revisi setelah sidang edit -...

49
i HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PESERTA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN AKTIVITAS KLUB PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT NYOMAN TRI PRASTINAWATI NIM. 1320025066 PEMBIMBING: Ni Made Dian Kurniasari, S.KM, MPH Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, MPH PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HALAMAN JUDUL

    UNIVERSITAS UDAYANA

    FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PESERTA

    DALAM MENGIKUTI KEGIATAN AKTIVITAS KLUB PROGRAM

    PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS DI PUSKESMAS II DENPASAR

    BARAT

    NYOMAN TRI PRASTINAWATI

    NIM. 1320025066

    PEMBIMBING: Ni Made Dian Kurniasari, S.KM, MPH

    Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, MPH

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2017

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,

    karena atas berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang

    Mempengaruhi Partisipasi Peserta dalam Mengikuti Kegiatan Aktivitas Klub

    Program Pengelolaan Penyakit Kronis di Puskesmas II Denpasar Barat”dapat

    diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

    Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan,

    petunjuk, saran serta masukan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat penulis

    selesaikan dengan baik. Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

    1. Bapak Ketut Hari Mulyawan, S.Kom, MPH selaku Kepala Bagian

    Biostatistik dak KIA-Kespro serta Pembimbing II yang telah memberikan

    nasihat dan meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan

    arahan bagi penulis.

    2. Ibu Ni Made Dian Kurniasari, S.KM, MPH selaku dosen Pembimbing I yang

    telah memberikan izin dalam penulisan skripsi ini, bersedia meluangkan

    waktunya untuk membimbing, memberikan arahan, saran serta masukan yang

    berguna bagi penulis.

    3. Pihak Puskesmas II Denpasar Barat selaku tempat peneliti mengambil data

    yang telah memberikan banyak arahan dan kemudahan dalam pengambilan

    data.

    4. Para peserta kegiatan Prolanis selaku responden yang telah mau meluangkan

    waktunya untuk proses wawancara.

    5. Bapak dr. I Ketut Subrata, M.Kes dan Ibu Cokorde Istri Sri Dharma Astiti

    selaku pembimbing selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di

  • iii

    Dinas Kesehatan Provinsi Bali yang telah memberikan banyak masukan

    sehingga membuat skripsi ini menjadi skripsi yang lebih baik.

    6. Seluruh staf pengajar, Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak

    memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

    7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

    Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu persiapan penulis

    dalam penyusunan skripsi ini.

    8. Kedua orang tua penulis Ir. I Gede Eka Suarjana dan Ni Ketut Sumartini serta

    seluruh keluarga tercinta atas dukungan dan doanya selama penulis

    menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

    Kedokteran Universitas Udayana.

    9. I Putu Marta Adi Putra selaku teman dekat yang selalu memberi motivasi,

    semangat, doa serta dukungan yang tiada henti selama pembuatan skripsi ini.

    10. Sahabat penulis selama menempuh pendidikan Nicky Dio, Rosita Pratiwi,

    Agus Purnama Wirawan, Dian Titra, Suarmini dan Seni Antari yang

    senantiasa saling mendukung dan memberi masukan untuk menyelesaikan

    skripsi ini.

    11. Sahabat penulis Prisma Adi Prawangsa dan Prihandoni Widodo yang telah

    memberikan motivasi serta dukungan dari awal hingga skripsi ini selesai.

    12. Teman-teman penulis di lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Tahun 2013 atas kebersamaannya dalam menempuh pendidikan di Program

    Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

  • iv

    13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

    memberikan dukungan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan

    pengarahan dari berbagai pihak. Namun demikian, penulis tetap bertanggungjawab

    terhadap skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

    bagi semua pihak yang berkepentingan.

    Denpasar, 20 Juni 2017

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

    1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5

    1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

    1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................... 6

    1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 6

    1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

    1.5.1 Manfaat Praktis ....................................................................... 7

    1.5.2 Manfaat Teoritis ..................................................................... 7

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8

    2.1 Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) .............................. 8

    2.2 Aktivitas Fisik (Senam) .................................................................... 11

    2.3 Kegiatan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat ......................... 12

    2.4 Hipertensi ......................................................................................... 13

  • vi

    2.5 Diabetes Melitus ............................................................................... 15

    2.6 Perilaku Kesehatan ........................................................................... 18

    2.7 Metode Regresi Logistik .................................................................. 21

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............. 26

    3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 26

    3.2 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 27

    3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ............................... 27

    3.3.1 Variabel Penelitian ............................................................ 27

    3.3.2 Definisi Operasional ......................................................... 28

    BAB IV METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 32

    4.1 Desain Penelitian ........................................................................... 32

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 32

    4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian .................................................... 32

    4.4 Pengumpulan Data ......................................................................... 34

    4.5 Teknik Analisis Data ..................................................................... 35

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit tidak menular (PTM) atau yang biasa disebut penyakit degeneratif

    merupakan penyakit yang penularannya tidak dapat terjadi dari orang ke orang.

    Penyakit ini biasa terjadi secara perlahaan, semakin lama semakin serius dan terjadi

    dalam periode waktu yang lama atau sering disebut dengan penyakit kronis (WHO,

    2015). Menurut WHO (2015) PTM merupakan penyakit yang mengakibatkan

    kematian 38 juta orang setiap tahunnya, yang diantaranya termasuk hipertensi dan

    diabetes mellitus. Dalam penyakit kardiovaskular menyebabkan kematian sebesar 17

    juta orang dan diabetes mellitus menyebabkan kematian sebesar 1.5 juta orang setiap

    tahunnya.

    Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 di Indonesia terjadi peningkatan

    proporsi PTM yaitu dari 41.7% menjadi 59.5%. Di Indonesia prevalensi hipertensi

    pada tahun 2007 yaitu sebesar 31.7% angka tersebut mengalami penurunan pada

    tahun 2013 yaitu sebesar 25,8% % asumsi penurunan bisa berbeda-beda dari

    perbedaan alat ukur dan kemungkinan lainnya, namun terjadi peningkatan prevalensi

    hipertensi berdasarkan hasil wawancara dari 7,6% pada tahun 2007 menjadi 9.5%

    pada tahun 2013 (Rikesdas, 2013). Sedangkan untuk prevalensi DM meningkat

    sebesar 2.1% ditahun 2013 dibandingkan 1.1% pada tahun 2007. Berdasarkan riset

    tersebut diperkirakan di Indonesia terdapat 3,7 juta penderita DM, dimana 69,6%

    diantaranya belum terdiagnosis (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

  • 2

    Berdasarkan laporan surveilan terpadu (STP) rumah sakit, rumah sakit sentinel

    rawat jalan dan rawat inap di Provinsi Bali tahun 2014 kasus hipertensi dan DM

    masuk ke dalam 10 besar penyakit tidak menular. Hipertensi berada pada peringkat

    pertama sebanyak 8.886 kasus dan pada posisi ketiga adalah DM dengan jumlah

    kasus sebanyak 5.271 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Dan pada tahun 2016

    Provinsi Bali terjadi kasus baru Hipertensi sebesar 31.166 kasus dan DM sebesar

    12.553 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2016). Hal tersebut menunjukan bahwa

    hipertensi dan DM masih berada pada tingkatan teratas kejadian PTM dari kasus lain

    yang ditemukan. Di Kota Denpasar jumlah kasus hipertensi menunjukan angka

    kejadian sebesar 13.551 kasus, atau sekitar 10% dari jumlah penduduk (Dinkes

    Provinsi Bali, 2015), sedangkan menurut sistem surveilan terpadu Dinas Kesehatan

    Provinsi tahun 2016 jumlah kasus DM di Kota Denpasar menunjukan angka

    kunjungan kasus baru sebesar 3.400 kasus dan terbanyak pada rentang umur 45-69

    tahun.

    Hipertensi dan DM merupakan penyakit yang memerlukan pembiayaan yang

    relatif mahal apabila tidak dikelola dengan baik, penyakit tersebut merupakan

    penyakit kronis yang akan diperberat apabila terjadi komplikasi seperti stroke, gagal

    jantung penyakit hipertensi sedangkan pada penyakit DM dapat terjadi komplikasi

    seperti luka yang tidak kunjung sembuh, kesemutan permanen dan kerusakan pada

    saraf mata. Sehingga peningkatan prevalensi hipertensi dan DM tentunya akan

    berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus

    ditanggung oleh masyarakat dan negara apabila penderita merupakan pengguna

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam era JKN ini Pemerintah melakukan

    berbagai upaya untuk menekan peningkatan kejadian penyakit degeneratif yang

  • 3

    mengalami komplikasi atau penyakit lain yang bisa terjadi, salah satunya pada

    masyarakat yang menyandang penyakit hipertensi dan DM sehingga dapat

    menurunkan beban pembiayaan yang ditanggung. Salah satunya bagi pasien JKN

    Pemerintah bersama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

    Kesehatan) bekerjasama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama menyusun

    program dengan pendekatan proaktif yang dilakukan secara terintregasi yaitu

    Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Prolanis merupakan program

    pengelolaan penyakit kronis yang menyasar pada peserta BPJS Kesehatan yang

    menderita penyakit kronis seperti hipertensi dan DM tipe 2 untuk mencapai kualitas

    hidup yang optimal dengan biaya kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS

    Kesehatan, 2014).

    Bentuk kegiatan Prolanis yang dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat

    Pertama meliputi: edukasi, home visit, reminder, pemantauan status kesehatan dan

    aktivitas klub seperti aktivitas fisik (senam). Aktivitas fisik (senam) merupakan salah

    satu cara pengelolaan penyakit yang diharapkan dapat mengendalikan penyakit tidak

    menular sehingga menghindari terjadinya komplikasi, menurut WHO (2015) setiap

    tahu 3.2 juta orang dengan PTM meninggal dikarenakan masih kurangnya aktivitas

    fisik yang dilakukan. Aktivitas fisik atau olah raga pada pasien hipertensi sangat

    memiliki pengaruh, karena pada orang yang memiliki aktivitas fisik kurang

    mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga membuat otot

    jantung bekerja lebih keras (Andria K, 2013) dan aktivitas fisik pada pasien DM

    memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah.

    Sedangkan untuk pasien hipertensi aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah

    dengan intensitas kegiatan minimal 2-3 kali/minggu (Lumempouw dkk, 2016).

  • 4

    BPJS Kesehatan di Kota Denpasar bersama dengan Faskes Tingkat Pertama

    dalam hal ini puskesmas telah melaksanakan kegiatan Prolanis. Berdasarkan data

    yang dimiliki oleh seluruh puskesmas yang ada di Kota Denpasar peserta Prolanis

    yang paling besar terdapat pada puskesmas di kecamatan Denpasar Barat. Puskesmas

    II Denpasar Barat merupakan salah satu puskesmas yang memiliki peserta Prolanis

    dengan cukup besar dan memiliki pecatatan yang baik untuk kehadiran dalam

    kegiatan aktivitas klub. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Puskesmas II Denpasar

    Barat diketahui bahwa dalam satu tahun kegiatan rata-rata jumlah kehadiran peserta

    tidak mencapai 50%, rata-rata kehadiran hanya berkisar antara 29-44% setiap

    bulannya. Berdasarkan peraturan BPJS Kesehatan no 2 tahun 2015 diketahui bahwa

    target pemenuhan rasio perserta Prolanis rutin datang ke FKTP yang termasuk ke

    dalam zona aman paling sedikit yaitu sebesar 50% dan zona prestasi paling sedikit

    sebesar 90% setiap bulannya.

    Menurut Lawrence Green (1980) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

    partisipasi yaitu, faktor predisposisi berupa pengetahuan, pendidikan, kepercayaan,

    sikap, nilai dan keyakinan; faktor pendukung berupa ketersediaan sarana dan

    prasarana kesehatan dan lingkungan; dan faktor yang terakhir yaitu faktor pendorong

    berupa sikap dan prilaku orang sekitar serta petugas kesehatan. Faktor di atas juga

    didukung oleh beberapa penelitian mengenai partisipasi dimana menurut Dita

    Angraini (2015) dimana umur yang semakin bertambah tidak dapat aktif dalam

    posyandu lansia, tingkat pengetahuan dan motivasi untuk sehat merupakan faktor

    yang mendorong partisipasi lansia (Dian Mahara, 2012) dan menurut Alif Zaenal

    (2010) dukungan keluarga juga merupakan faktor pendorong partisipasi lansia.

    Berdasarkan latar belakang di atas hal tersebut membuat peneliti ingin melihat faktor

  • 5

    apa saja yang mempengaruhi partisipasi mengikuti aktivitas klub peserta Prolanis

    pada kegiatan Prolanis

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

    adalah rendahnya partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub di

    Puskesmas II Denpasar Barat diketahui bahwa dalam satu tahun kegiatan rata-rata

    jumlah kehadiran peserta tidak mencapai 50%, rata-rata kehadiran hanya berkisar

    antara 29-44% setiap bulannya. Kejadian ini mungkin dapat diasumsikan bahwa

    program kurang diminati oleh peserta ataupun kurangnya informasi terkait program,

    atau dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum diketahui sehingga terkait

    dengan hal tersebut peneliti ingin meneliti faktor apa yang berpengaruh terhadap

    partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Prolanis

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    1. Apakah karakteristik umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi

    peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

    2. Apakah kesesuaian waktu kegiatan merupakan faktor yang mempengaruhi

    partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

    3. Apakah lama menderita penyakit merupakan faktor yang mempengaruhi

    partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

    4. Apakah tingkat pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi

    partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

    5. Apakah motivasi untuk sehat merupakan faktor yang mempengaruhi

    partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

  • 6

    6. Apakah dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi

    peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

    7. Apakah jarak tempat kegiatan merupakan faktor yang mempengaruhi

    partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis ?

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Prolanis

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui pengaruh karakteristik umur terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    2. Mengetahui pengaruh kesesuaian waktu kegiatan terhadap partisipasi peserta

    dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3. Mengetahui pengaruh lama menderita penyakit terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    4. Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    5. Mengetahui pengaruh motivasi untuk sehat terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    6. Mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    7. Mengetahui pengaruh jarak tempat kegiatan terhadap partisipasi peserta dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

  • 7

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Manfaat Praktis

    Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat dijadikan refrensi dalam

    meningkatkan pelaksanaan kegiatan Prolanis bagi BPJS Kesehatan dan Puskesmas

    sebagai pemberi layanan

    1.5.2 Manfaat Teoritis

    1. Bagi Mahasiswa

    Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan bacaan untuk

    menambah wawasan mahasiswa terkait kegiatan Prolanis yang dilaksanakan

    di Puskesmas

    2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan oleh

    mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat untuk melakukan

    penelitian lanjutan tentang kegiatan Prolanis

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penerapan metode statistik dalam

    mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta Prolanis dalam

    mengikuti aktivitas klub pada kegiatan Prolanis pada Puskesmas II Denpasar Barat.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

    2.1.1 Pengelolaan Prolanis

    Prolanis merupakan salah satu program yang dibuat oleh BPJS Kesehatan

    bekerja sama dengan Pemerintah melalui puskesmas sebagai FKTP dalam upaya

    promotif dan preventif bagi penderita penyakit kronis. Berdasarkan buku panduan

    praktis yang diterbitkan oleh BPJS dijelaskan secara detail bagaimana konsep dari

    Prolanis. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif

    yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan

    dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS

    Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang

    optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Selain itu

    kegiatan Prolanis dapat membantu BPJS kesehatan dalam meminimalisir kejadian

    PTM, dimana pembiayaan untuk pasien dengan penyakit kronis sangat tinggi, maka

    perlu dilakukan upaya pencegahan terkait penyakit kronis.

    2.1.2 Manfaat dan Tujuan Prolanis

    Manfaat dari program ini yaitu diharapkannya peserta Prolanis dapat

    mengelola kesehatan melalui edukasi, aktivitas klub dan pemantauan yang rutin

    setiap bulannya sehingga dapat meminimalisir pembiayaan yang tinggi pada penyakit

    kronis dan meminimalkan komplikasi pada penyakit lain.

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Prolanis ini adalah mendorong

    peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan

  • 9

    indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke FKTP memiliki hasil “baik”

    pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai

    panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit

    (BPJS Kesehatan, 2014).

    2.1.3 Peserta Prolanis

    Sasaran dari kegiatan Prolanis adalah seluruh peserta BPJS Kesehatan

    penyandang penyakit kronis khususnya Diabetes Melitus (DM) Tipe II dan hipertensi

    yang telah di diagnosis baik di FKTP ataupun Rumah sakit. Kegiatan Prolanis lebih

    menyasar penyandang penyakit DM tipe II dan hipertensi dikarenakan penyakit

    tersebut dapat ditangani ditingkat primer dan dilakukan untuk mencegah terjadinya

    komplikasi.

    2.1.4 Bentuk Kegiatan Prolanis

    Terdapat enam kegiatan pokok yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

    dari FKTP yang melaksanakan Prolanis, adapun bentuk kegiatan adalah (BPJS

    Kesehatan, 2014) :

    1. Konsultasi Medis

    Konsultasi medis yang dapat dilakukan oleh peserta dari Prolanis yang ingin

    melakukan konsultasi mengenai keluhan dengan dokter. Jadwal dari konsultasi

    medis dibuat berdasarkan kesepakatan pihak dokter, peserta dan fasilitas

    kesehatan.

    2. Edukasi Kelompok

    Edukasi kelompok peserta (klub) Prolanis adalah kegiatan untuk

    meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan

    mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi

  • 10

    peserta Prolanis. Sasaran dari kegiatan edukasi klub Prolanis ini adalah

    terbentuknya Klub Prolanis minimal 1 fasilitas kesehatan pengelola 1 klub.

    Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan peserta dan kebutuhan

    edukasi.

    3. Reminder Melalui SMS Gateway

    Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan

    kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi

    ke fasilitas kesehatan pengelola tersebut. Adapun sasaran dari kegiatan reminder

    SMS gateway adalah tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke

    masing-masing fasilitas kesehatan pengelola

    4. Home Visit

    Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta Prolanis

    untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta

    Prolanis dan keluarga. Adapun sasaran dari kegiatan Home Visit adalah peserta

    Prolanis dengan kriteria peserta baru terdaftar, peserta tidak hadir terapi di Dokter

    Praktek

    5. Aktivitas Klub

    Aktivitas klub di masing-masing FKTP memiliki aktivitas yang berbeda

    namun tetap mengacu pada tujuan program. Aktivitas klub dilakukan sesuai

    dengan inovasi dari masing-masing FKTP. Salah satu aktivitas klub yang

    dilaksanakan adalah senam. Senam pada setiap FKTP dilaksanakan rutin setiap

    bulannya ada yang dilaksanakan dalam waktu seminggu sekali atau terdapat juga

    FKTP yang mengadakan senam rutin 2 minggu sekali tergantung kepada

    kesepakatan FKTP dengan peserta yang mendaftar.

  • 11

    6. Pemantauan Status Kesehatan

    Pemantaun status kesehatan dilakukan oleh FKTP kepada peserta terdaftar

    yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan kadar gula darah oleh

    tenaga kesehatan. Jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan masing-masing FKTP.

    Pelaksanaan kegiatan-kegiatan Prolanis dilakukan pencatatan dan pelaporan

    terkait hasil dari pelaksanan Prolanis tersebut untuk dijadikan dokumentasi dan

    pertanggungjawaban kepada pihak penyelenggara yaitu BPJS Kesehatan

    Pencatatan dan pelaporan Prolanis menggunakan aplikasi pelayanan primer (P-

    Care).

    2.2 Aktivitas Fisik (Senam)

    Bagi para usia lanjut aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk olahraga yang

    banyak menguntungkan jika dilakukan secara teratur. Keuntungan tersebut antara

    lain berkurangnya berat badan, tekanan darah, kadar kolesterol serta penyakit

    jantung. Olahraga secara teratur juga dapat menunda efek-efek penuaan dan

    mengurangi kemungkinan depresi. Penelitian Dr. Ralph Paffenbarger pada 15.000

    alumni Harvard yang dipantaunya selama 15 tahun menunjukkan bahwa pria yang

    berolahraga secara teratur memiliki peluang lebih kecil untuk terkena hipertensi

    (Pickering, 1996). Aktivitas fisik yang akan dilakukan secara teratur diketahui dapat

    mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya tahan jantung serta

    paru-paru sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Kingwell dan Jennings, 1993).

    Keuntungan tambahan aktivitas fisik adalah terjadi pengurangan risiko

    kardiovaskuler dan diabetes lebih banyak dibandingkan dengan pengurangan berat

    badan tanpa aktivitas fisik saja (Soegondo, 2005). Salah satu aktivitas fisik yang

    dapat dilakukan adalah senam, senam merupakan aktivitas fisik yang penting karena

  • 12

    dengan senam seluruh anggota tubuh akan terolah dari bagian otak hingga ujung kaki

    (Brian J.Sharkey. 2003).

    Menurut penelitian Nurlaila dkk (2013) terdapat hubungan yang bermakna

    antara penerapan olahraga dengan rata-rata penurunan gula darah pada penderita

    diabetes dengan nilai p = 0.017 (p < α). Olahraga senam rutin pada orang yang

    berusia 40-65 tahun sangatlah memberikan pengaruh terhadap penurunan tekanan

    darah penderita hipertensi sebesar 2.9 ± 5.9 pada mmHg pada tekanan diastolik dan

    0.7 ± 3.3 mmHg pada tekanan sistolik (Abdul L, 2010). Peningkatan kualitas hidup

    rata-rata sebesar 9.27, dan nilai p value < 0.05 yang menunjukan adanya pengaruh

    yang signifikan senam terhadap kualitas hidup penderita hipertensi (Setiawan, 2013).

    Penurunan rata-rata kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes yang

    melakukan senam 2.3 kali lebih besar dibandingkan dengan penderita yang tidak

    melakukan senam (Ocbrivianita M Utomo, 2012). Menurut penelitian yang

    dilakukan oleh Lumempouw (2016) terjadi penurunan tekanan darah pada penderita

    hipertensi yang melakukan senam Prolanis 2-3kali/minggunya.

    2.3 Kegiatan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat

    Puskesmas II Denpasar Barat merupakan salah satu puskesmas di Kota Denpasar

    yang melaksanakan program Prolanis, pihak puskesmas mengadakan pemeriksaan,

    edukasi dan senam dalam satu hari yang sama bagi peserta Prolanis disetiap 2

    minggu sekali setiap bulannya yaitu pada minggu ke dua dan minggu keempat.

    Durasi untuk kegiatan senam yaitu satu jam setiap kali pertemuan, dilanjutkan

    dengan pemeriksaan kesehatan dan edukasi. Program ini diikuti oleh peserta JKN

    yang berada di Puskesmas II Denpasar Barat dengan diagnosa DM type 2,

    Hipertensi, dan DM-Hipertensi dan bersedia mendaftar sebagai peserta Prolanis.

  • 13

    Peserta yang mengikuti kegiatan ini memiliki rentangan numur 40 hingga 70 tahun

    atau dapat dikategorikan lansia.

    2.4 Hipertensi

    2.2.1 Definisi

    Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh

    darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health

    Organization) Memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.

    Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).

    Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

    sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.

    2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

    1) Tekanan darah normal yaitu, Tekanan sistolik < 120 mmHg dan tekanan

    diastolik < 80 mmHg.

    2) Prehipertensi yaitu, Tekanan sistolik 120-139 mmHg dan atau tekanan

    diastolik 80-90 mmHg.

    3) Hipertensi yaitu, stadium 1 : Tekanan sistolik 140-159 mmHg dan atau

    tekanan diastolik 90-99 mmHg. Stadium 2 : Tekanan sistolik ≥ 160 mmHg

    dan atau tekanan diastolik ≥ 100 mmHg.

    2.2.3 Faktor Risiko

    Sampai saat ini penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti. Namun ada

    beberapa faktor yang diprediksi berpengaruh terhadap hipertensi,

  • 14

    Faktor-faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :

    1. Usia yaitu Insiden hipertensi makin meningkat seiring dengan

    meningkatnya usia seseorang. Jika hipertensi diderita oleh individu yang

    berusia kurang dari 35 tahun, maka ia berisiko menderita penyakit arteri

    koroner dan kematian premature (Tambayong, 2000). Umur mempengaruhi

    terjadinya hipertensi. Hipertensi primer biasanya terjadi pada rentang usia

    30-50 tahun (waluyo, 2004). Semakin bertambah usia, kemungkinan

    terjadinya hipertens semakin besar. Penelitian yang dilakukan di 6 kota

    besar yaitu Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar

    pada kelompok umur lanjut (55 − 85 tahun) didapatkan prevalensi

    hipertensi sebesar 52,5% (Tambayong, 2000).

    2. Jenis kelamin yaitu dimana pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi

    daripada wanita, namun pada usia pertengahan dan usia selanjutnya,

    insiden pada 10 wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65

    tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (Tambayong, 2000). Faktor gender

    berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak

    menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar

    2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistolik dan 3,76 untuk kenaikan

    tekanan darah diastolik. Namun, Setelah memasuki menopause, prevalensi

    hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya

    hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang

    diakibatkan oleh faktor hormonal (Kodim, 2004).

  • 15

    Adapun faktor-faktor risiko yang dapat diubah, antara lain :

    1. Gaya hidup

    a. Merokok, yaitu perokok berat dan peminum alkohol juga memiliki

    risiko tekanan darah tinggi. Walaupun mekanismenya belum

    diketahui dengan pasti, namun pengamatan epidemiologi

    menunjukkan bahwa kebiasaan ini banyak terdapat pada penderita

    tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

    b. Latihan fisik atau Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah

    sebanyak 5- 10 mmHg. Olahraga juga dapat meningkatkan cardiac

    output.

    c. Obat-obatan yaitu dimana beberapa obat dapat menyebabkan

    hipertensi, seperti golongan Mineralokortikoid, NSAIDs, Amfetamin,

    Antidepresan trisiklik, dan lain lain. Gunakan obat-obat alternatif lain

    yang tidak menyebabkan atau menyulitkan hipertensi

    2.5 Diabetes Melitus

    2.3.1 Definisi

    Menurut American Diabetes Association (ADA), Diabetes Mellitus atau yang

    sering disebut dengan kencing manis adalah suatu kelompok penyakit metabolik

    dengan karakteristik kadar glukosa darah di atas normal yang terjadi karena

    defisiensi insulin oleh pankreas, penurunan efektivitas insulin atau kedua-duanya

    (Perkeni, 2011). Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia menahun

    yang akan mengenai seluruh sistem tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh karena

    adanya faktor yang menghambat kerja insulin atau jumlah menurun. Hiperglikemia

    di defenisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dL. Kadar

  • 16

    glukosa serum normal adalah 110 mg/dL. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus dan

    hampir semuanya di filtrasi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma

    tidak melebihi 160-180 mg/dL (Price dan Wilson, 2006). Diabetes Mellitus ditandai

    dengan kadar glukosa darah melebihi normal yaitu kadar glukosa darah sewaktu ≥

    200 mg/dL dan kadar gula darah puasa ≥ 126mg/dL(Misnadiarly, 2006).

    2.3.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

    Ada beberapa klasifikasi DM yang dibedakan berdasarkan penyebab, perjalana

    klinik dan terapinya. Menurut ADA tahun 2012 dilihat dari etiologisnya DM dibagi

    menjadi empat jenis. Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO, yaitu:

    DM tipe 1 : yaitu merupakan tipe diabetes yang dikarenakan kerusakan oleh

    sel-sel beta dalam pankreas sejak anak-anak atau remaja. Pada tipe ini penderita

    membutuhkan suntikan insulin setiap harinya untuk mengontrol gula darah (Martha,

    2012).

    DM tipe 2 : pada tipe ini tubuh mampu memproduksi insulin namun antara

    jumlah yang tidak mencukupi bagi tubuh atau tubuh tidak merespon dengan baik

    kebutuhan insulin sehingga menyebabkan peningkatan gula darah (Martha, 2012).

    DM gestasional (diabetes kehamilan) : tipe diabetes yang terjadi pada masa

    kehamilan dimana awal mula tidak pernah didiagnosis dengan diabetes mellitus, dan

    biasanya akan hilang setelah enam minggu pasca melahirkan (Martha, 2012).

    DM tipe lainnya : terjadi hiperglikemia pada individu akibat kelainan spesifik

    seperti gen, penggunaan obat, infeksi ataupun sinfrom genetic.

  • 17

    2.3.3 Faktor Risiko

    Pada umumnya faktor risiko DM dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

    1.Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

    a.Umur yaitu dimana DM sering terjadi saat manusia mengalami penurunan

    fisiologis pada saat memasuki usia yang rawan yaitu sekitar usia 40 tahunt.

    Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan

    bertambahnya usia(PERKENI, 2011).

    b. Jenis kelamin yaitu jenis kelamin pria dan wanita memiliki perbedaan

    prevalensi kejadian diabetes Mellitus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

    prevalensi pria yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi dibandingkan

    wanita,sementara terdapat perbedaan hasil penelitian di Indonesia

    menunjukkan prevalensi wanita yang menderita diabetes Mellitus lebih tinggi

    dibandingkan pria (Chukwu, et al, 2013).

    c.Riwayat keluarga

    d.Riwayat kelahiran bayi yaitu riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi

    >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG). Riwayat

    lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan

    BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir

    dengan BB normal (PERKENI, 2011).

    2.Faktor yang dapat dimodifikasi

    a.Obesitas merupakan faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin

    b.Aktivitas fisik yang kurang

    c.Stres atau depresi

  • 18

    d.Gaya hidup yang tidak sehat

    Gaya hidup sekarang yang lebih cenderung menyukai makanan siap saji

    atau makanan yang tinggi kalori, karbohidrat, dan lemak serta gaya hidup

    dengan kegiatan yang sifatnya praktis, cepat, dan menyenangkan untuk

    diperoleh mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak karena tidak adanya

    aktivas yang mengurai lemak.

    2.6 Perilaku Kesehatan

    Green dalam buku Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari

    tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor

    pokok yakni faktor perilaku (behavior causer) dan faktor dari luar perilaku (non

    behavior causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

    faktor yaitu :

    1. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

    umur, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan

    sebagainya.

    2. Faktor – faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

    lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau

    sarana – sarana kesehatan.

    3. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap

    dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

    Partisipasi merupakan perilaku manusia dimana Partisipasi secara umum dapat

    diartikan sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat dalam

    bermacam-macam bidang di kehidupan. Pada konteks pembangunan kesehatan

  • 19

    partisipasi adalah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam bentuk kerjasama

    dengan pemerintah dalam perencanaan, implementasi dan berbagai aktivitas dari

    program kesehatan, biasanya pada tahaap awal yaitu dengan pendidikan kesesehatan,

    pengembangan program kemandirian keehatan hingga mengontrol perilaku

    kesehatan (Notoadmojo, 2010).

    Menurut Depkes RI (2009) dalam sistem kesehatan nasional bentuk partisipasi

    masyarakat terdiri dari partisipasi perseorangan, partisipasi keluarga, masyarakat

    umum, penyelenggara, serta tenaga kesehatan. Sehingga masyarakat mempunyai

    kewajiban dalam melakukan upaya pemeliharaan kesehatan masing-masing, keluarga

    maupun lingkungan sehingga dapat meningkatkan pembangunan kesehatan. Pada

    umumnya partisipasi masyarakat dianggap senagai bentuk perilaku. Salah satu

    bentuk dan perilaku kesehatan yaitu partisipasi peserta Prolanis dalam mengikuti

    aktivitas klub kegiatan Prolanis. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

    partisipasi peserta Prolanis yaitu peserta Prolanis yang terlibat secara aktif dalam

    kegiatan aktivitas klub (senam) Prolanis yang diselenggarakan oleh pihak

    Puskesmas.

    Berdasarkan hal tersebut, adapun faktor yang mempengaruhi partisipasi peserta

    Prolanis dalam mengikuti aktivitas Prolanis adalah sebagai berikut :

    2.6.1 Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

    1. Umur

    Menurut Dita Angraini (2015) pada penelitiannya menunjukkan bahwa usia

    yang semakin bertambah membuat lansia tidak bisa aktif dalam kegiatan

    posyandu lansia. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan

    pada struktur dan fisiologis sehingga menimbulkan kemunduran pada fisik

  • 20

    dan psikis lansia. Usia yang semakin bertambah membuat lansia tidak bisa

    aktif dalam kegiatan posyandu lansia.

    2. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan informasi yang diketahui atau disadari oleh

    seseorang. Bedasarkan penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang

    bermakna antara pengetahuan lansia terhadap partisipasi lansia dalam

    kegiatan posyandu lansia dimana memiliki nilai p value < 0.05, dimana

    semakin tinggi 1 point pengetahuan maka diikuti dengan partisipasi yang

    semakin baik (Dian Mahara, 2012)

    3. Motivasi Untuk Sehat

    Motivasi merupakan dorongan yang timbul baik dalam diri sendiri atau

    melalui dorongan orang lain. Menurut Dian Mahara (2012) diketahui bahwa

    terdapat pengaruh antara motivasi dengan tingkat partisipasi lansia dalam

    mengikuti kegiatan posyandu lansia, dimana partisipasi yang kurang

    memiliki motivasi yang kurang juga.

    2.6.2 Faktor Pendukung (Enabling Factor)

    1. Jarak Tempuh

    Jarak tempuh merupakan jarak yang harus dilalui oleh seseorang untuk

    mencapai suatu tempat tujuan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Dita

    Angraini (2015) diketahui bahwa tidak adanya hubungan antara jarak dan

    akses terhadap partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia dengan

    nilai p value > 0.05. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

    Lulik Agus (2013) diketahui bahwa jarak memiliki hubungan yang

    signifikan terhadap partisipasi melakukan senam diabetes.

  • 21

    2. Kesesuaian Waktu

    Kesesuaian waktu berkaitan dengan pekerjaan seseorang dikarenakan

    berhubungan dengan waktu luang yang dimiliki. Berdasarkan penelitian

    Dita Angraini (2015) tidak didapatinya hubungan antara pekerjaan dengan

    partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Hal ini berbeda dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili,dkk (2013) bahwa penerapan

    olahraga pada pasien DM dikarenakan adanya kesibukan oleh individu

    terkait sehingga belum dapat meluangkan waktunya untuk melakukan

    aktivitas olahraga.

    2.6.3 Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

    1. Dukungan Keluarga

    Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Alif Zaenal (2010) diketahui

    bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan dengan

    kepatuhan/ partisipasi lansia dalam mengikuti senam dengan nilai p value <

    0.05, namun berbeda hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi

    Handayani (2012) bahwa tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga

    dengan kepatuhan/partisipasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia

    2.7 Metode Regresi Logistik

    2.7.1 Pengertian Regresi Logistik

    Regresi logistik merupakan salah satu bagian dari analisis regresi untuk

    menganalisis hubungan satu variabel tergantung yang bersifat kategori terhadap

    beberapa variabel bebas yang dapat bersifat kategori atau numeric (Haloho dkk,

    2013). Analisis regresi logistik digunakan untuk memperoleh model yang paling baik

    dan sederhana yang mampu mnggambarkan variabel bebas dan tergantung.

  • 22

    Regresi logistik dibagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis variabel

    tergantung yang akan dianalisis yaitu, binary logistic regression dan multinomial

    logistik regression. Apabila ingin mengetahui hubungan variabel tergantung yang

    bersifat nominal dengan dua kategori misalkan outcome sakit dengan kategori “ya”

    dan tidak terhadap variabel bebas maka dipergunakan binary logistic regression.

    Sedangkan apabila ingin mengetahui hubung variabel bebas terhadap variabel

    tergantung yang bersifat kategorikal lebih dari 2 multinomial logistic regression.

    2.7.1 Model Regresi Logistik

    Model dari regresi logistik menggunakan logaritma dari odds atau logit dari

    resiko terjadi dengan variabel tergantung merupakan persamaan model regresi

    lositik. Adapun model regresi logistik dengan variabel X sebagai variabel bebas yaitu

    sebagai berikut.

    Log Odds = a + b1X1 + e (untuk regresi logistik sederhana)

    Log Odds = a +b1X1 + b2X2+… + e (untuk regresi logistik ganda)

    Keterangan :

    a = Intercept/konstan

    bi = koefisien regresi untuk variabel bebas i

    Xi = variabel bebas ke i

    e = eror

    2.7.2 Asumsi Regresi Logistik

    Pada regresi logistik tidak diperlukan asumsi-asumsi seperti linieritas,

    homoskedastisitas, tidak terdapat autokorelasi, aatu tidak terdapat multikolineritas.

  • 23

    Namun asumsi yang harus dipenuhi pada regresi logistik adalah data fit dengan

    analisis regresi logistik dengan menggunakan metode Goodness of Fit. Dalam

    metode ini, akan dibandingkan antara hasil observasi dengan prediksi hipotetik

    secara sempurna. Perbedaan ini nantinya akan memiliki nilai Chi Square. Bila nilai

    p-value > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa data fit dengan model regresi logistik.

    2.7.3 Penentuan Faktor Risiko dan Koefisien Determinasi (R2)

    Ada tidaknya faktor risiko dari variabel bebas terhadap variabel tergantung

    dapat dilihat dari odds ratio (OR). Odds merupakan perbandingan antara probabilitas

    A terjadi (peluang sakit) dibagi dengan peluang A untuk tidak terjadi (peluang tidak

    sakit).

    𝑂𝑑𝑑𝑠 𝐴 = !"#$%&' (! !"#$%)!"#$%&' (! !"#$% !"#$%)

    = !!!!

    Sedangkan odds ratio (OR) merupakan rasio antara kelompok terpapar dengan

    odds pada kelompok yang tidak terpapar. OR yang diperoleh dari analisis regresi

    logistik disebut adjusted OR karena asumsinya bahwa tidak ada pengaruh variabel

    bebas yang lain. Adapun persamaan nilai OR yang diturunkan dari model regresi

    logistik yaitu sebagi berikut :

    1. Odd kelompok terpapar (X=1) yaitu Odd = Exp (a+b1) = Exp (a+b)

    2. Odd kelompok tidak terpapar (X=0) yaitu Odd = Exp (a+b0) =Exp (a)

    Odds Ratio = !""# !"#$%$%#!""# !"#$% !"#$%$%#

    = !"# (!!!)!"# (!)

    = 𝐸𝑥𝑝 (𝑏)

    Metode regresi logistik juga menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas

    (X) terhadap veriabel tergantung (Y) seperti pada model regresi linier. Nilai R2 dapat

    dilihat dalam nilai Nagelkerke R2. Berikut ini merupakan persamaan R2.

  • 24

    R2 = ! (ý!!!)!

    ! (!!ӯ!)!= !!"

    !""

    Keterangan :

    R2 = koefisien determinasi

    ý = Nilai Y tergantung

    ӯ = rata - rata nilai variabel Y

    y = nilai variabel Y observed

    SSR = sum square residual

    TSS = total sum of square

  • 25

  • 26

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat disusun kerangka

    konsep sebagai pedoman dalam mempermudah melakukan penelitian, adapun

    kerangka konsep dibuat sebagai berikut

    Keterangan : : : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Sumber : diadaptasi berdasarkan Teori Lawrence Green

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep

    Faktor Predisposisi

    - Umur - Tingkat Pengetahuan - Lama Sakit

    Faktor Pendukung

    - Jarak Tempat Kegiatan

    - Kesesuaian Waktu

    Faktor Pendorong

    - Dukungan Keluarga

    Partisipasi Peserta

    Prolanis

    - Sikap

    - Pekerjaan

    - Sarana Transportasi

    - Sarana dan Prasarana

    - Dukungan petugas

    kesehatan

  • 27

    3.2 Hipotesis Penelitian

    3.2.1 Umur mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis dalam

    mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.2.2 Kesesuaian waktu kegiatan mempengaruhi tingkat partisipasi peserta

    Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.2.3 Lama menderita penyakit mempengaruhi tingkat partisipasi peserta

    Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.2.4 Tingkat pengetahuan mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis

    dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.2.5 Motivasi untuk sehat mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis

    dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.2.6 Jarak tempuh ke tempat kegiatan mempengaruhi tingkat partisipasi

    peserta Prolanis dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.2.7 Dukungan keluarga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta Prolanis

    dalam mengikuti aktivitas klub kegiatan Prolanis

    3.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

    3.3.1 Variabel Penelitian

    Variabel dari penelitian ini terdiri dari :

    d. Variabel tergantung yaitu tingkat partisipasi

    e. Variabel bebas yang terdiri dari karakteristik umur, kesesuaian waktu

    kegiatan, lama menderita penyakit, tingkat pengetahuan, motivasi untuk

    sehat, dukungan keluarga, dan jarak

  • 28

    3.3.2 Definisi Operasional

    Tabel 3.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala

    Data

    Hasil Ukur

    Variabel

    Tergantung

    1. Partisipasi Partisipasi responden

    dalam mengikuti

    aktivitas klub Prolanis

    yang dihitung dari awal

    tahun 2016 sampai

    dengan desember 2016

    atau sampai aktivitas

    terakhir dalam tahun

    2016

    Kategorikal Nominal 0 = Partisipasi Baik

    (partisipasi ≥50%)

    1 = Partisipasi

    Kurang (partisipasi

    < 50%)

    Variabel Bebas

    1. Umur Lama hidup pasien yang

    dihitung sejak lahir

    hingga dilakukan

    wawancara

    Kontinyu Rasio 0 = ≥ 60 tahun (cut

    of point mean)

    1 = < 60 tahun (cut

    of point mean)

    2. Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual

    yang ditentukan secara

    biologi dan anatomi

    Kategorikal Nominal 0 = Laki-laki

    1 = Perempuan

    3. Pekerjaan Suatu kegiatan yang

    dilakukan oleh

    responden untuk

    mendapatkan

    penghasilan

    Kategorikal Nominal 0 = Tidak Bekerja.

    1 = Bekerja

    4 Penyakit Adalah penyakit yang Kategorikal Nominal 2 = HT

  • 29

    diderita pasien

    berdasarkan hasil

    diagnosa

    1 = DM

    0 = Komplikasi DM

    + HT

    5. Tingkat Pendidikan Tingkatan pendidikan

    terakhir responden

    Kategorikal Nominal 0 = Tinggi

    (SLTP/Sederajat,

    No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala

    Data

    Hasil Ukur

    SLTA/Sederajat,

    Perguruan Tinggi)

    1 = Rendah (Tidak

    bersekolah, Tidak

    Tamat SD,

    SD/Sederajat)

    6. Kesesuain Waktu Kesesuaian jadwal

    waktu dilaksanakananya

    kegiatan

    Diukur dengan

    menggunakan tiga buah

    pertanyaan

    Kategorikal Nominal 0 = sesuai (Skor 0)

    1 = tidak sesuai

    (Skor >0)

    7. Tingkat

    Pengetahuan

    Pemahaman responden

    terhadap Pengelolaan

    penyakit kronis

    Kategorikal Nominal 0 = baik (jawaban

    benar ≥75%)

    1 = kurang (jawaban

    benar < 75%)

    8. Lama Menderita

    Sakit

    Periode waktu

    responden menderita

    sakit dihitung dari awal

    di diagnosa hingga

    dilakukan wawancara

    Kontinyu Rasio 0 = ≥ 8.5 tahun (cut

    of point median)

    1 = < 8.5 tahun (cut

    of point median)

  • 30

    9. Jarak Tempuh Jarak tempuh responden

    ke tempat dilakukannya

    kegiatan

    Kategorikal Rasio 0 = < 3 km

    1 = ≥ 3 km

    (Riskesdas, 2010)

    10. Motivasi Untuk

    Sehat

    Dorongan baik dari

    dalam atau luar diri

    responden untuk

    melakukan kegiatan

    yang dapat

    meningkatkan

    kesehatan.

    Kategorikal Nominal 1 = motivasi kurang

    (skor berada pada

    rentangan 6-14)

    0 = motivasi baik

    (skor berada pada

    rentangan 15-24)

    No Variabel Definisi Operasional Jenis Data Skala

    Data

    Hasil Ukur

    Ket. Skor dengan skala

    likert:

    Sangat Setuju = 4

    Setuju = 3

    Ragu-ragu = 2

    Tidak Setuju = 1

    11.

    Dukungan Keluarga Dukungan yang

    diberikan anggota

    keluarga kepada

    responden meliputi

    dukungan

    informasional,

    penilaian, sarana, dan

    emosional

    Ket. Skor dengan skala

    Kategorikal Nominal 1 = Dukungan

    kurang (jika total

    skor pada rentang 8-

    19)

    0 = Dukungan baik

    (jika masing-masing

    total skor pada

    rentang 20-32)

  • 31

    likert:

    Sangat Setuju = 4

    Setuju = 3

    Ragu-ragu = 2

    Tidak Setuju = 1

  • 32

    BAB IV

    METODELOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik di bidang

    biostatistika. Dengan rancangan case control untuk mengetahui faktor yang

    mempengaruhi tingkat partisipasi peserta dalam mengikuti aktivitas klub pada

    kegiatan Program pengelolaan penyakit kronis di Puskesmas II Denpasar Barat.

    Desain case control yaitu desain yang bertujuan membandingkan dua populasi yaitu

    populasi kasus dan populasi kontrol.

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas II Denpasar Barat. Waktu penelitian

    dimulai dari tahap persiapan penyusunan proposal hingga pelaporan hasil akhir yaitu

    dimulai dari Bulan Januari 2017 - Juni 2017.

    4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

    4.3.1 Populasi

    Populasi target dalam penelitian ini yaitu perserta JKN yang mengikuti

    Prolanis, sedangkan populasi terjangkau ialah peserta JKN yang mendaftar

    kegiatan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat periode Januari – Desember

    2016.

  • 33

    4.3.2 Kasus

    Kasus dalam penelitian ini adalah peserta prolanis yang memiliki partisipasi

    dibawah 50% didalam senam prolanis dan terdata pada register peserta senam

    prolanis pada tahun 2016.

    4.3.3 Kontrol

    Kontrol dalam penelitian ini adalah peserta prolanis yang memiliki partisipasi

    ≥50% didalam senam Prolanis dan terdata pada register peserta senam Prolanis

    pada tahun 2016.

    4.3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

    Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

    Kriteria Inklusi :

    Terdaftar dalam register kepesertaan Prolanis di Puskesmas II Denpasar Barat

    pada tahun 2016

    Kriteria Ekslusi :

    1. Tidak bersedia di wawancarai

    2. Pindah dari alamat yang terdaftar dalam register

    4.3.5 Besar Sampel

    Estimati besar sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus

    Lemeshow(1991) sebagai berikut :

    n= (!!!! /! !" !!! !!!!! !" !!!" ! !" !!!" )!

    (!"!!")!

    n = 21

    Berdasarkan rumus tersebut diketahui bahwa jumlah besar sampel minimal

    yang di ambil adalah sebesar 21 orang setiap kelompoknya dengan perbandingan

  • 34

    kasus : kontrol = 1:1 maka total jumlah sampel sebesar 42 orang. Sampel

    diambil dengan teknik Simpel Random Sampling

    Keterangan :

    n = Jumlah Sampel

    Z!!! /! = distribusi Z-Score pada derajat kemaknaan 95% yang besarnya

    1.96

    Z!!! = distribusi Z-Score pada kekuatan penelitian 80% yang besarnya

    0.842

    OR = 5.35 peserta yang dukungan keluarga baik berpeluang

    berpartisipasi dalam senam DM

    P1 = !" !!!" !!!(!!!!

    = 0.81

    P2 = Proporsi popolasi yang memiliki partisipasi pada aktivitas klub

    Prolanis 44% (0.44)

    P = (P1+P2/2)

    4.4 Pengumpulan Data

    4.3.1. Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data skunder.

    Data primer diperoleh dengan metode wawancara menggunakan kuesioner

    terstruktur dimana pengumpulan dilaksanakan dengan cara mewawancarai

    peserta Prolanis yang datang pada saat aktivitas klub Prolanis dipuskesmas atau

    wawancara dilakukan dirumah peserta bagi yang tidak hadir dalam aktivitas klub

    yang masuk ke dalam kategori kasus dan kontrol. Sedangkan data skunder yaitu

    diperoleh melalui register daftar hadir kegiatan aktivitas klub Prolanis untuk

  • 35

    mengkroscek kehadiran para peserta Prolanis dam menentukan tingkat

    partisipasi peserta Prolanis. Proses dari pengambilan sampel yaitu dilakukan

    selama kurang lebih 1 bulan dengan telah memilih terlebih dahulu responden

    yang telah masuk ke dalam kategori kasus atau kategori kontrol. Proses

    wawancara tidak hanya dilakukan di Puskesmas pada saat kegiatan saja namun,

    proses wawancara responden juga dilakukan dengan cara mendatangi rumah

    masing-masing responden yang terdaftar dalam kategori kasus dan kontrol

    namun tidak datang pada saat kegiatan Aktivitas Fisik Prolanis di Puskesmas II

    Denpasar Barat. Saat proses mendatangi rumah masing-masing responden,

    terdapat beberapa responden yang masuk ke dalam kategori kasus tidak terdapat

    di rumah sesuai alamat yang tertera sehingga responden dianggap masuk ke

    kriteria eksklusi.

    4.3.2. Alat Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat pengumpulan

    data berupa kuisioner terstruktur yang berisikan pertanyaan yang akan dijawab

    oleh responden.

    4.5 Teknik Analisis Data

    Analisis pada data akan dilakukan dengan menggunakan aplikasi pengolahan

    berbasis computer, sebelum dilakukan analisis maka data sebelumnya akan melalui

    proses editing, coding, dan entry data.

    1. Editing data yaitu, proses dalam mengecek dan memeriksa kelengkapan

    data kuisioner yang telah diisi oleh responden.

  • 36

    2. Coding Data yaitu, proses mengubah data dengan cara pemberian kode

    dengan petunjuk koding, dimana data yang berupa huruf dapat dirubah

    menjadi angka agar lebih mudah dalam proses analisis dan entry data.

    3. Entry Data yaitu, proses pemasukan data ke dalam program analisa data

    berbasis komputer setelah data diberi kode dan di editing.

    4. Cleaning Data yaitu, proses pengecekkan kembali data yang telah

    dimasukan ke dalam program komputer untuk menghindari kesalahan

    dalam pemasukan data

    5. Scoring Data yaitu proses pemberian nilai untuk setiap variabel. Data yang

    telah lengkap dan diberi kode, maka selanjutnya akan dilakukan

    penjumlahan dan dikategorikan berdasrkan ketentuan.

    Setelah data yang akan dianalisis masuk ke dalam program pengolahan maka

    data akan siap dianalisis, diawali dengan analisis univariat, dilanjutkan dengan

    analisis bivariat dan akhir dengan analisis multivariabel.

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui mengetahui berapa frekuensi dari

    masing-masing variabel yang diteliti sehingga mendapatkan gambaran dan

    persentase dari setiap variabel. Penyajian pada setiap variabel disajikan

    dalam satu tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh dari masing-masing

    variabel bebas terhadap variabel tergantung. Hasil analisis bivariat disajikan

    dalam tabel silang dengan menyertakan nilai frekuensi (nilai absolute)

    dengan persentasi tiap variabel terhadap variabel tergantung. Penyajian

  • 37

    dilakukan dengan menggunakan row percentage dengan dengan meletakan

    variabel bebas pada baris dan variabel terrgantung pada kolom. Analisis

    dilakukan dengan uji regresi logistik sederhana (simple logistic regression).

    Nilai dari hasil bivariat yang didapatkan menyertakan nilai asosiasi Crude

    Odds Ratio (OR), nilai 95% Convident Interval (CI) OR, dan nilai p value.

    3. Analisis Multivariabel

    Analisis multivariabel dilakukan menggunakan Regresi Logistik Ganda

    yang bertujuan untuk mengetahui besar hubungan dan keeratan hubungan

    antara variabel independen dan variabel dependen. Dimana masing variabel

    independen dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen.

    Pemodelan dilanjutkan dengan memasukan seluruh variabel yang bermakna

    berdasarkan hasil bivariat dan mengeluarkan satu-satu variabel dari variabel

    yang memiliki nilai p terbesar hingga mendapatkan model yang paling

    signifikan. Berdasarkan model akhir, nantinya didapatkan variabel yang

    akan berpengaruh dengan meli

  • 38

    DAFTAR PUSTAKA

    Agustina, Dwi, Abdul Rival dan Nia Kuniawati. (2016). Lokasi Senam Lansia

    Berperan Penting Terhadap Partisipasi Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan

    Senam. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol.3 No.2, Maret 2016 hal:

    177-190

    Alif Zaenal, M & Faizah, B.R. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan

    Tingkat Kepatuhan Lanjut Usia dalam Melaksanakan Senam Lansia di

    Posyandu Kondang Waras Desa Ngargorejo Boyolali. FIK UMS

    Andria, K.M. (2013). Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stres dan Pola Makan

    dengan Tingkat Hipertensi pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Kelurahan

    Gebang Putih Kecamatan Sukokilo Kota Surabaya, Jurnal Promkes, Vol.1

    No.2

    Annisa, Fitria Nur, Wahiduddin, dan Jumriani Ansar. (2013). Faktor yang

    Berhubungan dengan Kepatuhan Berobat Hipertensi pada Lansia di Puskesmas

    Pattingalloang Kota Makasar. Skripsi. Universitas Hasanudin.

    Aryantiningsih, Dwi Sapta. (2014). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan

    Pemanfaatan Posyandu Lansia di Kota Pekan Baru. An-Nadaa, Vol 1 No.2,

    Desember 2014, hal 42-47.

    BPJS Kesehatan. (2014). Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit

    Kronis).http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/06-Prolanis.pdf

    (Diakses 7 Januari 2017)

    BPJS Kesehatan. (2015). Peraturn Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

    No.2 Tahun 2015 tentang Norma Penetapan Besaran Kapitasi dan

    Pembayaraan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada

    Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013).

    Riset Kesehatan Dasar 2013.

  • 39

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2013).

    Riset Kesehatan Dasar Dalam Angka RISKESDAS 2013 Provinsi Bali.

    Darmawan, A.A. Kompiang Ngurah. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Perilaku Kunjungan Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

    di Desa Pemecutan Kelod Kecamatan Denpasar Barat. Skripsi. STIKES Binas

    Usada Bali.

    Dian Mahara, S. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam

    Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansi Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo

    Kabupaten Klaten. Skripsi. UMS

    Dita Angraini, Zulpahiyana, Mulyanti. (2015). Faktor Dominan Lansia Aktif

    Mengikuti Kegiatan Posyandu di Dusun Ngentak. JNKI, Vol.3, No.3, Tahun

    2015, 150-155

    Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2014). Laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP)

    Tahun 2014. Denpasar: PPPL

    Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015.

    Fatchiyah, Siti. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan Lansia dengan Kepatuhan

    Kunjungan Posyandu Lansia Pada Lansia Di Kelurahan Ngempon Kecamatan

    Bergas Kabupaten Semarang. Artikel Penelitian. AKBID Ngudi Waluyo

    Ungaran.

    Handayani, Dwi & Wahyuni. (2012). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan

    Kepatuhan Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Jetis Desa

    Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Gaster, vol. 9, No. 1 Februari

    2012. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.

    Hasbi, Muhamad. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

    Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Olahraga di Wilayah Kerja

    Puskesmas Praya Lombok Tengah. Tesis. Universitas Indonesia

  • 40

    Haida, Nurlaili.K.P & Atoillah, M.I (2013). Hubungan Empat Pilar Pengendalian

    DM Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal Berkala Epidemiologi,

    Vol 1, No.2 September 2013: 234-243

    Hetik. (2017). Hubungan antara Pengetahuan, Dukungan Keluarga dan Sarana

    Terhadap Keaktifan Lanjut Usia Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Bagas

    Waras di Desa Pabelan. Skripsi. Univeristas Muhammadiyah Surakarta.

    Indah Dwi Wahyuni, Asmaripa Ainy dan Anita Rahmiwati. (2016) Analisis

    Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan Kesehatan Lansia di Wilayah

    Kerja Puskesmas Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Ilmu

    Kesehatan Masyarakat Vol.7 No. 2 juli 2016

    Kingwell, B & Jennings G. (1993). Efect of walking and other exercise programs

    upon blood pressure in normal subjects’ Med J Aust, vol.153, no.4, pp 234-238

    Kodim, N. (2014). Analisis Konsektustual : Hubungan Lingkungan Sosiodemografi

    dengan Hipertensi yang tidak terkendali pada calon jemaah haji Indonesia.

    Disertasi. Depok: FKM UI.

    Lumempouw,D.O, Wungouw, H.I.S. , Polii, H. (2016). Pengaruh Senam Prolanis

    Terhadap Penyandang Hipertensi. Jurnal e-Biomedik, Vol 4, No.1

    Martha, Karnia. (2012). Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Hal 39.

    Yogyakarta:Araska

    Mengko, Viena V., Kandou dan Massie (2015). Pemanfaatan Posyandu Lansia di

    Wilayah Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU, Vol. 5, No. 2b

    April 2015.

    Mulyaningtyas,Obrivianita. U (2012). Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah

    Penderita Diabetes. Unnes Journal of Public Health 1(1) (2012)

    Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

    Notoadmojo, S. (2007). Promosi Kesehatan dadn Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka

    Cipta

    Notoadmojo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta

  • 41

    Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.

    Semarang: PB PERKENI

    Primahuda,Aditya & Sujianto, U. (2016). Hubungan Antara Kepatuhan Mengikuti

    Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) BPJS Dengan Stabilitas Gula

    Darah Pada Penderita Diabetes Melitus di Puskesmas Babat Kabupaten

    Lamongan. Jurnal Jurusan Keperaawatan, Vol.,No., tahun 2016 hal 1-8

    Puskesmas II Denpasar Barat. (2016). Laporan Kehadiran Peserta Prolanis

    Pickering, Thomas. (1996). Good News About High Blood Pressure: everything you

    need to know to take control of hypertensionand your life.

    Price, S.A. dan Lorraine M.Wilson, (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-

    Proses Penyakit. Vo.2. Jakarta:EGC

    Suhendro, Lulik.A. (2013). Determinan Keaktifan Melakukan Senam Diabetes

    Mellitus Pada Anggota Komunitas Diabetes Sehat Puskesmas Ngrambe

    Kabupaten Ngawi. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Soegondo, S. 2005. Perjalanan Obesitas Menuju Diabetes dan Penyakit

    Kardiovaskular. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

    Setiawan, Wungouw, Pengeman. (2013). Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia

    (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal e-Biomedik

    (eBM), Vol.1, No.2, Juli 2013, hal 760-764

    Sulaiman. (2015). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu

    Lansia di Wilayah Kerja Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu.

    Tambayong,J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakrta:EGC

    Umayana, Haniek T dan Widya Hary C. (2015). Dukungan Keluarga dan Tokoh

    Masyarakat Terhadap Keaktifan Penduduk ke Posbindu Penyakit Tidak

    Menular. Jurnal Kesmas 11 (1) (2015) 96-101.

    Uswantu, Hasanah (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia ke

    Posyandu Lansia di RW VII Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir

    Surabaya. Skripsi. Univeristas Muhammadyah Surabaya.

  • 42

    Waluyo, Lud. (2004). Mikrobiologi Umum. UMM PRESS, Malang

    WHO. (Januari 2015-last update). “Noncomunicable Diseases”. Availabel at

    (Diakses 12 Januari 2017)

  • 43