ringkasan kuliah apologetika senin 29 april
DESCRIPTION
Ringkasan, Kuliah, ApologetikaTRANSCRIPT
Ringkasan Kuliah Apologetika Senin, 29 April 2013
Oleh : Santoso D-010610
Kuliah hari ini masih membahas apologetika dari sudut sejarahnya, gereja timur dan barat.
Alexandria
Gereja Timur menjadi sinkretisme (mendekatkan diri)
Byzantium
Gereja Barat Roma ( memisahkan diri) antara ajaran Kristen dengan ajaran lain
( filsafat, politik,dsb).
Agustinus berusaha menyelaraskan sedangkan Tertullianus memisahkan sama sekali, karena dia
sendiri seorang filsuf ( terlanjur terstigma sebagai kelompok yang ingin memisahkan diri).
Masa pertengahan ( 6-15M), Thomas Aquinas => mengikuti ajaran Aristoteles .
Abad suram, karena otoritas gereja terlalu besar. Dalam Konsili Nicea 325 M, agama dan negara
dijadikan satu.
Tidak ada perkembangan pengetahuan dan teknologi karena semua diatur oleh gereja.
Kaisar dan Paus bersimbiosis mutualisme berbagi kekuasaan, kaisar diangkat oleh paus,
sehingga semua yang tidak sesuai ajaran gereja akan dijatuhi hukuman.
Persoalan iman dan akal budi. Baginya tidak ada pertentangan mutlak antara iman dan akal budi,
sebab keduanya terarah pada kenyataan yang sama, yaitu : kenyataan Allah, karena Allah adalah
asal muasal dari segala kenyataan.
Persoalan tentang bukti – bukti adanya Allah.
Ada 5 cara untuk membuktikan adanya Allah (quinque viae), yaitu :
1. Bertitik tolak dari gejala pergerakan dan menyimpulkan adanya pergerakan pertama, yaitu :
Allah.
1
2. Mulai dari gejala sebab akibat dan menyimpulkan adanya sebab asal mula ( prima causa) yang
disamakan dengan Allah. Menurut kosmologi kalau sesuatu itu ada, pasti ada yang menciptakan.
Thomas Aquinas adalah seorang teolog Katolik yang berusaha mensintesakan ajaran dan akal
budi.
Diantara abad 6-15 M ada masa skolastik ( 9-10M) dan renaissance ( > abad 10M) , abad
skolastik : pendidikan Katolik mencoba memiliki cirri identitas sendiri. Abad renaissance : orang
Katolik mengangkat masa kebudayaan Hellenis Yunani.
3. Mendasarkan pikirannya atas gejala kebetulan dan sampai pada wujud yang perlu pada diri
sendiri dan itu adalah Allah => segala kegiatan ada tujuannya.
4. Menyoroti tingkat – tingkat kesempurnaan dalam segala sesuatu : yang satu lebih atau kurang
sempurna daripada yang lain. Dari gejala ini disimpulkan bahwa harus ada sesuatu wujud yang
sempurna, yaitu : Allah.
5. Berpangkal dari gejala bahwa semua mempunyai tujuan : segala sesuatu ada dengan maksud
tertentu.
Kesimpulan = mengadakan suatu sintesa, keselarasan antara injil Yesus Kristus dan kebudayaan
dan pikiran manusia. Kerinduan akan sintesa seperti itu selalu turut bekerja dalam pikiran
Apologetis.
Sintesa Clemens dan Origenes mengarah kearah sinkretisme sedangkan sintesa Agustinus dan
Thomas kearah menyelaraskan.
2