review normalisasi dan pembangunan banjir kanal barat kota semarang

31
TUGAS KELOMPOK 2 MATA KULIAH PROSES PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN (PWK-603) EVALUASI KEMANFAATAN NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT KOTA SEMARANG Disusun oleh: BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036 ISHARI KURNIAWAN 21040116410037 SURYA TRI ESTHI WIRA HUTAMA 21040116410014 HEFRINAL LUBIS 21040116410056 MISI HARIYANTI WIJAYA 21040116410015 MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016

Upload: bramantiyo-marjuki

Post on 16-Apr-2017

633 views

Category:

Science


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

TUGAS KELOMPOK 2

MATA KULIAH

PROSES PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN

(PWK-603)

EVALUASI KEMANFAATAN

NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT KOTA SEMARANG

Disusun oleh:

BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036

ISHARI KURNIAWAN 21040116410037

SURYA TRI ESTHI WIRA HUTAMA 21040116410014

HEFRINAL LUBIS 21040116410056

MISI HARIYANTI WIJAYA 21040116410015

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016

Page 2: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Singkat Kota Semarang

Sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu

daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota). Daerah tersebut pada

masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat

pengendapan, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota

Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut

diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan

Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat

pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai

sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Sejarah singkat asal terbentuknya Kota Semarang menunjukkan bahwa Kota Semarang

menarik perhatian untuk dijadikan suatu pusat kegiatan dikarenakan keberadaannya yang

berada di pinggir laut. Kondisi topografi seperti ini tentunya memberikan dampak positiv dari

sudut pandang aksesbilitas dan perekonomian. Kondisi pantai yang mengalami pengendapan

pada saat itu adalah dimana kondisi topografi yang terjadi secara alami, dimana belum

merasakan permasalahan terkait banjir dan genangan. Kondisi ini lah yang menyebabkan

kolonial Belanda berusaha untuk merebut dan menguasai Kota Semarang. Usaha Belanda

menguasai Indonesia adalah dengan berusaha menguasai kota di Indonesia dengan letak

yang strategis untuk kepentingan perdagangan dan strategis dalam berperang, mengingat

transportasi baik untuk distribusi maupun berperang masih menggunakan media laut.

Permasalahan di Negara Belanda terkait infrastruktur pengelolaan sumber daya menjadi

pengalaman yang berharga ketika pemerintah kolonial harus membangun infrastruktur di

Kota Semarang. Salah satu yang diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur berupa

saluran air. Salah satu bukti infrastruktur yang telah dibangun berupa banjir kanal barat.

1.2 Latar Belakang Pembangunan Banjir Kanal Barat

Banjir kanal barat Kota Semarang dibangun pada periode waktu yang berdekatan

dengan Banjir Kanal Timur Semarang. Kedua kanal penanggulangan banjir ini dibangun sekitar

awal abad ke 20 oleh Pemerintah Belanda untuk mengantisipasi kejadian banjir sungai yang

sering terjadi di Semarang di Abad ke 19 dan awal Abad ke 20 (Purwanto, 2005). Banjir Kanal

Page 3: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

2

Barat dibuat dengan menyodet Kali Garang dan membuat aliran baru yang lurus langsung

menuju Laut Jawa, tepat di Barat Laut Bukit Bergota (lihat Gambar 1 untuk perbandingan

kondisi sebelum dan sesudah adanya Banjir Kanal Barat).

Gambar 1 .

Peta Belanda Tahun 1866 menunjukkan kondisi sebelum adanya Banjir Kanal (kiri) dan Citra Satelit Tahun 2016 (kanan).

1.3 Pengaruh Keberadaan Banjir Kanal Barat Terhadap Penanggulangan Banjir Kota

Semarang Masa Kini

1.3.1 Karakteristik Banjir Sungai Kota Semarang

Banjir di Kota Semarang jika dilihat dari sumbernya dapat dibedakan menjadi tiga

jenis, yaitu banjir kiriman, banjir lokal, dan banjir rob (air laut pasang). Tingkat kerusakan atau

kerugian akibat banjir ditentukan oleh tinggi genangan, lama genangan dan luas genangan.

Banjir kiriman terbesar sejauh yang tercatat pernah terjadi pada Tahun 1973, 1988, dan

1990. Banjir Bandang Sampangan terjadi pada Tahun 1990 yang diakibatkan oleh meluapnya

Kali Garang dan jebolnya Talud Banjir Kanal Barat yang menimbulkan korban sebanyak 47

jiwa, 151 rumah tergenang, dan kerugian harta benda sebesar 8,5 milyar rupiah. Daerah yang

Page 4: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

3

mengalami kerugian terbesar meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang

Selatan (Laporan Kajian Sempadan Sungai BKB Semarang, 2014).

Sementara banjir lokal hampir terjadi setiap musim penghujan, dengan ketinggian

genangan berkisar antara 0,2 – 0,7 meter dan lama genangan sekitar 1-8 jam. Banjir lokal

sering terjadi di wilayah Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Barat,

Semarang Tengah, Genuk, Gayamsari, dan Mranggen. Adapun banjir rob merupakan banjir

rutin yang sering terjadi di Semarang bawah yang meliputi wilayah Kecamatan Semarang

Utara dan sebagian Kecamatan Semarang Barat. Ketinggian banjir rob berkisar antara 0,2 –

0,7 meter dengan lama genangan antara 3 sampai 6 jam.

Banjir Sungai di Kota Semarang sendiri jika ditinjau dari aspek fisik dapat dipahami

dengan melihat bagaimana kondisi daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air.

Berdasarkan Laporan Kajian Daerah Sempadan Sungai Banjir Kanal Barat (2014), diketahui

bahwa di hulu Kota Semarang (DAS Garang) telah terjadi banyak konversi lahan ke lahan

terbangun yang mencapai hampir 60 persen. Kondisi eksisting penggunaan lahan DAS Garang

dapat dilihat pada Tabel 1Tabel 1 Luas Penutupan Lahan Kota Semarang Konversi ini

menyebabkan aliran air permukaan tahunan ke bawah yang cukup besar dimana, dari

presipitasi yang ada, 48 persen menjadi aliran permukaan yang mengalir melewati sungai-

sungai yang berhilir di Kota Semarang bawah.

Tabel 1 Luas Penutupan Lahan Kota Semarang

Sumber: RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031

Aliran permukaan yang besar membawa konsekuensi tingkat erosi tanah di daerah hulu

yang besar, yang berimplikasi pada tingginya material endapan yang terbawa oleh sungai-

sungai utama di DAS Garang seperti Sungai Kreo, Sungai Kripik dan Sungai Garang sendiri.

Ketiga sungai ini bertemu di daerah Simongan dan membentuk Sungai Semarang yang

Page 5: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

4

mengkombinasikan debit air dan material suspensi yang kemudian terendapkan di aliran

Sungai Semarang yang berada di daerah Semarang bawah yang bertopografi relatif datar.

Material endapan yang jumlahnya cukup besar ini kemudian ikut masuk dan terendapkan

juga di sodetan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur Semarang. Tingginya material erosi

yang terbawa oleh aliran Sungai Garang ini dapat dipahami karena jenis tanah di daerah hulu

merupakan tanah bertekstur lempung (Latosol, Regosol, Grumusol) yang berasal dari

rombakan batuan sedimen Gunungapi Ungaran dan Perbukitan Struktural Lipatan Lurus

Kendeng - Serayu Utara (berupa Breksi, Batu Pasir, Napal, dan Tufan).

Dilihat dari aspek topografi, secara umum Daerah Aliran Sungai Garang dibagi menjadi

tiga zona, yaitu zona atas, zona tengah dan zona bawah. Zona atas topografinya berupa

pegunungan dengan kemiringan dasar sungai yang sangat curam sehingga kecepatan

alirannya termasuk jenis aliran super kritis. Karakteristik hidrolik pada zona tersebut adalah

kecepatan alirannya tinggi sehingga angkutan sedimen dan erosi yang terjadi juga cukup

tinggi. Zona tengah topografinya berupa perbukitan dimana kemiringannya tidak setajam

zona di atasnya. Zona bawah topografinya sangat landai, yaitu di wilayah perkotaan dengan

kemiringan dasar sungai yang sangat landai sehingga gejala yang terjadi adalah sedimentasi

atau pengendapan di dasar saluran. Dengan karakteristik tersebut, banjir yang terjadi di

Semarang mempunyai karakteristik rambatan banjir yang cepat.

1.3.2 Profil Banjir Kanal Barat Kota Semarang

Banjir Kanal Barat dibangun dimulai dari ujung Sungai Garang di Daerah Simongan ke

arah Laut Jawa melewati sisi barat Kota Semarang sepanjang 5,3 km (dihitung dari Bendung

Simongan ke muara sungai). Lebar Banjir Kanal Barat berkisar kurang lebih 50 meter (Gambar

2). Banjir Kanal Barat saat ini mempunyai fungsi selain sebagai penanggulangan banjir, juga

dimanfaatkan untuk sumber air PDAM dan aktivitas sehari-hari penduduk Semarang seperti

mencuci, mandi dan sebagainya. Banjir Kanal Barat dilihat dari perspektif tata ruang juga

berfungsi sebagai ruang publik perkotaan. Berbagai fasilitas telah dibangun antara lain

Jogging Track, Tribune, Perahu Penyeberangan, dan fasilitas lainnya.

Page 6: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

5

Gambar 2. Posisi Banjir Kanal Barat di dalam DAS Garang

1.4 Program Penanggulangan Banjir Sungai Kota Semarang di Wilayah Banjir Kanal Barat

1.4.1 Program Terlaksana

Pemerintah Kota Semarang dan Kementerian Pekerjaan Umum, baik melalui APBN,

APBD maupun dana pinjaman/hibah JICA telah melaksanakan serangkaian program

penanggulangan banjir sejak Tahun 1990 sampai sekarang. Seluruh kegiatan yang dilakukan

pada dasarnya berfokus pada 3 (tiga) aspek, yaitu:

1. Normalisasi Sungai Garang dan Banjir Kanal Barat

2. Pembangunan Bendungan Jatibarang

3. Perbaikan drainase kota.

Selain normalisasi Banjir Kanal Barat yang dilakukan hampir setiap tahun, pemerintah

saat ini telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatibarang, yang diharapkan dapat

mengurangi debit air yang masuk ke Sungai Garang pada musim penghujan, dan dapat

mengurangi intensitas banjir kiriman dari sungai tersebut. Pembangunan tiga komponen

diatas mulai intensif dilakukan sejak Tahun 2009 (Gambar 2). Adapun untuk pengurangan

sedimen yang terbawa oleh aliran permukaan, pemerintah telah membangun dua cekdam

pada Tahun 2012 di Sungai Kreo dan Sungai Garang. Selain itu, di titik awal Banjir Kanal Barat

juga telah ada Bendung Simongan yang dibangun oleh Pemerintah Belanda pada waktu yang

Page 7: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

6

bersamaan dengan pembangunan Banjir Kanal barat, yang berfungsi menjaga debit aliran dan

volume sedimentasi yang masuk ke Banjir Kanal Barat.

Gambar 3. Progres Kegiatan Fisik Penanggulangan Banjir Kota Semarang

Selain normalisasi sungai, pembuatan tanggul buatan juga telah dilaksanakan secara

ekstensif di Banjir Kanal Barat. Tanggul buatan ini berfungsi untuk menahan aliran air sungai

agar tidak meluap ke permukiman penduduk dan fasilitas umum di kanan kiri sungai. Peta

sebaran lokasi, jenis dan kondisi tanggul disajikan pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Kondisi Eksisting Tanggul di Banjir Kanal Barat Kota Semarang

Page 8: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

7

Program lain yang sudah terlaksana adalah pembangunansaluran air dan pintu air

sebagai sarana drainase perkotaan yang alirannya diarahkan ke Banjir Kanal Barat.

Rekapitulasi jumlah dan sebaran saluran air disajikan pada Tabel 2, sementara rekapitulasi

pintur air disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Rekapitulasi Saluran Air yang bermuara ke Banjir Kanal Barat

Kelurahan Kecamatan Jumlah Saluran Air

Bendan Duwur Gajahmungkur 7

Sampangan Gajahmungkur 4

Manyaran Semarang Barat 4

Ngemplak Simongan Semarang Barat 1

Bojong Salaman Semarang Barat 1

Cabean Semarang Barat 1

Petompon Gajahmungkur 4

Barusari Semarang Selatan 2

Pindrikan Lor Semarang Tengah 1

Bulu Lor Semarang Utara 1

Panggung Kidul Semarang Utara 2

Panggung Lor Semarang Utara 4

Tawangmas Semarang Barat 3

Tawangsari Semarang Barat 1

Jumlah 36

Tabel 3 Rekapitulasi Pintu Air yang di Banjir Kanal Barat

Kelurahan Kecamatan Jumlah Pintu Air

Bendan Duwur Gajahmungkur 2

Sampangan Gajahmungkur 4

Manyaran Semarang Barat 1

Bulustalan Semarang Barat 1

Cabean Semarang Barat 1

Petompon Gajahmungkur 1

Barusari Semarang Selatan 2

Pindrikan Lor Semarang Tengah 1

Bulu Lor Semarang Utara 2

Tawangmas Semarang Barat 3

Jumlah 18

Selain saluran air dan pintu air, pemerintah juga telah membangun dua pos duga air,

yaitu Pos Duga Air Simongan di Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan Semarang Barat

dan Pos Duga Air Pajangan di Kelurahan Manyaran Kecamatan Semarang Barat. Rumah

pompa juga telah dibangun yang direkapitulasi pada Tabel 4.

Page 9: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

8

Tabel 4 Rekapitulasi Rumah Pompadi Banjir Kanal Barat

Kelurahan Kecamatan Nama Rumah Pompa

Tawangmas Semarang Barat Madukoro 1

Tawangmas Semarang Barat Madukoro 2

Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 1

Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 2

Panggung Lor Semarang Utara Tanahmas 3

Panggung Lor Semarang Utara Bulu Drain

Terkait dengan pemanfaatan air di Banjir Kanal Barat, saat ini juga telah beroperasi

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal yang berlokasi di Jalan Kelud Raya 60

Sampangan Semarang. PDAM ini memiliki jumlah pelanggan 145.638 pelanggan yang

tersebar di 5 kecamatan.

Gambar 5. Lokasi PDAM Tirta Moedal

1.4.2 Proyek Normalisasi Banjir Kanal Barat Kota Semarang

Proyek normalisasi sungai Kaligarang dan Banjir kanal Barat Semarang merupakan

satu paket megaproyek penanggulangan banjir di Kota Semarang bersama dengan

pembangunan waduk Jatibarang dan pembenahan drainase. Pengerjaan proyek BKB ini

dimulai pada tahun 2010 dan telah diselesaikan pada 2013. Proyek yang mendapat pinjaman

dari JBIC ini menelan biaya sebesar Rp 288 miliar. Normalisasi sungai sepanjang sekitar 9,2

Km, dari Sungai Kaligarang, Tugu Suharto hingga muara laut ini juga akan dilengkapi dengan

sarana wisata dan olahraga.

Page 10: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

9

Sepanjang kanan-kiri sungai banjir kanal barat ini nantinya akan dilengkapi dengan

fasilitas jogging track sepanjang 7,3 km dengan lebar 3 meter. Ada juga panggung teater

dengan pelataran terbuka dan dibuat trap berundak disebelah utara jembatan Banjir Kanal

Barat yang bisa digunakan untuk tempat kegiatan hiburan dan kesenian. Di muara Banjir

kanal Barat yang kini terdapat monumen ketenangan jiwa (Japanese Memorial Park) juga

bakal dibuat sebuah taman. Selain itu, juga akan dibuat wisata air dan olahraga air seperti ski

air, dayung, kano, dan fasilitas lainnya. Pengelolaan Sungai Banjirkanal Barat untuk wisata air

tersebuttelah dioptimalkan pada 2014 dan diproyeksikan sebagai loka wisata air di Kota

Semarang.

Gambar 6. Fasilitas Umum Hasil Proyek Normalisasi Banjir Kanal Barat

1.4.3. Program Belum Terlaksana

Terkait dengan pengelolaan air melalui pembangunan bendungan, Saat ini

pemerintah telah menyelesaikan pembangunan dan operasionalisasi Bendungan Jatibarang.

Selain itu, pemerintah juga merencanakan akan membangun Bendungan Mundingan di

Sungai Kreo, Bendungan Kripik di Sungai Kripik dan Bendungan Garang di Sungai Garang.

Program normalisasi juga akan dilanjutkan dengan focus lokasi di Sungai Garang hilir dan

Banjir Kanal Barat. Normalisasi Banjir Kanal Barat direncanakan dimulai dari Tugu Suharto

hingga muara Banjir Kanal Barat.

Page 11: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

10

2. REVIEW DAN EVALUASI NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT TERKAIT

PENANGGULANGAN BANJIR SEMARANG DAN BERBAGAI DAMPAK IKUTAN.

2.1 Sisi Ekonomis Kegiatan Normalisasi Banjir Kanal Barat Kota Semarang.

Evaluasi ekonomi merupakan salah satu persyaratan mutlak yang harus ada dalam

mengambil keputusan dalam perencanaan sebuah proyek terutama yang berhubungan

dengan manfaat masyarakat banyak. Hal ini diperlukan karena suatu proyek akan

berhubungan langsung dengan penggunanya yaitu masyarakat yang bersangkutan, dan

khususnya akan berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat setempat.

Banjir Kanal Barat Kota Semarang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada awal

abad ke 20 dengan tujuan untuk mengurangi daerah terancam banjir di sebagai daerah pusat

dan pinggiran barat Kota Semarang. Tidak diperoleh data pasti mengenai biaya yang

dikeluarkan Pemerintah Belanda untuk membangun kanal tersebut, tapi dari berbagai

sumber telah disebutkan bahwa pembangunan proyek itu memanfaatkan tenaga pribumi

untuk kerja rodi. Sehingga dalam hal ini, pembangunan Banjir Kanal Barat telah

menginvestasikan tenaga (dan mungkin sampai memakan korban jiwa rakyat pribumi) yang

tidak sedikit.

Dalam perkembangannya, pengelolaan Banjir Kanal Barat berjalan tidak optimal,

sehingga sedimentasi dan penurunan fungsi banjir kanal tidak terhindarkan. Pemulihan

sedimentasi Banjir Kanal Barat menurut Prasetyo et al (2015) dapat menghabiskan biaya

sebesar kurang lebih 32 Milyar Rupiah. Selain itu belum dihitung pula dampak kerugian dari

pencemaran lingkungan dan berkurangnya kualitas air untuk berbagai keperluan di Banjir

Kanal Barat. Penurunan fungsi Banjir Kanal Barat Kota Semarang ini menyebabkan tidak

optimalnya penanganan banjir, sehingga banjir yang terjadi di Kota Semarang tetap meluas

dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Banjir besar Tahun 1990 yang terjadi akibat

meluapnya Banjir Kanal Barat telah menyebabkan kerugian sekitar 8 Milyar Rupiah pada

waktu itu. Selain itu belum dihitung juga kerugian yang muncul akibat banjir besar yang

terjadi pada periode sebelum dan sesudahnya seperti banjir pada Tahun 1973 dan 1988.

Dengan tingginya kepadatan lahan terbangun dan aktivitas ekonomi di Banjir Kanal Barat

sampai sebelum normalisasi, jika diakumulasi, total kerugian akibat banjir mungkin bisa

mencapai lebih dari 300 Milyar Rupiah.

Page 12: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

11

Untuk mencegah potensi banjir dan dampak negatifnya yang semakin besar,

Pemerintah menginisiasi kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat yang dilaksanakan oleh

Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Kota Semarang. Kegiatan ini dilaksanakan

secara Multiyears dan menghabiskan dana kurang lebih 288 Milyar. Kegiatan dibagi menjadi 3

sektor seperti yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya. Pembangunan infrastruktur

dalam konteks normalisasi yang dilakukan antara lain, pembangunan dan penguatan tanggul,

normalisasi dan penambahan saluran air, revitalisasi rumah pompa, pembebasan lahan

bantaran sungai yang kemudian di tata ulang dan direnovasi. Renovasi dilanjutkan dengan

pembangunan fasilitas umum dan fasilitas pendukung wisata, sehingga banjir kanal dapat

dimanfaatkan sebagai alternatif lokasi wisata dan ruang sosial perkotaan.

Strategi pengurangan banjir berupa kombinasi antara revitalisasi Banjir Kanal Barat dan

pembangunan Waduk Jatibarang tampaknya sejauh ini cukup optimal dengan tidak

ditemuinya kejadian banjir sungai di Kota Semarang dalam 5 tahun terakhir. Kejadian banjir di

Semarang pada saat ini lebih didominasi oleh banjir rob yang tentunya memerlukan

penanganan berbeda. Namun demikian, penanganan sedimentasi di Banjir Kanal Barat

tampaknya masih belum optimal yang ditandai dengan tingginya sedimen yang masih masuk

ke dalam Sungai Banjir Kanal Barat, sebagaimana nampak pada hasil studi Prasetyo et al

(2015).

Tingginya sedimentasi ini mungkin masih dapat dipahami, karena penanganan sedimen

masih berkutat di Sungai Kreo dengan pembangunan Waduk Jatibarangnya. Dua sungai yang

berhilir di Banjir Kanal Barat seperti Sungai Ngipik dan Sungai Garang tampaknya belum

tertangani dengan baik di daerah hulunya, sehingga sedimen yang masuk masih besar.

Belajar dari pengalaman, pemerintah harus menginvestasikan lagi sejumlah dana untuk

segera membangun Bendungan Ngipik dan Bendungan Kaligarang agar sedimen yang masuk

dapat lebih terkontrol, sehingga upaya pengerukan sedimen di Banjir Kanal Barat yang

menghabiskan biaya besar tiap tahun dapat dihemat.

Selain itu, kegiatan normalisasi dan revitalisasi Banjir Kanal Barat tampaknya membawa

dampak ikutan yang bersifat positif secara ekonomi. Keberadaan fasilitas umum dan wisata di

bantaran Banjir Kanal Barat memungkinkan untuk diadakan berbagai kegiatan sosial dan

pariwisata, seperti misalnya Festival Banjir Kanal Barat yang diadakan setiap tahun sejak

dimulainya normalisasi. Festival ini memberikan keuntungan ekonomi tidak sedikit dengan

Page 13: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

12

ikut berpartisipasinya berbagai pelaku ekonomi dalam festival yang memungkinkan transaksi

perdagangan dengan nominal rupiah yang tidak sedikit.

Sektor lain yang turut merasakan dampak positif normalisasi Banjir Kanal Barat adalah

sektor penyediaan air baku, dimana saat ini telah beroperasi PDAM Tirta Moedal di Banjir

Kanal Barat. Dari berbagai berita di internet, performa PDAM saat ini telah meningkat tajam

dengan semakin menurunnya angka TKA (Tingkat Kehilangan Air), semakin besarnya

produksi, dan semakin bertambahnya pelanggan. PDAM ini bahkan telah melayani 87%

kebutuhan air Kota Semarang. Keuntungan ekonomis yang langsung maupun tidak langsung

disebabkan oleh normalisasi Banjir Kanal Barat ini tampaknya akan semakin besar apabila

performa dan investasi yang ada tetap dilanjutkan dan diperbesar.

Dari uraian diatas, investasi 288 Milyar yang berasal dari dana luar negeri dan APBN

nampaknya berhasil memberikan keuntungan ekonomis yang tidak sedikit. Dengan demikian

maka upaya normalisasi Banjir Kanal Barat secara ekonomis bisa dianggap layak dan strategis

karena berhasil menunjukkan dampak positif yang tetap terasa di tahun keempat pasca

normalisasi diselesaikan. Walaupun demikian, upaya peningkatan harus tetap dilakukan.

Pembangunan waduk di Kripik dan Kaligarang akan memungkinkan pengelolaan debit air

yang lebih baik di daerah hulu, dan di Banjir Kanal Barat sendiri harus dilakukan

pengembalian kualitas air sungai yang tampaknya masih belum banyak tersentuh. Strategi

terpadu hulu-hilir disertai upaya kreatif dalam memanfaatkan Banjir Kanal Barat akan dapat

mendatangkan keuntungan ekonomi yang tidak sedikit bagi Kota Semarang,

2.2 Relevansi Kegiatan Normalisasi Banjir Kanal Barat di Kota Semarang

Sejarah Kota Semarang Jawa Tengah berawal kurang lebih pada Abad ke-8 M, yaitu

daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota). Daerah tersebut pada

masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat

pengendapan, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota

Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut

diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan

Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat

pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai

sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Page 14: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

13

Sejarah singkat asal terbentuknya Kota Semarang menunjukkan bahwa Kota

Semarang menarik perhatian untuk dijadikan suatu pusat kegiatan dikarenakan

keberadaannya yang berada di pinggir laut. Kondisi topografi seperti ini tentunya

memberikan dampak positiv dari sudut pandang aksesbilitas dan perekonomian. Kondisi

pantai yang mengalami pengendapan pada saat itu adalah dimana kondisi topografi yang

terjadi secara alami, dimana belum merasakan permasalahan terkait banjir dan genangan.

Kondisi ini lah yang menyebabkan kolonial Belanda berusaha untuk merebut dan menguasai

Kota Semarang. Usaha Belanda menguasai Indonesia adalah dengan berusaha menguasai

kota di Indonesia dengan letak yang strategis untuk kepentingan perdagangan dan strategis

dalam berperang, mengingat transportasi baik untuk distribusi maupun berperang masih

menggunakan media laut. Permasalahan di Negara Belanda terkait infrastruktur pengelolaan

sumber daya menjadi pengalaman yang berharga ketika pemerintah kolonial harus

membangun infrastruktur di Kota Semarang. Salah satu yang diperhatikan adalah

pembangunan infrastruktur berupa saluran air. Salah satu bukti infrastruktur yang telah

dibangun berupa banjir kanal barat.

Sistem drainase yang buruk menjadi penyebab utama banjir di Kota Semarang. Dari

enam kecamatan langganan banjir, sebagian besar disebabkan karena saluran air tidak ada,

saluran tersumbat sampah, dan akibat bangunan yang mengganggu saluran. Dari penyebab

banjir tersebut, faktor sistem drainase yang buruk memberi kontribusi terbesar. Sistem

drainase yang buruk inilah yang menyebabkan banjir lokal di Semarang. Sistem drainase yang

buruk menyebabkan aliran air tidak lancar sehingga terjadi genangan setiap kali hujan deras

(sumber : Puslitbang Kimpraswil Kota Semarang, 2002).

Normalisasi banjir kanal barat nantinya akan dilihat apakah masih relevansi normalisasi

banjir kanal barat terhadap beberapa jenis kegiatan. Fungsi banjir kanal barat sebagai

penanggulangan banjir, transportasi, kegiatan ekonomi, kegiatan sosial/budaya dan

penggunaan sumber daya air.

Pada pembahasan ini maka akan ditinjau apakah relevansi pembangunan normalisasi

banjir kanal barat pada beberapa permasalahan yang ada di Kota Semarang.

Page 15: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

14

Tabel 5 Relevansi Pembangunan Normalisasi Banjir Kanal Barat Pada Beberapa Permasalahan Yang Ada Di Kota Semarang

No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi

1 Penanggulangan Banjir (Saluran Air)

Pada masa kolonial Belanda pembangunan banjir kanal barat sudah dilakukan. Pembangunan ini menunjukkan bahwa sudah adanya indikasi terjadinya bencana banjir bila tidak ada pembangunan banjir kanal barat. Kejadian banjir paling besar pada tahun 1990 selama 25 tahun terakhir.

Pada masa sekarang banjir kanal barat masih berfungsi dengan baik untuk menyalurkan air ke laut. Setelah normalisasi maka semakin maksimal kinerja banjir kanal barat dalam menampung dan menyalurkan air menuju laut jawa.

Pada masa depan, mengingat pertumbuhan lahan terbangun yang sangat cepat, maka perlu ada tindakan lain terhadap banjir kanal barat untuk memaksimalkan fungsinya sebagai penanggulangan banjir di Kota Semarang.

Pada kondisi masa lalu, saat ini dan masa depan maka dapat disimpulkan bahwa normalisasi banjir kanal barat justru menjadi alasan kuat dalam menanggulangi banjir di Kota Semarang.

2 Transportasi Pada masa kolonial Belanda, banjir kanal masih digunakan sebagai sarana transportasi. Kondisi ini mengingat bahwa paada masa lampau masih menggunakan media sungai sebagai transportasi utama.

Pada masa ini penggunaan transportasi air pada area banjir kanal barat masih belum dilirik sebagai alternatif transportasi. Pemerintah sebenarnya sudah bisa memulai untuk menyediakan transportasi air, sepertiyang dilakukan pemerintah DKI jakarta.

Mengingat pada masa depan akan penuhnya permintaan terhadap transportasi, maka media sungai dapat menjadi suatu peluang untuk memenuhi kebutuhan transportasi. Beberapa bes practice sudah coba diterapkan oleh pemerintah DKI Jakarta untuk menggunakan sungai sebagai pilihan transportasi.

Pada kondisi masa lalu, saat ini dan masa depan maka dapat disimpulkan bahwa normalisasi banjir kanal barat sangat relevan untuk digunakan sebagai kegiatan transportasi. Mengingat permintaan terhadap transportasi pada masa depan, media sungai akan menjadi pilihan transportasi.

Page 16: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

15

No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi

3 Kegiatan Ekonomi

Pada masa lampau pembangunan banjir kanal barat hanya terfokus dalam penanggulangan banjir. Fokus pembangunan masa lalu sebagai bentuk indikasi pemerintah kolonial terhadap bencana banjir yang akan terjadi bila tidak segera ditangani dengan segera.

Pada saat ini setelah kegiatan normalisasi di laksanakan meningkat bisnis kafe. Selain binis kafe juga ada kegiatan PKL di sempadan banjir kanal barat.

Pada masa depan maka nanti diharapkan kawasan banjir kanal barat nantinya menjadi suatu citra kawasan ekonomi dan sejarah. Kawasan ekonomi berupa kegiatan perdagangan dan jasa serta kegiatan distribusi logistik berupa bongkar muat peti kemas.

Pada kondisi masa lalu, saat ini dan masa depan maka dapat disimpulkan bahwa normalisasi banjir kanal barat terhadap kegiatan ekonomi relevansinya tidak terlalu kuat dikarenakan penentuan kawasan perekonomian tetap mengacu pada rencana tata ruang.

4 Kegiatan Sosial / Budaya / Pariwisata

Pada masa lampau kegiatan masyarakat pada banjir kanal barat tidak berdampak pada kegiatan masyarakat yang terlalu signifikan.

Telah ada kegiatan festival banjir kanal barat, yang menunjukkan bahwa adanya kesadaran masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan kebudayaan di banjir kanal barat Kota Semarang. Fasilitas yang dibangun disekitar banjir kanal menjadi daya tarik masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut.

Pada kepentingan kegiatan sosial budaya, setelah terlaksananya kegiatan normalisasi maka akan semakin menarik minat masyarakat dalam beraktivitas disempadan Banjir Kanal Barat.

Pada pembangunan banjir kanal barat memiliki relevansi yang cukup kuat. Kondisi tersebut menunjukkan bila kegiatan masyarakat tergantung kualitas dan daya tarik banjir kanal barat.

Page 17: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

16

No Jenis Kegiatan Masa Lampau Masa Sekarang Proyeksi Masa Depan Relevansi

5 Penggunaan Sumber daya air

Pada masa lampau banjir kanal barat terkadang bisa digunakan untuk konsumsi, mandi cuci dan kakus. Masyarakat sekitar banjir kanal barat sering memanfaatkan untuk kegiatan sehari hari.

Pada masa saat ini masyarakat tidak menggunakan langsung air dari banjir kanal barat. Kondisi ini dikarenakan kondisi fisik air tidak layak konsumsi. Limbah kimia dan pencemaran yang terjadi pada banjir kanal barat menyebabkan kualitas air yang tidak layak konsumsi.

Pada masa kedepannya diharapkan telah tersedia sistem pengelolaan limbah terpadu, sehingga berfungsi untuk menjaga kualitas sumber daya air. Diharapkan nantinya air banjir kanal barat dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dan kualitas air yang baik bisa menambah keindahan sungai.

Kualitas air pada banjir kanal barat dapat memiliki relevansi yang kuat dalam penggunaan konsumsi air permukaan terhadap kegiatan sehari hari.

Page 18: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

17

2.3 Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Pengelolaan Banjir Kanal Barat Dalam Penanggulangan

Banjir Kota Semarang

2.3.1 Efektivitas

Kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) sepanjang sekitar 9,2 Km, dari Sungai

Kaligarang, Tugu Suharto hingga muara laut, dimana Proyek ini mendapat pinjaman dari JBIC

menelan biaya sebesar Rp 288 miliar dimulai pada tahun 2010 dan selesai pada tahun 2013.

Kegiatan ini tidak saja normalisasi juga dilengkapi dengan sarana wisata dan olahraga. Ini

diwujudkan supaya Banjir Kanal Barat (BKB) disamping untuk pengendalian banjir juga

sebagai destinasi wisata.

Ditinjau dari tingkat Efektifitas, sebelum kita menilai efektifitas maka kita kaji dahulu

pengertian efektifitas itu sendiri. Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai

seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai

dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa:

“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.

Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah

sebagai berikut:

“Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif”.

Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah:

“Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu)

yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih

dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1

Page 19: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

18

Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1

(satu), maka akan tercapai efektifitas.

Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka

efektifitas tidak tercapai.

Penilaian efektifitas kegiatan normalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) ini bisa dikatakan

efektif dimana dengan tujuan pengendalian banjir dan rob yang dimulai pada tahun 2010 dan

selesai pada tahun 2013 maka dari segi waktu atau target telah sesuai dan sampai saat

sekarang masih dapat mengatasi pengendalian banjir dan rob di Kota Semarang. Sehingga

kegiatan ini dapat dikatakan memiliki nilai lebih dimana tidak saja berfungsi sebagai

pengendalian banjir dan rob tetapi hasil kegiatan ini juga dapat mewujudkan destinasi

wisata.

Persepsi Masyarakat mengenai Banjir Kanal Barat (BKB) Sungai yang dulu dipenuhi

rumput tinggi semraut yang tidak terurus dengan adanya kegiatan normalisasi ini sekarang

telah menjelma menjadi tempat favorit bagi warga Kota Semarang dan sekitarnya untuk

menghabiskan waktu untuk berekreasi dan berwisata.

Gambar 7. Banjir Kanal Barat Dulu sebelum Normalisasi

Page 20: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

19

Gambar 8. Banjir Kanal Barat setelah Normalisasi di Kel. Bojong Salaman

Sepanjang kanan-kiri sungai banjir kanal barat ini dilengkapi dengan fasilitas jogging

track sepanjang 7,3 km dengan lebar 3 meter. Ada juga panggung teater dengan pelataran

terbuka dan betrap berundak disebelah utara jembatan Banjir Kanal Barat yang bisa

difungsikan untuk tempat kegiatan hiburan dan kesenian. Selain itu, juga wisata air dan

olahraga air seperti ski air, dayung, dan kano. Pengelolaan Sungai Banjir kanal Barat untuk

wisata air tersebut, akan dioptimalkan lagi dan diproyeksikan sebagai loka wisata air di kota

Semarang.

2.3.2 Efisiensi

Dalam catatan sejarah, Semarang tidak pernah lepas dari ancaman banjir. Terbukti

bahwa sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda telah ada upaya untuk menanggulangi

masalah banjir di kota Semarang, yaitu membangun dua kanal besar pada sisi barat dan timur

kota Semarang. Pembangunan dua kanal ini dilakukan melalui kerja wajib (heren diensten).

Banjirkanal Barat (West Bandjirkanaal) dibangun pada tahun 1850 untuk menganptisipasi

banjir di wilayah Semarang Utara, yang menjadi pusat kegiatan dagang di pelabuhan

Semarang. Banjirkanal Timur (Oost Bandjirkanaal) dibangun pada tahun 1896-1903 dengan

tujuan menghindarkan wilayah Semarang Timur dan wilayah pengembangan pelabuhan

Semarang dari ancaman banjir. Tujuan pemerintah kolonial Belanda membangun Banjirkanal

Barat dan Banjirkanal Timur pada awalnya adalah untuk mengalirkan air dari wilayah bagian

atas kota Semarang (wilayah kabupaten Semarang yang terletak di kaki bukit Ungaran) ke

laut (Tutiek, 2014).

Pada awalnya, kedua banjirkanal difungsikan untuk mengalirkan luapan air dari

kawasan Semarang bagian atas langsung menuju laut. Artinya, air yang berasal dari kaki

Page 21: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

20

Gunung Ungaran yang mengalir melalui beberapa sungai besar diteruskan ke Laut Jawa.

Sesuai rancangan yang dibuat, fungsi kedua kanal semata-mata hanya itu, tidak lebih.

Banjirkanal Timur dan Banjirkanal Barat tidak diperuntukkan sebagai pembuangan air yang

berasal dari dalam kota. Sehingga sistem drainase dalam kota yang dibuat pada saat itu tidak

bermuara pada kedua kanal itu, melainkan langsung ke laut Jawa. Kalaupun ada pintu-pintu

air di Banjirkanal, semuanya diatur secara ketat dan teliti. Itu dilakukan karena kapasitas

kedua kanal itu hanya cukup untuk menampung aliran air yang berasal dari kawasan

Semarang atas saja (Indriyanto, 2002).

Pada perkembangannya BKB Pada masa selanjutnya, perkembangan Kota Semarang

berlangsung cepat. Kota yang semula hanya sekumpulan permukiman di sekitar benteng De

Vijfhook tersebut, bertambah kompleks. Sebagai sebuah kota yang berada di tepi pantai,

perkembangan Semarang menyerupai telapak tangan, di mana masing-masing jarinya

menunjuk ke lima arah timur, selatan, dan barat. Masing-masing ke wilayah Tugu, Boja dan

Mijen, Jatingaleh dan Banyumanik, Kedungmundu dan Meteseh, serta Pedurungan. Seiring

perkembangan itu, Semarang berubah menjadi kota yang padat penduduk. Kawasan

permukiman bertambah luas. Dampak langsung dari kondisi itu berupa pembangunan

drainase-drainase baru. Namun itu dilakukan tanpa perencanaan matang. Celakanya, justru

mengabaikan prinsip dasar kegunaan dua kanal yang dibangun Pemerintah Kolonial tersebut.

Sistem drainase yang dibangun pada masa kemudian, menurut Indriyanto, cenderung silang

sengkarut. Drainase dialirkan ke kedua kanal yang memiliki kapasitas terbatas. Akibatnya

adalah pada saat turun hujan, air tak lagi tertampung pada banjirkanal dan meluber ke

kampung yang berada di sekitarnya dan menjadi banjir di kota Semarang. Salah satu peristiwa

banjir bandang terparah adalah yang terjadi pada tahun 1990 yang menelan 47 korban jiwa.

Dala rangka penanggulangan masalah banjir, Pemerintah mengusulkan tiga

komponen pengendalian banjir di kota Semarang, yaitu: normalisasi Banjir Kanal Barat dan

Kali Garang, pembangunan waduk Jatibarang dan perbaikan drainase kota Semarang.

Normalisasi BKB dan Kali Garang menjadi prioritas pertama untuk dilaksanakan. Pemerintah

Kota Semarang meminta bantuan kepada Pemerintah Jepang melalui JICA untuk membantu

dalam perencanaan dan pendanaan proyek tersebut. Proyek ini sedianya dilaksanakan pada

tahun 2000, namun dikarenakan krisis moneter dan berbagai hal maka proyek tersebut baru

terlaksana pada tahun 2010 lalu.

Page 22: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

21

Tujuan dari Normalisasi Banjir Kanal Barat dan Kali Garang itu sendiri adalah untuk

meningkatkan kapasitas debit air sehingga mampu untuk menampung air dari tiga sungai

yaitu kali Kreo, kali Kripik, dan kali Garang. Pekerjaan konstruksi normalisasi BKB dimulai

November 2010 dan selesai pada November 2013. Sebelum normalisasi, BKB dan sungai

Garang mampu menampung debit air sebanyak 300-400 m3/detik, sedangkan pasca

normalisasi daya tampung debit air meningkat menjadi 730m3/detik. Dalam

perkembangannya, normalisasi BKB ini juga mendapatkankan tujuan tambahan yaitu

penataan kawasan di sempadan BKB sehingga menjadi memiliki nilai estetika dan

memberikan manfaat pada sektor sosial-budaya, ekonomi, kesehatan dan kelestarian

lingkungan hidup bagi masyarakat Kota Semarang khususnya.

Sebagai evaluasi terhadap keberhasilan suatu kegiatan diperlukan peninjauan

terhadap aspek efektivitas dan efisiensi kegiatan tersebut. Menurut Gerald Vinten,

pengertian efisiensi adalah doing things right dan pengertian efektivitas adalah doing the

right things. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian efektif adalah dapat

membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; sedangkan pengertian

efisien adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak

membuang-buang waktu, tenaga, biaya). Dalam konteks ini, perlu diketahui apakah dengan

normalisasi BKB tersebut efektif dan efisien dalam menanggulangi masalah banjir di kota

Semarang.

Berdasarkan kajian secara intensif, debit banjir 50 tahunan adalah 960 meter kubik

per detik. Diharapkan, sebanyak 200 meter kubik per detik bisa ditahan di Waduk Jatibarang

di Kecamatan Gunungpati, sedangkan sebanyak 740 meter kubik per detik akan ditampung di

sungai BKB. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, terdapat tiga komponen yang diusulkan

pemerintah untuk menanggulangi permasalahan banjir di kota Semarang. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa sungai BKB tidak dapat menjadi komponen tunggal dalam

pengendalian banjir, akan tetapi perlu didukung oleh dua komponen lainnya. Tujuan

normalisasi sungai BKB sebagai pengendali banjir dapat tercapai jika pembangunan waduk

Jatibarang dan perbaikan drainase kota Semarang telah selesai dikerjakan.

Dengan selesainya waduk Jatibarang pada tahun 2014, fungsi BKB sebagai

pengendalian banjir untuk sementara dapat dinilai efektif. Hal ini dibuktikan dengan sejak

dilakukannya normalisasi BKB, banjir yang terjadi di Semarang bagian Barat dan Utara

Page 23: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

22

menjadi berkurang. Jika terjadi genangan, masih dalam batas yang tidak membahayakan jiwa

penduduk. Untuk lebih meningkatkan nilai efektivitas fungsi BKB sebagai pengendali banjir,

maka komponen yang ketiga yaitu perbaikan drainase kota Semarang harus segera

dilaksanakan. Selain pelaksanaan pembangunan ketiga komponen tersebut, pemerintah juga

harus membuat regulasi dan melakukan law enforcement terkait aktivitas masyarakat yang

dapat mengganggu fungsi dari ketiga komponen pengendali banjir tersebut, misalnya dengan

pengaturan aktivitas masyarakat di sempadan BKB dan penerapan sanksi hukum pada

masyarakat yang membuang sampah di BKB dan drainase kota. Normalisasi Banjir Kanal

Timur (BKT) juga harus segara dilakukan demi makin efektifnya program penanggulan banjir

di kota Semarang.

Ditinjau dari aspek efisiensi, masih sulit untuk mengukur tingkat efisiensi dari aspek

biaya. Sebuah sumber menyebutkan anggaran yang dikucurkan dalam proyek normalisasi

sungai BKB adalah sebesar 288 milyar rupiah, namun belum ada kajian ilmiah apakah nilai

yang diinvestasikan tersebut mampu menekan risiko kerugian yang timbul akibat banjir. Jika

kita melihat dari perspektif lainnya bahwa dengan melakukan investasi dengan jumlah

tersebut kita tidak hanya melakukan upaya pencegahan banjir, akan tetapi juga mampu

mendatangkan nilai manfaat lainnya dari aspek, sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan

lingkungan hidup. Dari aspek ekonomi yaitu dengan dijadikannya BKB sebagai lokasi wisata

maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di sekitar sempadan

BKB. Dari aspek kesehatan, kondisi BKB yang tertata rapih bersih dan tidak kumuh mampu

meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan dari aspek lingkungan hidup dengan kondisi

BKB yang bersih maka nilai pencemaran lingkungan menjadi berkurang. Yang tidak kalah

pentingnya adalah manfaat dari aspek sosial budaya, setelah masyarakat menyadari akan

nilai manfaat yang didatangkan oleh keberadaan BKB maka diharapkan timbul kesadaran

masyarakat untuk mengubah pola dan budaya hidup mereka. Misalnya dengan menjaga

kebersihan BKB.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas dapat kami simpulkan bahwa kebijakan

normalisasi BKB dapat dikatakan efisien jika kita tidak hanya menilai dari nilai potensi

kerugian akibat banjir yang bisa cegah. Tetapi juga kita harus melihat dari manfaat-manfaat

ikutan yang bisa dihadirkan dengan kegiatan normalisasi BKB tersebut.

Page 24: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

23

2.4 KEBERLANJUTAN NORMALISASI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG

2.4.1 Identifikasi Permasalahan

Secara umum banjir kanal barat mempunyai beberapa masalah yang akan

mempengaruhi pertumbuhan dimasa yang akan datang. Beberapa masalah yang telah dapat

diidentifikasi disajikan berikut ini :

1. Normalisasi itu dinilai mendesak untuk mengurangi beban banjir dan rob khususnya

pada sistem drainase wilayah Semarang Tengah. Ketua Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kaligawe, Kecamatan Gayamsari, Sunardji mengatakan,

saat ini sedimentasi di Sungai sudah sangat memprihatinkan.

2. Untuk kawasan Banjir Kanal Barat berada pada daerah rendah.Daerah rendah

membentang sepanjang Pantai dengan lebar antara 3 – 10 km, kelerengan lahan datar

sekitar 0 – 2%, dengan ketinggian maksimal 10 m diatas MSL, beberapa daerah berada

pada ketinggian sekitar 0,70 m di bawah MSL. Merupakan daerah endapan alluvial yang

cukup tebal (30-45 m), daya dukung tanah yang relatif rendah. Kendala pengembangan

pada daerah ini adalah banjir (lokal, kiriman, air pasang) serta penurunan kawasan.

3. Potensi terhadap erosi dan shock flooding (banjir kiriman) cukup besar. Untuk

mengantisipasi kendala, memerlukan penyediaan sarana infrastrukturr (flood control

dan drainase) yang lebih mahal, dengan penanganan yang cermat.

4. Tingginya sedimentasi yang terjadi di Sungai Banjir KanalBarat

Untuk mengurangi sedimentasi yang terjadi di Banjir KanalBarat, padatahun 2012 lalu

sudah diantisipasi dengan membuat dua cek dam di Sungai Kreo dan satu cek dam di

Kali Garang.

5. Pencemaran Air Sungai oleh limbah pabrik

Perkembangan industri secara langsung maupuntidak langsung menyebabkan

pencemaran beberapa logam berat seperti Cddan Pb di aliran sungai. Dari Pencemaran

logam berat Cd dan Pb tersebut di perairanKali Garang maka mengakibatkan ikan yang

hidup dan berkembang biak diKali Garang akan ikut mengakumulasi logam berat

tersebut. Akibat yanglebih parah adalah ketika manusia yang mengkonsumsi ikan yang

Page 25: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

24

telahmengakumulasi logam berat tersebut, dimana dapat mengakibatkankeracunan

dan kematian.

6. Limbah TPA Jatibarang

TPA Jatibarang merupakan tempat pembuangan akhir di Semarang yang lokasinya

dekat dengan pemukiman penduduk. Penumpukan sampah di TPA Jatibarang yang

sudah semakin banyak dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dari data Dinas

kebersihan kota Semarang tahun 2012 (Dinas Kebersihan kota Semarang, 2012),

komposisi sampah yang masuk ke TPA Jatibarang 61,95% terdiri dari sampah organic

dan 38,05% sampah anorganik.

2.4.2 Rencana Pembangunan dan Realisasi Pembangunan

Rencana Pembangunan Realisasi Pembangunan

Banjir Kanal Barat merupakan paket

solusi mengantisipasi banjir dan rob.

Sampah menumpuk di sungai Banjir

Kanal Barat yang mengakibatkan

pendangkalan sungai yang akhirnya

menyebabkan banjir di daerah

sekitarnya.

Pada awalnya kedua drainase induk itu

hanya difungsikan sebagai aliran luapan

banjir dari Gunung Ungaran ke laut Jawa.

Sesuai rencana, kedua sungai itu tak

digunakan untuk pembuangan air yang

berasal dari dalam Kota Semarang.

“Sekarang permasalahan menjadi lebih

parah karena mengalami sedimentasi

yang sangat dan kapasitas alur sungai

menjadi berkurang.

Banjir Kanal Barat sudah cukup efektif

untuk mengantisipasi banjir kota

semarang, yang awal nya sungai BKB

hanya mampu menampung debit banjir 2

tahunan, setelah normalisasi menjadi

dapat menampung debit bajir 25

tahunan.

Sampah yang awalnya menumpuk pada

sungai BKB kini sudah sangat berkurang

bahkan sungai dpat dimanfaatkan untuk

pariwisata, diman ada acara festival BKB

setiap tahunnya.

Sudah dilakukanya pengerukan

sedimentasi pada sungai BKB, sehingga

sungai dapat menampung air lebih

banyak.

Page 26: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

25

2.4.3 Kondisi Sungai Banjir Kanal Barat Dulu dan Sekarang

1. Kondisi awal Sungai banjir kanal Barat Semarang

Kondisi Sungai BKB akibat adanya erosi

Belum maksimalnya Sungai BKB untuk menampung air

Sedimentasi pada Sungai BKB

Page 27: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

26

2. Kondisi Sungai Banjir Kanal Barat Ketika dalam Proses Normalisasi

Pengerukan sedimentasi pada Sungai BKB

Proses Normalisasi Sungai BKB

Pengerukan Sedimentasi pada Sungai BKB

Page 28: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

27

3. Kondisi Setelah Proses Normaliasai Sungai Banjir Kanal Barat

Peningkatan apasitas Sungai BKB setelah di normalisasi

Kondisi Sungai BKB setelah di normalisasi

Sedimentasi pada Sungai BKB sudah teratasi

Page 29: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

28

Kondisi Sungai BKB setelah dinormalisasi pada malam hari

Festival Sungai BKB setelah dinormalisasi

Sungai BKB yang dimanfaatkan sebagai wisata air

Page 30: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

29

2.4.4 Keberlanjutan Normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat

Dari kegiatan proyek normalisasi sungai BKB ini dinilai cukup efektif untuk menangani

banjir dan rob di kota semarang. Normalisasi sungai BKB ini, mengurangi sedimentasi dan

penumpukan sampah pada penampang sungai, sehingga kapasitas penampang sungai

kembali pada bentuk penampang semula yang dapat menampung debit banjir pada periode

banjir 25 tahunan. Sungai BKB juga dimanfaatkan untuk pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari

pemanfaatan sungai untuk acara festival perahu hias yang diadakan setiap setahun sekali.

Setelah kegiatan normalisasi Sungai BKB selanjutnya akan dilakukan penetapan daerah

sempadan sungai, penataan sempadan sungai dan restorasi sempadan sungai. Hasil dari

restorasi sempadan sungai ini dapat dimanfaatkan sebagai area olah raga berupa jogging

track dan bicycle track. Pemanfaatan sempadan sungai yang lain yaitu sebagai area terbuka

untuk umum, dimana banyak terdapat pedagang kaki lima dan juga taman.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Normalisasi Banjir Kanal barat sampai dengan saat ini dapat dinilai ekonomis, relevan,

efektif dan efisien karena dengan biaya sebesar 288M yang dikucurkan tidak hanya mampu

mengurangi risiko banjir tetapi juga mendatangkan manfaat ikutan lainnya, yaitu peningkatan

kesejahteraan, perubahan perilaku masyarakat, derajat kesehatan dan kelestarian

lingkungan. Selain itu juga kegiatan ini dapat menghadirkan potensi pariwisata baru dan

alternatif ruang sosial perkotaan yang dapat dimanfaatkan penduduk kota untuk berbagai

aktivitas.

3.2 Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari hasil kajian ini adalah:

1. Perlu pendampingan terhadap masyarakat untuk menjaga keberadaan bkb yang nyata

telah mampu memberikan berbagai manfaat terhadap masyarakat;

2. Percepatan pelaksanaan komponen penanggulangan banjir yang belum terlaksana

(perbaikan drainase kota semarang, pembangunan bendungan di hulu) sehingga

mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi fungsi utama bkb sebagai pengendali

banjir;

Page 31: Review Normalisasi dan Pembangunan Banjir Kanal Barat Kota Semarang

30

3. Peningkatan promosi pariwisata air di Banjir Kanal Barat Semarang untuk lebih

mengoptimalkan potensi yang telah terbangun.

4. Peningkatan sosialisasi dan pendidikan kebersihan lingkungan di masyarakat sekitar

Banjir Kanal Barat Semarang agar tidak menggunakan sungai untuk aktivitas yang

dapat bermuara pada pencemaran sungai.

DAFTAR PUSTAKA

BBWS Pemali Juana. (2014). Laporan Pekerjaan Kajian Daerah Sempadan Sungai Banjir Kanal

Barat Kota Semarang 9,5 KM. Semarang: Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat.

http://pamboedifiles.blogspot.co.id/2012/08/proyek-normalisasi-banjir-kanal-barat.html

http://www.kompasiana.com/imammaarif/banjir-kanal-barat-semarang-dulu-dan-

kini_552c08dc6ea834f32c8b4578

https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/

Purwanto, L. M. F. (2005). Kota Kolonial Lama Semarang (Tinjauan Umum Sejarah

Perkembangan Arsitektur Kota). Dimensi Teknik Arsitektur, 33 (1), 27-33.

Prasetyo, D., Dermawan, V., & Primantoyo, A. H. (2015). Kajian Penanganan Sedimentasi

Sungai Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Jurnal Teknik Pengairan, 6 (1), 76-87.