah faktor sumber daya manusia (SDM).
SDM kami khususnya yang berbasis IT masih sangat minim.
Sebenarnya di tahun 2018 ini sudah ada penambahan kapasitas SDM
untuk memberikan pelatihan pada aparatur-aparatur perwakilan UPD.
Kami juga sudah melakukan kerjasama dengan BKPP Kominfo
Cikarang yang sudah bersertifikasi dari London, tetapi beda sistem.
Kalau kami mengadakan sendiri kami harus bersertifikasi dulu. BKPP
nya. Terpaksa kita jalan dulu dengan yang sudah ada. Semoga
pengembangan sistem segera berjalam
Peneliti Smart City ini program pemerintah kota tentu perlu disosialisasikan pada
masyarakat. Ada ga Bu Dian sosialisasi secara berkala gitu
Bu Dian Ada.. dan kami juga sering mengundang akademisi untuk berpartisipasi
dalam Forum Group Diskusi FGD) untuk sama-sama memikirkan dan
mencari solusi agar program smart city ini dapat diwujudkan.
Dalam biasanya kami membahas tentang target jangka pendek dan target
jangka panjang. Untuk target jangka pendek diskominfo terkait dengan
smart mobility yaitu penambahan SDM dan peningkatan SDM dengan
basic IT
Peneliti Untuk tahun ini apa sudah diselenggarakan FGD ya Bu Dian
Bu Dian Rencanaya memanga ada.. untuk pengembangan sistem smart city. tapi
karena ada pergantian Kabid Diskominfo tentu sistemnya beda jadi kami
baru akan membahas perubahan Perda.
Peneliti Apa regulasi Perda itu juga menjadi salah satu faktornya nggih Bu Dian
Bu Dian Saya rasa iya.. karena dengan perubahan Perda akan ada kebijakan baru,
Perwali belum ada, untuk smart city belem ada, sedang di diskominfo
sendiri lagi ada perubahan jadi baru ada tupoksi yang lama aja.
Peneliti Harusnya ada payung induk sistem
Bu Dian Insya Allah tahun ini baru akan menyusun itu
Peneliti Jadi baru akan disusn tahun ini ya bu Dian. Untuk permasalahan ada di
lapangan seperti kemacetan ... selain SDM apakah kesadaran masyarakat
juga berpengaruh
Bu Dian Ya... sebenarnya pemkot sudah berusaha contoh sudah dilakukan
pelebaran jalan, trans Anggrek juga sudah dioperasionalkan meski
belum maksimal, personil Dishub diturunkan pas jam-jam kerja tapi
masyarakat banyak yang punya mobil sehingga volume kendaraan di
jalan meningkat. Setau saya waktu saya masih gabung di Dishub volume
kendaraan bisa mencapai 1.000/hari yang melewati jalan tersebut.
Peneliti Bagaimana untuk konsep smart city menjalankan programnya, maksud
saya karena terdiri dari 5 komponen apakan masing-masing berjalan
sendiri atau berbarengan bersinergi untuk mewujudkan smart city.
Bu Dian Harusnya sih bareng ya.. tapi setiap UPT masih jalan sendiri-sendiri
karena juga terkait dengan anggaran.
Peneliti Saya ulangi nggih Bu Dian, Jadi faktor-faktor yang menjadi kendala
antara lain: 1) minimnya SDM yang berbasis IT; 2) Regulasi Perda; 3)
Payung induk sistem Smart City masih dalam tahap penyusunan; 4)
volume kendaraan yang terus meningkat; dan 5) keasadaran masyarakat
sebagai pengguna jalan.
Selain di Diskominfo untuk mendapatkan informasi tentang smart
mobility ini mungkin Bu Dian bisa merekomkan saya harus kemana lagi
gitu?
Bu Dian Ke Dinas Perhubungan bisa ketemu pak Heris
Peneliti Baik Bu Dian. Tapi Kalau Diskominfo laporannya dari Dishub apa
mereka jalan sendiri
Bu Dian Mereka jalan sendiri. Contohnya Dishub sudah menerapkan aplikasi
ATCS yaitu Auto Traffic Control System. Yang sudah dipasang di 4
titik diantaranya di perempatan German Center, Simpang Gading
Serpong, Simpang Muncul.dan Perempatan Gaplek
Yang dikelola Diskominfo itu hanya informasinya muaranya ke
Diskominfo. Program yang sudah dijalankan di Diskominfo dan patut
dibanggakan yaitu: siaran Tangsel, perijinan sudah online, Tangsel
Belajar untuk warga Tangsel
Peneliti Dari dicanangkannya Tangsel menjadi smart city dengan aplikasinya
butuh berapa lama
Bu Dian Kalau itu relatif ya.. Diskominfo ini sudah mempunyai sissumaker
(sistem surat masuk keluar) yang banyak diadopsi oleh kota-kota lain.
Peneliti Trans Anggrek apa juga merupakan salah satu upaya mengurai
kemacetan
Bu Dian Ya.. tapi baru bebarapa armada dan rutenya dari rowobuntu - BSD
Peneliti Bagaimana dengan sistem parkir di Tangsel Bu Dian
Bu Dian Dulu pernah ada smart parking di Teras Kota, tapi kurang
menteainennya jadi sekarang sepertinya mangkrak.
Peneliti Sayang sekali ya bu Dian kalau sudah ada tapi jadi mangkrak karena
tidak di kelola dengan baik. Kadang aplikasi dibuat untuk masyarakat
tapi masyarakat belum siap sehingga belum bisa optimal.
Bu Dian Harusnya memang program yang dibuat pemkot dapat diterima
masyarakat dan bersinergi untuk mengjalankan program tersebut.
Peneliti Baik bu Dian saya sudah banyak mengganggu waktunya, terima kasih
banyak atas informasinya.
Bu Dian Sama-sama bu.. senang bisa membentu semoga bermanfaat.