ringkasan penelitian disertasi pengembangan model pembelajaran berbasis proyek

54
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MEMBENTUK KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN A. Pendahulauan 1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian yang dipilih oleh peserta didik serta mengembangkan sikap profesional di bidang-bidang profesi tertentu. Keberadaan pendidikan kejuruan menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”. Salah satu bentuk pendidikan kejuruan menurut undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 15 adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu . Sebagai sub-sistem pendidikan nasional harus mengalami perubahan, demi perbaikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan dengan mempersiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri atau berwirausaha. SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan dan mampu bekerja serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kurikulum SMK yang digunakan pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Prinsip-prinsip pengembangan KTSP, yaitu: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat dan; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Sebagai suatu program yang bersifat pembaharuan dan pengembangan, kurikulum SMK memiliki karakteristik dan spesifikasi program sesuai dengan tujuan khusus yang akan 1

Upload: dbijisman

Post on 27-Sep-2015

177 views

Category:

Documents


45 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MEMBENTUK KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUANA. Pendahulauan

1. Latar Belakang PenelitianPendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian yang dipilih oleh peserta didik serta mengembangkan sikap profesional di bidang-bidang profesi tertentu. Keberadaan pendidikan kejuruan menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu bentuk pendidikan kejuruan menurut undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 15 adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu . Sebagai sub-sistem pendidikan nasional harus mengalami perubahan, demi perbaikan dan peningkatan kualitas hasil pendidikan dengan mempersiapkan lulusannya untuk bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri atau berwirausaha. SMK dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan dan mampu bekerja serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Kurikulum SMK yang digunakan pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Prinsip-prinsip pengembangan KTSP, yaitu: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) menyeluruh dan berkesinambungan; (6) belajar sepanjang hayat dan; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Sebagai suatu program yang bersifat pembaharuan dan pengembangan, kurikulum SMK memiliki karakteristik dan spesifikasi program sesuai dengan tujuan khusus yang akan dicapai. Kurikulum SMK tahun 2006 dirancang menggunakan berbagai pendekatan yaitu: (1) pendekatan akademik, (2) pendekatan kecakapan hidup (life skills), (3) pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum), (4) pendekatan kurikulum berbasis luas dan mendasar (broad-based curriculum). Pembelajaran yang dilakukan di SMK berbentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) yang terbagi menjadi pembelajaran normatif, adaptif dan produktif.Pembelajaran program produktif SMK memiliki dua ciri pokok berupa pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis produksi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran dengan perencanaan, pelaksanaan dan penilaiannya mengacu kepada penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan antara SMK dengan institusi pasangannya. Sedangkan pembelajaran berbasis produksi mengandung arti proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job), untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai tuntutan pasar atau konsumen.Pembelajaran pada program produktif SMK ditekankan pada penguasaan dasar dasar keahlian yang luas, kuat, mendasar, serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat. Selain pembelajaran program produktif dilaksanakan di sekolah, pembelajaran juga dilaksanakan diindustri/bengkel dengan agar siswa dapat mengetahui, mengenal, memahami pekerjaan yang sesungguhnya. Industri/bengkel dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran produktif di SMK terutama untuk meningkatkan penguasaan peserta terhadap dasar-dasar keahlian yang benar serta memberikan wawasan tentang dunia kerja. Belum berkembangnya sektor industri informatika dan telekomunikasi memberikan masalah tersendiri bagi pelaksanaan pendidikan sistem ganda sebagai integrasi pembelajaran produktif di SMK, khususnya bagi SMK yang membuka program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan mengenai kesulitan untuk bekerjasama dengan dunia usaha dan industri yang berhubungan dengan teknologi informatika. Data Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2009 menunjukkan bahwa 19 SMK program keahlian teknik komputer dan jaringan yang berada di Kabupaten Garut dan telah memiliki industri pasangan adalah 3 SMK atau 15,8%, selebihnya 84,2% SMK program keahlian TKJ sedang mencari industri pasangan yang sesuai. Belum berkembangnya sektor industri informatika dan telekomunikasi ini menjadikan manajemen SMK beserta guru pembimbing belum berfungsi secara optimal di industri dalam melaksakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Salah satu model pembelajaran kontekstual yang dapat dipertimbangkan pada program produktif SMK yang dapat menjembatani kurangnya industri pasangan SMK yang sesuai dengan program keahliannya dengan kompetensi standar yang harus dimiliki oleh siswa SMK yang dapat dilakukan di SMK adalah model pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran inovatif yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep dan prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan peserta didik dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam membangun pengetahuannya dan puncaknya menghasilkan produk nyata.

2. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan PenelitianPenelitian pengembangan model pembelajaran ini bertolak dari adanya kesenjangan antara jumlah SMK yang membuka program keahlian teknik komputer dan jaringan dengan industri pasangan yang sesuai dengan program keahlian, sehingga kompetensi siswa SMK program keahlian teknik komputer dan jaringan belum optimal dalam dicapai dengan kompetensi yang standar sesuai dengan standar kompetensi lulusan atau tuntutan dunia usaha dan industri sehingga diperlukan suatu model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa, terhadap penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK yang diperlukan untuk memperbaiki proses penyelenggaraan pembelajaran agar diperoleh hasil yang diharapkan. Model dan pendekatan perlu dirancang dan dikembangkan secara optimal agar hasilnya dapat dijadikan landasan baik secara konseptual maupun operasional. Pertanyaan penelitian berdasarkan pemaparan masalah pokok sehingga diperlukan sebuah studi yaitu: Model pembelajaran program produktif seperti apakah yang sesuai diterapkan pada SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dalam meningkatkan kompetensi siswa?. Berdasarkan masalah pokok penelitian yang telah dirumuskan, maka pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:a. Bagaimanakah kondisi pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Produktif program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan yang sedang berjalan saat ini?. b. Desain model pembelajaran bagaimanakah yang cocok diterapkan oleh guru program produktif pada program keahlian Teknik komputer dan Jaringan? yang mencakup: 1) desain model rencana pembelajaran; 2) desain model pelaksanaan pembelajaran; dan 3) desain model evaluasi hasil pembelajaran.c. Bagaimanakah desain model program pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa, dengan memberikan pengalaman dan suasana pekerjaan di sekolah dalam mata pelajaran produktif, program keahlian teknik komputer dan jaringan?d. Bagaimanakah dampak penerapan model pembelajaran yang dihasilkan terhadap aspek peningkatan kompetensi siswa.

3. Tujuan PenelitianTujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Menemukan gambaran tentang model pembelajaran yang sedang dilaksanakan oleh SMK pada saat ini b. Menemukan desain pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana pekerjaan yang dilakukan industri di sekolah sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK dalam mata pelajaran jaringan komputer lokal program keahliah Teknik Komputer dan Jaringan. c. Menemukan gambaran tentang tingkat penerapan model pembelajaran yang dihasilkan dilihat dari aspek: Peningkatan kompetensi siswa hasil pembelajaran berbasis proyek, struktur model pembelajaran berbasis proyek, Keselarasan dengan dukungan alat dan bahan serta Potensi dukungan Stakeholders4. Manfaat PenelitianBerdasarkan tujuan penelitian yang dikembangkan diharapkan penelitian ini bermanfaat baik teoritis maupun praktis sebagai berikut:a. Manfaat Teoritis1. Menghasilkan prinsip dalam pembelajaran diklat produktif di SMK yang memungkinkan dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah teori untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan terutama di bidang pendidikan teknologi dan kejuruan.2. Menghasilkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil dalam pengembangan model pembelajaran yang dapat memberikan siswa pengalaman langsung dalam suasana industri di sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa khususnya dalam mata pelajaran produktif, Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK.

b. Manfaat paktisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:1. Sumbangan suatu model pembelajaran yang disusun berdasarkan standar kompetensi SMK Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dengan menitikberatkan pada aspek profesional dan yang berorientasi pada tuntutan kebutuhan lapangan kerja. 2. Model Desain Pembelajaran yang dibuat dapat menjadi contoh untuk dikembangkan pada program pembelajaran bidang studi lain baik dengan beberapa penyesuaian. 3. Bagi bidang pengembang, hasil penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan model pengelolaan pembelajaran program produktif di SMK.4. Masukan bagi dinas pendidikan nasional dalam menentukan kebijakan dalam rangka mengembangkan metode pembelajaran yang cocok bagi sekolah menengah kejuruan untuk memiliki kompetensi profesional yang berorientasi pada sertifikasi kompetensi tenaga kerja profesional.

B. Kajian Pustaka

1. Pendidikan KejuruanPerkembangan pendidikan teknologi dan kejuruan di berbagai dunia, mempunyai posisi strategis sehingga badan dunia pendidikan (Unesco) dan serikat buruh sedunia (ILO), sangat giat untuk melakukan penyamaan persepsi dan pengembangan program melalui berbagai upaya, termasuk kongres internasional. Unesco (2001) memberikan penekanan tentang penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan; Technical and vocational education as preparation for an occupational field should provide the foundation for productive and satisfying careers and should ... lead to the acquisition of broad knowledge and generic skills applicable to a number of occupations within a given field so that the individual is not limited in his/her choice of occupation and is able to transfer from one field to another during his/her working life.Pendidikan teknologi dan kejuruan selain mempersiapkan suatu bidang keahlian yang bersifat jabatan, juga perlu didorong untuk pengayaan pengetahuan dan keterampilan umum yang dipandang dapat dijadikan latar belakang mengadaptasi berbagai kemungkinan di masyarakat. Vladimir Gasskov (2000: 5-6) mengemukakan bahwa terdapat beberapa jenis model pendidikan dan pelatihan kejuruan (Vocational Education Training) secara umum mencakup :a. Pendidikan kejuruan dan sistem pelatihan, pada dasarnya menyampaikan dasar keterampilan spesialis ke individu, yang memungkinkan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk menemukan pekerjaan atau berbisnis, dapat bekerja secara produktif mampu menyesuaikan diri dalam menghadapi perkembangan teknologi.b. Peningkatan keterampilan sering dijadikan sebagai suatu instrumen untuk melakukan perubahan keahlian.c. Adanya tuntutan kebutuhan untuk menyamakan peluang bagi orang orang untuk terus hidup melalui peningkatan keterampilan.d. Pendidikan dan pelatihan dipandang sebagai alat untuk menuju keberhasilan sosial ekonomi negara seperti pengembangan regional dan mendukung sektor industri, mengembangkan barang ekspor, menarik investasi asing dan peningkatan gaji. Kebijakan ini mengarahkan untuk berubah situasi sosial dan ekonomi melalui pelatihan.e. Sebagai tambahan manfaat ekonomi,pendidikan dan pelatihan dapat menghasilkan kegunaan sosial, seperti pengurangan kejahatan, peningkatan kesehatan.f. Pendidikan dan pelatihan mempunyai manfaat tidak langsung untuk mengurangi pembelanjaan.

Pendidikan menengah kejuruan diatur dengan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah suatu program pendidikan yang dirancang secara spesifik dengan tujuan menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja yang memiliki keahlian tertentu, melaksanakan tugas secara profesional, serta siap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Konsep-konsep yang mendasari pendidikan kejuruan menurut Djohar (2006:5) perlu dikaji konsep-konsep yang melandasinya pendidikan kejuruan, meliputi : dasar filsafat pendidikan kejuruan,asumsi anak didik, konteks sosial pendidikan kejuruan,dimensi ekonomi pendidikan kejuruan dan pendidikan kejuruan dan ketenaga kerjaan.Secara Teoritis, pendidikan menengah kejuruan, secara umum menganut prinsip dasar dan filosofi pendidikan yang dipahami secara universal. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan proses yang dirancang untuk mengembangkan tingkah laku sejalan dengan perkembangan masyarakat di mana peserta didik hidup dan berkembang. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses sosial yaitu proses di mana peserta didik dihadapkan pada pengaruh lingkungan sehingga memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual secara optimal. Tujuan pendidikan dikembangkan dari masyarakat di mana peserta didik akan hidup, karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.Dalam pandangan John Dewey dalam Djohar (2008:8), pengalaman siswa akan memiliki kekuatan tinggi sebagai sebuah hasil belajar, jika proses pendidikan menerapkan prinsip 'learning by doing'. Oleh karena itu bahan pelajaran seharusnya dikemas secara konkrit dan merupakan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga siswa memiliki pengalaman nyata. Prinsip belajar dengan mengalami sesuatu mengandung arti bahwa bahan-bahan pelajaran bukanlah sesuatu yang abstrak yang tidak ada kaitannya dengan kondisi yang perkembangan masyarakat di mana siswa nantinya akan hidup dan mengalami. Pengalaman bersifat pasif dan aktif. Pengalaman yang aktif berarti berusaha, mencoba dan mengubah; sedangkan pengalaman pasif berarti menerima dan mengikuti apa yang telah dialami.

2. Karakteristik Pendidikan KejuruanPendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Menurut Calhoun & Finch, (1982: 65) disebutkan bahwa vocational education, like general education, is a responsibility of the school and cannot be limited to single discipline or department, namun pendidikan kejuruan mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan subsistem pendidikan yang lain. Karakteristik pendidikan kejuruan, sangat berhubungan erat dengan aspek-aspek perencanaan kurikulum, yaitu: aspek orientasi Kurikulum pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indoneisa seyogianya mengacu pada karakteristik dari Finch dan Crunkilton (1984:40) sebagai berikut (a).Pendidikan kejuruan memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja,(b). Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia usaha dan industri. (c). Fokus isi pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang dibutuhkan dunia usaha dan industri. (d).Penilaian terhadap kesuksesan peserta didik yang sesungguhnya berada pada unjuk kerja (performance) siswa lulusan pendidikan kerja pada dunia kerja (e). Hubungan yang erat antara sekolah sebagai lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia usaha/industri (Du/Di) merupakan kunci keberhasilan tujuan pendidikan kejuruan (f). Pendidikan kejuruan harus responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi. (g). Proses pendidikan dan pembelajaran pada pendidikan kejuruan menekankan pada Competency Based dan learning by doing (h).Untuk memenuhi tuntutan perkembangan dunia usaha dan industri, pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas dan sarana praktek sesuai dengan yang mutakhir sesuai dengan perkembangan teknologiSeiring dengan tuntutan baik internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan saat ini, setidaknya terdapat dua karakter dasar yang harus dimiliki dalam perancangan dan pengembangan kurikulum SMK, yaitu: (1) karakteristik demand driven; dan (2) competency based cirriculum. Sebagai salah satu bentuk implementasi prinsip demand driven, maka dalam pengembangan KTSP sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran di SMK diupayakan sedekat mungkin memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri dan memiliki relevansi dan fleksibilitas yang tinggi dengan tuntutan pekerjaan pada dunia usaha dan industri. Pemangku keputusan (stakeholder) SMK harus membaca keahlian dan unjuk kerja (performansi) yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri untuk dapat dimasuki oleh lulusannya. Berbasis kompetensi juga tidak semata-mata diartikan sebagai pembekalan kemampuan melaksanakan tugas (pekerjaan) secara teknis yang biasanya bersifat unjuk kerja yang dapat diamati (performance observable), tetapi juga menyangkut kemampuan-kemampuan mendasar (key competencies) yang lebih bersifat intelektual dan mental emosional. Kemampuan-kemampuan sangat diperlukan untuk pengembangan sikap profesional di dalam bekerja dan pengembangan aspek-aspek kehidupan yang lebih luas, seperti peka dan respon terhadap berbagai hal yang terjadi, rasional dan berfikir logis, membuat keputusan, bertanggung jawab, mandiri dan sekaligus dapat bekerja sama. Untuk itu kurikulum SMK juga harus berisi kemampuan-kemampuan (terutama intelektual dan emosional) yang memungkinkan tamatan dapat mengikuti berbagai perkembangan serta mampu melakukan penyesuaian secara terus-menerus.Integrasi kedua karakteristik tersebut (competency and broad based) pada dasarnya sangat bermakna, karena sangat memperhatikan aspek kebutuhan dasar manusia (peserta didik), yang tidak hanya membutuhkan kecakapan (kompetensi) spesifik, tetapi juga membutuhkan kecakapan (skills) yang bersifat pengembangan. Untuk itulah, secara tegas baik dalam kurikulum SMK 1999, Kurikulum 2004, dan KTSP tersusun program produktif, yang berisi seperangkat mata pelajaran yang bertujuan memberikan bekal kecakapan (kompetensi) spesifik; dan rumusan program normatif dan adaptif yang berisi seperangkat mata pelajaran guna memberikan bekal kecakapan pengembangan yang memiliki daya suai tinggi.

3. Model Pembelajaran Program Produktif SMKSalah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran adalah melalui pengembangan model pembelajaran. Secara spesifik pengembangan model pembelajaran program produktif bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran serta meningkatkan efektifitas pembelajaran yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi. Untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan meningkatkan kualitas masukan siswa, kualitas guru, kualitas dan kuantitas alat dan sarana belajar, meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembaharuan metode pembelajaran dan lain sebagainya. Model pembelajaran yang cocok diterapkan pada pembelajaran diklat produktif SMK salah satunya adalah pembelajaran kontekstual. Menurut Blanchard (2001), pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), adalah suatu pembelajaran yang berusaha mengaitkan isi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan model ini pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa.Tujuh aspek penting yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran kontekstual yaitu : (1) penemuan, (2) bertanya, (3) konstruktif, (4) masyarakat belajar, (5) penilaian autentik, (6) refleksi, (7) pemodelan (The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning,). Dengan pembelajaran kontekstual diyakini siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan gambaran yang lebih kongkrit, pembelajaran yang lebih dekat dengan kehidupannya dan pada akhirnya akan tercipta pembelajaran yang bermakna serta menyenangkan. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengembangkan know how dari siswa, dan siswa akan lebih mudah memahami konsep dan terekam dalam long term memory. Revitalisasi pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme untuk melengkapi atau lebih mengaktualisasi pendekatan kompetensi yang diterapkan saat ini diyakini akan memberi peluang lebih besar untuk menunjang keberhasilan pendidikan dalam penyiapan tenaga kerja. Agar pendekatan ini memberikan hasil yang optimal maka beberapa prinsip yang harus difokuskan adalah:a. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan alternatif, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (learning to know, learning to do, dan actually doing) secara kontekstual.b. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik peserta didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.c. Isi pembelajaran harus dipahami dan didesain dalam kerangka atau konteks bekal awal (entry level behaviour) peserta didik, sehingga pengalaman belajar dapat diefektifkan secara optimal.d. Assesment peserta didik dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyesuiakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (Life-long- continuing-education)e. Pendidik yang berfungsi sebagai fasilitator memberi keleluasaan dan mendorong munculnya kemajemukan dalam perspektif dan skema pengorganisasian pengetahuan dan kemampuan sehingga pengetahuan atau keterampilan yang dikuasai peserta didik kaya akan konteks.

4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PBL) merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajar dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Menurut Gaer (2008:1), dalam praktik pendidikan, terutama setengah abad terakhir, telah terjadi pergeseran teori-teori belajar, dari aliran teori belajar behavioristik ke kognitif, dari kognitif ke konstruktivistik.Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang didukung oleh atau berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik antara lain adalah strategi belajar kolaboratif, mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengalaman lapangan, studi kasus, pemecahan masalah, panel diskusi, diskusi, brainstorming, dan simulasi (Kamdi, 2001:7). Beberapa dari strategi tersebut juga terdapat dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, yaitu (a) strategi belajar kolaboratif, (b) mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas guru, (c) mengenai kegiatan laboratorium, (d) pengalaman lapangan, (e) dan pemecahan masalah. Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti serta argumen-argumen.Pembelajaran Berbasis Proyek Dilihat dari berbagai karakteristiknya didukung oleh teori-teori belajar konstruktivistik. Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide siswa sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan siswa mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung. Menurut Myer & Boty (2000 dalam Kamdi,2011:6) belajar konstruktif harus dilakukan dengan menumbuhkan upaya siswa membangun representasi memori yang kompleks dan kaya, yang menunjukkan tingkat terhubungan yang kuat antara pengetahuan semantik, episodik dan tindakan. Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas (2000) pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai prinsip, yaitu (a) sentralistis (centrality), (b) pertanyaan pendorong atau penuntun (driving question), (c) investigasi konstruktif (contructive investigation), (d) otonomi (autonomy), (e) realistis (realism).Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) ini mirip pendekatan belajar berbasis masalah (problem-based learning). Keduanya menekankan lingkungan belajar siswa aktif, kerja kelompok (kolaboratif), dan teknik evaluasi otentik (authentic assessment). Perbedaannya terletak pada perbedaan objek. Jika dalam problem-based learning siswa lebih didorong dalam kegiatan yang memerlukan perumusan masalah, pengumpulan data dan analisis data sehingga dalam project-based learning siswa lebih didorong pada kegiatan desain: merumuskan job, merancang (designing), mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi hasil. Seperti didefinisikan oleh Buck Institute for Education (1999:6), bahwa belajar berbasis proyek memiliki karakteristik: a)Siswa membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja. b) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil. d) Siswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. e) Melakukan evaluasi secara kontinyu. f) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya. h) Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.Karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah terfokus pada pertanyaan atau masalah yang mendorong siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Kriteria ini sangat halus dan agak susah diraba. Difinisi proyek (bagi siswa) harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam (Baron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998). Biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau ill-defined problem (Thomas, 2000:6). Proyek melibatkan siswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, diskoveri, atau proses pembangunan model. Akan tetapi, agar dapat disebut proyek memenuhi kriteria Pembelajaran Berbasis Proyek, aktivitas inti dari proyek itu harus meliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan (dengan pengertian: pemahaman baru, atau keterampilan baru) pada siswa (Bereiter & Scardamalia, 1999:10). Proyek mendorong siswa sampai pada tingkat yang signifikan. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan. Proyek Pembelajaran Berbasis Proyek lebih mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat kaku dan tanggungjawab siswa daripada proyek trandisional dan pembelajaran tradisional.C. Posisi Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan yaitu Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam meningkatkan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi pembelajaran produktif SMK yang belum memiliki industri pasangan yang sesuai dengan program keahlian yang dibuka, hambatan yang dialami oleh SMK dalam pelaksanaan praktek industri, kesenjangan tuntutan kompetensi antara industri teknologi informasi dan komunikasi dengan materi pendidikan dan pelatihan (diklat) program produktif SMK. Metode penelitian yang dilgunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu; tahap pertama studi pendahuluan; tahap kedua studi pengembangan terdiri dari penyusunan konstruk model dan pengembangan model pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan uji coba terdiri dari uji coba terbatas dan uji coba lebih luas dan tahap ketiga adalah validasi model dengan membentuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini dilakukan uji keabsahan data penelitian dengan validitas internal dan ekternal serta reliabilitas, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, studi kepustakaan dan dokumentasi, Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengungkap seberapa efektifkah hasil penerapan desain model tersebut terhadap pencapaian tujuan penelitian dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimen bentuk One group Pre-test post-test Design (Borg & Gall, 19893; Sudjana dan Ibrahim, 2001) yang dilakukan pada 4 SMK di Kabupaten Garut. metode kuantitatif dengan formula uji t (t-test) yang bertujuan untuk mengukur hasil penerapan desain model pada kondisi sebelum (pra) dan sesudah (pasca) penerapan model. Pada tahap validasi, keberartian hasil penerapan model atau hipotesis dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (quasy eksperimental), dengan membandingkan hasil pada kelompok subjek penelitian eksperimen dengan kelompok subjek kontrol pada kondisi sebelum dan sesudah penerapan dengan menggunakan formula uji Analis variansi (ANAVA) . Adapun Posisi Penelitian di jelaskan dalam tabel 1

Tabel 1. Posisi PenelitianDeskripsi PenelitianHugg & Wuldinger (2007)

Moore (2003)Kurzel & Rath (2007)Doopelt (2003)Borg & Gall(1989)

Thomas (2000)Rahman,et.all(2009)PosisiPenelitian

Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek

Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Bidang teknik

Konsep Lingkungan pada Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Konsep yang dikaji ; Perancangan Model Pembelajaran , lingkupngan belajar, proses pembelajaran, pencapaian kompetensi

Konsep yang dikaji; implementasi model pembelajaran berbasis proyek

Konsep perancangan pembelajaran berbasis proyek

Studi Kepustakaan

Penelitian dan pengembangan untuk bidang pendidikan

Implementasi pembelajaran Berbasis Proyek

D. Kerangka Strategis PenelitianPenyelenggaraan pembelajaran SMK, pada intinya mendasarkan kepada teori pembelajaran behaviorism, rumpun model pembelajaran the behavioral model, serta mengimplementasikan jenis training model (Joyce, 1980:369-387). Namun demikian jenis training model dalam rumpun the behavioral model masih bersifat umum, belum spesifik menggambarkan kondisi dan karakteristik pembelajaran kejuruan. Dalam konteks ini dimungkinkan dikembangkan jenis model pembelajaran yang bersifat pembaharuan dan spesifik serta melengkapi rumpun the behavioral model. Dengan demikian secara konseptual memperkaya konsepsi model pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran program produktif.Karakteristik implementasi kurikulum SMK berciri 'dual-based program', dengan demikian pembelajaran program produktif sebagai suatu bentuk implementasi kurikulum SMK pada dasarnya juga mengembangkan prinsip dual-based program, khususnya dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran. Penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif di SMK, secara konseptual berkaitan dengan dua strategi spesifik, yaitu: (1) pembelajaran berbasis kompetensi (competency based); dan (2) pembelajaran berbasis produksi (production based) yang dilaksanakan di sekolah dan/atau di dunia usaha/industri. Pada pelaksanaannya, kedua strategi di atas pada dasarnya terintegrasi menjadi satu bentuk pembelajaran keahlian produktif, yang dilaksanakan di sekolah dan/atau di dunia kerja/industri. Dengan demikian, keselarasan antara karakteristik implementasi dengan penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif, pada dasarnya merupakan keharusan untuk dipenuhi agar pembelajaran dalam program produktif mencapai hasil maksimal. Kenyataan yang terjadi dilapangan terlihat sebagian pelaksana yang lain belum sepenuhnya memahami, sehingga penyelenggaraan pembelajaran dalam program produktif masih berbasis kelas, tanpa mengembangkan kerjasama dengan stakeholders terkait sehingga diperlukan pemahaman yang tepat dari pelaksana di lapangan, bahwa pembelajaran dalam program produktif pada dasarnya merupakan implementasi kurikulum. Karakteristik spesifik pembelajaran dalam program produktif SMK pada dasarnya mendasarkan kepada karakteristik utama implementasi kurikulum SMK yang bersifat dual-based program. Inti dari dual-based program adalah SMK bukan merupakan penentu utama dalam penyelenggaraan pembelajaran, khususnya dalam program produktif. Peran dan potensi pihak ekternal (outsourcing) justru harus diberdayakan sebagai komponen pendukung yang turut menentukan dalam penyelenggaraan pembelajaran. York Bin (2005) mengungkapkan bahwa: kolaborasi dan kerjasama dengan industri merupakan dasar fundamen bagi pendidikan kejuruan, karena siswa dapat memahami situasi nyata dalam dunia kerja. Begitu juga menurut Neumark dan Allen (dalam Ivan Hanafi: 2008) bahwa: sekolah untuk program bekerja harus memperkenalkan siswanya kepada lingkungan kerja sebelum mereka masuk kerja sebenarnya. Program ini memberikan karir mereka di masa ke depan. Oleh karena itu dunia kerja atau industri sangat penting untuk menunjukkan kemampuan mereka dan saat yang bersamaan menjadi tempat mereka mengembangkan karir.Peran pihak ekternal pada dasarnya sudah harus dimulai sejak tahap perancangan dan pengembangan kurikulum (demand-driven dan competencybased), implementasi kurikulum (dual-based program implementation), sampai dengan penyelenggaraan pembelajaran. Dengan dipenuhinya karakteristik pada masing-masing tahap tersebut, dimungkinkan penyelenggaraan pembelajaran di SMK akan memperoleh hasil maksimal khususnya dalam meningkatkan kompetensi lulusan.Secara keseluruhan pandangan-pandangan pemikiran tersebut disusun dalam kerangka strategis penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek digambarkan pada Gambar 1.

E. Metode Penelitian

1. Metode penelitianPenelitian disertasi ini menggunakan metode pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Pemilihan metode berkaitan dengan tujuan umum penelitian yaitu mengembangkan sebuah model pembelajaran produktif SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini juga berupaya menghasilkan sebuah komponen dalam sistem pendidikan melalui pengembangan model pembelajaran dan validasi. Menurut Borg & Gall (1989:624) Educational research and development (R & D) is process used to develop and validate educational products. Penggunaan istilah produk pendidikan memiliki makna bahwa penelitian tidak hanya mencakup wujud material seperti buku teks atau alat pendukung pembelajaran lainnya, tetapi juga berhubungan dengan pengembangan proses dan prosedur pembelajaran seperti pengembangan metode pengajaran atau metode untuk mengorganisasi pembelajaran, sehingga pendekatan penelitian dan pengembangan dipandang memiliki relevansi yang tinggi untuk mengembangkan model pembelajaran program produktif dalam rangka implementasi kurikulum SMK.2. Langkah PenelitianLangkah penelitian dan pengembangan pengembangan model pembelajaran terdiri dari tiga tahap utama yaitu: tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap akhir pengujian dan validasi. Secara teknis tahapan atau langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan ini dilakukan penyederhanaan dalam 5 (lima) bagian yaitu a) Pelaksanaan penelitian b). menguraikan temuan hasil penelitian dari studi pendahuluan. c) pelaksanaan dan hasil pengembangan desain model. d) pelaksanaan dan hasil uji validasi Model dan e) interpretasi dan pembahasan hasil penelitian, yang memaparkan tentang kajian kritis terhadap hasil penelitian berdasarkan rujukan teoretis dan empiris, untuk berikutnya menjadi dasar dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Langkah penelitian pengembangan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan metode Educational research and development digambarkan pada Gambar 2

34

Gambar 1. Kerangka Strategis Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Gambar 2. Tahapan Penelitian3. Lokasi dan Sampel PenelitianLokasi penelitian dan sampel penelitian dalam kerangka penelitian dan pengembangan yang dikemukan oleh Borg and Gall (1989) bahwa untuk mengumpulkan informasi diperlukan sebuah penggalian data pendukung berupa pengumpulan data. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMK di Kabupaten Garut yang membuka program keahlian Teknik komputer dan jaringan. Subjek penelitian melibatkan guru program produktif dan siswa. Lokasi penelitian ditetapkan secara acak dengan mempertimbangkan tahap-tahap penelitian serta tujuan khusus penelitian. Daftar lokasi dan subjek dalam tahap pengembangan dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1Daftar Lokasi dan Subjek Dalam Tahap Pengembangan

Ujicoba terbatasUjicoba Lebih Luas

SekolahSubjekSekolahSubjek

GuruSiswaGuruSiswa

SMK A Garut320SMK A Garut320

SMKN B Garut220SMKN B Garut220

SMKN C Garut420

SMK D Garut320

Jumlah540Jumlah1280

Pada tahap validasi penelitian dilakukan dengan menggunakan prinsip penetapan (purposive) yang dipilih 4 kelompok pada subjek pada tiga SMK di kota Garut yang berkareditasi Baik (2 Kelompok Subjek) dan belum terakreditasi (2 kelompok Subjek). Ke empat kelompok subjek tersebut terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu 2 kelompok eksperimen dan dua sebagai kelompok kontrol. Daftar Lokasi dan subjek pada penelitian tahap validasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2Daftar Lokasi dan Subjek Dalam Tahap Validasi

NoLokasi SekolahKelas Kelompok (orang)

EksperimenKontrol

1SMK A Garut20 20

2SMKN B Garut20 20

3SMKN C Garut20 20

4SMK D Garut20 20

Jumlah80 80

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Dataa. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam tiga bagian yaitu studi pendahuluan, pengembangan dan uji validasi. Pada tahap penelitian dipilih teknik pengumpulan data tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing. Pada studi pendahuluan, dipilih teknik angket, observasi dan dokumentasi, disamping dilakukan pula kajian studi literatur. Teknik angket, observasi dan dokumentasi digunakan secara bersamaan dan saling melengkapi, tetapi secara khusus setiap teknik digunakan untuk mengungkap: potensi sebuah SMK dalam mengembangkan model pembelajaran produktif yang meliputi: model penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran pada mata diklat Jaringan Komputer dan Pelaksanaan tugas guru, kemampuan siswa, dukungan fasilitas dan dukungan masyarakat atau dunia usaha/industri dalam penyelenggaraan pembelajaran program produktif TKJ.Pada ujicoba lebih luas, selain dilakukan observasi dan angket sebagaimana dilakukan pada ujicoba terbatas, juga dilakukan penilaian tingkat penerapan desain model melalaui penilaian sebelum (pra) dan sesudah (pasca) penerapan desain model kepada subjek penelitian.Pada uji validasi, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penilaian dampak atau pengaruh penerapan model yang dikembangkan terhadap peningkatan kompetensi siswa dan pelaksanaan tugas guru melalui perbandingan hasil pengukuran sebelum (pra) dan sesudah (pasca) penerapan model secara mandiri oleh kelompok kontrol dan eksperimen.

b. Alat/ Instrumen Pengumpulan DataInstrumen pengumpulan data yang dikembangkan dalam penelitian ini berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing tahap penelitian yaitu:1. Angket dan daftar check list yang digunakan untuk mengajukan pertanyaan dan observasi pada tahap studi pendahuluan berupa daftar centang (check list) yang digunakan untuk mengajukan pertanyaan dan observasi pada tahap pengembangan (ujicoba terbatas dan ujicoba lebih luas), serta tes hasil pembelajaran (penerapan desain model) berupa tes objektif (performance test) yang digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi siswa dalam rangka menilai tingkat keterterapan desain model pada tahap ujicoba terbatas dan ujicoba yang lebih luas. 2. Test objektif dan tes performance pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang akan diterapkan pada tahap validasi yang berfungsi untuk mengukur peningkatan kompetensi siswa dalam rangka mengukur dan menilai dampak penerapan model secara mandiri di SMK. Ukuran reabilitas dan validitas kedua tes tersebut berdasarkan pada validitas isi (content validity) dan pertimbangan ahli (expert judgement).

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Temuan Hasil Penelitian PendahuluanDeskripsi penyelenggaraan pembelajaran program produktif SMK TKJ pada Saat ini terdapat beberapa temuan yang bersifat spesifik berkaitan dengan penerapan KTSP untuk program produktif khususnya untuk program keahlian TKJ adalah:a. Peran guru program produktif dalam pengembangan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) belum optimal, meskipun telah dibentuk tim tetapi dalam pelaksanaannya belum terdapat penyelarasan (sinkronisasi) GBPP.b. Pola penyelenggaraan pembelajaran produktif masih terdapat beberapa perbedaan antara satu SMK dengan SMK yang lain. Perbedaan ini terletak dari perancangan pembelajaran program produktif, proses pelaksanaan, pola pembagian/alokasi waktu, maupun pelaksanaan bergantung pada sumber daya dan fasilitas yang dimiliki oleh SMK tersebutc. Sinkronisasi dan integrasi silabus sebuah mata pelajaran dengan mata pelajaran lain belum dilakukan secara optimal oleh guru produktif, sehingga berakibat pada belum optimalnya guru produktif TKJ dalam mengembangkan silabus pembelajarand. Pelaksanaan pembelajaran program produktif khusunya program keahlian TKJ yang diteliti menunjukkan bahwa guru program produktif belum mengembangkan strategi pembelajaran yang mengarah kepada prinsip belajar PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi standar yang diamanatkan oleh BNSP dan KTSP program produktif sehingga diperlukan sebuah metode atau strategi pembelajaran yang berisi bahan pembelajaran yang terintegrasi dan komprehensif bagi siswa dan guru untuk mencapai standar.e. Keinginan SMK untuk membuat perumusan dan perencanaan pembelajaran untuk mengarahkan agar pembelajaran lebih terfokus pada pencapaian tujuan pembelajaran, serta meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang terfokus pada pencapaian tujuan secara sistematis serta teratur yang akhirnya dapat lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang efektif dan efisien.f. Kondisi saat ini di SMK adalah masih kesulitan mencari industri pasangan Teknik Komputer dan Jaringan yang sesuai dengan kriteria kompetensi untuk TKJ dikarenakan meskipun telah banyak instansi pemerintah maupun swasta yang telah menerapkan jaringan komputer pada perkantoran, namun untuk pelatihan yang bersifat teknis untuk jaringan komputer belum ada karena jaringan komputer pada instansi pemerintah dan swasta sudah terpasang dan pengerjaan serta perawatannya dilakukan oleh fihak ketiga, sehingga para siswa yang melakukan kerja praktek hanya melihat arsitektur jaringan, peralatan dan cara kerja jaringan lokal saja yang relatif sudah dikenalkan di SMK tanpa mengetahui proses perancangan dan pembuatan jaringan lokal tersebut.

Hasil penelitian pendahuluan yang mengungkap tentang gambaran tingkat pencapaian kompetensi lulusan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran didapatkan fakta bahwa menurut pembimbing lapangan, Du/Di, institusi pasangan menyatakan bahwa tingkat kompetensi siswa belum memenuhi standar kerja di industri terutama pada keterampilan kerja. Oleh karena itu diperlukan sebuah strategi atau metode pelatihan yang dapat menyiapkan siswa untuk menghadapi praktek kerja dan uji kompetensi serta sertifikasi kompetensi.2. Pengembangan Komponen Desain Model Pembelajaran Berbasis ProyekPerumusan dan pengembangan desain model pembelajaran berbasis proyek yang dirancang dalam penelitian ini difokuskan pada desain model pembelajaran perancangan jaringan lokal (local Area Network) pada program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Untuk memperoleh peningkatan hasil pembelajaran program produktif dalam bentuk kompetensi siswa, maka pembelajaran jaringan lokal perlu dikembangan dalam tiga aspek secara terintegrasi, yaitu:a. Desain rencana pembelajaranb. Desain pelaksanaan pembelajaranc. Desain evaluasi hasil pembelajaran.

Desain model pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran Jaringan Komputer Lokal (Local Area Network), mencakup komponen sebagai berikut: (1) desain model rencana pembelajaran; (2) desain model pelaksanaan/implementasi pembelajaran; dan (3) desain model evaluasi hasil pembelajaran. Hasil survei pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar guru program produktif pada dasarnya telah membuat rencana pembelajaran dalam program produktif mencakup keseluruhan aspek/komponen, namun demikian setidaknya terdapat empat aspek yang sebagian besar tidak memiliki keselarasan dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan, baik dari sisi substansi maupun kedalamannya, yaitu aspek materi pembelajaran, metode/strategi, alat dan bahan, dan evaluasi.Pada keempat aspek tersebut banyak terjadi karena guru program produktif belum merumuskan rencana pembelajaran secara benar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis mengembangkan dan merumuskan rencana pembelajaran dalam program produktif, khususnya pada mata pelajaran Instalasi Perangkat Jaringan Lokal. Rumusan rencana pembelajaran tersebut dikembangkan bersama antara penulis dengan guru pengampu mata pelajaran Instalasi Perangkat Jaringan Lokal, serta menitikberatkan kepada pengembangan prosedur dan isi/substansi materi pembelajaran yang selama ini terlaksana. Secara umum desain model pembelajaran berbasis proyek yang akan dikembangkan untuk pembelajaran program produktif SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan adalah seperti yang digambarkan pada Gambar 2

Gambar 2. Desain Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Desain model ini pada dasarnya berupaya menegaskan kembali peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas, kedua peran guru tersebut semaksimal mungkin harus dikurangi, sehingga menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Siswa juga diberikan tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran dalam program produktif dengan menentukan kapan dia harus mulai, harus melaksanakan, kapan proses dan perolehan hasil pelajaran harus dikonsultasikan/di konfirmasikan kepada guru untuk memperoleh masukan, serta kapan dia merasa siap untuk melakukan tes tertulis maupun tes tindakan. Sebaliknya di dalam kelas guru harus lebih intensif melakukan pembimbingan dan mendorong siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran. Secara umum deskripsi model pembelajaran berbasis proyek yang akan dikembangkan pada mata diklat instalasi jaringan komputer lokal digambarkan pada Gambar 3. Deskripsi model pembelajaran berbasisproyek yang akan dikembangkan untuk instalasi jaringan komputer lokal berdasarkan pada kegiatan guru dan siswa yang dibuat dalam tiga tahapan yaitu persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi empat tahapan sebagai berikut.

Gambar 3. Deskripsi model pembelajaran berbasis proyek untuk instalasi jaringan komputer lokala. TAHAP 1PersiapanPersiapan Penyusunan proyek merupakan langkah awal yang harus dirancang oleh guru produktif yang mengampu mata pelajaran jaringan komputer lokal. Persiapan proyek berdasarkan kepada identifikasi kebutuhan pelatihan yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat pada KBK mata diklat jaringan komputer lokal dengan elemen kompetensi dan standar unjuk kerja yang terdapat pada SKKNI membuat jaringan lokal. Sasaran hasil pembelajaran harus dipetakan ke aktifitas proyek. Hasil dari tahap persiapan ini adalah desain proyek yang berisi tentang: Deskripsi Proyek, Organisasi Kegiatan Proyek, Skenario kegiatan Pembelajaran, Produk yang akan dihasilkan, Waktu Proyek, Hasil Pembelajaran dan Evaluasi.b. TAHAP 2Penentukan topik / Tema Proyek.Penentuan topik harus sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar atau disesuaikan pesanan dari pemberi order atau pelanggan. Siswa akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, kemudian mencari sumber yang dapat membantu. Dengan dukungan sumber dari referensi yang berisi materi relevan, siswa diharapkan dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek kemudian pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek serta siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan proyek. Tema proyek memenuhi indikator-indikator sebagai berikut: (1). Memuat gagasan umum dan orisinil, (2) Penting dan menarik, (3)Mendeskripsikan masalah kompleks,(4) Mencerminkan hubungan berbagai gagasan, dan (5) Mengutamakan pemecahan masalah. Tahap penentuan tema proyek beserta kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa disajikan pada gambar 4

Gambar 4. Aktivitas Penentuan Tema proyekc. TAHAP 3Merencanakan Kegiatan Proyek Pembangunan Jaringan Komputer.

Siswa bekerja dalam secara berkelompok dalam 2 sampai 5 orang. Siswa menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari perancangan sampai evaluasi kinerja jaringan yang akan dibuat. Setiap siswa dalam kelompok memiliki tugas masing-masing dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan Guru berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya dan menjadi fasilitator. Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru serta peran siswa dan guru pada tahap ini secara umum dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Aktivitas Guru dan Siswa pada tahap Perencanaan Kegiatan Proyekd. TAHAP 4Memproses Pekerjaan Proyek.

Pada tahap ini siswa memproses pengerjaan proyek berdasarkan rancangan yang telah dibuat kemudian diimplementasikan sesuai dengan objek / lokasi yang telah diobservasi sebelumnya. Aktivitas pekerjaan proyek serta kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa digambarkan pada Gambar 6

Gambar 6. Aktivitas Guru dan Siswa pada tahap Pengerjaan Kegiatan Proyek3. Hasil Uji Coba Desain Model Pembelajarana. Hasil Uji Coba Terbatas

Uji coba desain model dalam skala terbatas ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat keterterapan model oleh guru, serta kendala-kendala yang dijumpai dalam penerapan model. Dengan melakukan penilaian terhadap keempat aspek uji coba yang dirumuskan di atas dalam setiap tahap uji coba, selanjutnya desain model dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Uji coba terbatas dilakukan sebanyak dua kali dengan materi/kompetensi berbeda. Penilaian dalam pelaksanaan uji coba terbatas ini dilakukan terhadap lima aspek yaitu: fleksibilitas isi dan struktur desain model, dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, peningkatan kompetensi siswa, dukungan alat/ bahan dan stakeholders terkait, dan hambatan/keterbatasan desain model.Peningkatan kompetensi siswa dideskripsikan dalam bentuk skor kumulatif hasil tes tertulis dan dan tes tindakan pada masing-masing ujicoba pembelajaran siswa SMK TKJ kelas XII semester ganjil (7) pada 2 SMK. Sebelum diterapkan pembelajaran berbasis proyek Siswa diberikan pra tes (pretest), sebagai bahan pengetahuan siswa yang telah mendapatkan pelajaran jaringan komputer lokal pada kelas XI semester genap. Pre test ini berguna untuk mengetahui seberapajauh pengetahuan tentang jaringan komputer. Pra tes berisi tentang teori jaringan komputer lokal serta pengerjaan pembangunan jaringan komputer lokal, peralatan serta teknik pembangunan jaringan komputer lokal. Pre tes ini dilakukan pada 2 SMK yang menjadi objek penelitian. Siswa yang mendapatkan pra tes pada tiap SMK adalah 20 orang. Deskripsi peningkatan kompetensi siswa dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4Tabel 3Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Pengetahuan dan PemahamanTeknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model SMKKegiatanJumlah Sampel (N)

Rata-RataStandar Deviasit HitungDfttabel

SMK ASebelum2065.125012.52563-6.885192,093

Sesudah2089.12507.79148

SMKN BSebelum2065.50009.01753-13.525192,093

Sesudah2092.62506.99977

Dari hasil Paired Sample Corellation uji dua arah (uji t) didapat bahwa nilai korelasi tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa SMK A sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek adalah r2 = (-0,470)2 =0,221 = 22,1%. Hal ini berarti bahwa pada model pembelajaran berbasis proyek di SMK A memberikan kontribusi dalam peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa sebesar sebesar 22,1% , sedangkan 77,9% ditentukan oleh variabel lain. Analisis statistik inferensi untuk SMKN B terlihat bahwa nilai t- hitung = -8.203 dan nilai t-tabel = 2,093. Karena nilai t hitung tidak berada pada wilayah penerimaan H0, maka Tolak H0 dan terima HA, yang berarti Terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa. Dari hasil Paired Sample Corellation uji dua arah (uji t) didapat bahwa nilai korelasi tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek adalah r2 = (0. 539)2 =0,352 = 35,2%. Hal ini berarti bahwa pada model pembelajaran berbasis proyek di SMKN B memberikan kontribusi dalam peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa sebesar sebesar 35,2%, sedangkan 64,8% ditentukan oleh variabel lainTabel 4Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Keahlian Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model seluruh sampelSMKKegiatanJumlah Sampel (N)

Rata-RataStandar Deviasit HitungDfttabel

SMKA, SMKN BPraktikum4075.84174.33696-26.082392,035

PBP4088.66673.12815

Dari hasil Paired Sample Corellation uji dua arah (uji t) didapat bahwa nilai korelasi tingkat kemampuan praktis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek adalah r2 = (0.542)2 =0,294 = 29,4%. Hal ini berarti bahwa pada model pembelajaran berbasis proyek di SMK A dan SMKN B secara keseluruhan memberikan kontribusi dalam peningkatan kemamuan praktis siswa sebesar sebesar 29,4%, sedangkan 71,6% ditentukan oleh variabel lain.

b. Ujicoba Lebih LuasSubyek ujicoba yang dipilih sebanyak empat SMK, yaitu SMK A Garut; SMKN B Garut, dan SMKN C Garut dan SMKN D , dengan masing-masing subyek dilakukan ujicoba yang secara keseluruhan melibatkan sepuluh orang guru produktif (masing masing SMK A 3 orang guru, SMKN B 2 orang guru, SMKN C 3 orang guru dan SMK D 3 orang guru) dan 80 siswa. Deskripsi peningkatan kompetensi siswa yang diukur berdasarkan hasil tes nilai praktikum dengan menggunakan pembelajaran yang diterapkan saat ini di SMK dengan pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran jaringan komputer lokal yang dilakukan pada seluruh SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan Kelas XII semester tujuh ditampilkan dalam Tabel 5

Tabel 5Deskripsi Peningkatan Kompetensi Siswa Tentang Kemampuan Teknis Sebelum dan Sesudah Penerapan Desain Model Siswa SMK A, SMKN B, SMKN C dan SMK D Kabupaten GarutSMKKegiatanJumlah Sampel (N)

Rata-RataStandar Deviasit HitungDfttabel

SMKA, SMKN B, SMKN C, SMK DPRAKTIKUM8076.41634.30297-25.787791,6644

PBP8088.31252.75288

Analisis statistik inferensi untuk 4 SMK yang dijadikan sampel dengan jumlah responden keseluruhan adalah 80 responden, terlihat bahwa nilai t- hitung = -25.787dan nilai t-tabel = 1,6644. Karena nilai t hitung tidak berada pada wilayah penerimaan H0, maka Tolak H0 dan terima HA, yang berarti Terdapat peningkatan yang signifikan pengetahuan dan pemehaman siswa sebelum dan sesudah penerapan desain model pembelajaran berbasis proyek untuk mata pelajaran produktif jaringan komputer lokal. Dari hasil Paired Sample Corellation uji dua arah (uji t) didapat bahwa nilai korelasi tingkat pengetahuan dan pemehaman siswa siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek adalah r2 = (0.483)2 =0,233 = 23,3%. Hal ini berarti bahwa pada model pembelajaran berbasis proyek di SMK A, SMKN B, SMKN C dan SMK D memberikan kontribusi dalam peningkatan kemampuan praktis siswa sebesar sebesar 23,3%, sedangkan 76,7% ditentukan oleh variabel lain.c. Ujicoba ValidasiSampel ujicoba yang dipilih sebanyak empat SMK, yaitu SMK A Garut; SMKN B Garut, SMKN C Garut dan SMK D Garut, yang secara keseluruhan melibatkan delapan orang guru (masing masing sekolah 2 orang guru) dan 160 siswa dimana 80 siswa dikelompokan sebagai kelompok eksperimen dan 80 siswa lainnya adalah kelompok kontrol. Tiap SMK terdapat 20 siswa digunakan untuk kelompok eksperimen dan 20 siswa digunakan untuk kelompok kontrol. Subyek ujicoba diambil secara bervariasi, tentu sangat diharapkan diketahui keunggulan dan kelemahannya, untuk berikutnya dilakukan perbaikan/penyempurnaan pada terutama pada bagian yang dirasa masih memiliki kurangan. Deskripsi peningkatan kompetensi siswa sebelum dan setelah mengeunakan model pembelajaran berbasis proyek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji analisis variansi (Anova) yang bertujuan untuk membandingkan dua variabel atau lebih dari dua rata-rata (Riduan & Sunarto:137). Tujuannya adalah untuk membandingkan dua nilai rata rata atau lebih dari data sampel yang dianggap dapat mewakili populasi. Pengajuan hipotesis dilakukan setelah data terbukti homogen. H0 : Tidak Terdapat perbedaan kompetensi secara signifikan antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan kelompok yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis proyekHA : Terdapat perbedaan kompetensi secara signifikan antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan kelompok yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis proyekHasil uji anova satu jalur diperlihatkan pada Tabel 6Tabel 6Uji Anova Kelompok Eksperimen dan Kontrol

SMKJumlah Sampel (N)Kuadrat GalatDerajat Kebebasan(df)fHitungFTabelKeputusan

SMK A20Antar Kelompok2.1261

39.5024.10Terima HA

20Dalam Kelompok2.04538

Total4.17239

SMKN B20Antar Kelompok3.704162.8694.10Terima HA

20Dalam Kelompok2.23938

Total5.94339

SMKN C20Antar Kelompok1.967140.3194.10Terima HA

20Dalam Kelompok1.85438

Total3.82039

SMK D20Antar Kelompok1.116125.5524.10Terima HA

20Dalam Kelompok1.65938

Total2.77539

Dari data pengolahan uji anova pada Tabel 4.22 terlihat bahwa Terdapat perbedaan kompetensi yang signifikan antara kelompok yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dengan kelompok yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis proyek pada taraf signifikansi 95%.

4. Pembahasan Hasil PenelitianD. Hasil Penerapan Model Pembelajaran Berbasis ProyekPenerapan model pembelajaran proyek yang telah diujicobakan kepada 4 SMK negeri dan swasta di Kabupaten Garut dan masih mencari industri pasangan yang sesuai dengan program keahlian TKJ telah dinilai dan diukur dalam analisis hasil, telah teruji memiliki keunggulan dalam beberapa aspek, yaitu: (a) fleksibilitas isi dan struktur; (b) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru; (c) peningkatan kompetensi siswa; dan (d) keselarasan dengan dukungan alat dan bahan. Keberhasilan penerapan ini pada dasarnya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan model, antara lain: (a) karakteristik model; (b) karakteristik guru dan siswa; dan (c) dukungan pihak eksternal.Karakteristik model yang dikembangkan, antara lain mancakup: a. Need, yaitu bahwa model yang dikembangkan secara empirik sejalan dengan kebutuhan akan pembelajaran berbasis kompetensi seperti yang saat ini menjadi isu pengembangan di SMKb. Clarity, yaitu kejelasan dalam substansi/isi dan struktur, yang teruji memberikan kejelasan bagi guru dalam pelaksanaan tugasc. Complexity, yaitu bahwa model yang dikembangkan secara empirik memiliki kemudahan untuk diterapkan oleh guru serta mendukung pelaksanaan tugas guru;d. quality/practicality, yaitu bahwa model yang dikembangkan memiliki nilai kepraktisan dalam penerapan, serta mampu meningkatkan kualitas kompetensi siswa secara signfikan.

Model yang dikembangkan ini oleh penulis ini diharapkan merupakan langkah inovatif pembelajaran dalam program produktif di SMK. Ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dapat dipertangungjawabkan. Serangkaian metode, ujicoba, dan analisis menunjukkan adanya peningkatan kompetensi siswa dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru.Peningkatan kompetensi siswa sesuai dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan dan diharapkan oleh penulis telah terwujud sebagai sasaran utama penelitian. Standar kompetensi untuk menilai hasil pembelajaran dalam program produktif yaitu kompetensi siswa, sesuai dengan evaluasi hasil belajar yang dikembangkan, bersifat criterion-referenced artinya mendasarkan kepada acuan standar (patokan) yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Perumusan kompetensi tersebut sejalan dengan pendapat Spencer and Spencer (1993:9): "A competency is an underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-referenced effective andor superior performance in a job or situation". Pendapat Spencer and Spencer tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi yang dihasilkan dari pembelajaran program produktif pada dasarnya merupakan karakteristik dasar siswa yang diukur berdasarkan acuan tertentu (criterion-referenced) serta sesuai dengan situasi atau pekerjaan tertentu. Pendapat dari Spencer and Spencer sesuai dengan pernyataan Burke (1995:13) yang menguraikan spesifikasi kompetensi sebagai hasil pendidikan dan pelatihan sebagai berikut: "Competency statements facilitate criterion referenced assessment". Pernyataan dari Spencer and Spencer dan Burke tersebut dapat dijadikan acuan bahwa model pembelajaran berbasis proyek dengan menerapkan evaluasi berdasar acuan patokan (criterion-referenced) dapat diterapkan di SMK.Secara umum untuk menyusun suatu perencanaan pengembangan model pembelajaran adalah dengan melakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi pembelajaran produktif di SMK terhadap kompetensi lulusan yang siap bekerja dan berwirausaha . Dari analisis kesenjangan antara instrumental input dan enviromental input, diperoleh analisis kesenjangan yang menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kompetensi produktif (kerja) di SMK yang dibentuk dalam sebuah formulasi permasalahan sebagai bahan acuan untuk pengembangan model pembelajaran bagi program produktif. Model pembelajaran alternatif diharapkan dapat menjembatani kesenjangan kompetensi program produktif SMK bagi SMK program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dengan belum ditemukannya industri pasangan yang sesuai dengan program keahlian teknik komputer dan jaringan adalah model pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran yang dikembangkan diharapkan sebagai bentuk dari formulasi permasalahan dapat memberikan solusi atas kesenjangan dari instrumental input dan eksperimental input dengan mempertimbangkan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal, serta kekuatan dan kelemahan dari analisis internal, sehingga dapat ditentukan sasaran dan strategi atau cara mencapai sasaran tersebut.Selanjutnya, strategi pembelajaran berbasis proyek diterjemahkan menjadi hal-hal yang harus dilakukan dalam mengkomposisi model pembelajaran konseptual dalam bentuk komponen desain pembelajaran, desain model pembelajaran, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran , dukungan alat, bahan sumberdaya dan stakeholder dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan kriteria pembelajaran berbasis proyek yang dibentuk dalam tahap pembelajaran berbasis proyek dengan menggunakan prinsip competency based & production based, pengalaman dan suasana pekerjaan yang dilakukan di industri, instruksional pembelajaran menggunakan modular dengan karakteristik mastery learning, menggunakan prinsip active learning dan student centered serta berpedoman pada integrasi antar mata pelajaran/diklat. Kesenjangan antara apa yang harus dilakukan perusahaan dengan apa yang dapat dilakukan perusahaan dikenal dengan kesenjangan strategi. Model konseptual pembelajaran berbasis proyek untuk pembangunan jaringan komputer lokal tersebut digunakan kualifikasi model pembelajaran untuk menciptakan pengalaman belajar dalam suasana lingkungan industri. Setelah dibentuk model konseptual, maka model pembelajaran berbasis proyek untuk pembangunan jaringan komputer lokal (local area network) dibuat dalam pentujuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dengan mempertimbangkan keselarasan dengan model konseptual yang telah dibuat dan siap untuk dilaksanakan pada kelompok ekperimen.Tujuan utama pembentukan model pembelajaran berbasis proyek adalah peningkatan kompetensi produktif siswa SMK dalam mata diklat jaringan komputer lokal maka Model pembelajaran berbasis proyek selanjutnya siap dilakukan verivikasi dan validasi dengan menggunakan desain eksperimen untuk pengujian terbatas, pengujian lebih luas sebagai model eksperimental. Hasil eksperimen dari desain eksperimen diolah secara statistik dan diuji validitasnya. Hasil pengujian dan validitas digunakan untuk memverivikasi (meyakinkan) bahwa model pembelajaran berbasis proyek memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi produktif untuk mata diklat jaringan komputer lokal sebagai model dipertimbangkan oleh pembuat keputusan untuk menjadikan pembelajaran berbasis proyek sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi produktif bagi SMK yang belum memiliki industri pasangan yang tepat dan sebagai sarana untuk siswa SMK melakukan praktek industri di sekolah dengan lingkungan pekerjaan di industri.Model pembelajaran berbasis proyek, sebagai model generik dapat dikembangkan untuk mata diklat produktif yang lainnya dengan melakukan pendefinisian kembali (redefinition) dalam mencipakan pengalaman belajar dalam suasana pekerjaan di industri. Secara umum model verivikasi dan validasi dari pengembangan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK digambarkan pada Gambar 7

Gambar 7. Verivikasi dan Validasi Penelitian

G. Kesimpulan dan Rekomendasi1. KESIMPULAN HASIL PENELITIAN a. Implementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk program produktif SMK Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan saat ini1. Pembelajaran program produktif sudah menekankan pada pencapaian kompetensi siswa namun belum sesuai dengan tuntutan tempat kerja.2. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan belum menggunakan prinsip Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)3. Penilaian belum menekankan pada proses tetapi masih tertumpu pada hasil belajar yang bersifat kognisi4. Keterlibatan guru mata pelajaran program produktif, ketua kompetensi keahlian, dan DU/DI dalam perumusan visi, misi kompetensi keahlian dan SKL, menyusun dan menentukan ruang lingkup materi yang harus diajarkan masih belum optimal.b. Model pembelajaran berbasis proyek dapat dikembangkan dan diterapkan dalam pembelajaran program produktif program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan pada SMK yang belum memiliki industri pasangan yang tepat karena memiliki karakteristik task-focused models maupun learner-focused models memiliki keselarasan dengan karakteristik yang berorientasi peningkatan kompetensi pemahaman dan pengetahuan serta kompetensi kerja untuk menyelesaikan tugas secara bertahap sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan pada pembelajaran pada program produktif.Kerangka model mencakup desain rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran, yakni :1. Rencana pembelajaran yang dirancang dalam model berbasis proyek telah teruji efektif diterapkan oleh guru dalam pembelajaran mata pelajaran jaringan komputer program produktif untuk program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan SMK. Aspek perencanaan pembelajaran tersebut mencakup: 1) tujuan pembelajaran, berisi rumusan tentang kompetensi yang akan dicapai; 2) materi pembelajaran, berisi bahan ajar yang mendukung kompetensi yang akan dicapai, disusun berbentuk penyelesaian tugas pembelajaran tiap kompetensi, dikemas dalam bentuk organisasi kerja proyek yang berdasarkan pada standar kompetensi/kompetensi dasar; 3) metoda/strategi pembelajaran, bersifat pekerjaan yang selayaknya dikerjakan oleh pekerja dibidangnya dengan langkah tertentu dan spesifik; 4) bahan pembelajaran mendukung tujuan dan disusun per kompetensi, serta a1at pembelajaran sesuai rumusan kompetensi yang akan dicapai dan; 5) evaluasi hasil pembelajaran, dirancang program remedial dan pengayaan, serta mengintegrasikan tes tertulis dan tes tindakan.2. Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang dalam model pembelajaran berbasis proyek teruji efektif dapat meningkatkan kompetensi siswa baik kompetensi kognitif maupun kompetensi vokasional dalam mata pelajaran produktif pada pembelajaran Jaringan Komputer Lokal program produktif program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK. Agar Model Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diimplementasi dengan baik, persyaratan yang harus dilakukan sebagai berikut: 1) dukungan kebijakan kepala sekolah, 2) melengkapi sarana praktek yang terstandar, dan 3) dilaksanakan dalam blok waktu yang cukup. Dengan persyaratan-persyaratan tersebut memungkinkan Model Pembelajaran Berbasis Proyek dapat diimplementasikan dengan baik sehingga: a) dapat memberi siswa pengalaman langsung suasana industri di sekolah; b) membentuk jiwa dan kemampuan kompetensi siswa sebagai pekerja industri; c) mengembangkan secara terpadu kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional; d) meningkatkan motivasi berprestasi dan prestasi siswa, rasa tanggung jawab dan etos kerja e) sekaligus merupakan pelaksanaan praktek kerja industri (Prakerin) yang dapat dipadukan dengan sistem uji kompetensi.c. Model pembelajaran berbasis proyek memiliki keteterapan yang tinggi terhadap: 1) peningkatan kompetensi; 2) dukungan terhadap pelaksanaan tugas guru, yang berarti memberikan kemudahan dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran; 3) substansi isi yang terkandung dalam deskripsi rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran; 4) dukungan alat dan bahan; 5) potensi dukungan stakeholders terkait.d. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek secara spesifik memberikan dampak utama terhadap peningkatan kompetensi siswa dan memberikan kemudahan guru dalam pelaksanakan tugas pembelajaran dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan evaluasi hasil pembelajaran.2. REKOMENDASIBeberapa rekomendasi yang dapat diajukan agar model pembelajaran berbasis proyek berhasil secara optimal dilaksana kan perlu dukungan berbagai pihak oleh karena itu peneliti menyampaikan rekomendasi untuk mendapat perhatian dari berbagai pihak:1. Bagi guru mata pelajaran produktif, model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran alternatif untuk mata pelajaran produktif yang bersifat dapat menjembatani kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa pada uji kompetensi dan memperikan pengalaman tentang pekerjaan yang akan dihadapi di dunia industri.2. Bagi Kepala Sekolah SMK, Tujuan pembelajaran tercapai jika dalam penyelenggaraan pembelajaran menerapkan model yang tepat/cocok dengan menggunakan kondisi yang tersedia di sekolah.3. Bagi pihak Dinas Pendidikan setempat, tentu model ini menjadi masukan untuk menentukan langkah kebijakan Dinas Pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada lingkup sekolah menengah kejuruan setempat.4. Bagi Direktorat Pembinaan SMK, model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan bahan kebijakan lebih luas bagi sekolah-sekolah yang telah memiliki fasilitas praktek yang terstandar, untuk mendaya gunakan, memelihara dan mengembangkan saran praktek sekaligus menghasilkan sebanyak-banyaknya lulusan SMK yang kompeten.5. Pihak Peneliti Bidang Pendidikan Kejuruan, dengan telah ditemukannya sebuah model pembelajaran berbasis proyek yang dapat meningkatkan kompetensi siswa SMK, maka perlu dilakukan penelitian tentang model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK terhadap perkembangan teknologi dan perkembangan dunia usaha/industri. Upaya ini perlu terus dilakukan mengingat posisi SMK yang semakin penting sekaligus ditingkatkan oleh pihak pemerintah.

DAFTAR PUSTAKAAl-Atabi, Mushtak. Chin S.B., 2007, A Case Study in Project Based Learning Using FLOW Visualization. Journal of Engineering Science and Technology Vol. 2, No. 3 (2007) 290 297 School of Engineering, Taylors University College.Ali, Mihammad. Ibrahim,R. Sukmadinata, Nana Syaodih. Sudjana, Djuju. Rasyidin, Waini. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press. BandungArifin, Jaenal. 2005. Langkah Mudah Membangun Jaringan Komputer. Penerbit Andi. JogyakartaArikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Atkinson, Jean. Developing Teams Through Project Based Learning. 2001. Gower Publishing Limited. Humpshire, EnglandBadan Nasional Sertifikasi Profesi (2008) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Sub Sektor Jaringan Komputer dan Sistem Administrasi ( Versi Elektronik). Badan Nasional Sertifikasi Profesi. JakartaBadan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2012) Garut Dalam Angka tahun 2011. (Versi Elektronik). Badan Pusat Statistik. GarutBadan Pusat Statistik Kabupaten Garut dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut (2011) Indikator Makro Kabupaten Garut Tahun 2010 (Versi Elektronik) Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. 2011Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Standar Kerja Nasional (SKN) Jaringan Komputer dan Sistem Administrasi . (Versi Elektronik). BNSP JakartaBarbazette Jean, 2005 The Trainers Journey To Competence Tools, Assessment and Model. Wiley. 989 Market Street, San Francisco, CA 94103-1741 www.pfeiffer.comBlank. (1982). Handbook for Developing Competency-Based Training Programs. New Jersey: Prentice-Hall IncBlumenfeld, P.C., E. Soloway, R.W. Marx, J.S. Krajcik, M. Guzdial, and A. Palincsar. 1991. Motivating Project-Based Learning: Sustaining the Doing, Supporting the Learning. Educational Psychologist, 26(3&4), 369398.Borg dan Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction (5th Ed). New York & London: Longman, Inc.Boss, Suzie. Krauss, Jane. 2007. Reinventing Project-Based Learning : Your Field Guide to Real World Project in the Digital Age. International Society for Technology in Education (ISTE) Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning. http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html.

Brook, J.G., & Brook, M.G. 1993. The Case for Constructivist Classrooms. Verginia: ASCD.Burke, John. (2005) Competency Based Education and Training. The Falmer Press (A member of the Taylor & Francis Group). London ,New York. PhiladelphiaCalhoun, C. C., & Finch, A. V. (1980). Vocational and Career Education: Concepts and Operation. Belmont, Califonia: Wadsworth Publishing, Co.Calhoun C.C and Finch A.V, 1982, Vocational Education: Concept and Operations, Belmount California .Curtis R Finch, John R Crunkilton, 1979, Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Allyn and Bacon, Inc, Boston. Capraro, Robert M. Slough, Scott W. 2009. Project-Based Learning An Integrated Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach. Sense Publishers Rotterdam, The NetherlandsDepartemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 2004. (Versi elektronik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah . (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004 Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Teknik komputer dan Jaringan. (Versi Elektronik). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Instalasi Perangkat Jaringan Lokal (Local Area Network). (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. JakartaDirektorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Instalasi Sistem Operasi Berbasis TEXT. (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. JakartaDirektorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Instalasi Sistem Operasi Berbasis GUI (Graphical User Interface). (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. JakartaDirektorat Pendidikan Menengah Kejuruan. (2004). Melakukan Perbaikan dan atau Setting Ulang Koneksi Jaringan. (Versi Elektronik). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. JakartaDjohar , Asari. 2006. Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan . Disampaikan pada seminar terbatas Tim Penyusun Konsep Batang Tubuh Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak DiterbitkanDjohar , Asari. 2008. Perspektif Pendidikan Menengah Kejuruan dalam Menyiapkan Tenaga Kerja yang Siap Mendukung Proses Pembangunan di Berbagai Bidang. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan-Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Doppelt, Yaron. 2003. Implementation and Assessment of Project-Based Learning in a Flexible Environment. International Journal of Technology and Design Education 13, 255272, 2003. Kluwer Academic Publishers.Gaer, S. 2008. What is Project-Based Learning? [Online] Available at http://members.aol.com/CulebraMom/pblprt.html. [December 20, 2010]Graff,ED. Smith, GNS. Nieweg, Michael. 2005. Research and Practice of Avtive Learning in Engineering Education. Pallas Publication-Amsterdam University PressGrolmann, Philipp And Rauner ,Felix. 2007 International Perspectives on Teachers and Lecturers in Technical and Vocational Education. Springer, P.O. Box 17, 3300 AA Dordrecht, The NetherlandsHarriman, Susan, 2003, Project-based learning meets the Internet: students experiences of online projects, [Online] Available at www.aare.edu.au/03pap/har03578.pdf [December 20, 2010]Hammersley, Martyn. 2002 Educational Research, Policymaking and Practice SAGE Publications Inc 2455 Teller Road Thousand Oaks, CaliforniaHelic, Denis. Krottmaier. Harald, Maurer, Hermann. Scerbakov, Nick. Implementing Project-Based Learning in WBT Systems. [Online] Available at http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.93...pdf [December 20, 2010]Heywood, John (2005) Engineering Education Research and Development in Curriculum and Instruction John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New JerseyHiscocks. Peter D, Project-Based-Learning: Outcomes, Descriptors and Design, [Online] Available at http:// www.ineer.org/Events. /ICEE2000/Proceedings/papers. /TuA2-1.pdf, www.syscompdesign.com/AppNotes/pbl.pdf [December 20, 2010]Hugg,Robert. Wurdinger, Scott,2007, A Practical and Progressive Pedagogy for Project Based Service Learning, [Online] Available at www.isetl.org/ijtlhe/articleView.cfm?id=210 [December 20, 2010]Kamdi, Waras. 2001. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. Jurnal Gentengkali, 3(11-12).Kuntadi, Iwa. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran PRAKSIS Dengan Aplikasi Jobsheet Terpadu Untuk Peningkatan Kompetensi Siswa SMK. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak DiterbitkanKurzel, Frank and Rath, Michelle, 2007, Project Based Learning and Learning Environments [Online] Available at ,http://ieee.org.ezlibproxy.levels.unisa.edu.au/iel5/8032/22180/01032843.pdf [December 20, 2010]Martawajaya, Dadang Hidayat. 2011. Pengembangan Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (MODEL TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.Mergendoller, J.R., & Thomas, J.W. 2000. Managing Project Based Learning: Principles from the Field. Novato, CA: Buck Institute for Education.Moore, Adam 2003, PBLE - Guidelines for Project Based Learning in Engineering, [Online] Available at www.ineer.org/events/icee2003/proceedings/pdf/3604.pdf [December 20, 2010]Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.Munthe, Bermawi. 2009 . Desain Pembelajaran. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta Myers, R.J., & Botti, J.A. 2000. Exploring the Environment: Problem-Based Learning in Action [Online] Available at. http: www.cet.edu/research/conference.html [December 20, 2010]Nasution, S, 1991, Metode Penelitian Ilmiah, Jemars, BandungOakey, J. 1998. Project-Based and Problem-Based: The Same or Different? [Online] Available at http://pblmm.k12.us/PBLGuide/PBL&PBL.html [December 20, 2010]OConnor. Bridget N, Bronner, Michael & Delaney Chester 2007 Learning at Work How to Support Individual and Organizational Learning , HRD Press 22 Amherst Road Amherst, Massachusetts 01002Oetomo, Budi Sutedjo Darma. 2004. Konsep dan Perancangan Jaringan Komputer Bangunan Satu Lantai, Gedung Bertingkat dan Kawasan. Penerbit Andi YogyakartaOrganisation For Ecoomic Co-Operation And Development. 2006. Education Policy Analisys: Focus On Higher Education . OECD PublishingOshima, Jun. Oshima, Ritsuko, Project-based learning in preservice education: The integration of theories and practices, [Online] Available at www.lessonresearch.net/oshima.pdf [December 20, 2010]Pangera, Ali Abas. 2008. Menjadi Administrator Jaringan Nirkabel. Penerbit Andi Yogyakarta Prez, Jorge E. Garca, Javier. Muoz ,Isabel. Sierra, Alonso Almudena. Puche, Pilar Lpez. 2009, Cooperative Learning vs. Project Based Learning, [Online] Available at http://c3po.eui.upm.es/dmae/Publicaciones/PID1110845.pdf [December 20, 2010]Purwana, Bayu Hikmat. 2010. Pengembangan Kurikulum Program Produktif Sekolah Menengah Kejuruan ( Studi Pada SMK Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Di Kota Bandung ). Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak DiterbitkanPusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Pelayanan Profesional Kurikulum (2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Versi Elektronik), Balitbang Depdiknas: JakartaRaggatt, Peter and Williams, Steve Government. 2004 Markets and Vocational Qualifications An Anatomy of Policy . Taylor & Francis e-Library.Ravitz, Jason. Mergendoller, John. Markham, Thom, 2004, Online Professional Development for Project Based Learning: Pathways to Systematic Improvement, Association for Educational Communications and Technology, October 21, 2004. Chicago, IL. Riduwan & Sunarto. 2007. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Alfabeta BandungSchelmmer, Phil. Schelmmer, Dori. Teaching Beyond The Test: Differentiated Project Based Learning in Standards Based Age. 2008. Free Spirit Publishing. Inc. Seel, Norbert M and Dijkstra, Sanne. (2008) Curriculum, Plans, and Processes in Instructional Design: International Perspectives, edited by. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Smeyers , Paul and Depaepe, Marc (2007) Educational Research: Networks and Technologies . Springer, P.O. Box 17, 3300 AA Dordrecht, The Netherlands.Sofana, Iwan. 2008. Membangun Jaringan Komputer . Informatika BandungSomantri, Ating. Muhidin, Sambas Ali. 2006. Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Penerbit Pustaka Setia. BandungSopandi, Dede. 2010. Instalasi dan konfigurasi Jaringan Komputer. Informatika BandungSugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabetika BandungSuparno, P. (2002). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.Thomas, J.W. 2000. A Review od Research on Project-Based Learning. California: The Autodesk Foundation. [Online] Available at: http://www.autodesk.com/foundation. [December 20, 2010]Thomas, J.W., Margendoller, J.R., & Michaelson, A. 1999. Project-Based Learning: A. Handbook for Middle and High School Teachers. [Online] Available at: http://www.bgsu.edu/organizations/ctl/proj.html. [December 20, 2010]Thomas John W, 2000 A Review Of Research On Project-Based Learning, [Online] Available at: www.bobpearlman.org/BestPractices/PBL_Research. [December 20, 2010]Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta - IndonesiaWellington, J. (1993). The Work Related Curriculum : Challenging the Vocational Imperative. London: Kogan Page Limited.

Riwayat Hidup

Dhami Johar Damiri dilahirkan di kota Garut Propinsi Jawa Barat pada Tanggal 25 Juli 1972 sebagai anak kedua dari dua orang bersaudara dan hanya memiliki 1 kakak yaitu Luthfi Nurwandi, MT. Lahir dari pasangan H. Djumhan Hardy,BA (Alm) dan Hj. Ukeu Dewi Rosliaty. Dhami Johar Damiri Menikah dengan Tatat Hartati pada tanggal 7 April 2002. Sampai saat ini telah dikarunia dua orang anak yaitu Syafinna Rahmadhita (10 tahun) dan Raihan Ramadhani (5 tahun).

Riwayat Pendidikan, SDN Guntur 2 di Kabupaten Garut (lulus tahun 1987), Pendidikan SMP di SMPN 1 Garut (1989), Pendidikan SMA di SMAN 1 Garut (lulus tahun 1990). Pada tahun 1990, menempuh pendidikan sarjana (S1) Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia d/h IKIP Bandung (lulus tahun 1995). Tahun 2000 melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S2) Teknik pertanian dengan konsentrasi Manajemen Agroindustri dan informatika di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Lulus Tahun 2003, Pada tahun 2008 menempuh studi pada Program Pascasarjana (S3) Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Universitas Pendidikan Indonesia. Beasiswa yang pernah diterima selama menempuh pendidikan tinggi adalah Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dan Supersemar (1993-1995), Beasiswa Program Pascasarjana (2000-2003), untuk program Magister dan 2008-2011, untuk program Doktor)Riwayat Pekerjaan dimulai dari dosen tetap pada Sekolah Tinggi Teknologi Garut, kemudian Karir beliau dimulai dari Pengajar pada Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknlogi Garut (1997) Kepala Laboratorium Komputer di Sekolah Tinggi Teknologi Garut (1999), kemudian Ketua Lembaga Penjaminan Mutu STTG (2004-2006), Koordinator Laboratorium Sekolah Tinggi Teknologi Garut(2007-2008), Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Garut (2010-sekarang), Sekertaris Jurusan Teknik Komputer STTG (2011 sampai sekarang), Pembina Kelompok Pengembang Teknologi Informasi dan Komputer (KPTIK), Staf ahli Teknik komputer dan jaringan pada Relawan Teknologi dan Komputer, Departemen Komunikasi dan Informasi (DEPKOMINFO) cabang Garut, Staf ahli teknik informatika dan komputer pada CV. Insan Akademika, Garut. Pekerjaan lain dalam bidang Tridharma Perguruan Tinggi antara lain:

1997 Sekarang

:Staf Pengajar Pada Sekolah Tinggi Teknologi Garut, untuk mata kuliah : Fisika Listrik Magnet Jaringan Komputer Kecerdasan Buatan Sistem Komputasi Cerdas (fuzzy Logic) Jaringan Syaraf Tiruan Pengolahan Citra Digital Rangkaian Digital Rangkaian Listrik Jaringan Komputer

2005: Instruktur Pelatihan Sistem Informasi pada Program Pendidikan Penanggulangan Penggangguran Tenaga Kerja Terampil (P4T) Jawa Barat. Instruktur Pelatihan Mengenai Fungsi dan Peranan dari Implementasi Sistem Informasi Sebagai Penunjang Kegiatan Bisnis Proses di Departemen Administrasi PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

2006 - Sekarang:Instruktur Pelatihan Internet bagi Kepala Sekolah Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se Kabupaten Garut

2006

: Instruktur Pelatihan Mengenai Fungsi dan Peranan dari Implementasi Sistem Informasi Sebagai Penunjang Kegiatan Bisnis Proses, Departemen Operational Service PT. Rentokil Indonesia Instruktur Pelatihan Komputer Bagi SMU se kabupaten Garut

2007:Instruktur Pelatihan ICT Bagi Karyawan di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut

Karya Tulis Ilmiah Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan dalam 3 tahun terakhir meliputi (1) Perancangan Media Promosi Wisata Kabupaten Garut Berbasis Multimedia, (2) Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pelestarian Hutan Dengan Menggunakan Metode Analisis Multi Kriteria , (3) Perancangan Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Garut Berbasis Web (4) Aplikasi Sistem Pengolahan Data Sentralisasi Dan Desentralisasi. Selain itu juga menjadi pemakalah dalam seminar internasional The First UPI International