rhenald kasali blogspot com 22

Upload: arya-setyaki

Post on 03-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    1/9

    Beranda

    SENIN, 28 NOVEMBER 2011

    The Cute And The Hot - Jawapos 28 N0vember 2011

    Banyak Lelaki berpikir harus ganteng dulu supaya bisa dapat pacar. Tetapi saya justru banyak

    menemukan lelaki keren mentereng yang kesulitan mendapatkan pasangan. Kejadian seperti ini

    sama persis seperti yang dialami anak-anak muda, yang baru merintis usaha yang habis-habisan

    fokus pada produk kebanggaannya.

    Seorang remaja misalnya, komplain kepada adik-kakaknya yang kesemuanya perempuan.Sebagai satu-satunya anak lelaki ia merasa ada yang kurang beres. Ia lalu bertanya kepada

    adiknya, apakah saya kurang keren? Adiknya berkata dengan bahasa gaul kakak cute kok!

    Cute berarti keren, tidak jelek, si adik menyimpulkannya setelah bergunjing dengan geng-nya di

    sekolah, tetapi mengapa kakak cute tidak dapat cewek?

    HOT: Action

    Mudah saja dijawab, ternyata cewek-cewek itu bukan mencari yang cute, melainkan yang hot.

    Cowok-cowok yang keren sering kali tidak hot, manja, menunggu dilamar, tinggi hati, dan hanya

    sibuk berdandan. Sekarang Anda jadi mengerti bukan, mengapa banyak perempuan cantik yang

    tidak jatuh ke pelukan laki-laki cute? Bahkan Anda sering menghujat, lha kok cowoknya parah

    banget? Nggak selevel? Masalahnya, merekalah yang berani mendatangi, bolak-balik tak kenal

    lelah.

    Itulah reality show. Sekali lagi bukan yang cute, melainkan yang hot-lah yang dicari. Ini sama

    persis dalam dinamika bisnis di era Cracking Zone. Pasar bukan mengejar produk yang cute,melainkan yang hot. Barang-barang yang cute tidak beredar, sedangkan yang hot, meski kurang-

    kurang sedikit, bahkan maaf, kadang juga yang kurang bagus, melenggang lancar di pasar karena

    ia digerakkan, pemikiknya aktif mendatangi pasar.

    Saat menulis kolom ini saya pun sedang berada di Banda Aceh, menghadiri Festival Kopi Aceh tak

    jauh dari Masjid Raya kesohor itu. Di antara tenda-tenda peserta, saya mendatangi UMKM binaan

    Rumah Perubahan secara on the spot. Dengan jelas kami bisa membedakan mana saja UMKM

    yang akan maju dan mana yang akan diam di tempat: Mereka yang diam itulah yang tendanya

    bagus dan asyik sendiri. Sedangkan yang hot, aktif mendatangi. Ini sama persis dengan UMKM

    yang dibawa pemda-pemda ikut pameran ke luar negeri.

    UMKM yang hot sudah siap dengan aneka brosur dan kartu nama, sedangkan yang cute sibuk

    menyiapkan display produk dan stand. Kita tahulah bagaimana kerja birokrasi yang masih banyak

    digerakkan prinsip sekedar menghabiskan anggaran. Dengan prinsip itu, pemerintah sudah pasti

    tidak mendapatkan lokasi pameran yang hot. Jadi letaknya tidak pada posisi yang strategis,

    menyempil di dalam-dalam kotak yang tersudut. Pada posisi seperti ini, Departemen Perdagangan

    lebih senang menghabiskan uangnya untuk membuat desain stand yang cute, ditambah

    sejumlah kegiatan Public Relations yang ditopang wartawan dari dalam negeri.

    Wartawan yang tidak kritis tertipu habis karena hanya menyajikan berita betapa cute-nya stand

    pameran Indonesia. Seakan-akan yang cute itulah yang sukses. Statistik yang diberikan

    pemerintah juga amat impresif. Tapi tanyakanlah kepada pelaku-pelaku UMKM yang cute tadi,

    apakah betul mereka mendapatkan order?

    Beberapa tahun yang lalu ada anak muda yang ikut pameran pariwisata yang amat terkenal di

    Berlin. Sewaktu saya kunjungi saya tertegun karena ia tak berada di dalam area stand pemerintah

    Indonesia. Ia berkeliling sambil membawa sebuah hand luggage beroda dan bersama temannya

    membagi-bagikan brosur pada para pengunjung yang keluar dari area standpemerintah Malaysia,

    Turki, Thailand, atau Israel. Maklum itulah empat negara yang gencar berpromosi dan paling

    banyak dikunjungi calon-calon buyer dan travel agents.

    Sementara pelaku-pelaku pariwisata Indonesia mengeluh pada pemerintah karena pamerannya

    gagal, anak muda itu justru mendapatkan pacar, yaitu order dari mancanegara.

    Jadi, cracking zone ini memang penuh jebakan batman, kita mengira segala yang cute akan

    digemari, nyatanya tidak demikian. Sama juga dengan wirausahawan-wirausahawan muda yang

    hanya sibuk dengan pengembangan produk tok.Produk yang cute tak akan otomatis bergulir.

    Blog ini bukanlah blog pribadi RhenaldKasali, melainkan blog yang berisi kumpulanartikel beliau yang dimuat di berbagai mediamassa di Indonesia.

    TENTANG BLOG INI

    Rhenald Kasali adalah dosen Fakultas

    Ekonomi Universitas Indonesia dan KetuaProgram Pascasarjana Ilmu ManajemenFakultas Ekonomi universitas tersebut.Selain bergerak sebagai akademisi, priabergelar Ph. D. dari University of Illinois ini

    juga produktif menulis. Buku-buku yangditulisnya selalu menjadi perhatian kalanganbisnis dan hampir semua bukunya menjadibest seller di kalangan mahasiswa.

    Berikut beberapa buku yang telah ditulis Prof.

    Rhenald Kasali.

    Sembilan Fenomena Bisnis - 1997

    Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi,

    Targeting danPositioning, Gramedia

    Pustaka Utama (1998)

    Sembari Minum Kopi Politiking di

    Panggung Bisnis, Gramedia Pustaka

    Utama

    Sukses Melakukan Presentasi, Gramedia

    Pustaka Utama (2001)

    Change!, Gramedia Pustaka Utama

    (2005)

    Recode Your Change DNA, Gramedia

    Pustaka Utama (2007)

    Mutasi DNAPowerhouse, Gramedia

    Pustaka Utama (2008)

    Wirausaha Muda Mandiri, Gramedia

    Pustaka Utama (2010)

    Myelin: Mobilisasi intengibles sebagai

    kekuatan perubahan, Gramedia Pustaka

    Utama (2010). Buku ini menjadi rujukan

    perusahaan-perusahaan besar di

    Indonesia

    Cracking Zone, Gramedia Pustaka Utama

    (2011)

    Selain mengajar di Universitas Indonesia, ia

    juga menjadidosen terbang di Program

    Magister ManajemenUniversitas Sam

    Ratulangi, Universitas Tanjung Pura,

    Universitas Udayana, dan Universitas

    Lampung.

    Atas kerja kerasnya, Rhenald mendapatkan

    beberap penghargaan sebagai berikut.

    Piagam Penghargaan Satya Lencana

    PROFIL RHENALD KASALI

    Penghargaan

    2Share More Next Blog Create Blog Sign In

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://id.wikipedia.org/wiki/Gramedia_Pustaka_Utamahttp://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Illinoishttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/cute-and-hot-jawapos-28-n0vember-2011.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Satya_Lencana&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Lampunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Udayanahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Universitas_Tanjung_Pura&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Sam_Ratulangihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Program_Magister_Manajemen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dosen_terbang&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gramedia_Pustaka_Utamahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Positioning&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Targeting&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Segmentasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bukuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mahasiswahttp://id.wikipedia.org/wiki/University_of_Illinoishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_Manajemen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dosenhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/cute-and-hot-jawapos-28-n0vember-2011.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    2/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 20:57 Tidak ada komentar:

    Malaysia saja alamnya tak se-cute Indonesia bisa mendapatkan turis lebih banyak. Tentu bukan

    karena prinsip the cute. In real life, the hot is the darling!

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    MINGGU, 27 NOVEMBER 2011

    Medali Emas - Sindo 24 November 2011

    Berjalan mengelilingi Kota Namlea, tiba-tiba seseorang menyebut nama mantan seorang atlet

    sepak bola terkenal,yang pernah jaya di era tahun 1970-an. Semua orang lalu hanyut

    menceritakan prestasinya.

    Saya masih ingat namanya sering disebut radio dan koran.Tetapi, benarkah itu atlet yang dulu

    menjadi pujaan masyarakat? Berambut gimbal, baju compang-camping, dan lusuh, kaki penuh

    debu. Seorang teman menyebutkan persoalan yang dia hadapi. Setelah masa kejayaan,dia harus

    kembali ke masyarakat. Ijazah sekolah tidak ada, pengalaman kerja apalagi.Yang ada di sakunya

    hanya medali emas yang pernah didapatkan tim PSSI saat dia bergabung.

    Tetapi, sekarang medali itu sudah tidak ada lagi. Depresi, gila, atau entah apa namanya.Hidup

    terlunta- lunta tak ada perhatian. Nama besar tinggal sejarah. Lain lagi dengan Jumain, mantan

    atlet dayung nasional yang sering meraih medali emas. Meski tidak seburuk pemain bola tadi,Jumain yang pernah memperkuat SEA Games XV (1989) hanya bisa bekerja sebagai penjaga

    kapal di pantai MarinaSemarang dengan upah Rp500.000.

    Nasib Jumain tidak lebih baik dari Marina Segedi yang meraih medali emas pencak silat pada

    SEA Games XIII (1981) di Filipina. Meski perempuan, Marina kini berprofesi sebagai sopir taksi di

    Jakarta. Nasib atlet-atlet tua yang saya sebut di atas sungguh menyesakkan dada, selain

    gelanggang olahraga nasional pasca-SEA Games atau PON yang tak terurus, ternyata atlet-atlet

    yang pernah berprestasi juga kurang mendapat perhatian.

    Saya juga pernah membaca mantan juara tinju kelas Bantam Yunior (1987) yang menjadi

    pemulung dan sebagainya. Nasib mereka tak sehebat Rudy Hartono, Liem Swie King, atau Icuk

    Sugiarto yang sukses hidup sebagai pengusaha. Sementara hari ini, 24 November 2011, atlet-atlet

    peraih medali emas SEA Games akan mendapatkan insentif sebesar Rp200 juta per orang per

    medali. Kita perlu mengingatkan bahwa uang sebesar itu bisa saja mengubah hidup menjadi lebih

    baik, namun bisa juga sebaliknya.

    PLC

    Ibarat produk, setiap atlet juga memiliki PLC (product life cycle) yang relatif pendek. Atlet adalah

    profesi yang cemerlang di usia muda.Paling panjang, seorang atlet di dunia amatir dapat

    bertahan antara 1012 tahun.Lewat usia tertentu, siklus hidupnya akan berakhir. Padahal usia

    muda hanya sementara, dan untuk meraih prestasi, seorang atlet harus mengabdikan hampir

    seluruh masa mudanya untuk olahraga.

    Seperti atlet golf perempuan asal Korea Selatan, Seri Park, yang meninggalkan dunia sekolah,

    atlet-atlet kita juga banyak yang melakukan hal serupa. Selain fokus, sebagian atlet diketahui juga

    berasal dari kalangan kurang mampu yang memperbaiki nasib keluarga melalui olahraga. Kalau

    olahraga yang ditekuninya favorit, dia bisa mencetak prestasi setiap tahun dalam kurun waktu

    tertentu.

    Dan kalau wajahnya khas dan ceritanya unik, mereka bisa mendapat rezeki sampingan, baik

    sebagai bintang iklan,bintang layar lebar, atau yang lebih beruntung lagi mendapat kan mertua

    yang hebat. Tetapi berapa banyak atlet yang beruntung seperti Ade Rai, Taufik Hidayat, atau Rudy

    Hartono? Tentu tidak banyak,bukan? Dalam kurun waktu PLC yang pendek itu kita perlu

    mengingatkan para atlet agar mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum masa emasnya

    berakhir.

    Jendela emas yang hanya berlangsung 1012 tahun itu berlangsung begitu cepat, dan mereka

    perlu berpikir keras agar tidak bernasib seperti seniorsenior mereka yang kurang beruntung. Sikap

    setiap orang terhadap masa depan tentu berbeda- beda.Ada yang jauh-jauh hari sudah berpikir dan

    mempersiapkan diri, namun ada juga yang masih ingin bersenang- senang menikmati masa muda

    dengan uang yang berlimpah dan penuh pujapuji.

    Kalau seorang atlet meraih empat medali emas ditambah beberapa medali perak dan perunggu,

    dia hampir pasti akan membawa bonus minimal sebesar Rp1 miliar.Ini tentu bukan jumlah yang

    kecil. Namun, seperti orang pensiunan yang selama bertahuntahun hanya terlatih menjadi

    pegawai,sudah pasti seseorang akan mudah terjerumus dan kebingungan, seorang yang tidak bisa

    mengelola uang perlu dibekali dengan perencanaan keuangan yang sehat.

    Lakukanlah Investasi

    Orang-orang dulu percaya bahwa hemat adalah pangkal kaya. Meski saya hampir tak pernah

    melihat orang yang menjadi kaya karena hidupnya sangat hemat, saya juga tidak melihat ada

    masa depan di tangan orang-orang yang boros. Atlet-atlet yang cerdas tentu perlu merencanakan

    Karya Satya 10 tahun dari Presiden

    Republik Indonesia , Piagam No.

    112451/4-22/2004

    Penghargaan "KREATIVITAS" di bidang

    Pendidikan dari Yayasan Pengembangan

    Kreativitas, Yayasan Pengembangan

    Kreatifitas , Surat No. 46/SK-YPK/IV/2005

    Piagam Penghargaan dari Rektor

    Universitas Indonesia sebagai Penulis

    Buku , UI , Piagam Penghargan Rektor UI

    tgl. 9 Mei 2005

    Alice & Charlote Biester Award (1995)

    Dosen Terbaik, FEUI (2003)

    Pada 4 Juli 2009, Rhenald dinobatkan

    menjadi guru besar Ilmu Manajemen di

    Universtas Indonesia. Saat pengukuhannya

    sebagai guru besar, Rhenald membawakan

    orasi ilmiahberjudul "Keluar dari Krisis:

    Membangun Kekuatan Baru Melalui Core

    Belief dan Tata Nilai".

    sumber www.w ikipedia.com

    Guru Besar

    PENGIKUT

    2012 (74)

    2011 (13)

    Desember(7)

    November(6)

    The Cute And The Hot - Jawapos 28N0vember 2011

    Medali Emas - Sindo 24 November 2011

    Leadership PNS - Jawapos 21November 2011

    Conflict of Interest

    Ekonomi Kemenangan

    Surfice Dog

    ARSIP BLOG

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/surfice-dog.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/ekonomi-kemenangan.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/conflict-of-interest.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/leadership-pns-jawapos-21-november-2011.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/medali-emas-sindo-24-november-2011.htmlhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/cute-and-hot-jawapos-28-n0vember-2011.htmlhttp://void%280%29/http://rhenald-kasali.blogspot.com/2011_12_01_archive.htmlhttp://void%280%29/http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-min=2011-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2012-01-01T00:00:00-08:00&max-results=13http://void%280%29/http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=50http://void%280%29/http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Orasi_ilmiah&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=4_Juli_2009&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yayasan_Pengembangan_Kreativitas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Republik_Indonesiahttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/medali-emas-sindo-24-november-2011.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1790347387976622042&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1790347387976622042&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1790347387976622042&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1790347387976622042&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/cute-and-hot-jawapos-28-n0vember-2011.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/cute-and-hot-jawapos-28-n0vember-2011.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    3/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 18:49 Tidak ada komentar:

    tindakannya dengan penuh kehati-hatian. Yang jelas, konsumsi yang berlebihan bukanlah hal yang

    disarankan.

    Atlet yang cerdik dapat menggunakan uangnya untuk berinvestasi, baik dalam bidang pendidikan,

    bermain saham, atau investasi dalam usaha-usaha tertentu.Tetapi, sebagai seorang pemula,

    semua investasi itu harus melewati masa belajar yang panjang. Karena itu, tak ada hasil yang

    diperoleh dalam sekejap.

    Semua butuh kerja keras dan mampu mengelola rasa frustrasi, mengelola kesabaran. Apa yang

    diinvestasikan hari ini baru akan berbuah lima enam tahun ke depan. Itu pun hanya akan berbuah

    kalau jalannya benar. Saya ucapkan selamat kepada para atlet yang berprestasi dan berhati-

    hatilah dalam mengelola uang karena dia bisa menjadi sumber harapan masa depan, namun juga

    bisa menjadi sumber masalah.

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    Rekomendasikan ini di Google

    Leadership PNS - Jawapos 21 November 2011

    Banyak PNS muda yang curhat kepada saya mempertanyakan kapan birokrasi Indonesia berubah

    dari kucing (yang maaf ,malas) menjadi Cheetah (yang gesit dan cepat). Mereka gundah setelah

    membaca pernyataan Wapres Budiono yang menjanjikan transformasi birokrasi bisa berlangsung

    empat-lima kabinet. Ini berarti 20 tahun ke depan nasib dan cara kerja mereka belum berubah. Danseperti Bandara Ir H. Juanda yang butuh waktu 12 tahun dari desain sampai peresmian, maka

    begitu selesai, ia juga harus sudah diperbaiki lagi: kapasitas sudah tidak sesuai dengan

    kebutuhan, dan berubah lagi.

    Maka, kepada rekan-rekan PNS saya ingatkan bahwa perlu dilakukan terobosan leadership

    supaya hidup dan kerja tidak membosankan. Bukankah bekerja tanpa memberikan impak sosial

    tidak membahagiakan? Apa artinya mempunyai banyak proyek kalau martabat diinjak-injak

    masyarakat dan dianggap tak berguna?

    Terobosan Leadership

    Dalam banyak hal, leadership di kalangan PNS sebenarnya sudah harus banyak berubah. Ketika

    desain birokrasi diperbaiki, celakanya sebagian besar PNS terjangkit inertia, yaitu terikat

    belenggu-belenggu tradisi yang memenjarakan kaki-tangan-dan pikiran-pikirannya. Cara bekerja

    dan berpikir manusia Orde Baru, yaitu sangat mengedepankan kesetiaan pada atasan, stabilitas,

    menunggu arahan dari atas, setor muka, membacakan naskah pidato yang dibuatkan orang lain,membagikan alat-alat yang tidak sesuai dengan kebutuhan si penerima di lapangan, terlalu

    prosedural dan seterusnya.

    Selain itu manajemen birokrasi adalah manajemen yang terkunci pada model perilaku I Centric

    yang berakibat buruk pada hereditas (DNA) unit organisasi tersebut. Organisasi seperti itu bekerja

    seperti berikut ini: hanya melayani (berbicara) dengan atasan satu tingkat di atasnya (one level

    up), strategi dan informasi dikuasai pejabat senior tertentu, jabatan dipakai untuk meng-impresi

    dan menciptakan jarak (hirarki), pintu ruangan tertutup - dijaga beberapa petugas administrasi dan

    ajudan, kritik terhadap hasil kinerja orang lain sangat judgemental (menghakimi), fokus pada apa

    yang tidak bisa dikerjakan), cenderung blaming (menyalahkan), kesalahan adalah ketakutan, takut

    tidak bisa melaksanakan, sulit mendapat dukungan pelaksanaan, informasi tidak di sharing

    dengan yang lain, dilarang cross the line atau menjembatani diri dengan anak buah orang lain

    tanpa melalui atasan masing-masing, otokratik, atasan selalu benar, bawasan selalu merasa

    kurang diperlakukan secara adil, ada bagian kering ada bagian basah, menunjukkan (bukan

    membagi) apa yang saya tahu, memberi pengarahan (bukan mendengarkan), bekerja dengansarat prosedur dan tujuan utamanya adalah compliant (kepatuhan) bukan hasil, yang membuat

    Anda tidak bisa bekerja lebih jauh adalah constraint dan aturan yang dibuat sendiri, dan perintah

    atau arahan adalah dibuat dogma.

    Panjang sekali ya? Ya, seperti itulah model leadership sebagian besar PNS yang belum

    melakukan transformasi. Prosedur memang sulit kita ubah sendiri, namun leadership adalah

    urusan kita masing-masing. Inilah yang membedakan Anda sebagai leader atau follower. Leader

    mengambil inisiatif, menetapkan nada dan lagu, mengambil keputusan. Follower maaf, cuma ikut-

    ikut dan mengeluh saja, agendanya ditetapkan orang lain dan ia hanya menunggu perintah.

    Otaknya tidak aktif berpikir karena semua pekerjaan digariskan dari atas, sehingga lama-lama

    orang pintar lulusan UI, ITS, dan Unair pun jadi bodoh.

    Maka saat ini diperlukan leadership breaktrough, sudah ataupun belum reformasi birokrasi

    menyentuh para PNS di lingkungan masing-masing. Leadership breakthrough ini pada dasarnya

    adalah suatu transformasi dari cara-cara yang berpusat pada diri sendiri (I-Centric) menjadi We-Centric. Manusia I-Centric hanya bekerja untuk dirinya sendiri dan atasan satu level di atasnya

    saja. Ia disconnect terhadap dunia di sekitarnya. Setiap orang bekerja pada silosnya masing-

    masing.

    Manusia I-Centric tidak akan bisa menolong pemerintah memberikan pelayanan. Sebaliknya ,

    organisasi customer centric harus dimulai dari manusia-manusia We-Centric. Inilah manusia-

    manusia yang berorientasi pada konteks yang lebih besar dari dirinya sendiri. Manusia We (kami)

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/leadership-pns-jawapos-21-november-2011.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6472492833272868202&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6472492833272868202&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6472492833272868202&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6472492833272868202&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/medali-emas-sindo-24-november-2011.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/medali-emas-sindo-24-november-2011.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    4/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 18:46 Tidak ada komentar:

    adalah manusia yang connected (terhubung) dengan sekitarnya.

    Perhatikanlah pemerintahan-pemerintahan daerah yang maju, atau negara-negara yang sukses.

    Mereka memiliki cara kerja seperti perusahaan-perusahaan yang sukses. Sebut saja Starbucks

    atau Microsoft. Mereka sukses bukan karena teknologi atau capital, melainkan oleh manusia-

    manusia yang mampu bekerja sama dan secara kreatif dan kritis membentuk lingkungannya.

    Mereka melihat semua orang sebagai mitra yang menyampaikan experience kepada jutaan

    pelanggan setiap saat.

    Breakthrough itu akan menghasilkan manusia-manusia yang berbagi (sharing) apa saja, mulai

    dari informasi sampai pengetahuan dan pekerjaan, terlibat dalam pengambilan keputusan,

    inclusive, open-door policy, saling mendukung dan memberi semangat, fokus pada apa yang bisa

    dikerjakan, berani belajar dari kesalahan, sharing hope, dreams dan aspiration, mendukung risk

    taking, mau mendengarkan, dan memberi reward terhadap sukses.Dalam buku Record Your Change DNA, saya menemukan pegawai-pegawai yang sukses adalah

    pegawai-pegawai yang aktif berpikir dan mengerjakan apa yang dipikirkannya, bukan yang

    dipikirkan orang lain. Maka penting bagi kita menghidupkan kembali otak-otak PNS agar mampu

    memberi impak yang sehat. Selamat berubah

    Rhenald Kasali

    +2 Rekomendasikan ini di Google

    KAMIS, 17 NOVEMBER 2011

    Conflict of InterestDalam literatur, conflict of interestterjadi ketika seseorang terlibat dalam multiple interest

    (beberapa kepentingan) yang mengakibatkan seseorang harus mengorbankan (dan berpotensi

    korupsi) kepentingan lainnya.

    Kepentingan yang dikorbankan itu menjadi sorotan, terutama dalam area pekerjaan publik, di

    mana seorang pejabat atau pengemban tugas publik tidak mampu memisahkan antara

    kepentingan personal (pribadi)-nya dan kepentingan publik (rakyat). Dalam mengemban tugas

    publik, setiap orang pasti akan mengalami konflik itu, dan hampir pasti kepentingan publik selalu

    dikalahkan,sehingga conflict of interest harus dikelola, dimitigasi dengan aturan-aturan dan kode

    etik yang memadai.

    Menurut Mac Donald & Norman, sebagaimana ditulis dalam Journal of Business Ethics (Agustus

    2002),The integrity of public sector officers and processes is fundamental to the rule of law, and

    as conflict of interest are a major risk in all areas of government it is crucial that they be identified

    and managed. If they are not, and public officials put their private interest above the public interest

    there is the potential for serious misconduct and corruption

    Aturan-aturan dan undangundang harus mengedepankan kepentingan publik dan dikawal

    pelaksanaannya,karena sejak dari awal proses pembuatan setiap undang-undang itu terdapat

    proses conflict of interest, yang memungkinkan berbeloknya kepentingan publik ke dalam

    kepentingan masing-masing personal.

    Demikian pula dalam pelaksanaannya. Karena itu, mengembangkan aturan atau undangundang

    yang mampu membentuk budaya pelayanan publik yang bebas conflict of interestmenjadi sangat

    krusial demi terbentuknya kepercayaan yang besar pada lembagalembaga eksekutif, legislatif, dan

    yudikatif.

    Budaya organisasi yang sangat mengedepankan kepentingan pribadi di gedung parlemen telah

    menjadi tontonan rakyat sehari-hari.Adalah hal yang biasa disaksikan, dua orang wakil

    rakyat,bahkan yang berasal dari fraksi yang sama, bertengkar menyerang pejabat publik yang

    diundang dalam rapat dengar pendapat karena masing-masing memiliki kepentingan pribadi

    terhadap kebijakan yang dibuat pihak eksekutif.

    Dalam interaksi saya dengan para pemimpin (CEO) badan usaha milik negara,saya sering

    mendengar keluhan kesulitan menghadapi wakil rakyat yang tak henti-hentinya mengundang rapat

    dengar pendapat, yang sebenarnya merupakan sarana lobi untuk memasukkan atau menggolkan

    kepentingan-kepentingan bisnis pada BUMN tersebut.

    Conflict of interestseperti ini telah sangat mengganggu arah pembangunan masa depan bangsa

    dalam segala hal. Pertanyaan-pertanyaan masyarakat yang mengkhawatirkan tentang arah masa

    depan pengembangan energi nasional misalnya mudah ditelusuri dari resistensi yang diberikan

    sekelompok anggota Dewan yang berbisnis pada bidang energi konvensional yang merasa

    terganggu oleh kebijakan dalam energi terbarukan.

    Dari sebab itulah, peraturan dan perundang-undangan yang ada harus mampu membentuk budaya

    bebas kepentingan pada masyarakat luas,khususnya pada lembagalembaga publik. Tontonan

    tentang perilaku conflict of interest yang dominan di gedung parlemen, yang menjadi perhatian

    media massa, dapat membentuk budaya yang sama dalam masyarakat luas.

    Masing-masing anggota masyarakat hanya akan mengedepankan kepentingan masing-masing

    karena meniru apa yang dilakukan para pemangku kepentingan, yang akhirnya akan memupuskan

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/conflict-of-interest.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1692227354663354872&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1692227354663354872&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1692227354663354872&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=1692227354663354872&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/leadership-pns-jawapos-21-november-2011.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/leadership-pns-jawapos-21-november-2011.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    5/9

    ikatan (bonding) pada masyarakatsebagai bangsa yang mempunyai hak sama di hadapan hukum.

    Ini akan berakibat memudarkan ikatan sebagai komunitas dan bangsa.

    Masingmasing orang hanya akan fokus pada dirinya masing-masing, yaitu apa akibatnya bagi diri

    saya pribadi? dan bukan apa akibatnya bagi kita semua? (Glasser,2002). Budaya bebas

    kepentingan akan sulit dicapai bila suatu bangsa membiarkan atau seakan-akan membenarkan

    seorang pejabat publik menghadapi situasi yang jelas-jelas dia sendiri tidak dapat bertindak adil

    karena terkena akibat dari kepentingan yang diambilnya.

    Menarik juga diperhatikan, dalam beberapa tahun terakhir, pascaberakhirnya pemerintahan Orde

    Baru, sistem kelembagaan tata negara Indonesia mulai mengarah pada pembentukan budaya

    bebas kepentingan. Mahkamah Agung sudah mulai mandiri dalam menjalankan kekuasaan

    kehakiman, lepas dari pengaruh eksekutif dan legislatif.

    Peranan DPR yang dulu dimandulkan (legislasi, budget, dan pengawasan) sudah mulai dihidupkan

    dan seterusnya. Pada tingkatan yang lebih mikro, di berbagai institusi eksekutif, mulai dilakukan

    pemisahan-pemisahan pada bagian-bagian yang berpotensi mengalami conflict of interest.

    Di Kantor Pajak telah dipisahkan antara unit yang menagih pajak dan unit yang menangani

    pemeriksaan dan kebenaran. Namun, ketika lembagalembaga publik mulai membebaskan diri dari

    konflik kepentingan, saat ini kita menyaksikan pemandangan yang tidak menyejukkan dari

    lembaga legislatif, yang justru sangat sarat dan terlena dalam tradisi yang penuh dengan konflik

    kepentingan.

    Lembaga legislatif (DPR) jelas perlu melakukan transformasi mendasar untuk mengembalikan

    kepercayaan publik yang telah merosot sebagai akibat keterlenaannya terhadap pengambilan-

    pengambilan keputusan yang sarat conflict of interest. Namun, seperti yang dialami

    organisasiorganisasi publik lain,lembaga yang sangat berkuasa,atau memiliki kekuasaan yangsangat strategis, selalu saja mengalami inertia, yaitu ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari

    belenggu-belenggu yang mengikat dirinya sendiri.

    Organisasi seperti ini lalu berubah menjadi musuh masyarakat, yang biasanya justru malah

    membentengi dirinya lebih kuat lagi bila diberikan feedback untuk memperbaiki dirinya demi

    mempertahankan status quo. Selain berbagi kenikmatan, masuk ke dalam zona nyaman (comfort

    zone), mereka juga cenderung saling melindungi satu sama lain kendati rekan-rekannya

    melakukan perbuatan-perbuatan melanggar etika.

    Organisasi seperti ini akhirnya akan menjadi beban bagi suatu komunitas kumuh dan

    menimbulkan persoalanpersoalan sosial serta kesulitan beradaptasi secara mandiri. Kita sudah

    pernah menyaksikan persoalan-persoalan serupa di TNI, kepolisian, dan hampir seluruh jajaran

    birokrasi di era Orde Baru yang dibiarkan berlarut-larut sampai bangsa ini sangat kesulitan

    melakukan pembaruan.

    Mereka cenderung saling menutupi kesalahan dan pelanggaran berat yang dilakukan anggotanya.

    Karena itu,diperlukan breaktrough (terobosan-terobosan) yang datang dari luar untuk

    mengembalikan organisasi pada relnya dan menjadikan lembaga legislatif sebagai organisasi

    berintegritas yang dicintai rakyatnya.

    Organisasi seperti DPR ini hanya akan dapat kembali dipercaya kalau organisasi ini memiliki

    kemampuan mengambil keputusan yang bebas dari kepentingan. Maka itu,kemarin di hadapan

    Mahkamah Konstitusi, saya meluangkan waktu menjadi saksi ahli untuk memperjuangkan agar

    budaya conflict of interest di negeri ini dapat dihalau, dimulai dari gedung parlemen.

    Saya melihat harapan dari gedung Mahkamah Konstitusi yang dapat melihat dan meninjau

    kembali pasal-pasal UU No 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD yang sarat

    dengan masalah conflict of interest. Pertama, tentang susunan dan keanggotaan Badan

    Kehormatan (Pasal 124).Pasal ini telah membuat lembaga legislatif yang terhormat gagal

    melakukan self correction yang diperlukan untuk menjaga integritas dan kehormatannya.

    Badan kehormatan yang hanya terdiri atas kelompokkelompok yang sama dengan orang-orang

    yang melanggar etika hanya akan mempersulit geraknya sendiri dalam memperbarui dan

    membersihkan diri dari persoalan-persoalan serius yang dihadapinya.

    Hal ini terbukti dari gagalnya BK DPR menangani sejumlah anggotanya yang diadukan

    masyarakat karena persoalan-persoalan serius pelanggaran etika. Norbiss (1989) dalam Moral

    Hazards of an Executive mengatakan, prinsip-prinsip moralitas demokrasi hanya akan berjalan bila

    para wakil rakyat peduli terhadap public values.

    Kenyataannya, kita menyaksikan BK DPR yang hanya diisi para anggota DPR (perwakilan dari

    fraksi) justru semakin menjauh daripublic values, bukan karena tidak paham,melainkan karena

    tidak memungkinkan lantaran conflict of interest.

    Untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan publik, BK DPR justru diisi orangorang yangberasal dari luar lingkungannya yang bebas dari kepentingan, netral, dan tidak memiliki multiple

    interest. Hal ini sudah dilakukan di Dewan Pers, dan terakhir di Komisi Etika KPK yang

    mendapatkan sambutan positif dari masyarakat.

    Kedua, tentang larangan jabatan rangkap. Saya berkeyakinan jabatan rangkap yang sekarang

    marak dijalankan para wakil rakyat telah menimbulkan ketidakpercayaan yang sangat luas dalam

    masyarakat terhadap lembaga legislatif.Sudah menjadi rahasia umum ada tendensi di masyarakat

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDF
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    6/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 18:28 Tidak ada komentar:

    untuk menggunakan jabatan sebagai wakil rakyat demi kegiatan power marketing.

    Sebagai wakil rakyat yang dibebaskan terlibat conflict of interest kebebasan menekan dan

    memanfaatkan hubungan dengan eksekutif telah menimbulkan praktikpraktik bisnis yang tidak

    sehat, persaingan tidak sehat, dan tentu saja korupsi yang terselubung.

    Karena itu, saya merekomendasikan agar larangan rangkap jabatan (apa pun) yang sudah

    diberlakukan lembaga-lembaga publik lain hendaknya juga menjadi tradisi dan ketentuan tertulis

    yang dapat dituntut secara hukum pada lembaga legislatif.

    Larangan jabatan (apa pun) yang saya maksud apakah segala jenis kegiatan profesi apa pun

    selain menjadi wakil rakyat.Wakil rakyat yang tidak berbisnis, tidak menjalankan kegiatan

    profesional, tidak menjadi makelar,atau kegiatan ekonomi lain akan memudahkan peran untuksepenuhnya fokus menjalankan amanah konstituennya.

    Wakil rakyat yang fokus dan bebas dari kepentingan akan menjamin integritas, netralitas,

    disiplin, dan perilaku positif dalam bernegara.

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    ARTIKEL INI DIMUAT DALAM HARIAN SEPUTAR INDONESIA, 17 NOVEMBER 2011

    Rekomendasikan ini di Google

    RABU, 16 NOVEMBER 2011

    Ekonomi Kemenangan

    Tak banyak pemimpin dan politisi yang mengerti, bangsa ini rindu kemenangan. Hampir setiap

    detik. Anda pasti melihat dan mendengar kata-kata yang merupakan cerminan dari kerinduan itu.

    Perhatikanlah penggalan lirik lagu Bola (Slank) yang dinyanyikan dengan semangat memotivasi:

    Indonesia.

    Indonesia harus menang.

    Indonesia yakin menang.

    Indonesia pasti menang!.....

    Lirik itu diputar televisi berulang-ulang, baik menang maupun kalah. Maka sekalipun Kontingen

    Indonesia hanya menang kalau bertarung di kandangnya sendiri, rakyatnya pun tetap senang.

    Aneh memang, begitu melangkah keluar sedikit saja, kita selalu kalah. Ada masalah psikologis

    dan manajerial yang harus dibenahi di sini.

    Secara psikologis, sejak menapak kehidupan, rata-rata anak Indonesia selalu kalah menghadapi

    gurunya. Guru-guru lebih senang memberi kesulitan daripada dorongan dan harapan. Tak

    mengherankan bila anak-anak yang "kalah" di sekolahnya menyalurkan kekuatannya di jalan lewat

    tawuran atau di sekolah dengan bulying. Pengalaman saya bersekolah di luar negeri jauh lebih

    mudah mendapatkan nilai A ketimbang di sini. Apakah ini semua ada hubungannya dengan raport

    merah kita pada hampir semua index yang mencerminkan posisi kita di dunia global, atau hanya

    kepemimpinan yang buruk?

    Raport Merah

    Mari kita lihat index-index merah itu. Pada logistic performance index, peringkat Indonesia 2010

    turun dari posisi no 43 ke nomor 75 dari 155 negara, kalah jauh dari Singapura (2), China (13),

    Malaysia (29), Thailand (35), Filipina (44), dan Vietnam (53). Dari segi kualitas manusia - Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia (UNDP) berada pada urutan 124 dari 187 negara, jauh

    dibawah Malaysia (61). Kita tertinggal di semua sektor. Tingkat harapan hidup orang Indonesia,

    misalnya, rata-rata adalah 69,4 tahun. Sedangkan Malaysia 74,2 tahun. Begitu juga dengan

    indeks pendidikan, indikator angka harapan rata-rata tahun sekolah orang Indonesia hanya 0,584,

    jauh dibawah Malaysia 0,730.

    Belum lagi masalah korupsi, Transparancy International melaporkan, persepsi terhadap korupsi di

    Indonesia mengalami eskalasi yang signifikan. Bila pada tahun 2006 hanya 84% orang Indonesia

    yang disurvey mengatakan korupsi telah meluas di pemerintahan maka tahun ini jumlahnya naik

    menjadi 91%. Sedangkan di dunia bisnis angkanya naik dari 75 % menjadi 86%. Demikian pula

    dengan Bribe Payer Index (BPI 2011) yang memotret praktek suap yang dilakukan oleh pelaku

    usaha terhadap penyelenggara negara di luar negara domisili pengusaha menempatkan Indonesia

    pada peringkat ke-25 dari 28 negara.

    Meski di saat yang sama FDI yang masuk di Indonesia (2011) mencapai 32.20 persen dari PDB,

    kemudahan berusaha di Indonesia menurut Doing Business turun dua peringkat ke posisi 129.

    Wajarlah bila semuanya bermuara pada daya saing Indonesia yang pada tahun ini indexnya ikut

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/ekonomi-kemenangan.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5660205441793898869&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5660205441793898869&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5660205441793898869&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=5660205441793898869&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/conflict-of-interest.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/conflict-of-interest.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    7/9

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 04:20 Tidak ada komentar:

    turun dari peringkat 44 menjadi 46. Meski menang atau kalah adalah hal biasa, harus diakui

    ketidakpedulian para pemimpin dan kekonyolan karakter yang dipertontonkan para koruptor dan

    politisi membuat kita kehilangan role modeldan teladan. Kalau ini didiamkan maka bukan

    mustahil bila rakyatnya frustasi dan mengabaikan instruksi resmi dari negara.

    Perangkap Kekalahan

    Setiap bangsa yang sehat ternyata tak hanya fokus pada kemenangan. Mereka juga

    mempersiapkan bangsanya dalam menghadapi kekalahan. Dari jaringan tivi CNN saya melihat

    Yunani yang tengah dihajar badai krisis ekonomi menyikapi kekalahan dengan memberikan

    latihan yoga yang dikombinasi dengan latihan-latihan tertawa untuk menghilangkan stres kepada

    para profesional yang kehilangan pekerjaan. Beda benar dengan bangsa ini yang saat krismonmenghibur diri dengan program-program tivi yang berhubungan dengan dunia goib seperti tuyul,

    kuntilanak, Pemburu Hantu dan Uka-Uka.

    Di Jepang, saat badai tsunami menghancurkan harapan, mereka memilih cara gambaru,

    memotivasi diri agar jangan putus asa dan menyerah. Sedangkan di Amerika Serikat, asosiasi

    para coach mengeluarkan pedoman agar para pelatih tidak melacurkan diri dengan kemenangan

    jangka pendek. Apa maksudnya?

    Para coach itu menunjuk sebuah studi yang menemukan bahwa kekalahan harus dikelola untuk

    menumbuhkan karakter bagi kaum muda. National Federation of Interscholastic Coaches

    Association menuturkan para coaches di Amerika Serikat selalu menghadapi dilema karena

    masyarakat hanya mengapresiasi pemenang. Namun dilain pihak sportatau kompetisi adalah alat

    pendidikan yang efektif untuk menguji kehidupan, membangun karakter dan kepemimpinan.

    Maka dari itu coaches selalu dibekali dengan buku pedoman yang menandaskan bahwa objektif

    setiap kompetisi bukanlah mengalahkan orang lain (surpasing performance of others) melainkan

    melewati atau melebihi batas capaian pribadi (own goals).

    Saya ingin mengajak Anda kembali ke tahun 1992 yang mungkin pernah saya ceritakan tentang

    Olimpiade di Barcelona yang dikenang sepanjang sejarah. Sprinter Derek Redmon

    mendapatkanstanding applause bukan karena kemenangannya, melainkan karena jiwa besarnya.

    Ia kembali ke dalam race kendati tertinggal jauh karena paha kanannya cidera. Ia kembali

    ke race bukan untuk merebut medali emas, melainkan untuk menghormati pertandingan. Ia

    berlari tertatih-tatih diiringi tepuk tangan yang meriah dan airmata kesakitan. Meski tidak meraih

    medali emas, dunia mencatat Derek Redmon dengan kehormatan.

    Ia menorehkan kata WIN yang diartikan great leaders sebagai Whats Important Now. Kalau ingin

    maju, para pemimpin harus mulai bekerja dengan goals dan dreams yang jelas. Tanpa itu kita

    hanya akan berputar pada pusaran air yang sama, sekalipun kita meraih juara umum Sea Games

    sesaat. Tanpa goals dan dreams yang jelas kita tak akan kemana-mana. Dengarkanlah

    nasehat Lou Holtz berikut ini,"Hidup ini penuh tantangan. Suatu hari kita minumwine, besoknya kita bisa saja memetik

    anggurnya. Kita semua mengalami hal yang sama. Semua orang mempunyai kesempatan dari

    enam puluh detik ke satu menit, enam puluh menit ke satu jam, dua puluh empat jam ke satu hari.

    Yang membedakan satu dengan yang lain hanyalah apa yang Anda kerjakan dengan waktu itu

    dan siapa yang Anda ajak bicara. Seperti yang dikatakan Harrington, if youre killing time its not

    murder, but pure suicide.

    Wahai para pemimpin, dunia ini tak mengenal Ekonomi Sangkuriang yang segalanya bisa selesai

    dalam satu malam. Dunia ini memerlukan manusia yang tidak membuang waktu dan mau

    berkelahi menuntaskan setiap masalah dalam details dan proses. Tanpa goals anddreams, kita

    tak akan kemana-mana

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    ARTIKEL INI DIMUAT DALAM HARIAN JAWA POS, 14 NOVEMBER 2011

    Rekomendasikan ini di Google

    Surfice Dog

    Di akhir tahun ini, perhatian para eksekutif banyak tertuju pada seekor anjing golden retrieveryang dirawat oleh pelatihnya, Judy Fridono. Ia menjadi perhatian, bukan karena harganya ataukarena orang berebut ingin memilikinya, melainkan karena ceritanya. Para eksekutif menaruhperhatian setelah mengetahui kehidupan hewan peliharaan ini mampu mengubah cara berpikir

    manusia dalam menghadapi masa-masa sulit.

    Saya sengaja memilih topik tentang anjing penuh cinta yang kaya cerita ini untuk mengantarkan

    Anda menghadapi tahun 2012 yang jauh lebih menantang bila dibandingkan dengan situasi yang

    Anda hadapi di tahun ini. Seperti kata pepatah -- kita tak mungkin mendapat hasil yang lebih baik

    dengan cara yang sama berulang-ulang -- maka kitapun pelu mempersiapkan team yang jauh lebih

    tangguh, yang siap berubah.

    Beginilah ceritanya.

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/surfice-dog.htmlhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=7844594962068586115&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=7844594962068586115&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=7844594962068586115&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=7844594962068586115&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/ekonomi-kemenangan.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/ekonomi-kemenangan.html
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    8/9

    Service Dog Yang Gagal

    Anjing kecil yang lahir 25 Januari 2008 ini diberi nama Ricochet atau sebut saja Ricky. Meski

    bernama laki-laki, ia sebenarnya anjing betina. Dan sejak lahir, Ricky sudah mengikuti program

    yang akan membawanya menjadi service dog, yaitu anjing penuntun orang cacat, khususnya

    kaum tunanetra.

    Dari videonya yang saya pelajari, Ricky sudah diprogram sejak matanya belum terbuka. Ia dilatih

    mengikuti inderanya. Badannya bergerak mengikuti stimulus yang diberikan pelatih, dan setiap

    kali menjalankan tugas, ia diberi usapan kasih sayang yang membuat hidupnya penuh

    kehangatan.

    Pet yang cerdas ini dengan cepat menangkap segala latihan yang diberikan kepadanya.

    Mengambil payung, membuka pintu, membunyikan bel, menyalakan lampu rumah, membuka

    kulkas, mengambil makanan, menuntun majikannya melakukan perjalanan rutin dan seterusnya.

    Pokoknya ia hewan yang cerdik dan siap dilepas.

    Masalahnya, di usianya yang ke satu setengah tahun, Ricochet diketahui memiliki kegemaran

    yang membahayakan tunanetra, yaitu suka mengejar burung. Tak peduli tugas apapun yang

    sedang dijalankan ia pasti berlari mengejar kumpulan burung yang ada di dekatnya, lalu

    menghalaunya. Bayangkan apa jadinya kalau ia sedang bertugas mengantar majikan

    menyeberang jalan, tiba-tiba ada seekor burung di jalan raya yang sedang ramai. Tentu

    berbahaya.

    Menurut Judy Fridono, keadaan ini memaksanya untuk mengeluarkan Ricochet dari programnya.

    Dengan berat hati ia mulai menghentikan latihan dan bersiap-siap melepas Ricky dan melatih

    anjing lain yang baru lahir. Namun menjelang pelepasan ia berpikir kembali. "Mengapa harusfokus pada kelemahannya? Bukankah kita semua mahluk hidup memiliki kelemahan?."

    Fokus Pada Kekuatan

    Bagi Anda yang pernah terlibat dalam program transformasi, pasti masih ingat pesan yang sering

    saya sampaikan, jangan berfokus pada kekurangan atau kelemahan pada team Anda. Dan itu

    pulalah yang diyakini oleh pelatih Ricochet. Daripada berfokus pada kelemahan anjingnya, ia pun

    berfokus pada apa yang bisa dilakukan dan menjadi kekuatan Ricky.

    Kekuatan itu pasti ada dan tugas setiap coach adalah menemukan elemen-elemen kekuatan itu.

    Saya tak tahu persis apa yang menjadi kekuatan Anda, karena sebagai atasan kita hanya

    menyiapkan Anda - membuat program untuk Anda- sesuai dengan kebutuhan kita, kebutuhan

    organisasi. Kita melatih seseorang untuk kebutuhan kita, bukan untuk kebutuhan mereka.

    Bahkan sepanjang kita melakukan pekerjaan rutin seringkali kita tidak berpikir tentang kekuatan-

    kekuatan itu. Kita hanya terpaku pada job description, yaitu deskripsi tugas dari job yang kita

    dapatkan saat rekrutmen. Sekali seseorang berada di sana - sepanjang ia tak membuat ulah - ia

    akan terkunci di situ sekian tahun, lalu ia dipindahkan ke tempat lain sesuai keperluan organisasi.

    Kita jarang sekali menaruh pada kekuatan-kekuatan personal, selain kekuatan-kekuatan massal

    yang kita dapatkan dari berbagai alat ukur.

    Lalu para eksekutif terbiasa mengembangkan program bukan berdasarkan kekuatan yang dapat

    dikontribusikan anak buahnya, melainkan pada kebutuhan organisasi. Dan hasilnya tentu bisa

    diduga, ada sebagian orang yang tidak bisa mengikutinya. Apalah jadinya kalau Albert Einstein

    dipaksa ikut kursus menyanyi oleh orangtuanya, atau bila Picasso diwajibkan ikut program fisika?

    Kembali ke program yang dicanangkan untuk Ricochet, saat kesedihan datang, Judy Fritono justru

    menemukan satu kekuatan yang tidak pernah ia eksplorasi, yaitu kemampuan melakukan

    keseimbangan di atas papan selancar. Ia menemukannya saat Ricochet dilatih di atas sebuahkolam kecil. Ia dengan lincah melakukan counter balance.

    Maka menurut pelatihnya, "rather than focus on what she couldn't do, I focused on what she could

    do, which was surfing." Judy fokus di sana dan menjadikan Ricochet surfing dog, yaitu anjing yang

    melakukan surfing di atas gelombang ombak di bibir pantai. Ternyata ia memiliki kehebatan dan

    keseimbangan yang luar biasa.

    Kabar itu segera menyebar ke berbagai penjuru. Dalam hitungan bulan permintaan sudah datang

    dan seorang anak yang mengalami cidera tak bisa berjalan minta. Ia diminta diajak tandem

    berselancar dengan Ricochet. Permintaan dikabulkan, mereka tandem sungguhan, bahkan event

    itu digunakan untuk melakukan fundraising. Mereka berhasil menangguk donasi di atas 10,000

    dolar plus terapi selama tiga tahun.

    Video ini saya putar berkali-kali dihadapan para peserta program transformasi, dan mereka semua

    mngatakan ini adalah video terindah yang pernah mereka lihat, yaitu video yang menggugahmereka untuk berubah. Berfokuslah pada kekuatan, maka Anda akan mendapatkan kehebatan.

    Selamat mempersiapkan tahun yang lebih menantang.

    Rhenald Kasali

    Guru Besar Universitas Indonesia

    converted by Web2PDFConvert.com

    http://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDFhttp://www.web2pdfconvert.com/?ref=PDF
  • 7/28/2019 Rhenald Kasali Blogspot Com 22

    9/9

    Posting Lebih Baru Beranda

    Langganan: Entri (Atom)

    Diposkan oleh Rhenald Kasali di 04:15 Tidak ada komentar:

    ARTIKEL INI DIMUAT DALAM HARIAN SEPUTAR INDONESIA, 10 NOVEMBER 2011

    Rekomendasikan ini di Google

    Template Simple. Gambar template oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

    http://www.blogger.com/http://www.istockphoto.com/googleimages.php?id=5972475&platform=blogger&langregion=inhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/feeds/posts/defaulthttp://rhenald-kasali.blogspot.com/http://rhenald-kasali.blogspot.com/search?updated-max=2012-01-07T06:20:00-08:00&max-results=7&reverse-paginate=truehttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6330190658764929263&target=facebookhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6330190658764929263&target=twitterhttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6330190658764929263&target=bloghttp://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1900678470367809521&postID=6330190658764929263&target=emailhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/surfice-dog.html#comment-formhttp://rhenald-kasali.blogspot.com/2011/11/surfice-dog.html