rifka - hz

10
7/18/2019 Rifka - HZ http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 1/10 1 Borang Portofolio Kasus Topik : Herpes Zoster Tanggal (kasus) : 25 Juni 2013 Presenter : dr. Rifcka austin Tanggal Presentasi : 9 September 2013 Pendamping : dr. Mike Wijayanti Djohar Tempat Presentasi : RS Bhayangkara, Mataram, NTB. Objektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik  □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □ Neonatus □ Bayi □ Anak  □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi : Wanita, 55 th, Bintil-bintil berair di dada kiri, terasa nyeri pada dada sebelah kiri, semakin banyak dan menjalar ke daerah leher dan punggung.  □ Tujuan : Mengenali Faktor Resiko, Penegakkan diagnosis dan Penatalaksanaan penyakit. Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas : Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos Data Pasien :  Nama : Ny. S, ♂ , 55 tahun, BB : 55 kg, TB : 168 cm  No. Registrasi : 00-03-04  Nama Klinik : RS Bhayangkara Telp : Terdaftar sejak : Data Utama untuk Bahan Diskusi : 1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Herpes Zoster/ Bintil-bintil berair di dada kiri, terasa nyeri  pada dada sebelah kiri, semakin banyak dan menjalar ke daerah leher dan punggung. Riw. Demam (+), sakit kepala (+) sebelum keluhan timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan vesikula dengan dasar eritematus, bentuk bulat, batas tegas, bergerombol dengan ukuran bervariasi 1-3 mm, isi cairan jernih, terletak unilateral (di satu sisi tubuh) sesuai dermatom C4,C3, dan T2. 2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum ke dokter untuk berobat sebelumnya. 3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat cacar air (+) saat pasien mash kecil . 4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien, namun pasien mengaku terdapat tetangga yang menderita keluhan serupa dengan pasien. 5. Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. 6.  Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.

Upload: uupupup

Post on 02-Mar-2016

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 1/10

1

Borang Portofolio Kasus

Topik : Herpes Zoster

Tanggal (kasus) : 25 Juni 2013 Presenter : dr. Rifcka austin

Tanggal Presentasi : 9 September 2013 Pendamping : dr. Mike Wijayanti Djohar

Tempat Presentasi : RS Bhayangkara, Mataram, NTB.

Objektif Presentasi :

□ Keilmuan  □ Keterampilan  □ Penyegaran  □ Tinjauan Pustaka 

□ Diagnostik   □ Manajemen □ Masalah  □ Istimewa 

□ Neonatus □ Bayi □ Anak   □ Remaja  □ Dewasa  □ Lansia  □ Bumil 

□ Deskripsi :

Wanita, 55 th, Bintil-bintil berair di dada kiri, terasa nyeri pada dada sebelah kiri,

semakin banyak dan menjalar ke daerah leher dan punggung. 

□ Tujuan :  Mengenali Faktor Resiko, Penegakkan diagnosis dan Penatalaksanaan penyakit.

Bahan

Bahasan :□ Tinjauan Pustaka □ Riset  □ Kasus □ Audit 

Cara

Membahas :□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi  □ E-mail □ Pos 

Data Pasien : Nama : Ny. S, ♂ , 55 tahun, BB :

55 kg, TB : 168 cm No. Registrasi : 00-03-04

 Nama Klinik : RS Bhayangkara Telp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1.  Diagnosis / Gambaran Klinis : Herpes Zoster/ Bintil-bintil berair di dada kiri, terasa nyeri

 pada dada sebelah kiri, semakin banyak dan menjalar ke daerah leher dan punggung.

Riw. Demam (+), sakit kepala (+) sebelum keluhan timbul. Pada pemeriksaan fisik

ditemukan vesikula dengan dasar eritematus, bentuk bulat, batas tegas, bergerombol dengan

ukuran bervariasi 1-3 mm, isi cairan jernih, terletak unilateral (di satu sisi tubuh) sesuai

dermatom C4,C3, dan T2.

2.  Riwayat Pengobatan : Pasien belum ke dokter untuk berobat sebelumnya.

3.  Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat cacar air (+) saat pasien mash kecil.

4.  Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien,

namun pasien mengaku terdapat tetangga yang menderita keluhan serupa dengan pasien.

5.  Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.

6. 

Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang berhubungan.

Page 2: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 2/10

2

7.  Riwayat Imunisasi : Riwayat vaksin varicella saat pasien masih kecil (-)

8.  Lain-lain :

Daftar Pustaka :

1. 

Odom, R.B., et.al Andrews’ Diseases Of The Skin.9

th

ed. Philadelphia : WB SaundersCompany.2000.

2.  Arndt,K.Manual of Dermatology Theraupetics.6thed. Philadelphia ; Lippincott Williams &

Wilkins.2002.

3.  Bondi E.E.et al. A Lange Clinical manual Dermatology Diagnosis and Therapy. 1 sted.

Appleton Lange.1991

4.  Sterling JC, Kurzt JB. Viral Infection. In : Champion R.H et al (eds)

Rook/Wilkinson/Ebling. Texbook of Dermatology.6 th.Oxford : Blackwell Scientific

Publication, 1998 : 1458-69

5.  Tring S.K. et al eds. Antiviral agents and the treatment of Viral disease in Dermatology.

Dermatology Therapy. Blackwell Science Ltd, 2000.13:2.

Hasil Pembelajaran :

1.  Faktor Resiko Herpes Zoster :

- Usia lebih tua

- Jenis kelamin perempuan

- Kontak dengan penderita varicella

- Immunocompromised

2.  Penegakan diagnosis Herpes Zoster : anamnesis, pemeriksaan fisik & pemeriksaan

 penunjang (Zank Test)

3.  Tatalaksana Herpes Zoster : penatalaksanaan umum & khusus.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1.  Subjektif :

Keluhan Utama: Bintil-bintil berair di dada kiri.

Pasien datang dengan keluhan utama Bintil-bintil di dada sejak 3 hari yang lalu.

Awalnya pasien merasakan nyeri pada dada sebelah kiri. Kemudian muncul sedikit

 bercak kemerahan di dada kiri lalu menjadi semakin banyak dan menjalar ke daerah

leher dan punggung. Pada bercak kemerahan tersebut lalu muncul Bintil-bintil yang

makin lama makin bertambah banyak. Mlenting berisi cairan jernih, dan gatal.

Page 3: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 3/10

3

Sebelumnya, pasien merasa demam dan sakit kepala 5 hari sebelum ke Puskesmas

Turen. Pasien juga mengeluh sengkring-sengkring di daerah dadanya sejak 2 hari

SMRS. Riwayat mata merah (-), sakit tenggorokan (-). Riwayat cacar air (+). Riwayat

vaksin varicella saat pasien masih kecil (-). Pasien mengatakan bahwa salah seorang

tetangganya mempunyai gejala serupa dengan pasien.

2.  Objektif :

A. Pemeriksaan fisik :

Status Dermatologi :

L : Dada kiri, leher kiri, punggung kiri.

D : Unilateral sesuai dermatom C4,C3, dan T2

R : Vesikula dengan dasar eritematus, bentuk bulat, batas tegas, bergerombol dengan

ukuran bervariasi 1-3 mm, isi cairan jernih.

Page 4: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 4/10

4

Gambar Pasien

Status Generalis 

 Keadaan umum  : baik

  Gizi : cukup

  Higiene : cukup

  Berat badan : 55 kg

  Tinggi badan :168 cm

  BMI :19,48 kg/m2 

Tanda Vital :

  Kesadaran : compos mentis

  Tek.Darah : 120/80 mmHg

   Nadi : 88 kali/menit

  Pernapasan : 16 kali/menit

  Suhu : 36,5 C

Page 5: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 5/10

5

Status present

  Kepala : mesosephal

  Mata : Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik,

 

Telinga: Secret ( - )

  Hidung : Secret ( - )

  Mulut : Lidah Kotor tidak ada, gigi karies tidak ada.

  Leher : Kaku Kuduk (-)

  Thorax : Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL Sinistra

Perkusi : LHM : ICS V MCL sinistra

RHM : SL dextra

Auskultasi : HR : 88 x/menit, Reguler, Murmur ( – ),

Gallop (-)

 Pulmo

Inspeksi : Simetris, Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak

nafas ( - )Palpasi : SF D=S

Ketinggalan gerak nafas ( - )

Perkusi : Sonor di semua lapangan paru kanan dan kiri

Auskultasi : Vesikuler di semua lapangan paru, Rh (-), Wh (-)

  Abdomen : I : flat

P : hepar dan lien tidak teraba.

A : BU (+) N

  Extremitas : Akral hangat, edema -/-, cyanosis (-)

Status neurologis :

  GCS 456

 

MS : B I/II (-), KK (-), K (-)

   N. cranialis : PBI 3 mm/ 3 mm, RC (+)

Page 6: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 6/10

6

 N. V : dalam batas normal

 N. VII : dalam batas normal

 parese (-)

  Motorik : 5 5

5 5

  Sensorik : N N

 N N

  RF : +2 +2

+2 +2

  RP : - -

- -

ANS : dalam batas normal 

3.  Assesment (penalaran klinis) :

Pasien wanita/ Ny.S / 58 th, datang dengan keluhan utama bintil-bintil

 berair di dada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Awalnya pasien

merasakan nyeri pada dada sebelah kiri. Kemudian muncul sedikit bercak kemerahan

di dada kiri lalu menjadi semakin banyak dan menjalar ke daerah leher dan punggung.

Pada bercak kemerahan tersebut lalu muncul bintil-bintil yang makin lama makin

 bertambah banyak. Bintil tersebut berisi cairan jernih, dan gatal. Sebelumnya, pasien

merasa demam dan sakit kepala 5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien

 juga mengeluh sengkring (nyeri menjalar) di daerah dadanya sejak 2 hari SMRS.

Riwayat mata merah (-), sakit tenggorokan (-). Riwayat cacar air (+). Riwayat vaksin

varicella saat pasien masih kecil (-).

Dari anamnesa yang ada, gejala-gejala yang terjadi pada pasien

menunjukan ke arah diagnosa penyakit Herpes zoster. Hal ini dikarenakan kondisi

 pasien sesuai dengan faktor resiko timbulnya penyakit HZ. Pertama, pasien

merupakan wanita dengan usia yang semakin tua. Salah satu faktor risiko yang kuat

untuk terjadinya Herpes zoster adalah usia lebih tua. Penyakit ini biasanya

mempengaruhi orang-orang dewasa yang memiliki kekebalan tubuh sedang menurun.

Seseorang dengan lanjut usia secara fisiologis mekanisme pertahanan tubuhnya

semakin rendah. Virus herpes merupakan virus yang terdapat dimana-mana, tetapi

Page 7: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 7/10

7

 bila seseorang memiliki kekebalan tubuh yang baik, maka jarang terkena kondisi ini.

Virus Herpes merupakan virus laten yang hidup di jaringan tubuh manusia. Ketika

seseorang mempunyai riwayat menderita penyakit varicella, virus varicella-zoster

(VZV) berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf

sensoris dan didistribusikan secara centripetal melalui serabut saraf sensoris ke

ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus

tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, namun tetap mempunyai

kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus.

Reaktivasi kemudian disebut sebagai Herpes zoster, dimana varicella dan Herpes

Zoster disebabkan oleh virus yang sama. Reaktivasi ini akan terjadi bila kondisi

seeorang berada dalam keadaan yang immunocompromized, seperti kelelahan,

keganasan, penggunaan radioterapi, imunosupresif dan penggunaan kortikosteroid

lama dapat merupakan pencetus untuk timbulnya Herpes Zoster.

Riwayat ini sesuai dengan kondisi pasien Ny. S. Selain faktor usia, pasien

 pernah menderita varicella saat masih kecil. Menurutnya, dahulu pasien belum pernah

melakukan vaksin varicella. Diduga, karena belakangan ini pasien kelelahan bekerja,

akibatnya, kondisi fisik pasien menurun, sehingga terjadi reaktivasi virus laten yang

terdapat pada ganglion dorsalis atau nervus kranialis.

Faktor lain melaporkan meningkatnya resiko herpes zoster termasuk jenis

kelamin perempuan. tetapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Pada pengobatan Herpez zoster terdapat dua macam penatalaksanaan, yitu

 penatalaksanaan umum & khusus.

A.  Umum

1.  Analgetika : ex.Metampiron 4x1tablet

2.  Bila ada infeksi sekunder : Antibiotik Eryhtromycin 250-500 mg. Dicloxacilling :

125-250mg 3xsehari, dan lain-lain.

3.  Lokal :

-bila basah : kompres larutan garam faali

-bila erosi salep sodium fusidat / salep acyclovir

-bila kering : bedak salicyl 2%

B.  Khusus

Acyclovir

Dosis ; dewasa : 5x800 mg selama 7-10hari.

Page 8: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 8/10

8

Tujuan utama terapi Herpez zoster pada orang dewasa adalah selain

mempercepat proses penyembuhan juga untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

akut dan mencegah terjadinya neuralgia pasca herpes.

Pemberian obat antivirus merupakan salah satu dari beberapa intervensi untuk

mempercepat proses penyembuhan dan mempersingkat lamanya nyeri.

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya

valasiklovir. Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5 x 800 mg sehari dan biasanya

diberikan 7 hari, paling lambat dimulai 72 jam setelah lesi muncul berupa rejimen

yang dianjurkan. Indikasi pemberian asiklovir pada herpes zoster :

1.  Pasien berumur ≥ 60 tahun dengan lesi muncul dalam 72 jam.

2.  Pasien berumur ≤ 60 tahun dengan lesi luas, akut dan dalam 72 jam.

Pasien dengan lesi oftalmikus, segala umur, lesi aktif menyerang leher, alat

gerak, dan perineum (lumbal –  sakral). Rejimen terapi untuk Varisela-zoster :

ACYCLOVIR FAMCICLOVIR VALACYCLOVIR

Zoster 5 x 800 mg setiap

hari selama 7 –  10

hari

500 mg TID

selama 7 hari

1 g TID selama 7

hari

“Disseminated

 zoster” (dosis

anak)

20 mg/kg IV

setiap 8 jam

selama 7 hari

- -

“Disseminated

 zoster”(dosis

dewasa)

10 mg/kg IV

setiap 8 jam

selama 7 hari

- -

Pengobatan lain yang juga dipakai antara lain kortikosteroid jangka pendek

dan diberikan pada masa akut, pemberian steroid ini harus dengan pertimbangan ketat.

Indikasi pemberian kortikosteroid ialah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus

sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Diberikan prednison dengan

dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan bertahap. Dengan dosis

 prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan

obat anti viral. Dikatakan kegunaanya mencegah fibrosis ganglion.

Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk

mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan

kompres terbuka. Kalo terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.

Untuk neuralgia pasca herpes, pemberian awal terapi anti virus telah

diberikan untuk mengurangi insidens. Menurut FDA, obat pertama yang dapat

Page 9: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 9/10

9

diterima untuk neuralgia paska herpetic ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik

daripada obat gaba yang analog yaitu gabapentin, karena efek sampingnya lebih

sedikit, lebih poten (2  –  4 kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih

sederhana.16 Dosis awal 2 x 75 mg sehari, setelah 3  –  7 hari bila responnya kurang

dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimum 600 g sehari.16 Efek

sampingnya berupa dizziness, dan somnolen yang akan menghilang sendiri, jadi obat

tidak perlu dihentikan. Terapi topikal seperti krim EMLA, lidokain  patches, dan krim

capsaicin dapat digunakan untuk neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat

digunakan untuk kompres basah. Kompres diletakkan selama 20 menit beberapa kali

sehari, untuk maserasi dari vesikel, membersihkan serum dan krusta, dan menekan

 pertumbuhan bakteri. Solutio Povidone-iodine sangat membantu membersihkan

krusta dan serum yang muncul pada erupsi berat dari orang tua. Acyclovir topikal

ointment diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk pasien imunokompromised yang

memerlukan waktu penyembuhan jangka pendek.

 Namun karena pasien Ny. S masih dalam masa pengobatan, belum diketahui

apakah penyakit pasien telah berkembang timbul neuralgia pasca herpes. Sehingga,

 pengobatan neuralgia paska herpez belum diberikan. 

4.  Plan :

Diagnosis: Tzank Test  sarana di RS Bhayangkara tidak ada

WDx: Herpes Zoster

Terapi:

-  Metampiron 4x1tablet

-  Acyclovir 5x800 mg

-  Salep Na Fusidat oint

-  Kompres dengan NaCl pada bagian yang basah

Pendidikan : memberian edukasi kepada pasien mengenai penyebab timbulnya penyakit,

menjelaskan cara-cara menghindari berbagai faktor resiko yang berperan, sebagai contoh :

-  Menjaga kondisi tubuh dengan baik, makan makanan yang bergizi.

-  Memberi saran agar anggota keluarga yang masih kecil dilakukan vaksin sebagai

salah satu upaya pencegahan berkembangnya Varicella-zoster di masa mendatang.

Page 10: Rifka - HZ

7/18/2019 Rifka - HZ

http://slidepdf.com/reader/full/rifka-hz 10/10

10

Konsultasi : menyarankan pasien untuk segera konsul pada tenaga medis atau dokter apabila

dalam pengobatan yang sudah dilakukan tidak terdapat perbaikan atau berkembangnya

gejala-gejala yang baru.