riau - tugas [01 - kota dalam angka]

33
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan berbagai pusat kegiatan sehingga kota berfungsi sebagai pusar pelayanan bagi wilayah pengaruhnya. Selain itu kota juga merupakan pusat perkembangan, yang mengakibatkan perkembangan kota menjadi lebih pesat, dan kota menjadi tujuan migrasi penduduk dari wilayah sekitarnya. Titik awal perkembangan suatu kota, dimulai dari pusat kotanya, dan pada perkembangan selanjutnya kota akan membentuk pola dan struktur serta bentuk kota tertentu. Pola ini dipengaruhi oleh faktor- faktor yang mendorong dan membatasi perkembangan kota, yaitu penduduk, kegiatan, dan kondisi fisik kota. melihat dari kondisi pada sektor perencanaan wilayah dan kota, kami tertarik untuk mengkaji tentang kota Tanjung Pinang di kepulauan Riau. Bahwa Kota Tanjung Pinang memiliki beberapa potensi salah satunya adalah pada sektor pariwisata yang dimana pada aspek sarana dan prasarana yang diberikan oleh Tanjung Pinang memberikan suatu suguhan yang sangat menarik untuk dikembangkan. Potensi tepi laut yang dimiliki Kota Tanjung Pinang di Kepulauan Riau menjadi tujuan utama dalam pengembangan pada sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat yang dimana kami melakukan riset dan penelitian analisis tentang kota

Upload: muhammad-arif-piliang

Post on 29-Nov-2015

126 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas pwk

TRANSCRIPT

Page 1: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan berbagai pusat kegiatan sehingga kota berfungsi sebagai pusar

pelayanan bagi wilayah pengaruhnya. Selain itu kota juga merupakan pusat perkembangan,

yang mengakibatkan perkembangan kota menjadi lebih pesat, dan kota menjadi tujuan

migrasi penduduk dari wilayah sekitarnya.

Titik awal perkembangan suatu kota, dimulai dari pusat kotanya, dan pada

perkembangan selanjutnya kota akan membentuk pola dan struktur serta bentuk kota tertentu.

Pola ini dipengaruhi oleh faktor- faktor yang mendorong dan membatasi perkembangan kota,

yaitu penduduk, kegiatan, dan kondisi fisik kota.

melihat dari kondisi pada sektor perencanaan wilayah dan kota, kami tertarik untuk

mengkaji tentang kota Tanjung Pinang di kepulauan Riau. Bahwa Kota Tanjung Pinang

memiliki beberapa potensi salah satunya adalah pada sektor pariwisata yang dimana pada

aspek sarana dan prasarana yang diberikan oleh Tanjung Pinang memberikan suatu suguhan

yang sangat menarik untuk dikembangkan.

Potensi tepi laut yang dimiliki Kota Tanjung Pinang di Kepulauan Riau menjadi

tujuan utama dalam pengembangan pada sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat yang

dimana kami melakukan riset dan penelitian analisis tentang kota TanjungPinang Kepulauan

Riau. hanya saja pada sektor ini banyak memiliki kendala dalam pengembangannya

dikarenakan SDM pada kota TanjungPinang ini masih rendah ini terjadi karena kurang tertib

dan disiplinnya masyarakat untuk memelihara kenyamanan untuk seluruh penggunanya.

Adapun masalah masalah yang timbul sehubungan dengan perkembangan kota Tanjung

Pinang Kepulauan Riau, diantaranya :

1. Penataan tempat ditepi pantai, karena Kota Tanjung Pinang masih banyak yang

menggunakan area tepi pantai yang dijadikan sebagai lahan berdagang.

2. Pertumbuhan penduduk, diakibatkan oleh perkembangan kota Tanjung Pinang yang

menjadi lebih baik yang menjadikan tumbuh dan berkembangnya jumlah

pengangguran dan pengemis.

Page 2: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

2

3. Penggunaan lahan sembarang, ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang sulit

akan mencari lahan yang tepat untuk dijadikan pemukiman sehingga terjadi

pembangunan rumah liar.

pemerintahan harus menyusun perencanaan pembangunan infrastuktur jalan, drainase,

tata kota, penanganan permasalahan sosial dan lainnya secara terarah, tegas dan matang

sehingga hasilnya dapat dirasakan secara cepat oleh masyarakat Tanjungpinang.

Pemerintah kota Tanjungpinang juga harus menangani permasalahan kependudukan yang

muncul akibat pertumbuhan penduduk secara cepat di Tanjungpinang. Pempkot

TanjungPiang bersinergi dan menyusun rencana pengembangan TanjungPinang untuk jangka

waktu 10,25 hingga 50 tahun mendatang. Rencana pembangunan infrastruktur dan sosial

yang tersusun dengan baik, tidak tumpang tindih dan tidak terintegrasi dan mempercepat

pembangunan TanjungPinang.

1.2 Tujuan Dan Sasaran

1.2.1 Tujuan

Tujuan dari analisis tentang pengembangan TanjungPinang adalah untuk

meningkatkan pengetahuan tentang potensi dan kendala di berbagai aspek dan di

bidang tertentu yakni:

1. untuk mempelajari dan mengenali kondisi pertumbuhan dan pengembangan

TanjungPinang yang dilihat dari aspek dan bidang tertentu.

2. untuk menyajikan informasi tentang perubahan kondisi yang berkembang di

TanjungPinang baik aspek tata guna lahan maupun aspek sosial dan ekonominya

3. untuk menjelaskan isu dan kendala yang mengenai berbagai aspek pada

masyarakat dan pemerintahan yang menjadi beberapa tantangan untuk pemerintah

setempat.

1.2.2 Sasaran

Sasaran dari analisis ini mengenai berbagai aspek yang menjadi kendala untuk

pemerintah adalah :

1. Aspek tata guna lahan, menjadi sasaran dalam menganalisis TanjungPinang dan

sekitarnya yang dimana TanjungPinang ini memiliki berbagai potensi SDA dan

Page 3: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

3

yang menjadi utamanya pada sektor industri untuk peningkatan pendapatan bagi

penduduknya.

2. Aspek kependudukan, aspek ini juga menarik untuk di analisis karena ini menjadi

salah satu kendala dalam mengatur pertumbuhan penduduk. Dan munculnya

masalah akibat cepatnya pertumbuhan penduduk dan memacu pada masalah tata

guna lahan, sosial dan ekonomi.

3. Aspek ekonomi, aspek ini menjadi salah satu sasaran karena pendapatan utama

masyarakat TanjungPinang pada bidang industri perikanan, pariwisata dan

sebagainya.

4. Aspek sosial, aspek ini juga mengacu pada laju pertumbuhan penduduk yang

dapat dilihat dan dibedakan dari status sosialnya.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah

Dalam ruang lingkupnya Tanjung Pinang terbagi atas beberapa wilayah di sekitarnya

yakni Kabupaten Kepulauan Riau berada disebelah utara, Kabupaten Kepulauan Riau dan

Batam berada disebelah selatan, Kabupaten kepulauan Riau berada disebelah timur dan

Kabupaten Kepulauan Riau dan Batam berada disebelah barat. Dengan memiliki luas

wilayah 239,5 Km yang terbagi atas luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Tanjung Pinang

Timur (83,5 km2) sedangkan kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Tanjung

Pinang Barat (34,5 km2).

TanjungPinang menurut astronomis terletak antara 0º 51’ 30” - 0º 59’ 8” Lintang

Utara dan 104º24’ - 104º 34’ Bujur Timur. Kota Tanjung Pinang terdiri dari 4 kecamatan

yaitu Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Tanjung Pinang Kota,

dan Tanjung Pinang Barat.

Page 4: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

4

Gambar 1.1

Peta Tanjung Pinang menurut administrasi wilayah 2011

1.3.2 Ruang Lingkup Materi

a. pengumpulan data dan informasi, kegiatan ini bertujuan mendapatkan

informasi baik kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan kegiatan

identifikasi di kota Tanjung Pinang.

b. analisis keadaan dan tingkat perkembangan wilayah kota tanjung pinang dari

aspek kebijakan kependudukan perekonomian sarana dan prasarana serta

aspek transportasi.

Metodologi

1. Identifikasi permasalahan di kota Tanjung Pinang dari berbagai aspek.

2. Mengetahui gambaran umum kota Tanjung Pinang dari berbagai aspek.

3. Identifikasi karakteristik kota Tanjung Pinang dari berbagai aspek.

4. Identifikasi tingkat perkembangan wilayah yang di lihat dari tingkat perkembangan

berbagai aspek.

Page 5: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

5

5. Menganalisis potensi dan masalah yang ada di kota Tanjung Pinang berdasarkan

aspek aspek yang mempengaruhinya yaitu: aspek kebijakan, aspek kependudukan,

aspek ekonomi, aspek tata guna lahan, aspek sarana prasarana dan transportasi

6. Kesimpulan dan rekomendasi

1.4 Sistematika Laporan

dengan membahas berbagai pembahasan maka penyusun menuliskan dengan sususan sebagai

berikut:

BAB 1 : pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah yang ada di

suatu wilayah dengan melihat dari seluruh potensi, kendala dan

perencanaan yang berkembang di kota Tanjung Pinang Kepulauan

Riau. Yang dalam pembahasannya di informasikan secara sekitas

tentang letak wilayah dan kota demografi penduduk.

BAB 2 : tinjauan teori yang memberikan informasi tentang teori teori yang

mencakup tentang materi dan aspek apa yang akan di analisis dan

dikembangkan menurut para ahli. Dan teori yang akan di bahas dalam

pembahasan dalam analisis kota dan wilayah.\

BAB 3 : gambaran umum, yaitu pembahasan yang dimana memberikan

informasi tentang potensi wilayah pada aspek aspek yaitu: aspek

ekonomi, aspek kependudukan, aspek tata guna lahan pada bidang

industri dan aspek sosial.

Page 6: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

6

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Kebijakan

Menurut Ealau dan Pewitt (1973) teori kebijakan adalah sebuah ketetapan yang

berlaku, dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat

kebijakan tersebut. Menurt Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip prinsip

yang mengatur tindakan dan diarahkan pada tujuan tertentu dan menurut Edi Suharto

(2008:7) menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip prinsip

untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam

mencapai tujuan tertentu.

Selain 3 teori di atas kebijakan pun dapat didefinisikan sesuai dengan teori yang

mengikutinya, antara lain yaitu :

1. teori kelembagaan mamandang sebagai aktivitas kelembagaan dimana

struktur dan lembaga pemerintah merupakan pusat kegiatan politik.

2. Teori kelompok yang memandang kebijakan sebagai keseimbangan

kelompok yang tercapai perjuangan kelompok pada suatu saat tertentu.

Kebijakan pemerintah dapat dipandang sebagai nilai kelompok elite yang

memerintah.

3. Teori elite memandang kebijakan pemerintah sebagai nilai kelompok elite

yang memerintah.

4. Teori rasional memandang kebijakan sebagai pencapaian tujuan secara

efisien melalui sistem pengambilan keputusan yang tetap.

5. Teori inkremental, kebijakan dipandang sebagai variasi terhadap kebijkanan

masa lampau atau dengan kata lain kebijakan pemerintah yang ada sekarang

ini merupakan kelanjutan kebijakan pemerintah pada waktu yang lalu yang di

sertai modifikasi secara bertahap.

6. Teori permainan memandang kebijakan sebagai pilihan yang rasional dalam

situasi yang saling bersaing.

7. Teori kebijakan yang lain adalah teori campuran yang merupakan gabungan

model rasional komprehensif dan inkremental.

Page 7: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

7

2.2 Teori Kependudukan

Para ahli biasanya membedakan antara ilmu kependudukan (demografi) dengan studi-

studi tentang kependudukan (population studies). Demografi berasal dari kata Yunani demos

– penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah

studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga

faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu. Ilmu demografi juga ada yang bersifat

kuantitatif dan yang bersifat kualitatif

Demografi yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography –

Demography Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan matematik.

Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek

kependudukan secara deskriptif analitik.

Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan,

fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di

sekitarnya.

Ilmu kependudukan yang perlu mendapat perhatian kita sekarang adalah lebih

menyerupai studi antar disiplin ilmu yang dipadu dengan analisis demografi yang lazim

diberi istilah Demografi Sosial.

2.3 Teori Tata Guna Lahan

Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan

lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-

fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll. Rencana tata guna

lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang

lokasi,kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung

sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.

Manfaat perencanaan bentuk dan Massa bangunan:

a. Memperlihatkan hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan lain.

b. Menciptakan efek visual yang baik jika bangunan pada suatu daerah dirancang

“seirama”.

Page 8: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

8

c. Selain itu, dengan pengadaan peraturan ini dapat menghindari “desain yang

terlalu leluasa”.

Peraturan-peraturan yang dapat dibuat menyangkut building form and massing ini adalah :

a. Ketinggian

b. Bulk

c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

d. Penutup bangunan

e. Garis jalan

f. Gaya

g. Skala

h. Material

i. Tekstur

2.4 Teori Transpotasi

Transportsi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang atau manusia dari suatu

tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakannya. Perpindahan atau pergerakan

manusia merupakan hal yang sangat penting harus dipikirkan khususnya didaerah perkotaan,

sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang kehidupan perekonomian.

Ciri utama prasarana transportasi adalah melayani pengguna, bukan merupakan

barang atau komoditas. Oleh karena itu prasarana tersebut tidak mungkin untuk disimpan

atau digunakan hanya digunakan pada saat diperlukan. Sistem prasarana transportasi harus

selalu dapat digunakan dimana pun dan kapan pun, karena jika tidak kita akan kehilangan

manfaatnya. Pada dasarnya sistem prasarana transportasi memiliki 2 peran utama, yaitu:

a. Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan didaerah perkotaan.

b. Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia atau barang yang timbul akibat adanya

kegiatan didaerah perkotaan tersebut.

2.5 Teori Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses

upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia

Page 9: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

9

maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai

denganrencana.

Moenir (1992 : 119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan,

perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam

pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan

organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa

sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses

kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama,

yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki fungsi

utamasebagaiberikut:

1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu.

2) Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa.

3) Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin.

4) Lebih memudahkan/sederhana dalam gerak para pengguna/pelaku.

5) Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin.

6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan.

7) Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang mempergunakannya.

Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana yang dimaksud di atas berikut ini akan

diuraikan istilah sarana kerja/fasilitas kerja yang ditinjau dari segi kegunaan menurut Moenir

( 2000 : 120) membagi sarana dan prasarana sebagai berikut :

1) Peralatan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi langsung sebagai alat produksi

untuk menghasilkan barang atau berfungsi memproses suatu barang yang berlainan fungsi

dan gunanya.

2) Perlengkapan kerja, yaitu semua jenis benda yang berfungsi sebagai alat pembantu tidak

langsung dalam produksi, mempercepat proses, membangkit dan menambah kenyamanan

dalam pekerjaan.

3) Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda yang berfungsi membantu

kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya mesin ketik, mesin pendingin ruangan, mesin

absensi, dan mesin pembangkit tenaga.

Page 10: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

10

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA TANJUNG PINANG

Kota Tanjungpinang adalah salah satu Daerah Tingkat II sekaligus merupakan ibu

kota dari Provinsi Kepulauan Riau di Indonesia dengan Koordinat 0º5' Lintang Utara; 104º27'

Bujur Timur. Kota ini memiliki pesona menarik dengan beragam kultur budaya suku dari

hampir seluruh Indonesia masuk ke kota ini, dengan bahasa Melayu yang masih tergolong

klasik, dan sedikit unik terdengar di telinga orang-orang dari luar kota namun memiliki daya

tarik tersendiri. Kota ini memiliki cukup banyak area wisata seperti Pulau Penyengat yang

hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari pelabuhan laut Tanjungpinang, pantai Trikora dengan

pasir putihnya kurang lebih 65 km dari kota dan pantai Cermin di pusat kota.

Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi kota dengan UU Nomor 5 Tahun 2001

tanggal 21 Juni 2001. Ada kota kecil berjarak kurang lebih 24 km dari kota ini yang bernama

kota Kijang.Pelabuhan laut Tanjungpinang hanya untuk kapal-kapal jenis feri dan feri cepat

termasuk juga speedboat untuk akses domestik ke Batam dan kota-kota lain di Riau Daratan

dan Kepulauan Riau, serta akses internasional ke Malaysia dan Singapura.

Gambar 3.1

Letak kecamatan di Kota Tanjung Pinang

Page 11: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

11

Batas Wilayah :

- Sebelah utara   : Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan.

- Sebelah Selatan : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.

- Sebelah Barat   : Kecamatan Galang Kota Batam.

- Sebelah Timur   : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.

Ditinjau dari sudut topografi, Kota Tanjungpinang terletak pada dataran

rendah,tanahnya berawa, dan hutan bakau. Keadaan tanahnya kurang baik untuk pertanian

karenamerupakan tanah podsolig kuning merah. Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh dua

musim, yaitu hujan dan kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan

Juni. Sedang musim kemarau terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Kota ini beriklim tropis

dengan temperatus terendah dan tertinggi adalah 18 C dan 27 C.7 Tekaqnan udara terendah

1.010,2 mbs dan tertinggi 1.013,7 mbs. Kelembaban udara rata-rata di kota ini adalah 61 %

sampai dengan 91 %.

3.1 ASPEK KEBIJAKAN

Agar pelaksanaan pembangunan Kota Tanjungpinang dapat mencapai tujuan

sebagaimana yang telah ditetapkan, maka strategi pembangunan Kota Tanjungpinang adalah :

1.     Memanfaatkan secara optimal keunggulan potensi sumber daya alam dan posisi

strategis kota Tanjungpinang untuk menciptakan peluang-peluang ekonomi dan sosial

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran, serta pengembangan

kota.

2.    Mengoptimalkan peranan pemerintah kota dalam menjalankan tugas pokok dan

fungsinya sebagai administratur, stabilisator, dinamisator, fasilitator dan advokasi di

bidang pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan.

3.    Meningkatkan kemitraan pemerintah kota dengan seluruh elemen masyarakat dalam

melaksanakan pembangunan di segala bidang guna peningkatan kesejahteraan dan

kemakmuran masyarakat, serta pengembangan kota.

4.    Membenahi dan mengembangkan infrastruktur fisik kota, baik kualitas maupun

kuantitas guna meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat dan memperlancar

aktifitas serta dinamika pembangunan dan kemasyarakat.

Page 12: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

12

5.    Menciptakan suasana dan situasi yang kondusif bagi pengembangan investasi,

pengembangan ekonomi yang berbasis kerakyatan, aktifitas politik, sosial dan budaya

serta penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

 Arah Kebijakan;

1.  Meningkatkan mutu sumber daya manusia, melalui :

Pengembangan pendidikan jalur luar sekolah dan pelatihan sesuai kebutuhan pasar

tenaga kerja dan pembangunan.

Pengembangan aspek sosial budaya masyarakat dalam rangka membangun dan

mengembangkan nilai-nilai sosial baru berkenaan dengan peningkatan kualitas

sumber daya manusia.

PeMeningkatkan mutu sumber daya manusia aparatur pemerintahan kota agar dapat

memberikan pelayanan yang prima.

2.   Mengembangkan potensi ekonomi rakyat dan potensi perekonomian daerah dengan

mengembangkan akses Tanjungpinang ke pusat-pusat pertumbuhan di kawasan Riau

Kepulauan serta Singapura dan Malaysia, melalui :

Pengembangan kegiatan-kegiatan ekonomi baru, baik yang berskala kecil dan

menengah/besar melalui kemitraan usaha atas dasar saling membutuhkan dan saling

menguntungkan antara usaha-usaha yang telah ada maupun yang telah direncanakan

baik usaha pemerintah, swasta mapun asing (luar negeri).

Pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat Kota Tanjungpinang agar lebih

diversifikatif, melalui perluasan akses terhadap pemodalan, informasi pasar,

tekonolig, skill maupun manajemen dan asset produksi

3. Menciptakan situasi yang kondusif untuk peningkatan investasi dan perekonomian

kota, melalui :

Pengembangan kemampuan masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam menjaga

keamanan dan ketertiban masyarakat serta mewujudkan otonomi daerah dalam

rangka menghadapi era globalisasi dan demokratisasi.

Peningkatan kemampuan segenap komponen kekuatan keamanan dan ketertiban

masyarakat agar terwujud keamanan dan ketertiban serta situasi yang kondusif bagi

pembangunan dan pengembangan kreatifitas masyarakat.

Page 13: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

13

Pengembangan dan perwujudan manajemen pemerintahan kota yang bersih,

berwibawa dan akuntabel sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, guna dapat

memberikan pelayanan prima bagi masyarakat.

Penggalian sumber-sumber baru Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber

keuangan daerah lainnya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah kota dalam

pembiayaan pembangunan dan pengelolaan pemerintahan.

3.2 ASPEK FISIK

Gambar 3.2Peta tata guna lahan di Kota Tanjung Pinang

Pulau dompak yang terletak di Kecamatan Bukit Bestari Tanjung Pinang sebelah

barat dari Tanjung Pinang Kota. Di pulau ini tepatnya di Kecamatan Bukit Bestari

merupakan kawasan yang digunakan untuk pengolahan industri terbesar di Tanjung

Pinang, yang terdapat kawasan industri, kawasan industri perikanan rakyat, kawasan

pelabuhan. Karena perekonomian Tanjung Pinang di peroleh dari sektor industri, dilihat

dari tahun 2011 PDRB tertinggi pada sektor indusri sebesar 595.181 yang terus

bertambah dari tahun sebelumnya dengan penaikan sebesar 21,97% dari tahun

sebelumnya.

Page 14: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

14

3.3 ASPEK KEPENDUDUKAN

Komposisi penduduk Kota Tanjungpinang didominasi oleh penduduk muda/ dewasa.

Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah perkembangan

penduduk usia 0-4 tahun lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-

9 tahun, hal ini dapat menunjukkan adanya indikasi tingkat pertumbuhan yang tinggi atau

dapat dikatakan meningkatnya angka fertilitas (kelahiran).

Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk perempuan. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih

dari 100 persen yakni sekitar 103,49 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa untuk setiap

103 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan di Kota Tanjungpinang. Secara

absolut jumlah penduduk laki-laki sebanyak 95.285 dan penduduk perempuan 92.074

dengan tingkat pertumbuhan sebesar 2,21 persen. Kepadatan penduduk Kota

Tanjungpinang pada periode 2008-2010 mengalami peningkatan. Ini disebabkan makin

bertambahnya jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang. Dengan luas wilayah sebesar

239,5 km2, setiap km ditempati penduduk sebanyak 782 jiwa pada tahun 2010.

Grafik 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Page 15: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

15

Tabel 3.1

Jumlah Pertumbuhan Penduduk Dan Jumlah Kelompok Umur

http://tanjungpinangkota.bps.go.id/index.php/penduduk.htmlsenin,16 desember 2012 jam 19.30

Tabel 3.2

Penduduk Kota Tanjungpinang Menurut Jenis Kelamin

Kecamatan KelurahanPenduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

TanjungPinang Barat

Tanjung Pinang Barat 10.729 10.477 21.206Kemboja 8.745 8.480 17.225

Kampung Baru 6.274 5.956 12.230Bukit Cermin 5.353 5.479 10.832

Jumlah 31.101 30.392 61.493

TanjungPinang Timur

Melayu Kota Piring 9.632 9.109 18.741Kampung Bulang 4.895 4.811 9.706

Air Raja 5.939 5.737 11.676Batu Ix 9.687 8.997 18.684

Pinang Kencana 11.522 11.123 22.645Jumlah 41.675 39.777 81.452

Tanjungpinang Kota

Tanjung Pinang Kota 3.810 3.826 7.636Kampung Bugis 4.887 4.165 9.052

Senggarang 2.281 2.072 4.353Penyengat 1.306 1.288 2.594

Jumlah 12.284 11.351 23.635Bukit Bestari Tanjung Pinang Timur 5.907 5.701 11.608

Dompak 1.430 1.302 2.732Tanjung Ayun Sakti 6.883 6.961 13.844

Sei Jang 9.842 9.750 19.592

Uraian 2008 2009 2010Jumlah Penduduk (Jiwa) 178.877 183.315 187.359Pertumbuhan Penduduk (%) 2,56 2,48 2,21Sex ratio (%) 99,26 99,13 103,49Kepdatan Penduduk (Jiwa/Km2)

747 765 782

Jumlah Rumah Tangga (Ruta)

47.049 49.039 47 637

% Penduduk Menurut Umur0-14 Tahun 31.12 27.24 28.6215-64 Tahun 66.57 68.95 68.1665- Tahun 2.31 3.81 3.22

Page 16: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

16

Tanjung Unggat 8.117 7.907 16.024Jumlah 32.179 31.621 63.800

Total 117.239 113.141 230.380Laporan Bulan Desember Tahun 2011

3.4 ASPEK EKONOMI

Indeks harga konsumen yang sering digunakan sebagai indikator kenaikan harga-

harga terlihat meningkat dari tahun ke tahun di beberapa kelompok pengeluaran yang

terpilih di Tanjungpinang. Indeks tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu

143,87 meningkat dari tahun 2009 yaitu 127,95. Sedangkan untuk kelompok transportasi,

konsumsi dan jasa keuangan terjadi penurunan Indeks dari 112,05 tahun 2009 menjadi

111,48 pada tahun sebelumnya.

Jika dilihat dari tingkat inflasi sebagai tolak ukur kestabilan perekonomian daerah

terlihat bahwa tingkat inflasi Kota Tanjungpinang masih berfluktuasi, tahun 2010 tingkat

inflasi di Kota Tanjungpinang tercatat 6,17 persen atau terjadi kenaikan indeks dari

118,39 pada bulan Desember 2009 menjadi 125,69 pada bulan Desember 2010.

Secara umum perkembangan harga eceran beberapa komoditi di Kota Tanjungpinang

terus merambat naik. Komoditi minyak goring curah mengalami kenaikan yang cukup

signifikan, kenaikannya mencapai 61,16 persen di akhir tahun 2010. Sedangkan untuk

komoditi tepung terigu mengalami penurunan harga dari 7.000,- rupiah pada tahun 2009

menjadi 6.467,- rupiah tahun 2010.

Tabel 3.3

Perekonomian Pada Bahan Pangan

Uraian 2008 2009 2010IHK (2007=100)

Bahan Makanan 128,87 127,95 143,87

Makanan Jadi, Minuman, Rokok 122,11 129,32 135,05

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 105,46 106,16 113,11

Transportasi, konsumsi dan Jasa 114,77 112,05 111,48

Page 17: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

17

Keuangan

Umum 116,72 118,39 125,69

Tabel 3.4

Display Ekonomi PDRB Kota Tanjungpinang

Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah ( Harga Konstant )

SektorTahun

2009 2010 2011Rupiah (juta) % Rupiah (juta) % Rupiah (juta) %

Pertanian 46.880 1,98 48.185 1,90 49.611 1,83Pertambangan 1.313 0,06 1.358 0,05 1.401 0,05Industri Pengolahan

536.880 22,72 568.751 22,47 595.181 21,97

Listrik & Air 14.645 0,62 17.703 0,70 18.793 0,69Pembangunan 337.794 14,29 370.526 14,64 417.437 15,41Perdagangan, Hotel & Restoran

661.444 27,99 707.083 27,94 747.845 27,60

Angkutan/ Komunikasi 375.599 15,89 401.136 15,85 432.492 15,96

Bank/Perumahan 189.928 8,04 205.088 8,10 224.170 8,27Jasa 198.804 8,41 210.876 8,33 222.523 8,21Total 2.363.288 100 2.530.706 100 2.709.453 100Laju Pertumbuhan 46.880 - 48.185 7 49.611 7

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/ekonomipdrb.Rabu, 19 desember 2012 jam 6.20

3.5 ASPEK SARANA DAN PRASARANA

Dalam pengembangan sarana dan prasarana yang ada di Kota Tanjung Pinang yaitu pengembangan dibidang

3.5.1 Sarana Umum

Sarana Kesehatan

Tabel 3.5

Lokasi Sarana Kesehatan Umum Rumah Sakit

No Rumah sakit Alamat1 RS Antam Bauksit Jl. Kesehatan C. 36, Tg Pinang2 RS AL Dr Midiyato S Jl. Ciptadi No.1, Tanjung Pinang3 RSU Tanjung Pinang Jl. Sudirman 795, Tanjung Pinang

Page 18: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

18

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/ekonomipdrbsenin, 16 desember 2012 jam 18.30

Sarana Pendidikan

Keberhasilan dibidang pendidikan suatu daerah erat kaitannya dengan

ketersediaan fasilitas pendidikan. Untuk jenjang pendidikan SD sederajat di Kota

Tanjungpinang pada tahun ajaran 2010/2011 seorang guru rata-rata mengajar sebanyak

17 murid. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP rata-rata seorang guru mengajar

18 murid, dan dijenjang SMA beban seorang guru hanya mengajar 14 siswa.

Rasio murid sekolah untuk tingkat SD sekitar 351, sedangkan untuk SMP dan

SMA sebesar 335 dan 403, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

Peningkatan rasio ini dikarenakan bertambahnya jumlah murid yang sekolah,

sebaliknya jumlah gedung sekolah tidak bertambah. Rata-rata lama sekolah

mengindikasikan tingginya tingkat pendidikan suatu daerah. Selama tahun 2008-2010

rata-rata lama sekolah di Kota Tanjungpinang tidak mengalami perubahan yaitu sekitar

9 tahun atau pendidikan dasar sampai tingkat SMP.

Kemampuan baca tulis mencapai lebih dari 90 persen. Sebaliknya, angka buta

huruf di Kota Tanjungpinang hanya sekitar 2,68 persen, kemungkinan disebabkan oleh

kondisi pendidikan pada masa lalu, dimana waktu itu partisipasi sekolah penduduk

masih rendah.

Tabel 3.6

Data Penduduk Yang Dapat Pendidikan

Uraian 2008 2009 2010Angka melek huruf

Laki-laki 99,11 98,50 98,50Perempuan 96,91 96,77 96,10

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

9,20 9,24 9,42

Angka partisipasi sekolah7-12 Tahun 99,4 99,6 99,0613-15 Tahun 95,2 96,2 91,6816-18 Tahun 70,2 74,7 77,8

http://tanjungpinangkota.bps.go.id/index.php/pendidikan.html16 desember 2012 jam 18.05

Page 19: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

19

3.5.2 Prasarana

Komponen Air Bersih

Sistem pelayanan air bersih saat ini dikelola oleh PDAM Tanjung Pinang. Dengan

tingkat pelayanan sampai saat ini baru mencapai 45%. Pengambilan dari air permukaan

dan waduk Sei Pulai yang mempunyai kapasitas 264 l/dt digunakan sebagai sumber air

baku bagi Instalasi Pengolahan Air Bersih (WTP). Sistem pengolahan penuh dan

chlorinasi yang digunakan untuk memproduksi air bersih dengan kapasitas 40 l/dt dan 50

l/dt. Kota Tanjung Pinang dengan jumlah penduduk 137.356 jiwa, membutuhkan air

bersih sebesar 13.735.600 liter/hari. Jumlah ini diperhitungkan dari jumlah penduduk

dikalikan dengan jumlah/kebutuhan dasar penduduk untuk klasifikasi kota sedang (100

lt/org/hr). Namun PDAM Tanjung Pinang baru dapat memproduksi sebanyak 7.776.000

liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan peningkatan kapasitas produksi sebanyak

5.959.600 liter/hari, atau 68,98 liter/detik. Dari kapasitas produksi yang ada, telah

terpasang Sambungan Rumah sebanyak 8.366 unit sambungan, terdiri dari : 7.013 SR, 31

HU, 220 Sambungan Sosial, 1.102 Sambungan Niaga, semuanya dalam kondisi aktif.

Setiap sambungan rumah ratarata digunakan 5-6 orang. Untuk Hidran Umum akan

melayani 15 jiwa. Walaupun demikian, tingkat pelayanan air minum terhadap penduduk

kota baru mencapai 45%.

Komponen Persampahan

Tingkat Pelayanan kebersihan kota, dapat dilihat dari jumlah sampah yang terangkut

dan jumlah penduduk yang terlayani. Kota Tanjung Pinang, setiap harinya terdapat 200

M3 timbunan sampah, jumlah sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai

ketempat TPA adalah 76,8 M3/hari, presentase baru 32 %. Sebagian masyarakat

melakukan pemusnahan sampah dengan melakukan pembakaran dipekarangan

rumahnya. Dengan asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari,

maka kebutuhan komponen persampahan Kota Tanjung Pinang Sesuai dengan standar

kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3 liter/orang/hari, Kota Tanjung

Pinang dengan jumlah penduduk 137.356 jiwa, menghasilkan 412,07 m3/hr timbulan

sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk dikalikan 3/1000 (m3/hr). Namun

Kota Tanjung Pinang baru dapat mengelola sebanyak 76,8 m3/hr. Sehingga banyaknya

sampah yang belum terlayani adalah 335,27 m3/hr. Sampai saat ini Tempat Pembuangan

Page 20: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

20

Akhir telah tersedia dengan Iuas Iahan 5 Ha. jarak ke TPA dari Pemukiman kurang lebih

5 km. Metode yang digunakan adalah open dumping. Jumlah peralatan yang digunakan ;

Bin container 27 Unit, Truk Biasa kapasitas 6 m3 2 unit, Gerobak 1 m3 70 buah, TPS

sementara model papan 10 buah, TPS permanen 6 buah, transfer Depo Tipe II 2 buah,

Truk sampah 432 buah. Pola pelayanan dan mobilitas masih rendah, Personil jumlah 26

Orang ; 18 Orang tenaga teknis dan 8 tenaga non teknis.

Komponen Sanitasi / Limbah Cair

Kondisi pembuangan air limbah domestik di kawasan Tanjung Pinang saat ini adalah

Tangki septic tank, dan sebagian tanpa bidang resapan ( dengan sistem pengurasan

melalui jasa pembuangan air limbah tinja) dan sebagian dibuang ketempat lahan kosong.

Cubluk gall dibuang langsung ke parit / sungai yang bermuara ke laut. Kondisi ini

menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah. Tingkat pelayanan air limbah sudah

mencapai 40 %. Untuk produksi limbah, setiap manusia diasumsikan memproduksi

limbah cair sejumlah 0,2 lt/org/hr. Angka ini merupakan kebutuhan ideal dari setiap

penduduk pada kelas kota sedang. Sehingga didapatkan asumsi produksi limbah di Kota

Bengkulu ini sejumlah 27.471 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan ideal produksi

limbah setiap manusia dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Tanjung Pinang.

Komponen Drainase

Tanjung Pinang yang memiliki ketinggian antara 0 sampai 70 meter ini mengalami

curah hujan yang termasuk dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 100 - 300 per tahun.

Drainase yang ada memanfaatkan saluran – saluran alam dengan kondisi topografi yang

ada. Saluran-saluran induk perkotaan yang ada berfungsi sebagai saluran pembuang

utama bagi sistim drainase kota. Saluran air hujan hampir seluruhnya berupa saluran

terbuka, sedangkan saluran tertutup umumnya terdapat diwilayah pusat kota. Sungai–

sungai sebagai saluran pembuang bagi drainase yang ada antara lain adalah ; sungai

Gusus, sungai Sipayung , sungai Jang dan sungai Dompak. Saluran drainase yang ada

terdiri dari 14.240 Meter sistim drainase Major, 53.108 Meter Sistim drainase Minor,

serta sistim drainase tersier sepanjang 30.555 Meter. Saluran drainase di kota ini bisa

dikatakan cukup baik, karena sebagian besar dalam kondisi sedang (kondisi Baik 15 %,

sedang 67 % dan kondisi rusak 18 %). Cakupan pelayanan dikota ini cenderung kurang

luas, hanya 4% dari total luas wilayah Kota Tanjung Pinang.

Page 21: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

21

3.6 ASPEK TRANSPORTASI

Jalan merupakan sarana penunjang transportasi khususnya untuk transportasi darat.

Untuk mendukung kelancaran perhubungan darat, pemerintah Kota Tanjungpinang telah

membagun jalan sepanjang 375,49 km. Dari total panjang jalan yang ada, sekitar 25,85

persen masih dalam keadaan baik, sedangkan jalan dengan kondisi rusak mencapai 22,69

persen. Dibandingkan dengan tahun 2009, kondisi jalan yang masih baik mencapai 40,54

persen

Penambahan kendaraan bermotor di Kota Tanjungpinang pada periode 2008-2010

terlihat terus meningkat. Jumlah sepeda motor tahun 2010 naik sebesar 22,83 persen

dibanding tahun lalu, dari 58.644 tahun 2009 menjadi 72.034 tahun 2010. Begitu juga

dengan jumlah kendaraan bermotor lainnya, kenaikannya mencapai 54,53 persen

dibanding tahun 2009.

Tabel 3.7

Jumlah Jalan Dan Alat Transportasi

Uraian 2008 2009 2010Panjang jalan (km)Aspal 188.43 210.93 289.50Kerikil/ Semen 5.22 5.73 30.50Tanah 52.35 50.16 55.50Jumlah KendaraanMobil Penumpang 1 093 1 170 1 328Microbus 109 159 119Truck 1 598 2 070 1 902Pickup 1 216 934 1 450Jeep 1 232 1 258 1 407Sepeda Motor 57 189 58 644 72 034

http://tanjungpinangkota.bps.go.id/index.php/transportasi.htmlsenin, 16 desember 2012 jam 19.15

Akses transportasi Kota Tanjungpinang merupakan kota otonom yang berdiri

berdasarkan UU No. 51 tahun 2001. Kota Tanjungpinang terdiri atas 4 kecamatan dan 18

kelurahan. Menurut data BPS Kepulauan Riau, jumlah penduduk Tanjungpinang adalah

11,2% dari jumlah penduduk Kepulauan Riau. Pembangunan yang masih berpusat di

Page 22: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

22

beberapa titik dan memakan waktu yang lama menyebabkan timbulnya masalah

kemacetan. Meskipun Tanjungpinang dikategorikan sebagai Kota dengan ruang lingkup

kecil namun masyarakat Tanjungpinang masih saja dihadapkan pada problem akses

transportasi yang padat layaknya kota-kota besar di Indonesia. Dengan semakin

meningkatnya jumlah kendaraan roda empat dan dua, Pemerintah Kota Tanjungpinang

telah membagun jalan sepanjang 375,49 km. Dari total panjang jalan yang ada, sekitar

25,85% masih dalam keadaan baik, sedangkan jalan dengan kondisi rusak mencapai

22,69%. Dibandingkan dengan tahun 2009, kondisi jalan yang masih baik mencapai

40,54%. Penambahan kendaraan bermotor di Kota Tanjungpinang pada periode 2008-

2010 terlihat terus meningkat.

Jumlah sepeda motor tahun 2010 naik sebesar 22,83% dibanding tahun lalu. Dari

58.644 pada tahun 2009 menjadi 72.034 pada tahun 2010 (Bappeko Tanjungpinang).

Terhitung kecepatan peningkatan jumlah kendaraan di Kota Tanjungpinang pada Februari

2012 yaitu 1.650 unit. Jumlah kendaraan yang terus meningkat dengan ruas jalan yang

tidak di perlebar menjadi masalah utama akses transportasi yang macet.

Daftar Pustaka

Bps kota tanjung pinang

Page 23: Riau - Tugas [01 - Kota Dalam Angka]

23

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2106962-pengertian-sarana-

dan-prasarana/#ixzz2FPRrGYmb

Harian umum haluan kepri

http://kherjuli.wordpress.com/2012/11/08/penataan-ruang-kota-tanjungpinang-

masuk-dalam-tata-ruang-kawasan-strategis-nasional

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2281627-teori-kependudukan/

#ixzz2FJiWHGhT

http://noviastilalasati.blogspot.com/2012/11/akses-transportasi-rth-di-kepriau.html

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/ekonomipdrb

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/ekonomipdrb