ringkasan materi kuliah lkpj dan lakip
TRANSCRIPT
RINGKASAN MATERI KULIAH
LKPJ DAN LAKIP/AKIP
OLEH : ZULFAKAR
Guna mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan dengan mempraktekkan prinsip-prinsip
good governance yang merupakan merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyediaan public goods and service. Terselenggaranya good governance
merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan
cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, nyata sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna,bersih dan
bertanggung jawab. (Sedarmayanti. 2003:2)
LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ)
Dalam rangka memenuhi fungsi akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah,
berdasarkan pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, kepala daerah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada masyarakat melalui DPRD, sebagai lembaga perwakilan
dan representasi rakyat di daerah. Pertanggungjawaban dimaksud dapat berupa
pertanggungjawaban akhir tahun anggaran dan akhir masa jabatan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Seperti diketahui bersama, bahwa menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007,
khususnya pada Bab III pasal 17 ayat (1) menyatakan “LKPJ akhir tahun anggaran disampaikan
kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir’. Jadi paling lambat
bulan Maret. Berkenaan dengan hal tersebut, Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 4
Januari 2007 telah menetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur mekanisme dan
tata cara penyusunan dan penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
yaitu berupa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggung
jawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.
1
2
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
Indonesia secara eksplisit mulai mengimplementasikan konsep akuntabilitas melalui
Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)
dengan dilatarbelakangi keinginan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang
lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab disamping untuk mengetahui
kemampuan instansi pemerintahan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.
Dengan adanya Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah
didorong untuk terus meningkatkan kinerjanya. Selanjutnya dalam akuntabilitas tersebut
dikembangkan pula informasi kinerja yang evaluasinya dituangkan dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) agar dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
instansi pemerintah dalam pencapaian visi, misi dan tujuannya. Pemberlakuan AKIP ini juga
tidak lepas dari nilai kemanfaatan yang diharapkan, antara lain:
1. Mempertajam penetapan prioritas program-program pembangunan nasional dan daerah
2. Meminimalisasi duplikasi pembiayaan kegiatan rutin dan pembangunan sekaligus dapat
meningkatkan kinerja secara terukur dan berkelanjutan
3. Tersedianya mekanisme pancatatan pemanfaatan sumber daya nasional dalam pelaksanaan
seluruh program dan kegiatan nasional dan daerah yang lebih akurat
4. Mempercepat dan meningkatkan keakurasian dalam penyusunan revisi, perhitungan APBN
sesuai dengan amanat UU Keuangan Negara
5. Mencegah penggunaan dana APBN/APBD untuk kegiatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik
6. Tersedianya sarana dan metode kerja baru dalam pengendalian sistem manajemen (built ini
control system) yang lebih handal
7. Dapat mengurangi jenis dan jumlah laporan yang harus disiapkan pejabat di setiap instansi
pemerintah, sehingga waktu kerja pemimpin dapat difikuskan untuk peningkatan kinerja
instansi sesuai dengan harapan pemerintah.
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN AKIP
Sebagai tindak lanjut dari Inpres No.7 Tahun 1999, Kepala Lembaga Administrasi
Negara (LAN) mengeluarkan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
2
3
589/IX/6/99 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Empat tahun
kemudian pedoman tersebut diperbaiki dengan keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara
Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara, pelaksanaan AKIP harus
berdasarkan antara lain pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan.
2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara
konsisten dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.
6. Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan.
Sjahruddin Rasul (2004) menyatakan bahwa siklus akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah pada dasarnya berlandaskan pada konsep manajemen berbasis kinerja. Adapun
tahapan dalam siklus manajemen berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Penetapan perencanaan stratejik yang meliputi penetapan visi dan misi organisasi dan
strategic performance objectives.
2. Penetapan ukuran-ukuran kinerja atas perencanaan stratejik yang telah ditetapkan yang diikuti
dengan pelaksanaan kegiatan organisasi.
3. Pengumpulan data kinerja (termasuk proses pengukuran kinerja), menganalisisnya, mereviu,
dan melaporkan data tersebut.
4. Manajemen organisasi menggunakan data yang dilaporkan tersebut untuk mendorong
perbaikan kinerja, seperti melakukan perubahanperubahan dan koreksi-koreksi dan/atau
melakukan penyelarasan (fine-tuning) atas kegiatan organisasi. Begitu perubahan, koreksi,
dan penyelarasan yang dibutuhkan telah ditetapkan, maka siklus akan berulang lagi.
3
4
Refrensi :
Sedarmayanti. 2003. Good Govenance (Kepemerintahan yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pernerintah
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Ncgara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2011
Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/ 1X/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
4